• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rambut Semua mamalia memiliki rambut yang terletak hampir di seluruh permukaan tubuhnya tetapi ada bagian tertentu yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rambut Semua mamalia memiliki rambut yang terletak hampir di seluruh permukaan tubuhnya tetapi ada bagian tertentu yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rambut

Semua mamalia memiliki rambut yang terletak hampir di seluruh permukaan tubuhnya tetapi ada bagian tertentu yang tidak di ditumbuhi oleh rambut seperti telapak tangan, telapak kaki, permukaan bukal pada bibir, dan bagian genitalia eksterna. Namun ada beberapa bagian tubuh yang memungkinkan mengalami pertumbuhan rambut lebih pesat sehingga lebih panjang, lebih tebal, dan memiliki banyak pigmen seperti kulit kepala, alis, dan bulu mata. Setiap manusia memiliki panjang, diameter, dan bentuk penampang rambut yang berbeda seperti bentuk rambut lurus dan ikal atau bergelombang. Jenis melanin dapat mempengaruhi perbedaan warna rambut manusia seperti warna hitam, kuning, coklat bahkan sampai coklat kemerahan. Selain itu, juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan etnis yang terdiri dari tiga sub kelompok yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Rambut memiliki fungsi utama yaitu melindungi kulit kepala dari gangguan eksternal seperti sinar matahai, cuaca panas dan dingin serta menghentikan hal-hal yang dapat masuk ke mata (Buffoli et al., 2014).

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Pertumbuhan Rambut

Rambut manusia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu folikel dan batang rambut dimana folikel akan mempengaruhi struktur dari batang rambut. Folikel berfungsi dalam membentuk rambut yang letaknya ada di dalam lapisan epidermis. Terdapat empat bagian pada folikel rambut yaitu infundibulum, isthmus, suprabulbar, dan bulb. Letak dari infundibulum yaitu antara kelenjar sebaseous sampai orificium folikel rambut. Isthmus terletak pada folikel rambut dari bulge sampai orificium ductus glandula sebacea. Suprabulbar terletak pada bagian unit inferior sampai muscular arrector pilli (bulge). Bulb terletak pada bagian yang paling rendah dari folikel rambut dimana bulb ini terbagi menjadi 5 bagian yaitu papila dermal, matriks, batang rambut, outer root sheath (ORS), dan inner root sheath (IRS) (Umborowati & Rahmadewi, 2014).

(2)

Gambar 2. 1 Struktur Rambut (Abreu & Marques, 2021)

Batang rambut memiliki diameter 50 sampai 100 μm. Kutikula, korteks, dan medula merupakan penampang batang rambut dari luar ke dalam. Kehalusan permukaan rambut disebabkan adanya lipid seperti trigliserida, squalene, wax ester, ceramide yang terkandung dalam kutikula berupa lapisan keratin yang berfungsi untuk melindungi korteks. Kekuatan dan elastisitas batang rambut dipengaruhi oleh korteks yang terdiri dari mikrofibril dan melanosom. Terdapat 3 sampai 4 lapis sel poligonal pada medula dimana lapisan sel tersebut berisi lemak, keratohialin, dan rongga udara (Umborowati & Rahmadewi, 2014).

Pertumbuhan folikel rambut memiliki siklus berulang dimana tahap pertumbuhan yang cepat dan pembentukan batang rambut bergantian dengan tahap regresi folikel rambut yang didorong oleh apoptosis. Rambut dapat dibagi menjadi tiga siklus fase yang berbeda yaitu anagen, katagen dan telogen. Fase tersebut akan terus berlanjut selama folikel rambut masih dapat menghasilkan rambut (Buffoli et al., 2014).

