viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL
Penelitian dilaksanakandi Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto
Felix Wintala Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 melalui penerapan metode
role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII sosial 3, SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang
telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE 12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR
HIGH SCHOOL
This research was conducted in the 12th Grade of the 3rd Students of Social Department of De Britto College Senior High School
Felix Wintala Sanata Dharma University
2011
This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 3rd students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High School Yogyakarta.
The data were collected through observational, interviews, and documentation methods. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis.
i
PENERAPAN METODE
ROLE PLAYING
SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL
Penelitian dilaksanakan di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
OLEH: Felix Wintala NIM 071334056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Persembahan
Karya yang sederhana dan jauh dari sempurna
ini kupersembahkan bagi :
Tyas Dalem Sri Yesus, ingkang dados daya
panggesangan kawula
Bapak, ibu, dan adikku yang selalu mencintai
dan memberikan perhatian yang besar kepadaku
Almamaterku tercinta,
Program Studi Pendidikan Akuntansi
v
MOTTO
Non Scholae Sed Vitae Discimus
Apakah saya Gagal atau sukses
Bukanlah hasil Perbuatan orang lain.
Sayalah yang menjadi pendorong
Diri sendiri.
-Elaine Maxwell-
viii
ABSTRAK
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL
Penelitian dilaksanakandi Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto
Felix Wintala Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 melalui penerapan metode
role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII sosial 3, SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE 12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR
HIGH SCHOOL
This research was conducted in the 12th Grade of the 3rd Students of Social Department of De Britto College Senior High School
Felix Wintala Sanata Dharma University
2011
This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 3rd students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High School Yogyakarta.
The data were collected through observational, interviews, and documentation methods. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan selain bersyukur dan berterima
kasih kepada Allah Bapa di Surga yang berkenan menyertai dan membantu penulis
dalam proses penyusunan Skripsi ini, sehinggga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Penerapan metode role playing sebagai upaya
meningkatkan peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa.
Semua itu tidak lepas dari usaha keras penulis, bimbingan dari Tuhan dan bantuan
dari berbagai pihak.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,
semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta
xi
5. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan kritik yang telah
diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Yohanes Iwan Prasetyo, S.Pd selaku guru mata pelajaran Akuntansi SMA
Kolese De Britto yang berkenan menjadi mitra penulis dalam membantu
melakukan penelitian tindakan kelas ini di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De
Britto Yogyakarta
7. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd M.S yang telah memberikan bimbingan dalam
abstract skripsi saya.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para
staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan
pelayanan selama penulis belajar di USD.
9. Seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto khusunya kelas XII Sosial 3 yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
Terima kasih banyak atas ijin dan bantuannya.
10.Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga proses
penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
11.Kedua orang tuaku, Bapak Tarcisius Subaryanto dan Ibu Christina Sumartini
xii
12.baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa
selalu menyertai Bapak dan Ibu tercinta.
13.Adikku Natalia Istiyaning Tyas terima kasih atas dukungan, doanya, belajar yang
rajin di SMA , raih cita-citamu,dan Tuhan Yesus Memberkati.
14.Mbak Valentina Sumarni yang selalu memberikan semangat dan doa dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
15.Simbah Handono dan Simbah Geno Harjo yang selalu mendoakan kesuksesan
dalam studi selama ini.
16.Keluarga besar Komunitas Sant Egidio Yogyakarta yang telah memberikan
banyak dukungan dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih kalian telah menjadi bagian dari keluargaku.
17.Teman-teman seperjuanganku Veny, Danu, Nico, Lian, Rima, Kiki, Ruli, terima
kasih atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua.
Semangat buat teman-teman untuk segera menyelesaikan skripsi.
18.Klara Ade Krisnawati, sahabat dalam hidup, terima kasih atas bantuan,doa, dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini, Berkat Allah selalu menyertaimu.
Semoga lekas menyusul juga.
