• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA UNTUK KELAS VI SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA UNTUK KELAS VI SD"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA

UNTUK KELAS VI SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresiana Suciani Wijaya NIM: 171134083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA

UNTUK KELAS VI SD

Oleh :

Theresiana Suciani Wijaya NIM:171134083

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. Tanggal 30 Juli 2021

Pembimbing II

Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi. Tanggal 30 Juli 2021

ii

(3)

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 6 Agustus 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Yogyakarta, 6 Agustus 2021 SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA

UNTUK KELAS VI SD

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Theresiana Suciani Wijaya NIM: 171134083

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Kintan Limiansih S.Pd, M.Pd. ...

Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi S.S.,M.Pd ...

Anggota Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. ...

Anggota Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi. ...

Anggota Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. ...

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si

iii

(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah Bapa, Tuhan Yesus yang selalu menyertai setiap langkah hidupku.

2. Orang tuaku, Sri Wulandari yang telah senantiasa mendoakan, memberiku semangat, dukungan, dan kasih sayang kepada saya.

3. Kakak dan adik saya, Natanael Wijaya, Yehuda Wijaya dan Laurensia Inez yang telah memberi saya semangat dan keceriaan kepada saya.

4. Seluruh keluarga besar, yang telah memberi semangat dalam hidup saya.

5. Dosen pembimbing saya yang telah sabar dan baik hati, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi.

6. Seluruh sahabat dan teman – teman yang berpngaruh dalam hidup saya.

7. Universitas Sanata Dharma, almamater yang saya cintai dan banggakan.

iv

(5)

MOTTO

“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

(Filipi 4:13)

“ Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

v

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Agustus 2021 Penulis

Theresiana Suciani Wijaya

vi

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresiana Suciani Wijaya

Nomor Induk Mahasiswa 171134083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA UNTUK KELAS VI SD

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 6 Agustus 2021 Yang menyatakan,

Theresiana Suciani Wijaya

vii

(8)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA

UNTUK KELAS VI SD Theresiana Suciani Wijaya Universitas Sanata Dharma

2021

Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Karya sastra terdiri dari beragam bentuk, yaitu puisi, prosa maupun drama. Prosa dapat berupa novel dan cerpen. Melalui karya sastra pengarang dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra terdapat makna tertentu tentang kehidupan. Untuk itu, mengapa sastra cukup banyak digemari oleh para penikmatnya, hal ini dikarenakan karya sastra merupakan bentuk penggambaran dari seorang manusia, dalam hal ini sang pengarang, sebagai bagian dari masyarakat. Sehingga pembaca merasa dekat menembus pikiran, perasaan dan imajinasi manusia yang juga tidak lepas dari unsur-unsur filsafat, kemasyarakatan, psikologi, sains, ekologi, dan sebagainya.

Puisi dan Prosa patut menjadi suatu objek penelitian

.

Bahan ajar atau modul yang dikembangkan menggunakan model pengembangan ADDIE melalui proses yang meliputi analisis standar isi, analisis wacana (tahap analisis), perancangan peta dan tahap desain, pembuatan bahan ajar modul (tahap pengembangan), penerapan di dalam kelas pada skala uji coba terbatas (tahap implementasi), dan memperoleh tanggapan dari guru dan siswa (tahap evaluasi). Berdasarkan hasil uji kelayakan, bahan ajar modul pengembangan pembelajaran sastra materi Karakteristik Puisi dan Prosa bagi Siswa Kelas 6 sudah layak untuk digunakan oleh siswa kelas 6, karena memiliki kualitas yang baik mulai dari aspek desain, tulisan dan bahasa yang ada sudah layak untuk digunakan, dan berdasarkan tanggapan siswa, dapat diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar modul pengembangan pembelajaran sastra materi Karakteristik Puisi dan Prosa bagi Siswa Kelas 6 telah memenuhi kriteria bahan ajar dan memiliki kualitas yang baik, sederhana, mudah dipahami, bebas dari bahasa kasar dan tidak sopan.

Kata Kunci: Puisi, Prosa, Puisi menjadi Prosa viii

(9)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CHILDREN'S LITERATURE MODULE ON THE CHARACTERISTICS OF POETRY AND PROSE FOR CLASS VI PRIMARY

SCHOOL

Theresiana Suciani Wijaya Sanata Dharma University

2021

Literary work is an art form that is poured through language. Literary works consist of various forms, namely poetry, prose and poetry drama. Prose can be in the form of novels and short stories. Through literary works the author can freely talk about the life experienced by humans with various rules and norms in their interaction with the environment so that in literary works there is a certain meaning about life. For this reason, why literature is quite popular with its audience, this is because literary works are a form of depiction of a human being, in this case the author, as part of society. So that readers feel close to penetrating human thoughts, feelings and imaginations which are also inseparable from elements of philosophy, society, psychology, science, ecology, and so on. Poetry and Prose should be an object of research. Teaching materials or modules developed using the ADDIE development model go through a process that includes content standard analysis, discourse analysis (analysis stage), map design and design stage, making module teaching materials (development stage), classroom implementation on a limited trial scale (implementation stage), and obtain responses from teachers and students (evaluation stage). Based on the results of the feasibility test, the teaching materials for the literary development module for the Characteristics of Poetry and Prose for Grade 6 students are suitable for use by Grade 6 students, because they have good quality, starting from the design, writing and language aspects that are already feasible to use, and Based on student responses, it can be concluded that the teaching materials for the literary development module for the Characteristics of Poetry and Prose for Grade 6 students have met the criteria for teaching materials and have good quality, simple, easy to understand, free from abusive and disrespectful language.

Key Word: poetry, Prose, Poetry into Prose

ix

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatdan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA UNTUK KELAS VI SD" guna memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Terselesaikannya tugas akhir skripsi ini sudah tentu berkat kemudahan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun, kemudahan itu diberikan melalui perantara yang berwujud bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya sampaikan terima kasih terutama kepada yang saya hormati:

.

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krisandi S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi saya yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak / Ibu Dosen dan Staff di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Khususnya Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telh banyak membantu saya untuk dapat melaksanakan penulisan dalam studi.

