Bursa Efek Indonesia Tersungkur Oleh : Dr. Sulaeman Rahman *)
Ternyata dugaan bahwa sub prime mortgage yang ada di Amerika masih membayangi
pasar global terjadi dan memakan korban beberapa lembaga keuangan Amerika yang
sangat terkenal yaitu Lehman Brothers, AIG , Merril Linc, serta lembaga keuangan
lainnya. Pengaruh yang tidak kalah pentingnya yaitu dengan tersungkurnya IHSG (
Indeks Harga Saham Gabungan) dari BEI (Bursa Efek Indonesia) ada pada level yang
cukup rendah pada September tahun 2008 yaitu 1.700, pada tanggal 8 Oktober menjadi
1.451, sebelumnya pada bulan Januari 2008 pernah mencapai 2.830,-. Mengapa Bursa
Efek Indonesia tersungkur, dan bagaimana pengaruh terhadap lembaga keuangan di
Indonesia menjadi suatu hal yang perlu dikaji dan diamati agar ada kewaspadaan pada
para pelaku usaha, investor atau masyarakat pada umumnya. Banyak yang menduga
krisis akan kembali berulang setelah 10 tahun yang lalu melanda kawasan Asia, yang
pada waktu itu dikenal dengan istilah Krismon atau krisis moneter. Lebih penting lagi
untuk diteliti mengenai pengaruh kinerja para emiten, serta pengaruh pada sektor real
terutama pada industri kecil dan menengah.
Setelah para investor menikmati cuti bersama dalam rangka idul fitri 1429 H, pasar
modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia, pasar global menggempur dengan
dahsyatnya sehingga pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2008 jam 11.12 wib dihentikan
sementara untuk melakukan perdagangan atau disuspend, karena pada hari itu bursa
mengalami penurunan cukup besar yaitu 10.4 %. Banyak sekali para analis membahas
mengenai penyebab jatuhnya atau tersungkurnya BEI ini, sehingga masyarakat
mengetahui bagaimana pengaruh krisis keuangan yang ada di Amerika mempengaruhi
krisis yang ada di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang para
mentrinya untuk membahas dan mengatasi situasi ini, yang sebelumnya pihak Bank
Indonesia pada tanggal 7 Oktober sudah melakukan tindakan dengan menaikkan BI rate
dari 9.25% menjadi 9.5 %. Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa krisis saat
ini adalah krisis pasar modal bukan krisis ekonomi, diharapkan masyarakat Indonesia
tidak panik sehingga pemerintah mengeluarkan 5 jurus untuk mengatasi masalah ini.