• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII Sosial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII Sosial - USD Repository"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL

Penelitian dilaksanakan di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

OLEH:

Felix Wintala NIM 071334056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Persembahan

Karya yang sederhana dan jauh dari sempurna

ini kupersembahkan bagi :

Tyas Dalem Sri Yesus, ingkang dados daya

panggesangan kawula

Bapak, ibu, dan adikku yang selalu mencintai

dan memberikan perhatian yang besar kepadaku

Almamaterku tercinta,

Program Studi Pendidikan Akuntansi

(5)

v

MOTTO

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Apakah saya Gagal atau sukses

Bukanlah hasil Perbuatan orang lain.

Sayalah yang menjadi pendorong

Diri sendiri.

-Elaine Maxwell-

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA SISWA KELAS XII SOSIAL

Penelitian dilaksanakan di Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto

Felix Wintala Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 melalui penerapan metode role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII sosial 3, SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE

12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR

HIGH SCHOOL

This research was conducted in the 12th Grade of the 3rd Students of Social Department of De Britto College Senior High School

Felix Wintala Sanata Dharma University

2011

This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 3rd students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High School Yogyakarta.

The data were collected through observational, interviews, and documentation methods. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed using descriptive analysis and comparative analysis.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan selain bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Bapa di Surga yang berkenan menyertai dan membantu penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini, sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Semua itu tidak lepas dari usaha keras penulis, bimbingan dari Tuhan dan bantuan dari berbagai pihak.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

5. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji. Terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Yohanes Iwan Prasetyo, S.Pd selaku guru mata pelajaran Akuntansi SMA Kolese De Britto yang berkenan menjadi mitra penulis dalam membantu melakukan penelitian tindakan kelas ini di kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta

7. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd M.S yang telah memberikan bimbingan dalam abstract skripsi saya.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.

9. Seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto khusunya kelas XII Sosial 3 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuannya.

10.Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

(12)

xii

12.baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu menyertai Bapak dan Ibu tercinta.

13.Adikku Natalia Istiyaning Tyas terima kasih atas dukungan, doanya, belajar yang rajin di SMA , raih cita-citamu, dan Tuhan Yesus Memberkati.

14.Mbak Valentina Sumarni yang selalu memberikan semangat dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

15.Simbah Handono dan Simbah Geno Harjo yang selalu mendoakan kesuksesan dalam studi selama ini.

16.Keluarga besar Komunitas Sant Egidio Yogyakarta yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kalian telah menjadi bagian dari keluargaku.

17.Teman-teman seperjuanganku Veny, Danu, Nico, Lian, Rima, Kiki, Ruli, terima kasih atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua. Semangat buat teman-teman untuk segera menyelesaikan skripsi.

18.Klara Ade Krisnawati, sahabat dalam hidup, terima kasih atas bantuan,doa, dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini, Berkat Allah selalu menyertaimu. Semoga lekas menyusul juga.

(13)
(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas... 7

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing……… .. 13

C. Pengertian Pemahaman ... 18

D. Mata Pelajaran Akuntansi ... 21

E. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 25

D. Prosedur Penelitian... 26

(16)

xvi

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 37

B. VISI, MISI dan Tujuan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 41

C. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 44

D. Kurikulum SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 48

E. Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 50

F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur ... 51

G. Sumber Daya Manusia SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 55

H. Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 66

I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Kolese De Britto ... 67

J. Proses Belajar Mengajar SMA Kolese De Britto ... 74

K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto dengan Instansi Lain ... 78

L. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 79

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 82

(17)

xvii

2. Deskripsi awal pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi

Perusahaan Jasa ... 93

3. Siklus pertama ... 95

4. Pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 117

B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 119

1. Deskripsi data ... 121

2. Pengujian komparatif ... 121

a. Pengujian Prasarat analisis ... 121

b Pengujian hipotesis penelitian ... 121

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan ... 124

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komparasi Perbandingan Siswa sebelum dan sesudah role playing ... 35

Tabel 4.1 Tenaga Edukatif ... 62

Tabel 4.2 Pendamping Ektrakurikuler ... 65

Tabel 4.3 Karyawan dan Bidang Tugasnya ... 65

Tabel 4.4 Karyawan Yayasan De Britto dan Tugasnya ... 66

Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 67

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 84

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa sebelum Penerapan Role Playing ... 88

Tabel 5.3 Hasil Pre Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 94

Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Metode Role Playing ... 104

Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 108

Tabel 5.6 Hasil Rangkuman Refleksi Siswa ... 112

Tabel 5.7 Hasil Refleksi Guru ... 115

Tabel 5.8 Hasil Post Test Siswa Kelas XII Sosial 3 ... 117

Tabel 5.9 Hasil Komparasi Peningkatan Pemahaman Siswa ... 119

Tabel 5.10 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 121

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru ... 128

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 129

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 130

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131

Lampiran5 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 138

Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan Role Playing ... 141

Lampiran 7 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing ... 144

Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 145

Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan Metode Role Playing ... 146

Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru Mitra ... 147

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 148

Lampiran 12 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 149

Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 151

Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Terkait dengan Metode Pembelajaran ... 153

Lampiran 15 Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 154

Lampiran 16 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 155

Lampiran 17 Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 156

Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan Siswa Terkait Keadaan Kelas ... 158

(21)

xxi

Lampiran 20 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Pemahaman Siswa ... 160

Lampiran 21 Hasil Pre Test ... 161

Lampiran 22 Pembagian Kelompok ... 167

Lampiran 23 Bukti-Bukti Transaksi ... 169

Lampiran 24 Buku Akuntansi ... 175

Lampiran 25 Papan Nama ... 183

Lampiran 26 Uang-Uangan ... 187

Lampiran 27 Instruksi Tiap bagian ... 188

Lampiran 28 Materi Pelajaran... 193

Lampiran 29 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan Role Playing ... 196

Lampiran 30 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan Metode Role Playing ... 199

Lampiran 31 Hasil Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing ... 200

Lampiran 32 Hasil Refleksi Siswa ... 202

Lampiran 33 Hasil Refleksi Guru Mitra ... 210

Lampiran 34 Hasil Post Test ... 211

Lampiran 35 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 217

Lampiran 36 Uji Paired Sample Test ... 218

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan antar manusia. Pendidikan mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan manusia yaitu bermanfaat bagi kepentingan hidupnya dan kepentingan masyarakat. Fungsi dan peran tersebut terlihat dalam upaya pelatihan dan pembentukkan manusia muda agar menjadi manusia yang berbudaya dan mampu mengambil bagian dalam kehidupan sosial budaya di tengah masyarakat.

Proses pendidikan tersebut tidak lepas dari suatu kegiatan belajar mengajar. Suatu proses belajar mengajar merupakan serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman 2001:4). Jadi kegiatan belajar mengajar ini merupakan suatu unsur yang penting dalam upaya mengembangkan pendidikan.

(23)

Seringkali guru kurang mampu menerapkan suatu metode yang pas dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga sering kurang kreatif untuk membangkitkan motivasi para siswanya dalam pembelajaran di kelas.

Kebanyakan para guru masih menerapkan metode yang kurang menarik dalam pembelajaran di kelas seperti misalnya ceramah. Dengan kata lain masih banyak guru yang cenderung menggunakan metode yang konvensional atau belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses belajar cenderung satu arah di mana guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Akibatnya banyak siswa cenderung tidak tertarik dan bosan saat mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi pasif karena tidak diberi berkesempatan berpartisipasi.

Situasi semacam ini juga saya amati terjadi dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran akuntansi di XII sosial 3 SMA Kolese De Britto. Di mana kelas tersebut sebagian siswanya belum memahami dengan baik materi siklus akuntansi perusaan jasa. Metode ceramah yang sering dilakukan Guru Akuntansi Bapak Y. Iwan Prasetyo S.Pd belum mampu membawa pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa dengan baik. Siswa terlihat tampak bosan, dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil pembelajaran tidak optimal dan proses belajar mengajar tidak kondusif lagi.

(24)

dan yang lebih mampu meningkatkan pemahaman siswa. Ada berbagai macam pilihan metode atapun model pembelajaran. Salah satunya adalah adalah metode role playing. Role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan

keleluasaan siswa memainkan secara langsung apa yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa akan memainkan perannya sendiri-sendiri dan mereka diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan berdasarkan kemampuan mereka. Selain itu siswa diharapkan lebih mampu mengalami proses belajar yang nyata atas berbagai peran yang dilakukannya. Role playing akan mendorong siswa untuk mengapresiasikan perasaannya dan juga melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan. Dalam pembelajaran akuntansi, metode role playing dimaksudkan untuk membantu siswa mengalami praktik langsung

setelah mendapatkan berbagai teori sebelumnya.

(25)

Melalui penggunaan metode role playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi, bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal. Praktik nyata di dunia usaha ini dapat siswa perankan di kelas. Guru dapat membuat rangkaian pembelajaran yang mengajak siswa untuk memerankan secara langsung peran-peran yang terkait dengan praktik nyata misalnya sebagai akuntan, atau bagian keuangan perusahaan. Setiap peran yang diperankan oleh siswa memiliki tugas atau wewenang masing-masing misalnya, sebagai akuntan siswa bertugas untuk mencatat bukti transaksi ke dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan, sebagai bagian keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan membuat bukti transaksi. Ketika memainkan peran tersebut, siswa langsung berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan praktik nyata. Siswa dihadapkan langsung dengan bukti transaksi, membuat bukti transaksi, mencatat bukti transkasi ke dalam jurnal, membuat buku besar dan laporan keuangan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan siswa lebih memahami siklus akuntansi perusahaan jasa, dan memiliki gambaran konkrit tentang praktik akuntansi di dunia usaha secara nyata. Diharapkan dengan peran yang dialami masing-masing siswa pada masing-masing bagian, siswa dapat terbantu untuk semakin memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

(26)

Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa .”