5. Teristimewa kepada Orang Tua penulis Sri Wulandari yang telah mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

x

(11)

Penulis

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Yogyakarta, 6 Agustus 2021

Theresiana Suciani Wijaya

xi

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Definisi Operasional ... 4

1.6 Spesifikasi Produk ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian pustaka ... 6

2.1.1 Modul ... 6

xii

(13)

2.1.1.1 Pengertian Modul ... 6

2.1.1.2 Fungsi Modul ... 6

2.1.2 Pembelajaran Sastra Anak ... 10

2.1.2.1 Arah Pembelajaran Satra Anak ... 10

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Sastra Anak ... 10

2.1.2.3 Genre Sastra ... 11

2.1.3 Puisi ... 11

2.1.3.1 Pengertian Puisi ... 11

2.1.3.2 Jenis-Jenis Puisi ... 13

2.1.3.3 Struktur Puisi ... 15

2.1.4 Prosa... 19

2.1.4.1 Pengertian Prosa ... 19

2.1.4.2 Jenis-Jenis Prosa ... 19

2.1.4.3 Struktur Prosa ... 21

2.1.4.4 Karakteristik Prosa ... 22

2.1.4.5 Mengubah puisi menjadi prosa ... 22

2.1.5 Teori Belajar Anak... 23

2.1.5.1 Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 23

2.1.5.2 Perkembangan Bahasa ... 25

2.1.5.3 Minat Membaca ... 25

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 25

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Pertanyaan Penelitian... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis penelitian ... 30

xiii 3.2 Setting Penelitian ... 31

(14)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.2.3 Subjek Penelitian ... 31

3.2.4 Objek Penelitian ... 31

3.3 Rancangan Penelitian... 32

3.4 Prosedur Pengembangan ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5.1 Observasi ... 37

3.5.2 Wawancara... 38

3.5.3 Kuesioner atau Angket... 38

3.6 Instrumen Penelitian ... 39

3.6.1 Lembar Observasi ... 39

3.6.2 Daftar Pertanyaan Wawancara... 40

3.6.3 Angket Validasi ... 41

3.6.4 Angket Respon Siswa ... 43

3.7 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 31

4.1.1 Analysis (Analisis) ... 31

4.1.1.1 Hasil Analisis Kebutuhan berdasarkan Observasi Kelas ... 31

4.1.1.2 Hasil Analisis Kebutuhan berdasarkan Wawancara terhadap Guru Kelas ... 32

4.1.1.3 Hasil Analisis Kurikulum ... 33

4.1.1.4 Hasil Analisis Kinerja ... 33

xiv 4.1.2 Design (Desain) ... 34

4.1.2.1 Penyusunan Kerangka Modul Pembelajaran tentang

(15)

Karakteristik teks puisi dan teks prosa ... 34

4.1.2.2 Pengumpulan dan Pemilihan Referensi ... 35

4.1.2.3 Penyusunan Desain dan Fitur Modul Pembelajaran ... 35

4.1.2.4 Penyusunan Instrumen Penilaian Modul Pembelajaran ... 38

4.1.3 Develop (Pengembangan) ... 39

4.1.3.1 Validasi Ahli Media Pembelajaran ... 44

4.1.3.2 Validasi Ahli Materi ... 45

4.1.3.3 Validasi Ahli Pembelajaran... 46

4.1.4. Implementation (Implementasi) ... 47

4.1.5 Evaluation (Evaluasi) ... 48

4.1.6 Tingkat Kevalidan ... 50

4.1.7 Tingkat Kepraktisan ... 51

4.2 Pembahasan ... 51

4.2.1 Deskripsi Produk yang Dikembangkan ... 51

4.2.2 Analisis Kualitas Produk ... 53

BAB V PENUTUP ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 55

5.3 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN... 58

xv

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Observasi 3.1 ... 54

Tabel Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan 3.2 ... 55

Tabel Kisi –Kisi Validasi Ahli Materi 3.3 ... 55

Tabel Kisi –Kisi Validasi Ahli Media Pembelajaran 3.4... 56

Tabel Kisi –Kisi Validasi Ahli Pembelajaran 3.5 ... 58

Tabel Kisi –Kisi Validasi Angket Respon Siswa3.6... 58

Tabel Penilaian Skala Likert 3.7 ... 59

Tabel Penilaian Kualifikasi Kualitatif 3.8... 60

Tabel Penilaian Skala Likert 3.9 ... 61

Tabel Penilaian Kualitas Produk 3.10... 61

Tabel Jadwal Penelitian 3.11... 62

Tabel Kompetensi Dasar dan Indikator 4.1... 66

Tabel Rincian Aspek Penilaian Ahli Media Pembelajaran 4.2 ... 72

Tabel Rincian Aspek Penilaian Ahli Materi 4.3 ... 72

Tabel Hasil Respon Siswa 4.4... 72

Tabel Validasi Media Pembelajaran 4.5 ... 73

Tabel Penilaian Angket Siswa 4.6 ... 74

xvi

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sampul Depan Buku... i

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Relevan... 41

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir... 43

Gambar 4.1 Cover Modul... 40

Gambar 4.2 Daftar Isi... 40

Gambar 4.3 Pengertian Puisi... 41

Gambar 4.4 Puisi Lama ... 41

Gambar 4.5 Puisi Baru... 41

Gambar 4.6 Pengertian Prosa... 41

Gambar 4.7 Prosa Lama ... 42

Gambar 4.8 Prosa Baru... 42

Gambar 4.9 Karakteristik Prosa... 42

Gambar 4.10 Mengubah Puisi ke Prosa... 42

Gambar 4.11 Rangkuman... 43

Gambar 4.12 Soal Evaluasi... 43

Gambar 4.10 Daftar Pustaka... 56

xvii

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Pedoman Wawancara ... 56

Lampiran 2 Angket Observasi... 57

Lampiran 3Angket Ahli Materi ... 58

Lampiran 4Angket Ahli Pembelajaran. ...60

Lampiran 5 Angket Respon Siswa ... 62

Lampiran 6 Hasil Wawancara ... 63

Lampiran 7 Hasil Observasi ... 64

Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli Materi ... 65

Lampiran 9 Hasil Validasi Ahli Pembelajaran ...67

Lampiran 10 Hasil Validasi Respon Siswa ... 68

Lampiran 11 Hasil Validasi Tingkat Kepraktisan ...69

Lampiran 12 Hasil Validasi Tingkat Respon Siswa ... 70

Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup. ... 73

xviii

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Karya sastra terdiri dari beragam bentuk, yaitu puisi, prosa maupun drama. Prosa dapat berupa novel dan cerpen. Ruang lingkup materi sastra mencangkup puisi, dan prosa. Puisi merupakan karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta terdapat kata-kata kiasan. Puisi juga lebih mengutamakan makna kata dibandingkan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif, bahasanya lebih memiliki banyak makna. Prosa adalah pengungkapan peristiwa secara jelas dengan penguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan serta tidak terikat syarat- syarat tertentu dalam sebuah karya sastra. Dengan kekhasan atau keunikannya, sastra sebagai sebuah karya seni memiliki banyak manfaat di dalam kehidupan, misalnya dapat membuat seseorang mampu memahami perasaan dan pengalaman orang lain baik pengalaman menyenangkan ataupun menyedihkan, lalu dapat pula memahami hidup dan lingkungan dari sudut pandang yang lain. Sehubungan dengan hal ini, Toha (2010:1) berpendapat bahwa seorang manusia menjadi lebih manusia karena karya sastra, yakni dapat lebih mengenal lebih diri sendiri, sesama, lingkungan, dan berbagai permasalahan kehidupan. Sastra bermanfaat bagi setiap manusia tanpa membatasinya dengan strata, kelas, usia dan sebagainya. Demikian pula bagi anak-anak, sastra sudah tentu memiliki manfaat, sehingga terdapat pula sastra yang dikhususkan bagi anak-anak. Isinya meliputi seputar kehidupan dan pengalaman keseharian anak. Sejalan dengan hal tersebut Tarigan (2005:10.8) menyatakan bahwa karya sastra anak merupakan bagian dari sastra yang meliputi prosa, puisi, drama.

