Pemulihan Ekonomi Nasional (Studi Pada Bank BTN KC Syariah Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
CHAIRUNNAZRI HARAHAP NIM: 170200060
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Chairunnazri Harahap
Nim : 170200060
Departemen : Hukum Ekonomi Judul Skripsi :
“ASPEK HUKUM PEMBERIAN JAMINAN OLEH PEMERINTAH MELALUI PERBANKAN TERHADAP PELAKU USAHA KORPORASI GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (STUDI PADA BANK BTN KC SYARIAH MEDAN)”
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil dari penelitian saya sendiri dan tidak menjiplak ataupun mengambil hasil karya dari orang lain ataupun dibuat oleh orang lain.
Apabila ternyata terbukti bahwa saya melakukan kecurangan ataupun pelanggaran sebagaimana yang tidak sesuai tersebut di atas, maka saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Medan, Agustus 2021
CHAIRUNNAZRI HARAHAP NIM: 170200060
iii
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam juga senantiasa disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan. Skripsi yang diberi judul “Aspek Hukum Pemberian Jaminan Oleh Pemerintah Melalui Perbankan Terhadap Pelaku Usaha Korporasi Guna Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (Studi Pada Bank BTN KC Syariah Medan)” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini menguraikan mengenai pemberian jaminan oleh pemerintah melalui perbankan terhadap pelaku usaha korporasi guna mendukung pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) . Pada skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pemaparannya sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan demi perbaikan kepada penulis di kemudian hari.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua, Bapak Khairul Bakti Harahap dan Ibu Nurwani Lubis yang sudah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga dapat melanjutkan dan menyelesaikan studi dengan baik.
iv
Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto, S.Sos.,M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Ibu Dr. Agusmidah, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H, MH., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
8. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan bimbingan serta mengajarkan banyak hal kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;
9. Ibu Dr. Marianne Magda Ketaren, S.H.,Mkn., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan bimbingan serta
v
mengajarkan banyak hal kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;
10. Bapak Affan Mukti, S.H, MS., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu dengan penuh kesabaran hingga sampai dengan akhir perkuliahan ini selesai;
11. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
12. Seluruh Staf Pegawai dan Tata Usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;
13. Keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan selama ini, berkat doa dan dukungan selama ini menjadi semangat dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;
14. Keluarga Besar HMI Komisariat FH USU yang telah memberikan pembelajaran dan proses yang sangat luar biasa, sehingga penulis terbantu dalam penulisan skripsi ini.
15. Keluarga Besar BTM Aladdinsyah,S.H., yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk bisa mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa.
16. Sahabat-Sahabat Anak Kost (Afif, Arif, Dyan, Eka, Tri) yang telah menemani dan mensupport penulis dari awal bangku perkuliahan sampai saat ini.
vi
17. Sahabat-Sahabat Minum Dulu Cheesnya (Rifqi, Rio, Ryan, Sauki, Ayu, Julisma, Metria) yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
18. Teman Seperjuangan (Ilham Zulchoiri Sidabutar) yang telah membantu penulis saat berdiskusi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
19. Nadhya Saffana Matondang yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan sampai saat ini. Dan telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
20. Serta semua para pihak yang telah membantu dengan memberikan motivasi, dorongan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu;
Medan, Agustus 2021
Penulis,
CHAIRUNNAZRI HARAHAP NIM: 170200060
vii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
ABSTRAK ... ix
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metode Penelitian ... 7
E. Keaslian Penulisan ... 13
F. Tinjauan Pustaka ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 23
BAB II: PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN OLEH PEMERINTAH MELALUI PERBANKAN TERHADAP PELAKU USAHA KORPORASI DI INDONESIA A. Tinjauan Hukum Mengenai Bank Pada Peraturan Perundang- undangan di Indonesia ... 26
1. Pengertian Bank ... 26
2. Jenis-Jenis Bank ... 29
3. Fungsi dan Kegiatan Usaha Bank ... 34
4. Pendirian dan Kepemilikan Bank ... 40
B. Tinjauan Hukum Mengenai Penjaminan Pada Peraturan Perundang- undangan di Indonesia ... 44
1. Pengertian Jaminan ... 44
viii
2. Jenis-jenis Jaminan ... 47 3. Fungsi dan Tujuan Jaminan ... 52 4. Pihak-Pihak dalam Kegiatan Penjaminan ... 54 C. Pengaturan Pemberian Jaminan Oleh Pemerintah Melalui Perbankan Terhadap Pelaku Usaha Korporasi di Indonesia... 60 BAB III: PROSEDUR PEMBERIAN PENJAMINAN DALAM RANGKA
PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL
A. Pemulihan Ekonomi Nasional ... 65 B. Kriteria Dalam Kegiatan Pemberian Penjaminan ... 76 C. Tata Cara Pemberian Penjaminan Dalam Rangka Program
Pemulihan Ekonomi Nasional ... 87 BAB IV: IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL DI BANK BTN KC SYARIAH MEDAN
A. Gambaran Umum Bank BTN KC Syariah Medan ... 97 B. Pemberlakuan Kebijakan Pemberian Jaminan di Bank BTN KC
Syariah Medan ... 108 C. Kendala Pada Pemberlakuan Pemberian Penjaminan Dalam
Rangka Program Penanganan Ekonomi Nasional di Bank BTN KC Syariah Medan ... 115 BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 119 B. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA ... 122
ix
ABSTRAK
Chairunnazri Harahap*
Budiman Ginting**
Marianne Magda***
Saat ini, dunia mengalami bencana pandemi COVID-19. Penyebaran wabah ini mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui kementrian keuangan membuat kebijakan dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kebijakan tersebut diatur dalam PMK No. 32/PMK.08/2021 tentang perubahan atas PMK No. 98/PMK.08/2020. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk mengetahui aspek hukum pemberian jaminan oleh pemerintah melalui perbankan terhadap pelaku usaha korporasi guna mendukung pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional berdasarkan peraturan ini.
Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum teriser. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif.
Kementrian Keuangan telah membuat pengaturan yang mengatur tentang tata cara pemberian penjaminan melalui PMK No. 32/PMK.08/2021. Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan tersebut, pemberlakuan kebijakan penjamin telah merealisasikan berupa pemberian fasilitas penjaminan untuk menanggung pembayaran kewajiban finansial pelaku usaha korporasi dalam hal memenuhi kewajiban finansial terhadap perbankan. Pemberian fasilitas penjaminan yang diberikan pemerintah kepada pelaku usaha korporasi berupa subsidi margin dalam bentuk potongan yang langsung mengurangi besaran angsuran/cicilan.
Kata Kunci: PEN, Kementrian Keuangan, Perbankan, Penjaminan
___________________________
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional dalam pembangunan di bidang ekonomi merupakan suatu langkah yang baik, mengingat pembangunan memerlukan adanya ketersediaan dana dalam jumlah besar yang menuntut adanya peran serta segenap komponen bangsa untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, sehingga memunculkan suatu mekanisme perputaran dana dari dan untuk masyarakat yang dikelola oleh suatu lembaga keuangan dalam hal ini lembaga keuangan bank. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, memiliki peran penting dan besar dalam kehidupan masyarakat, dalam hal ini bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa- jasa keuangan lainnya. Aspek yang paling penting bagi bank dalam menyalurkan kredit adanya suatu jaminan, khususnya jaminan kebendaan.1
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.2Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
1 Etty Mulyati, Fajrina Aprilianti Dwiputri, “Prinsip Kehati-Hatian Dalam Menganalisis Jaminan Kebendaan Sebagai Pengaman Perjanjian Kredit Perbankan, Jurnal Hukum Kenotariatan dan ke-PPAT-an, Vol 1 No. 2, juni 2018, hal. 135.
2 Indonesia, (UU Perbankan), Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, LN No. 182 tahun 1998, pasal 1 ayat 1.
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.3 Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi itu tidak dapat dipisahkan. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya.
Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja. Dengan sendirinya, Bank Indonesia tidak termasuk dalam pengertian “Bank”, sebab bukan sebuah badan usaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya kendati melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersial pula.4
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan mutlak dari para nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-jasa lain yang dilakukan mereka melalui bank pada khususnya dan dari masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu, bank sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat, yang sudah maupun yang akan menyimpan dananya, maupun yang telah atau akan menggunakan jasa-jasa bank lainnya terpelihara dengan baik dalam tingkat yang tinggi. Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran, masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem tersebut. Adapun kepercayaan masyarakat kepada
3 Otoritas Jasa Keuangan, “Bank Umum-Perbankan”, di akses melalui https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum.aspx, pada tanggal 16 Juli 2021, pukul 21:25 WIB.
4 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 59.
bank merupakan unsur paling pokok dari eksistensi suatu bank sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.5
Saat ini, dunia mengalami bencana pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19) membawa risiko bagi kesehatan masyarakat dan bahkan telah merenggut korban jiwa bagi yang terinfeksi di berbagai belahan penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas ekonomi dan membawa implikasi besar bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan menurun dari 3% (tiga persen) menjadi hanya l,5% (satu koma lima persen) atau bahkan lebih rendah dari itu. Perkembangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) juga berpotensi mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia. Salah satu implikasinya berupa penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai 4% (empat persen) atau lebih rendah, tergantung kepada seberapa lama dan seberapa parah penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) mempengaruhi atau bahkan melumpuhkan kegiatan masyarakat dan aktivitas ekonomi.6
Oleh karena itu pemerintah mulai berusaha untuk mengembalikan ekonomi menjadi normal kembali, melalui kementrian keuangan membuat kebijakan luar
5 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 1.
6 Indonesia, (UU PP), Undang-Undang Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Udang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang, LN No.87 tahun 2020.
biasa untuk memitigasi dampak COVID-19 dan pelambatan ekonomi dengan membuat Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka mendukung kebijakan keuangan negara untuk penanganan pandemi Corona Virus Dieses 2019 (COVID-19) dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional.7 Pemerintah sangat perlu mengeluarkan kebijakan melalui ketentuan yang diatur lebih lanjut oleh Kementrian Keuangan guna memenuhi tuntutan kebutuhan dan perkembangan hukum penjaminan pemerintah untuk pelaku usaha koroporasi melalui badan usaha penjaminan yang ditunjuk dalam rangka pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional.8
Dalam rangka pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Kementerian Keuangan mempermudah pemberian dukungan bagi pelaku usaha korporasi, yang diatur melalui skema penjaminan kredit modal kerja. Sebelumnya kemudahan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 98/PMK.08/2020. Melalui pelonggaran atas ketentuan tata kelola penjaminan pemerintah, yang diatur lebih lanjut dalam PMK Nomor 32/PMK.08/2021 tentang perubahan atas PMK Nomor 98/PMK.08/2020, diharapkan perbankan dapat menyalurkan kredit kepada pelaku usaha korporasi yang membutuhkan, karena tingkat risiko kredit telah dijamin oleh skema penjaminan ini.
