• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KEBUN SALAK TIGA JUHAR BERDASARKAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KEBUN SALAK TIGA JUHAR BERDASARKAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH SKRIPSI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

RIZKY SYAHPUTRA HARAHAP 140301217

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

SKRIPSI

OLEH:

RIZKY SYAHPUTRA HARAHAP 140301217

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)

Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan Kebun Salak Tiga Juhar Berdasarkan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah

Nama : Rizky Syahputra Harahap NIM : 140301217

Program Studi : Agroteknologi

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

(Prof.Ir.Zulkifli Nasution, M.Sc,PhD.) (Dr.Ir.Razali,MP) Ketua Anggota

Diketahui oleh:

(Dr.Nini Rahmawati SP.,M.Si.) Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

i ABSTRACT

Land evaluation is one way to predict land potential for specific land uses. Tiga Juhar Farms was originally an oil palm plantation and in 2018 it began to be converted into salak plants. The purpose of this study was to determine the suitability of land for salak (Salacca edulis) in Tiga Juhar Farms, Sinembah Tanjung Muda Hulu District, Deli Serdang Regency The research method used the matching method,.

The results obtained there is 2 SPL at Tiga juhar farms. at SPL 1 showed the actual land suitability class is S2-tc.nr/Enough In accordance with the limiting factor of temperature(tc) and nutrient retention(nr), with the potential land reservation class is S2- tc/Enough In accordance with the limiting factor temperature(tc). In SPL 2, the actual land suitability class is S3-rc/Marginal Appropriate with the limiting factor of the root media(rc)

Keywords: Land Evaluation, Salak, Tiga Juhar

(5)

ii ABSTRAK

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu cara untuk dapat memprediksi potensi lahan untuk penggunaan lahan yang lebih spesifik. Kebun Tiga Juhar pada awalnya merupakan perkebunan kelapa sawit dan pada tahun 2018 mulai di dikonversikan menjadi tanaman salak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman salak (Salacca edulis) di kebun Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian menggunakan metode matching.

Hasil penelitian terdapat 2 Satuan Peta Lahan (SPL) di kebun salak Tiga Juhar. Pada SPL 1 memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S2-tc.nr/Cukup Sesuai dengan faktor pembatas tempratur(tc) dan retensi hara(nr), dengan kelas kesesuaian lahan potensial adalah S2-tc/Cukup Sesuai dengan faktor pembatas temperature(tc). Pada SPL 2 memiliki kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensial S3-rc/Sesuai Marginal dengan faktor pembatas media perakaran (rc)

Kata kunci : Evaluasi Lahan, Salak, Tiga Juhar

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Rizky Syahputra Harahap, dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Februari 1996 dari ayahanda alm. Ir. Asrul Harahap MM., dan ibunda Ir. Azwana MP. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 028226 Binjai Timur lulus pada tahun 2008, SMP Negeri 1 Binjai lulus pada tahun 2011, SMA Negeri 4 Medan lulus pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga bergabung dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK)

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Smart tbk Kebun Pernantian, Marbau, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan dilaksanakan dari tanggal Juli - Agustus 2017.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Kebun Salak Tiga Juhar Berdasarkan Sifat Fisik Dan Kimia Tanah” yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini penulis berterimakasih kepada Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr.Ir. Razali, MP., selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak member ilmu, bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, Desember 2021

Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

ABSTRACT ...i

ABSTRAK ...ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Tujuan Penelitian ...3

Kegunaan Penulisan ...3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Salak ...4

Sifat Kimia Tanah ...6

Sifat Fisik Tanah ...9

Evaluasi Kesesuaian Lahan ...11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ...14

Alat dan Bahan Penelitian ...15

Metode Penelitian...15

Pelaksanaan Penelitian ...16

Tahap Persiapan ...16

Pelaksanaan ...16

Analisis Klasifikasi Kesesuaian Lahan ...18

Penyajian Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan ...19

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas dan Karakteristik Lahan ...21

Iklim ...21

Satuan Peta Lahan ...22

Satuan Peta Lahan 1 ...23

Satuan Peta Lahan 2 ...25

Pembahasan ...27

(9)

vi KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...31 Saran ...32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak………. 13

2. Proporsi Fraksi menurut Kelas tekstur tanah………... 17

3. Kriteria untuk Penentuan Kelas Kesuaian Lahan………. 19

4. Luas dan Karakteristik Lahan……..………. 22

5. Kesesuaian Lahan untuk tanaman salak (Salacca edulis) pada SPL1………... 23 6 Kesesuaian Lahan untuk tanaman salak (Salacca edulis) pada

SPL2………...

25

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1. Peta Lokasi Penelitian………. 14

2. Skema Pemetaan evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial….. 20 3. Peta Pengambilan Sampel………... 21 4. Peta kesesuaian Lahan Aktual……….. 26

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Informasi Curah Hujan………... 35

2. Peta Kelerangan……… 36

3. Peta Jenis Tanah..………. 37

4. Peta Curah Hujan…………...………... 38

5. Peta Suhu……….……….. 39

6. Peta Penggunaan Lahan……… 40

7. Hasil Analisis Tanah Lokasi Penelitian……… 41

8. Hasil Analisis Tanah PPKS……….. 42

9. Foto Lokasi Penelitian Satuan Peta Lahan 1……… 43

10. Foto Lokasi Penelitian Satuan Peta Lahan 2………. 44

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bidang pertanian memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian nasional kita. Indonesia terletak di daerah tropis yang memberikan suasana agraris, lebih dari separuh populasi penduduk Indonesia atau sekitar 120 juta jiwa masih menggantungkan hidupnya pada sector pertanian (Sumeru, 2013). Bidang pertanian telah membuktikan kontribusinya bagi pendapatan Negara, pada saat krisis komoditas pertanian seperti kopi, tembakau, sawit, pisang, mangga dan salak masih menyumbangkan devisa negara yang cukup besar.

Prospek budidaya buah dimasa yang akan datang masih cukup baik, dimana pasar dalam negeri masih menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia yang tinggi dapat menjadi pasar yang potensial karena itu mereka membutuhkan buah dalam jumlah yang cukup besar pula. Menurut Ayu Rini (2012), buah salak umumnya dikonsumsi sebagai buah segar maupun dikonsumsi dalam bentuk makanan olahan.

Buah salak memiliki rasa yang variatif, seperti manis, asam, kelat dan juga kombinasi rasa manis, asam, dan kelat.