Secara umum,sastra anak berkaitan dengan kehidupan, kesenangan, sifat- sifat dan perkembangan anak-anak. Manfaat sastra bagi anak yakni membangun daya kreatif, imajinasi, empati dan kepedulian anak di dalam masa perkembangannya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Zulela (2012:62) yaitu

1

(20)

sastra mampu mengembangkan imajinasi anak, memberikan pengalaman seolah- olah si anak sendiri yang mengalaminya; seperti pertualangan, perjuangan dan sebagainya. Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), hal ini dibuktikan dengan diintegrasikannya sastra ke dalam empat unsur keterampilan berbahasa. Sastra dalam pembelajaran di SD aplikasinya seperti menulis pantun, membacakan puisi dan prosa, menyimak dongeng serta cerita rakyat dan sebagainya. Sastra seperti dibahas di atas memiliki manfaat yang besar dan sastra pun dapat digolongkan dalam beberapa jenis, salah satunya adalah puisi. Puisi adalah karya sastra yang menggambarkan pikiran dan perasaan sang penyair terhadap pengalaman hidupnya dalam rangkaian kata-kata yang padat namun indah dan memiliki nilai seni, maka dari itu untuk memahami isi dari puisi butuh penghayatan dari dalam jiwa. Sejalan dengan hal ini, Aminuddin (2010: iii) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk kreatif berbahasa yang sangat indah dan penuh nilai-nilai kehidupan, agar bisa memahaminya harus diiringi dengan penghayatan jiwa. Puisi sudah diperkenalkan kepada anak sejak SD. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, puisi diperkenalkan dimulai dari kelas rendah sampai di kelas tinggi tentu saja dengan kedalaman materi dan kompetensi yang berbeda. Berdasarkan Hasil wawancara saya dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di beberapa SD di Probolinggo, menunjukkan ada beberapa siswa masih belum bisa membedakan karakteristik antara puisi dan prosa. Berikut hasil wawancara saya dengan seorang guru Bahasa Indonesia kelas VI SD. Anak-anak ini masih banyak yang kesulitan menentukan karakteristik puisi dan prosa, mereka juga masih sering bingung menuliskannya ke dalam bentuk puisi dan prosa walaupun sudah diberikan tema yang mudah, terkadang mereka juga sulit membedakan antara menulis puisi dengan menulis prosa. Saya merasa mereka membutuhkan media yang bisa membantu mereka, karena disini persediaan medianya terbatas dan tidak ada juga media yang berhubungan dengan puisi dan prosa, jadi terkadang guru hanya bisa menjelaskan seadanya saja. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran memahami dan menulis puisi dan prosa dibutuhkan media pembelajaran yang inovatif, sehingga kreativitas dan ide siswa dapat dipacu melalui media tersebut. Salah satu media yang dapat membantu siswa untuk menumbuhkan

(21)

kreativitas yakni tulisan bergambar. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh kata-kata. Gambar dapat menggantikan kata verbal, mengkongkritkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Untuk itu, pemilihan media buku bergambar yang didalamnya lebih menekankan media bergambar diharapkan bisa menjadi pemacu siswa untuk memahami dan menumbuhkan ide menulis dalam pembelajaran puisi dan prosa. Selain itu, pemilihan media ini juga diharapkan dapat membantu guru menyampaikan materi puisi dan prosa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian pengembangan modul sebagai media pembelajaran dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran dalam memahami dan menulis sebuah puisi dan prosa dengan judul

“PENGEMBANGAN MODUL SASTRA ANAK TENTANG

KARAKTERISTIK PUISI DAN PROSA UNTUK KELAS VI SD”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengembangan Modul Pembelajaran Sastra Materi Karakteristik Puisi dan Prosa untuk siswa kelas VI SD?

1.

2. Bagaimana kualitas Modul Pembelajaran Sastra Materi Karakteristik Puisi dan Prosa untuk siswa kelas VI SD?

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan langkah – langkah Pengembangan Modul Pembelajaran Sastra Materi Karakteristik Puisi dan Prosa untuk siswa kelas VI SD.

1.

2. Mendeskripsikan kualitas Modul Pembelajaran Sastra Materi Karakteristik Puisi dan Prosa untuk siswa kelas VI SD.

1.4 Manfaat Penelitian

Pengembangan media pembelajaran modul sastra ini diharapkan dapat membantu siswa dalam proses belajar dan menjadi alternatif

(22)

diharapkan dari penelitian ini yakni :

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa untuk mendapatkan pembelajaan yang mudah dipahami dan menyenangkan. Dengan menggunakan modul pembelajaran sastra ini siswa bisa memahami lebih dalam tentang karakteristik puisi dan prosa.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat membantu guru untuk memberikan alternatif pengajaran berupa modul pembelajaran sastra sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan modul pembelajaran sastra ini guru bisa lebih mudah untuk menjelaskan tentang karakteristik puisi dan prosa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan modul pembelajaran sastra tentang puisi dan prosa, dan dapat menjadi bekal peneliti nantinya saat mengajar dan menjadi seorang guru.

1.5 Definisi Operasional

1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.

2. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

(23)

3. Puisi adalah karya sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan manusia yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna.

4. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi.

1.6 Spesifikasi Produk

Penelitian ini akan menghasilkan produk berupa media pembelajaran yang berbentuk modul. Spesifikasi dari modul yang akan dibuat yakni :

a. Produk ini berbentuk modul.

b. Di dalam modul ini terdapat materi yang disertai dengan gambar, latihan soal, dan daftar pustaka.

c. Modul ini diintegrasikan dengan KD 3.5 “Membandingkan karakteristik teks puisi dan teks prosa” dan KD 4.5 “Mengubah teks puisi ke dalam teks prosa dengan tetap memperhatikan makna isi teks puisi”

d. Buku berbentuk portrait dan menggunakan kertas A4.

e. Isi buku mencakup tentang Karakteristik penulisan puisi dan prosa dan penyajiannya berbentuk tulisan untuk mempermudah siswa menulis dan memahami puisi dan prosa.

f. Setiap lembar terdiri dari satu lembar teks pemahaman dan contoh puisi dan prosa yang dikembangkan dari gambar.

g. Media pembelajaran atau modul disertai dengan kegiatan-kegiatan aktif siswa yang menekankan pada aspek menulis karangan dan karakteristik puisi dan prosa, dan mengubah puisi menjadi prosa, kegiatan tersebut disajikan dalam bentuk tugas individu.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Modul

2.1.1.1 Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bahan ajar dalam bentuk cetak yang digunakan oleh siswa sebagai alat untuk belajar secara mandiri dan digunakan seorang pengajar untuk memberikan materi kepada siswa secara runtut. Menurut Daryanto (2013: 9), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Menurut Abdul Majid (2017:176), modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.