19.Seluruh teman-temanku Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2007
terima kasih atas semangat dan dorongan kalian serta segala informasi, waktu,
kebersamaan kalian, perhatian teman-teman yang sangat berarti sehingga penulis
20.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
xv
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas... 7
B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing……… .. 13
C. Pengertian Pemahaman ... 18
D. Mata Pelajaran Akuntansi ... 21
E. Kerangka Berpikir ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 25
D. Prosedur Penelitian... 26
xvi
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
G. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 37
B. VISI, MISI dan Tujuan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 41
C. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 44
D. Kurikulum SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 48
E. Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 50
F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur ... 51
G. Sumber Daya Manusia SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 55
H. Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 66
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Kolese De Britto ... 67
J. Proses Belajar Mengajar SMA Kolese De Britto ... 74
K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto dengan Instansi Lain ... 78
L. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 79
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 82
xvii
2. Deskripsi awal pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi
Perusahaan Jasa ... 93
3. Siklus pertama ... 95
4. Pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 117
B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 119
1. Deskripsi data ... 121
2. Pengujian komparatif ... 121
a. Pengujian Prasarat analisis ... 121
b Pengujian hipotesis penelitian ... 121
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124
B. Keterbatasan ... 124
C. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komparasi Perbandingan Siswa sebelum dan sesudah role playing ... 35
Tabel 4.1 Tenaga Edukatif ... 62
Tabel 4.2 Pendamping Ektrakurikuler ... 65
Tabel 4.3 Karyawan dan Bidang Tugasnya ... 65
Tabel 4.4 Karyawan Yayasan De Britto dan Tugasnya ... 66
Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 67
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 84
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa sebelum Penerapan Role Playing ... 88
Tabel 5.3 Hasil Pre Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 94
Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Metode Role Playing ... 104
Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 108
Tabel 5.6 Hasil Rangkuman Refleksi Siswa ... 112
Tabel 5.7 Hasil Refleksi Guru ... 115
Tabel 5.8 Hasil Post Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 117
Tabel 5.9 Hasil Komparasi Peningkatan Pemahaman Siswa ... 119
Tabel 5.10 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 121
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ………. 12
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru ... 128
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 129
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 130
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131
Lampiran5 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 138 Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan
Role Playing ... 141 Lampiran 7 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role
Playing ... 144 Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan
Metode Role Playing ... 145 Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan
Metode Role Playing ... 146 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru Mitra ... 147
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 148 Lampiran 12 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 149 Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role
Playing ... 151
Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Terkait dengan Metode Pembelajaran ... 153
Lampiran 15 Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 154
Lampiran 16 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan
Metode Role Playing ... 155 Lampiran 17 Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 156
Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan Siswa Terkait Keadaan Kelas ... 158
xxi
Lampiran 20 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Pemahaman Siswa ... 160
Lampiran 21 Hasil Pre Test ... 161 Lampiran 22 Pembagian Kelompok ... 167
Lampiran 23 Bukti-Bukti Transaksi ... 169
Lampiran 24 Buku Akuntansi ... 175
Lampiran 25 Papan Nama ... 183
Lampiran 26 Uang-Uangan ... 187
Lampiran 27 Instruksi Tiap bagian ... 188
Lampiran 28 Materi Pelajaran... 193 Lampiran 29 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan
Role Playing ... 196 Lampiran 30 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan
Metode Role Playing ... 199
Lampiran 31 Hasil Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan antar manusia.
Pendidikan mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan manusia yaitu
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya dan kepentingan masyarakat. Fungsi dan
peran tersebut terlihat dalam upaya pelatihan dan pembentukkan manusia muda
agar menjadi manusia yang berbudaya dan mampu mengambil bagian dalam
kehidupan sosial budaya di tengah masyarakat.
Proses pendidikan tersebut tidak lepas dari suatu kegiatan belajar
mengajar. Suatu proses belajar mengajar merupakan serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman 2001:4). Jadi kegiatan belajar
mengajar ini merupakan suatu unsur yang penting dalam upaya mengembangkan
pendidikan.
Proses kegiatan belajar mengajar sebagian hasil belajar ditentukan oleh
peranan guru. Guru mempunyai peranan yang amat penting dalam keberhasilan
proses belajar mengajar. Guru yang kompeten akan berusaha untuk menciptakan
Seringkali guru kurang mampu menerapkan suatu metode yang pas dan
cocok dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga sering kurang kreatif untuk
membangkitkan motivasi para siswanya dalam pembelajaran di kelas.
Kebanyakan para guru masih menerapkan metode yang kurang menarik
dalam pembelajaran di kelas seperti misalnya ceramah. Dengan kata lain masih
banyak guru yang cenderung menggunakan metode yang konvensional atau
belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses belajar
cenderung satu arah di mana guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Akibatnya banyak siswa cenderung
tidak tertarik dan bosan saat mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi pasif karena
tidak diberi berkesempatan berpartisipasi.
