• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MAKANAN TRADISIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MAKANAN TRADISIONAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MAKANAN TRADISIONAL Judul Penelitian:

DIVERSIFIKASI BENTUK KEMASAN GULA KAWUNG TRADISIONAL

DI KAWASAN GUNUNG HALU CILILIN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN DESAIN PRODUK MODERN

Penanggungjawab Program:

Drs. Yan Yan Sunarya, M.Sn.

PKMT Pengusul:

PKMT Madya Institut Teknologi Bandung

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2000/2001

LATAR BELAKANG

Upaya pengembangan potensi lokal kemasan makanan tradisional di wilayah penelitian Jawa Barat baik yang telah, sedang dan yang belum dikembangkan, memerlukan perencanaan lintas sektoral dari berbagai disiplin ilmu. Dalam hal ini Pemerintah Daerah setempat telah berusaha untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam, sumber daya manusia dan seni budaya secara optimal. Upaya tersebut dilakukan secara bertahap dan berencana berdasarkan skala prioritas dengan pertimbangan sosial-ekonomi maupun sosial-budayanya.

Di pihak lain, kerajinan rakyat yang terpresentasikan dalam produk kemasan makanan tradisional berupa gula kawung, merupakan salah satu bentuk hasilan industri kecil yang ada di kawasan Gunung Halu Cililin Jawa Barat. Kondisi industri kecil semacam ini pada umumnya merupakan industri non-formal dan bersifat industri rumahan yang dikelola secara sederhana dengan modal terbatas, namun memiliki nilai ekonomis dan strategis yang potensial untuk dikembangkan menjadi industri yang lebih besar dan profesional, apalagi dalam menunjang pariwisata daerah dan pendapatan asli daerah (PAD).

Dengan demikian, kiranya perlu peningkatan keahlian yang lebih beragam dan profesional pada industri kecil berbasis teknologi kerakyatan melalui pendekatan desain produk modern yang praktis dan tepatguna, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara langsung tanpa mengganggu aktivitas produksinya. Dengan kata lain, terdapat lahan dan pangsa pasar potensial yang harus dipenuhi secepatnya secara efisien, berkualitas

(2)

tinggi, berfungsi dan menuntut tersedianya model kemasan makanan tradisional yang baru. Sebab selama ini masyarakat setempat masih memproduksi gula kawung dengan kemasan makanan apa adanya, jauh dari standar kualitas tinggi; apalagi terdesain.

ANALISIS SITUASI

Mengacu kepada hasil survey pendahuluan di kawasan Gunung Halu Cililin Jawa Barat, maka memiliki fakta-fakta umum sebagai berikut:

Sosial Budaya

- Minimnya keterampilan profesional teknis dan desain pada tenaga kerja yang ada, menyebabkan banyaknya pesanan produk gula kawung yang tidak terkemas secara baik dan menarik;

- Kurangnya kemampuan untuk menghasilkan kemasan makanan tradisional yang beragam yang sesuai dengan selera pasar karena pengetahuan/wawasan keilmuan yang terkait belum memadai;

- Kurangnya pembinaan dalam masalah desain kemasan makanan tradisional dari lembaga berwenang atau berkeilmuan seperti perguruan tinggi;

- Para pemuda setempat merupakan sumber daya manusia potensial demi mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, apalagi menghadapi masa krisis ekonomi kini.

Ekonomi

- Sebagian besar penduduk di kawasan Gunung Halu Cililin Jawa Barat ini hidup di atas garis rata-rata cukup;

- Industri kecil yang merupakan wirausaha penyedia produk makanan tradional (gula kawung), lemah dalam permodalan sehingga tidak dapat mengembangkan usahanya secara meluas;

- Penduduk asli memiliki mata pencaharian seperti bertani, berkebun teh (kawasan PTP Gunung Halu), berdagang dan pegawai negeri sipil;

- Lingkungan kawasan penelitian amat potensial di dalam mengembangkan usahanya, berhubung terletak di jalur lalulintas perdagangan teh.