Indonesia mempunyai berbagai jenis salak, namun yang paling familiar di kalangan masyarakat yaitu jenis salak bali, salak madu, dan salak pondoh. Salak pondoh merupakan varietas salak yang banyak digemari para konsumen karena memiliki daging buah dengan rasa manis dan tekstur buah yang renyahBentuk buah salak yang bagus adalah yang berbentuk lonjong, tidak terlalu pipih maupun terlalu bulat, serta berukuran besar sehingga dihargai lebih tinggi daripada buah yang berukuran kecil.

(14)

Salak Madu merupakan salah satu kultivar salak pondoh yang meiliki rasa manis walaupun buahnya masih tergolong muda. Salak madu telah menjadi komoditas unggulan di Daerah Sleman, Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta.

Berdasarkan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2003), Ciri yang paling khas dari salak madu ini ialah warna kulit buah saat muda coklat kehitaman dab setelah tua warnanya berangsur coklat mengkilat. Susunan sisik yang membentuk pola garis. Pada daging buah yang tua terdapat banyak cairan dengan rasa manis seperti madu, dengan tekstur lembut.

Di desa Tiga Juhar terdapat satu lokasi perkebunan salak. Dimana lahan tersebut merupakan lahan perkebunan kelapa sawit dan pada tahun 2018 mulai di dikonversikan menjadi tanaman salak. Diduga bahwa lahan bekas pertanaman sawit tidak sesuai dengan kualitas tanah yang di kehendaki oleh tanaman salak. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian untuk memastikan kebenaran dugaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian ini guna mendapatkan informasi kesesuaian lahan untuk tanaman salak (Salacca edulis) di kebun Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu berdasarkan sifat fisik dan kimia tanahnya

(15)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman salak (Salacca edulis) di kebun Salak Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk melengkapi data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sumber informasi bagi yang membutuhkan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA TANAMAN SALAK

Tanaman salak di perkirakan sudah seusia peradaban manusia, tanaman salak dikenal sebagai tanaman asli Indonesia, lebih tepatnya pulau jawa. Tanaman salak dari pulau jawa inilah yang kemudian menyebah keseluruh Nusantara dan juga ker Malaysia, Filipina, Brunai, dan Thailand. Menurut Uhl dan Dransfield.

(1987) dan Bambang (2016) salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta ,Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Monocotyledonae, Ordo : Spadiciflorae, Famili : Palmae, Genus : Salacca,

Spesies : Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.

Morfologi fisik salak dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Salak memiliki akar serabut, tumbuhnya tidak begitu dalam menembus tanah. Oleh karena itu dalam budidayanya tanaman ini memerlukan jenis tanah yang subur dan gembur terutama pada lapisan olahnya (kedalam 0-20 cm). Akar primer tanaman salak sangat peka terhadap kekeringan

dalam ruang tertutup pada suhu 20-22 oC dengan kelembapan 65-75 % (Sumeru, 2013)

Tanaman salak memiliki batang yang pendek, berkayu dan keras. Sebagai tanaman dari famili Palmae maka salak memiliki batang yang mirip dengan tanaman kurma atapun kelapa. Batang tanaman salak dapan mencapai tinggi 7 m dengan rata-rata tinggi tanaman 4,5 m (Bambang, 2016)

Daun tanaman salak pada umumnya pecah-pecah,dan tumbuh pada pelepah daun. Anak-anak daun berbentuk menyirip. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah hijau keabu-abuan atau putih seperti berlapis lilin.

(17)

Pelepah daun bagian bawah (pangkal pelepah daun) ditumbuhi duri duri panjang dan runcing meski ada juga salak yang tidak berduri

Tanaman salak yang tumbuh di Indonesia memiliki 2 golongan, yaitu golongan yang berumah satu (monoecious) dan yang berumah dua (dioecious).

Bunga salak tumbuh bergerombol, tersusun seperti dalam tanda atau tongkol.

Bunga salah terletak pada ketiak pelepah daun dan berpasangan. Tongkol bunga memiliki ukuran panjang antara 20-40 cm, panjang tandan bunga antara 20-35 cm.

Bunga jantan yang tidak berfungsi memiliki 6 kepala sari, bentuk dari bunga jantan ini panjang bercabang dan berwarna kuning kemerah-merahan. Bentuk bunga betina agak bulat, tidak bercabang, bertangkai panjang, berwarna kehitam-hitaman dan dapat mekar (Sumeru, 2013)

Buah salak terletak pada tandan buah. Satu tandan terdiri atas beberapa tongkol. Jumlah buah dalam satu tongkol berbeda, tergantung pada jenis salaknya dan juga pada kondisi lingukungan selama pertumbuhannya. Kulit buah bervariasi, ada yang hitam ( salak budeng), kuning (salak gading) maupun merah (salak Nyonya). (Huazimah, 2002). Temperatur dan curah hujan dapat mempengaruhi nilai kelembapan udara yang berpengaruh pada viabilitas serbuk sari tanaman salak.

Viabilitas serbuk sari salak dapat ditingkatkan seiring penurunan kelembapan udara sampai 6% (Stanley dan Linskens, 1974) dalam Muhtadin (2009)

Salak memiliki biji berbentuk persegi sampai bulat agak gepeng, berwarna cokelat muda hingga cokelat tua. Biji salak cukup keras dan berkeping satu, namun sejauh ini biji salak tidak banyak di gunakan untuk perbanyakan tanaman.

Perbanyakan tanaman salak umumnya di lakukan dengan cangkok (Bambang, 2016)

(18)

Hama yang biasa menyerang tanaman salak ialah kepik daun dan juga lalat buah yang dapat merugikan para petani salak terutama lalat buah yang dapat menghisap cairan pada buah salak mengakibatkan buahnya menjadi mengkerut.

Serangan hama biasanya di pengaruhi oleh iklim, dimana iklim berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian serangga hama, yang secara tidak langsung iklim berpengaruh terhadap kelimpahan serangga.(Syarkawi, 2015)

SIFAT KIMIA TANAH

Reaksi tanah (pH) merupakan salah satu indkator kesuburan. Keadaan tanah yang memiliki pH 6,0 – 7,0 merupakan kondisi tanah yang optimum untuk ketersediaan unsure hara. Setiap tanaman memiliki kondisi pH yang bervarias. Ada tanaman yang toleran terhadap pH yang tinggi, tetapi ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap pH tinggi. Selain berpengaruh langsung terhadap tanaman, pH juga dapat berpengaruh terhadap faktor lain, misalnya ketersediaan unsur, kelarutan Al dan Fe juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B,Mn, Cu dan sedangkan pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,Cu, Zn,Ca,Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2005).