Situasi semacam ini juga saya amati terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar mata pelajaran akuntansi di XII sosial 3 SMA Kolese De Britto. Di
mana kelas tersebut sebagian siswanya belum memahami dengan baik materi
siklus akuntansi perusaan jasa. Metode ceramah yang sering dilakukan Guru
Akuntansi Bapak Y. Iwan Prasetyo S.Pd belum mampu membawa pemahaman
materi siklus akuntansi perusahaan jasa dengan baik. Siswa terlihat tampak
bosan, dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini tentu
berdampak terhadap hasil pembelajaran tidak optimal dan proses belajar mengajar
tidak kondusif lagi.
Guru harus mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu hal yang baru.
dan yang lebih mampu meningkatkan pemahaman siswa. Ada berbagai macam
pilihan metode atapun model pembelajaran. Salah satunya adalah adalah metode
role playing. Role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa memainkan secara langsung apa yang menjadi permasalahan
dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa akan memainkan perannya
sendiri-sendiri dan mereka diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan
berdasarkan kemampuan mereka. Selain itu siswa diharapkan lebih mampu
mengalami proses belajar yang nyata atas berbagai peran yang dilakukannya. Role playing akan mendorong siswa untuk mengapresiasikan perasaannya dan juga melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan. Dalam pembelajaran akuntansi, metode
role playing dimaksudkan untuk membantu siswa mengalami praktik langsung setelah mendapatkan berbagai teori sebelumnya.
Siklus Akuntansi perusahaan jasa terdiri dari 3 tahapan yaitu kegiatan
pencatatan, pegikhtisarkan, dan tahap pelaporan. Di mana pada setiap bagian itu
siswa harus memiliki kompetensi yang harus dikuasai sehingga dapat memenuhi
standar kompetensi. Praktik akuntansi dalam dunia usaha mewujudkan bahwa
pencatatan sebuah transaksi berdasarkan bukti transaksi bukan informasi
transaksi yang umumnya terjadi selama ini. Maka dari itu, perlulah sebuah
kegiatan pembelajaran yang mengarahkan dan mengajak siswa untuk mengalami
praktik secara nyata layaknya dalam dunia usaha. Dalam metode role playing ini
diharapkan dapat membawa siswa mengalami praktik secara langsung
Melalui penggunaan metode role playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi, bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan
pencatatan transaksi ke dalam jurnal. Praktik nyata di dunia usaha ini dapat siswa
perankan di kelas. Guru dapat membuat rangkaian pembelajaran yang mengajak
siswa untuk memerankan secara langsung peran-peran yang terkait dengan
praktik nyata misalnya sebagai akuntan, atau bagian keuangan perusahaan. Setiap
peran yang diperankan oleh siswa memiliki tugas atau wewenang masing-masing
misalnya, sebagai akuntan siswa bertugas untuk mencatat bukti transaksi ke
dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan, sebagai bagian
keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan
membuat bukti transaksi. Ketika memainkan peran tersebut, siswa langsung
berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan praktik nyata. Siswa dihadapkan
langsung dengan bukti transaksi, membuat bukti transaksi, mencatat bukti
transkasi ke dalam jurnal, membuat buku besar dan laporan keuangan. Dengan
mengetahui hal-hal tersebut diharapkan siswa lebih memahami siklus akuntansi
perusahaan jasa, dan memiliki gambaran konkrit tentang praktik akuntansi di
dunia usaha secara nyata. Diharapkan dengan peran yang dialami masing-masing
siswa pada masing-masing bagian, siswa dapat terbantu untuk semakin
memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan dan di
kelas tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan
Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa .”
Studi Kasus Siswa Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya bagaimana penerapan
metode role playing dalam pembelajaran akuntansi ini memfokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai siklus akuntansi perusahaan jasa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode role playing
pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa untuk meningkatkan pemahaman
siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan pemahaman siklus akuntansi perusahaan jasa
siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto dengan penerapan metode role playing.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
Dengan penelitian ini diharapkan peserta didik dapat meningkatkan
dapat memberikan pengalaman kepada siswa bagaimana praktik akuntansi
sesungguhnya di dalam dunia usaha.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi guru
dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang cocok dan sesuai
dengan materi. Selain itu, penelitian ini juga membantu guru dalam
mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi
peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa FKIP untuk mengetahui penelitian tindakan kelas dan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut
Classroom Action Research . PTK dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16) .
Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006:2) menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : penelitian +
Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut :
a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Berdasarkan pemahaman terhadap tiga kata kunci tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya
untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan
Menurut Tatang Sunendar dalam http: //akh-mad
su-dra-jat.Word-press.com/2008/03/21/pe-neliti-an-tin-dak-an-ke-las-part-ii/
sebagaimana dikutip dari Harjodipuro, menjelaskan bahwa PTK adalah
suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,
dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya
sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk
mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna
sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis
terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan
perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani
bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional
bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan
tugasnya secara profesional
Menurut Wijaya (2009:9), pengertian PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam PTK, guru dapat melakukan
penelitian sendiri terhadap proses pembelajaran di kelas atau juga secara
kolaboratif bersama bekerja sama dengan guru dan peneliti lain.
Dari berbagai pengertian-pengertian di atas dapat ditarik
kegiatan penelitian dalam kelas yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.
2. Karakteristik PTK
Karakteristik adalah ciri utama yang membedakan penelitian
tindakan kelas dengan berbagai jenis penelitiannya (Susilo, 2007: 17),
yaitu:
a. Ditinjau dari segi permasalahan , karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.
b. Penelitian tindakan kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap persoalan yang terjadi ketika praktik dan proses pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui suatu tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis. c. Karakteristik yang unik dari penelitian tindakan kelas, yaitu adanya
rencana tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk meperbaiki praktik dan proses pembelajaran di kelas. Jika penelitian yang dilakukan hanya sekedar ingin tahu tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan atau permasalahan maka penelitian itu tidak bisa disebut sebagai penelitian tindakan kelas.
d. Karakteristik PTK berikutnya yaitu adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat ( para guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk mengobservasi dan merumuskan persoalan yang perlu diatasi.
3. Prinsip Dasar PTK
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17):
a.Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
c.Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.
d.Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e.Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata
krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
f.Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
4. Tujuan PTK
PTK mempunyai beberapa tujuan yang harus diperhatikan oleh guru
di sekolah. Tujuan dari penelitian tindakan kelas antara lain (Susilo, 2007:17):
a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta
didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses
pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.
e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
Masnur Muslich (2009:10) menjelaskan tujuan penelitian tindakan
kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dan memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilakasanakannya penelitian
tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan
pembelajaran (Susilo, 2007: 17) antara lain:
a. Inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.
d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas
6. Tahapan Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui
prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Susilo, 2007: 17)
a. Perencanaan(planning)
Kegiatan perencanaan mencakup : identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan
b. Tindakan ( acting)
Setelah ditetapkan bentuk tindakan ( aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelaran yang sudah dibuat oleh guru.
c. Observasi ( observing)
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang pengembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari tindakan ( aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. d. Refleksi ( reflecting)
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.
Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian
tindakan kelas: (Arikunto, 2008:17-20)
7. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2008:23-24), ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:
a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.
c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya. d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak
dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing 1. Pengertian role playing
Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role
dan playing yang berasal dari bahasa Inggris. Adapun arti dari role adalah peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam (2008:98), model pembelajaran
role playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran bermain
peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok,masing-masing
kelompok memperagakan/ menampilkan skenario yang telah dibuat guru.
Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas
skenario dari guru.
Metode role playing atau metode bermain peran/ sosiodrama
adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan
kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu
seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (Jusuf
Djajadisastra,1982:34). Dengan metode role playing siswa menggambarkan atau mengekpresikan suatu penghayatan dalam keadaan
seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu. Sementara
menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau
mempertontonkan kepada pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Bahan-bahan yang disajikan dengan metode role playing ini adalah hubungan-hubungan sosial (isi hubungan sosial, konflik-konflik sosial,
cara-cara orang mengambil keputusan, peranan orang tua dan sebagainya.
Sedangkan, Yahya (2009) dalam http://apa de-finisi-nya.
Blog-spot.com/2008/05/ kumpulan metode pembelajaran pen-dampin-ga. html.,
menjelaskan bahwa role playing pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam
suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian.
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa
yang diperankan.
Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan peran secara langsung sesuai dengan materi
pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat terbantu memahami
Menurut Dindayu sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2004:141)
dalam (http:// dindayu. wordpress. com/2010/06/17/
model-bermain-peran-role-playing/) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran
role playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat
asumsi tersebut sebagai berikut:
a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
2. Fase-Fase dalam Role Playing
Menurut Zaini (2008:104-116) role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau
evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:
a. Perencanaan dan persiapan
Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:
1)Mengenal peserta didik
Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2)Menentukan tujuan pembelajaran.
jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.
