• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak dengan varietas Kailan (Brassica oleracea L.) berpengaruh nyata terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak dengan varietas Kailan (Brassica oleracea L.) berpengaruh nyata terhadap"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis ragam menunjukan bahwa interaksi antara jenis urin ternak dengan varietas Kailan (Brassica oleracea L.) berpengaruh nyata terhadap kadar air (Lampiran 4) dan berat segar tanaman (Lampiran 5), serta berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman (Lampiran 6) dan berat kering akar (Lampiran 8). Sedangkan hasil terpisah jenis urin berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 2), berat segar akar (Lampiran 7), dan luas daun (Lampiran 9) serta berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 1).

Faktor perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang (Lampiran 3), berat segar akar (Lampiran 7) dan luas daun (Lampiran 9).

4.1.1 Hasil Pengamatan Jumlah Daun

Tabel 1. Rerata jumlah daun

Perlakuan Hasil Pengamatan

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

Jenis Urin Ternak

P0 (tanpa perlakuan POC) 2,46 a 3,57 a 5,29 ab 6,51 a P1 (POC urin sapi) 2,53 a 3,61 a 5,41 ab 7,19 ab P2 (POC urin kambing) 2,62 a 3,59 a 5,08 a 7,03 ab P3 (POC urin kelinci) 2,69 a 4,04 a 6,06 b 7,94 b

BNJ 5% 0,47 0,79 0,86 1,22

Varietas

V1 (winsa) 2,69 a 3,89 a 5,40 a 7,08 a

V2 (full white) 2,51 a 3,72 a 5,40 a 6,96 a

V3 (yama F1) 2,53 a 3,50 a 5,58 a 7,45 a

BNJ 5% 0,37 0,62 0,68 0,96

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

Analisis ragam menunjukan perlakuan jenis urin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 21 hst dan 28 hst. Sedangkan perlakuan varietas

(2)

Kailan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst (Lampiran 1).

Berdasarkan Tabel 2, perlakuan jenis urin kelinci (P3) cenderung lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa urin (P0), sedangkan perlakuan urin sapi (P1) dan urin kambing (P2) cenderung tidak terdapat perbedaan pada 28 hst.

4.1.2 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman

Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman

Perlakuan Hasil Pengamatan

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

Jenis Urin Ternak

P0 (tanpa perlakuan POC) 2,14 a 3,60 a 5,55 a 7,98 a P1 (POC urin sapi) 2,54 a 4,16 a 6,49 a 9,62 ab P2 (POC urin kambing) 2,55 a 4,21 a 6,55 a 10,21 b P3 (POC urin kelinci) 2,59 a 4,33 a 6,74 a 10,13 b

BNJ 5% 0,49 0,98 1,56 1,69

Varietas

V1 (winsa) 2,49 a 4,25 a 6,86 a 10,14 a

V2 (full white) 2,42 a 4,00 a 6,16 a 9,11 a

V3 (yama F1) 2,45 a 3,97 a 5,98 a 9,20 a

BNJ 5% 0,38 0,77 1,22 1,33

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

Analisis ragam menunjukan perlakuan jenis urin berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 28 hst. Sedangkan perlakuan varietas Kailan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst (Lampiran 2).

Berdasarkan Tabel 3, perlakuan jenis urin kambing (P2) dan urin kelinci (P3) cenderung lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa urin (P0), sedangkan perlakuan urin sapi (P1) cenderung tidak terdapat perbedaan pada 28 hst.

(3)

4.1.3 Hasil Pengamatan Diameter Batang

Analisis ragam menunjukan perlakuan varietas Kailan berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 7 hst. Sedangkan perlakuan jenis urin berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst (Lampiran 3).

