• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Spesifikasi Produk

Penelitian ini akan menghasilkan produk berupa media pembelajaran yang berbentuk modul. Spesifikasi dari modul yang akan dibuat yakni :

a. Produk ini berbentuk modul.

b. Di dalam modul ini terdapat materi yang disertai dengan gambar, latihan soal, dan daftar pustaka.

c. Modul ini diintegrasikan dengan KD 3.5 “Membandingkan karakteristik teks puisi dan teks prosa” dan KD 4.5 “Mengubah teks puisi ke dalam teks prosa dengan tetap memperhatikan makna isi teks puisi”

d. Buku berbentuk portrait dan menggunakan kertas A4.

e. Isi buku mencakup tentang Karakteristik penulisan puisi dan prosa dan penyajiannya berbentuk tulisan untuk mempermudah siswa menulis dan memahami puisi dan prosa.

f. Setiap lembar terdiri dari satu lembar teks pemahaman dan contoh puisi dan prosa yang dikembangkan dari gambar.

g. Media pembelajaran atau modul disertai dengan kegiatan-kegiatan aktif siswa yang menekankan pada aspek menulis karangan dan karakteristik puisi dan prosa, dan mengubah puisi menjadi prosa, kegiatan tersebut disajikan dalam bentuk tugas individu.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Modul

2.1.1.1 Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bahan ajar dalam bentuk cetak yang digunakan oleh siswa sebagai alat untuk belajar secara mandiri dan digunakan seorang pengajar untuk memberikan materi kepada siswa secara runtut. Menurut Daryanto (2013: 9), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Menurut Abdul Majid (2017:176), modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.

(sumber : Muchlisin Riadi. 2013. Pengertian, Kelebihan, dan Kelemahan Modul Pembelajaran.)

2.1.1.2 Fungsi Modul

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya melakukan aktivitas belajar mandiri. Modul lebih banyak digunakan siswa ketika mereka berada di rumah masing-masing. Harapannya dengan menggunakan modul siswa mampu belajar tanpa ada yang mendampingi ketika mereka berada di rumah.

Prastowo (2012: 107) menyebutkan bahwa modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki 4 fungsi utama, fungsi-fungsi tersebut antara lain:

6

Bahan Ajar Mandiri

Keberadaan modul dan penggunaannya mampu membuat peserta didik atau siswa mampu belajar sendiri. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan modul tanpa bantuan atau keberadaan pendidik yang biasanya ada dalam setiap pembelajaran. Ini membuat siswa memiliki keterampilan untuk menggali informasi maupun materi dan mengembangkannya secara mandiri, tidak selalu harus bergantung kepada guru.

Pengganti Fungsi Pendidik

Modul sebaiknya mampu menggantikan fungsi-fungsi yang dimiliki pendidik.

Fungsi yang utama guru harus digantikan oleh modul adalah sebagai penyampai materi.

Modul hendaknya mampu menyampaikan dan memberikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Tentu penyampaian materi dengan menggunakan modul ini harus memperhatikan usia dan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi melalui bahan cetak.

Sebagai Alat Evaluasi

Di dalam modul disertakan juga metode dan cara-cara untuk melakukan evaluasi. Evaluasi ini bukan hanya dilakukan oleh guru atau pengajar, namun peserta didik juga harus mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan modul. Hal ini sangat bermanfaat untuk siswa agar mereka dapat mengetahui sejauh mana kemampuan penguasaan materi dari pembelajaran yang sudah mereka lakukan sendiri.

Sebagai Bahan Rujukan

Isi yang ada dalam modul tentu saja dilengkapi dengan informasi dan materi- materi pembelajaran. Ini membuat modul dapat digunakan sebagai salah satu rujukan atau referensi bagi informasi tertentu dan yang berkaitan. Seperti layaknya buku lain, fungsi modul sebagai rujukan dan referensi dapat dibenarkan keakuratan atau keabsahan materi yang terkandung dalam modul tersebut. Melihat dari fungsi-fungsi modul yang telah diuraikan, modul dapat berperan penting jika digunakan dalam pembelajaran bahkan setelah pembelajaran. Modul benar-benar dapat menggantikan posisi guru

sebagai pendidik dan pengajar. Modul juga merupakan bahan ajar dan sumber belajar bagi siswa yang sangat kompleks dan lengkap. Sudah pasti penggunaan modul dalam pembelajaran harus memperhatikan embelajaran seperti tujuan pembelajaran juga terutama alokasi waktu dan kesesuaian modul pada materi yang dapat akan disampaikan.

Komponen Modul

Komponen – komponen modul mencakup tiga bagian (Marwarnard, 2011:4), yaitu bagian pembuku, inti, dan penutp dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Bagian pembuka 1. Judul

Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas.