Studi Kasus Siswa Kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. B. Batasan Masalah

Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya bagaimana penerapan metode role playing dalam pembelajaran akuntansi ini memfokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai siklus akuntansi perusahaan jasa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode role playing pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII sosial 3 SMA Kolese De Britto dengan penerapan metode role playing.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta didik

(27)

dapat memberikan pengalaman kepada siswa bagaimana praktik akuntansi sesungguhnya di dalam dunia usaha.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan materi. Selain itu, penelitian ini juga membantu guru dalam mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut Classroom Action Research . PTK dilakukan oleh guru di kelas atau di

sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16) .

Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006:2) menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut :

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

(29)

Menurut Tatang Sunendar dalam http: //akh-mad su-dra-jat.Word-press.com/2008/03/21/pe-neliti-an-tin-dak-an-ke-las-part-ii/

sebagaimana dikutip dari Harjodipuro, menjelaskan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional

Menurut Wijaya (2009:9), pengertian PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam PTK, guru dapat melakukan penelitian sendiri terhadap proses pembelajaran di kelas atau juga secara kolaboratif bersama bekerja sama dengan guru dan peneliti lain.

(30)

kegiatan penelitian dalam kelas yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.

2. Karakteristik PTK

Karakteristik adalah ciri utama yang membedakan penelitian tindakan kelas dengan berbagai jenis penelitiannya (Susilo, 2007: 17), yaitu:

a. Ditinjau dari segi permasalahan , karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.

b. Penelitian tindakan kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap persoalan yang terjadi ketika praktik dan proses pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui suatu tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis. c. Karakteristik yang unik dari penelitian tindakan kelas, yaitu adanya

rencana tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk meperbaiki praktik dan proses pembelajaran di kelas. Jika penelitian yang dilakukan hanya sekedar ingin tahu tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan atau permasalahan maka penelitian itu tidak bisa disebut sebagai penelitian tindakan kelas.

d. Karakteristik PTK berikutnya yaitu adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat ( para guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk mengobservasi dan merumuskan persoalan yang perlu diatasi.

3. Prinsip Dasar PTK

PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17): a.Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

(31)

c.Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.

d.Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e.Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata

krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f.Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

4. Tujuan PTK

PTK mempunyai beberapa tujuan yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Tujuan dari penelitian tindakan kelas antara lain (Susilo, 2007:17): a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta

didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses

pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

Masnur Muslich (2009:10) menjelaskan tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dan memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

(32)

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilakasanakannya penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan

pembelajaran (Susilo, 2007: 17) antara lain: a. Inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.

d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru

e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas

6. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Susilo, 2007: 17) a. Perencanaan(planning)

Kegiatan perencanaan mencakup : identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan

b. Tindakan ( acting)

Setelah ditetapkan bentuk tindakan ( aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelaran yang sudah dibuat oleh guru.

c. Observasi ( observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang pengembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari tindakan ( aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. d. Refleksi ( reflecting)

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.

Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian tindakan kelas: (Arikunto, 2008:17-20)

(33)

7. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2008:23-24), ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:

a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.

c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya. d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak

dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

(34)

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing

1. Pengertian role playing

Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role dan playing yang berasal dari bahasa Inggris. Adapun arti dari role adalah peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam (2008:98), model pembelajaran role playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran bermain peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok,masing-masing kelompok memperagakan/ menampilkan skenario yang telah dibuat guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru.

(35)

menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan kepada pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Bahan-bahan yang disajikan dengan metode role playing ini adalah hubungan-hubungan sosial (isi hubungan sosial, konflik-konflik sosial, cara-cara orang mengambil keputusan, peranan orang tua dan sebagainya. Sedangkan, Yahya (2009) dalam http://apa de-finisi-nya. Blog-spot.com/2008/05/ kumpulan metode pembelajaran pen-dampin-ga. html., menjelaskan bahwa role playing pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian.

Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa yang diperankan.

(36)

Menurut Dindayu sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2004:141) dalam (http:// dindayu. wordpress. com/2010/06/17/ model-bermain-peran-role-playing/) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran role playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang

kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:

a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

(37)

gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.

2. Fase-Fase dalam Role Playing

Menurut Zaini (2008:104-116) role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:

1)Mengenal peserta didik

Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2)Menentukan tujuan pembelajaran.

(38)

jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

3)Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran

Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.

4)Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.

5)Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6)Merencanakan waktu

Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.

7)Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.

c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi

(39)

didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.

2) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.

3. Kelebihan dan kelemahan role playing

Menurut Djajadisastra (1988:41-43) ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing

a. Kelebihan metode role playing

1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.

2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.

3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.

4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.

5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran. b. Kelemahan role playing

1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata. 2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau

keputusan.

3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada.

5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran. 6) Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.

