• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII Sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII Sosial."

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI

PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL

Penelitian dilaksanakandi Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto

Felix Wintala Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 melalui penerapan metode

role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII sosial 3, SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang

telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE 12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR

HIGH SCHOOL

This research was conducted in the 12th Grade of the 3rd Students of Social Department of De Britto College Senior High School

Felix Wintala Sanata Dharma University

2011

This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 3rd students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High School Yogyakarta.

The data were collected through observational, interviews, and documentation methods. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis.

(3)

i

PENERAPAN METODE

ROLE PLAYING

SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL

Penelitian dilaksanakan di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

OLEH: Felix Wintala NIM 071334056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Persembahan

Karya yang sederhana dan jauh dari sempurna

ini kupersembahkan bagi :

Tyas Dalem Sri Yesus, ingkang dados daya

panggesangan kawula

Bapak, ibu, dan adikku yang selalu mencintai

dan memberikan perhatian yang besar kepadaku

Almamaterku tercinta,

Program Studi Pendidikan Akuntansi

(7)

v

MOTTO

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Apakah saya Gagal atau sukses

Bukanlah hasil Perbuatan orang lain.

Sayalah yang menjadi pendorong

Diri sendiri.

-Elaine Maxwell-

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI

PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL

Penelitian dilaksanakandi Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto

Felix Wintala Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 melalui penerapan metode

role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII sosial 3, SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(11)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE 12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR

HIGH SCHOOL

This research was conducted in the 12th Grade of the 3rd Students of Social Department of De Britto College Senior High School

Felix Wintala Sanata Dharma University

2011

This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 3rd students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High School Yogyakarta.

The data were collected through observational, interviews, and documentation methods. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan selain bersyukur dan berterima

kasih kepada Allah Bapa di Surga yang berkenan menyertai dan membantu penulis

dalam proses penyusunan Skripsi ini, sehinggga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul Penerapan metode role playing sebagai upaya

meningkatkan peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

Semua itu tidak lepas dari usaha keras penulis, bimbingan dari Tuhan dan bantuan

dari berbagai pihak.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta

(13)

xi

5. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,

S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan kritik yang telah

diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Yohanes Iwan Prasetyo, S.Pd selaku guru mata pelajaran Akuntansi SMA

Kolese De Britto yang berkenan menjadi mitra penulis dalam membantu

melakukan penelitian tindakan kelas ini di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De

Britto Yogyakarta

7. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd M.S yang telah memberikan bimbingan dalam

abstract skripsi saya.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para

staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan

pelayanan selama penulis belajar di USD.

9. Seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto khusunya kelas XII Sosial 3 yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

Terima kasih banyak atas ijin dan bantuannya.

10.Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga proses

penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

11.Kedua orang tuaku, Bapak Tarcisius Subaryanto dan Ibu Christina Sumartini

(14)

xii

12.baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa

selalu menyertai Bapak dan Ibu tercinta.

13.Adikku Natalia Istiyaning Tyas terima kasih atas dukungan, doanya, belajar yang

rajin di SMA , raih cita-citamu,dan Tuhan Yesus Memberkati.

14.Mbak Valentina Sumarni yang selalu memberikan semangat dan doa dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

15.Simbah Handono dan Simbah Geno Harjo yang selalu mendoakan kesuksesan

dalam studi selama ini.

16.Keluarga besar Komunitas Sant Egidio Yogyakarta yang telah memberikan

banyak dukungan dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima

kasih kalian telah menjadi bagian dari keluargaku.

17.Teman-teman seperjuanganku Veny, Danu, Nico, Lian, Rima, Kiki, Ruli, terima

kasih atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua.

Semangat buat teman-teman untuk segera menyelesaikan skripsi.

18.Klara Ade Krisnawati, sahabat dalam hidup, terima kasih atas bantuan,doa, dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini, Berkat Allah selalu menyertaimu.

Semoga lekas menyusul juga.