2. Daftar isi

Daftar isi menyajikan topik – topik apa saja yang akan dibahas. Topik – topik tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul.

3. Peta Informasi

Modul perlu menyertakan peta informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik – topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Daftar Tujuan Kompetensi Umum

Penulisan tujuan kompetensi pembelajar untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan keterampilan apa saja yang dapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran.

b. Bagian Inti (Kegiatan Belajar)

1. Pendahuluan atau Tijauan Umum Materi

Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk : memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul, meyakinkan pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari, mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yan akan dipelajari, memberikan petunjuk bagaimana mempelajari materi yang akan disajikan.

Dalam pendahuluan dapat saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai seteah mempelajari modul.

2. Hubungan Dengan Materi atau Pelajaran yang Lain

Materi pada modul sebaikya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka arahan tersebut dapay diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku teks tersebut.

3. Uraian Materi

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap Kegiatan belajar (KB) memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman.

4. Penugasan

Penugasan dalam modul perlu untukn menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari kodul. Penugasan juga menunjukkan kepada pebelajar bahian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.

5. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal – hal pokok dalam modul yang telah dibahas, rangkuman diletakkan pada bagan akhir modul.

c. Bagian Penutup

1. Glosarium atau daftar istilah

Glosarium berisiskan definisi - definisi konsep yang dibahas dalam modul.

Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah di pelajari.

2. Tes Akhir atau Evaluasi

Tes akhir atau Evaluasi merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan etelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar. (sumber: Muchlisin Riadi. 2013.

Pengertian, Kelebihan, dan Kelemahan Modul Pembelajaran.)

2.1.2 Pembelajaran Sastra Anak 2.1.2.1 Arah Pembelajaran Satra Anak

Di Sekolah Dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, sera kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan, mendengarkan, beribicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2003). Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak- anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Sastra anak berfungsi sebagai mdia pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian ana, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat merasa bahagia, atau senang membaca dan gembira mendengarkan cerita yang dibacakan sehingga menuntun kecerdasan emosinya. (Sumber: Meggit, Carolyn. 2013.

Memahami Perkembangan Anak. PT Indeks. Jakarta)

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Sastra Anak

Di sekolah dasar pembelajaran sastra anak diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sasra. Pelaksanaanya, pembelajaran sastar dilaksanakan secara terintegrasi. Pembelajaran sastra dilihat dari kegiatan apresiasi menjadi tujuan utama, sedangkan pengetahuan sastra diperlukan untuk menunjang terwujudnya apresiasi dalam pembelajaran secara umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Huck, dkk.(1987) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman kepada para murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan:

(1) Menumbuhkan kesenangan pada buku

(2) Mengintepretasi bacaan sastra

(3) Mengembangkan kesadaran bersastra (4) Mengembangkan apresiasi.

(sumber: Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Widya Padjajaran. Bandung)

2.1.2.3 Genre Sastra

Menurut Nurgiantoro (2005; 29-35) mengusulkan genre sastra sebagai berikut:

1. Fiksi. Bentuk penulisan fiksi adalah prosa. Artinya, karangan ditulis secara prosa.

Genre fiksi yang dimaksudkan di sisi dalam pengertian fiksi modern, yaitu yang merujuk pada cerita yang ditulis relatif baru, pengarang jelas, dan beredar sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa.

2. Nonfiksi. Karangan yang merujuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang ain ang memiliki kerangka acuan pasti.

3. Puisi. Dilihat secara bentuk, puisi hadir dengan bahasa singkat padat, larik – larik pendek yang mungkin membentuk bait-bait. Sebagaimana halnya dengan genre fiksi, puisi yang dimaksud disini adalah puisi anak modern.

4. Sastra Tradisional. Sastra tradisional adalah sastra rakyat yang diwariskan secara turun menurun. Dilihat dari segi bentuknya, sastra tradisional dapat dibedakan ke dalam fiksi dan puisi.

5. Komik. Cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan terkadang terdapat gambar yang tanpa tulisan karena gambar itu sudah “berbicara” sendiri.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa anak – anak dapat membaca bacaan anak melalui beberapa genre satra yang telah ada. Di dalam penelitian yang akan diteliti, penulis akan memilih mengenai teks fiksi untuk kelas 6 SD.