(sumber : Muchlisin Riadi. 2013. Pengertian, Kelebihan, dan Kelemahan Modul Pembelajaran.)

2.1.1.2 Fungsi Modul

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya melakukan aktivitas belajar mandiri. Modul lebih banyak digunakan siswa ketika mereka berada di rumah masing-masing. Harapannya dengan menggunakan modul siswa mampu belajar tanpa ada yang mendampingi ketika mereka berada di rumah.

Prastowo (2012: 107) menyebutkan bahwa modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki 4 fungsi utama, fungsi-fungsi tersebut antara lain:

6

(25)

Bahan Ajar Mandiri

Keberadaan modul dan penggunaannya mampu membuat peserta didik atau siswa mampu belajar sendiri. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan modul tanpa bantuan atau keberadaan pendidik yang biasanya ada dalam setiap pembelajaran. Ini membuat siswa memiliki keterampilan untuk menggali informasi maupun materi dan mengembangkannya secara mandiri, tidak selalu harus bergantung kepada guru.

Pengganti Fungsi Pendidik

Modul sebaiknya mampu menggantikan fungsi-fungsi yang dimiliki pendidik.

Fungsi yang utama guru harus digantikan oleh modul adalah sebagai penyampai materi.

Modul hendaknya mampu menyampaikan dan memberikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Tentu penyampaian materi dengan menggunakan modul ini harus memperhatikan usia dan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi melalui bahan cetak.

Sebagai Alat Evaluasi

Di dalam modul disertakan juga metode dan cara-cara untuk melakukan evaluasi. Evaluasi ini bukan hanya dilakukan oleh guru atau pengajar, namun peserta didik juga harus mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan modul. Hal ini sangat bermanfaat untuk siswa agar mereka dapat mengetahui sejauh mana kemampuan penguasaan materi dari pembelajaran yang sudah mereka lakukan sendiri.

Sebagai Bahan Rujukan

Isi yang ada dalam modul tentu saja dilengkapi dengan informasi dan materi- materi pembelajaran. Ini membuat modul dapat digunakan sebagai salah satu rujukan atau referensi bagi informasi tertentu dan yang berkaitan. Seperti layaknya buku lain, fungsi modul sebagai rujukan dan referensi dapat dibenarkan keakuratan atau keabsahan materi yang terkandung dalam modul tersebut. Melihat dari fungsi-fungsi modul yang telah diuraikan, modul dapat berperan penting jika digunakan dalam pembelajaran bahkan setelah pembelajaran. Modul benar-benar dapat menggantikan posisi guru

(26)

sebagai pendidik dan pengajar. Modul juga merupakan bahan ajar dan sumber belajar bagi siswa yang sangat kompleks dan lengkap. Sudah pasti penggunaan modul dalam pembelajaran harus memperhatikan embelajaran seperti tujuan pembelajaran juga terutama alokasi waktu dan kesesuaian modul pada materi yang dapat akan disampaikan.

Komponen Modul

Komponen – komponen modul mencakup tiga bagian (Marwarnard, 2011:4), yaitu bagian pembuku, inti, dan penutp dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Bagian pembuka 1. Judul

Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas.

2. Daftar isi

Daftar isi menyajikan topik – topik apa saja yang akan dibahas. Topik – topik tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul.

3. Peta Informasi

Modul perlu menyertakan peta informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik – topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Daftar Tujuan Kompetensi Umum

Penulisan tujuan kompetensi pembelajar untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan keterampilan apa saja yang dapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran.

b. Bagian Inti (Kegiatan Belajar)

1. Pendahuluan atau Tijauan Umum Materi

Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk : memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul, meyakinkan pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari, mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yan akan dipelajari, memberikan petunjuk bagaimana mempelajari materi yang akan disajikan.

(27)

Dalam pendahuluan dapat saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai seteah mempelajari modul.

2. Hubungan Dengan Materi atau Pelajaran yang Lain

Materi pada modul sebaikya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka arahan tersebut dapay diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku teks tersebut.

3. Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap Kegiatan belajar (KB) memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman.

4. Penugasan

Penugasan dalam modul perlu untukn menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari kodul. Penugasan juga menunjukkan kepada pebelajar bahian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.

5. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal – hal pokok dalam modul yang telah dibahas, rangkuman diletakkan pada bagan akhir modul.

c. Bagian Penutup

1. Glosarium atau daftar istilah

Glosarium berisiskan definisi - definisi konsep yang dibahas dalam modul.

Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah di pelajari.

2. Tes Akhir atau Evaluasi

Tes akhir atau Evaluasi merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan etelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar. (sumber: Muchlisin Riadi. 2013.

Pengertian, Kelebihan, dan Kelemahan Modul Pembelajaran.)

(28)

2.1.2 Pembelajaran Sastra Anak 2.1.2.1 Arah Pembelajaran Satra Anak

Di Sekolah Dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, sera kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan, mendengarkan, beribicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2003). Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak- anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Sastra anak berfungsi sebagai mdia pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian ana, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat merasa bahagia, atau senang membaca dan gembira mendengarkan cerita yang dibacakan sehingga menuntun kecerdasan emosinya. (Sumber: Meggit, Carolyn. 2013.

Memahami Perkembangan Anak. PT Indeks. Jakarta)

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Sastra Anak

Di sekolah dasar pembelajaran sastra anak diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sasra. Pelaksanaanya, pembelajaran sastar dilaksanakan secara terintegrasi. Pembelajaran sastra dilihat dari kegiatan apresiasi menjadi tujuan utama, sedangkan pengetahuan sastra diperlukan untuk menunjang terwujudnya apresiasi dalam pembelajaran secara umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Huck, dkk.(1987) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman kepada para murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan:

(1) Menumbuhkan kesenangan pada buku

(29)

(2) Mengintepretasi bacaan sastra

(3) Mengembangkan kesadaran bersastra (4) Mengembangkan apresiasi.

(sumber: Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Widya Padjajaran. Bandung)

2.1.2.3 Genre Sastra

Menurut Nurgiantoro (2005; 29-35) mengusulkan genre sastra sebagai berikut:

1. Fiksi. Bentuk penulisan fiksi adalah prosa. Artinya, karangan ditulis secara prosa.

Genre fiksi yang dimaksudkan di sisi dalam pengertian fiksi modern, yaitu yang merujuk pada cerita yang ditulis relatif baru, pengarang jelas, dan beredar sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa.

2. Nonfiksi. Karangan yang merujuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang ain ang memiliki kerangka acuan pasti.

3. Puisi. Dilihat secara bentuk, puisi hadir dengan bahasa singkat padat, larik – larik pendek yang mungkin membentuk bait-bait. Sebagaimana halnya dengan genre fiksi, puisi yang dimaksud disini adalah puisi anak modern.