(40)

Pemahaman berasal dari kata 'paham' yang mendapat imbuhan pe-an. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwodarminto,1984:694), paham memiliki arti pengertian, pendapat pikiran, dan mengerti benar. Sejalan dengan pandangan Purwodarminto (1984:694), Kamus Besar Bahasa Pusat Bahasa (2008:998) mengartikan paham sebagai pengertian, pendapat pikiran. Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau memahamkan.

Suatu pembelajaran dasar yang hampir dilupakan oleh setiap orang adalah pemahaman. Pemahaman adalah suatu titik temu antara 2 pola yang terdapat didalam diri manusia yaitu pola akal dan pola rasa, jika disetiap/suatu pembelajaran dimulai dan didasari oleh suatu pemahaman terlebih dahulu maka akan lebih berharga dan bermaknalah suatu pembelajaran tersebut .

(41)

Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dinilai melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu (Purwanto 2009:3). Dari evaluasi pembelajaran, diperoleh data-data mengenai pencapaian skor yang diperoleh siswa. Skor siswa tersebut akan diolah guru menjadi nilai. Nilai dari hasil belajar ini menunjukan sejauh mana peserta didik memahami suatu materi pelajaran yang selama ini dipelajari. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu materi ajar. Jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.

Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu:

1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal

2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

(42)

Akuntansi dapat diartikan (Suwardjono,2002:7) sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.

Sejalan dengan pendapat Suwardjono (2002:7), American Accounting Association (1996:1) dalam Anis Chariri (2003:31) berpendapat bahwa Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan pertimbangan yang benar. Jadi dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

E. Kerangka berpikir

(43)

mengerjakan soal ulangan jika soal berbeda dengan yang diajarkan. Hal ini menjadi pertanda bahwa siswa juga kurang memahami akuntansi dengan baik.

Berdasarkan tingkat pemahaman pada siswa terhadap pembelajaran akuntansi perusahaan jasa yang kurang optimal, maka diterapkan metode Role playing dalam pembelajaran . Harapannya adalah dapat memperbaiki tingkat pemahaman siswa terhadap materi ini. Menurut Hisyam (2008:98), role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34), metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa materi yang diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan jasa diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan disusun laporan keuangan.

(44)

akuntansi perusahaan jasa tersebut dapat diperankan siswa. Peran-peran siswa yang dimaksud adalah sebagai akuntan, bagian keuangan, bagian kurir atau penjualan transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan membuat bukti transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai akuntan bertugas untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai pihak yang ada di luar perusahaan pertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan role playing diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran sehingga role playing dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.

(45)

diharapkan mampu membantu peserta didik untuk lebih memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

Dengan demikian dapat diperoleh rumusan hipotesis penelitian yaitu:

(46)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru sebagai pelaku tindakan dan peneliti sebagai mitra kerja. Dengan PTK ini diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat diatasi dan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto Jl. Laksda Adisucipto No. 161.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Sosial 3 SMA Kolese De Britto.

(47)

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan metode role playing.

D. Prosedur Penelitian 1. Kegiatan Pra Penelitian

Penelitian diawali dengan sebuah observasi awal. Observasi awal bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di dalam kelas. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. Sedangkan wawancara pada siswa dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang sedang dipelajari. Ada beberapa instrumen yang harus dipersiapkan peneliti dalam observasi awal yaitu;

a. Observasi terhadap perilaku guru

(48)

b. Observasi terhadap kelas

Peneliti mendeskripsikan bagaimana keadaan kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi deskripsi lingkungan fisik kelas, tata letak kelas, dan manajemen kelas. Bentuk instrumen observasi terhadap kelas adalah instrumen observasi aktivitas siswa di kelas.

c. Observasi perilaku siswa

Peneliti mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan perhatian siswa dalam pembelajaran. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku siswa adalah catatan anekdoktal

2. Pelaksanaan penelitian Siklus pertama

Pada siklus pertama, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:

1) Menyusun rencana tindakan (planing).

(49)

pembelajaran, alur pelaksanaan, alat-alat yang dibutuhkan, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Peneliti bersama guru menyusun instrumen pengumpulan data yang meliputi:

(1) Lembar observasi perilaku guru

Lembar observasi perilaku guru digunakan untuk mengetahui perilaku guru selama siklus pertama pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.

(2) Lembar observasi perilaku siswa

Lembar observasi perilaku siswa digunakan untuk mengetahui perilaku siswa di kelas selama siklus pertama pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.

(3) Lembar observasi kelas.

Lembar observasi kelas digunakan untuk mencatat keadaan kelas selama siklus pertama pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung. (4) Instrumen refleksi.

(50)

memaknai, dan membuat kesimpulan dari pembelajaran. Refleksi dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.

2) Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi mengenai apa yang telah direncanakan dalam tahap I. Dalam tahap ini hendaknya guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada tahap ini diterapkan penggunaan metode role playing dengan rencana kegiatan sebagai berikut: a) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode role

playing yang akan diterapkan pada materi siklus akuntansi

perusahaan jasa.

b) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertugas sebagai akuntan, bagian keuangan, dan bagian transaksi.

c) Guru menjelaskan tugas dari masing-masing peran dalam role playing. Adapun peran-peran yang akan diperankan

(51)

untuk melakukan transaksi. Pihak di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti-bukti transaksi yang diperlukan terkait dengan transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran pihak luar perusahaan ini akan diperankan oleh mahasiswa selaku fasilitator tiap kelompok. d) Guru bersama dengan peneliti memberikan simulasi

mengenai prosedur role playing.

e) Guru melakukan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi perusahaan jasa.

f) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dengan menggunakan metode role playing yang baru saja berlangsung.

3) Pengamatan (observing)

(52)

Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan mendokumentasikan dalam video recorder

4) Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan suatu tindakan memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan kegitan yang telah berlangsung. Pada tahap refleksi guru dan siswa menganalisis, memaknai, dan menyimpulkan pembelajaran yang baru saja berlangsung. Refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.

E. Instrumen Penelitian 1. Observasi pendahuluan

Instrumen yang diperlukan dalam observasi pendahuluan adalah

a. Instrumen observasi terhadap perilaku guru ( lampiran 1, halaman 127)

b. Instrumen observasi terhadap kelas ( lampiran 2, halaman 128 ) c. Instrumen observasi terhadap perilaku siswa ( lampiran 3 , halaman

129 )

2. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas a. Tahap perencanaan

(53)

akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. (lampiran 4 , halaman 130 )

b. Tahap observasi

Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:

1)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas sebelum role playing (lampiran 5, halaman 137)

2)Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat role playing (lampiran 6 , halaman 140 )

3)Instrumen observasi keadaan kelas saat role playing ( lampiran 7 , halaman 143 )

4)Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas sebelum role playing ( lampiran 8, halaman 144 )

5)Intrumen observasi aktvitas siswa di kelas saat role playing (lampiran 9 , halaman 145 )

c. Tahap Refleksi

Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Pada tahap refleksi ini guru dan siswa memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan pembelajaran dengan penerapkan metode role playing.

(54)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi.

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini.. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian. 2. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat siswa dan pendapat guru tentang penerapan metode role playing.Selain itu, melalui wawancara peneliti ingin mengetahui pendapat siswa mengenai pemahamannya terhadap materi siklus akuntansi perusahan jasa dengan menerapkan metode role playing. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dengan penerapan metode role playing. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal.

3. Metode Observasi

(55)

mengajar. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

G. Teknis Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif , komparatif, dan pengujian prasyarat analisis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi perusahaan jasa.

1. Analisis deskriptif

Seluruh data yang didapat dari observasi, wawancara maupun data dokumen dianalisis secara deskriptif, artinya data dipaparkan menurut pemikiran peneliti berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas. Hasil dari pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam sebuah tabel.

2. Analisis komparatif

(56)

Table 3.1

Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing

No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan pemahaman 1

2 3

3. Pengujian prasyarat analisis

Sebelum dilakukan uji mean, digunakan uji normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui hal tersebut maka akan digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Algifari, 2003:152) :

D = Maks │Fe – Fo│

Keterangan :

D = Deviasi absolut yang tertinggi Fe = Frekuensi harapan

Fo = Frekuensi observasi a. Pengujian hipotesis penelitian

1) Rumusan hipotesis penelitian

(57)

Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing 2) Pengujian hipotesis penelitian

Untuk menguji hipotesis, digunakan uji beda t-paired test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing. Rumus untuk menguji hal tersebut (Sugiyono, 2008 : 122) :

Keterangan :

= Rata-rata sampel 1 = Rata-rata sampel 2

s1 = Simpangan baku sampel 1

s2 = Simpangan baku sampel 2

= Varians sampel 1 = Varians sampel 2

r = Korelasi antara dua sampel

(58)

37 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah Singkat SMA Kolese De Britto

(59)

Bruderan Kidul Loji. Tidak lama setelah diresmikan, jabatan sementara pemimpin sekolah yang dipegang Romo B. Sumarno, S.J diserahkan kepada Romo R. Van Thiel, S.J. Sekolah yang baru berlangsung lima bulan ini akhirnya ditutup karena situasi sosial politik yang ada, clash kedua tentara Belanda tanggal 18 Desember 1948.

Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah dibuka kembali dan memulai seluruh kegiatan akademik pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru dapat dibuka kembali dan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan akademik pada bulan Oktober 1949. Hal ini mengingat banyak pemuda yang baru kembali dari medan perang, yang berjuang bagi ibu pertiwi. Sekolah ini akhirnya dipisahkan menjadi dua bagian, sekolah putra dan sekolah putri. Sekolah putra menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 dan diasuh oleh para romo Jesuit, dan memakai nama Santo Johanes De Britto sebagai nama sekolah. Sekolah putri berada di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di Jalan Sumbing (sekarang Jalan Sabirin). Sekolah putri memakai nama SMA Stella Duce yang berarti Bintang Penuntun.