Manajemen Usaha

- Keuntungan yang dihasilkan dari penjualan gula kawung hanya dijadikan sebagai keuntungan usaha sesaat;

- Para pengrajin umumnya merupakan buruh lepas dan sistem hubungan kerja dengan majikan belum diatur secara jelas.

- Lingkungan dan tatacara kerja industri kecil ini masih sederhana dan kurang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan kerja.

- Pola manajemen yang dianut adalah kekeluargaan.

- Pola pemasaran yang dianut masih terbatas kepada adanya pemesanan dan melalui penyebaran konvensional (dari mulut ke mulut);

- Siklus kerja masih bergantung kepada adanya masa panen gula kawung, jadi bukan merupakan penelitian dan pengembangan mandiri.

(3)

Produk Kemasan Makanan Tradisional

- Desain kemasan makanan tradisional yang dihasilkan merupakan produk yang telah mentradisi ada diproduksi secara turun-menurun, sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk berkreasi mengembangkan potensi desainnya;

- Relatif lebih rendahnya mutu produk kemasan makanan tradisional yang dihasilkan, sehingga menurunkan daya saingnya. Hal ini karena kurangnya keterampilan dan keahlian profesional tenaga kerja dan desain yang ada yang memang tidak dilatih secara khusus;

- Peralatan dan prasarana yang digunakan relatif sederhana, sehingga produk yang akan dihasilkan harus disesuaikan dengan kemampuan teknologi yang dimilikinya;

- Kualitas produk kemasan makanan tradisional yang dihasilkan dikontrol manual.

TUJUAN

Penelitian ini bermaksud menawarkan bentuk-bentuk kemasan makanan tradisional yang memadai dengan kajian yang mendalam dari berbagai disiplin ilmu terutama seni rupa dan desain dalam meningkatkan daya tarik makanan tradisional Jawa Barat.

Bentuk-bentuk kemasan yang direncanakan, merupakan deskripsi kebudayaan secara khusus menyangkut proses hingga hasil akhir produksi makanan tradisional Jawa Barat, gambaran komunitas pendukungnya serta kondisi alamiah yang ada. Lebih lanjut bentuk kemasan yang diusulkan bertujuan menggugah semangat pengusaha kecil makanan tradisional (gula kawung), membangkitkan selera baru masyarakat konsumen, sekaligus pada gilirannya meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Kegiatan akan diarahkan terbatas pada wilayah studi yang sudah dapat ditentukan lebih dahulu untuk efisiensi dan efektivitas mencapai tujuan penelitian. Wilayah studi yang dimaksud adalah terhadap bentuk-bentuk kemasan makanan tradisional gula kawung di kawasan Gunung Halu Cililin Jawa Barat yang masih dan pernah ada, proses produksi hingga hasil akhirnya yang masih akan terus berlanjut maupun pola penyebarannya di masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Lingkup Kegiatan Kerajinan Rakyat

Kerajinan rakyat adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud, ia adalah produk dari nilai-nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Sebagai produk kebudayaan, kerajinan rakyat tidak terlepas dari fenomena kebudayaan yang lain, selain tidak terlepas dari sistem nilai-nilai yang sifatnya abstrak dan spiritual, ia selalu terkait dengan sistem ekonomi dan sistem sosial. (Widagdo, 1999)

Secara praktis kerajinan rakyat dapat dipresentasikan melalui produk kemasan makanan tradisional. Produk itu dapat dikatakan sebagai hasil dari sebuah proses yang melibatkan alat untuk memproses, objek yang diproses dan pemroses. Untuk memproses diperlukan informasi yang memadai, misalnya tentang teknik produksi, pasar, sifat pengguna, lokasi dan sebagainya. Subjek yang diprosesnya pun harus diidentifikasi dan dimengerti dengan benar. Selain itu pemrosesnya perlu mempunyai kualitas yang memadai untuk mampu mengolah masukan informasi.