(3)

Gambar 2. 2 Siklus Pertumbuhan Rambut (Buffoli et al., 2014)

 Fase anagen

Fase anagen merupakan fase dimana folikel rambut tumbuh secara aktif membesar dan serat rambut masih dapat diproduksi. Pada fase ini terdapat enam tahapan. Tahap satu sampai lima disebut dengan proanagen dimana tahap ini sel- sel progenitor rambut berproliferasi menyelimuti papila dermal dan mulai berdiferensiasi menjadi batang rambut dan IRS. Batang rambut yang terbentuk mulai berkembang dan melanosit yang terletak di matriks rambut menunjukkan adanya aktivitas penghasil pigmen. Sedangkan pada tahap keenam disebut dengan metanagen dimana tahap ini merupakan pemulihan unit penghasil serat rambut yang ditandai adanya pembentukan bola rambut epitel yang mengelilingi papila dermal dan munculnya batang pada permukaan kulit (Buffoli et al., 2014). Fase anagen berlangsung selama 2 sampai 7 tahun dan sebanyak 90% rambut pada kulit kepala yang sehat ada dalam fase anagen (Rambwawasvika, 2021).

 Fase katagen

Fase katagen terjadi ketika fase anagen berakhir dimana pada awal fase mengalami penurunan diferensiasi dan proliferasi keratinosit matriks rambut secara signifikan, aktivitas dari produksi pigmen melanosit terhenti, dan produksi batang rambut selesai. Folikel rambut pada fase ini mengalami pengurangan sebanyak satu per enam dari diameter normal karena adanya dorongan dari apoptosis. Akar rambut pada bagian tengah pada fase ini mengalami penyempitan, bagian bawah yang melebar dan mengalami pertandukan membentuk gada (Club shapped) yang relatif tidak berpigmen (Buffoli et al., 2014). Pada fase katagen, aktivitas pertumbuhan meningkat dan rambut bergerak ke fase berikutnya. Fase ini berlangsung selama 10 sampai 14 hari (Singh et al., 2016).

(4)

 Fase telogen

Setelah fase katagen maka terjadilah fase telogen dimana rambut akan masuk ke fase istirahat sehingga rambut tidak akan tumbuh. Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu sampai delapan bulan. Ciri folikel rambut pada fase telogen yaitu melanosit penghasil pigmen dan IRS berkurang. Pada saat tertentu sekitar 10 sampai 15% dari semua rambut berada dalam fase ini. Pada akhir fase ini rambut akan mulai rontok yang dikenal dengan fase eksogen dan beberapa minggu kemudian folikel rambut akan kembali tumbuh dengan cara merangsang sel punca dari bulge area dan rambut telah memasuki fase anagen (Buffoli et al., 2014).

2.2 Alopecia

Istilah alopecia (juga dikenal sebagai rambut rontok, kebotakan) berasal dari kata Yunani yaitu “alopex” yang berarti “rubah”. Kerontokan rambut (kebotakan) adalah kelainan dermatologis dengan implikasi psikososial pada pasien. Alopecia mempengaruhi 66% pria dan 40% wanita usia lebih dari 35 tahun. Rambut rontok bisa dikategorikan menjadi ringan, sedang dan berat. Ketika kehilangan kurang dari 40 helai per hari, itu dianggap sebagai rambut rontok ringan. Termasuk kategori sedang jika rambut mengalami kerontokan antara 40 sampai 100 helai rambut per hari dan apabila rambut yang rontok setiap harinya sudah mencapai lebih dari 100 helai maka termasuk kategori parah (Semwal et al., 2015).

Umumnya, semua bentuk alopecia memperpendek siklus pertumbuhan rambut dan menyebabkan kerontokan rambut dalam dua cara. Cara yang pertama adalah pemendekan fase anagen sebagai karakteristik alopecia androgenik. Hal ini menghasilkan penurunan rasio rambut anagen: telogen dari normal 6:1 menjadi 2:1 dan dengan demikian akan memperpanjang fase telogen. Cara kedua adalah melalui menyusutnya papila dermal yang bertanggung jawab untuk diferensiasi dan pertumbuhan sel folikel rambut melalui suplai nutrisi. Penyusutan ini disebabkan karena pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga nutrisi dan oksigen ke rambut terhenti (Rambwawasvika, 2021).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan alopecia yaitu sebagai berikut (Semwal et al., 2015)

(5)

1. Faktor umum

- Kekurangan nutrisi: Kekurangan vitamin tertentu dari B-kompleks, vitamin A, juga dapat menyebabkan kerontokan rambut. Kekurangan protein, zat besi, terutama mineral, dapat menyebabkan kerontokan rambut termasuk alopecia jangka pendek hingga jangka panjang

- Variasi hormon: Beberapa hormon termasuk androgen, estrogen dan dalam banyak kasus kekurangan progesteron menyebabkan variasi selama fase yang berbeda dan dapat menyebabkan kerontokan rambut yang berlebihan - Penyakit pasca-akut: Beberapa penyakit akut mengakibatkan sistem

kekebalan terganggu dan dapat menyebabkan kerontokan rambut.