7 Indonesia, (PMK), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.08/2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.08/2020 Tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah Untuk Pelaku Usaha Korporasi Melalui Badan Usaha Penjaminan Yang Ditunjuk Dalam Rangka Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, LN No.254 tahun 2021.
8 Ibid
Untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas penjaminan tersebut, Pemerintah telah melakukan perubahan berupa pelonggaran kriteria pelaku usaha korporasi bersifat lebih akomodatif dan fleksibel, sehingga dapat mencakup lebih banyak pelaku usaha korporasi untuk menerima fasilitas penjaminan. Selain itu, beberapa perubahan juga dilakukan agar kriteria penjaminan pemerintah lebih menyesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh penjamin, perbankan, dan pelaku usaha korporasi.
Dalam PMK Nomor 32/PMK.08/2021, beberapa perubahan ketentuan mencakup perubahan kriteria pelaku usaha korporasi dengan menambah tenor pinjaman yang dijamin, mengurangi batas minimal pinjaman modal kerja, hingga memperpanjang batas akhir fasilitas penjaminan. Berdasarkan penyempurnaan ketentuan tersebut, maka kriteria untuk pelaku usaha korporasi selaku terjamin, meliputi pelaku usaha yang mempekerjakan tenaga kerja minimal 100 orang. Namun Kemenkeu juga dapat memberikan penjaminan usaha dengan jumlah tenaga kerja minimal menjadi 50 orang kepada sektor tertentu.9
Atas uraian diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah mengenai aspek hukum pemberian jaminan oleh pemerintah melalui perbankan terhadap pelaku usaha korporasi guna mendukung pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.08/2021 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.08/2020 tentang tata cara penjaminan pemerintah untuk pelaku usaha korporasi melalui badan usaha penjaminan yang ditunjuk dalam rangka
9 Ratna Febrina, “SF Consulting”, di akses melalui http://www.sfconsulting.co.id/sf/?mod=berita&page=show&stat=&id=17519&q=&hlm=, pada tanggal 20 Juli 2021, pukul 17:04 WIB.
pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional (studi pada Bank BTN KC Syariah Medan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaturan Pemberian Jaminan Oleh Pemerintah Melalui Perbankan Terhadap Pelaku Usaha Korporasi di Indonesia?
2. Bagaimana Prosedur Pemberian Penjaminan Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional?
3. Bagaimana Implementasi Pemberian Penjaminan Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional di Bank BTN KC Syariah Medan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama dalam penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana hukum. Dan apabila mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan pemberian jaminan oleh pemerintah melalui perbankan terhadap pelaku usaha korporasi di Indonesia
b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian penjaminan dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional
c. Untuk mengetahui implementasi pemberian penjaminan dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional di Bank BTN KC Syariah Medan.
2. Manfaat Penulisan
Adapun hal yang diharapkan dari penulisan ini ialah dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis bagi penulis dan pembaca. Berikut manfaat dari penulisan ini adalah:
a. Secara teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan kajian penambah pengetahuan dan juga bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum secara umum, bidang hukum ekonomi dan khususnya mengenai penjaminan pemerintah untuk pelaku usaha korporasi melalui perbankan guna mendukung pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
b. Secara praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca serta masyarakat secara umum untuk mengetahui tentang pemberian jaminan oleh pemerintah untuk pelaku usaha korporasi melalui perbankan guna mendukung pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
D. Metode Penelitian
Penelitian merupakan cara-cara ilmiah untuk memahami dan memecahkan masalah sehingga didapatkan kebenaran yang sifatnya kebenaran ilmiah. Dan penelitian merupakan proses yang terstruktur sehingga diperlukan aturan dan langkah-langkah tertentu untuk melaksanakannya. Dengan menggunakan pola atau
tahapan yang sistematis, proses penelitian dapat diikuti oleh orang lain secara lebih mudah.10
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum adalah segala aktivitas seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat akademik dan praktis, baik yang bersifat asas-asas hukum, norma-norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.11 Adapun jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang digabungkan.
Penelitian hukum dengan pendekatan doktrinal yang bersifat normatif, atau penelitian hukum yuridis normatif atau penelitian hukum normatif pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang akan mengkaji aspek-aspek (untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam) internal dari hukum positif. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi dari adanya pandangan bahwa hukum merupakan sebuah lembaga yang otonom yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Metode penelitian hukum normatif menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Pendekatan yuridis normatif adalah “suatu pendekatan yang mengacu pada
10 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 9-10.
11 Zainuddin H. Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 19.
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.12 Metode penelitian hukum normatif dapat dimaknai sebagai penelitian hukum dalam tataran norma, kaidah, asas-asas, teori, filosofi, dan aturan hukum guna mencari solusi atau jawaban atas permasalahan baik dalam bentuk kekosongan hukum, konflik norma, atau kekaburan norma. Dengan demikian metode penelitian hukum normatif memiliki karakteristik sebagai penelitian kepustakaan atau literature research yang berbeda dengan metode penelitian empiris (non-doktrinal) yang berkarakteristik penelitian lapangan (field study).13
Berbeda dari penelitian hukum normatif, penelitian hukum empiris merupakan penelitian berkarakteristik non-doktrinal yang dilakukan melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini dikumpulkan data yang kemudian diolah sesuai dengan teknik analisis yang dipakai yang dituangkan dalam bentuk deskriptif guna memperoleh keadaan sebenarnya dari hukum sebagai kenyataan sosial. Pada penelitian lapangan (field research) penelsuran pustaka dibutuhkan pada saat menyusun kerangka penelitian (research design) dan atau proposal guna memperoleh informasi awal dari penelitian terdahulu yang lebih kurang sejenis, untuk memperdalam teori yang mungkin akan digunakan, maupun untuk memperdalam pengetahuan peneliti tentang metode yang akan digunakan.14
12 Kornelius Benuf, Muhammad Azhar, “Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer”, Jurnal Gema Keadilan, Vol 7, edisi I, juni 2020, hal. 23-24.
