• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN P TANAMAN JAGUNG PADA TANAH ULTISOL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN P TANAMAN JAGUNG PADA TANAH ULTISOL SKRIPSI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

SARMAN SARUMAHA 140301125

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

\

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN P TANAMAN JAGUNG PADA TANAH ULTISOL

SKRIPSI

OLEH :

SARMAN SARUMAHA 140301125

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

SARMAN SARUMAHA: Aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan serapan-P tanaman jagung pada tanah Ultisol. Dibimbing oleh BINTANG dan MARIANI Br. SEMBIRING.

Tanah Ultisol memiliki permasalahan dalam ketersediaan unsur hara P.

Untuk menambahkan unsur hara P dapat diaplikasikan pupuk organik cair.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dimulai dari bulan Mei-November 2018.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor 1 pupuk organik cair: C0 (tanpa pupuk organik cair), C1 (pupuk organik cair dari limbah pasar), C2 (pupuk organik cair dari kotoran sapi), C3 (pupuk organik cair dari limbah pasar+kotoran sapi) dengan dosis 75 ml tiap aplikasi dan faktor 2 waktu aplikasi: A1 (3 hari) dan A2 (7 hari).

Parameter yang diukur adalah pH, C-organik, P-tersedia (tanah) yang diukur setelah inkubasi pupuk organik cair selama 3 hari dan 7 hari serta tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, dan serapan P tanaman jagung (tanaman) yang diukur pada akhir masa vegetatif dengan interval aplikasi pupuk organik cair setiap 3 hari dan 7 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair tidak mampu meningkatkan pH, C-organik, dan P-tersedia, sedangkan waktu inkubasi 7 hari mampu meningkatkan C-organik tanah. Pupuk organik cair limbar pasar, kotoran sapi, limbah pasar+kotoran sapi dan waktu aplikasi setiap 3 hari mampu meningkatkan tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan P tanaman jagung. Interaksi pemberian pupuk organik cair limbah pasar+kotoran sapi dan waktu aplikasi setiap 3 hari berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar.

Kata Kunci : Pupuk organik cair, serapan-P, Ultisol,

(5)

ABSTRACT

SARMAN SARUMAHA: The application of liquid organic fertilizer to the growth and P-uptake of maize in Ultisols. Under supervision of BINTANG and MARIANI Br. SEMBIRING

Ultisols has problems in phosphate availability. To add phosphate nutrients, liquid organic fertilizer can be applied. The research was aimed to examine application of liquid organic fertilizer to the growth and P-uptake of maize in Ultisols. The research was conducted in the screen house and Faculty of Agriculture’s Research and Technology Laboratory of Universitas Sumatera Utara, starting from May to November 2018. The research used is factorial randomized block design consisting of 2 factors and 3 replications. The first factor is liquid organic fertilizer: C0 (without liquid organic fertilizer), C1 (liquid organic fertilizer from market waste), C2 (liquid organic fertilizer from cow manure), C3 (liquid organic fertilizer from market waste+cow manure) with doses 75 ml/application and the second factor is application time: A1 (3 days) and A2 (7 days). The measured parameters are pH, C-organic, P-available (soil) which are measured after incubation of liquid organic fertilizer during 3 days and 7 days, and plant height, shoot dry weight, root dry weight, and P-uptake of maize (plant) which are measured at the and of the vegetative period with interval of application of liquid organic fertilizer every 3 days and 7 days.

The results showed that the liquid organic fertilizer unable significantly increase of pH, C-organic, P-uptake while incubation time during 7 days significantly of C-organic. The liquid organic fertilizer from market waste, cow manure, market waste+cow manure and applications time every 3 days significantly increase of plant height, shoot dry weight, root dry weight, and P- uptake of maize. Interaction of giving liquid organic fertilizer market waste+cow manure and applications time every 3 days significantly increase of shoot dry weight and root dry weight.

Keywords : Liquid Organic Fertilizer, P-Uptake, Ultisols

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunungsitoli pada 19 Juni 1996 dari pasangan Bapak Tafaga Sarumaha (Alm) dan Ibu Sitiria Mendrofa. Penulis merupakan anak

ke empat dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD RK Mutiara lulus tahun 2008, SMP Negeri 1 Gunungsitoli lulus tahun 2011, SMAS St. Xaverius lulus tahun 2014, dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur SNMPTN pada tahun 2014 dan memilih Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian minat Ilmu Tanah.

Selama perkuliahan penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) dan anggota Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI). Selain itu, penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Tasik Raja Anglo Eastern Plantation (AEP) Kebun Tasik Harapan Kabupaten Labuhan Batu Selatan pada tahun 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung pada Tanah Ultisol” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Bintang, M.P. dan Dr. Mariani Br. Sembiring, SP., MP. selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2019

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol ... 4

Pupuk Organik Cair ... 5

Limbah Pasar ... 7

Kotoran Sapi ... 7

Tanaman Jagung ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Pengambilan Contoh Tanah ... 12

Analisis Tanah Awal ... 12

Pembuatan Pupuk Organik Cair ... 12

Analisis Pupuk Organik Cair ... 13

Persiapan Tanah ... 13

Aplikasi Perlakuan pada Tanah ... 13

Pengambilan Sampel Tanah ... 13

Penanaman dan Pemeliharaan ... 13

(9)

Pemanenan ... 14 Parameter Pengamatan ... 14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 15 Pembahasan ... 20 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 24 Saran ... 24 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Nilai pH tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan

perlakuan waktu aplikasi ... 15 Kadar C-organik tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 16 Nilai P-tersedia tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 16 Tinggi tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 17 Berat kering tajuk tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 18 Berat kering akar tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 18 Serapan-P tanaman jagung akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi ... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Data Analisis Awal Tanah Ultisol ... 28

Data Analisis Pupuk Organik Cair ... 28

Bagan Penelitian ... 28

Data pH tanah Ultisol ... 29

Daftar Sidik Ragam pH Tanah Ultisol ... 29

Data Kadar C-Organik Tanah Ultisol (%) ... 30

Daftar Sidik Ragam Kadar C-Organik Tanah Ultisol (%) ... 30

Data P-Tersedia Tanah Ultisol (ppm) ... 31

Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Ultisol (ppm) ... 31

Data Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... 32

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... 32

Data Bobot Kering Tajuk (g) ... 33

Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g) ... 33

Data Bobot Kering Akar (g) ... 34

Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) ... 34

Data Serapan-P Tanaman Jagung (mg P/tanaman) ... 35

Daftar Sidik Ragam Serapan-P Tanaman Jagung (mg P/tanaman) .... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

1.