Tabel 3. Rerata Diameter Batang

Perlakuan Hasil Pengamatan

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

Jenis Urin Ternak

P0 (tanpa perlakuan POC) 1,22 a 1,95 a 2,85 a 4,63 a P1 (POC urin sapi) 1,18 a 1,83 a 3,08 a 5,24 a P2 (POC urin kambing) 1,31 a 1,90 a 3,04 a 4,95 a P3 (POC urin kelinci) 1,39 a 2,20 a 3,69 a 5,66 a

BNJ 5% 0,24 0,48 0,84 1,20

Varietas

V1 (winsa) 1,45 b 2,16 a 3,42 a 5,12 a

V2 (full white) 1,26 ab 1,97 a 3,20 a 5,44 a

V3 (yama F1) 1,11 a 1,77 a 2,88 a 4,80 a

BNJ 5% 0,19 0,38 0,66 0,94

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

Berdasarkan Tabel 4, perlakuan varietas winsa (V1) cenderung lebih baik dibandingkan varietas yama F1 (V3), sedangkan varietas full white (V2) cenderung tidak terdapat perbedaan pada 7 hst.

4.1.4 Hasil Pengamatan Kadar Air

Analisa ragam menunjukan interaksi pada kombinasi perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh nyata terhadap kadar air (Lampiran 4).

Berdasarkan Tabel 5, hasil kombinasi perlakuan urin sapi + varietas yama F1 (P1V3), urin kambing + varietas winsa (P2V1), dan urin kelinci + varietas winsa (P3V1) lebih baik dibandingkan kombinasi perlakuan urin kambing + varietas full

(4)

white (P2V2). Selain itu perlakuan full white (V2) dengan berbagai jenis

perlakuan urin (P0, P1, P2, P3) menunjukan berbeda tidak nyata.

Tabel 4. Rerata Kadar Air

Perlakuan Hasil Pengamatan

Kadar Air (%)

Jenis Urin Ternak dan Varietas

P0 V1 (tanpa POC + varietas winsa) 87,31 ab P0 V2 (tanpa POC + varietas full white) 89,12 ab P0 V3 (tanpa POC + varietas yama F1) 90,01 ab P1 V1 (POC urin sapi + varietas winsa) 90,08 ab P1 V2 (POC urin sapi + varietas full white) 89,16 ab P1 V3 (POC urin sapi + varietas yama F1) 90,78 b P2 V1 (POC urin kambing + varietas winsa) 91,12 b P2 V2 (POC urin kambing + varietas full white) 86,46 a P2 V3 (POC urin kambing + varietas yama F1) 89,44 ab P3 V1 (POC urin kelinci + varietas winsa) 90,96 b P3 V2 (POC urin kelinci + varietas full white) 89,92 ab P3 V3 (POC urin kelinci + varietas yama F1) 90,71 ab

BNJ 5% 4,27

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

4.1.5 Hasil Pengamatan Berat Segar Tanaman

Tabel 5. Rerata Berat Segar Tanaman

Perlakuan Hasil Pengamatan

Berat Segar Tanaman (gram)

Jenis Urin Ternak dan Varietas

P0 V1 (tanpa POC + varietas winsa) 26,64 a P0 V2 (tanpa POC + varietas full white) 35,77 ab P0 V3 (tanpa POC + varietas yama F1) 33,92 ab P1 V1 (POC urin sapi + varietas winsa) 39,40 ab P1 V2 (POC urin sapi + varietas full white) 45,44 abc P1 V3 (POC urin sapi + varietas yama F1) 52,06 bc P2 V1 (POC urin kambing + varietas winsa) 39,88 ab P2 V2 (POC urin kambing + varietas full white) 45,13 abc P2 V3 (POC urin kambing + varietas yama F1) 49,34 bc P3 V1 (POC urin kelinci + varietas winsa) 64,50 c P3 V2 (POC urin kelinci + varietas full white) 87,76 d P3 V3 (POC urin kelinci + varietas yama F1) 101,68 d

BNJ 5% 19,95

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

(5)

Analisa ragam menunjukan interaksi pada kombinasi perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh nyata terhadap berat segar tanaman (Lampiran 5). Berdasarkan Tabel 6, hasil terbaik ditunjukan pada kombinasi perlakuan urin kelinci + varietas full white (P3V2) dan urin kelinci + varietas yama F1 (P3V3).