2.1.3 Puisi

2.1.3.1 Pengertian Puisi

Aminuddin (2011: 134) menjelaskan bahwa secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima, „membuat‟ atau poeisis „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”

karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Esten Mursal (2007: 31) menyatakan bahwa puisi berbeda dengan prosa. Perbedaan yang utama terletak pada proses masing-masing karya sastra tersebut. Di dalam puisi akan berlangsung beberapa proses yang tidak begitu terasa di dalam prosa. Begitu pula dengan Pradopo (2012: 278) menyatakan bahwa puisi merupakan salah satu genre atau jenis dari sastra yang seringkali istilah tentang “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi sebenarnya tidak demikian, puisi merupakan jenis sastra yang menaungi sajak dan sajak merupakan bagian dari puisi. Sejalan Waluyo (1995: 2) berpendapat bahwa puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens, yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat. Menurut Waluyo (1995: 3) pada kenyataanya sejarah yang melatarbelakangi proses penciptaan puisi mempunyai peranan yang penting dalam memberikan makna puisi. Puisi pada umumnya memotret jaman tertentu dan akan menjadi sebuah refleksi dari jaman tertentu. Kaidah estetika yang digunakan seorang penyair biasanya secara umum selaras dengan kaidah estetika jaman tertentu. Kemudian dalam usaha memberikan nilai sebuah puisi haruslah sesuai dengan jamannya tercipta puisi tersebut. Dengan pemaparan sejarah puisi di atas, maka dari itu mendefinisikan puisi tentu bukan hal yang mudah, Waluyo berpendapat (1995: 3) untuk memahami sebuah puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra yang lainnya. Banyak sastrawan dan orang-orang dibidang sastra menafsirkan puisi menurut pandangan mereka masing-masing. Menurut Pradopo (2012: 7) menyatakan bahwa puisi sebagai rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Sapardi Djoko Damono dalam Komaidi (2011: 164) mengungkapkan bahwa kata-kata dalam puisi adalah segala- galanya. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan ide penyair, seperti kata-kata dalam bahasa sehari-hari, tetapi sekaligus sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair. Dapat disimpulkan dari pengertian dan pemaknaan puisi yang disampaikan oleh para pakar bahwa puisi merupakan hasil interpretasi dari dunia pengalaman sang penyair yang disusun dalam bait-bait atau larik-larik indah yang padat dan memiliki nilai estetik dari

segi bahasa. Puisi dapat dikategorikan dalam beberapa bagian dan salah satunya adalah puisi anak. Kurniawan (2013:28) menyatakan bahwa puisi anak tentunya sejalan dengan perkembangan dan perasaan anak yang masih sederhana. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Tarigan (2005: 10.43) yang mengungkapkan bahwa puisi anak adalah puisi yang sesuai dengan lingkungan anak. Baik dari segi temanya, penggunaan bahasanya, pemakaian katanya dan berisi nilai-nilai yang mendidik. Puisi anak secara umum berisikan tema-tema yang menyangkut kegiatan keseharian mereka seperti:

kesukaan, permainan, cita-cita fikiran juga perasaanya. Dari penjelasan definisi para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada batasan khusus untuk definisi puisi. Maka secara garis besar puisi merupakan ungkapan perasaan dan pengalaman penulis yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis yang indah. Kemudian salah satu bentuk puisi adalah puisi anak. Puisi anak-anak ini berisi puisi yang berbicara tentang anak-anak dan dunianya yang terekam melalui bahasa sastra puisi. Isinya pun dapat dikatakan masih sederhana karena tingkat pemahaman dan pengalaman hidup anak yang belum begitu banyak. (https://salamadian.com/pengertian-puisi/)

2.1.3.2 Jenis-Jenis Puisi

Puisi dibedakan menjadi 2, yaitu : Puisi lama

Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris, dan irama.

Jenis Puisi Lama:

1. Mantra merupakan sebuah ucapan-ucapan yang masih dianggap memiliki sebuah kekuatan gaib.

2. Pantun merupakan salah satu puisi lama yang mempunyai ciri bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.

3. Karmina merupakan salah satu jenis pantun yang kilat seperti sebuah pantun tetapi sangat pendek.

4. Seloka adalah pantun yang berkait.

5. Gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, dan biasanya berisi nasihat.

6. Syair merupakan puisi yang bersumber dari negara Arab dan dengan ciri pada tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, biasanya berisi nasihat atau sebuah cerita.

7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari bilangan genap seperti 6, 8, ataupun 10 baris.

Karakteristik Puisi lama :

1. Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.

2. Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.

3. Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.

4. Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.

5. Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istana sentris.

Puisi baru

Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.

Jenis Puisi Baru:

1. Balada merupakan salah satu jenis puisi baru. Balada merupakan puisi tentang cerita.

Balada terdiri dari 3 bait dan masing-masing dengan 8 larik serta dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Pada larik terakhir dalam bait pertama digunakan refren dalam bait-bait selajutnya.

2. Himne merupakan puisi yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau seorang pahlawan.

3. Ode adalah puisi sanjungan bagi orang yang telah berjasa. Nada serta gayanya sangat resmi, bernada sangat anggun, dan membahas sesuatu yang mulia, memiliki sifat yang menyanjung baik itu terhadap pribadi tertentu atau suatu peristiwa umum.