19.Seluruh teman-temanku Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2007

terima kasih atas semangat dan dorongan kalian serta segala informasi, waktu,

kebersamaan kalian, perhatian teman-teman yang sangat berarti sehingga penulis

(15)

20.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas... 7

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing……… .. 13

C. Pengertian Pemahaman ... 18

D. Mata Pelajaran Akuntansi ... 21

E. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 25

D. Prosedur Penelitian... 26

(18)

xvi

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 37

B. VISI, MISI dan Tujuan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 41

C. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 44

D. Kurikulum SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 48

E. Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 50

F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur ... 51

G. Sumber Daya Manusia SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 55

H. Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 66

I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Kolese De Britto ... 67

J. Proses Belajar Mengajar SMA Kolese De Britto ... 74

K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto dengan Instansi Lain ... 78

L. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 79

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 82

(19)

xvii

2. Deskripsi awal pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi

Perusahaan Jasa ... 93

3. Siklus pertama ... 95

4. Pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 117

B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 119

1. Deskripsi data ... 121

2. Pengujian komparatif ... 121

a. Pengujian Prasarat analisis ... 121

b Pengujian hipotesis penelitian ... 121

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan ... 124

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komparasi Perbandingan Siswa sebelum dan sesudah role playing ... 35

Tabel 4.1 Tenaga Edukatif ... 62

Tabel 4.2 Pendamping Ektrakurikuler ... 65

Tabel 4.3 Karyawan dan Bidang Tugasnya ... 65

Tabel 4.4 Karyawan Yayasan De Britto dan Tugasnya ... 66

Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 67

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 84

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa sebelum Penerapan Role Playing ... 88

Tabel 5.3 Hasil Pre Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 94

Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Metode Role Playing ... 104

Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 108

Tabel 5.6 Hasil Rangkuman Refleksi Siswa ... 112

Tabel 5.7 Hasil Refleksi Guru ... 115

Tabel 5.8 Hasil Post Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 117

Tabel 5.9 Hasil Komparasi Peningkatan Pemahaman Siswa ... 119

Tabel 5.10 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 121

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ………. 12

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru ... 128

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 129

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 130

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131

Lampiran5 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 138 Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan

Role Playing ... 141 Lampiran 7 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role

Playing ... 144 Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan

Metode Role Playing ... 145 Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan

Metode Role Playing ... 146 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru Mitra ... 147

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 148 Lampiran 12 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 149 Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role

Playing ... 151

Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Terkait dengan Metode Pembelajaran ... 153

Lampiran 15 Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 154

Lampiran 16 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan

Metode Role Playing ... 155 Lampiran 17 Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 156

Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan Siswa Terkait Keadaan Kelas ... 158

(23)

xxi

Lampiran 20 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Pemahaman Siswa ... 160

Lampiran 21 Hasil Pre Test ... 161 Lampiran 22 Pembagian Kelompok ... 167

Lampiran 23 Bukti-Bukti Transaksi ... 169

Lampiran 24 Buku Akuntansi ... 175

Lampiran 25 Papan Nama ... 183

Lampiran 26 Uang-Uangan ... 187

Lampiran 27 Instruksi Tiap bagian ... 188

Lampiran 28 Materi Pelajaran... 193 Lampiran 29 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan

Role Playing ... 196 Lampiran 30 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan

Metode Role Playing ... 199

Lampiran 31 Hasil Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan

merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan antar manusia.

Pendidikan mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan manusia yaitu

bermanfaat bagi kepentingan hidupnya dan kepentingan masyarakat. Fungsi dan

peran tersebut terlihat dalam upaya pelatihan dan pembentukkan manusia muda

agar menjadi manusia yang berbudaya dan mampu mengambil bagian dalam

kehidupan sosial budaya di tengah masyarakat.

Proses pendidikan tersebut tidak lepas dari suatu kegiatan belajar

mengajar. Suatu proses belajar mengajar merupakan serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman 2001:4). Jadi kegiatan belajar

mengajar ini merupakan suatu unsur yang penting dalam upaya mengembangkan

pendidikan.

Proses kegiatan belajar mengajar sebagian hasil belajar ditentukan oleh

peranan guru. Guru mempunyai peranan yang amat penting dalam keberhasilan

proses belajar mengajar. Guru yang kompeten akan berusaha untuk menciptakan

(25)

Seringkali guru kurang mampu menerapkan suatu metode yang pas dan

cocok dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga sering kurang kreatif untuk

membangkitkan motivasi para siswanya dalam pembelajaran di kelas.

Kebanyakan para guru masih menerapkan metode yang kurang menarik

dalam pembelajaran di kelas seperti misalnya ceramah. Dengan kata lain masih

banyak guru yang cenderung menggunakan metode yang konvensional atau

belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses belajar

cenderung satu arah di mana guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa

mendengarkan apa yang disampaikan guru. Akibatnya banyak siswa cenderung

tidak tertarik dan bosan saat mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi pasif karena

tidak diberi berkesempatan berpartisipasi.