4.1.6 Hasil Pengamatan Berat Kering Tanaman

Analisa ragam menunjukan interaksi pada kombinasi perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman (Lampiran 6). Berdasarkan Tabel 7, hasil terbaik ditunjukan pada kombinasi perlakuan urin kelinci + varietas full white (P3V2) dan urin kelinci + varietas yama F1 (P3V3).

Tabel 6. Rerata Berat Kering Tanaman

Perlakuan Hasil Pengamatan

Berat Kering Tanaman (gram)

Jenis Urin Ternak dan Varietas

P0 V1 (tanpa POC + varietas winsa) 3,17 a P0 V2 (tanpa POC + varietas full white) 3,84 ab P0 V3 (tanpa POC + varietas yama F1) 3,32 a P1 V1 (POC urin sapi + varietas winsa) 3,86 ab P1 V2 (POC urin sapi + varietas full white) 4,81 bc P1 V3 (POC urin sapi + varietas yama F1) 4,73 bc P2 V1 (POC urin kambing + varietas winsa) 3,51 a P2 V2 (POC urin kambing + varietas full white) 5,67 c P2 V3 (POC urin kambing + varietas yama F1) 5,11 c P3 V1 (POC urin kelinci + varietas winsa) 5,36 c P3 V2 (POC urin kelinci + varietas full white) 8,44 d P3 V3 (POC urin kelinci + varietas yama F1) 9,11 d

BNJ 5% 1,00

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

4.1.7 Hasil Pengamatan Berat Segar Akar

Analisis ragam menunjukan perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh sangat nyata terhadap berat segar akar pada hasil pasca panen (Lampiran 7). Berdasarkan Tabel 8, perlakuan jenis urin kelinci (P3) cenderung

(6)

lebih baik dibandingkan semua perlakuan jenis urin yang di uji, sedangkan varietas full white (V2) dan varietas yama F1 (V3) cenderung lebih baik dibandingkan varietas winsa (V1).

Tabel 7. Rerata Berat Segar Akar

Perlakuan Hasil Pengamatan

Berat Segar Akar (gram)

Jenis Urin Ternak

P0 (tanpa perlakuan POC) 2,64 a

P1 (POC urin sapi) 4,78 b

P2 (POC urin kambing) 4,93 b

P3 (POC urin kelinci) 6,71 c

BNJ 5% 0,83

Varietas

V1 (winsa) 4,11 a

V2 (full white) 4,86 b

V3 (yama F1) 5,34 b

BNJ 5% 0,65

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

4.1.8 Hasil Pengamatan Berat Kering Akar

Tabel 8. Rerata Berat Kering Akar

Perlakuan Hasil Pengamatan

Berat Kering Akar (gram)

Jenis Urin Ternak dan Varietas

P0 V1 (tanpa POC + varietas winsa) 0,36 ab P0 V2 (tanpa POC + varietas full white) 0,31 a P0 V3 (tanpa POC + varietas yama F1) 0,31 a P1 V1 (POC urin sapi + varietas winsa) 0,33 ab P1 V2 (POC urin sapi + varietas full white) 0,36 ab P1 V3 (POC urin sapi + varietas yama F1) 0,54 cd P2 V1 (POC urin kambing + varietas winsa) 0,36 ab P2 V2 (POC urin kambing + varietas full white) 0,33 ab P2 V3 (POC urin kambing + varietas yama F1) 0,38 abc P3 V1 (POC urin kelinci + varietas winsa) 0,50 bcd P3 V2 (POC urin kelinci + varietas full white) 0,81 e P3 V3 (POC urin kelinci + varietas yama F1) 0,61 d

BNJ 5% 0,17

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

(7)

Analisa ragam menunjukan interaksi pada kombinasi perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar (Lampiran 9). Berdasarkan Tabel 9, hasil terbaik ditunjukan pada kombinasi perlakuan urin kelinci + varietas full white (P3V2).