4. Sastra Tradisional. Sastra tradisional adalah sastra rakyat yang diwariskan secara turun menurun. Dilihat dari segi bentuknya, sastra tradisional dapat dibedakan ke dalam fiksi dan puisi.

5. Komik. Cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan terkadang terdapat gambar yang tanpa tulisan karena gambar itu sudah “berbicara” sendiri.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa anak – anak dapat membaca bacaan anak melalui beberapa genre satra yang telah ada. Di dalam penelitian yang akan diteliti, penulis akan memilih mengenai teks fiksi untuk kelas 6 SD.

2.1.3 Puisi

2.1.3.1 Pengertian Puisi

Aminuddin (2011: 134) menjelaskan bahwa secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima, „membuat‟ atau poeisis „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”

(30)

karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Esten Mursal (2007: 31) menyatakan bahwa puisi berbeda dengan prosa. Perbedaan yang utama terletak pada proses masing-masing karya sastra tersebut. Di dalam puisi akan berlangsung beberapa proses yang tidak begitu terasa di dalam prosa. Begitu pula dengan Pradopo (2012: 278) menyatakan bahwa puisi merupakan salah satu genre atau jenis dari sastra yang seringkali istilah tentang “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi sebenarnya tidak demikian, puisi merupakan jenis sastra yang menaungi sajak dan sajak merupakan bagian dari puisi. Sejalan Waluyo (1995: 2) berpendapat bahwa puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens, yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat. Menurut Waluyo (1995: 3) pada kenyataanya sejarah yang melatarbelakangi proses penciptaan puisi mempunyai peranan yang penting dalam memberikan makna puisi. Puisi pada umumnya memotret jaman tertentu dan akan menjadi sebuah refleksi dari jaman tertentu. Kaidah estetika yang digunakan seorang penyair biasanya secara umum selaras dengan kaidah estetika jaman tertentu. Kemudian dalam usaha memberikan nilai sebuah puisi haruslah sesuai dengan jamannya tercipta puisi tersebut. Dengan pemaparan sejarah puisi di atas, maka dari itu mendefinisikan puisi tentu bukan hal yang mudah, Waluyo berpendapat (1995: 3) untuk memahami sebuah puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra yang lainnya. Banyak sastrawan dan orang-orang dibidang sastra menafsirkan puisi menurut pandangan mereka masing-masing. Menurut Pradopo (2012: 7) menyatakan bahwa puisi sebagai rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Sapardi Djoko Damono dalam Komaidi (2011: 164) mengungkapkan bahwa kata-kata dalam puisi adalah segala- galanya. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan ide penyair, seperti kata-kata dalam bahasa sehari-hari, tetapi sekaligus sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair. Dapat disimpulkan dari pengertian dan pemaknaan puisi yang disampaikan oleh para pakar bahwa puisi merupakan hasil interpretasi dari dunia pengalaman sang penyair yang disusun dalam bait-bait atau larik-larik indah yang padat dan memiliki nilai estetik dari

(31)

segi bahasa. Puisi dapat dikategorikan dalam beberapa bagian dan salah satunya adalah puisi anak. Kurniawan (2013:28) menyatakan bahwa puisi anak tentunya sejalan dengan perkembangan dan perasaan anak yang masih sederhana. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Tarigan (2005: 10.43) yang mengungkapkan bahwa puisi anak adalah puisi yang sesuai dengan lingkungan anak. Baik dari segi temanya, penggunaan bahasanya, pemakaian katanya dan berisi nilai-nilai yang mendidik. Puisi anak secara umum berisikan tema-tema yang menyangkut kegiatan keseharian mereka seperti:

kesukaan, permainan, cita-cita fikiran juga perasaanya. Dari penjelasan definisi para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada batasan khusus untuk definisi puisi. Maka secara garis besar puisi merupakan ungkapan perasaan dan pengalaman penulis yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis yang indah. Kemudian salah satu bentuk puisi adalah puisi anak. Puisi anak-anak ini berisi puisi yang berbicara tentang anak-anak dan dunianya yang terekam melalui bahasa sastra puisi. Isinya pun dapat dikatakan masih sederhana karena tingkat pemahaman dan pengalaman hidup anak yang belum begitu banyak. (https://salamadian.com/pengertian-puisi/)

2.1.3.2 Jenis-Jenis Puisi

Puisi dibedakan menjadi 2, yaitu : Puisi lama

Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris, dan irama.

Jenis Puisi Lama:

1. Mantra merupakan sebuah ucapan-ucapan yang masih dianggap memiliki sebuah kekuatan gaib.

2. Pantun merupakan salah satu puisi lama yang mempunyai ciri bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.

3. Karmina merupakan salah satu jenis pantun yang kilat seperti sebuah pantun tetapi sangat pendek.

4. Seloka adalah pantun yang berkait.

(32)

5. Gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, dan biasanya berisi nasihat.

6. Syair merupakan puisi yang bersumber dari negara Arab dan dengan ciri pada tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, biasanya berisi nasihat atau sebuah cerita.

7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari bilangan genap seperti 6, 8, ataupun 10 baris.

Karakteristik Puisi lama :

1. Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.

2. Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.

3. Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.

4. Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.

5. Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istana sentris.

Puisi baru

Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.

Jenis Puisi Baru:

1. Balada merupakan salah satu jenis puisi baru. Balada merupakan puisi tentang cerita.

Balada terdiri dari 3 bait dan masing-masing dengan 8 larik serta dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Pada larik terakhir dalam bait pertama digunakan refren dalam bait-bait selajutnya.

2. Himne merupakan puisi yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau seorang pahlawan.

3. Ode adalah puisi sanjungan bagi orang yang telah berjasa. Nada serta gayanya sangat resmi, bernada sangat anggun, dan membahas sesuatu yang mulia, memiliki sifat yang menyanjung baik itu terhadap pribadi tertentu atau suatu peristiwa umum.

4. Epigram adalah puisi yang memiliki isi berupa tuntunan atau ajaran hidup.

5. Romansa adalah puisi yang berisi tentang luapan perasaan penyair tentang cinta kasih.

6. Elegi adalah puisi yang memiliki isi tentang kesedihan.

(33)

7. Satire adalah puisi yang berisi tentang sindiran atau suatu kritikan.

8. Distikon adalah suatu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris (puisi 2 seuntai).

9. Terzinaa adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris (puisi 3 seuntai).

10. Kuatrain adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 4 baris (puisi 4 seuntai).

Karakteristik puisi baru antara lain:

1. Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama pengarangnya

2. Perkembangannya secara lisan serta tertulis.

3. Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata.

4. Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.

5. Biasanya berisikan tentang kehidupan.

6. Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.

7. Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.

8. Memiliki rima akhir yang teratur.

9. Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.