13 Yati Nurhayati, dkk, “Metodologi Normatif dan Empiris dalam Perspektif Ilmu Hukum”, Jurnal Penegakan Hukum Indonesia, Vol 2 No. 1, februari 2021, hal. 8.
14 Ibid, hal. 13.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek penelitian melalui wawancara dan observasi dengan pihak-pihak terkait.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi:15
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan bahan hukum yang bersifat otoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri atas perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.16 Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan;
3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementrian Negara;
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Penjaminan
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/PMK.08/2020 Tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah Untuk
15 Zainuddin H. Ali, op.cit, hal. 106.
16 H. Ishaq, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi”, (Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 68.
pelaku Usaha Korporasi Melalui Badan Usaha Penjaminan yang Ditunjuk Dalam Rangka Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.08/2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.08/2020 Tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah Untuk Pelaku Usaha Korporasi Melalui Badan Usaha Penjaminan Yang Ditunjuk Dalam Rangka Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
7) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 217/PMK.01/2018 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Menteri Keuangan
8) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
9) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2020 Tentang Kementrian Keuangan;
10) Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) Dan/Atau Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nastonal;
11) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.05/2014 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Penjaminan
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.17
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.18 Selain itu penulis juga melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada salah satu pegawai di Bank BTN KC Syariah Medan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan data dan memenuhi informasi yang digunakan dalam bahan hukum sekunder.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua teknik yaitu dengan studi kepustakaan (normatif) dan studi lapangan (empiris). Studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis meliputi kegiatan penelitian terhadap buku-buku terkait kemudian dilakukan analisis dari buku-buku tersebut untuk menjadi referensi dari skripsi yang ditulis ini. Selain meneliti dan menganalisis buku-buku, penulis juga melakukan analisis terhadap pertauran perundang- undangan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Begitu juga dengan jurnal-jurnal dan karya ilmiah lainnya. Setelah dilakukan studi kepustakaan,
17 Ibid
18 Ibid
penulis melakukan studi lapangan dengan melakukan wawancara dengan pegawai Bank BTN KC Syariah Medan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terbuka, yaitu peneliti melakukan wawancara terarah (directive interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya masukan baru yang diperlukan dalam wawancara tersebut. Adapun penggunaan pedoman wawancara dimaksudkan untuk mengendalikan data yang menjadi target dalam wawancara, sehingga wawancara tersebut tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Penggunaan kedua studi tersebut agar menjadikan skripsi ini memiliki sumber data yang komperhensif, akurat dan lengkap.
4. Analisis Terhadap Data
Analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara menyatukan sumber-sumber data yang didapat untuk dapat dikelola dan diambil bagian yang penting dan bagian yang dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penulisan skripsi ini. Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode kualitatif.
Tujuan menggunakan metode kualitatif agar penulis dapat menguraikan data secara berkualitas dan komprehensif dalam bentuk kalimat yang teratur, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi data dalam penulisan skripsi ini.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan proses pencarian yang peneliti lakukan, penelitian terhadap judul “Aspek Hukum Pemberian Jaminan Oleh Pemerintah Melalui Perbankan Terhadap Pelaku Usaha Korporasi Guna Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (Studi Pada Bank
BTN KC Syariah Medan) belum pernah dilakukan. Kemudian telah dilaksanakan juga penelusuran dibagian arsip perpustakaan Universitas di cabang Fakultas Hukum USU/bagian pusat informasi dan dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dari penelusuran tersebut pihak perpustakaan menyatakan bahwa
“Tidak Ada Judul yang Sama dengan Skripsi ini”. Dengan mengacu pada pernyataan pihak perpustakaan tersebut maka penulisan skripsi ini akan dilanjutkan. Selain itu juga telah dilakukan penelusuran di internet mengenai karya ilmiah yang mengangkat topik sesuai dengan skripsi ini, dan juga tidak ditemukan karya ilmiah yang mengangkat topik sesuai dengan judul skripsi ini.
F. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian dan Pengaturan Tentang Bank
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.
Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankier sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa usaha perbankan pada dasarnya suatu usaha simpan pinjam demi dan untuk kepentingan pihak ketiga tanpa memperhatikan bentuk hukumnya apakah perorangan ataukah badan hukum (rechts person). Pengertian seperti itu nampaknya terus berlanjut sampai dengan keluarnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan yang memberikan pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.
Jika melihat definisi bank seperti yang dimaksud dalam Undang-undang Perbankan di atas, maka akan memberikan kesan bahwa bank tersebut dapat berbentuk usaha perorangan (jika tidak melihat persyaratan lebih lanjut tentang pendirian bank sebagaimana diatur dalam pasal 8 s/d 18 Undang-undang No. 14 Tahun 1967).
Oleh sebab itu sejak keluarnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan barulah diberikan definisi secara tegas tentang bank sebagai:
badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (pasal 1 ayat 1). Dari pengertian diatas jelaslah bahwa usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak boleh berbentuk usaha perorangan. Penegasan seperti itu dapat dilihat dalam ketentuan pasal 21 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang menentukan beberapa bentuk hukum bank yaitu: Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Daerah, Koperasi, dan Perseroan Terbatas (PT).19
Perubahan istilah lembaga keuangan menjadi badan usaha adalah dimaksudkan agar para pelaku bank lebih profesional dalam mengelola dana dari dan ke masyarakat.