Penambahan bahan organik meningkatkan pH tanah dan pada saat yang sama mengurangi Al-dd dan Fe-dd (Ch’Ng et al., 2014). Bahan organik tanah dianggap sebagai electron donor yang menyumbang reaksi reduksi logam-logam pada pH rendah. Dengan meningkatnya muatan negatif maka potensinya untuk mengikat unsur hara yang sebagian besar merupakan kation positif akan meningkat.

(Olafisoye et al., 2016)

(19)

Banyaknya kandungan N tanah tersebut tergantung dari keadaan lingkungannya seperti iklim dan macam vegetasi. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah dan kecepatan dekomposisinya merupakan faktor penyebab perubahan terhadap kandungan N dalam tanah. Tekstur tanah yang didominasi pasir maka tanah akan memiliki tingkat porositas yang tinggi, pencucian dan penguapan akan berlangsung dengan cepat sehingga rendahnya N diduga karena N hilang dengan mudah melalui pencucian atau penguapan (Abdul dan Maya, 2014)

Ketersediaan fosfor di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) pH tanah (2) Fe, Al, Mn yang terlarut (3) tersedianya bahan organik (4) jumlah bahan organik (5) kegiatan mikroorganisme. Selain faktor tersebut, temperatur dan lamanya kontak antara akar dan tanah merupakan faktor yang menentukan juga terhadap tersedianya fosfor di dalam tanah bagi tanaman, Bentuk-bentuk fospor yang diserap tanah adalah orthophospat primer dan sekunder (H2PO4)- dan (HPO4)-2). Ketersediaan ini di dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah. Jika pH tanah rendah (masam) H2PO4- lebih dominan dan apabila pH tanah tinggi (basa) HPO4-2 lebih dominan.( Azmul dkk, 2016)

Kation kation basa seperti K, Mg, dan Ca. Jumlahnya dapat menjadi sangat rendah yang biasanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga kation basa tersebut mudah tercuci. Selain itu, rendahnya pH pada suatu tanah yang menyebabkan kation asam seperti Al bersifat mobile. Rendahnya kation-kation basa ini dapat menghambat pertumbuhan yang optimum pada salak. pH tanah yang rendah dan Al yang bersifat mobile menyebabkan berkurangnya kation basa dapat dipertukarkan dalam larutan tanah (Rout dkk., 2001).

(20)

Pada tanah muda dimana pelapukan belum lanjut dan pencucian realtif kecil, maka kation basa seperti Ca dan Mg merupakan kation yang banyak menduduki permukaan koloid, namun apabila pelapukan telah lanjut dan pencucian yang besar karena curah hujan yang tinggi, jumlah kation-kation basa berkurang dan mineral yang mengandung kation-kation basa tersebut akan lenyap karena pencucian. Selain itu Keadaan kation basa yang rendah dapat disebabkan karena batuan/mineral penyusun tanah tersebut miskin akan kandungan kation-kation basa(Abdul dan Maya, 2014)

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) didasarkan pada jumlah liat dan bahan organik. Rendahnya kandungan liat dapat menyebakan rendahnya nilai KTK. Namun demikian, nilai KTK dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan bahan organik. Menurut Musthofa, (2007) dalam Barek (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Hubungan produksi salak dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah memiliki koefisien korelasi sedang yang menunjukkan bahwa peningkatan KTK tanah juga akan meningkatkan produksi salak walaupun tidak terlalu signifikan.(Yusriani, 2013)

Kalium berperan dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim.

Sehingga penambahan kalium akan mendukung perkembangan buah, baik ukuran

(21)

maupun rasa buah. Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang semakin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan K dan menurunkan potensi pencucian.

(Wuryaningsih dkk, 1997)

SIFAT FISIK TANAH

Sifat fisik tanah juga sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan kemampuan tanah untuk menyimpan air. Walaupun sifat fisik tanah telah lama dan secara luas dipahami sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan tanaman, sampai dewasa ini perhatian terhadap kepentingan menjaga dan memperbaiki sifat fisik tanah masih sangat terbatas (Utomo, 1994, dalam Damayani 2008).

Pelapukan dan genesis tanah menyebabkan batuan lapuk, mineral yang terdapat dalam batuan hancur. Mineral tersebut hancur membentuk zarah yang ukurannya beragam, mulai dari pasir (2,00-0,05 mm), debu (0,05-0,002 mm), sampai lempung (< 0,002 mm). Ketiga partikel tersebut mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti: tekstur, struktur, agregat tanah, permeabilitas, aerasi, dan sifat fisik tanah lainnya (Ismangil dan Hanudin, 2005).

Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang menyusun massa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah,

(22)

berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.

Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan dalam segitiga tekstur (trianguler texture). Titik sudutnya menunjukkan 100 % salah satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-masing fraksi mulai 0 % - 100 %.Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang menunjukkan masing - masing terkstur tanah. Sebagai contoh 35 % liat + 40 % debu + 25 % pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10 % liat + 5 % debu + 85 % pasir termasuk pasir berlempung (Mega et al., 2010).

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan pada adalah: Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu Universitas Sumatera Utara Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu. Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1) (Sofyan dkk, 2007).

Menurut Utomo (1985), struktur merupakan susunan partikel-partikel dalam tanah yang membentuk agregat-agregat serta agregat satu dengan yang lainnya dibatasi oleh bidang alami yang lemah. Struktur tanah sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, aktivitas biologi, dan proses pengolahan tanah dan sangat pekat terhadap gaya-gaya perusak mekanis dan fisik-kimia.

Struktur tanah berpengaruh terhadap kapasitas menahan air, lalu lintas air dan udara di dalam tanah, serta erosi. Struktur tanah yang mantap dengan agregat yang stabil dapat menciptakan aerasi tanah yang baik, mempermudah air meresap, meningkatkan kapasitas infiltrasi, perkolasi, dan menurunkan aliran permukaan sehingga dapat menurunkan nilai erodibilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).