(4)

Kerajinan rakyat adalah suatu proses kreatif yang menghasilkan bentuk-bentuk yang bernilai serta diperlukan masyarakat. Nilai tersebut tidak semata-mata terletak pada wujudnya saja, tetapi secara prinsip terjadi karena adanya hubungan struktural dan fungsional, sebagai sistem yang berpadu dan dapat diterima dengan baik oleh produsen maupun konsumen. Dengan demikian nilai seni dan keterampilan yang diwadahinya tidak hanya bergantung kepada fungsi, ilmu dan proses teknologi, melainkan juga pada kadar kesadaran sosialnya. Kegiatan tersebut mencakup segala aspek lingkungan hidup manusia yang senantiasa berkembang. (Riyadi Yoedodibroto dkk., 1999)

Program Pengembangan Industri Kecil

- Industri kecil merupakan suatu kegiatan yang strategis, sehingga perlu mendapatkan penanganan serius, oleh pemerintah, perti dan masyarakat secara bersama-sama;

- Tujuan pengembangan industri kecil yaitu: pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas;

Konsep Pendekatan Desain Produk Modern

- Peningkatan desain produk modern, tidak hanya untuk memenuhi selera konsumen, melainkan juga harus mampu meningkatkan daya saing.

- Peningkatan desain perlu dilakukan secara berjenjang agar tidak menciptakan sesuatu yang sulit dicapai oleh pengrajin atau pemuda setempat.

- Peningkatan komparatif dengan desain produk kria yang ada (kemasan makanan tradisional), lebih ditekankan kepada aspek pembinaan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan (sustainable) daripada keuntungan sesaat. (Agus Sachari, 1995)

- Secara makro, pengembangan desain harus mampu meningkatkan laju pertumbuhan industri kecil sebesar 6 s.d. 7 % setahun. (Tunky Ariwibowo, 1991)

- Produk kria (kemasan makanan tradisional) juga harus mampu merangsang peningkatan investasi industri kecil, melalui program bapak angkat maupun keterkaitan dengan kemudahan memperoleh kredit lunak;

- Dengan peningkatan desain produk modern diharapkan dapat menciptakan perluasan dan penyerapan tenaga kerja baru terutama bagi pemuda, juga akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan nilai tambah industri kecil secara keseluruhan di kawasan Gunung Halu Cililin Jawa Barat;.

- Desain produk modern merupakan usaha pemecahan masalah baik berupa inovasi, diversifikasi, maupun modifikasi berdasarkan konteks persoalan yang dihadapi;

- Secara spesifik desain produk modern lebih mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikologis, estetis dan nilai kultural yang berkelanjutan (sustainable);

- Menghadapi perubahan zaman dan gaya hidup masyarakat Indonesia, desain produk modern merupakan implementasi dari global marketing sebagai strategi menghadapi persaingan. (Yan Yan Sunarya, 1999)

Kemasan Makanan Tradisional sebagai Aset Historis Daerah

Serbuan kemasan sintetis ke pelosok kota maupun desa, perhatian yang menipis terhadap upacara adat (salah satu pendukung kehadiran makanan tradisional), sikap budaya ingin serba cepat dan mudah, begitu menonjol dalam masyarakat sekarang, sehingga kehadiran makanan tradisional makin terdesak; kian hari kian menjadi jenis makanan eksklusif dengan harga yang tidak memasyarakat lagi. Melihat kenyataan

(5)

demikian, sudah waktunya pihak yang berkepentingan: Perindustrian, Pariwisata, Lingkungan Hidup dsb., melakukan langkah-langkah bermanfaat untuk menyelamatkan nilai-nilai, baik potensi keterampilan (mengemas), pengetahuan bahan-bahan botani serta pengolahannya, maupun keragaman bentuk-bentuk yang dapat diamati dalam kemasan tradisional tadi, agar di samping tetap mampu hadir juga dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan desain baru dalam kehidupan masa kini penuh tantangan.