Di Indonesia, dalam prakteknya, istilah atau kata “bank” juga dipergunakan oleh lembaga atau badan usaha lainnya, misalnya bank daerah, bank mata, bank
19 Zainal Asikin, “Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 4-5.
tanah, bank sperma. Lembaga-lembaga seperti ini tidak menjalankan usaha pengumpulan uang dari masyarakat dan kemudian dipinjamkan lagi kepada pihak ketiga dengan memungut bunga. Undang-Undang Perbankan yang baru tidak mengatur larangan penggunaan nama “bank” untuk suatu badan usaha, lembaga ataupun perseorangan. Sebelumnya larangan seperti ini tercantum di dalam Undang-Undang Perbankan 1967. Disebutkan pada pasal 45 bahwa sesudah mengundangkan undang-undang ini, tiada suatu badan ataupun perorangan pun boleh menamakan dirinya “Bank” jikalau tidak mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan menurut ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali bank yang didirikan dengan undang-undang.
Sementara itu, pasal 4 menetapkan bahwa suatu badan atau perseorangan yang melakukan usaha serupa dengan usaha bank, wajib menamakan dirinya
“Bank”. Dengan demikian, kata “bank” hanya digunakan bagi badan atau perseorangan yang melakukan usaha bank dan harus mendapat izin usaha sebagai bank dari Menteri Keuangan. Berhubung larangan seperti ini tidak dicantumkan di dalam Undang- Undang Perbankan yang baru, maka kita tidak memiliki alasan untuk melarang suatu badan usaha atau seseorang menggunakan nama dirinya “bank”.20
2. Sumber Dana Bank a. Permodalan Bank
Modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Dalam perkembangan
20 Rachmadi Usman, “Aspek-Aspek Hukum Perbankan”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 60.
kegiatan operasi perusahaan, modal tersebut dapat berkurang akibat terjadinya kerugian atau kegagalan usaha. Pertambahan modal berasal dari keuntungan usaha atau sumber lainnya yang diperoleh. Selain itu, posisi modal juga akan memengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba di satu pihak dan kemungkinan timbul risiko di pihak lain. Permodalan yang terlalu besar akan dapat memengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank juga akan memengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan perkataan lain, besar kecilnya permodalan bank akan memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.21
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/
20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/2/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat, pengertian modal bagi bank dibedakan antara modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal kantor cabang dari suatu bank berkedudukan di luar negeri.
21 Uswatun Hasanah, “Hukum Perbankan”, (Malang: Setara Press, 2016), hal. 43.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Adapun rincian komponen dari masing- masing modal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Modal Inti
Modal Inti terdiri atas modal disetor, modal sumbangan, cadangan- cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara rinci modal ini dapat berupa:
a) Modal disetor;
b) Aigo saham;
c) Modal sumbangan;
d) Cadangan umum;
e) Cadangan tujuan;
f) Laba yang ditahan (retained earnings);
g) Laba tahun lalu;
h) Laba tahun berjalan.
Jumlah modal inti adalah jumlah sebagaimana tersebut di atas, dikurangi dengan goodwill yang ada dalam pembukuan bank dan kekurangan dalam penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
2) Modal Pelengkap
Modal Pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:
a) Cadangan revaluasi aktiva tetap;
b) Penyisihan penghapusan aktiva produktif ;
c) Modal pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi);
d) Pinjaman subordinasi.
Dalam pengertian pinjaman subordinasi termasuk pula utang dalam bentuk kredit yang dananya berasal dari Bank Dunia, Asian Development Bank, Nordic Investment Bank, dan Lembaga Keuangan Internasional serupa. Pinjaman subordinasi tersebut bermula sejak diterimanya dana termaksud oleh bank sampai dengan saat jatuh waktu menurut perjanjian penerusan pinjaman tersebut. Jumlah pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal untuk sisa jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah pinjaman subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (prorata) jumlah pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 50% dari modal inti.
Seluruh modal pelengkap di atas hanya dapat diperhitungkan Sebagai modal setinggi-tingginya 100% dari jumlah modal inti. Sedangkan modal bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri adalah dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia (net head office funds).22
b. Penghimpunan Dana
Bank umum maupun BPR keduanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana. Jasa berupa penghimpunan dana dari masyarakat bisa dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
22 Ibid, hal.115-119.
tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat yang lazim dilakukan bank umum tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh BPR, karena BPR dilarang menghimpun dana melalui simpanan berupa giro dan dilarang ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
1) Simpanan Giro/Rekening Koran
Pengertian giro/demand deposit/cheking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan.23
2) Simpanan Deposito (Depositi Berjangka)
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dengan demikian, deposito merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank yang ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank berdasarkan atas nama sehingga tidak dapat diperjualbelikan;
b) Jangka waktu penarikannya telah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan yang diperjanjikan;
c) Bunga dibayar setiap bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatuh tempo;
d) Dapat dijadikan jaminan kredit;
e) Penyerahan hak cukup dengan cara cessie.
23 Ibid, hal. 49.
Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Namun, keuntungannya bagi bank adalah penyediaan likuidasi untuk kebutuhan penarik dana ini dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan giro atau jenis simpanan lainnya.