3)Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.
4)Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.
5)Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.
6)Merencanakan waktu
Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.
7)Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:
1) Membangun aturan dasar.
2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.
c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi
Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing
didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.
2) Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.
3. Kelebihan dan kelemahan role playing
Menurut Djajadisastra (1988:41-43) ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing
a. Kelebihan metode role playing
1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.
2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.
3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.
4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.
5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran. b. Kelemahan role playing
1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam roleplaying
belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata. 2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau
keputusan.
3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada.
5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran. 6) Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.
Pemahaman berasal dari kata 'paham' yang mendapat imbuhan pe-an.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwodarminto,1984:694), paham
memiliki arti pengertian, pendapat pikiran, dan mengerti benar. Sejalan
dengan pandangan Purwodarminto (1984:694), Kamus Besar Bahasa Pusat
Bahasa (2008:998) mengartikan paham sebagai pengertian, pendapat pikiran.
Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau
memahamkan.
Suatu pembelajaran dasar yang hampir dilupakan oleh setiap orang
adalah pemahaman. Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang
terdapat didalam diri manusia yaitu pola akal dan pola rasa, jika disetiap/suatu
pembelajaran dimulai dan didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu
maka akan lebih berharga dan bermaknalah suatu pembelajaran tersebut .
Cara belajar yang berdasarkan suatu pemahaman dapat dikategorikan
atau dikatakan sebagai cara belajar yang tidak mengingat akan tetapi
mengingat tapi dengan suatu aplikasi, seperti contoh : di dalam tubuh manusia
terdapat berbagai macam unsur ataupun elemen yang bersifat komprehensif, kompleks dan mutlak sebagai suatukesatuan dan tak dapat dipisah–pisahkan, akan tetapi si orang itu tadi terkadang juga lupa akan apa yang ia miliki di
dalam dirinya sendiri sedangkan suatu ketika terjadi sesuatu permasalahan
baik itu yang berasal /disebabkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar
pada si orang itu sendiri maka perlu segera dicari jalan keluarnya baik itu
Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang
diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dinilai
melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan
keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu (Purwanto
2009:3). Dari evaluasi pembelajaran, diperoleh data-data mengenai
pencapaian skor yang diperoleh siswa. Skor siswa tersebut akan diolah guru
menjadi nilai. Nilai dari hasil belajar ini menunjukan sejauh mana peserta
didik memahami suatu materi pelajaran yang selama ini dipelajari. Siswa yang
memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria tertentu dapat dinyatakan
bahwa siswa tersebut telah memahami suatu materi ajar. Jika ada siswa yang
mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan
belum paham.
Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian
yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi mata pelajaran, yaitu:
1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal
2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.
3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.
4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.
Akuntansi dapat diartikan (Suwardjono,2002:7) sebagai seperangkat
pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa
informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian
(pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Sejalan dengan pendapat Suwardjono (2002:7), American Accounting
Association (1996:1) dalam Anis Chariri (2003:31) berpendapat bahwa
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan
informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan
pertimbangan yang benar. Jadi dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akuntansi
adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian
atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan.
E. Kerangka berpikir
Pada umumnya pembelajaran akuntansi di sekolah menengah identik
dengan kegiatan ceramah dan hanya membahas seputar teori saja. Hal ini
sangat disayangkan mengingat akuntansi akan jauh lebih baik apabila kegiatan
praktik secara langsung juga diperhatikan. Guru-guru selama ini hanya
terpatok kepada materi ajar/modul dan belum berani melakukan berbagai
pengembangan materi ajar seperti mencoba menerapkan kegiatan praktik
kepada siswa-siswa. Para siswa cenderung untuk menghafal materi pelajaran
mengerjakan soal ulangan jika soal berbeda dengan yang diajarkan. Hal ini
menjadi pertanda bahwa siswa juga kurang memahami akuntansi dengan baik.
Berdasarkan tingkat pemahaman pada siswa terhadap
pembelajaran akuntansi perusahaan jasa yang kurang optimal, maka
diterapkan metode Role playing dalam pembelajaran . Harapannya adalah dapat memperbaiki tingkat pemahaman siswa terhadap materi ini.