4.1.9 Hasil Pengamatan Luas Daun

Analisis ragam menunjukan perlakuan jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun pada hasil pasca panen (Lampiran 10). Berdasarkan Tabel 10, perlakuan jenis urin kelinci (P3) cenderung lebih baik dibandingkan semua perlakuan jenis urin yang di uji, sedangkan varietas full white (V2) dan varietas yama F1 (V3) cenderung lebih baik dibandingkan varietas winsa (V1).

Tabel 9. Rerata Luas Daun

Perlakuan Hasil Pengamatan

Luas Daun (cm2)

Jenis Urin Ternak

P0 (tanpa perlakuan POC) 27,90 a

P1 (POC urin sapi) 38,81 a

P2 (POC urin kambing) 39,21 a

P3 (POC urin kelinci) 53,12 b

BNJ 5% 12,02

Varietas

V1 (winsa) 30,35 a

V2 (full white) 44,51 b

V3 (yama F1) 44,42 b

BNJ 5% 9,43

Keterangan : Angka – angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata pada uji BNJ α 5%.

(8)

4.2 Pembahasan

Analisis ragam menunjukan interaksi antara jenis pupuk cair dengan varietas Kailan berpengaruh nyata terhadap kadar air tanaman, dan berat segar tanaman, serta berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman dan berat kering akar. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh jumlah kandungan kalium (K) pada jenis pupuk dan kemampuan berbeda setiap varietas tanaman dalam memanfaatkan kandungan kalium tersebut (Tabel 11). Kandungan kalium yang tinggi dalam urin kelinci dapat memberikan hasil terbaik terhadap berat segar tanaman dan berat kering tanaman pada verietas full white dan yama F1.

Tabel 10. Hasil analisis kandungan pupuk organik cair

Bahan Pupuk Parameter (%)

C-Organik Nitrogen P2O3 K2O

Urin Sapi 0,36 0,15 0,05 0,27

Urin Kambing 0,29 0,11 0,20 0,33

Urin Kelinci 0,35 0,13 0,04 0,79

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2020

Menurut Beringer (1980) unsur K memiliki peran dalam proses biofisika dan biokimia pada tanaman. Hal tersebut memungkinkan unsur K berperan mengatur tekanan osmosis dan tugor untuk mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan tanaman, perkembangan sel serta membuka dan menutupnya stomata. Susilowati, et al. (2015) menambahkan dengan tercukupinya unsur hara makro dan mikro dapat mendukung proses fotosintesis, fotosintesis menghasilkan fotosintat. Hal ini sesuai dengan penelitian Djafar, et al, (2015) bahwa pemberian urin kelinci berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, berat segar tanaman, dan berat kering tanaman sawi.

Menurut Buckman dan Brandy (1992), selain berperan dalam memberikan efek keseimbangan antara unsur N dan P, K berfungsi meningkatkan perakaran

(9)

tanaman. Hal yang sama pada parameter berat segar dan berat kering tanaman, perlakuan urin kelinci dengan varietas full white memberikan hasil terbaik terhadap berat kering akar tanaman. Menurut Hendra dan Andoko (2016), terpenuhinya kebutuhan unsur hara P oleh tanaman memacu pembentukan akar tanaman yang semakin besar. Meskipun kandungan unsur P pada urin kelinci relatif lebih kecil dibandingkan dengan urin kambing dan urin sapi, akan tetapi dapat dimaksimalkan oleh varietas full white. Lovelles (1989) menyatakan suatu fenotip (penampilan dan cara fungsinya) individu merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya.