2.

3.

4.

Tanaman Jagung Tanpa Aplikasi Pupuk Organik Cair ... 36 Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Limbah Pasar (C1) ... 37 Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Kotoran Sapi (C2) ... 38 Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Limbah Pasar + Kotoran Sapi (C3) ... 39

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah Ultisol merupakan tanah yang tersebar luas di Indonesia. Sebaran tanah Ultisol hampir mencapai 25% dari seluruh daratan di Indonesia atau mencapai 45.794.000 ha. Penyebaran tanah Ultisol yang luas menjadikan tanah Ultisol menjadi alternatif untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Namun tanah Ultisol mempunyai permasalahan seperti kandungan bahan organik rendah, KTK rendah, kandungan unsur hara rendah, kejenuhan Al yang tinggi serta pH yang rendah (Subagyo, et al., 2000)

Unsur P pada tanah Ultisol merupakan unsur yang tersedia dalam jumlah yang rendah dan terikat oleh Al dan Fe. Padahal unsur P berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman seperti proses fotosintesis, respirasi, pembelahan dan pembesaran sel, merangsang pertumbuhan akar, serta proses lainnya di dalam tanaman. Jagung merupakan tanaman yang mudah memperlihatkan gejala kekurangan unsur hara P. Tanaman yang kekurangan unsur P menunjukkan gejala seperti perubahan warna daun menjadi keunguan pada tepi daun, cabang serta pada batang. Selain itu, gejala kekurangan P dapat juga terlihat pada warna daun yang berubah menjadi tua dan sering nampak mengkilap kemerahan (Mulyani, 2014).

Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menambahkan unsur P. Sutriadi (2017) menyatakan bahwa pupuk organik dalam bentuk cair mengandung unsur hara makro dan mikro yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Selain itu pupuk organik lebih murah, mudah diperoleh, dan bersifat alami sehingga tidak mencemari lingkungan.

(14)

2

Penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, serta luas daun tanaman jagung pada tanah yang bersifat masam (Resman, et al., 2017).

Bahan baku pupuk organik cair dapat diperoleh dari berbagai sumber.

Limbah pasar menjadi salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan. Menurut Hidayati, dkk (2008) menyatakan bahwa limbah pasar mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan limbah pasar juga sekaligus mengurangi jumlah limbah dan pencemaran yang berasal dari pasar tradisional. Selain itu, kotoran sapi juga dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik cair. Menurut Husnain dan Nursyamsi (2015) kotoran sapi dapat berpotensi sebagai sumber nitrogen, fosfor, kalium, karbon dan unsur hara lainnya yang berguna untuk tanaman.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

Hipotesis Penelitian

1. Pupuk organik cair mampu meningkatkan pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

2. Waktu aplikasi pupuk organik cair yang berbeda mampu meningkatkan pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

(15)

3. Interaksi pupuk organik cair dan waktu aplikasi yang berbeda mampu meningkatkan pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan dalam penggunaan pupuk organik cair.

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol

Ultisol berasal dari bahasa Yunani yaitu ultimus yang berarti akhir atau terakhir. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan dan pembentukan tanah yang intensif karena berlangsung dalam kondisi lingkungan yang beriklim tropika dan subtropika yang bersuhu panas dan curah hujan tinggi. Dalam kondisi lingkungan seperti ini terjadi reaksi hidrolisis dan pelindian yang sangat cepat (Notohadiprawiro, 1986).

Di Indonesia tanah Ultisol tersebar luas di wilayah lahan kering seperti di Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Sumatera. Tanah dapat dikategorikan ke dalam Ultisol apabila memiliki horizon argilik ataupun kandik dengan kejenuhan basa < 35%. Tanah Ultisol terbentuk dari bahan induk masam yang memiliki reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,1-4,8), kandungan bahan organik rendah serta memiliki tekstur bervariasi dari berlempung halus hingga berliat (Subagyo, et al., 2000).

Tanah Ultisol memiliki kadar P yang rendah. Kekurangan P pada tanah ini dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang rendah ataupun unsur P yang terikat atau terfiksasi oleh unsur hara lain seperti Al dan Fe sehingga unsur P menjadi tidak tersedia untuk tanaman (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Perbaikan lahan kering masam dapat dilakukan dengan beberapa tindakan untuk mengubah sifat kimia yang kurang sesuai seperti meningkatkan pH tanah dan status keharaan tanah. Upaya yang dilakukan seperti pemupukan, pemberian kapur (pengapuran) serta pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) serta mampu mengkhelasi Fe

(17)

dan Al sehingga tidak menjadi racun dan unsur hara seperti P dapat tersedia (Sudaryono, 2009).

Pupuk Organik Cair

Bahan organik merupakan bahan yang berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan. Bahan organik dapat dijadikan sebagai amandemen atau bahan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Selain itu bahan organik dapat mensuplai unsur hara, mengefisiensi penggunaan pupuk anorganik serta dapat mengurangi keracunan aluminium. Akan tetapi penggunaan bahan organik harus diberikan dalam jumlah besar (Santoso, 2003).

Menurut Atmojo (2003) pemberian bahan organik pada tanah yang bersifat masam seperti Ultisol dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah. Hal ini disebabkan karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Peningkatan pH juga akan terjadi apabila bahan organik yang diaplikasi telah mengalami dekomposisi yang sempurna, karena bahan yang termineralisasi akan melepas mineralnya berupa kation basa.

Pupuk organik dapat berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan maupun limbah organik yang berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi. Pupuk ini digunakan sebagai pemasok unsur hara dan memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman. Sisa tanaman yang dapat dimanfaatkan seperti serasah atau kotoran hewan seperti kotoran sapi, ayam yang mengandung unsur yang berguna bagi tanah dan tanaman (Setyorini, et al., 2006 ).

(18)

6

Aplikasi pupuk organik sangat penting dalam peningkatan kesuburan tanah. Selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi, penggunaan pupuk organik dapat pula meningkatkan efisiensi pemupukan (Abdurachman, dkk 2008).