- Obat-obatan: Penggunaan kemoterapi jangka panjang, obat kanker, steroid, antibiotik, antiepilepsi, obat antihipertensi telah ditemukan menyebabkan kerontokan rambut

2. Faktor lokal

- Penyakit kulit lokal tertentu menyebabkan rambut rontok

- Paparan lokal terhadap racun: Penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan sampo, gel rambut yang mengandung bahan kimia dapat mempengaruhi kerontokan rambut

- Tindakan tidak higienis dalam perawatan kulit kepala dapat menyebabkan rambut rontok

3. Faktor psikologi

Beberapa faktor psikologis seperti stres emosional, kecemasan intens, depresi dan lain-lain dapat mengakibatkan kerontokan pada rambut

4. Faktor lain-lain

Faktor lain-lain termasuk limbah industri, air yang tercemar dengan kadar mineral dan logam yang tinggi, infeksi kulit lokal, stres oksidatif dan penyakit alergi lokal

2.2.1 Definisi Alopecia

Alopecia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kerontokan rambut kepala atau bagian tubuh lain di mana rambut secara alami seharusnya ditemukan.

Penyebab dari kondisi tersebut salah satunya yaitu stres, keturunan, hormonal, nutrisi, beberapa penyakit serta obat-obatan tertentu seperti pengobatan kanker.

(6)

Alopecia diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu Cicatricial atau jaringan parut yang dipicu oleh respons pembengkakan terhadap kerusakan folikel dan sebagian besar Non Cicatricial atau alopecia non jaringan parut umum yang disebabkan oleh banyak faktor seperti hormon, obat-obatan, nutrisi dan penyakit tertentu (Rambwawasvika, 2021).

2.2.2 Jenis Alopecia

 Cicatricial (Jaringan parut)

Cicatricial alopecia ditandai dengan hilangnya folikel rambut secara ireversibel yang mengakibatkan jaringan parut dan kerontokan rambut permanen.

Hal ini mengambarkan sebagai hilangnya ostia folikel dalam manifestasi klinis dan kerusakan folikel rambut. Pasien yang terkena alopecia jaringan parut memiliki gejala seperti rasa sakit, terbakar, gatal yang parah, perkembangan penyakit yang cepat, dan rambut rontok secara bertahap. Cicatricial alopecia dapat dikategorikan menjadi alopecia cicatricial primer dan sekunder. Pada alopecia cicatricial primer, folikel rambut itu sendiri merupakan target utama penyakit atau dermis adventisial yang terkait dengan dermis retikuler interfolikular yang relatif sedikit, sedangkan pada alopecia cicatricial tipe sekunder, perubahan patologis dimulai dari dermis non folikular, yang akhirnya merusak kapasitas berbasis sel induk folikel rambut untuk regenerasi berulang.

Penyebab utama alopecia cicatricial primer adalah lichen planopilaris, lupus eritematosus diskoid, pseudoplade Brocq, dan folliculitis decalvans, sedangkan trauma, luka bakar, karsinoma, sarkoidosis, dan infeksi dianggap sebagai penyebab utama alopecia cicatricial sekunder (Musbah, 2020).

 Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita batang rambut dan folikel.

Tinea kapitis dapat disebabkan dari tidak higienisnya alat cukur rambut. Pasien dengan tinea kapitis biasanya terdapat patchy alopecia atau tanpa scaling.