Situasi semacam ini juga saya amati terjadi dalam kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran akuntansi di XII sosial 3 SMA Kolese De Britto. Di

mana kelas tersebut sebagian siswanya belum memahami dengan baik materi

siklus akuntansi perusaan jasa. Metode ceramah yang sering dilakukan Guru

Akuntansi Bapak Y. Iwan Prasetyo S.Pd belum mampu membawa pemahaman

materi siklus akuntansi perusahaan jasa dengan baik. Siswa terlihat tampak

bosan, dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini tentu

berdampak terhadap hasil pembelajaran tidak optimal dan proses belajar mengajar

tidak kondusif lagi.

Guru harus mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang baru.

(26)

dan yang lebih mampu meningkatkan pemahaman siswa. Ada berbagai macam

pilihan metode atapun model pembelajaran. Salah satunya adalah adalah metode

role playing. Role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa memainkan secara langsung apa yang menjadi permasalahan

dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa akan memainkan perannya

sendiri-sendiri dan mereka diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan

berdasarkan kemampuan mereka. Selain itu siswa diharapkan lebih mampu

mengalami proses belajar yang nyata atas berbagai peran yang dilakukannya. Role playing akan mendorong siswa untuk mengapresiasikan perasaannya dan juga melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan. Dalam pembelajaran akuntansi, metode

role playing dimaksudkan untuk membantu siswa mengalami praktik langsung setelah mendapatkan berbagai teori sebelumnya.

Siklus Akuntansi perusahaan jasa terdiri dari 3 tahapan yaitu kegiatan

pencatatan, pegikhtisarkan, dan tahap pelaporan. Di mana pada setiap bagian itu

siswa harus memiliki kompetensi yang harus dikuasai sehingga dapat memenuhi

standar kompetensi. Praktik akuntansi dalam dunia usaha mewujudkan bahwa

pencatatan sebuah transaksi berdasarkan bukti transaksi bukan informasi

transaksi yang umumnya terjadi selama ini. Maka dari itu, perlulah sebuah

kegiatan pembelajaran yang mengarahkan dan mengajak siswa untuk mengalami

praktik secara nyata layaknya dalam dunia usaha. Dalam metode role playing ini

diharapkan dapat membawa siswa mengalami praktik secara langsung

(27)

Melalui penggunaan metode role playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi, bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan

pencatatan transaksi ke dalam jurnal. Praktik nyata di dunia usaha ini dapat siswa

perankan di kelas. Guru dapat membuat rangkaian pembelajaran yang mengajak

siswa untuk memerankan secara langsung peran-peran yang terkait dengan

praktik nyata misalnya sebagai akuntan, atau bagian keuangan perusahaan. Setiap

peran yang diperankan oleh siswa memiliki tugas atau wewenang masing-masing

misalnya, sebagai akuntan siswa bertugas untuk mencatat bukti transaksi ke

dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan, sebagai bagian

keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan

membuat bukti transaksi. Ketika memainkan peran tersebut, siswa langsung

berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan praktik nyata. Siswa dihadapkan

langsung dengan bukti transaksi, membuat bukti transaksi, mencatat bukti

transkasi ke dalam jurnal, membuat buku besar dan laporan keuangan. Dengan

mengetahui hal-hal tersebut diharapkan siswa lebih memahami siklus akuntansi

perusahaan jasa, dan memiliki gambaran konkrit tentang praktik akuntansi di

dunia usaha secara nyata. Diharapkan dengan peran yang dialami masing-masing

siswa pada masing-masing bagian, siswa dapat terbantu untuk semakin

memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan dan di

kelas tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan

(28)

Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa .”

Studi Kasus Siswa Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya bagaimana penerapan

metode role playing dalam pembelajaran akuntansi ini memfokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai siklus akuntansi perusahaan jasa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode role playing

pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa untuk meningkatkan pemahaman

siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui peningkatan pemahaman siklus akuntansi perusahaan jasa

siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto dengan penerapan metode role playing.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik

Dengan penelitian ini diharapkan peserta didik dapat meningkatkan

(29)

dapat memberikan pengalaman kepada siswa bagaimana praktik akuntansi

sesungguhnya di dalam dunia usaha.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi guru

dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang cocok dan sesuai

dengan materi. Selain itu, penelitian ini juga membantu guru dalam

mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi

peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi

mahasiswa FKIP untuk mengetahui penelitian tindakan kelas dan

(30)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut

Classroom Action Research . PTK dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16) .

Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006:2) menjelaskan PTK dengan

memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : penelitian +

Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut :

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

Berdasarkan pemahaman terhadap tiga kata kunci tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya

untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan

(31)

Menurut Tatang Sunendar dalam http: //akh-mad

su-dra-jat.Word-press.com/2008/03/21/pe-neliti-an-tin-dak-an-ke-las-part-ii/

sebagaimana dikutip dari Harjodipuro, menjelaskan bahwa PTK adalah

suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,

dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya

sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk

mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna

sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis

terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan

perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani

bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional

bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan

tugasnya secara profesional

Menurut Wijaya (2009:9), pengertian PTK adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,

melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam PTK, guru dapat melakukan

penelitian sendiri terhadap proses pembelajaran di kelas atau juga secara

kolaboratif bersama bekerja sama dengan guru dan peneliti lain.

Dari berbagai pengertian-pengertian di atas dapat ditarik

(32)

kegiatan penelitian dalam kelas yang dapat meningkatkan kualitas

pendidikan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.

2. Karakteristik PTK

Karakteristik adalah ciri utama yang membedakan penelitian

tindakan kelas dengan berbagai jenis penelitiannya (Susilo, 2007: 17),

yaitu:

a. Ditinjau dari segi permasalahan , karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.

b. Penelitian tindakan kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap persoalan yang terjadi ketika praktik dan proses pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui suatu tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis. c. Karakteristik yang unik dari penelitian tindakan kelas, yaitu adanya

rencana tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk meperbaiki praktik dan proses pembelajaran di kelas. Jika penelitian yang dilakukan hanya sekedar ingin tahu tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan atau permasalahan maka penelitian itu tidak bisa disebut sebagai penelitian tindakan kelas.

d. Karakteristik PTK berikutnya yaitu adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat ( para guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk mengobservasi dan merumuskan persoalan yang perlu diatasi.

3. Prinsip Dasar PTK

PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru

di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17):

a.Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

(33)

c.Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.

d.Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e.Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata

krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f.Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

4. Tujuan PTK

PTK mempunyai beberapa tujuan yang harus diperhatikan oleh guru

di sekolah. Tujuan dari penelitian tindakan kelas antara lain (Susilo, 2007:17):

a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta

didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses

pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

Masnur Muslich (2009:10) menjelaskan tujuan penelitian tindakan

kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

serta membantu memberdayakan guru dan memecahkan masalah

pembelajaran di sekolah.

(34)

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilakasanakannya penelitian

tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan

pembelajaran (Susilo, 2007: 17) antara lain:

a. Inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.

d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru

e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas

6. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui

prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Susilo, 2007: 17)

a. Perencanaan(planning)

Kegiatan perencanaan mencakup : identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan

b. Tindakan ( acting)

Setelah ditetapkan bentuk tindakan ( aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelaran yang sudah dibuat oleh guru.

c. Observasi ( observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang pengembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari tindakan ( aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. d. Refleksi ( reflecting)

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.

Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian

tindakan kelas: (Arikunto, 2008:17-20)

(35)

7. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2008:23-24), ada beberapa syarat yang harus

diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:

a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.

c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya. d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak

dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

(36)

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing 1. Pengertian role playing

Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role

dan playing yang berasal dari bahasa Inggris. Adapun arti dari role adalah peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam (2008:98), model pembelajaran

role playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran bermain

peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok,masing-masing

kelompok memperagakan/ menampilkan skenario yang telah dibuat guru.

Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas

skenario dari guru.

Metode role playing atau metode bermain peran/ sosiodrama

adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan

kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu

seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Jusuf

Djajadisastra,1982:34). Dengan metode role playing siswa menggambarkan atau mengekpresikan suatu penghayatan dalam keadaan

seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu. Sementara

(37)

menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau

mempertontonkan kepada pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Bahan-bahan yang disajikan dengan metode role playing ini adalah hubungan-hubungan sosial (isi hubungan sosial, konflik-konflik sosial,

cara-cara orang mengambil keputusan, peranan orang tua dan sebagainya.

Sedangkan, Yahya (2009) dalam http://apa de-finisi-nya.

Blog-spot.com/2008/05/ kumpulan metode pembelajaran pen-dampin-ga. html.,

menjelaskan bahwa role playing pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam

suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian

dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian.

Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada

umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa

yang diperankan.

Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan peran secara langsung sesuai dengan materi

pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat terbantu memahami

(38)

Menurut Dindayu sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2004:141)

dalam (http:// dindayu. wordpress. com/2010/06/17/

model-bermain-peran-role-playing/) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran

role playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat

asumsi tersebut sebagai berikut:

a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

(39)

gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.

2. Fase-Fase dalam Role Playing

Menurut Zaini (2008:104-116) role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau

evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:

1)Mengenal peserta didik

Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2)Menentukan tujuan pembelajaran.

(40)

jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

3)Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran

Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.

4)Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.

5)Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6)Merencanakan waktu

Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.