Menurut penelitian Simanjuntak, et al., (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik mampu menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman serta Sihite, et al., (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik mampu menyuplai unsur hara serta meningkatkan serapan P tanaman jagung.

Penggunaan pupuk organik berdasarkan wujudnya dibagi 2 yaitu dalam bentuk padat dan cair. Pupuk cair merupakan bentuk ekstrak bahan organik yang dilarutkan. Pupuk cair bersifat lebih mudah digunakan dan dapat berperan langsung dalam menjaga kelembaban tanah. Penggunaan dalam bentuk cair dapat diaplikasikan pada daun atau langsung pada tanah. Selain itu, bila dibandingkan dengan pupuk organik dalam bentuk padatan, pupuk organik dalam bentuk cair dapat diaplikasikan secara berulang-ulang (Mulyani, 2014).

Menurut penelitian Sitorus, et al., (2015) pupuk organik cair mengandung unsur hara seperti N,P, dan K. Tetapi jumlah hara dalam pupuk organik cair relatif lebih kecil sehingga perlu di aplikasikan dalam jumlah yang banyak. Penelitian Wijaya, et al., (2017) menyatakan bahwa pupuk organik cair berperan dalam pertumbuhan dan metabolisme serta peningkatan serapan hara tanaman. Hal ini tentu dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya lebih mahal dibanding pupuk organik.

(19)

Limbah Pasar

Pada kawasan padat penduduk seperti di Indonesia, potensi sampah organik sangat tinggi khususnya yang berasal dari pasar tradisional. Di pasar tradisional sering di jumpai banyaknya timbunan sampah hasil aktivitas pasar berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini tentu menimbulkan bau tidak sedap, pencemaran udara dan wabah penyakit (Ramadhani dan Tarigan, 2013).

Pemanfaatan limbah pasar dapat dilakukan dengan mengolah menjadi pupuk organik cair. Penguraian limbah organik pasar mampu menghasilkan unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman (Fitryatno, et al., 2015). Menurut penelitian Hidayati, et al. (2008) yang menyatakan bahwa limbah pasar tradisional mengandung unsur hara seperti nitrogen, phospor dan kalium sebesar 1,1%;

2,43%; dan 4,71%.

Pemisahan jenis sampah perlu dilakukan sebelum penggunanan. Hal ini untuk memisahkan sampah organik dan non organik sehingga tidak bercampur karena sampah non organik sangat sulit terurai. Jenis-jenis sampah organik yang dapat dimanfaatkan dan diolah seperti sisa sayuran, sisa nasi, kulit telur dan sampah buah. Sampah ini mengandung bahan organik serta unsur hara yang tinggi (Mulyani, 2014).

Kotoran Sapi

Sapi merupakan salah satu hewan yang banyak di ternakkan di Indonesia.

Populasi sapi di Indonesia dapat mencapai 17.050.006 ekor untuk sapi potong dan 550.141 ekor untuk sapi perah (BPS, 2018). Selain untuk perdagangan, potensi jumlah sapi yang banyak juga dapat dimanfaatkan dengan jumlah kotoran sapi yang dihasilkan. Untuk setiap harinya seekor sapi dapat menghasilkan

(20)

8

kotoran/feses 4 kg bahkan lebih. Dengan jumlah tersebut kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Kotoran sapi juga mengandung unsur hara

seperti nitrogen 2,34%, fosfor 1,08% dan kalium 0,69%

(Hartatik dan Widowati, 2006).

Hanafiah (2014) mengatakan bahwa terjadi peningkatan ketersediaan P pada pemberian pupuk kandang pada tanah. Ini menandakan bahwa pupuk kandang mampu menekan daya fiksasi P, yang terlihat oleh meningkatnya kadar P-tersedia, dan P lainnya serta menurunnya P-Al dan P-Fe. Pupuk kandang mampu menetralisir fiksasi P pada tanah dengan adanya asam organik hasil dekomposisi sehingga mampu melarutkan P dan unsur terikat.

Pupuk kandang cair yang berasal dari ternak sapi biasanya dibuat dalam keadaan segar dalam bentuk padatan ataupun campuran urine. Cara penggunaan pukan cair dengan disiramkan ke tanah bagian perakaran tanaman dengan takaran satu bagian pukan cair dicampur dengan satu atau dua bagian air (Hartatik dan Widowati, 2006). Menurut (Hartatik, et al., 2015) kualitas kotoran sapi ditentukan oleh umur hewan, jenis makanan dan jumlah. Pupuk kandang yang mengandung unsur hara dan asam organik dapat memacu peningkatan serapan hara dan pertumbuhan tanaman.

Menurut penelitian Ritonga, et al., (2015) pemberian bahan organik kotoran sapi mampu meningkatkan pH tanah. Hasil dari proses dekomposisi kotoran sapi dengan bantuan mikroba akan menghasilkan ion OH-, asam-asam organik dan meningkatkan aktivitas fosfatase sehingga membentuk kompleks stabil (khelasi) dengan kation logam seperti Al dan Fe sebagai salah satu sumber kemasaman dan pengikatan unsur P.

(21)

Tanaman Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Selain untuk keperluan pangan, jagung juga dapat digunakan untuk bahan baku industri pakan ternak maupun ekspor. Pada umumnya jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang ketat. Namun untuk memperoleh hasil yang maksimal, jagung perlu disuplai unsur hara yang cukup untuk pertumbuhannya (BPTP, 2009).

Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun dataran rendah, pada lahan sawah atau tegalan. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8. Pada proses perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu sekitar 30oC . Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan (Iriany, et al., 2007).

Jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk itu perlu diketahui curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat (BPPP, 2008).

(22)

10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei- November 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanah Ultisol, limbah pasar, kotoran sapi, plastik sampel, kertas label, benih jagung, polybag, aktivator, air aquadest serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman di Laboratorium.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, spidol, timbangan analitik, batang pengaduk, spektrofotometer, oven dan alat-alat Laboratorium lainnya untuk keperluan analisis tanah dan tanaman.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu :

Faktor I : Pupuk Organik Cair (POC) C0 : Tanpa Pupuk Organik Cair C1 : POC dari Limbah Pasar (100%) C2 : POC dari Kotoran Sapi (100%)

C3 : POC dari Limbah Pasar + Kotoran Sapi (50% : 50%) Faktor II : Waktu Aplikasi

A1 : 3 Hari A2 : 7 Hari

(23)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut : C0 A1 C1 A1 C2 A1 C3 A1

C0 A2 C1 A2 C2 A2 C3 A2

Kombinasi perlakuan diatas diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga diperoleh jumlah unit percobaan adalah 24 unit percobaan.