(60)

mendirikan gedung sekolah yang baru, tetapi akhirnya pilihan lokasi jatuh di daerah Demangan tepatnya di Jalan Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta, yang akhirnya menjadi alamat tetap sekolah ini. Peletakan batu pertama sebagai tanda awal pembangunan gedung sekolah yang baru dilakukan oleh Mgr. A.Soegijapranata, S.J. Pada bulan Mei 1958, SMA Kolese De Britto dipindahkan ke gedung sekolah yang baru. Selain kompleks gedung yang luas, sekolah yang baru ini juga dilengkapi lapangan olah raga, aula, ruang laboratorium,dan lain-lain.

(61)

Pada tahun 1973 ketika jabatan rektor dipegang oleh Romo J. Oei Tik Djoen, S.J., di SMA Kolese De Britto dicanangkan pendidikan bebas. Konsep pendidikan bebas ini merupakan jawaban terhadap keadaan masyarakat yang kurang bisa menerima pendapat yang berbeda dari pendapat umum, khususnya tahun 1960-1970. Masyarakat lebih mementingkan penampilan luar daripada motivasi dari dalam. Keberhasilan pendidikan bebas tidak lepas dari peran empat serangkai, yaitu Romo Oeik Tik Djoen, S.J., Romo G.Koelman, S.J., Bapak C.Kasiyo Dibyoputranto, dan Bapak L. Subiyat. Empat serangkai itu pada tahun 1971 diperkuat oleh Bapak Chr. Kristanto yang diangkat menjadi wakil kepala sekolah dan bapak G.Sukadi yang banyak berperan dalam kegiatan siswa.

(62)

menerima siswa putra, namun jumlah peminat setiap tahunnya tetap melimpah. Sampai sekarang SMA Kolese De Britto masih tetap diminati banyak lulusan SMP dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Pada tahun 2002 Tim Master Plan SMA Kolese De Britto yang dipimpin oleh Bapak G. Sukadi menyusun rencana induk pengembangan SMA Kolese De Britto tahun 2003-2013 yang menjadi pedoman pengembangan di bidang kurikulum, pembinaan dan pendampingan siswa, sumber daya manusia, administrasi, sarana dan prasarana, serta keuangan. Tahun 2004-2005 SMA Kolese de Britto mulai menerapkan kurikulum 2004 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan setahun kemudian berubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mulai tahun itu SMA Kolese De Britto menambah satu kelas X dari enam kelas menjadi tujuh kelas dan pada tahun 2005-2006 dibuka kembali jurusan bahasa (setelah sepuluh tahun tidak membuka jurusan bahasa), melengkapi dua jurusan yang sudah ada, yaitu IPA dan IPS. SMA Kolese De Britto tetap hanya menerima siswa putra, meskipun demikian jumlah peminat setiap tahunnya tetap melimpah.

B. Visi, Misi, Nilai-Nilai yang Mendasari, dan Tujuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta

1. Visi SMA Kolese De Britto Yogyakarta

(63)

yang kompeten, berhati nurani benar, dan berkepedulian pada sesama demi kemuliaan Allah yang lebih besar.”

2. Misi SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Dengan dilandasi semangat kristiani dan spiritualitas Ignatian, komunitas Kolese De Britto bertekad untuk :

a. Membentuk siswa menjadi pemimpin yang humanis, melayani, berani berjuang bagi sesama, dan berwawasan kebangsaan, serta menghayati nilai-nilai luhur bangsa Indonesia;

b. Membantu siswa menjadi pribadi yang berkembang secara utuh, optimal, dan seimbang;

c. Mengembangkan siswa menjadi pribadi yang jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan mau bekerja keras.

3. Nilai-Nilai yang Mendasari SMA Kolese De Britto Yogyakarta a. Kasih

Nilai kristiani yang paling mendasar adalah kasih. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”

(64)

siswanya menjadi manusia yang bersedia untuk melayani dan berjuang bagi sesamanya demi kebenaran dan keadilan.

b. Kebebasan

Pendidikan Kolese De Britto sangat menekankan nilai kebebasan yang merupakan perwujudan konkret dari kebebasan anak-anak Allah (Roma 8:21). Para siswa dididik dalam suasana kebebasan menjadi manusia yang bebas, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan hati nuraninya yang benar, tidak terbelenggu oleh gengsi, materi, atau kecenderungan untuk ikut-ikutan saja. Manusia yang bebas adalah manusia yang mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya.

c. Keterbukaan dan Keanekaragaman

Pendidikan Kolese De Britto dilaksanakan dalam suatu komunitas yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, agama, dan latar belakang sosial-ekonomi. Dalam komunitas inilah para siswa dibantu untuk berkembang menjadi manusia dewasa yang terbuka dan menghargai keanekaragaman sebagai bagian dari persiapannya untuk kelak menjadi pemimpin yang melayani dalam masyarakat.