Bersamaan dengan itu, tingginya kandungan unsur P pada urin kambing dibandingkan urin sapi dan urin kelinci belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman. Menurut Budi dan Sasmita (2015), terdapat hubungan unsur hara tanaman dengan pertumbuhan tanaman, salah satunya penyerapan hara melalui akar. Hara diserap dalam ion yang bermuatan negatif dan positif, dimana salah satu perpindahan ion ke permukaan akar dipengaruhi oleh bulu akar. Ryan et al (2001) menyampaikan bahwa akar tanaman mengeluarkan komponen khelat sebagai senyawa – senyawa organik anion yang memobilisasi dan menggunakan senyawa fosfat tidak larut seperti Al-P, Fe-P dan Ca-P. akar juga melepaskan enzim seperti asam fosfatase (APase) untuk menggunakan P organik (Dakora &

Philips, 2002).

Tanaman dengan kecukupan unsur K dapat mempertahankan kandungan air dalam jaringanya karena mampu menyerap lengas dari tanah dan mengikat air (Subandi, 2013). Kandungan kalium yang tinggi pada perlakuan urin kambing dan urin kelinci dengan varietas winsa memberikan hasil terbaik terhadap kadar air

(10)

tanaman dibandingkan varietas full white dengan urin kambing. Sedangkan pada urin sapi yang memilki kandungan kalium lebih rendah menunjukan hasil lebih baik pada varietas yama F1. Hal tersebut menunjukan setiap kultivar (varietas) memiliki kemampuan pada pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.

Menurut Druege (2007) dalam Shintiavira, et al. (2012), bahwa kultivar memiliki respon yang berbeda pada kemampuan inisiasi, regenerasi, dan multiplikasi, serta perbedaan tersebut bersifat genetik.

Analisis ragam menunjukan interaksi antara jenis urin dan varietas Kailan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, berat segar akar dan luas daun. Hal tersebut mungkin diakibatkan kandungan pupuk organik untuk menunjang parameter pertumbuhan tersebut yang relatif sama. Menurut Moorby (1981) masuknya suatu larutan kedalam sel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, baik di dalam sel maupun di luar sel, yaitu suatu larutan diabsorbsi oleh sel tumbuhan. Serta bersamaan dengan itu kandungan pupuk organik pada umumnya memiliki kandungan yang rendah.

Ismaya dan Hamka (2014) menyatakan bahwa pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5% karena itu, kandungan N, P dan K pupuk organik cair relatif rendah.

Perlakuan urin kelinci cenderung menunjukan hasil terbaik terhadap parameter jumlah daun. Hasil penelitian Pradita dan Koesriharti (2019) jumlah daun varietas tanaman selada Locarno dan Concorde cenderung lebih tinggi pada perlakuan urin kelinci dibandingkan uring kambing dan urin sapi. Hal sama di tunjukan pada penelitian. Djafar, et al. (2015), dimana urin kelinci berpengaruh

(11)

nyata terhadap jumlah daun pada 3-4 MST dengan hasil terbaik pada pemberian dosis 60 ml/L air.

Parameter tinggi tanaman menunjukan urin kelinci dan urin kambing cenderung memberikan hasil terbaik dibandinkan urin sapi. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian Djafar, et al. (2015), dimana urin kelinci berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada 3-4 MST pada tanaman sawi, dimana tinggi tanaman tertinggi di peroleh pada dosis 60 ml/L air yaitu 35,48 cm dan terendah pada 0 ml/L air yaitu 33,38 cm. Hal yang sama ditunjukan dari penelitian Safitri et al. (2017), dimana pemberian POC kotoran kambing berbeda nyata dengan

kontrol, dengan konsentrasi 20% memberikan pengaruh terbaik pada tinggi tanaman. Hasil penelitian Kurniawan et al. (2017) pada aplikasi POC urin sapi, dimana beberapa perbedaan dosis pupuk urin sapi (pupuk urin sapi 10%, 20% dan 30%) pada tanaman bayam menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun yang relatif sama.