Limfadenopati aurikularis posterior dapat membantu membedakan tinea kapitis dari penyebab inflamasi alopecia lainnya. Dengan adanya infeksi dermatofita pada batang rambut dan folikel tersebut pasien memerlukan perawatan sistemik karena antijamur topikal tidak menembus folikel rambut (Phillips et al., 2017).

(7)

 Alopecia musinosa

Alopecia musinosa juga disebut follicular mucinosis yaitu penyakit inflamasi langka yang mempengaruhi pilosebaceous unit di kulit yang muncul secara klinis sebagai papula folikel dengan atau tanpa plak bersisik eritematosa dan rambut rontok yang jelas tanpa adanya kondisi lain yang menyebabkan alopecia. Secara histologis, hal ini muncul sebagai deposisi mukopolisakarida (musin) di dalam selubung akar luar dan kelenjar sebasea (Jacob et al., 2020).

 Alopecia neoplastic

Alopecia neoplastic adalah bentuk yang tidak biasa dari metastasis kulit, yang didefinisikan oleh kerontokan rambut lokal yang disebabkan oleh primer neoplasia ganas yang berkembang ke arah kulit kepala karena metastase (De Oliveira et al., 2016). Kulit kepala adalah tempat yang relatif umum dari metastasis kulit, biasanya muncul sebagai nodul kulit kepala tunggal atau ganda.

Alopecia neoplastic adalah presentasi yang diakui dengan baik tetapi jarang, dan patogenesisnya tidak sepenuhnya dipahami. Atrofi folikel rambut akibat invasi tumor ke kulit kepala berperan dalam perkembangan alopecia. (Kim et al., 2014).

 Non Cicatricial (Non jaringan parut)

 Telogen effluvium

Telogen effluvium menunjukkan kerontokan rambut non jaringan parut karena mendorong folikel rambut sebelum waktunya ke tahap telogen tidak aktif.

Gangguan ini umum terjadi pada orang tua, stres fisik dan emosional, serta tiroid atau ketidakteraturan hormonal lainnya. Telogen effluvium bisa kritis (berlangsung selama di bawah enam bulan), kronis (lebih dari enam bulan) atau berulang kronis (Rambwawasvika, 2021).

 Androgenetic alopecia

Kondisi ini umum terjadi pada pria (Male pattern baldness) dan wanita (Female pattern baldness) dimana kondisi ini lebih banyak mempengaruhi pria daripada wanita karena pria memproduksi lebih banyak hormon testosterone. Pada wanita kondisi ini memiliki ekspresi fenotipikal berbeda yang menggambarkan penipisan kulit rambut kepala tidak seperti resesi garis rambut pria. Reseptor androgen dan enzim 5 alfa reduktase mempengaruhi kerontokan rambut kepala pada alopecia androgenic. Sekitar 10% dari testosteron diproduksi dalam tubuh

(8)

diubah menjadi DHT dimana kadar DHT meningkat pada kebotakan rambut kepala yang mana organ targetnya adalah papilla dermis kulit kepala. Pria yang tidak mengalami kebotakan umumnya menghasilkan lebih sedikit enzim 5-alpha reduktase (Rambwawasvika, 2021).

 Alopecia areata

Alopecia areata adalah kondisi autoimun non-jaringan parut yang mengakibatkan rambut mengalami kerontokan pada bagian kulit kepala atau bagian tubuh yang lain. Penyebab kondisi tersebut masih belum jelas dengan beberapa spekulasi yang melaporkan sebagai infeksi sistem kekebalan eksplisit organ diperantarai oleh limfosit T yang terkoordinasi pada folikel rambut. Kondisi tersebut ditandai dengan adanya bercak botak yang tersebar di sekitar area yang terkena, biasanya kulit kepala. Kondisi terburuk dari alopecia areata adalah ketika kulit kepala tidak berbulu (alopecia totalis). Alopecia areata juga dapat mengakibatkan kerontokan rambut diseluruh badan (alopecia universalis).