4. Tujuan Pendidikan

(65)

pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus dengan kepribadian yang utuh, optimal dan seimbang, jujur, disiplin, mandiri, kreatif, mau bekerja keras, humanis, selalu sedia melayani, dan berani berjuang bagi sesama.

C. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta

SMA Kolese De Britto menerapkan Paradigma Pendagogi Ignasian dalam mendidik siswa untuk mengembangkan belajar mandiri sehingga siswa mampu mencari dan mencerna informasi yang diperlukan dan membiasakan diri untuk proses belajar seumur hidup.

Pedagogi Ignasian ialah cara para pengajar mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan pembentukannya, yang dilandasi spiritualitas Santo Ignasius. Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi dari berbagai ideal manusia untuk dididik. Pedagogi juga memberikan kriteria pilihan sarana untuk dipakai dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, pedagogi ini tidak boleh direduksi menjadi metodologi semata-mata.

Secara sempit, paradigma ini merupakan sebuah alat yang praktis dan sebuah perangkat yang efektif untuk meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Secara luas, paradigma ini merupakan cara bertindak yang membantu siswa berkembang menjadi manusia yang kompeten, bertanggung jawab, dan berbelas kasih.

(66)

sini meliputi corak dan proses tertentu dalam mengajar, yang berarti pengisian pendekatan terhadap nilai belajar dan pertumbuhan dalam kurikulum yang berlaku.

Dalam proses pengajaran, dinamika paradigma ini mencakup lima langkah pokok, yaitu:

1. Konteks

Proses pendidikan tidak pernah bergerak dalam ruang hampa. Oleh karena itu, pengalaman manusiawi harus menjadi titik tolaknya. Pemahaman konteks merupakan bentuk konkret perhatian dan kepedulian terhadap siswa. Perhatian dan kepedulian ini merupakan dua hal pokok sebagai awal untuk melangkah. Beberapa konteks yang perlu dipertimbangkan guru:

a. Konteks kehidupan siswa.

b. Konteks sosio-ekonomi, politik, kebudayaan, kebiasaan kaum muda, agama, media massa, dan lain-lain yang merupakan lingkungan hidup siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa dalam hubungannya dengan orang lain.

c. Situasi sekolah tempat proses belajar-mengajar terjadi.

(67)

Dalam suasana seperti itulah proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan berkualitas.

2. Pengalaman

Pengalaman mempunyai arti mengenyam sesuatu dalam hati atau batin. Ini mengandaikan adanya fakta dan pengertian-pengertian. Ini juga menuntut seseorang menduga kejadian-kejadian, menganalisis, dan menilai ide-ide. Hanya dengan pemahaman yang tepat terhadap apa yang dipertimbangkan, orang dapat maju sampai menghargai arti pengalaman. Pemahaman mencakup keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk ke pengalaman belajar. Dalam pengalaman itu mencakup ranah kognitif dan afektif.

Pengalaman dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung dalam proses belajar-mengajar dapat terjadi melalui percobaan, diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya. Sedangkan pengalaman yang bersifat tidak langsung dapat terjadi melalui membaca dan mendengarkan.

3. Refleksi

(68)

Dalam refleksi diusahakan siswa menangkap nilai yang dipelajari. Untuk mencapai hal itu, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. memahami hal yang dipelajari secara lebih baik dan mendalam;

b. mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami siswa dalam renungan ini;

c. mendalami implikasi bagi diri sendiri, bagi orang lain, atau bagi masyarakat;

d. mendapatkan pengertian pribadi tentang kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran, atau pemutarbalikan kebenaran;

e. memulai lebih mengerti atau memahami diri sendiri.

Siswa diberi kebebasan dalam refleksi. Ada kemungkinan siswa yang telah berefleksi belum menunjukkan perubahan yang baik. Hal yang penting di sini adalah guru telah menanamkan benih kehidupan ke dalam diri siswa dan benih itu akan tumbuh seiring dengan waktu.

4. Aksi

(69)

5. Evaluasi

Evaluasi mencakup dua hal, yaitu menilai kemajuan akademis dan menilai kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Menilai kemajuan akademis dapat dilakukan dalam bentuk tes, ulangan atau ujian. Sedangkan penilaian yang mencerminkan kemajuan pribadi siswa atau untuk mengetahui sejauh mana siswa berkembang menjadi lebih dewasa dapat dilakukan dengan mengadakan hubungan dialogal, angket, atau melalui pengamatan terhadap perilaku siswa.

SMA Kolese De Britto juga menerapkan Pendidikan Bebas sebagai sikap dasar. Yang dimaksud dengan Pendidikan Bebas adalah bukan suatu pendidikan ke arah anarki atau suatu sistem yang yang bebas dari peraturan yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat melainkan suatu sikap dalam usaha SMA Kolese De Britto yang mencakup para pendidik dan peserta didik, untuk bersama-sama mencari pengarahan dalam tindak-tanduk, berlandaskan pada pengakuan bahwa karunia manusia yang paling asasi dan luhur adalah kebebasannya yang harus diprioritaskan dalam proses pembentukan kepribadian.