2.1.3.3 Struktur Puisi

Menurut teori strukturalisme dalam sastra, bahwa secara definitif strukturalisme memberi perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya dalam hal ini karya sastra. Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur yang berbeda. Lebih lanjut Ratna (2011: 93) mengungkapkan dengan hal ini, maka karya sastra memiliki ciri khas otonom dan tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Unsur- unsur pokok dari puisi yakni tema, gaya bahasa, imajinasi, rima atau persajakan dan diksi atau pilihan kata. Sejalan dengan hal ini, Waluyo (1995: 66-97) memaparkan tentang struktur fisik atau disebut juga metode puisi terdiri dari diksi, pengimajinasian, tata wajah atau tipografi, kata konkret, dan versifikasi (rima). Tarigan (2005: 10.49) mengungkapkan bahwa semua bentuk puisi memiliki unsur-unsur seperti tema, diksi, tipografi, rima baik itu dalam puisi dewasa remaja dan anak-anak. Namun, pada puisi anak kadangkala tidak harus memenuhi kadar mutlak memenuhi semua unsur yang ada.

Hal ini bergantung pada tingkat kesederhanaan puisi anak. Semakin sederhana puisi tersebut, semakin berkurang unsur yang ada. Biasanya, unsur yang pasti ada pada puisi

(34)

anak adalah tema, diksi dan tipografi. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Kurniawan (2013: 94) yang mengungkapkan bahwa struktur fisik puisi anak itu terdiri dari tema, rima, diksi dan amanat. Dapat disimpulkan dari keempat pendapat tersebut bahwa puisi memiliki struktur fisik terdiri dari beberapa unsur, yang terdiri dari tema, diksi, rima, gaya bahasa dan tipografi serta pengimajian. Namun, dalam penelitian ini peneliti merujuk pada pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan. Unsur-unsur tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini:

1. Tema

Aminudin (2010: 45) menyatakan bahwa tema merupakan ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah.

Jabrohim (2010: 65) menyatakan tema bahwa adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan merupakan dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Tarigan (2011:

11) berpendapat bahwa setiap puisi mengandung suatu subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini bergantung pada faktor-faktor tertentu, antara lain falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan dan pendidikan sang penyair. Toha (2010: 2) mengungkapkan bahwa dilihat dari temanya di dalam karya sastra anak yang dalam hal ini pula termasuk puisi selalu berkaitan dengan dengan kehidupan anak yang dimulai dari kelahiran, hingga kematian dan berbagai soal diantaranya, apakah itu dalam pengertian baik secara umum dan secara khusus seperti perkelahian antar saudara perceraian orang tua yang dikasihi, dan terakhir tentu saja senang, girang, susah dan sedih yang mengikatnya. Sehubungan dengan hal itu Tarigan (2005: 10.43-10.49) turut menyatakan bahwa tema puisi anak adalah isi keseluruhan puisi yang terdiri atas pikiran, perasaan, sikap serta maksud dan tujuan penulisan. Kemudian di dalam puisi anak pada umumnya berisi rekaman kehidupan keseharian anak-anak yang tidak jauh dari kegiatan anak seperti: permainan, kesukaan, cita-cita, perasaan dan pikirannya. Sejalan dengan kedua pendapat di atas Kurniawan (2013: 95) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan anak, pengalaman hidup yang menggerakkan untuk menulis puisi berkaitan dengan kesedihan, kegembiraan, keterpukauan, dan keprihatinan. Jabrohim (2010: 65) mengungkapkan bahwa penulis (penyair) tidak pernah menyebutkan apa tema yang ditulisnya. Lalu untuk mengetahui tema yang diangkat dalam sebuah puisi, maka kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat. Kecuali itu, kita harus

(35)

menyadari bahwa puisi berhubungan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimajinasikan.

Dapat disimpulkan dari penjelasan para ahli di atas bahwa tema merupakan gagasan utama yang berisi pokok-pokok baik itu pikiran, sikap dan perasaan dari sebuah puisi, dan apa-apa yang disampaikan penyair tidak jauh dari pengalaman dari sang penyair. Kemudian untuk mengetahui tema yang diangkat oleh seorang penyair, maka kita harus membaca dan memahami keseluruhan dari puisi tersebut. Begitu pula dengan puisi anak-anak, biasanya mereka menulis puisi seputar dengan pengalaman keseharian mereka mulai dari hobi, keluarga, cita-cita dan sebagainya.

2. Diksi

Keraf dalam Jabrohim (2011: 35) menyebutkan bahwa diksi disebut pilihan kata.

Senada dengan Keraf, Tarigan (2005: 10.49) menyatakan bahwa untuk puisi anak diksi yang digunakan lebih sering bermakna denotatif, karena puisi anak harus benar-benar menggunakan bahasa anak yang sederhana dan lugas. Kalaupun terdapat kata-kata konotatif itupun berbatas pada istilah yang sudah benar-benar lazim dikuasai oleh anak.

Putrayasa (2007: 4) mengungkapkan bahwa diksi membahas penggunaan kata, terutama pada soal kebenaran, kejelasan dan keefektifan. Menurut Tarigan (2011: 30) yang juga menegaskan bahwa betapa pentingnya pilihan kata atau diksi bagi suatu puisi. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, amanat, efek dan nada suatu puisi dengan tepat. Melihat dari definisi dari para ahli maka diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata atau frasa dalam karya sastra. Kata-kata yang dipilih oleh penyair merupakan “kata pilihan” untuk mengungkapkan apa yang disampaikannya secara tepat dan indah. Dalam kaitannya dengan puisi anak hal ini menjadi lebih sederhana sesuai dengan penguasaan kosakata yang dimiliki oleh anak-anak. Dari pemaparan tentang diksi di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan kata-kata yang menjadi pilihan bagi penyair dalam rangkaian yang membentuk esensi dan nilai dari sebuah puisi. Maka dari itu bagi seorang penyair, pilihan kata menjadi perwakilan diri atau cerminan akan banyak hal dari dalam sebuah puisi, baik itu tema,makna, amanat, nada dan sebagainya.

Begitupun juga pada puisi yang ditulis oleh anak-anak. Mereka juga menggunakan diksi atau pilihan-pilihan kata tertentu. Namun, dengan segala karakteristik yang mereka

(36)

miliki tentunya puisi anak-anak lebih banyak menggunakan kata-kata yang relatif sederhana dan tidak banyak makna yang tersembunyi atau kiasan di dalamnya.

3. Rima

Menurut Waluyo (1995: 90) menyatakan bahwa rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau oskretasi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah persajakan bunyi pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya terdapat diakhir baris. Menurut Tarigan (2010: 133) bahwa rima merupakan salah satu aspek bunyi. Rima membantu menciptakan kualitas musikal sebuah puisi dan anak-anak menyenangi serta dapat menikmati “keberdendangan kata-kata” atau singingness of words. Dalam bahasa yang lebih sederhana Aminuddin (2010: 32) mengungkapkan bahwa rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.