(23)

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan keras, padat liat, padas rapuh atau lapisan phlintit.(Rayes, 2007)

Permeabilitas tanah adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair didalam tanah melalui media berpori-pori makro maupun mikro baik daerah vertical maupun horizontal (Siti, 2011). Permeabilitas menyatakan kemampuan media porus dalam hal ini adalah tanah untuk meloloskan zat cair (air hujan) baik secara lateral maupun vertikal. Tingkat permeabilitas tanah (cm/jam) merupakan fungsi dari berbagai sifat fisik tanah.

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas pangan antara lain dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik lahan). Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan itu sendiri dapat menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen (Nina dkk, 2009).

Metoda Matching (pencocokan) yaitu setelah data karakteristik lahan tersedia, maka prosesnya adalah dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan (Sofyan dkk 2007).

(24)

Menurut Sofyan dkk (2007) prosedur evaluasi lahan dengan mengunakan metode Matching dilakukan beberapa tahab, yaitu: (a) penyusunan karakteristik lahan, (b) penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/ penggunaan lahan, (c) proses evaluasi kesesuaian lahan (matching), (d) kesesuaian lahan terpilih/ penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan.

Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak diperoleh dari buku Kriteria Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian terbitan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Dasar pembagian tingkat kesesuaian lahan mengacu pada pembagian Kesesuaian lahan menurut prosedur CSR/ FAO (Susanto dkk, 2011).

(25)

Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak untuk komoditas pertanian menurut Puslitbang Tanah dan Agroklimat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak Persyaratan

penggunaan/

Karakteristik lahan

Kelas Kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc) 22 – 28 28 – 34 34 - 40 > 40

Temperarur rerata 18 - 22 15 - 18 > 15

Ketersediaan air (wa) 1000-2000 500-1000 250-500 < 250 Curah hujan (mm) 2000-3000 3000-4000 < 4000 Ketersediaan

(oa) Drainase

oksigen

Baik-sdg Agak terhambat

Terhambat agak cepat

Sangat terhambat, Cepat Media perakaran (rc) Halus, agak - Agak kasar, Kasar

Tekstur halus, Sgt halus

Bahan kasar (%) sedang 15 – 35 35 – 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) < 15 >75 50 - 75 < 50

> 75 Gambut:

Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 – 200 > 200

Kematangan Saprik Saprik, Hemik, > 400

hemik fibrik Retensi hara (nr)

Ktk liat (cmol) > 16 16

Kejenuhan basa (%) > 35 20 – 35 < 20

pH H2O 6,0 – 7,0 4,5 – 6,0

7,0 – 7,5

<4,5

>7,5 C-organik (%) > 1,2 0,8 – 1,2 <0,8 Toksisitas (xc)

Salinitas < 4 4 – 6 6 – 8 > 8

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) <15 15 – 20 20 – 25 > 25 Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfid (cm) >125 100 – 125 60 – 100 < 60 Bahaya Erosi (eh)

Lereng Bahaya erosi

< 8

Sgt rendah

8 – 16 Rendah- sdg

16 – 30 Berat

> 30 Sgt berat Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 F1 F2 >F2

Penyiapan Lahan

Batuan di permuk (%) <5 5 – 15 15 – 40 >40 Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 >25

Sumber : Subardja dkk, 2011

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun Holti Tropical Date Palm Indonesia Tiga Juhar yang berlokasi di Desa Tiga Juhar, kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatra Utara. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit, jl. Brigjend Katamso no.51 Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan Medan . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2020 sampai dengan November 2021.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelintian

(27)

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat kantongan, karung goni sebagai tempat seluruh sampel tanah sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian dan bahan–bahan kimia untuk analisa di laboratorium serta bahan pendukung lainnya.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aplikasi GPS (Global Position System) Essential di smartphone untuk mengetahui titik koordinat lokasi penelitian, bor tanah untuk mengambil sampe tanah, ring sampel untuk mengambil sampel tanah utuh, kamera serta alat tulis untuk keperluan tulis menulis, dan seperangkat alat- alat laboratorium untuk keperluan analisis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Survey. Dengan pengambilan sampling menggunakan metode purposive sampling Dengan tiga contoh tanah yang diambil dari lokasi kebun Desa Tiga Juhar, kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan titik sampel tanah dilakukan secara acak dan di kompositkan.

Untuk dapat memperoleh Kelas Kesesuaian Lahan untuk tanaman Salak (Salacca edulis) di Desa Tiga Juhar, kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, data yang di dapat dilapangan, data iklim, dan juga data hasil analisis laboratorium nantinya akan dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Salak (Salacca edulis) sehingga didapat kelas kesesuaian lahan aktual. Dengan mempertimbangkan usaha-usaha perbaikan

(28)

yang bisa dilakukan pada beberapa faktor-faktor penghambatnya, maka dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi rencana penelitian dengan dosen pembimbing, referensi pustaka, penyusunan usulan penelitian, persiapan alat dan bahan serta pengambilan titik koordinat dilapangan yang akan digunakan dalam pembuatan peta lokasi penelitian.

Adapun pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data suhu dan curah hujan yang didapat dari BPS dan BMKG Kabupaten Deli Serdang Pelaksanaan

Penelitian ini dimulai dengan survey pendahuluan yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian Selanjutnya dilakukan survai utama dengan tujuan pengambilan sampel tanah berdasarkan klasifikasi area penanaman salak di kebun Holti Tropical Date Palm Indonesia desa Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu. Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara.

Pengambilan Sampel tanah dilakukan secara random. Kemudian tanah yang telah diambil akan di kompositkan dan dimaksukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah ±2 kg serta diberi label lapangan.

Setiap sampel tanah yang diambil kemudian dikering anginkan di ruang yang berventilasi dan tanpa terkena sinar matahari secara langsung, dimana temperaturnya tidak lebih dari 350 C karena akan berakibat pada perubahan yang drastis pada sifat kimia, fisik dan biologi sampel tanah, kemudian dilakukan

(29)

pengayakan dengan ayakan 10 mesh untuk mendapatkan ukuran partikel yang berdiameter 2 mm, dimana tanah adalah partikel yang berdiameter 2 mm, sedangkan berdiameter lebih dari 2 mm dikategorikan sebagai kerikil (Mukhlis,2007).

Pada tahap ini parameter fisik yang dapat diukur di lapangan seperti kedalaman tanah, kerusakan erosi yang terjadi dan drainase. Sampel tanah yang dikering udarakan akan dianalisis di laboratorium dengan parameter tekstur lapisan tanah, keasaman tanah(pH), C-Organik, KTK tanah dan Kejenuhan Basa.