7)Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.

c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi

Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing

(41)

didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.

2) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.

3. Kelebihan dan kelemahan role playing

Menurut Djajadisastra (1988:41-43) ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing

a. Kelebihan metode role playing

1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.

2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.

3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.

4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.

5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran. b. Kelemahan role playing

1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam roleplaying

belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata. 2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau

keputusan.

3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada.

5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran. 6) Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.

(42)

Pemahaman berasal dari kata 'paham' yang mendapat imbuhan pe-an.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwodarminto,1984:694), paham

memiliki arti pengertian, pendapat pikiran, dan mengerti benar. Sejalan

dengan pandangan Purwodarminto (1984:694), Kamus Besar Bahasa Pusat

Bahasa (2008:998) mengartikan paham sebagai pengertian, pendapat pikiran.

Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau

memahamkan.

Suatu pembelajaran dasar yang hampir dilupakan oleh setiap orang

adalah pemahaman. Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang

terdapat didalam diri manusia yaitu pola akal dan pola rasa, jika disetiap/suatu

pembelajaran dimulai dan didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu

maka akan lebih berharga dan bermaknalah suatu pembelajaran tersebut .

Cara belajar yang berdasarkan suatu pemahaman dapat dikategorikan

atau dikatakan sebagai cara belajar yang tidak mengingat akan tetapi

mengingat tapi dengan suatu aplikasi, seperti contoh : di dalam tubuh manusia

terdapat berbagai macam unsur ataupun elemen yang bersifat komprehensif, kompleks dan mutlak sebagai suatukesatuan dan tak dapat dipisah–pisahkan, akan tetapi si orang itu tadi terkadang juga lupa akan apa yang ia miliki di

dalam dirinya sendiri sedangkan suatu ketika terjadi sesuatu permasalahan

baik itu yang berasal /disebabkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar

pada si orang itu sendiri maka perlu segera dicari jalan keluarnya baik itu

(43)

Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang

diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dinilai

melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan

keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu (Purwanto

2009:3). Dari evaluasi pembelajaran, diperoleh data-data mengenai

pencapaian skor yang diperoleh siswa. Skor siswa tersebut akan diolah guru

menjadi nilai. Nilai dari hasil belajar ini menunjukan sejauh mana peserta

didik memahami suatu materi pelajaran yang selama ini dipelajari. Siswa yang

memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria tertentu dapat dinyatakan

bahwa siswa tersebut telah memahami suatu materi ajar. Jika ada siswa yang

mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan

belum paham.

Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian

yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi mata pelajaran, yaitu:

1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal

2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

(44)

Akuntansi dapat diartikan (Suwardjono,2002:7) sebagai seperangkat

pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa

informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian

(pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk

dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.

Sejalan dengan pendapat Suwardjono (2002:7), American Accounting

Association (1996:1) dalam Anis Chariri (2003:31) berpendapat bahwa

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan

informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan

pertimbangan yang benar. Jadi dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akuntansi

adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian

atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan

keputusan.

E. Kerangka berpikir

Pada umumnya pembelajaran akuntansi di sekolah menengah identik

dengan kegiatan ceramah dan hanya membahas seputar teori saja. Hal ini

sangat disayangkan mengingat akuntansi akan jauh lebih baik apabila kegiatan

praktik secara langsung juga diperhatikan. Guru-guru selama ini hanya

terpatok kepada materi ajar/modul dan belum berani melakukan berbagai

pengembangan materi ajar seperti mencoba menerapkan kegiatan praktik

kepada siswa-siswa. Para siswa cenderung untuk menghafal materi pelajaran

(45)

mengerjakan soal ulangan jika soal berbeda dengan yang diajarkan. Hal ini

menjadi pertanda bahwa siswa juga kurang memahami akuntansi dengan baik.

Berdasarkan tingkat pemahaman pada siswa terhadap

pembelajaran akuntansi perusahaan jasa yang kurang optimal, maka

diterapkan metode Role playing dalam pembelajaran . Harapannya adalah dapat memperbaiki tingkat pemahaman siswa terhadap materi ini.

Menurut Hisyam (2008:98), role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34),

metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di

mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan

kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam

kehidupan masyarakat (sosial).

Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa materi yang

diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti transaksi,

pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo,

dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan jasa

diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi

keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan

disusun laporan keuangan.