Namun demikian lanjut Tarigan (2010: 134) kepada anak-anak, guru harus berupaya membebaskan anak-anak dari dugaaan atau nosi bahwa semua puisi harus berirama agar dapat disebut puisi. Kepada anak-anak juga harus diperkenalkan beberapa puisi yang tidak berirama. Dapat disimpulkan bahwa rima merupakan salah satu aspek bunyi yang membantu menciptakan sebuah musikalitas di dalam puisi. Rima dapat dibagi menjadi rima tidak berpola dan rima berpola yang terdiri dari rima bergandeng, rimba berpeluk, rima berangkai. Kemudian, lebih lanjut guru juga harus memberi pengenalan dan pemahaman kepada murid bahwa agar dapat disebut sebagai sastra, sebuah puisi itu tidak harus selalu memiliki pola rima tertentu.

4. Tipografi

Menurut Aminuddin (2010: 146) bahwa tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual.

Waluyo (1995: 97) menambahkan pula bahwa tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodiset yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal mana yang tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa.

(37)

Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi. Sehubungan dengan hal tersebut Kurniawan (2013: 28) berpendapat bahwa secara tipografi, puisi anak ditulis dalam bentuk-bentuk bait-bait, dengan bentuk yang sederhana. Aminuddin (2010: 146) menjelaskan bahwa peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyairnya.

2.1.4 Prosa

2.1.4.1 Pengertian Prosa

Prosa adalah suatu karya sastra yang bentuknya tulisan bebas dan tidak terikat dengan berbagai aturan dalam menulis seperti rima, diksi, irama, dan lain sebagainya.

Arti tulisan di dalam prosa bersifat denotatif atau tulisan yang mengandung makna sebenarnya. Walaupun terkadang terdapat kata kiasan di dalamnya, hal tersebut hanya berfungsi sebagai ornamen untuk memperindah tulisan dalam prosa tersebut. Secara etimologis, kata prosa diambil dari bahasa Latin “Prosa” yang artinya “terus terang”.

Sehingga pengertian prosa adalah karya sastra yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta. (sumber: https://duniapendidikan.co.id/prosa-adalah/)

2.1.4.2 Jenis-Jenis Prosa

Secara umum prosa dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu prosa lama dan prosa baru. Mengacu pada pengertian prosa, adapun jenis-jenis prosa adalah sebagai berikut:

1. Prosa Lama

Prosa lama adalah jenis prosa yang tidak atau belum dipengaruhi oleh kebudayaan luar dan biasanya disajikan secara lisan. Beberapa yang termasuk dalam prosa lama adalah:

1. Hikayat

Bentuk prosa lama yang sifatnya fiktif yang mengisahkan tentang kehidupan peri, dewi, pangeran, puteri, dan raja-raja yang mempunyai kekuatan gaib.

Contoh; Hikayat Hang Jebat, Hikayat Raja Bijak 2. Sejarah (Tambo)

(38)

Bentuk prosa lama yang menceritakan peristiwa sejarah dan sesuai fakta. Di dalamnya juga terdapat silsilah raja-raja.

Contoh; Sejarah Melayu oleh Tun Sri Lanang (1612).

3. Kisah

Bentuk prosa lama yang menceritakan mengenai perjalanan, pengalaman, atau petualangan seseorang di jaman dahulu.

Contoh; Kisah Raja Abdullah Menuju Kota Mekkah.

4. Dongeng

Bentuk prosa lama yang berisi cerita khayalan masyarakat di jaman dahulu.

Dongeng memiliki beberapa bentuk, yaitu;

a. Mitos, merupakan dongeng yang menceritakan kisah-kisah gaib. Contoh; Ratu Pantai Selatan, Batu Menangis, dan lain-lain.

b. Legenda, dongeng yang menceritakan tentang asal-usul terjadinya suatu peristiwa atau tempat. Contoh; Legenda Danau Toba, Legenda Tangkuban Perahu, dan lainnya.

c. Fabel, dongeng yang tokoh di dalam adalah binatang. Contoh; Si Kancil dan Buaya, dan lain-lain.

d. Sage, dongeng yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, kesaktian, atau keberanian seorang tokoh. Contoh; Patih Gadjah Mada, Calon Arang, Ciung Winara, dan lainnya.

e. Jenaka atau Pandir, dongeng yang menceritakan tentang perilaku orang bodoh, malas, cerdik, dimana penyampaiannya dengan humor. Contoh; Lebah Malang, Pak Belalang, dan lainnya.

5. Cerita Berbingkai

Bentuk prosa lama dimana cerita di dalamnya terdapat cerita lagi yang disampaikan oleh tokoh di dalamnya.

Contoh; Cerita Berbingkai Seribu Satu Malam.

2. Prosa Baru

Prosa baru adalah jenis prosa yang telah mengalami perubahan akibat pengaruh kebudayaan barat. Beberapa yang termasuk dalam prosa baru adalah:

a. Novel

(39)

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat cerita yang panjang mengenai kehidupan tokoh di dalamnya, dan bersifat fiktif atau non-fiktif.

Contoh; Novel Laskar Pelangi, Ave Maria dan lainnya.

b. Cerpen

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah tokoh utamanya, konflik serta penyelesaiannya yang ditulis secara ringkas dan padat.

Contoh; Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta, Robohnya Surau Kami oleh A.

A. Navis.

c. Roman

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah hidup seseorang secara menyeluruh, mulai dari lahir hingga meninggal.

Contoh; Layar Terkembang oleh Sultan Takdir Ali Syahbana.

d. Riwayat

Jenis prosa baru berupa tulisan yang menceritakan mengenai kisah hidup seseorang yang menginspirasi.

e. Kritik

Jenis prosa baru berupa tulisan dimana isinya merupakan tulisan yang memberi alasan atau menilai hasil kerja orang lain.

f. Resensi

Jenis prosa baru berupa tulisan yang berisi rangkuman atau ulasan suatu karya (buku, seni, film, musik, dan lainnya). Di dalam resensi berisi pendapat dari sudut pandang penulis mengenai kelebihan dan kekurangan suatu karya.

g. Esai

Bentuk tulisan yang isinya adalah opini atau sudut pandang pribadi mengenai suatu hal yang menjadi topik utama di dalam tulisan tersebut.

2.1.4.3 Struktur Prosa

Unsur pembangun prosa terdiri dari struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya. Novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Pada cerpen yang memiliki pengisahan lebih singkat, biasanya hanya terdapat tema utama.

(40)

mundur (alur mundur), atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran).

Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Tokoh yang menjadi pusat cerita dinamakan tokoh sentral. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Berdasarkan peran tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh bawahan, dan tokoh tambahan. Tokoh tercipta berkat adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita.

Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik, (b) dramatik, dan (c) kontekstual. Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis,dan (c) sosial. Latar berkaitan erat dengan tokoh dan alur. Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar tempat terdiri dari tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, serta tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. Cara kerja pengarang untuk membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, dapat pula melalui sudut pandang. Sudut pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang akuan, (b) sudut pandang diaan, (c) sudut pandang campuran. Dalam menuangkan cerita menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa asing.