3) Simpanan Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. Jelaslah bahwa sertifikat deposito adalah surat berharga yang diterbitkan atas tunjuk tanpa nama pembelinya dalam rupiah yang merupakan suatu pengakuan utang dari bank dan dapat diperjual-belikan dalam pasar uang. Bunga sertifikat deposito diberikan secara diskonto yakni dibayar dimuka sekaligus pada saat pembelian.24
4) Simpanan Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kepada nasabahnya akan diberikan atau menerima buku tabungan sebagai bukti telah menyimpan dananya dalam bentuk tabungan. Ketentuan yang mengatur hubungan hukum antar bank dan nasabah penabung ini biasanya tercantum pada halaman terakhir dari buku tabungan.25
24 Ibid, hal. 51-52.
25 Ibid
3. Pengertian Jaminan
Pengertian jaminan secara umum menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah aset atau suatu barang milik peminjam yang dijaminkan kepada pemberi pinjaman untuk menjamin pelunasan hutang piutang antara peminjam dan pemberi pinjaman.26
Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, mengemukakan bahwa hukum jaminan adalah: “Mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan.
Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah”. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjhoen Sofwan ini merupakan sebuah konsep yuridis yang berkaitan dengan penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan pada masa yang akan datang.27
Dapat disimpulkan bahwa jaminan adalah suatu bentuk tanggungan yang dapat dinilai dengan uang , dengan kebendan tertentu yang diserahkan debitur sebagai penjamin dari hubungan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain. Dengan kata lain, jaminan disini berfungsi sebagai sarana atau menjamin
26 Noor Hafidah, “Kajian Prinsip Hukum Jaminan Syariah Dalam Kerangka Sistem Hukum Syariah”, Journal Trunojoyo, Vol 8 No. 2, 2013, hal. 3.
27 Putri Ayi Winarsasi, “Hukum Jaminan di Indonesia (Perkembangan Pendaftaran Jaminan Secara Elektronik)”, (Surabaya: CV Jakad Media Publishing, 2020), hal.4-5.
pemenuhan pinjaman atau utang debitur seandainya wanprestasi sebelum sampai jatuh tempo pinjaman atau utangnya berakhir.
G. Sistematika Penulisan
Sebuah karya ilmiah harus berpenampilan baik dan bagus agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi karya ilmiah yang sedang ditulis. Untuk mendapatkan karya ilmiah yang baik maka karya ilmiah harus ditata dan disusun secara terorganisasi antara sub bagian dan antar bab. Dengan memperhatikan hal tersebut maka karya ilmiah yang dilakukan akan menjadi karya ilmiah yang lengkap, akurat dan lengkap.
Secara umum skripsi ini terbagi menjadi lima bab, kelima bab tersebut memuat beberapa subbagian yang ditulis sesuai dengan keinginan dan minat penulis untuk membahasnya. Penjelasan dari bab dan subbagian tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menerangkan mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan dan Sistematika Penulisan.
BAB II : PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN OLEH PEMERI- TAH MELALUI PERBANKAN TERHADAP PELAKU USAHA KORPORASI DI INDONESIA
Penulisan pada bab ini bertujuan untuk membawa atau mengajak para pembaca untuk memahami atau mengerti tentang
pengaturan pemberian jaminan oleh pemerintah melalui perbankan terhadap pelaku usaha korporasi di Indonesia.
Adapun sub bagian dari bab ini adalah: Tinjauan Hukum Mengenai Bank Pada Peraturan Perundang- Undangan di Indonesia, Tinjauan Hukum Mengenai Penjaminan Pada Peraturan Perundang- Undangan Di Indonesia, Dan Pengaturan Pemberian Jaminan Oleh Pemerintah Melalui Perbankan Terhadap Pelaku Usaha Korporasi Di Indonesia.
BAB III : PROSEDUR PEMBERIAN PENJAMINAN DALAM RAN- KA PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL Penulisan pada bab ini bertujuan untuk membawa atau mengajak para pembaca untuk memahami atau mengerti tentang prosedur pemberian penjaminan dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional. Adapun sub bagian dari bab ini yaitu: Pemulihan Ekonomi Nasional, Kriteria Dalam Kegiatan Pemberian Penjaminan, Dan Tata Cara Pemberian Penjaminan Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
BAB IV : IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASION- AL DI BANK BTN KC SYARIAH MEDAN
Penulisan pada bab ini bertujuan untuk membawa atau mengajak para pembaca untuk menerangkan mengenai implementasi pemberian penjaminan dalam rangka program
pemulihan ekonomi nasional di Bank BTN KC Syariah Medan.
Adapun sub bagian dari bab ini meliputi : Gambaran Umum Bank BTN KC Syariah Medan, Pemberlakuan Kebijakan Pemberian Penjaminan Di Bank BTN KC Syariah Medan, Dan Kendala Pada Pemberlakuan Pemberian Penjaminan Dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional di Bank BTN KC Syariah Medan.
BAB V : PENUTUP
Selanjutnya dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran untuk bab-bab yang telah dibahas dalam penulisan skripsi ini. Tujuan dari pemberian kesimpulan dan saran dalam skripsi ini untuk menjadikan skripsi ini terlihat baik dan sempurna.
26
PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN OLEH PEMERINTAH MELALUI PERBANKAN TERHADAP PELAKU USAHA KORPORASI DI
INDONESIA
A. Tinjauan Hukum Mengenai Bank Berdasarkan Peraturan Perundang- undangan Di Indonesia
1. Pengertian Bank
Apabila kita menelusuri sejarah dari terminologi “bank” maka kita ketemukan bahwa kata bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar.
Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang. bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan.28
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan bank ialah: suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.
Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankier
28 Mudir Fuady, “ Hukum Perbankan Modern”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 13.
sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.29
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang- Undang Perbankan 1967 dan Undang-Undang Perbankan yang diubah. Pasal 1 huruf a Undang-Undang Perbankan 1967, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Sementara itu, Undang- Undang Perbankan yang diubah pada pasal 1 angka 2 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari pengertian tesebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai "financial intermediary" dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.
Dua fungsi itu tidak bisa dipisahkan. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.30
Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian bank, antara lain :
a. Menurut O.P. Simorangkir, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa. Adapun
29 Zainal Asikin, loc it.
30 Rachmadi Usman, op.cit, hal. 59.
pemberikan kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri ataupun dengan dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang;31
b. Menurut Kasmir, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya;32
c. Menurut: G.M. Verryn Stuart, Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau denga uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat baru berupa uang giral;33
d. Menurut Sentosa Sembiring pengertian dari bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkan kembali ke masyarakat melalui pranata hukum pengkreditan;34
e. Menurut Thomas Mayer, James D. Duesenberry dan Z. Aliber, bank adalah lembaga keuangan yang sangat penting bagi kita, menciptakan beberapa uang dan mempunyai berbagai aktivitas yang lainnya.35
31 Zainal Asikin, op.cit, hal. 25.
32 Ibid, hal. 26.
33 Ibid.
34 Uswatun Hasanah, op cit hal. 21.
35 Zainal Asikin, op.cit, hal. 27.
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masya- rakat. Oleh karena itu, eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global.36
2. Jenis-Jenis Bank
a. Bank Dari Segi Fungsinya
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dikenal pembagian jenis bank sebagai berikut, yaitu :
1) Bank Sentral ialah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 (penjelasan pasal 23 ayat 3) yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang bank sentral.37
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968, Bank Sentral adalah suatu Lembaga negara yang bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan kebijakan moneter, sehingga karena itu Bank Sentral menjalankan tugasnya berdasarkan garis-garis pokok kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.38
36 Adrian Sutedi, loc it.
37 Zainal Asikin, op.cit, hal. 9.
38.Otoritas Jasa Keuangan, “Undang-Undang Nomor 13 Tahun1968 tentang Bank Sentral”, di akses melalui https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-undang/Pages/undang- undang-nomor-13-tahun-1968-tentang-bank-sentral.aspx, pada tanggal 21 juli 2021, pukul 22:34 WIB.
2) Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usaha utama mempergunakan dananya dalam kertas berharga.
3) Bank pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang di bidang pembangunan.39
4) Bank-bank lainnya yang ditetapkan dengan undang-undang. Dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 pemerintah telah mendirikan mengelompokan bank kedalam beberapa jenis bank, yaitu:
a) Bank Pembangunan Indonesia sebagaimana diatur dengan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1960;
b) Bank Pembangunan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1962;
c) Bank Dagang Negara sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 1968 Jo Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1968;
d) Bank Bumi Daya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1968;
e) Bank Tabungan Negara sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 1968;
39 Marhainis Abdul Hay, “Hukum Perbankan Di Indonesia”, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1975), hal. 16.
f) Bank Rakyat Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1968;
g) Bank Eksport Import sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1968.
Maksud dari pemerintah menetapkan jenis-jenis bank tersebut (sesuai dengan namanya) adalah agar bank-bank tersebut dapat melaksanakan fungsinya secara lebih spesifik dan terkonsentrasi pada bidang-bidang tertentu. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya prinsip itu tidak terlaksana, artinya masing- masing bank melaksanakan tugasnya secara umum (terkesan serabutan) sehingga pembagian jenis bank sesuai dengan aktivitas kegiatannya tersebut dipandang tidak relevan lagi.
Kemudian dengan berlakunya UU No. 9 Tahun 1992 yang disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dibagi beberapa jenis bank yang disesuaikan dengan bidang usahanya, kepemilikan, dan dari segi operasionalnya, sebagai berikut.40
b. Bank Dari Segi Usahanya
1) Bank Umum, dalam pasal 1 angka 3 UU Perbankan 1998, yaitu, “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.41
40 Zainal Asikin, op.cit, hal. 35-36.
41 Uswatun Hasanah, op.cit, hal. 26.
2) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.42 3) Bank Khusus, dalam pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Perbankan
dikemukakan bahwa bank khusus dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri dalam kegiatan tertentu antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk pengembangan koperasi, pengembangan usaha ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas, dan pengembangan pembangunan perumahan.
Bank umum kepemilikannya mungkin saja dimiliki oleh negara (pemerintah daerah), swasta asing, dan koperasi, sedangkan BPR hanya dimungkinkan dimiliki oleh negara (pemerintah daerah), swasta dan koperasi saja.
c. Bank Dari Segi Kepemilikan
1) Bank milik negara adalah bank yang dimiliki oleh negara dalam arti permodalannya berasal dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerindah daerah. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, pengaturan tentang bank milik diatur dalam undang- undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan, yang dalam Pasal 5 ayat (1) dikemukakan bahwa Bank
42 Rachmadi Usman, op.cit, hal. 63.
Umum milik negara didirikan dengan undang- undang berdasarkan undang-undang ini.
Seiring dengan berlakunya Undang-undang Badan Usaha Milik Negara (UU No. 19 Tahun 2003) maka bentuk perusahaan negara terdiri dari Perusahaan Umum ( Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero), maka Bank Negara harus dibentuk dalam bentuk Perum, PT Persero, maupun BUMD.