Alopecia areata biasanya tidak menyebabkan kematian sel folikel rambut karena rambut sering tumbuh setelah pemulihan (Rambwawasvika, 2021)

 Traction alopecia

Traction alopecia biasanya dipicu oleh aktivitas tegang pada rambut yang mengakibatkan kerusakan rambut. Mencoba melakukan berbagai gaya rambut dan perawatan rambut yang menggunakan bahan dasar kimia seperti pewarnaan rambut dan pengeringan rambut dapat menjadi alasan dasar terjadinya traction alopecia (Rambwawasvika, 2021).

 Hair shaft abnormalities (Kelainan batang rambut)

 Trichorrhexis nodusa

Trichorrhexis nodosa terjadi ketika rambut sekunder patah akibat trauma atau karena rambut rapuh. Hal ini akan mempengaruhi batang rambut proksimal, meskipun batang distal mungkin juga terlibat. Salah satu penyebabnya yaitu menyisir rambut secara berlebihan, mengeringkan rambut terlalu panas, mengikat rambut dengan ketat, trikotilomania, dan menggaruk kulit kepala berlebihan. Trauma kimia dapat disebabkan melalui perawatan rambut yang berlebihan seperti penggunaan pewarna rambut, sampo, perm, dan lainnya.

(Phillips et al., 2017)

(9)

2.2.3 Patofisiologi Alopecia

Batang rambut yang rusak menyebabkan rambut patah sehingga tampak seperti rambut rontok. Hal tersebut banyak dijumpai karena batang rambut sering terkena paparan penyebab secara langsung dan terus menerus (Umborowati &

Rahmadewi, 2014).

Mekanisme paling umum dari kerontokan rambut terdiri dari beberapa tahapan yaitu sebagai berikut (Semwal et al., 2015)

1. Aliran darah yang buruk ke kulit kepala menyebabkan rambut rontok

2. Kurangnya aliran darah ke folikel rambut menyebabkan akar rambut kekurangan nutrisi dan lemah

3. Akar rambut dan folikel yang lemah membuat rentan terhadap serangan dihidrotestosteron (DHT).

4. Karena DHT diproduksi, periode anagen dipersingkat menyebabkan rambut tipis dan rapuh

5. Darah yang buruk terus menerus sirkulasi ke kulit kepala menyebabkan kematian folikel rambut yang akhirnya mengakibatkan kebotakan (alopecia)

Gambar 2. 3 Patofisiologi Alopecia (Semwal et al., 2015)

2.3 Tanaman Herbal Yang Berkhasiat Sebagai Antialopecia

Produk dari bahan alami sangat dianjurkan dalam industri kosmetik dan perawatan rambut dan sekitar 1000 ekstrak tumbuhan yang berbeda berpotensi dalam pertumbuhan rambut (Landge, 2015). Namun saat ini tidak ada pengobatan

(10)

herbal yang disetujui untuk pengobatan alopecia tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa fitokimia memiliki kecenderungan untuk merangsang pertumbuhan rambut pada model in vitro dan in vivo (Rambwawasvika, 2021).

Penggunaan kosmetika tradisional untuk rambut bertujuan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala, merapikan rambut, menyuburkan rambut, menghindari beberapa gangguan rambut dan kulit kepala dan membuat rambut menjadi berkilau. Tanaman yang dapat digunakan untuk rambut dapat terdiri dari beberapa kelompok yaitu kelompok tanaman yang bersifat menyuburkan dan memperkuat akar rambut atau folikel rambut seperti tanaman kelapa (Cocos nucifera L.), tanaman kemiri (Aleuritis mulocana) dan tanaman lidah buaya (Aloe vera). Juga terdapat kelompok tanaman yang bersifat mencegah terjadinya rambut rontok atau botak seperti Hibiscus rosa-sinensis L. atau bunga kembang sepatu dan tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) (Siar, 2021).

Seluruh bagian tanaman berpotensi dalam pengobatan alopecia mulai dari bagian daun, akar, kulit batang, batang, bunga, buah, dan biji. Namun bagian daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan karena berdasarkan pengalaman yang diturunkan oleh nenek moyang bahwa daun lebih banyak dimanfatkan dalam pengobatan maupun perawatan rambut dan kulit kepala (Siar, 2021). Formulasi herbal dari produk bahan alami banyak digunakan sebagai hair tonic, hair growth promotor, hair conditioner, agen pembersih rambut, agen anti ketombe, serta untuk pengobatan alopecia dan infeksi kutu (Singh et al., 2016).