Model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ €ijk

Dimana :

Yijk : Data pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan percobaan ke-i dari faktor pupuk organik cair dan percobaan ke-j dari faktor waktu aplikasi

µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor pupuk organik cair.

βj : Pengaruh percobaan ke-j dari faktor waktu aplikasi.

(αβ)ij : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor pupuk organik cair dan percobaan ke-j dari faktor waktu aplikasi.

ijk : Pengaruh pengacakan dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan pupuk organik cair dengan waktu aplikasi.

Selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang diukur dan dilakukan uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

(24)

12

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah Ultisol di desa Tanah Abang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Tanah diambil secara komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Kemudian dikering udarakan selama 2 minggu dan diayak hingga tidak ada lagi sampah/benda lain.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah dikering udarakan dan telah diayak kemudian di analisis

%KA, pH dengan metode elektrometri, C-Organik metode Walkey and Black, dan P-Tersedia metode Bray II.

Pembuatan Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair dibuat dengan cara 6 ml EM4 (mengandung Lactobacillus, Jamur Fermentasi, Actinomycetes, Bakteri Pelarut Fosfat dan Ragi) 24 gr gula merah, dan dedak padi 600 gr dimasukkan ke dalam 3 tong plastik dengan jumlah yang sama. Ditambahkan air sebanyak 1,5 L untuk masing-masing tong, diaduk merata dan didiamkan selama 3 jam. Dimasukkan bahan baku 3 kg limbah pasar pada tong 1, 3 kg kotoran sapi pada tong 2 dan 1,5 kg limbah pasar + 1,5 kg kotoran sapi pada tong 3. Ditambahkan air sebanyak 9 L pada masing- masing tong plastik dan diaduk rata. Tong plastik ditutup rapat dan diinkubasi selama 8 minggu. Cairan yang diinkubasi diaduk setiap 3 atau 4 hari sekali selama 5 menit dan setelah 8 minggu dilakukan penyaringan agak bahan padatan tidak tercampur dalam penggunaan pupuk organik cair. Setelah cairan diambil, pupuk organik cair siap digunakan.

(25)

Analisis Pupuk Organik Cair

Dilakukan analisis pupuk organik cair yaitu pH dengan metode elektrometri, P-Total metode destruksi basah, dan C-Organik metode Walkey and Black

Persiapan Tanah

Tanah yang telah diayak dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 6,25 kg dan di susun di areal percobaan.

Aplikasi Perlakuan pada Tanah (Inkubasi)

Pupuk organik cair diaplikasikan sekali sebanyak 75 ml POC + 25 ml air pada tanah dalam polybag (6,25 kg). Kemudian diinkubasi selama 3 hari dan 7 hari.

Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil setelah 3 hari dan 7 hari menggunakan bor tanah sebanyak 100 gr tanah pada setiap polybag.

Penanaman dan Pemeliharaan

Dengan menggunakan tanah yang sama, dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 2 benih/polybag. Setelah 2 minggu dilakukan penjarangan dengan meninggalkan tanaman yang dianggap pertumbuhannya baik.

Pembersihan gulma dilakukan setiap hari agar tidak terjadi persaingan unsur hara dengan tanaman jagung.

Aplikasi Perlakuan Setelah Tanam

Pupuk organik cair diaplikasikan setiap 3 hari dan 7 hari sekali sebanyak 75 ml POC + 25 ml air dan diaplikasi didaerah sekitar perakaran tanaman.

Aplikasi ini dimulai 3 hari dan 7 hari setelah penanaman.

(26)

14

Pemanenan

Pemanenan dilakukan hingga akhir masa vegetatif atau sekitar tanaman berumur 8 minggu. Bagian tajuk dan akar dipotong lalu dibersihkan dan dimasukkan ke dalam amplop yang telah dilubangi untuk selanjutnya diovenkan dengan suhu 70o C selama 48 jam.

Parameter Pengamatan Tanah (setelah masa inkubasi)

- pH dengan metode elektrometri - C-Organik metode Walkey and Black - P-Tersedia metode Bray II

Tanaman (pada akhir masa vegetatif tanaman)

- Tinggi Tanaman pada Akhir Vegetatif (cm) - Bobot Kering Tajuk (g)

- Bobot Kering Akar (g) - Serapan P (mg/tanaman)

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengamatan Tanah Setelah Inkubasi 3 hari dan 7 hari pH Tanah

Pemberian pupuk organik cair, waktu inkubasi berbeda dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah Ultisol. Nilai pH tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perbedaan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai pH tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Inkubasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

Tanpa POC (C0) 4.56 4.58 4.57

POC Limbah Pasar (C1) 4.52 4.52 4.52

POC Kotoran Sapi (C2) 4.52 4.54 4.53

POC Lmb. Pasar+Kotoran. Sapi (C3) 4.56 4.54 4.55

Rataan 4.53 4.54

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1. di atas meskipun secara statistik tidak nyata, namun pemberian pupuk organik cair cenderung menurunkan pH tanah.

C-Organik Tanah

Perbedaan waktu inkubasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah Ultisol sedangkan pemberian beberapa jenis pupuk organik cair dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah Ultisol.

Kadar C-organik tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perbedaan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 2.

(28)

16

Tabel 2. Kadar C-organik tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Inkubasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- % ---

Tanpa POC (C0) 0.34 0.41 0.38

POC Limbah Pasar (C1) 0.30 0.38 0.34

POC Kotoran Sapi (C2) 0.38 0.46 0.42

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 0.33 0.37 0.35

Rataan 0.33 b 0.40 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 2. di atas interval waktu inkubasi pupuk organik cair pada tanah Ultisol selama 7 hari lebih baik dibanding dengan 3 hari dalam meningkatkan C-organik tanah.

P-Tersedia Tanah

Pemberian pupuk organik cair, perbedaan waktu inkubasi serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah Ultisol. Nilai P- tersedia tanah Ultisol disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai P-tersedia tanah Ultisol akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Inkubasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- ppm ---

Tanpa POC (C0) 0.50 0.58 0.54

POC Limbah Pasar (C1) 0.62 0.62 0.62

POC Kotoran Sapi (C2) 0.93 0.69 0.81

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 0.58 0.81 0.69

Rataan 0.65 0.67

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3. di atas pemberian pupuk organik cair cenderung meningkatkan P-tersedia tanah Ultisol.