2) Bank milik swasta baik dalam negeri maupun luar negeri
a) Bank Swasta Nasional adalah bank yang dimiliki oleh warga negara Indonesia secara individual dan atau badan hukum Indonesia;
b) Bank Swasta Asing adalah bank yang modalnya dimiliki warga negara asing atau badan hukum asing, dan bank tersebut bisa berbentuk kantor cabang.
Dari pembagian di atas jelaslah bahwa bank sentral tidak termasuk kedalam jenis bank karena fungsi, tugas bank sentral adalah sebagai otoritas moneter yang bertugas menjaga kestabilan moneter, serta melakukan pengawasan dan pembinaan bank. Oleh sebab itu, bank sentral bukan merupakan tenis bank yang diatur dalam undang-undang perbankan yang baru. Tetapi justru merupakan lembaga negara yang ikut dan peranan bertanggung jawab atas dilaksanakannya undang-undang ini.
d. Bank Dari Segi Operasional
1) Bank Devisa yaitu bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan valuta asing;
2) Bank Non Devisa yaitu bank yang tidak mendapatkan izin untuk melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan valuta asing.43 3. Fungsi dan Kegiatan Usaha Bank
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat (pasal 3 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992). Hal ini berarti bahwa perbankan dituntut peranan yang lebih aktif dalam menggali dana dari masyarakat dalam rangka pembangunan nasional. Selanjutnya tujuan perbankan Indonesia adalah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat (pasal 4 Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992).
Dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian itu, maka diharapkan perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya akan melindungi kepentingan masyarakat penyimpan dana khususnya serta menunjang kegiatan ekonomi pada umumnya, bahkan lembaga perbankan diharapkan dituntut mampu menciptakan stabilitas nasional dalam arti yang seluas-luasnya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas jelaslah dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip perbankan yang dianut dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah sebagai berikut: Prinsip Demokrasi Ekonomi, Prinsip Kehati-hatian, Prinsip perbankan yang menunjang pembangunan, Prinsip perbankan yang menunjang stabilitas, Prinsip likuiditas dan Prinsip Profesional.44
Kedudukan dan fungsi Bank Indonesia dicantumkan dalam penjelasan pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan penjelasan Pasal 23 Undang-
43 Zainal Asikin, op.cit, hal. 37-39.
44 Zainal Asikin, loc it.
Undang Dasar 1945 tersebut, jelaslah bahwa di Indonesia hanya ada satu bank sentral yang disebut Bank Indonesia. Bank Indonesia ini mempunyai kedudukan yang khusus dan itu diatur dalam penjelasan Pasal 23 Undang- Undang Dasar 1945 tersebut, yakni sebagai satu-satunya lembaga yang diberi hak monopoli oleh negara, dimana Bank Indonesia, berwenang untuk menerbitkan, mengeluarkan, dan mengatur peredaran macam dan harga mata uang. Untuk menjamin hal tersebut, maka kedudukan hukum Bank Indonesia sebagai bank sentral (sirkulasi) harus ditetapkan dengan undang-undang.45
Fungsi dan peranan bank secara umum adalah 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Penghimpun Dana
Dana yang dapat dimanfaatkan oleh sebuah bank untuk menjalankan fungsinya antara lain bersumber dari:
1) Pemilik modal yang berupa setoran modal awal pendirian ataupun pengembangan modal.
2) Masyrakat luas yang diperoleh melalui usaha bank menawarkan produk simpanan, berupa tabungan, deposito, dan giro.
3) Lembaga keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa kredit likuiditas dan call money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh bank yang meminjam).
b. Penyalur dana
Penyaluran atas dana yang berhasil dihimpun oleh sebuah bank diwujudkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya kepada masyarakat yang memerlukan, seperti pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan
45 Rachmadi Usman, loc it.
harta tetap, dan lain sebagainya. Aktivitas ini menimbulkan risiko, karena itu dalam memenuhi asas kehati-hatian, pelaksanaannya ditetapkan berbagai persyaratan dan ketentuan.
c. Pelayanan jasa keuangan
Sebagai pelaksana lalu lintas pembayaran, bank melakukan berbagai aktivitas kegiatan lainnya, seperti pengiriman uang/transfer, penagihan surat berharga/collection, penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu (debit/kredit), BI-RTGS, SKN-BI, ATM, E-banking, sampai dengan sebagai penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.
Bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.
1) Agent of Trust, yaitu lembaga yang berlandaskan kepercayaan dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Masyarakat mau menyimpan dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini, dibangun kepercayaan dari pihak penyimpan dana (termasuk investor), bank, juga debitur. Kepercayaan ini penting sebagai landasan aktivitas usaha yang saling diuntung kan, baik dari aktivitas penyimpangan dana, penampung dana, maupun penerima penyaluran dana,
2) Agent of Development, yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana berdampak pada perkembangan lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta konsumsi barang dan
jasa. Kelancaran kegiatan inilah yang akan menggerakkan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3) Agent of Services, yaitu sebagai lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan kepada masyarakat Jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan seluruh ativitas keuangan yang dapat menggerakkan perekonomian secara umum.46
Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan, sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara penghimpun dana dari masyarakat luas Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit.
Dalam praktinya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap jenis bank memilikı ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatanya, misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda.
Dalam membahas usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh perbankan, maka sebaiknya dibedakan tentang usaha-usaha apa yang dapat dilakukan oleh Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).47
46 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Forum Komunikasi Direksi Kepatuhan Perbankan (FKDKP), “Menguasai Fungsi Kepatuhan Bank”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), hal. 3-4.
47 Zainal Asikin, op.cit, hal. 135.