Sifat fisik tanah yang dinilai adalah tekstur tanah, kedalaman tanah, kerusakan erosi yang terjadi, dan drainase. Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi tanah (pasir, debu dan liat). Proporsi fraksi menurut kelas tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan sifat kimia yang diukur dalam penelitian ini adalah KTK tanah, C-organik dan pH tanah yang dianalisis di laboratorium.

Tabel 2. Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah

Kelas Tekstur Tanah Proporsi (%) fraksi tanah

Pasir Debu Liat

Pasir (sandy) >85 <15 <10

Pasir berlempung (Loam sandy) 70-90 <30 <15 Lempung berpasir (sandy loam) 40-87,5 <50 <20

Lempung (loam) 22,5-52,5 30-50 10-30

Lempung liat berpasir (Sandy clay loam) 45-80 <30 20-37,5 Lempung liat berdebu (sandy silt loam) <20 40-70 27,5-40 Lempung berliat (clay loam) 20-45 15-52,5 27,5-40 Lempung Berdebu (silty loam) <47,5 50-87,5 <27,5

Debu (Silt) <20 >80 <12,5

Liat berpasir (Sandy clay) 45-62,5 <20 37,5-57,5

Liat Berdebu (Silty clay) <20 40-60 40-60

Liat (Clay) <45 <40 >40

(30)

Analisis Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Analisis klasifikasi kesesuaian lahan pada tahap ini menggunakan metode matching atau metode pencocokan data. Data yang telah diperoleh baik dari data primer, sekunder maupun data hasil laboratorium akan menunjukkan kualitas lahan, kemudian akan dicocokkan dengan persyaratan penggunaan lahan.

Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan kelas terburuk dengan memberikan seluruh pembatas/hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada dapat diperbaiki.

Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat, dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah ditangani atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki.

Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel 3

(31)

Tabel 3. Kriteria untuk Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan.

Sumber : (Subardja dkk, 2011)

Penyajian Hasil Kasifikasi Kesesuaian Lahan a. Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Aktual

Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan cara matching yaitu membandingkan antara parameter karateristik lahan yang telah didapat dari lapangan dengan kriteria kesesuaian lahan yang dibutuhkan oleh tanaman yang telah dipilih atau ditentukan.

b. Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Penilaian kesesuaian lahan potensial dilakukan apabila setelah proses matching, data yang diperoleh tidak memungkinkan untuk ditanami tanaman tersebut sehingga dibutuhkan perbaikan-perbaikan lahan pada faktor penghambat yang memungkinkan agar kualitas lahan dapat menjadi baik dan kesesuaian lahannya diharapkan dapat meningkat.

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

S1 = Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunan secara berkelanjutan

S2 = Cukup Sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, yang akan berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan tambahan masukan (input), biasanya dapat diatasi petani sendiri

S3 = Sesuai Marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan masukan yang lebih banyak dari S2, memerlukan modal tinggi, petani tidak mampu mengatasinya.

N = Tidak Sesuai Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi

(32)

c. Penyajian Hasil

Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial disajikan dalam bentuk peta dan tabel yang memberikan keterangan kelas kesesuaian lahan dari masing-masing tanaman untuk setiap unit lahan yang dinilai.

Skema pemetaan evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial dapat dilihat pada Gambar 2.

Data dari lapangan

Masukan Data

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Karakteristik Lahan

Matching Kriteria

Kesesuaian Lahan

Peta digital polygon Satuan lahan

Peta digital kesesuaian lahan

Gambar 2. Skema Pemetaan Evaluasi Kesesuai Lahan

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas dan Karakteristik Lahan

Iklim

Data iklim selama 5 tahun (2016-2020) diperoleh dari BPS Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, data ini meliputi data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan dari setiap tahunnya. Data ini dianggap dapat mewakili data iklim pada seluruh lokasi penelitian di kebun Holti Tropical Date Palm Indonesia desa Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu.

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara. Lokasi pengambilan titik sampel dapat di lihat pada Gambar 3. Data curah hujan dan hari hujan bulanan selama 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 3. Peta Pengambilan Sampel

(34)

Satuan Peta Lahan

Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang sama atau hampir sama, yang penyebarannya dapat digambarkan di dalam peta sebagai hasi dari suatu survei sumberdaya alam(seperti survei tanah, inventarisasi hutan dan lain sebagainya) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Dari hasil overlay peta kelerengan, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta suhu dan peta penggunaan lahan (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6) diperoleh 2 satuan peta lahan di kebun Holti Tropical Date Palm Indonesia desa Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda. Luas dan karakteristik setiap satuan peta lahan (SPL) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas dan Karakteristik Lahan Unit

Lahan Kode Lahan Luas

Karakteristik (Ha) (%)

I SPL 1 (D PMK Pk) 16 20,25

Kemiringan Lahan Landai 0-8%, Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning, Dan Jenis tutupan lahan perkebunan,

II SPL 2 (L PMK Pk) 63 79,75

Kemiringan Lahan Landai 8-15%, Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning,

Dan Jenis tutupan lahan perkebunan

Total 79 100

Ket; Pk (Perkebunan) L(landai) D(datar) PMK (Podsolik Merah Kuning)

(35)

Satuan Peta Lahan 1

Dari pengamatan di lapangan dan Analisa sifat-sifat tanah di laboratorium dan dibantu oleh data iklim didapatkan hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman salak pada Satuan Peta Lahan (SPL 1), tersaji pada tabel berikut:

Tabel 5. Kesesuaian Lahan untuk tanaman Salak (Salacca edulis) pada SPL 1

Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan Nilai Data

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas kesesuaian

Potensial

Temperatur (tc) S2 S2

Temperatur rataan 28,08 S2 S2

Ketersediaan air (wa) S1 S1

Curah Hujan (mm) 1863,8 S1 S1

Ketersediaan Oksigen

(oa) S1 S1

Drainase Baik S1 S1

Media Perakaran (rc) S1 S1

Tekstur

Lempung Liat

Berpasir S1 S1

Bahan Kasar (%) < 15 S1 S1

Kedalaman Tanah (cm) >75 S1 S1

Retensi Hara (nr) S2 S1

KTK 14,75

S2

Penambahan Bahan S1

Kejenuhan Basa (%) 33,63 S2 Organik dan S1

pH H2O 6,7 S1 Pemupukan S1

C-organik (%) 2,34 S1 NPKCaMg S1

Bahaya Erosi (eh) S1 S1

Lereng 7 S1 S1

Bahaya Erosi Sgt Rendah S1 S1

Bahaya Banjir (fh) S1 S1

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan Lahan S1 S1

Batuan di permuk (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kelas Kesesuaian

Lahan S2 tc.nr Pemupukan

S2 tc

Berdasarkan data yang telah didapat dilapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman salak (Salacca edulis) pada Tabel 5 adalah Cukup Sesuai/S2 dengan faktor pembatas Temperatur (tc) yaitu temperatur rataan;

(36)

Retensi Hara (nr) yaitu kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation (KTK). Pada SPL 1 ini di dapat nilai kelas kesesuaian lahan potensialnya ialah S2 (tc) yang berarti pada SPL 1 Cukup Sesuai/S2 dengan faktor pembatas Temperatur(tc).