Menurut Hisyam (2008:98), role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34),
metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di
mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat (sosial).
Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa materi yang
diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti transaksi,
pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo,
dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan jasa
diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi
keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan
disusun laporan keuangan.
Kegiatan siklus akuntansi tersebut melibatkan beberapa pihak yang
akuntansi perusahaan jasa tersebut dapat diperankan siswa. Peran-peran
siswa yang dimaksud adalah sebagai akuntan, bagian keuangan, bagian
kurir atau penjualan transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang
berperan sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi
yang terjadi di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan
pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan
bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan
membuat bukti transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai
akuntan bertugas untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal sampai dengan
pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai pihak yang ada
di luar perusahaan pertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas
transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan oleh siswa pada
saat pembelajaran dengan menggunakan role playing diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran
sehingga role playing dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.
Pada saat peserta didik dilibatkan dalam berbagi peran, maka
peserta didik lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
Kemampuan peserta didik untuk mengingat suatu materi yang mereka
pelajari melalui praktik secara langsung akan lebih lama dan menetap
dibandingkan dengan mendengarkan ceramah atau membaca materi secara
diharapkan mampu membantu peserta didik untuk lebih memahami materi
siklus akuntansi perusahaan jasa.
Dengan demikian dapat diperoleh rumusan hipotesis penelitian
yaitu:
Ha = Terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah diterapkan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran
berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas.
Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru sebagai
pelaku tindakan dan peneliti sebagai mitra kerja. Dengan PTK ini
diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat diatasi dan
terjadi perbaikan kualitas pembelajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto Jl. Laksda Adisucipto
No. 161.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Sosial 3
SMA Kolese De Britto.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman
siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan
metode role playing.
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Penelitian diawali dengan sebuah observasi awal. Observasi awal
bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di dalam kelas.
Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi
awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,
observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan
observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga
mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Wawancara kepada
guru dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah pembelajaran
yang terjadi di kelas. Sedangkan wawancara pada siswa dilakukan
untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang sedang
dipelajari. Ada beberapa instrumen yang harus dipersiapkan peneliti
dalam observasi awal yaitu;
a. Observasi terhadap perilaku guru
Peneliti mendeskripsikan tentang bagaimana perilaku guru selama
proses pembelajaran berlangung. Cakupan pengamatan meliputi
kegiatan guru pada kegiatan pembuka, kegitan inti dan kegiatan
penutup. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku guru
b. Observasi terhadap kelas
Peneliti mendeskripsikan bagaimana keadaan kelas selama proses
belajar mengajar berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi
deskripsi lingkungan fisik kelas, tata letak kelas, dan manajemen
kelas. Bentuk instrumen observasi terhadap kelas adalah instrumen
observasi aktivitas siswa di kelas.
c. Observasi perilaku siswa
Peneliti mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi
kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan perhatian siswa dalam
pembelajaran. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku siswa
adalah catatan anekdoktal
2. Pelaksanaan penelitian
Siklus pertama
Pada siklus pertama, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
yaitu:
1) Menyusun rencana tindakan (planing).
a) Peneliti bersama guru mengumpulkan data tentang
karakteristik tiap siswa. Setelah diketahui kemampuan tiap
siswa maka siswa di dalam kelas tersebut akan dibagi
menjadi beberapa kelompok yang heterogen, dan setiap
kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Selain membagi
pembelajaran, alur pelaksanaan, alat-alat yang dibutuhkan,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Peneliti bersama guru menyusun instrumen pengumpulan
data yang meliputi:
(1) Lembar observasi perilaku guru
Lembar observasi perilaku guru digunakan untuk
mengetahui perilaku guru selama siklus pertama
pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.
(2) Lembar observasi perilaku siswa
Lembar observasi perilaku siswa digunakan untuk
mengetahui perilaku siswa di kelas selama siklus
pertama pembelajaran dengan menerapkan metode
role playing berlangsung. (3) Lembar observasi kelas.
Lembar observasi kelas digunakan untuk mencatat
keadaan kelas selama siklus pertama pembelajaran
dengan menerapkan metode roleplaying berlangsung. (4) Instrumen refleksi.
Setelah siklus pertama proses pembelajaran selesai,
maka guru dan siswa melakukan refleksi tentang
memaknai, dan membuat kesimpulan dari
pembelajaran. Refleksi dapat digunakan untuk
perbaikan pada siklus kedua.
2) Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap ini merupakan implementasi mengenai apa yang telah
direncanakan dalam tahap I. Dalam tahap ini hendaknya guru
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Pada tahap ini diterapkan penggunaan
metode role playing dengan rencana kegiatan sebagai berikut: a) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode role
playing yang akan diterapkan pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa.
b) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertugas sebagai
akuntan, bagian keuangan, dan bagian transaksi.
c) Guru menjelaskan tugas dari masing-masing peran dalam
role playing. Adapun peran-peran yang akan diperankan siswa adalah akuntan, bagian keuangan, dan bagian
penjualan atau pembelian. Akuntan bertugas untuk mencatat
transaksi yang terjadi sampai dengan pembuatan laporan
keuangan. Bagian keuangan bertugas untuk mengatur keluar
masuknya uang dan membuat bukti transaksi yang
untuk melakukan transaksi. Pihak di luar perusahaan
bertugas untuk menyediakan bukti-bukti transaksi yang
diperlukan terkait dengan transaksi yang dilakukan
perusahaan. Peran pihak luar perusahaan ini akan
diperankan oleh mahasiswa selaku fasilitator tiap kelompok.
d) Guru bersama dengan peneliti memberikan simulasi
mengenai prosedur role playing.
e) Guru melakukan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi perusahaan jasa.
f) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas
pembelajaran dengan menggunakan metode role playing
yang baru saja berlangsung.
3) Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tahap
tindakan. Saat guru menerapkan metode role playing dalam pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan atas apa yang
terjadi dan menuangkannya dalam bentuk catatan anekdoktal.
Hal-hal yang diamati adalah bagaimana aktivitas guru,
bagaimana aktivitas siswa dan bagaimana keadaan kelas
selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan
secara langsung dilakukan dengan melakukan observasi
Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan
mendokumentasikan dalam video recorder
4) Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan suatu tindakan memaknai, menganalisis,
dan menyimpulkan kegitan yang telah berlangsung. Pada tahap
refleksi guru dan siswa menganalisis, memaknai, dan
menyimpulkan pembelajaran yang baru saja berlangsung.
Refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.
E. Instrumen Penelitian
1. Observasi pendahuluan
Instrumen yang diperlukan dalam observasi pendahuluan adalah
a. Instrumen observasi terhadap perilaku guru ( lampiran 1, halaman
127)
b. Instrumen observasi terhadap kelas ( lampiran 2, halaman 128 )
c. Instrumen observasi terhadap perilaku siswa ( lampiran 3 , halaman
129 )
2. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Cakupan isi RPP adalah standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran,
akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran. (lampiran 4 , halaman 130 )
b. Tahap observasi
Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:
1)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas sebelum role playing (lampiran 5, halaman 137)
2)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat role playing
(lampiran 6 , halaman 140 )
3)Instrumen observasi keadaan kelas saat role playing ( lampiran 7 , halaman 143 )
4)Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas sebelum role playing ( lampiran 8, halaman 144 )
5)Intrumen observasi aktvitas siswa di kelas saat role playing
(lampiran 9 , halaman 145 )
c. Tahap Refleksi
Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran
dengan menerapkan metode role playing. Pada tahap refleksi ini guru dan siswa memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan
pembelajaran dengan penerapkan metode role playing. 1) Refleksi dari guru (lampiran 10 , halaman 146 )
2) Refleksi dari siswa (lampiran 11 , halaman 147 )
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
wawancara, dan observasi.
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang
diteliti. Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh
data dan informasi dalam penelitian ini.. Dokumentasi dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data
siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.
2. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat
siswa dan pendapat guru tentang penerapan metode role playing.Selain itu, melalui wawancara peneliti ingin mengetahui pendapat siswa
mengenai pemahamannya terhadap materi siklus akuntansi perusahan
jasa dengan menerapkan metode role playing. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman
siswa dengan penerapan metode role playing. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal.
3. Metode Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2005:173) observasi sebagai
pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai objek yang
diamati. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai mitra guru
mengajar. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses
belajar mengajar sedang berlangsung.
G. Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif , komparatif, dan pengujian
prasyarat analisis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan
tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi perusahaan jasa.
1. Analisis deskriptif
Seluruh data yang didapat dari observasi, wawancara maupun data
dokumen dianalisis secara deskriptif, artinya data dipaparkan menurut
pemikiran peneliti berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas.