Perlakuan urin kelinci cenderung menunjukan hasil terbaik terhadap diameter batang. Hasil penelitiam Lestari (2016) menunjukan rerata diameter batang tertinggi dicapai pada perlakuan urin kelinci dan terendah di capai pada perlakuan urin sapi. Hasil berbeda ditunjukan pada pemberian dosis urin kelinci dan varietas tanaman tomat tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada berbagai umur tanaman (Sembiring, et al., 2017).

Perlakuan urin kelinci cenderung menunjukan hasil terbaik terhadap berat segar akar. Pradita dan Koesriharti (2019) melaporkan berat segar tanaman selada varietas Maximus relatif lebih besar dihasilkan pada perlakuan urin kelinci dibandingkan urin kambing dan urin sapi. Menurut Lestari (2016), pada perlakuan

(12)

tanpa urin atau kontrol berbeda nyata dengaan perlakuan urin kelinci dan urin kambing. Rerata berat segar tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan urin kelinci dan terendah di capai pada perlakuan kontrol.

Perlakuan urin kelinci cenderung menunjukan hasil terbaik terhadap parameter luas daun. Djafar, et al. (2015) melaporkan urin kelinci berpengaruh nyata pada luas daun pada 4 MST pada tanaman sawi, dimana luas daun tanaman tertinggi di peroleh pada dosis 60 ml/L air. Hasil yang sama diperoleh Lestari (2016) Perlakuan macam urin tidak berbeda nyata terhadap luas daun, akan tetapi rerata luas daun tertinggi dicapai pada perlakuan urin kelinci dan terendah dicapai pada perlakuan urin sapi. Serta dilaporkan Sembiring, et al (2017) pemberian dosis urin kelinci berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun tanaman tomat pada umur 28 hst.

Perlakuan varietas winsa cenderung memberikan hasil lebih baik terhadap tinggi tanaman dan diameter batang 7 hst. Sedangkan varietas full white cenderung memberikan hasil lebih baik pada parameter diamter batang 28 hst, berat segar akar, dan luas daun. Serta varietas yama F1 cenderung memberikan hasil terbaik terhadap jumlah daun, berat segar akar dan luas daun. Menurut Lestari (2016), perbedaan genotif tanaman menyebabkan perbedaan dan pembentukan enzim sebagai katalisator. Hal tersebut menyebabkan proses dikatalisatori oleh enzim berbeda akibat metabolisme yang mengalami perbedaan.

Lehninger (1997) menambahkan, perbedaan tersebut menyangkut pula proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat yang berbeda sehingga terdapat ketidaksamaan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gambar

Tabel 1. Rerata jumlah daun
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman
Tabel 3. Rerata Diameter Batang
Tabel 4. Rerata Kadar Air
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan baik skripsi dengan judul “TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI (TRI) DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN 1975-1997 (KAJIAN SOSIAL DAN EKONOMI)” Serta tidak

ini berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan pada bawahan harus sesuai dengan. kemampuan bawahan yang bersangkutan, agar dia bekerja

[r]

Penelitian bertujuan mendapatkan klon kentang olahan yang cocok sebagai bahan baku keripik yang dapat diterima oleh industri sekaligus disukai petani dan konsumen.. Rancangan

Hasil uji statistik ini menjawab hipotesis 2 yaitu ada penurunan rata-rata kadar kolesterol pada kelompok perlakuan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok

Rata-rata pengeluaran ASI setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol maupun eksperimen mengalami peningkatan pengeluaran ASI, rata-rata pengeluaran ASI pada

Cakupan tindak pidana Pasal 221 ayat (1) ke-1 KUHPidana yaitu menyembunyikan pelaku kejahatan atau memberi pertolongan kepadanya menghindari penyidikan atau

Jadi, dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi ter- sebut, mengurangi kewenangan MPD, khu- susnya yang berkaitan dengan Pasal 66 ayat (1) UUJN No.30/2004, sehingga