(29)

Pengamatan Tanaman Setelah Aplikasi Setiap 3 hari dan 7 hari Tinggi Tanaman (cm)

Pemberian pupuk organik cair dan perbedaan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung, sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Tinggi tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tinggi tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- cm ---

Tanpa POC (C0) 53.07 49.70 51.38 b

POC Limbah Pasar (C1) 128.50 101.20 114.85 a

POC Kotoran Sapi (C2) 102.17 98.37 100.27 a

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 119.90 100.07 109.98 a

Rataan 100.91 a 87.33 b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4. di atas pemberian POC limbah pasar, kotoran sapi serta limbah pasar+kotoran sapi meningkatkan tinggi tanaman jagung dan interval waktu aplikasi selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan tinggi tanaman.

Berat Kering Tajuk

Pemberian pupuk organik cair, perbedaan waktu aplikasi dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman jagung. Berat kering tajuk tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 5.

(30)

18

Tabel 5. Berat kering tajuk tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- g ---

Tanpa POC (C0) 1.59 d 1.29 d 1.44 b

POC Limbah Pasar (C1) 20.90 a 7.35 c 14.12 a

POC Kotoran Sapi (C2) 15.88 b 9.62 c 12.75 a

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 22.37 a 7.25 c 14.81 a

Rataan 15.18 a 6.37 b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5. di atas pemberian beberapa jenis pupuk organik cair mampu meningkatkan berat kering tajuk dan interval waktu aplikasi selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan berat kering tajuk. Pemberian POC limbah pasar+kotoran sapi dan POC limbah pasar yang diaplikasi dengan interval waktu selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan berat kering akar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Berat Kering Akar

Pemberian pupuk organik cair, perbedaan waktu aplikasi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman jagung. Berat kering akar tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat kering akar tanaman jagung pada akhir masa vegetatif akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- g ---

Tanpa POC (C0) 1.00 f 0.96 f 0.98 b

POC Limbah Pasar (C1) 7.55 b 3.22 de 5.38 a

POC Kotoran Sapi (C2) 6.06 c 4.45 d 5.26 a

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 11.43 a 2.52 e 6.98 a

Rataan 6.51 a 2.79 b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(31)

Berdasarkan Tabel 6. di atas pemberian beberapa jenis pupuk organik cair mampu meningkatkan berat kering akar dan interval waktu aplikasi selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan berat kering akar. Pemberian POC limbah pasar+kotoran sapi yang diaplikasi dengan interval waktu selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan berat keritng akar dibandingkan dengan perlakuan lainnya Serapan-P

Pemberian pupuk organik cair dan perbedaan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap serapan-P tanaman jagung, sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Serapan-P tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Serapan-P tanaman jagung akibat pemberian pupuk organik cair dan perlakuan waktu aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan 3 Hari (A1) 7 Hari (A2)

--- mg P/tanaman ---

Tanpa POC (C0) 3.87 3.06 3.47 b

POC Limbah Pasar (C1) 48.33 24.66 36.49 a

POC Kotoran Sapi (C2) 40.40 24.54 32.47 a

POC Lmb. Pasar+Kotoran Sapi (C3) 54.74 22.66 38.70 a

Rataan 36.83 a 18.73 b

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 7. di atas pemberian POC limbah pasar, kotoran sapi, limbah pasar+kotoran sapi meningkatkan tinggi tanaman jagung dan interval waktu aplikasi selama 3 hari lebih baik dalam meningkatkan serapan-P tanaman.

(32)

20

Pembahasan

Aplikasi perlakuan pupuk organik cair dan waktu inkubasi pupuk organik cair tidak meningkatkan pH tanah ultisol. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas organisme dalam perombakan bahan organik yang dikandung oleh pupuk organik cair sehingga organisme tanah menghasilkan gas CO2 yang apabila bereaksi dengan air akan menyebabkan penurunan pH pada tanah yang telah diberi perlakuan. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2014) yang menyatakan bahwa hasil akhir dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme berupa gas CO2 yang jika terakumulasi dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3) yang meskipun asam lemah, namun jika terakumulasi akan terurai menjadi HCO3-

+ H+ yang memasamkan tanah.

Pemberian pupuk organik cair belum mampu meningkatkan kadar C- organik pada tanah Ultisol. Akan tetapi terjadi peningkatan pada perlakuan waktu inkubasi 7 hari sebesar 20,4% di banding waktu aplikasi 3 hari. Ini menandakan bahwa pupuk organik cair yang diaplikasikan memerlukan waktu terdekomposisi lebih lama untuk dapat melepaskan unsur agar dapat diserap tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Putra dan Nuraini (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar C-organik tanah akibat pemberian pupuk cair meningkat seiring lamanya proses inkubasi di dalam tanah.

Pupuk organik cair dan perlakuan waktu inkubasi yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia di dalam tanah. Hal ini dikarenakan kandungan unsur P yang tergolong kecil pada pupuk organik cair. Selain itu tingkat kemasaman juga mempengaruhi ketersediaan unsur P, yang pHnya berkisar antara 4,45-4,6 setelah aplikasi. Pada pH rendah unsur P terjerap oleh Al.

(33)

Hal ini sesuai dengan literatur Prasetyo dan Suriadikarta (2006) menyatakan bahwa pada tanah pH rendah, P terfiksasi oleh Al dan Fe sehingga tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh tanaman.

Perlakuan pupuk organik cair limbah pasar, kotoran sapi dan limbah pasar+kotoran sapi mampu meningkatkan tinggi tanaman hingga sebesar 123,5 % dibanding tanaman kontrol. Hal ini menandakan bahwa pupuk organik cair yang diaplikasikan mampu menyuplai unsur hara yang dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu peningkatan volume perakaran tanaman juga membantu penyerapan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Wijaya, et al., (2017) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat menyuplai unsur hara yang dibutukan dalam proses pertumbuhan dan metabolisme tanaman.