(Setiawan Sabana dkk., 1999)

Kemasan Makanan Tradisional sebagai Aset Promosi Wisata

Sebagai rupa, desain kemasan juga merupakan daya pikat atau ‘iklan’ tersendiri, suatu bujukan agar orang-orang tergiur untuk menikmati isinya, atau dalam konteks dagang agar makanan itu menarik serta dibeli orang. Hal lain yang menarik; penganan tradisional itu (isi dan kemasannya) di samping dikenal sebagai makanan penyelang, dalam tradisi kebudayaan Sunda dikenal juga sebagai pelengkap upacara-upacara tradisional tertentu (umumnya berkaitan dengan siklus kehidupan manusia). (Setiawan Sabana, dkk., 1999)

PUSTAKA ACUAN

Ave, Joop, Pariwisata Berbasis Kria sbg Produk Wisata Alternatif, Kon. Kria/Rekayasa 99, ITB, ‘99 Joedawinata, Ahadiat, Penelitian Interdisiplin tentang Seni Rupa Tradisional Nusantara dalam

Menghadapi Persaingan Global, Makalah Konperensi Tahun Kria & Rekayasa 99, ITB, Nov ‘99 Poole, Ross, Moralitas & Modernitas di Bawah Bayang-bayang Nihilisme, Kanisius, Yogyakarta, ‘93 Rohidi, Tjetjep Rohendi, Pengembangan Seni Kria dalam Konteks Kebudayaan Nasional (Bahasan

Singkat Berparadigma Eko-Budaya, Makalah Konperensi Th Kria/Rekayasa 99, ITB, Nov ’99 Sabana, Setiawan, Penelitian Kemasan Makanan Tradisional, PKMT ITB, LPM ITB, 1999;

Sachari, Agus & Sunarya, Yanyan, Modernisme: Tinjauan Historis Desain Modern, BP, Jakarta, ‘99 __________,Reformasi Budaya Kita: Seni Rupa dan Desain Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, ‘99 Sedyawati, Edi, Kria dlm Kebudayaan Indonesia, Makalah Konperensi Th Kria/Rekayasa 99, ITB, ‘99 Sunarya, Yan Yan, Redefinisi Kria (=Craft?) Menjelang Abad 21, Kon. Th Kria Rekayasa 99, ITB, ‘99 Widagdo, Pengembangan Desain bg Peningkat Kria, Konperensi Kria/Rekayasa 99, ITB, Nov ‘99 Widihardjo, Pengembangan Kria melalui Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin, Makalah Konperensi

Tahun Kria dan Rekayasa 99, ITB, 26 Nov ’99

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa fakta dan sumber ilmiah yang disebutkan paada bagian ini, peneliti mencoba menarik ide untuk meneliti hubungan radikal bebas dengan aktivitas yang

Dari metode coredrill dan setelah dilakukan pengujian Marshall dan Ekstraksi dapat disimpulkan bahwa ruas jalan Ceper- Klaten mengalami kerusakan dengan kategori tinggi,

Salah satu penyakit viral yang saat ini banyak menyerang udang vaname adalah IMNV( Infectious Myonecrosis Virus ). Penelitian ini dilakukan untuk menguji

Tujuan dari penelitian ini tidak hanya untuk mengetahui bagaimana Prosedur Jemput Bola Pajak Bumi dan Bangunan di DPPKAD dapat berjalan berapa besar sesuai

Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model.. pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI. Nurul Huda Dawuhan Trenggalek

Hasil penelitian ini berdasarkan rasio aktivitas yang diproksikan Total Turn Over, Receivable Turn Over, Receivable + WIP Turn Over,Average Collection Perioed, Sales to

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET TAMBAH.. DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI

nafkah anak kepada penggugat rekonvensi/termohon konvensi sejumlah Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) setiap bulan diluar biaya pendidikan dan kesehatan sampai anak