Kegiatan siklus akuntansi tersebut melibatkan beberapa pihak yang

(46)

akuntansi perusahaan jasa tersebut dapat diperankan siswa. Peran-peran

siswa yang dimaksud adalah sebagai akuntan, bagian keuangan, bagian

kurir atau penjualan transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang

berperan sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi

yang terjadi di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan

pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan

bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan

membuat bukti transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai

akuntan bertugas untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal sampai dengan

pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai pihak yang ada

di luar perusahaan pertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas

transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan oleh siswa pada

saat pembelajaran dengan menggunakan role playing diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran

sehingga role playing dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.

Pada saat peserta didik dilibatkan dalam berbagi peran, maka

peserta didik lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari.

Kemampuan peserta didik untuk mengingat suatu materi yang mereka

pelajari melalui praktik secara langsung akan lebih lama dan menetap

dibandingkan dengan mendengarkan ceramah atau membaca materi secara

(47)

diharapkan mampu membantu peserta didik untuk lebih memahami materi

siklus akuntansi perusahaan jasa.

Dengan demikian dapat diperoleh rumusan hipotesis penelitian

yaitu:

Ha = Terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah diterapkan

(48)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran

berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas.

Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru sebagai

pelaku tindakan dan peneliti sebagai mitra kerja. Dengan PTK ini

diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat diatasi dan

terjadi perbaikan kualitas pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto Jl. Laksda Adisucipto

No. 161.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Sosial 3

SMA Kolese De Britto.

(49)

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman

siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan

metode role playing.

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Penelitian diawali dengan sebuah observasi awal. Observasi awal

bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di dalam kelas.

Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi

awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,

observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan

observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga

mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Wawancara kepada

guru dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah pembelajaran

yang terjadi di kelas. Sedangkan wawancara pada siswa dilakukan

untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang sedang

dipelajari. Ada beberapa instrumen yang harus dipersiapkan peneliti

dalam observasi awal yaitu;

a. Observasi terhadap perilaku guru

Peneliti mendeskripsikan tentang bagaimana perilaku guru selama

proses pembelajaran berlangung. Cakupan pengamatan meliputi

kegiatan guru pada kegiatan pembuka, kegitan inti dan kegiatan

penutup. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku guru

(50)

b. Observasi terhadap kelas

Peneliti mendeskripsikan bagaimana keadaan kelas selama proses

belajar mengajar berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi

deskripsi lingkungan fisik kelas, tata letak kelas, dan manajemen

kelas. Bentuk instrumen observasi terhadap kelas adalah instrumen

observasi aktivitas siswa di kelas.

c. Observasi perilaku siswa

Peneliti mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi

kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan perhatian siswa dalam

pembelajaran. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku siswa

adalah catatan anekdoktal

2. Pelaksanaan penelitian

Siklus pertama

Pada siklus pertama, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan

yaitu:

1) Menyusun rencana tindakan (planing).

a) Peneliti bersama guru mengumpulkan data tentang

karakteristik tiap siswa. Setelah diketahui kemampuan tiap

siswa maka siswa di dalam kelas tersebut akan dibagi

menjadi beberapa kelompok yang heterogen, dan setiap

kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Selain membagi

(51)

pembelajaran, alur pelaksanaan, alat-alat yang dibutuhkan,

dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Peneliti bersama guru menyusun instrumen pengumpulan

data yang meliputi:

(1) Lembar observasi perilaku guru

Lembar observasi perilaku guru digunakan untuk

mengetahui perilaku guru selama siklus pertama

pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.

(2) Lembar observasi perilaku siswa

Lembar observasi perilaku siswa digunakan untuk

mengetahui perilaku siswa di kelas selama siklus

pertama pembelajaran dengan menerapkan metode

role playing berlangsung. (3) Lembar observasi kelas.

Lembar observasi kelas digunakan untuk mencatat

keadaan kelas selama siklus pertama pembelajaran

dengan menerapkan metode roleplaying berlangsung. (4) Instrumen refleksi.

Setelah siklus pertama proses pembelajaran selesai,

maka guru dan siswa melakukan refleksi tentang

(52)

memaknai, dan membuat kesimpulan dari

pembelajaran. Refleksi dapat digunakan untuk

perbaikan pada siklus kedua.

2) Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi mengenai apa yang telah

direncanakan dalam tahap I. Dalam tahap ini hendaknya guru

melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang

telah direncanakan. Pada tahap ini diterapkan penggunaan

metode role playing dengan rencana kegiatan sebagai berikut: a) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode role

playing yang akan diterapkan pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

b) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertugas sebagai

akuntan, bagian keuangan, dan bagian transaksi.

c) Guru menjelaskan tugas dari masing-masing peran dalam

role playing. Adapun peran-peran yang akan diperankan siswa adalah akuntan, bagian keuangan, dan bagian

penjualan atau pembelian. Akuntan bertugas untuk mencatat

transaksi yang terjadi sampai dengan pembuatan laporan

keuangan. Bagian keuangan bertugas untuk mengatur keluar

masuknya uang dan membuat bukti transaksi yang

(53)

untuk melakukan transaksi. Pihak di luar perusahaan

bertugas untuk menyediakan bukti-bukti transaksi yang

diperlukan terkait dengan transaksi yang dilakukan

perusahaan. Peran pihak luar perusahaan ini akan

diperankan oleh mahasiswa selaku fasilitator tiap kelompok.

d) Guru bersama dengan peneliti memberikan simulasi

mengenai prosedur role playing.

e) Guru melakukan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi perusahaan jasa.

f) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas

pembelajaran dengan menggunakan metode role playing

yang baru saja berlangsung.

3) Pengamatan (observing)

Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tahap

tindakan. Saat guru menerapkan metode role playing dalam pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan atas apa yang

terjadi dan menuangkannya dalam bentuk catatan anekdoktal.

Hal-hal yang diamati adalah bagaimana aktivitas guru,

bagaimana aktivitas siswa dan bagaimana keadaan kelas

selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan

secara langsung dilakukan dengan melakukan observasi

(54)

Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan

mendokumentasikan dalam video recorder

4) Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan suatu tindakan memaknai, menganalisis,

dan menyimpulkan kegitan yang telah berlangsung. Pada tahap

refleksi guru dan siswa menganalisis, memaknai, dan

menyimpulkan pembelajaran yang baru saja berlangsung.

Refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.

E. Instrumen Penelitian

1. Observasi pendahuluan

Instrumen yang diperlukan dalam observasi pendahuluan adalah

a. Instrumen observasi terhadap perilaku guru ( lampiran 1, halaman

127)

b. Instrumen observasi terhadap kelas ( lampiran 2, halaman 128 )

c. Instrumen observasi terhadap perilaku siswa ( lampiran 3 , halaman

129 )

2. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Cakupan isi RPP adalah standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran,

(55)

akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran. (lampiran 4 , halaman 130 )

b. Tahap observasi

Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:

1)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas sebelum role playing (lampiran 5, halaman 137)

2)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat role playing

(lampiran 6 , halaman 140 )

3)Instrumen observasi keadaan kelas saat role playing ( lampiran 7 , halaman 143 )

4)Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas sebelum role playing ( lampiran 8, halaman 144 )

5)Intrumen observasi aktvitas siswa di kelas saat role playing

(lampiran 9 , halaman 145 )

c. Tahap Refleksi

Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran

dengan menerapkan metode role playing. Pada tahap refleksi ini guru dan siswa memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan

pembelajaran dengan penerapkan metode role playing. 1) Refleksi dari guru (lampiran 10 , halaman 146 )

2) Refleksi dari siswa (lampiran 11 , halaman 147 )

(56)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi,

wawancara, dan observasi.

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui

sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang

diteliti. Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh

data dan informasi dalam penelitian ini.. Dokumentasi dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data

siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.

2. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat

siswa dan pendapat guru tentang penerapan metode role playing.Selain itu, melalui wawancara peneliti ingin mengetahui pendapat siswa

mengenai pemahamannya terhadap materi siklus akuntansi perusahan

jasa dengan menerapkan metode role playing. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman

siswa dengan penerapan metode role playing. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal.

3. Metode Observasi

Menurut Margono dalam Zuriah (2005:173) observasi sebagai

pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai objek yang

diamati. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai mitra guru

(57)

mengajar. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses

belajar mengajar sedang berlangsung.

G. Teknis Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif , komparatif, dan pengujian

prasyarat analisis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan

tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi perusahaan jasa.

1. Analisis deskriptif

Seluruh data yang didapat dari observasi, wawancara maupun data

dokumen dianalisis secara deskriptif, artinya data dipaparkan menurut

pemikiran peneliti berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas.

Hasil dari pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam

sebuah tabel.