(70)

Kurikulum yang digunakan SMA Kolese De Britto adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak Tahun 2006/2007 untuk menggantikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

(71)

E. Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta Gambar 4.1

Struktur Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Keterangan :

= garis komando = garis koordinasi

DINAS DIKPORA YAYASAN DE BRITTO

KEPALA SEKOLAH

WAKASEK URS. ADM & KEUANGAN

WAKASEK URS. KESISWAAN WAKASEK

URUSAN KURIKULUM

PERPUS PNGB. GURU HUMAS

KARYAWAN ADM./RT /SATPAM

GURU BK SUB

PAMONG

PRESIDIUM SISWA

(72)

F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur 1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah SMA Kolese De Britto yang sekarang dibantu oleh 3 wakil kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh pendidikan di sekolah dengan perincian sebagai berikut:

a. Mengatur Proses Belajar Mengajar

Dalam mengatur proses belajar mengajar, kepala sekolah mempunyai tugas antara lain dalam hal sebagai berikut :

1) Program tahunan , semester berdasarkan kalender pendidikan

2) Jadwal pelajaran pertahun, persemesteran, termasuk penetapan jenis matapelajaran/ bidang pengembangan/bidang studi/bidang pengajaran/ keterampilan dan pembagian tugas guru.

3) Program satuan pelajaran (teori dan praktik) berdasarkan buku kurikulum

4) Pelaksanaan jadwal satuan pelajaran (teori dan praktik) menurut alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kalender pendidikan 5) Pelaksanaan ulangan/ test/ hasil evaluasi belajar untuk kenaikan kelas

dan EBTA

(73)

7) Penyusunan norma penilaian 8) Penetapan kenaikan kelas

b. Laporan kemajuan hasil belajar siswa

c. Penetapan dan peningkatan proses belajar mengajar

Dalam penetapan dan peningkatan proses belajar mengajar, kepala sekolah mempunyai tugas antara lain dalam hal sebagai berikut:

Mengatur administrasi kantor

1) Mengatur administrasi murid/ siswa 2) Mengatur administrasi pegawai 3) Mengatur administrasi perlengkapan 4) Mengatur administrasi keuangan 5) Mengatur administrasi perpustakaan 6) Mengatur hubungan dengan masyarakat 2. Wakil Kepala Sekolah Urusan Akademik

Wakil kepala sekolah urusan akademik mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun program pengajaran b. Urusan kegiatan belajar-mengajar

1) Membuat/ menyusun format kerja : formulir, blangko, dan sebagainya yang diperlukan untuk proses belajar mengajar

(74)

3) Mengusahakan agar proses belajar mengajar setiap hari berjalan lancar c. Mengatur pembagian guru

d. Menyusun jadwal pelajaran

e. Mengatur pelaksanaan kenaikan kelas

f. Mengkoordinasikan pengumpulan nilai untuk dituangkan pada rapor dan STTB

g. Menyusun jadwal penerimaan rapor dan penerimaan STTB 3. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan/ Pamong

Wakil kepala sekolah kesiswaan/pamong mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Penerimaan Siswa Baru (PSB) b. Urusan kegiatan ekstrakurikuler c. Urusan pembinaan Presedium/ OSIS d. Urusan tata tertib siswa

e. Melaksanakan upacara bendera dan upacara hari-hari besar

f. Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, keindahan, kekeluargaan dan kerindangan

g. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah

h. Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa

i. Urusan Usaha Kesehatan Siswa (UKS)

(75)

4. Wakil Kepala Sekolah Urusan Administrasi dan Keuangan

Wakil kepala sekolah urusan administrasi dan keuangan mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Urusan investasi sarana dan prasarana b. Urusan pendayagunaan sarana dan prasarana c. Urusan pemeliharaan sarana dan prasarana d. Urusan laboratorium

e. Urusan keuangan sekolah f. Urusan administrasi sekolah 5. Guru

Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Tugas dan tanggung jawab guru antara lain adalah :

a. Membuat program pengajaran (rencana kegiatan belajar mengajar semester)

b. Membuat satuan pelajaran

c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar d. Melaksanakan kegiatan penilaian

e. Mengisi daftar nilai siswa

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah SMA Kolese De Britto Yogyakarta……  50
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Table 3.1 Role
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

metode Role Playing khususnya pada mata pelajaran IPS. 2) Guru dapat melihat perkembangan hasil belajar siswa khususnya. pada pelajaran IPS. Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas XI IS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada mata pelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa,

Berdasarkan penelitian Irawati (2019) Kartu domino adalah salah satu cara penyampaian bahan pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dalam

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran role playing berbantuan video dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif,

Metode Pembelajaran role playing dan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi ajar Munakahat,

12 Role playing merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan

ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE BERMAIN PERAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SIMPULAN Penggunaan metode yang berbeda, dalam hal ini role playing, mampu mengembangkan imajinasi siswa serta kemampuan siswa menghayati peran yang diberikan, sebagai cara dalam