Aplikasi pupuk organik cair limbah pasar, kotoran sapi dan limbah pasar+kotoran sapi mampu meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman. Peningkatan bobot kering akar menunjukkan semakin banyak aktivitas yang dilakukan akar dalam melakukan penyerapan unsur hara dalam tanah. Unsur hara yang diserap ini akan meningkatkan proses pembelahan sel, proses fotosintesis dan proses lain dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditunjukkan melalui bobot tajuk tanaman. Selain itu, peningkatan bobot tajuk dan akar menunjukkan banyaknya unsur hara yang ada di dalam tanah yang dapat dimanfaatkan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Budi dan Sari (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan akar tanaman dan terbentuknya bulu akar akan mampu menembus pori agregat tanah dan menyebabkan persinggungan atau kontak antara akar dan ion hara yang ada. Persinggungan ini memungkinkan penyerapan hara oleh akar tanaman yang kemudian diteruskan ke daun dan bagian

(34)

22

tanaman lainnya.

Serapan P tanaman jagung juga mengalami peningkatan akibat pemberian pupuk organik cair, baik itu dari limbah pasar, kotoran sapi dan limbah pasar+kotoran sapi. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik cair mampu menambahkan unsur hara P dan dapat diserap oleh tanaman. Ini juga didukung oleh luasnya penyerapan unsur hara P oleh akar. Hal ini sesuai dengan literatur Darman (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan unsur hara P pada tanaman ditentukan oleh konsentrasi P di dalam tanah serta kemampuan tanaman menyerap unsur hara.

Perlakuan waktu aplikasi pupuk organik cair setiap 3 hari berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan P tanaman jagung dibanding waktu aplikasi 7 hari. Hal ini dikarenakan waktu aplikasi setiap 3 hari, pupuk organik cair yang diaplikasikan menjadi lebih banyak. Dengan pemberian yang lebih intensif maka jumlah hara yang diberikan oleh pupuk organik cair dan yang dapat diserap tanaman menjadi lebih banyak.

Hal ini sesuai dengan literatur Sitorus, et al., (2015) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, namun dalam jumlah yang relatif kecil. Oleh karena itu perlu aplikasi pupuk organik cair dalam jumlah yang banyak sehingga tanaman menerima unsur hara yang lebih banyak pula.

Interaksi perlakuan pupuk organik cair dan waktu aplikasi mampu meningkatkan terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar. Peningkatan berat kering tajuk ditunjukkan akibat pemberian pupuk organik cair yang berasal dari limbah pasar dan limbah+kotoran sapi pada waktu aplikasi setiap 3 hari. Berat

(35)

kering akar juga meningkat akibat pemberian pupuk organik cair limbah pasar+kotoran sapi pada waktu aplikasi setiap 3 hari. Kandungan unsur hara pada pupuk organik cair limbah pasar + kotoran sapi lebih tinggi dibanding pupuk organik cair lainnya dan dengan pengaplikasian yang lebih intensif menyebabkan jumlah kandungan hara di dalam tanah lebih banyak. Ini juga didukung dengan peningkatan volume akar yang berperan dalam menyerap unsur hara. Besarnya volume perakaran menyebabkan semakin banyak pula unsur yang diserap untuk kebutuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Resman, et al., (2017) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.

(36)

24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pupuk organik cair tidak mampu meningkatkan pH, C-organik dan P-tersedia tanah sedangkan waktu inkubasi 7 hari mampu meningkatkan C-organik tanah.

2. Pupuk organik cair limbah pasar, kotoran sapi, limbah pasar + kotoran sapi dan waktu aplikasi setiap 3 hari mampu meningkatkan tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol.

3. Interaksi pupuk organik cair limbah pasar+kotoran sapi dan waktu aplikasi setiap 3 hari mampu meningkatkan berat kering tajuk serta berat kering akar.

Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol sebaiknya menggunakan pupuk organik cair dari limbah pasar+kotoran sapi dengan waktu aplikasi setiap 3 hari dan dapat diperkaya dengan bahan lain untuk meningkatkan unsur hara.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman A., Dariah A. , Dan A. Mulyani. 2008. Strategi Dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional Jurnal Litbang Pertanian, 27(2).

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

BPS. 2018. Populasi Sapi Potong dan Sapi Perah Menurut Provinsi (Ekor). Badan Pusat Statistik. Jakarta.

BPPP. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Agro Inovasi. ISBN: 978-979-1415-25-5.

BPTP. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Bekerja Sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD.

Budi, S. Dan Sari, S. 2015 Ilmu dan Implementasi: Kesuburan Tanah. UMM Press. Malang.

Darman, S. 2008. Ketersediaan Dan Serapan Hara P Tanaman Jagung Manis Pada Oxic Dystrudepts Palolo Akibat Pemberian Ekstrak Kompos Limbah Buah Kakao. J. Agroland 15 (4) : 323-329.

Fitriyatno, Suparti dan Sofyan. 2015. Uji Pupuk Organik Cair Dari Limbah Pasar Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca Sativa L) Dengan Media Hidroponik. FKIP Universitas Muhammadiah Surakarta.

Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Cetakan Ke 7. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hartatik, W. Dan Widowati, R.L. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Hartatik, W., Husnain, Dan Widowati R.L. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.9 No.2.

Hidayati, Y.A., Harlia, E.,dan Eulis T.M. 2008. Analisis Kualitas Kompos Dari Limbah Organik Pasar Tradisional Tanjungsari Sumedang. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung

Husnain Dan Nursyamsi, D. 2015. Peranan Bahan Organik Dalam Sistem Integrasi Sawit-Sapi. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.9. No.1.

(38)

26

Iriany, R.N., M. Yasin H.G. dan Andi T.M. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Mulyani, H. 2014. Buku Ajar Kajian Teori dan Aplikasi: Optimasi Perancangan Model Pengomposan. Trans Info Media. Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 1986. Ultisol, Fakta Dan Implikasi Pertaniannya. Bulletin Pusat Penelitian Marihat. No. 6.

Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2).

Putra, B.P. dan Nuraini, Y. 2017. Kajian Inkubasi Berbagai Dosis Pupuk Cair Fermentasi Lendir Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Fosfor, C-Organik, dan pH pada Inseptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol.4 No.2: 521-524.

Ramadhani, A dan Tarigan, A.P.M. 2013. Studi Pengelolaan Sampah Pasar Kota Medan. Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

Resman, Ansi, A., dan W.O. Harlis. 2017. Penggunaan Bahan Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Jagung Pada Tanah yang Bersifat Masam.