2. Analisis komparatif

Analisis komparatif adalah analisis data yang membandingkan antara

beberapa data dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis

komparatif dimaksudkan untuk membandingkan skor nilai siswa pada

saat pre-test, dengan post–test. Siswa. Tujuan yang ingin dicapai dari analisis komparasi adalah untuk melihat apakah ada peningkatan

pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa

dengan penerapkan metode role playing. Hasil dari analisis komparataif nantinya akan dianalisis untuk mengetahui sebab-sebab

(58)

Table 3.1

Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing

No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan pemahaman 1

2 3

3. Pengujian prasyarat analisis

Sebelum dilakukan uji mean, digunakan uji normalitas data. Uji

normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil

pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka

analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui

hal tersebut maka akan digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov

(Algifari, 2003:152) :

D = Maks │Fe – Fo│

Keterangan :

D = Deviasi absolut yang tertinggi

Fe = Frekuensi harapan

Fo = Frekuensi observasi

a. Pengujian hipotesis penelitian

1) Rumusan hipotesis penelitian

Ho = tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan

(59)

Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan

setelah diterapkan model pembelajaran role playing

2) Pengujian hipotesis penelitian

Untuk menguji hipotesis, digunakan uji beda t-paired test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum

dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing.

Rumus untuk menguji hal tersebut (Sugiyono, 2008 : 122) :

Keterangan :

= Rata-rata sampel 1

= Rata-rata sampel 2

s1 = Simpangan baku sampel 1

s2 = Simpangan baku sampel 2

= Varians sampel 1

= Varians sampel 2

r = Korelasi antara dua sampel

Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan yaitu apabila thitung <

ttabel maka Ho diterima, sebaliknya jika thitung > ttabel maka Ho

(60)

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah Singkat SMA Kolese De Britto

SMA Kolese De Britto lebih dikenal dengan nama De Britto atau “JB”

(kependekan dari Johanes De Britto). Sekolah ini memiliki catatan sejarah berdiri

yang cukup panjang. Berawal dari dicabutnya peraturan yang melarang pihak

swasta mendirikan sekolah oleh pemerintah pendudukan Jepang, para Bruder

CCI bersama suster-suster Carolus Borromeus dan Fransiskanes mendirikan

sebuah sekolah menengah Katolik, setingkat SMP. Terdesak kebutuhan

mendirikan sekolah menengah atas yang bersendikan asas-asas Katolik untuk

menampung lulusan SMP yang telah terlebih dahulu didirikan, maka atas

persetujuan bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin Romo Djojoseputro

dengan para romo Jesuit dan para suster Carolus Borromeus didirikan sebuah

sekolah menengah atas Kanisius. Sekolah menengah atas tersebut akhirnya

dibuka secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948 dengan jumlah murid

angkatan pertama sebanyak 65 orang yang terdiri dari putra dan putri. Tetapi,

sekolah baru ini belum memiliki gedung sekolah sendiri sehingga untuk

(61)

Bruderan Kidul Loji. Tidak lama setelah diresmikan, jabatan sementara

pemimpin sekolah yang dipegang Romo B. Sumarno, S.J diserahkan kepada

Romo R. Van Thiel, S.J. Sekolah yang baru berlangsung lima bulan ini akhirnya

ditutup karena situasi sosial politik yang ada, clash kedua tentara Belanda tanggal 18 Desember 1948.

Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan

sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah dibuka kembali dan memulai

seluruh kegiatan akademik pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru

dapat dibuka kembali dan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan akademik

pada bulan Oktober 1949. Hal ini mengingat banyak pemuda yang baru kembali

dari medan perang, yang berjuang bagi ibu pertiwi. Sekolah ini akhirnya

dipisahkan menjadi dua bagian, sekolah putra dan sekolah putri. Sekolah putra

menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 dan diasuh oleh para romo Jesuit,

dan memakai nama Santo Johanes De Britto sebagai nama sekolah. Sekolah putri

berada di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di

Jalan Sumbing (sekarang Jalan Sabirin). Sekolah putri memakai nama SMA Stella

Duce yang berarti Bintang Penuntun.

Pada tanggal 9 Juni 1953, oleh Pembesar Serikat Jesus di Roma nama

SMA Santo Johanes De Britto diubah menjadi SMA Kolese De Britto. Sekolah ini

terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, hal ini tampak dari

bertambahnya jumlah murid yang berdampak bertambahnya jumlah ruang kelas,

pembenahan dan perbaikan bagian administrasi sekolah, termasuk rencana

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah SMA Kolese De Britto Yogyakarta……  50
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Table 3.1 Role Playing
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran model siklus belajar dapat mengoptimalkan

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian untuk pengajuan skripsi dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

Berdasarkan hasil evaluasi siklus I dapat dikemukakan bahwa penerapan konseling analisis transaksional dengan teknik role playing dapat membantu meminimalisasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas XI IS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada mata pelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa,

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran role playing berbantuan video dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif,

Latar belakang masalah mengapa peneliti ingin meneliti mengenai penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran aqidah akhlak ialah karena metode dan

18 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan akuntansi keperilakuan

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem akuntansi pembelian bahan baku