2.4 Bentuk Sediaan dan Basis Sediaan Antialopecia

 Hair tonic

Hair tonic adalah campuran dari bahan kimia atau bahan lain dalam bentuk cairan yang digunakan untuk menjaga kondisi rambut dengan cara membantu menguatkan dan memperbaiki pertumbuhan rambut. Hair tonic berfungsi dalam meningkatkan aliran darah pada kulit kepala sehingga dapat mencegah rambut rontok, timbul ketombe dan gatal serta memberikan kesegaran pada kulit kepala (Indriyani & Endrawati, 2021).

(11)

 Shampo

Shampo yang paling umum digunakan adalah shampo yang berbentuk cair dimana shampo digunakan untuk membersihkan kulit kepala dan rambut dari minyak yang menempel. Bahan utama shampo terdiri dari surfaktan dan bahan tambahan lain seperti pengawet, antioksidan, pewarna, agen pendispersi, buffer penstabil pH dan parfum. Formulasi shampo dibuat berdasarkan perawatan rambut, kualitas rambut dan masalah rambut, seperti shampo untuk rambut ketombe, berminyak dan rambut rontok atau alopecia (Pravitasari et al., 2021).

 Gel rambut

Sediaan penyubur rambut dapat berupa sediaan setengah padat seperti gel.

Sediaan dalam bentuk gel lebih disukai daripada sediaan bentuk lain karena kandungan air dalam gel cukup besar sehingga memberikan kelembaban pada kulit kepala dan memberikan efek dingin saat digunakan (Kuncari et al., 2015).

Gel juga banyak disukai karena transparan, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit, menyejukkan, melembabkan, mudah terpenetrasi pada kulit, mudah melekat, dan mudah dibersihkan dengan air karena terbentuk lapisan film yang tipis (Sulastri et al., 2019).

2.5 Studi Literatur

Studi literatur merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam menyusun suatu karya ilmiah dimana bertujuan untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelumnya. Sebuah penelitian dapat dikatakan ilmiah jika terdapat rumusan masalah, landasan teori, analisis data, dan kesimpulan. Data pada penelitian menggunakan studi literatur dapat diperoleh dari sumber pustaka, mencatat, membaca, dan mengolah bahan penelitian. Sumber dan metode pengumpulan data ini lah yang membedakan penelitian menggunakan studi literatur dengan penelitian lainnya namun studi literatur membutuhkan analisis yang mendalam untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sumber data pada penelitian studi literatur juga dapat menggunakan kesimpulan seminar, laporan, catatan diskusi ilmiah, buku, dan data komputer juga dapat digunakan sebagai sumber data pada penelitian studi literature. Data yang diperoleh akan

(12)

dianalisis dan disusun ke dalam sub bab sehingga mempermudah dalam menjawab rumusan masalah penelitian (Melfianora, 2019).

2.5.1 Jenis Literatur

Berdasarkan isi dan cara penyajiannya maka kajian literatur dapat dibedakan menjadi context review, historical review, integratuve review, methodological review, self study review, theoretical review, dan literature review.

 Context review merupakan jenis review yang umum dalam kajian literatur.

Pada jenis review ini penulis menghubungkan satu topik kajian khusus dengan pengetahuan yang lebih luas (Marzali, 2017).

 Historical review merupakan jenis review yang melacak satu topik atau satu persoalam tertentu sepanjang masa. Review ini dapat digabungkan dengan theoretical review atau methodological review untuk memperlihatkan bagaimana satu konsep, teori, atau metode penelitian berkembang sepanjang masa (Marzali, 2017).

 Integrative review merupakan suatu review dimana penulis menyajikan dan meringkaskan keadaan semasa pengetahuan tentang satu topik tertentu, memberi kilasan tentang dukungan dan kritikan terhadap topik tersebut (Marzali, 2017).

 Methodological review merupakan review yang membanding-bandingkan dan mengevaluasi kekuatan relatif metodologi dari berbagai kajian (Marzali, 2017).