Usaha perbaikan yang dapat di lakukan demi meningkatkan nilai kesesuaian lahan potensial dengan Faktor pembatas Retensi Hara salah satunya berupa upaya pemupukan. Dalam hal ini pupuk yang di maksud adalah pupuk CaCO3 yang beguna dalam upaya meningkatkan nilai Ca-dd untuk meningkatkan nilai kejenuhan basa dan dapat membantu meningkatkan pH tanah. Selain penambahan pupuk CaCO3, Pemberian pupuk NPK selain membantu pertumbuhan vegetatif tanaman salak unsur P juga dapat membantu meningkatkan perkembangan buah salak. Dan kalium dapat membantu meningkatkan nilai kejenuhan basa, dimana ketika nilai kejenuhan basa tinggi unsur kalium itu sendiri dapat terikat oleh Ca

Pada SPL 1 nilai KTK tanah yang di dapat berada pada nilai S2/Cukup Sesuai, nilai ini dapat di tingkatkan dengan penambahan bahan organik. Karena kandungan bahan organik memiliki hubungan yang sangat erat dalam upaya meningkatkan KTK tanah. Nilai KTK tanah yang semakin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan Kalium, dengan demikian larutan tanah lambat untuk melepaskan K dan menurunkan potensi pencucian.

(37)

Satuan Peta Lahan 2

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman salak pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2), terdapat pada tabel berikut:

Tabel 6 Kesesuaian Lahan untuk tanaman Salak (Salacca edulis) pada SPL 2

Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan Nilai Data

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas kesesuaian

Potensial

Temperatur (tc) S2 S2

Temperatur rataan 28,08 S2 S2

Ketersediaan air

(wa) S1 S1

Curah Hujan (mm) 1863,8 S1 S1

Ketersediaan

Oksigen (oa) S1 S1

Drainase Baik S1 S1

Media Perakaran

(rc) S3 S3

tekstur Lempung S1 S1

Bahan Kasar (%) 15 - 35 S2 S1

Kedalaman Tanah

(cm) 62

S3 S3

Retensi Hara (nr) S2 S1

KTK 19,36 S1 Pemupukan NPK+ S1

Kejenuhan Basa (%) 27,06 S2 CaMg S1

pH H2O 7 S1 S1

C-organik (%) 1,41 S1 S1

Bahaya Erosi (eh) S2 S1

Lereng 14 S2 Perumpukan

Pelepah Salak S1

Bahaya Erosi rendah S2 S1

Bahaya Banjir (fh) S1 S1

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan Lahan S1 S1

Batuan di permuk

(%) <5

S1 S1

Singkapan batuan

(%) <5

S1 S1

Kelas Kesesuaian

Lahan S3 rc

Pemupukan dan Perumpukan

Pelepah Salak S3 rc

Berdasarkan data yang telah didapat dilapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman salak (Salacca edulis) pada Tabel 7 adalah

(38)

Sesuai Marginal/S3 dengan faktor pembatas media perakaran yaitu kedalaman tanah. Adapun kedalaman tanah ini dapat menjadi penghambat bagi pertumbuhan akar tanaman salak yang memiliki peran penting untuk menjangkau sumber air tanah dan sumber hara. SPL 2 memiliki kelas kesesuaian lahan potensial S3 dengan faktor pembatas media perakaran (rc)

Adapun peta kelas kesesuaian lahan aktual dari SPL1, dan SPL 2 tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan Aktual

(39)

Pembahasan

Dari Tabel kelas kesesuaian lahan SPL 1, didapat data bahwa hasil kesesuaian lahan aktual adalah S2 (tc.nr), dan hasil kesesuaian lahan potensial adalah S2 (tc). Pada SPL 1 dengan nilai KTK tanah pada kelas kesesuaian lahan S2 akan memerlukan tambahan input seperti pemupukan untuk dapat mencapai kelas kesesuaian lahan S1. Peningkatan dalam nilai kelas kesesuaian lahan akan menunjukkan adanya peningkatan dalam produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusriani (2013) yang menyatakan bahwa hubungan produksi salak dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah memiliki koefisien korelasi sedang yang menunjukkan bahwa peningkatan KTK tanah juga akan meningkatkan produksi salak walaupun tidak terlalu signifikan. Upaya peningkatan KTK tanah akan membantu ketersedian hara dalam tanah dimana tanah dengan KTK yang tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara yang lebih baik, karena unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air (hardjowigeno,2003) Usaha perbaikan nilai kejenuhan basa pada SPL 1 dapat dilakukan dengan pemberian pupuk dolomit CaMg(CO3)2 yang kaya akan Ca dan Mg untuk meningkatkan nilai kejenuhan basa dan pH tanahnya. Alternatif yang dapat diberikan selai pupuk dolomit adalah pupuk kalsium karbonat CaCO3 yang memiliki nilai Ca yang tinggi dan mampu meningkatkan kejenuhan basa maupun pH tanah seperti halnya pupuk dolomit. Kation-kation basa yang mudah tercuci akibat curah hujan tinggi secara perlahan akan ikut menurunkan nilai pH tanah yang menyebabkan tanah menjadi masam dan menghambat pertumbahan tanaman salak.

Hal ini sesuai dengan (Rout dkk., 2001) yang menyatakan pH tanah yang rendah

(40)

akan mengakibatkan Al bersifat mobile dan menyebabkan berkurangnya kation basa yang dapat dipertukarkan dalam larutan tanah.