Hasil dari pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam
sebuah tabel.
2. Analisis komparatif
Analisis komparatif adalah analisis data yang membandingkan antara
beberapa data dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis
komparatif dimaksudkan untuk membandingkan skor nilai siswa pada
saat pre-test, dengan post–test. Siswa. Tujuan yang ingin dicapai dari analisis komparasi adalah untuk melihat apakah ada peningkatan
pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa
dengan penerapkan metode role playing. Hasil dari analisis komparataif nantinya akan dianalisis untuk mengetahui sebab-sebab
Table 3.1
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing
No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan pemahaman 1
2 3
3. Pengujian prasyarat analisis
Sebelum dilakukan uji mean, digunakan uji normalitas data. Uji
normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil
pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka
analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui
hal tersebut maka akan digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov
(Algifari, 2003:152) :
D = Maks │Fe – Fo│
Keterangan :
D = Deviasi absolut yang tertinggi
Fe = Frekuensi harapan
Fo = Frekuensi observasi
a. Pengujian hipotesis penelitian
1) Rumusan hipotesis penelitian
Ho = tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan
setelah diterapkan model pembelajaran role playing
2) Pengujian hipotesis penelitian
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji beda t-paired test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum
dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing.
Rumus untuk menguji hal tersebut (Sugiyono, 2008 : 122) :
Keterangan :
= Rata-rata sampel 1
= Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
= Varians sampel 1
= Varians sampel 2
r = Korelasi antara dua sampel
Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan yaitu apabila thitung <
ttabel maka Ho diterima, sebaliknya jika thitung > ttabel maka Ho
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah Singkat SMA Kolese De Britto
SMA Kolese De Britto lebih dikenal dengan nama De Britto atau “JB”
(kependekan dari Johanes De Britto). Sekolah ini memiliki catatan sejarah berdiri
yang cukup panjang. Berawal dari dicabutnya peraturan yang melarang pihak
swasta mendirikan sekolah oleh pemerintah pendudukan Jepang, para Bruder
CCI bersama suster-suster Carolus Borromeus dan Fransiskanes mendirikan
sebuah sekolah menengah Katolik, setingkat SMP. Terdesak kebutuhan
mendirikan sekolah menengah atas yang bersendikan asas-asas Katolik untuk
menampung lulusan SMP yang telah terlebih dahulu didirikan, maka atas
persetujuan bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin Romo Djojoseputro
dengan para romo Jesuit dan para suster Carolus Borromeus didirikan sebuah
sekolah menengah atas Kanisius. Sekolah menengah atas tersebut akhirnya
dibuka secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948 dengan jumlah murid
angkatan pertama sebanyak 65 orang yang terdiri dari putra dan putri. Tetapi,
sekolah baru ini belum memiliki gedung sekolah sendiri sehingga untuk
Bruderan Kidul Loji. Tidak lama setelah diresmikan, jabatan sementara
pemimpin sekolah yang dipegang Romo B. Sumarno, S.J diserahkan kepada
Romo R. Van Thiel, S.J. Sekolah yang baru berlangsung lima bulan ini akhirnya
ditutup karena situasi sosial politik yang ada, clash kedua tentara Belanda tanggal 18 Desember 1948.
Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan
sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah dibuka kembali dan memulai
seluruh kegiatan akademik pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru
dapat dibuka kembali dan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan akademik
pada bulan Oktober 1949. Hal ini mengingat banyak pemuda yang baru kembali
dari medan perang, yang berjuang bagi ibu pertiwi. Sekolah ini akhirnya
dipisahkan menjadi dua bagian, sekolah putra dan sekolah putri. Sekolah putra
menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 dan diasuh oleh para romo Jesuit,
dan memakai nama Santo Johanes De Britto sebagai nama sekolah. Sekolah putri
berada di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di
Jalan Sumbing (sekarang Jalan Sabirin). Sekolah putri memakai nama SMA Stella
Duce yang berarti Bintang Penuntun.
Pada tanggal 9 Juni 1953, oleh Pembesar Serikat Jesus di Roma nama
SMA Santo Johanes De Britto diubah menjadi SMA Kolese De Britto. Sekolah ini
terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, hal ini tampak dari
bertambahnya jumlah murid yang berdampak bertambahnya jumlah ruang kelas,
pembenahan dan perbaikan bagian administrasi sekolah, termasuk rencana