2.1.4.4 Karakteristik Prosa

Karakteristik prosa adalah tidak terikat oleh baris,bait, suku kata dan irama.

Memiliki tema, mengalami perkembangan, terdapat urutan peristiwa, Terdapat tokoh didalamnya, memiliki latar, terdapat amanah, pengaruh bahasa asing, nama pengarang.

(sumber: https://www.ayoksinau.com/pengertian-prosa/)

(41)

2.1.4.5 Mengubah puisi menjadi prosa

Dalam mengubah sebuah puisi menjadi prosa, perlu memerlukan beberapa hal diantaranya:

1. Memahami isi puisi, dengan membaca puisi berulang-ulang.

2. Mencatat ka ta-kata sukar yang sering ditemui dalam puisi, dilanjutkan dengan mencari arti dari kata-kata tersebut.

3. Menambahkan kata-kata atau tanda baca yang sebelumnya tidak ada dan dihilangkan dalam puisi agar terlihat lebih indah dengan cara menuliskan dalam tanda kurung.

4. Mengubah susunan puisi dalam bait menjadi sebuah paragraf (Sumber: https://www.manjakan.com/mengubah-puisi-menjadi-prosa/)

2.1.5 Teori Belajar Anak

2.1.5.1 Teori Perkembangan Kognitif Anak

Menurut Piaget (dalam Nurgiyantoro, 2005:50-53) perkembangan intelektual anak diuraikan menjadi empat tahapan. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respons anak terhadap bacaan.

a. Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun) Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu, (ii) anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurut abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain, (iii) anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan, (iv) anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana. Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual tersebut adalah (i) buku-buku bacaan narasi atau ekplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, (ii) buku- buku bacaan yang menampilkan cerita yangsederhana, baik masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh 39 yang dilibatkan, (iii) buku- buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, (iv) buku- buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita

(42)

yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain.

b. Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas) Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam tahap ini adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, beragumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir, (ii) anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh, (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks. Menurut Resmini (19 Mei 2017:1) anak usia SD pada jenjang kelas menengah dan akhir sebagai pembaca sastra telah mampu menghubungkan dunia pengalamannya dengan dunia rekaan yang tergambarkan dalam cerita. Hubungan interaktif antara pengalaman dengan pengetahuan kebahasaan merupakan kunci awal dalam memahami dan menikmati bacaan cerita anak-anak. Dalam usia anak-anak sekolah dasar pada dasarnya anak-anak menyukai aktifitas bermain, menonton 40 kartun, membaca komik cerita yang ada banyak gambar yang menarik, dan sebagainya.

Berdasarkan definisi tersebutdapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan intelektual anak diuraikan menjadi empat tahapan penting berdasarkan usia anak.

Oleh karena itu pengajaran karya sastra kepada anak harus memperhatikan tahap perkembangan tersebut sesuai usia siswa. Untuk anak sekolah dasar kelas atas umumnya berusia antara 9-10 tahun sehingga mereka masuk ke dalam tahap operasional konkret pada tahap tersebut anak sudah mampu untuk berpikir pada pemecaham masalah sederhana sehingga sangat cocok untuk diberikan karya sastra yang berhubungan dengan karya sastra yang membutuhkan pemikiran sederhana.

(sumber: Sudjana Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Sinar Baru Algensindo)

(43)

2.1.5.2 Perkembangan Bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa pada perubahan perbendaharaan kaya dan tata bahasa. Bersamaan dengan masa sekolah, anak–anak semaikin banyak menggunakan kata kerja seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Pada masa sekolah anak mulai merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana dan pendek. Menulis merupakan tugas yang dirasa lebih sulit daripada membawa bagi anak. Membaca memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa.

(Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-bahasa-anak-sd/)

2.1.5.3 Minat Membaca

Sampai usia 8 tahun anak membava penuh semangat terutama tentang cerita – cerita khayal. Pada usia 10 – 12 tahun membaca mencapai puncaknya. Sifat ingin tahu pada anak laki – laki lebih menonjol daripada anak perempuan. Itulah sebabnya anak laki-laki cenderung menyukai hal – hal yang sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah – kisah petualangan, sejarah, hobi, dan olahraga. Sebaliknya anak perempuan lebih menyukai cerita kehidupan seputar binatang meskipun sifatnya lebih realitis dari sebelumnya.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa usia 11 – 12 tahun seorang anak sudah dapat dikatakan memasuki remaja awal. Pada perkembangan bahasa dan motorik sudah berjalan dengan baik serta sudah mampu mengaitkan sampai ke tahap menganalisis cerita.

(sumber: https://media.neliti.com/media/publications/271625-analisis-minat-membaca- siswa-pada-kelas-b3342256.pdf)

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penulisan yang berhubungan dengan penulisan ini antara lain penelitian Sri Wahyuni (2012) yang berbentuk skripsi dengan judul: Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dan Prosa Dengan Menggunakan Teknik Ubah Catatan Harian Pada Siswa Kelas X D SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik ubah catatan harian dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan di dalam menulis puisi. Peningkatan skor dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I ke siklus II yang meliputi peningkatan tiap-tiap aspek.

Peningkatan untuk kepaduan makna antar baris dan bait naik sebesar 0,38, kesesuaian judul dan tema dengan isi naik sebesar 0,35, diksi naik sebesar 0,53, gaya bahasa naik sebesar 0,40, citraan (imaji) naik sebesar 0,06, rima naik sebesar 0,38, dan amanat

Gambar

Tabel 3.1 Observasi
Tabel 3.2 Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan  Pedoman Wawancara
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Materi
Tabel 3.4 Kisi – kisi Instrumen Validasi Media Pembelajaran (modul)
+7

Referensi

Dokumen terkait

aceti serta jumlah etanol, asam laktat, dan asam asetat yang dihasilkan serta didukung oleh perubahan suhu yang terjadi selama fermentasi maka dapat dikatakan bahwa proses

Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok mencit yaitu mencit yang tidak diinfeksi bakteri (normal) dan mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli)

bisa dijadikan rujukan dalam pembakaran SCBA untuk memperoleh suhu optimal, karena diperoleh nilai kuat tekan maksimum terdapat pada paving ataupun mortar pembanding dengan

Langkah-langkah metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan, studi literatur, pengumpulan data sekunder (mengumpulkan 100 data

Seringkali, kualiti Bahasa Inggeris yang ditulis oleh pengarang dari sesebuah negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggeris sebagai bahasa perantara, tidak mencapai

Pendidikan karakter melalui musik merupakan salah satu cara yang memuat potensi besar dalam mendidik manusia di zaman sekarang, namun perlu diteliti lebih lanjut jenis musik

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diperoleh penjelasan bahwasanya substansi bacaan dzikir untuk lebih mempertebal keimanan dengan mengenal lebih dalam asma-asma