Dari Tabel kelas kesesuaian lahan SPL 2, didapat data bahwa hasil kesesuaian lahan aktual adalah S3 (rc), dan hasil kesesuaian lahan potensial adalah S3 (rc). Pada kesesuaian lahan aktual SPL 2 terdapat beberapa faktor pembatas yang berada pada kelas S2/Cukup sesuai seperti Bahaya erosi, Retensi hara dan temperatur. Faktor pembatas bahaya erosi dan retensi hara dapat di tingkat dengan usaha perbaikan untuk mencapai kelas S1/Sangat sesuai.

Kedalaman tanah yang dangkal sangat menghambat pertumbuhan akar tanaman salak yang menghendaki jenis tanah yang subur dan gembur, kedalaman tanah yang dangkal juga menyebabkan akar salak sulit mencari air dan hara pada lapisan bawah tanah. Hal ini sesuai dengan (Rayes, 2007) yang menyatakan Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.

Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan keras, padat liat, padas rapuh atau lapisan phlintit.

Faktor kedalaman efektif tanah akan sangat mempengaruhi perkembangan akar tanaman yang dapat mengganggu atau membatasi perakaran karena semakin dangkal dan dalamnya kedalaman efektif tanah akan mempengaruhi sifat fisik tanah lainnya seperti menyediakan atau menyimpan air sehingga tidak terjadi genangan yang merusak tanaman yang tidak tahan dengan genangan. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah dengan kedalaman efektif yang besar mengakibatkan ketersediaan air dan pertumbuhan akar yang

(41)

cukup besar sehingga air semakin mudah diloloskan ke dalam tanah sehingga tanah tidak mudah tergenang.

Temperatur dan curah hujan dapat mempengaruhi nilai kelembapan udara yang berpengaruh pada viabilitas serbuk sari tanaman salak. Viabilitas serbuk sari salak dapat ditingkatkan seiring penurunan kelembapan udara sampai 6% (Stanley dan Linskens, 1974) dalam Muhtadin (2009). Selain mempengaruhi kelembapan udara, temperature juga dapat mempengaruhi pertumbuhan serangga hama tanaman salak, dimana temperature semakin rendah dapat mengurangi jumlah serangga hama. Menurut (Syarkawi dkk, 2015) Iklim berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian serangga hama, yang secara tidak langsung iklim berpengaruh terhadap kelimpahan serangga.

Perbaikan faktor pembatas bahaya erosi dapat dilakukan dengan perumpukan pelepah salak sejajar dengan kontur, tutupan rumput permanen, dan pemberian bahan organik pada daerah lereng dapat mengurangi bahaya erosi.

Perumpukan pelepah salak itu sendiri dapat menjadi sumber bahan organik alami walaupun hanya dalam jumlah yang kecil. Usaha perbaikan ini diharapkan dapat mengurangi bahaya erosi dan diharapkan kelas kesesuaian lahan potensial pada faktor pembatas Bahaya erosi menjadi S1/Sangat Sesuai

Selain perbaikan faktor pembatas bahaya erosi, faktor pembatas retensi hara juga dapat di perbaiki dengan cara pemupukan. Nilai KTK pada SPL 2 sudah memiliki nilai Kelas kesesuaian lahan aktual S1, dan seiring dengan perumpukan pelepah salak dalam perbaikan faktor pembatas bahaya erosi, perumpukan pelepah salak juga mampu memberikan tambahan bahan organik bagi tanah dan nilai KTK juga akan meningkat seiring dengan kegiatan perbaikan lahan ini. Menurut

(42)

Musthofa, (2007) dalam Barek (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Dengan melakukan pruning pada tanaman salak dan merumpukkan pelepah salak tersebut akan secara terus menerus menambah bahan organik ke dalam tanah yang sejalan dengan peningkatan KTK tanahnya, Hal ini diharapkan dapat mendorong nilai KTK untuk mencapai kelas kesesuaian potensialnya.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kebun Salak Tiga Juhar di kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu memiliki 2 Satuan Peta Lahan (SPL):

- SPL 1 yang memiliki luasan lahan sebesar 16 ha (20.25% luas lahan) mempunyai kelas kesesuian lahan aktual S2(tc.nr) yang berarti Cukup Sesuai dengan faktor pembatas temperatur dan retensi hara dimana kendala yang ada pada daerah ini adalah temperatur yang lebih tinggi dan masalah kesuburan tanah. Dan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S2 (tc) yang artinya Cukup Sesuai dengan faktor pembatas temperatur.

- SPL 2 yang memiliki luasan lahan sebsar 63 ha (79.75% luas lahan) mempunyai kelas kesesuian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (rc) yang berarti Sesuai Marginal dengan faktor pembatas media perakaran, dimana kendala yang ada pada daerah ini adalah kedalaman efektif yang lebih dangkal.

-

(44)

Saran

1. Pada SPL 1 dengan masalah kesuburan tanah disarankan untuk melakukan upaya pemupukan CaCO3 atau dengan pemberian pupuk CaMg(CO3)2 dan penambahan bahan organik dalam meningkatkan upaya peningkatan nilai Kejenuhan basa dan KTK tanah

2. Pada SPL 2 yang memiliki masalah pada media perakaran disarankan untuk melakukan kegiatan penggemburan tanah untuk menghaluskan

%bahan kasar tanah

3. Pada SPL 2 diharapkan untuk melakukan perumpukan pelepah salak untuk mengurangi bahaya erosi dan pemupukan CaMg(CO3)2 untuk meningkatkan nilai kejenuhan basa

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul R, dan Maya P. B. 2014.karakteristik sifat kimia tanah dan status kesuburan tanah lahan pekarangan dan lahan usaha tani beberapa kampung di kabupaten kutai barat.ZIRAA’AH. 39(1). Hal. 30-36

Ayu Rini, 2012. Membuat Manisan Buah. Pustaka Mina. Jakarta

Azmul, Yusran, dan Irmasari. 2016. sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di sekitar taman nasional lore lindu (studi kasus desa toro kecamatan kulawi kabupaten sigi sulawesi tengah). Warta Rimba. 4(2). Hal.

24-31

Bambang, C. 2016. Panen Untung dari Budidaya Salak Intensif. Penerbeit ANDI.