 Self study review merupakan review dimana penulis memperlihatkan keakrabannya dengan satu bidang kajian tertentu. Review ini seringkali merupakan bagian dari program pendidikan, atau untuk keperluan kuliah (Marzali, 2017).

 Theoretical review merupakan review khusus dimana penulis memaparkan beberapa teori atau konsep yang terpusat pada satu topik tertentu dan membandingkan teori atau konsep tersebut atas dasar asumsi-asumsi, konsistensi logik, dan lingkup eksplanasinya (Marzali, 2017).

 Literature review merupakan uraian tentang teori, temuan dan artikel penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan

(13)

landasan kegiatan penelitian. Literature review bisa digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti. Literature review juga bisa dikatakan sebagai analisis berupa kritik dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus dalam keilmuan. Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik yang dibahas. Tujuan akhir literature review adalah untuk mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Penelusuran pustaka berguna untuk menghindari duplikasi dari pelaksanaan penelitian dan untuk mengetahui penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dapat juga dimasukkan sebagai pembanding dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Semua pernyataan atau hasil penelitian yang bukan berasal dari penulis harus disebutkan sumbernya, dan tata cara mengacu sumber pustaka mengikuti kaidah yang ditetapkan. Suatu literatur review yang baik haruslah bersifat relevan, mutakhir (tiga tahun terakhir), dan memadai (Nursalam et al., 2020)

2.6 Aplikasi Nvivo

Nvivo merupakan aplikasi yang dapat membantu dalam mengolah data penelitian secara kualitatif dimana data yang digunakan banyak dan beragam sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis data tersebut (Ahyanoor, 2018). NVivo merupakan aplikasi yang dapat mengelola dan menganalisis data penelitian dengan metode campuran baik kuantitatif dan kualitatif secara efektif dan efisien (Utama et al., 2019). Penggunaan Nvivo memberikan peneliti memiliki waktu dalam menemukan kecenderungan, mengenali tema, dan menarik kesimpulan. Aplikasi ini memiliki keunggulan dalam mengelola data dan ide, query data, pemodelan visual dan pelaporan (Hilal, A. H., & Alabri, 2013).

2.7 Metode PRISMA

PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses) merupakan serangkaian panduan yang bertujuan membantu penulis melaporkan beragam tinjauan sistematis dan meta analisis. Terdapat beberapa

(14)

proses pencarian literatur pada metode ini yaitu identification, screening, eglibilty dan included. Pada tahap identification menentukan database yang akan digunakan. Tahapan selanjutnya adalah screening yaitu menyaring data duplikat serta melakukan penyarigan terhadap judul, abstrak, dan kata kunci artikel. Tahap eligibility dilakukan dengan cara membaca artikel yang belum tereliminasi di tahap sebelumnya untuk menentukan artikel tersebut harus dimasukkan atau tidak sesuai dengan kriteria kelayakan. Pada tahap included data akan dikelompokkan berdasarkan jenis metode penelitiannya yaitu kuantitatif dan kualitatif (Sastypratiwi et al., 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Produk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat volume penjualan sebagai barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan apakah sesuai dengan tingkat kebutuhan

Penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan yang ditimbulkan akibat adanya kontaminasi makanan dan minuman oleh mikroba perlu mendapat perhatian secara seksama, karena

Suatu peristiwa yang terjadi pada situasi tertentu bisa mempengaruhi beberapa harga saham yang diperdagangkan di Pasar Modal atau IHSG apabila peristiwa tersebut

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan

Adapun delik formil merupakan tindak pidana yang dalam peraturan perundangan cukup disebut dengan perbuatan tertentu. 20 Janremmelink ,

Sitokin- sitokin ini dilepaskan dari jaringan adipose dan merangsang terjadinya inflamasi tidak hanya pada jaringan yang sesuai te tapi juga pada sel β dari islet

Sedangkan untuk jumlah kematian penyakit demam berdarah dengue ( DBD ) tiap provinsi pada tahun 2012, tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 167 kematian yang

Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dan diatas volume tidal, digunakan