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI. Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ritonga, M., Bintang, dan Mariani Sembiring. 2015. Perubahan Bentuk P Oleh Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik terhadap P-Tersedia dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) pada Tanah Andisol Terdampak Erupsi Gunung Sinabung. Jurnal Agroekoteknologi. Vol.4.

No.1. (551):1641-1650.

Santoso, D. 2003. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat. Bogor.

Setyorini, D. Saraswati, R. Dan E.K. Anwar. Kompos. 2006. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.

Sihite, E.A., Damanik, M.M.B., dan Mariani Sembiring. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Kimia tanah, Serapan P, dan Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Tanah Inseptisol Kwala Bekala Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam Beberapa Sumber P. Jurnal Agroekoteknologi. Vol.4 No. 3. (605) :2082-2090.

Simanjuntak, D., Damanik, M.M.B., dan Bintang Sitorus. 2016. Pengaruh Tepung Cangkang Telur dan Pupuk Kandang Ayam terhadap pH, Ketersediaan Hara P dan Ca Tanah Inseptisol dan Serapan P dan Ca Pada Tanaman Jagung (Zea mays .L). Jurnal Agroekoteknologi. No. 2337-6597, Vol.4

(39)

Sitorus, M.P., Purba, E., dan Nini Rahmawati. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK. Jurnal Agroekoteknologi. Vol.3 No.4. (510) :1303-1308.

Subagyo, H., Suharta, N., dan Agus, B.S. 2000. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Sudaryono. 2009. Pengelolaan Lahan Kering Masam Untuk Budidaya Kedelai.

Balai Penelitian tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian.

Malang.

Sutriadi, M.T. 2007. Pengaruh Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan Hasil Caisim (Brassica rapa convar) di Inseptisol. PT. Agro Lestari.

Wijaya, R., Damanik, M.M.B., dan Fauzi. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Agroekoteknologi. Vol.5. No.2. (33):

249-255.

(40)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Analisis Awal Tanah Ultisol Tanah Abang Parameter Satuan Hasil Analisis Kriteria

pH H2O --- 4,58 Masam

C-Organik % 0,33 Sangat Rendah

P-Tersedia ppm 0,15 Sangat Rendah

*) Kriteria penilaian sifat tanah berdasarkan LPT (1983)

Lampiran 2. Data Analisis Pupuk Organik Cair

Parameter Satuan Pupuk Organik Cair

Limbah pasar Kotoran Sapi Limbah Pasar + Kotoran sapi

pH --- 6,76 7,19 7,09

C-Organik % 0,08 0,22 0,22

P-Total % 0,19 0,21 0,22

Lampiran 3. Bagan Penelitian

Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 3 U

B

S

T

C0A1 C2A1 C3A1

C1A1 C2A2 C0A1

C3A1 C0A1 C2A1

C2A2 C3A1 C0A2

C2A1 C0A2 C1A2

C1A2 C1A1 C3A2

C0A2 C3A2 C2A2

C3A2 C1A2 C1A1

(41)

Lampiran 4. Data pH tanah Ultisol

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 4,57 4,54 4,56 13,67 4,56

C1A1 4,6 4,49 4,48 13,57 4,52

C2A1 4,52 4,47 4,56 13,55 4,52

C3A1 4,64 4,53 4,51 13,68 4,56

C0A2 4,64 4,54 4,55 13,73 4,58

C1A2 4,59 4,49 4,49 13,57 4,52

C2A2 4,57 4,53 4,52 13,62 4,54

C3A2 4,58 4,52 4,51 13,61 4,54

Total 36,71 36,11 36,18 109 36,33

Rataan 4,59 4,51 4,52 13,63 4,54

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam pH Tanah Ultisol

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 0,0269 0,0135 14,1712 * 3,739

c 3 0,0071 0,0024 2,4928 tn 3,344

a 1 0,0001 0,0001 0,1580 tn 4,600

cxa 3 0,0021 0,0007 0,7315 tn 3,344

galat 14 0,0133 0,0009 - -

total 23 0,0495

KK = 0,67 % tn : tidak nyata

* : nyata

(42)

30

Lampiran 6. Data Kadar C-Organik Tanah Ultisol (%)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 0,328 0,246 0,451 1,025 0,342 C1A1 0,328 0,328 0,246 0,902 0,301 C2A1 0,287 0,410 0,451 1,148 0,383 C3A1 0,410 0,205 0,369 0,984 0,328 C0A2 0,410 0,410 0,410 1,230 0,410 C1A2 0,410 0,328 0,410 1,148 0,383 C2A2 0,410 0,492 0,492 1,394 0,465 C3A2 0,410 0,287 0,410 1,107 0,369 Total 2,994 2,707 3,240 8,941 2,980 Rataan 0,374 0,338 0,405 1,118 0,373

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Kadar C-Organik Tanah Ultisol

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 0,018 0,009 1,912 tn 3,739

c 3 0,025 0,008 1,786 tn 3,344

a 1 0,028 0,028 6,022 * 4,600

cxa 3 0,002 0,001 0,120 tn 3,344

galat 14 0,065 0,005

total 23 0,138

KK = 18,31 % tn : tidak nyata

* : nyata

(43)

Lampiran 8. Data P-Tersedia Tanah Ultisol (ppm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 0,848 0,151 0,499 1,498 0,499 C1A1 0,964 0,616 0,267 1,847 0,616 C2A1 0,848 0,732 1,196 2,776 0,925 C3A1 0,732 0,499 0,499 1,731 0,577 C0A2 0,499 0,499 0,732 1,731 0,577 C1A2 0,499 0,848 0,499 1,847 0,616 C2A2 0,964 0,616 0,499 2,079 0,693 C3A2 1,080 0,616 0,732 2,427 0,809 Total 6,434 4,576 4,925 15,935 5,312 Rataan 0,804 0,572 0,616 1,992 0,664

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Ultisol

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 0,244 0,122 2,291 tn 3,739

c 3 0,241 0,080 1,506 tn 3,344

a 1 0,002 0,002 0,042 tn 4,600

cxa 3 0,169 0,056 1,056 tn 3,344

galat 14 0,745 0,053

total 23 1,401

KK = 34,75 % tn : tidak nyata

* : nyata

(44)