4. Epigram adalah puisi yang memiliki isi berupa tuntunan atau ajaran hidup.

5. Romansa adalah puisi yang berisi tentang luapan perasaan penyair tentang cinta kasih.

6. Elegi adalah puisi yang memiliki isi tentang kesedihan.

7. Satire adalah puisi yang berisi tentang sindiran atau suatu kritikan.

8. Distikon adalah suatu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris (puisi 2 seuntai).

9. Terzinaa adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris (puisi 3 seuntai).

10. Kuatrain adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 4 baris (puisi 4 seuntai).

Karakteristik puisi baru antara lain:

1. Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama pengarangnya

2. Perkembangannya secara lisan serta tertulis.

3. Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata.

4. Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.

5. Biasanya berisikan tentang kehidupan.

6. Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.

7. Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.

8. Memiliki rima akhir yang teratur.

9. Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.

2.1.3.3 Struktur Puisi

Menurut teori strukturalisme dalam sastra, bahwa secara definitif strukturalisme memberi perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya dalam hal ini karya sastra. Setiap karya sastra memiliki unsur-unsur yang berbeda. Lebih lanjut Ratna (2011: 93) mengungkapkan dengan hal ini, maka karya sastra memiliki ciri khas otonom dan tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Unsur- unsur pokok dari puisi yakni tema, gaya bahasa, imajinasi, rima atau persajakan dan diksi atau pilihan kata. Sejalan dengan hal ini, Waluyo (1995: 66-97) memaparkan tentang struktur fisik atau disebut juga metode puisi terdiri dari diksi, pengimajinasian, tata wajah atau tipografi, kata konkret, dan versifikasi (rima). Tarigan (2005: 10.49) mengungkapkan bahwa semua bentuk puisi memiliki unsur-unsur seperti tema, diksi, tipografi, rima baik itu dalam puisi dewasa remaja dan anak-anak. Namun, pada puisi anak kadangkala tidak harus memenuhi kadar mutlak memenuhi semua unsur yang ada.

Hal ini bergantung pada tingkat kesederhanaan puisi anak. Semakin sederhana puisi tersebut, semakin berkurang unsur yang ada. Biasanya, unsur yang pasti ada pada puisi

anak adalah tema, diksi dan tipografi. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Kurniawan (2013: 94) yang mengungkapkan bahwa struktur fisik puisi anak itu terdiri dari tema, rima, diksi dan amanat. Dapat disimpulkan dari keempat pendapat tersebut bahwa puisi memiliki struktur fisik terdiri dari beberapa unsur, yang terdiri dari tema, diksi, rima, gaya bahasa dan tipografi serta pengimajian. Namun, dalam penelitian ini peneliti merujuk pada pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan. Unsur-unsur tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini:

1. Tema

Aminudin (2010: 45) menyatakan bahwa tema merupakan ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah.

Jabrohim (2010: 65) menyatakan tema bahwa adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan merupakan dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Tarigan (2011:

11) berpendapat bahwa setiap puisi mengandung suatu subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini bergantung pada faktor-faktor tertentu, antara lain falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan dan pendidikan sang penyair. Toha (2010: 2) mengungkapkan bahwa dilihat dari temanya di dalam karya sastra anak yang dalam hal ini pula termasuk puisi selalu berkaitan dengan dengan kehidupan anak yang dimulai dari kelahiran, hingga kematian dan berbagai soal diantaranya, apakah itu dalam pengertian baik secara umum dan secara khusus seperti perkelahian antar saudara perceraian orang tua yang dikasihi, dan terakhir tentu saja senang, girang, susah dan sedih yang mengikatnya. Sehubungan dengan hal itu Tarigan (2005: 10.43-10.49) turut menyatakan bahwa tema puisi anak adalah isi keseluruhan puisi yang terdiri atas pikiran,

11) berpendapat bahwa setiap puisi mengandung suatu subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini bergantung pada faktor-faktor tertentu, antara lain falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan dan pendidikan sang penyair. Toha (2010: 2) mengungkapkan bahwa dilihat dari temanya di dalam karya sastra anak yang dalam hal ini pula termasuk puisi selalu berkaitan dengan dengan kehidupan anak yang dimulai dari kelahiran, hingga kematian dan berbagai soal diantaranya, apakah itu dalam pengertian baik secara umum dan secara khusus seperti perkelahian antar saudara perceraian orang tua yang dikasihi, dan terakhir tentu saja senang, girang, susah dan sedih yang mengikatnya. Sehubungan dengan hal itu Tarigan (2005: 10.43-10.49) turut menyatakan bahwa tema puisi anak adalah isi keseluruhan puisi yang terdiri atas pikiran,

Dokumen terkait