Narasi Capaian IKU 2018
ASISTEN DEPUTI PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
INDIKATOR KINERJA:
REKOMENDASI PENGENDALIAN PELAKSANAAN
KEBIJAKAN DI BIDANG PASAR MODAL DAN LEMBAGA
KEUANGAN YANG TERKAIT PEMBIAYAAN
LAPORAN KINERJA INTERIM TRIWULAN I TAHUN 2018 Sasaran Indikator Kinerja
Output Fisik
Kinerja (%)
Progress Capaian
(%)
Keterangan Target Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tersusunnya Paket
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang Terkait dengan Pembiayaan
Jumlah paket Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang Terkait dengan Pembiayaan
2 2 100% 25%
Petunjuk pengisian :
Kolom (1) : diisi sasaran strategis atau sasaran program atau sasaran kegiatan yang direncanakan dalam Renstra atau perencanaan kinerja tahunan.
Kolom (2) : diisi dengan ukuran kinerja atau indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dari tercapainya sasaran strategis yang diukur tersebut pada kolom 1.
Penulisan indikator kinerja disertai dengan satuannya, misalnya : presentase rekomendasi yang terimplementasi (%), Indeks iklim organisasi (Skala 1-5) dll
Kolom (3) : diisi dengan rencana capaian atau rencana hasil kerja secara kuantitatif (berupa angka), misalnya 10 Paket Rekomendasi.
Kolom (4) : diisi dengan realisasi dari hasil kerja secara kuantitatif (berupa angka), misalnya 8 Paket Rekomendasi.
Kolom (5) : diisi dengan progress capaian yang dilaporkan pada kolom 4, misalnya 1 Paket rekomendasi telah selesai sebesar 50% dari target yang ditetapkan.
Kolom (6) : diisi dengan % capaian realisasi anggaran berdasarkan realisasi Surat Perintah Membayar (SPM)/Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D).
Kolom (7) : diisi dengan penjelasan singkat atas realisasi capaian kinerja, misalnya; alasan kenapa target tidak tercapai, realisasi yang jauh melampaui target, penjelasan angka- angka yang dijadikan dasar perhitungan, hal-hal lain yang relevan, dan lain-lain, beserta dokumen pendukung pengukuran kinerja.
Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan, dan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang keuangan serta menyiapkan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan penguatan keuangan berbasis nasional.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang keuangan;
b. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pembangunan penguatan keuangan berbasis nasional;
c. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan penguatan keuangan berbasis nasional;
d. penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pasar modal, lembaga keuangan bukan bank dan perbankan; dan
e. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah dan kegiatan di bidang pasar modal, lembaga keuangan bukan bank dan perbankan
Capaian Indikator Kinerja Utama
PAKET REKOMENDASI PENGENDALIAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN YANG TERKAIT PEMBIAYAAN
Paket Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang Terkait dengan Pembiayaan terdiri dari rekomendasi, terdiri dari:
a. Rekomendasi tindak lanjut atas rekomendasi BPK pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKBUN 2016 tentang pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
mempunyai tugas menyiapkan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan, dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lem baga yang terkait dengan isu di bidang keuangan dan penguatan keuangan berbasis nasional.”
Tersusunnya Paket
Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Terkait dengan Bidang Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKBUN 2016 tentang pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bahwa proses verifikasi Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) belum dapat menjamin ketepatan sasaran penyaluran subsidi bunga KUR sehingga merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan pemilik basis data (database) SIKP.
b. Membuat perjanjian kerja sama penggunaan SIKP dengan seluruh pengguna SIKP.
c. Menetapkan mekanisme K/L dan Pemda dalam menguji validitas data calon debitur yang diunggah oleh Bank/Penyalur ke SIKP.
d. Menetapkan lingkup verifikasi permohonan pembayaran subsidi bunga KUR yang seharusnya dilakukan oleh KPA.
e. Forum Koordinasi Pengawasan agar mengatur mekanisme teknis pengawasan dan pola koordinasi yang dilakukan oleh APIP Kementerian/Lembaga/Pemda untuk menjamin keandalan database SIKP dan melakukan monitoring dan evaluasi atas keandalan database SIKP.
Adapun tindak lanjut dari Rekomendasi BPK pada LHP atas LKBUN adalah komite kebijakan akan:
1. mengatur atau menetapkan mekanisme Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menguji validitas data calon debitur yang diunggah oleh penyalur KUR.
2. Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretariat Komite Kebijakan bagi UMKM akan bersurat kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah tentang mekanisme menguji validitas data calon debitur yang diunggah penyalur KUR, yang lakukan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
3. Terkait rekomendasi Forum Koordinasi Pengawasan KUR telah ditetapkan Keputusan Ketua Tim Pengarah Forum Koordinasi Pengawasan Pelaksanaan KUR No: KEP-001/FORKORWAS/11/2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Forum Koordinasi Pengawasan Pelaksanaan KUR.
b. Rekomendasi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan KUR di Provinsi Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat bahwa Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM melakukan pengawasan atas pelaksanaan KUR sebagai tindakan yang bersifat preventif. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan kinerja KUR paling kurang 1 kali dalam 6 bulan. Sehubungan dengan hal tersebut, Komite Kebijakan telah melakukan monitoring secara on desk setiap bulannya. Monitoring tersebut mencakup ketepatan format pelaporan, ketepatan penyampaian laporan, jumlah data UMKM yang telah
diunggah ke dalam Sistem Informasi Kredit Program, serta jumlah username dan password yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan. Namun ada beberapa indikator permasalahan yang belum dapat terjawab dengan metode monitoring on desk.
Beberapa permasalahan yang ingin diungkap melalui monitoring on field antara lain:
1. Pelaksanaan penyaluran KUR oleh Penyalur, dengan menggunakan indikator keberhasilan KUR sesuai dengan Permenko 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR.
2. Pemanfaatan KUR oleh UMKM yang telah menerima penyaluran, seperti pendampingan yang diperoleh serta agunan yang diminta oleh pihak Penyalur.
3. Pelaksanaan kewajiban – kewajiban Pemerintah Daerah sesuai dengan Surat Edaran Mendagri Nomor SE-581/6871/SJ tanggal 14 Desember 2015 tentang Kredit Usaha Rakyat.
4. Implementasi pelaksanaan Sistem Informasi Kredit Program oleh Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi.
Adapun hasil dari pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Perlu adanya koordinasi penyelenggaraan SIKP dengan anggaran pemerintah daerah.
b. Perlu dukungan penuh dari Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Provinsi untuk dapat mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota diwilayahnya untuk dapat mengunggah data calon debitur potensial KUR.
c. Perlu dialokasikan anggaran dalam APBD untuk program pendampingan dan pembinaan UMKM binaan Pemerintah Daerah. Hal tersebut sesuai dengan arahan dalam SE Mendagri tentang Kredit Usaha Rakyat.
d. Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di beberapa provinsi telah aktif bekerja yang beranggotakan Pemerintah Daerah, OJK Regional, Kantor Wilayah Bank Indonesia, dan Penyalur KUR. TPAKD juga telah aktif menyediakan basis data calon debitur potensial KUR yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh Penyalur. Diperlukan optimalisasi kerjasama antara TPAKD dengan Penyalur KUR agar usulan calon debitur tersebut dapat ditindaklanjuti secara maksimal.
e. Porsi kredit untuk sektor pertanian dan kelautan serta perdagangan yang terkait dengan kedua sektor tersebut masih lebih rendah dibandingkan denga penyaluran di sektor perdagangan. Hal tersebut karena jumlah permintaan kredit dari sektor tersebut cukup rendah.
f. Perbankan masih sering melakukan kesalahan pencatatan klasifikasi sektor ekonomi saat menyalurkan KUR. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa UMKM di sektor industri pengolahan yang dimasukkan dalam klasifikasi sektor perdagangan. Diharapkan Penyalur KUR terus melakukan edukasi dan sosialisasi internal agar tercapai ketertiban pencatatan klasifikasi sektor ekonomi, sehingga Komite Kebijakan mampu merumuskan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk penyaluran KUR selanjutnya.
g. Petugas bank dilapangan belum jelas mengenai informasi ketentuan yang ada di Permenko 11 Tahun 2017 Tentang pedoman Pelaksanaan KUR dan Aplikasi pada Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), sehingga Bank Penyalur perlu memberikan edukasi dan sosialisasi kepada petugas dilapangan agar dapat memahami ketentuan tentang pelaksanaan KUR dan dapat mengimplementasikan dengan benar.
ooOoo