32

Lampiran 10. Data Tinggi Tanaman Jagung (cm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 61,1 48,9 49,2 159,2 53,1

C1A1 125,8 121,2 138,5 385,5 128,5

C2A1 121,3 68,1 117,1 306,5 102,2

C3A1 120,2 126,4 113,1 359,7 119,9

C0A2 59,1 48,2 41,8 149,1 49,7

C1A2 105,5 99,6 98,5 303,6 101,2

C2A2 90,1 99,8 105,2 295,1 98,4

C3A2 86,1 104,8 109,3 300,2 100,1

Total 769,2 717,0 772,7 2258,9 753,0

Rataan 96,2 89,6 96,6 282,4 94,1

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 243,3 121,7 0,7 tn 3,739

c 3 15273,5 5091,2 29,1 * 3,344

a 1 1105,7 1105,7 6,3 * 4,600

cxa 3 641,0 213,7 1,2 tn 3,344

galat 14 2453,5 175,2

total 23 19716,9

KK = 14,06 % tn : tidak nyata

* : nyata

(45)

Lampiran 12. Data Bobot Kering Tajuk (g)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 2,17 1,08 1,51 4,76 1,59

C1A1 21,87 21,19 19,63 62,69 20,90

C2A1 24,44 4,78 18,41 47,63 15,88

C3A1 18,01 26,75 22,36 67,12 22,37

C0A2 1,93 0,95 0,98 3,86 1,29

C1A2 7,63 6,93 7,48 22,04 7,35

C2A2 8,36 11,59 8,9 28,85 9,62

C3A2 4,33 7,88 9,53 21,74 7,25

Total 88,74 81,15 88,80 258,69 86,23

Rataan 11,09 10,14 11,10 32,34 10,78

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 4,84 2,42 0,13 tn 3,739

c 3 711,44 237,15 12,75 * 3,344

a 1 465,61 465,61 25,02 * 4,600

cxa 3 211,94 70,65 3,80 * 3,344

galat 14 260,48 18,61

total 23 1654,30

KK = 40,01 % tn : tidak nyata

* : nyata

(46)

34

Lampiran 14. Data Bobot Kering Akar (g)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 1,38 0,6 1,01 2,99 1,00

C1A1 8,68 7,35 6,61 22,64 7,55

C2A1 10,32 2,48 5,38 18,18 6,06

C3A1 9,3 14,86 10,12 34,28 11,43

C0A2 1,36 0,84 0,67 2,87 0,96

C1A2 2,83 2,32 4,51 9,66 3,22

C2A2 3,58 6,72 3,06 13,36 4,45

C3A2 1,9 2,35 3,32 7,57 2,52

Total 39,35 37,52 34,68 111,55 37,18

Rataan 4,92 4,69 4,34 13,94 4,65

Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 1,38 0,69 0,16 tn 3,739

c 3 118,83 39,61 8,89 * 3,344

a 1 82,99 82,99 18,64 * 4,600

cxa 3 67,87 22,62 5,08 * 3,344

galat 14 62,34 4,45

total 23 333,42

KK = 45,40 % tn : tidak nyata

* : nyata

(47)

Lampiran 16. Data Serapan-P Tanaman Jagung (mg P/tanaman)

Perlakuan Blok

Total Rataan

1 2 3

C0A1 4,41 3,19 4,02 11,62 3,87

C1A1 45,18 43,08 56,72 144,98 48,33 C2A1 40,02 15,23 65,94 121,19 40,40 C3A1 44,92 51,74 67,56 164,22 54,74

C0A2 4,18 2,12 2,90 9,19 3,06

C1A2 25,32 21,62 27,04 73,98 24,66 C2A2 23,61 25,47 24,54 73,62 24,54 C3A2 13,80 22,25 31,93 67,98 22,66 Total 201,43 184,70 280,65 666,78 222,26 Rataan 25,18 23,09 35,08 83,35 27,78

Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Serapan-P Tanaman Jagung

SK db JK KT F-hit F-0,05

blok 2 656,65 328,33 3,86 * 3,739

c 3 4849,08 1616,36 18,99 * 3,344

a 1 1966,27 1966,27 23,10 * 4,600

cxa 3 795,69 265,23 3,12 tn 3,344

galat 14 1191,54 85,11

total 23 9459,24

KK = 33,20 % tn : tidak nyata

* : nyata

(48)

36

Gambar 1. Tanaman Jagung Tanpa Aplikasi Pupuk Organik Cair 3 hari (A1)

(U1) (U2) (U3)

7 hari (A2)

(U1) (U2) (U3)

(49)

Gambar 2. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Limbah Pasar (C1)

3 hari (A1)

(U1) (U2) (U3) 7 hari (A2)

(U1) (U2) (U3)

(50)

38

Gambar 3. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Kotoran Sapi (C2)

3 hari (A1)

(U1) (U2) (U3)

7 hari (A2)

(U1) (U2) (U3)

(51)

Gambar 4. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Limbah Pasar + Kotoran Sapi (C3)

3 Hari (A1)

(U1) (U2) (U3)

7 Hari (A2)

(U1) (U2) (U3)

Gambar

Gambar 1. Tanaman Jagung Tanpa Aplikasi Pupuk Organik Cair  3 hari (A1)
Gambar 2. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair    Limbah Pasar (C1)
Gambar 3. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair    Kotoran Sapi (C2)
Gambar 4. Tanaman Jagung dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair    Limbah Pasar + Kotoran Sapi (C3)

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Skuter lipaat otomatis roda tiga ini bertujuan agar pengguna dapat mengendarai trasportasi yang digunakan dalam ruangan dengan energi penggerak yang berasal

Memaksimalkan penggunaan komputer sebagai sarana teknologi informasi merupakan hal yang perlu dilakukan oleh PT Sukses Mandiri Utama untuk meningkatkan

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruh b, dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Panitia Kesatuan

pelbagai program sama ada peringkat diploma atau ijazah sarjana muda. Para pelajar didedahkan kepada elemen-elemen keusahawanan yang penting untuk menjayakan sesuatu

Hasil evaluasi atas pelaksanaan fungsi dan tugas Badan Pusat Statistik menyimpulkan bahwa secara umum pencapaian kinerja Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat

Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, &#34;Demi Allah, sungguh

Model Mekanistik Efek remperatur, cahaya Dan Kompetisi Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman.. (Mechanistic Model Effects of Temperature, Light lntensity