Yogyakarta

Barek, J.S.O., 2013. Sifat Kimia Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub- Das Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselembo Kabupaten Poso. Skripsi.. Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

Damayani, P. 2008. Pengaruh Aplikasi Kompos terhadap Kerapatan Isi , Ruang Pori, dan Kekuatan Tanah pada Pertanaman Tebu PT Gunung Madu Plantations di Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman. 2003. Laporan Hasil Anatisis DNA Salak Pondoh, Salak Ngtumut, Salak Suwaru dan Salak Manonjaya Untuk Pembanding DNA Salak Madu dan salak Mangga

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007 Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Huazimah, M. 2002. Sistem penjuala Salak Suwaru (Salacca Zallacca) Studi kasus

di desa pagelaran kecamatan pagelaran kabupaten malng. Skripsi, Jurusan Ekonomi pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang Ismangil dan E. Hanudin. 2005. Degradasi Mineral Batuan oleh Asam-Asam

Organik. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(1):1-17.

Mega, I.M., Dibia, I.N., Adi, I.G.P.R., dan T.B. Kusmiyarti. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas Udayana. Denpasar.

Muhtadin, S. 2009. Pengaruh Suhu Terhadap Viabilitas Serbuk Sari Salak Gola- Gola Salacca edulis,Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin.

Makassar

(46)

Nina, Sevani, Marimin, Heru, Sukoco., 2009. Sistem pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Faktor Penghambat Terbesar (Maximum Limitation Faktor) Untuk Tanaman Pangan. Jurnal Informatika Vol. 10 No.1. Mei 2009 Olafisoye, BO, OO Oguntibeju, and OA Osibote. 2016. An assessment of the bioavailability of metals in soils on oil palm plantations in Nigeria. Pol. J.

Environ. Stud. 25(3): 1125-1140.

Rayes, M.L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Rout, GR, S Samantaray, and P Das. 2001. Aluminium toxicity in plants: A review.

Agronomie. 21(1): 3-21.

Siti, M. 2011. Kajian laju infiltrasi dan permebilitas tanah pada beberapa model tanaman. Fakultas pertanian. Universitas sebelas maret. Surakarta

Sofyan, R. Wahyunto, Agus F. dan Hidayat, H. 2007.Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian. Tanah dan World Agroforestry

Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono.

2016. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 60 hal.

Sumeru, A. 2013. Salak The Snake Fruit. Universitas Brawijaya, Malang

Susanto, Bambang., E. Sujitno dan A. Ruswandi. 2011. Potensi Lahan untuk Pengembangan Salak Berdasarkan Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Kabupaten Tasikmalaya. BPSP (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih), 2009 Medan.

Syarkawi, Husni, dan M.Sayuthi. 2015. Pengaruh tinggi tempat terhadap tingkat terangan hama penggerek buah kakao (Conopomorpha Cramerella Snellen) Di Kabupaten Pidie. Jurnal Agronomi 10 (2):

Uhl, N.W and J. Dransfield. 1987. Genera Palmarum. Allen Press. Lawrence. Kasna . p. 1-74; 233-278

Utomo, W.H. 1985. Fisik tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijawa.

Malang. hlm.196

Wuryaningsih, S., T. Sutater, dan Sutomo. 1997. Pengaruh dosis dan frekuensi pemberian pupuk kalium serta persentase air tersedia terhadap tanaman melati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. J. Hort 7: 781- 787.

Yusriani, N. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

(47)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informasi Curah Hujan Dan Suhu

Informasi curah hujan (mm)

Kecamatan Sinembah Tanjung Muda, Hulu Deli Serdang Pada Tahun 2016-2020

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali (2020)

Informasi Suhu (oC)

Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Deli Serdang Pada Tahun 2016-2020

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali (2020)

Thn Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Hujan/ Thn 2016 203 253 50 49 129 271 144 219 275 89 147 49 1878 2017 38 71 51 60 79 34 30 152 89 61 141 133 939 2018 113 68 32 103 171 169 180 95 126 229 161 275 1722 2019 285 85 10 25 175 185 217 141 337 317 265 355 2397 2020 43 70 116 339 325 245 381 247 238 56 60 263 2383 1863,8

Tahun Suhu (°C)

2016 27,70

2017 28,00

2018 27,95

2019 28,25

2020 28,50

28,08

(48)

Lampiran 2. Peta kelerengan

(49)

Lampiran 3. Peta Jenis Tanah

(50)

Lampiran 4. Peta Curah Hujan

(51)

Lampiran 5. Peta Suhu

(52)

Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan

(53)

Lampiran 7. Tabel Hasil Analisis Tanah Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan Analisis tekstur tanah di Laboratorium Universitas Medan Area

Lokasi pH % Pasir

% Debu

% liat

Kation Tukar (me/100gr)

KTK KB

(%) C (%) Bahaya Erosi

K Na Ca Mg

SPL 1

6,7 52 23 25 1,04 0,13 2,54 1,25 14,75 33,63 2,34 Sgt Rendah SPL 2 7,0 43 21 35 1,18 0,43 2,15 1,48 19,36 27,06 1,41 Rendah

(54)

Lampiran 8. Hasil Analisis Tanah PPKS

(55)

Lampiran 9. Foto Lokasi Penelitian Satuan Peta Lahan 1

(56)

Lampiran 10. Foto Lokasi Penelitian Satuan Peta Lahan 2

Gambar

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak  Persyaratan
Gambar 1. Peta Lokasi Penelintian
Gambar 2. Skema Pemetaan Evaluasi Kesesuai Lahan
Gambar 3. Peta Pengambilan Sampel
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hari kesebelas, saya mendapatkan tugas untuk membantu bagian produksi perangkat lunak untuk membuat user manual yang nantinya user manual ini ditujukan kepada

36 28 Februari 2019 Pada magang pada hari ke-36 membuat ini saya kembali ke tableau untuk membuat dashboard produk, dengan membuat beberapa worksheet yaitu urutan

ODP Pole adalah sebuah kotak terminal kabel fiber optik yang di pasang pada tiang kabel telepon yang berfungsi sebagai tempat untuk membagi core serat optic dari kabel utama

Penciptaan karya seni tugas akhir film animasi “Afeksi” dengan teknik digital 2D melalui pendekatan surealis ini sebagai syarat kelulusan Program Studi D-3 Animasi, Jurusan

Selain batu obsidian, alat serpih bisa dibuat dari batu tuf, gamping kersikan, kuarsa, granit, batu pasir, dan batu-batu lain yang tidak mudah hancur.. saat bertumbukan

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1) kupu- kupu yang ditemukan di Resort Pattunuang sebanyak 20 individu terdiri dari 6 jenis

Berdasarkan analisis yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV