• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan dagang siswa kelas XII IPS studi kasus siswa kelas XII IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan dagang siswa kelas XII IPS studi kasus siswa kelas XII IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta"

Copied!
297
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XII IPS

Studi kasus : siswa kelas XII IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

OLEH:

Yohana Karisnawati NIM 061334060

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XII IPS

Studi kasus : siswa kelas XII IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

OLEH:

Yohana Karisnawati NIM 061334060

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

My savior Jesus Crist

Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku yang menjadi

sumber inspirasi

Teman

teman dan orang

orang terdekat

Pendidikan Akuntansi

(6)

v

“Setiap detik membawa awal baru, setiap jam membawa harapan baru, setiap malam,

mimpi kita bisa memberikan harapan, dan setiap hari akan menjadi apa yang kau inginkan

Jesica Heringer

“Ketika pagi hari engkau bangun tidur serahkanlah hidupmu kepada TUHAN maka engkau tidak perlu kuatir akan harimu”

Filipi 4:4

“ You never walk alone”

(7)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan

karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 April 2010 Penulis

(8)

vii

Nama : Yohana Karisnawati

Nomor Mahasiswa : 06 1334 060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XIII.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 April 2010

Yang menyatakan

(9)

viii

Puji syukur penulis haturkan kepada Yesus Kristus atas berkat dan karunia

Roh Kudus-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi di

Universitas Sanata Dharma. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak diantaranya:

1. Romo Dr.Ir. P.Wiryono., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak T. Sarkim., M.Ed.,P.hd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak L. Saptono., S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas akhir.

5. Ibu Ag. Vista E.G. selaku guru mitra dalam penelitian ini yang telah dengan sabar

(10)

ix berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bapak/ibu dosen dan segenap tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membimbing dan mengajarkan banyak hal kepada penulis

selama kuliah.

8. Bapak, Ibu tersayang, terima kasih atas dukungan baik material maupun spiritual

karena doa bapak/ibu penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Mbak Yus, Tiwi, dan Tia, terima kasih karena semangat dan dukungan yang telah kalian berikan selama penulis mengerjakan tugas akhir ini.

10.Sahabat-sahabatku Rara, Siska, Galih, Dety, Iren, dan Sr. Mia yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Karena kalian penulis

mampu memahami arti sahabat.

11.Untuk Suster Caecilia W. Rgs, Ibu Iwuk, Mbak Fivit serta teman-teman asrama

putri Gembala Baik (Mbak Nanik, Nana, Sari, Riska, dan lain-lain). Terima kasih untuk doa dan dukungannya yang selam ini kalian berikan.

12.Untuk seseorang yang telah memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih

(11)

x

Venny, Yossy, terima kasih atas pengalaman dan kebersamaan yang boleh kita

lalui.

14.Teman-teman PAK angkatan 2006, khususnya Tio, Wahyu, dan Ndaru yang telah

membantu pada saat pelaksanaan penelitian. Semoga kita dapat selalu menjaga kekompakan kita. Semangat teman-teman.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan yang diberikan pada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun. Penulis juga berharap skripsi ini berguna bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, April 2010

(12)

xi

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI

PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XII IPS

Studi kasus siswa kelas XII IPS 3 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Yohana Karisnawati Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan dagang siswa kelas XII IPS dengan menerapkan metode role playing. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari samapi dengan Maret 2010 di kelas XII IPS 3, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(13)

xii

THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT OF DEVELOPING THE UNDERSTANDING MATERIAL OF ACCOUNTING

CYCLE OF TRADING COMPANY FOR 12th GRADE SOCIAL AND SCIENCE

CLASS IN SENIOR HIGH SCHOOL

A Case Study : Students of 12 th grade social and science class Stella Duce 1 Senior High School Yogyakarta

Yohana Karisnawati Sanata Dharma University

2010

This classroom action research aims to figure out the development of understanding material of accounting cycle of trading company for 12th grade social and science class in Senior High School by implementing the role playing method. The research was done from February until March 2010 in the 12th grade social and science class Stella Duce 1 senior high school Yogyakarta. Data gathering techniques were done by appliying observation, interview, dan documentation method. The data was analyzed by descriptive and comparative analysis.

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN …. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…. ... iv

MOTTO …. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI …. ... vii

KATA PENGANTAR …... viii

ABSTRAK …... xi

ABSTRACT …. ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(15)

xiv

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing……… . 18

C. Pemahaman ... 24

D. Mata Pelajaran Akuntansi ... 25

E. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 31

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Pengumpulan dan Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 43

B. VISI, MISI dan Tujuan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 48

C. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 50

D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 50

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 52

F. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 56

(16)

xv

Stella Duce 1Yogyakarta ... 64

I. Fasilitas Pendukung Pembelajaran ... 66

J. Majelis Sekolah / Dewan Komite / Komite Sekolah... 69

K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 69

L. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan... 71

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 76

1. Observasi pendahuluan ... 76

2. Deskripsi awal pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang ... 85

3. Siklus pertama ... 88

4. Pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang ... 109

B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 111

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, dan SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Keterbatasan ... 115

C. Saran ... 116

(17)

xvi

Tabel 3.1 Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan

Role Playing ………. 42

Tabel 4.1 Struktur Kurikulum SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ……….. 51

Tabel 4.2 Sumber Daya SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Berdasarkan Status Kepegawaian ……… 56

Tabel 4.3 Sumber Daya SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Berdasarkan Kelompok Umur dan Masa Kerja ……… 57

Tabel 4.4 Tenaga Edukatif ………... 57

Tabel 4.5 Tenaga Non Edukatif ……… 60

Tabel 4.6 Jumlah Siswa ……… 62

Tabel 4.7 Data Kenaikan dan Kelulusan Siswa Tahun 1990 –2009 ……… 64

Tabel 4.8 Data Buku Perpustakaan Tahun 2009/2010 ………. 67

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Role Playing ……….. 78

Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Metode Role Playing ……….. 82

(18)

xvii

Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Metode

Role Playing ……… 101

Tabel 5.6 Rangkuman Refleksi Siswa ……….. 104

Tabel 5.7 Refleksi Guru ………... 107

Tabel 5.8 Hasil Post Test Siswa Kelas XII IPS 3……….. 109

(19)

xviii

(20)

xix

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. 119

Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Menerapkan Metode Role Playing………... 138

Lampiran 2a Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Menerapkan Metode Role Playing………... 141

Lampiran 3 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing……….. 144

Lampiran 3a Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing……… 145

Lampiran 4 Lembar Observasi Kelas………... 146

Lampiran 5 Refleksi guru………... 147

Lampiran 6 Refleksi siswa………... 148

Lampiran 7 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Menerapkan Metode Role Playing………... 149

Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing……….. 152

Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas………... 153

(21)

xx

Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Keadaan Kelas………. 161

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Siswa Terkait Keadaan Kelas………. 162

Lampiran 15 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Menerapkan Metode Role Playing………... 163

Lampiran 16 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing……… 165

Lampiran 17 Lembar Observasi Kelas………... 166

Lampiran 18 Refleksi Siswa……….. 168

Lampiran 19 Refleksi Guru………. 204

Lampiran 20 Hasil Pre Test……….. 205

Lampiran 21 Hasil Post Test……….. 207

Lampiran 22 Soal ……… 209

Lampiran 23 Pembagian Kelompok……….. 223

(22)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia menjadi paham akan banyak hal yang berguna dalam kehidupannya. Pada intinya pendidikan adalah proses

dimana terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik, dan terjadi perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak paham

menjadi paham, dan yang tidak mengerti menjadi mengerti. Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik bisa terjadi secara formal maupun nonformal. Proses interaksi yang nonformal bisa terjadi di rumah,

masyarakat, dan lainnya. Sedangkan, untuk bentuk formal terjadi dalam sekolah, bimbingan belajar, dan sebagainya.

Dalam proses belajar diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Sebagai seorang

pendidik, guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif di kelas bagi siswa. Kreativitas seorang guru dalam memotivasi siswa harus benar-benar diasah dengan baik. Seorang guru yang baik tidak

hanya mampu mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga mampu membangkitkan minat belajar siswanya. Hal ini berbeda dengan praktik

(23)

mempengaruhi perkembangan pribadi peserta didik, di mana mereka ingin mencoba segala sesuatu berdasarkan kemampuan mereka untuk

mendapatkan suatu pengetahuan, dan tidak hanya menerima dari guru semata. Dengan kata lain, proses pembelajaran harus melibatkan siswa

secara aktif sehingga mereka dapat mencari sendiri pengetahuannya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ditemukan banyak guru yang masih menggunakan metode yang konvensional atau belum

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses belajar cenderung satu arah di mana guru akan menjelaskan materi yang ada di

dalam buku secara penuh dan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Ada kecenderungan bahwa kondisi seperti demikian menyebabkan siswa tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka

mengacuhkan materi yang disampaikan oleh guru apabila mereka sudah merasa bosan. Tidak sedikit dari mereka yang membuat keributan di kelas

sehingga berdampak pada proses belajar mengajar tidak kondusif lagi. Ada begitu banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan untuk membantu meningkatkan minat belajar siswa dan

mengaktifkan mereka dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah metode role playing. Role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa memainkan secara langsung apa yang

(24)

mampu untuk menemukan pengetahuan berdasarkan kemampuan mereka. Ada beberapa hal yang mendasari metode Role playing

diantaranya: pertama, menciptakan suatu permasalahan kehidupan, agar proses pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa; kedua, dengan

bermain peran akan mendorong siswa untuk mengapresiasikan perasaannya; ketiga, bahwa proses psikologis akan melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan. Mengacu ketiga hal ini, berarti metode role playing dapat

diterapkan pada pembelajaran akuntansi untuk materi siklus akuntansi perusahaan dagang.

Materi siklus akuntansi perusahaan dagang adalah pokok bahasan

mengenai proses menganalisis, mencatat, menggolongkan,

mengikhtisarkan, dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi di perusahaan dagang. Di kelas materi siklus akuntansi perusahaan dagang umumnya disajikan oleh guru dengan menggunakan metode

ceramah dan latihan soal. Guru tidak mengenalkan bagaimana akuntansi diterapkan secara nyata di dunia usaha. Dampaknya mereka tidak begitu mengenal tentang bukti transaksi, pencatatan transaksi, bagaimana

pembuatan bukti transaksi dan sebagainya. Melalui penggunaan metode role playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi, bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan pencatatan transaksi

(25)

praktik nyata misalnya sebagai akuntan, atau bagian keuangan perusahaan. Setiap peran yang diperankan oleh siswa memiliki tugas atau wewenang

masing-masing misalnya, sebagai akuntan siswa bertugas untuk mencatat bukti transaksi ke dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan

keuangan, sebagai bagian keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan membuat bukti transaksi. Ketika memainkan peran tersebut, siswa langsung berhubungan dengan hal-hal yang terkait

dengan praktik nyata. Siswa dihadapkan langsung dengan bukti transaksi, membuat bukti transaksi, mencatat bukti transkasi ke dalam jurnal,

membuat buku besar dan laporan keuangan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan siswa lebih memahami siklus akuntansi perusahaan dagang, dan memiliki gambaran konkrit tentang praktik akuntansi.

Berdasarkan fenoma yang terjadi di dalam dunia pendidikan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan

kelas dengan judul "Penerapan Metode Role Playing Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Materi Siklus Akuntansi Perusahaan

Dagang Siswa Kelas XII IPS. Studi Kasus SMA Stella Duce 1

(26)

Penelitian tentang penerapan metode role playing dalam pembelajaran akuntansi ini memfokuskan pada peningkatan pemahaman

siswa mengenai siklus akuntansi perusahaan dagang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan

metode role playing pada materi siklus akuntansi perusahaan dagang untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas XII IPS SMA, Stella Duce 1,

Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siklus akuntansi perusahaan dagang siswa kelas XII IPS SMA

Stella Duce 1 dengan penerapan metode role playing.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik

(27)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru dalam rangka penggunaan metode pembelajaran yang mampu

mengaktifkan semua pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(28)

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK), berasal dari terjemahan bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR). Dari istilah

tersebut terdapat tiga kandungan isi yaitu penelitian, tindakan, dan kelas (Arikunto, 2006:3):

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan

(29)

Menurut Mc. Niff (1992:1) memandang PTK sebagai

bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

Pendapat Mc. Niff tersebut sejalan dengan pandangan Kemmis (dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan Kelas:6)

menyatakan bahwa

Action research is a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out.

PTK merupakan sebuah bentuk inkuiri yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk pendidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan

rasionalitas dari (a) praktik-praktik sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik

tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran.

Tidak berbeda dengan Mc. Niff (1992:1) dan Kemmis,

Raka Joni (1998:5) mendefinisikan PTK sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan

(30)

memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

Menurut Wijaya (2009:9) pengertian PTK adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat. Sejalan dengan pendapat Wijaya (2009:9), Susilo (2007:16) berpendapat bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan

memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian PTK tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang bersifat reflektif, oleh pelaku tindakan (guru) secara kolaboratif dan partisipasif untuk memperbaiki proses pembelajaran.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

(31)

(1998:6) adalah:

a. An inquiry on practice within

Kegiatan PTK ditimbulkan oleh masalah-masalah praktis yang terjadi pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Permasalahan yang menjadi fokus PTK adalah permasalahan yang kontekstual dan spesifik dengan tujuan untuk memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi pada proses pembelajaran sekarang.

b. A collaborative effect between school teacher a nd techer educator

PTK merupakan upaya bersama antara guru dan peneliti. Kolaborasi ini tidak hanya bersifat sementara tetapi harus nampak kerja sama mereka di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan refleksi.

c. A reflective practice

Refleksi yang berkelanjutan ini merupakan ciri khusus dari penelitian tindakan kelas. Proses penelitian dan hasil penelitian akan direfleksikan secara terus menerus guna melihat apakah ada kemunduran, peningkatan, kekurangefektifan dan sebagainya yang dapat digunakan untuk perbaikan siklus kegiatan berikutnya.

Pendapat Raka Joni (1998:6) tersebut tidak berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar

(2009:58-63), menurutnya ada beberapa karakteristik PTK yaitu; a. On the job problem oriented

Masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar – benar dihadapai guru dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Problem solving oriented

PTK yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya.

(32)

meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelas. PTK juga bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik suatu proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa.

d. Cyclic

Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahap yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi.

e. Action oriented

PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas. Tindakan dalam PTK merupakan suatu alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru di kelas. Di dalam PTK harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks dan situasi saat itu pula.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan

Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif yang lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.

g. Specifics contextual

Aktivitas PTK dipicu oleh masalah praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas. Permasalahan PTK adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut.

h. Partisipatory

PTK dilakukan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain seperti teman sejawat. Dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

Kegiatan yang penting dilakukan dalam PTK adalah refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.

(33)

Menurut Hopkins (1993:57-61) dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (6) ada enam dasar prinsip PTK:

a. Tugas guru dan dosen yang utama adalah

menyelengggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas

Upaya penelitian tindakan yang dilakukan guru dan dosen bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada. Ketika penerapan penelitian tindakan dilakukan kemungkinan tidak ditemukannnya pemecahan masalah akan muncul namun guru tidak boleh berhenti. Pemecahan masalah harus tetap dicari dengan menggunakan alternatif lain.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntun kekhususan waktu maupun penggunaan metode penelitian.

Penelitian tindakan tidak boleh menggangu proses pembelajaran, sehingga pelaksanaanya menyesuaikan dengan pembelajaran. Tahap-tahap penelitian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

c. Penelitian harus diselengggarakan dengan bersandar pada alur dan kaidah ilmiah

Penelitian dimulai dengan menganalisis permasalahan yang ada di dalam kelas. Dari permasalahan yang ada tersebut dicari penyebabnya dan kemungkinan cara–cara pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur penelitian yang berlaku.

d. Masalah penelitian adalah masalah-masalah yang riil

Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian tindakan adalah masalah–masalah yang timbul dalam proses pembelajaran secara nyata.

e. Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

Motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangatlah diperlukan, sehingga penelitian tindakan tidak boleh dijalankan sambil lalu. Perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh harus diperhatikan.

f. Masalah penelitian tidak hanya dibatasi di ruang kelas tetapi dapat dilakukan di luar kelas.

(34)

peningkatan kualitas pendidikan.

4. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki beberapa alur atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2008:17-20)

a. Planning

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.

b. Acting

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat. c. Observing

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Reflecting

Pada tahap ini dikemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan.

(35)

5. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2008:23-24) ada beberapa syarat

yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas: a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai

hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermaan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.

c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.

(36)

pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

6. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat bagi

peneliti, dalam hal ini khususnya adalah guru selaku pelaku penelitian. Menurut Wijaya (2009:13) secara umum manfaat

PTK adalah:

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas

Masalah-masalah yang ada di kelas seperti kondisi kelas yang kurang kondusif untuk pembelajaran, menurunnya minat siswa dalam pembelajaran, dan sebagainya dapat diatasi dengan penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

b. Menumbuhkan kebiasaan menulis

Melalui PTK guru akan terbiasa untuk menulis. Hal ini penting karena guru-guru sekarang ini lebih dituntut untuk membuat banyak karya tulis.

c. Menumbuhkan budaya meneliti

Budaya meneliti dari pihak guru pada waktu-waktu yang lalu dirasakan masih minim. Dengan adanya PTK ini diharapkan guru termotivasi untuk meneliti dari hal yang paling sederhana yaitu kelas di mana mereka mengajar. d. Menggali ide baru

Masalah-masalah yang dihadapi guru di dalam kelas tentunya sangatlah banyak dan sering terjadi. Masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi melalui PTK. Dengan demikian ada pemecahan baru atau ide baru yang muncul dari adanya penelitian tindakan kelas.

e. Melatih pemikiran ilmiah

(37)

Langkah untuk menemukan masalah dilakukan dengan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan dilanjutkan dengan menganalisis, dan merumuskan masalah, dan merencanakan PTK dalam bentuk perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

f. Mengembangkan keterampilan

Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku guru, peserta didik, peningkatan atau perbaikan kualitas pembelajaran, dan mengubah kerangka pelaksanaan pembelajaran guru di kelas. Jadi, dapat disimpulkan PTK bermaksud untuk mengembangkan keterampilan guru mengenai pendekatan dalam pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat Wijaya (2009:13), Kunandar berpendapat (2008:68) bahwa manfaat PTK dapat dilihat dari

dua aspek yaitu:

a. Manfaat PTK dari segi akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang relevan. Dalam hal ini, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi dalam proses pembelajaran. b. Manfaat praktis dari PTK adalah:

1. Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun, oleh sebab itu melalui PTK guru melakukan inovasi pembelajaran di kelas.

(38)

Menurut Reed dan Bergemen (1992) seperti dikutip dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan kelas (22),

instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sejalan adalah:

a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)

Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.

b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)

Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas. c. Pengamatan Perilaku siswa (observing students)

Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.

d. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode wawancara ini membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data yang jelas.

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing

1. Pengertian Metode Role Playing

Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu

(39)

kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam

(2008:98) Role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

yang spesifik.

Sementara menurut Djajadisastra (1982:34), metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru

memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam

kehidupan masyarakat (sosial).

Berdasarkan pengertian role playing tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing adalah suatu metode yang

digunakan dalam meningkatan penguasaan materi ajar dimana siswa diberi kebebasan memerankan secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter materi ajar. Menurut Komara

sebagaimana dikutip dari Mulyasa dalam http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran

dalam-pembelajaran_29.html ada tiga asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial:

(40)

menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata.

b. Bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya. Bermain peran dalam pembelajaran memandang pemeranan dan keterlibatan emosional serta intelektual penting untuk dipahami.

c. Bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide dapat ditingkatkan pada taraf sadar melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang dari dalam diri seseorang, pengalaman orang lain terkadang sangat membantu dalam memecahkan suatu masalah. Belajar dari pengalaman orang lain akan membantu peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal.

Role playing di dasarkan pada tiga aspek umum suatu

pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Zaini (2008:98) tiga aspek utama tersebut antara lain:

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspekatsi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga.

b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

Role playing merupakan suatu metode yang sangat baik

digunakan dalam suatu pembelajaran di mana peran-peran yang ada

dapat diidentifikasi dengan jelas, memiliki interaksi untuk dapat dieksplorasi dan bersifat simulasi. Dengan adanya role playing

siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa dalam kaitannya dengan

(41)

2. Pendekatan Role Playing

Ada beberapa pendekatan role playing yang biasa

digunakan di dalam kelas. Menururt Zaini (2008:101-104) pendekatan-pendekatan tersebut antara lain:

a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:

1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.

2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.

3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.

b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)

Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk: 1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang

mengelilingi suatu isu.

2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu.

3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi yang sama.

4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.

5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.

c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu.

2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat. 3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul. 5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan

berdasarkan alasan yang dibenarkan.

(42)

aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan :

1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang

mendasar.

3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk menganalisis peristiwa.

3. Fase-Fase dalam Role Playing

Menururt Zaini (2008:104-116) role playing dapat dilakukan

dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanan yang harus dilakukan yaitu:

1) Mengenal peserta didik.

Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2) Menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

(43)

skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.

4) Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.

5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6) Merencanakan waktu

Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2. 7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana kedalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.

c. Refleksi dan evaluasi 1) Refeleksi

Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing. 2) Evaluasi

(44)

harus dipertahankan.

4. Kelebihan dan kelemahan role playing

Menurut Djajadisastra (1988:41-43) ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing

a. Kelebihan metode role playing

1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.

2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.

3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.

4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.

5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran.

b. Kelemahan role playing

1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata.

2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau keputusan.

3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada.

5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran.

(45)

Pemahaman berasal dari kata 'paham' yang mendapat imbuhan pe-an. Menurut Kamus Umun Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto (1984:694) paham memiliki arti pengertian,

pendapat;pikiran, dan mengerti benar. Sejalan dengan pandangan Purwodarminto (1984:694) Kamus Besar Bahasa Pusat Bahasa

(2008:998) mengartikan paham sebagai pengertian, pendapat pikiran. Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau

memahamkan.

Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa

dinilai melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria

tertentu (Purwanto 2009:3). Dari evaluasi pembelajaran, diperoleh data-data mengenai pencapaian skor yang diperoleh siswa. Skor siswa tersebut akan diolah guru menjadi nilai. Nilai dari hasil belajar ini

menunjukan sejauh mana peserta didik memahami suatu materi pelajaran yang selama ini dipelajari. Siswa yang memiliki nilai di atas

standar kelulusan atau kriteria tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu materi ajar. Dan, jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut

(46)

yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu:

1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal

2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

D. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Akuntansi dapat diartikan (Suwardjono, 2002:7)

sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.

Tidak berbeda menurut Suwardjono (2002:7) American Institute of

Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan

kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Semakin luasnya fungsi akuntansi dan semakin

(47)

seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pengadaan, pengabsahan, pencatatan, pengklasifikasian,

pemrosesan, peringkasan, penganalisisan, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan

berdaya guna tentang transakasi dan kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus

disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurus keuangan dan lainnya.

Sejalan dengan pendapat Suwardjono (2002:7) dan AICPA, American Accounting Association (1996:1) dalam Anis Chariri (199 :31) berpendapat bahwa Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan pertimbangan yang benar.

Jadi dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam

pengambilan keputusan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.22 tahun 2006 memasukan akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran. Materi yang

(48)

mulai dari pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum, posting jurnal ke buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, posting jurnal

penyesuaian ke buku besar, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, jurnal penutup, dan neraca saldo setelah penutupan.

E. Kerangka Berpikir

Umumnya pembelajaran materi siklus akuntansi perusahaan

dagang di kelas diajarkan berdasarkan teori bukan praktik senyatanya. Pembelajaran didasarkan pada materi yang ada di buku

tanpa adanya upaya pengembangan oleh guru. Peserta didik cenderung untuk menghafal materi pelajaran tanpa memahami konsep. Hal ini mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan

dalam menghadapi ulangan jika soal berbeda dengan yang diajarkan. Selain itu, siswa juga kurang memahami akuntansi

dengan baik.

Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi siklus akuntansi perusahaan dagang dapat diatasi dengan menerapkan

metode role playing dalam pembelajaran. Menurut Hisyam (2008:98) role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

(49)

melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan dagang materi yang diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai

dari bukti transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan dagang diawali oleh bukti transaksi

yang diperoleh karena adanya suatu transaksi keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan disusun

laporan keuangan.

Kegiatan siklus akuntansi tersebut melibatkan beberapa pihak yang terpisah tetapi saling berkaitan. Pihak-pihak yang

terkait dalam siklus akuntansi perusahaan dagang tersebut dapat diperankan siswa. Peran-peran siswa yang dimaksud adalah

sebagai akuntan, bagian keuangan, pelaksana transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi di dalam

perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan,

(50)

sebagai pihak yang ada di luar perusahaan pertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas transaksi yang dilakukan

perusahaan. Peran akan dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan role playing diterapkan. Ketika

memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran sehingga role pla ying dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.

Pada saat peserta didik dilibatkan dalam berbagi peran, maka peserta didik lebih mudah untuk memahami materi yang

sedang dipelajari. Kemampuan peserta didik untuk mengingat suatu materi yang mereka pelajari melalui praktik secara langsung akan lebih lama dan menetap dibandingkan dengan mendengarkan

ceramah atau membaca materi secara mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

(51)

30

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu

kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru sebagai pelaku tindakan dan peneliti sebagai mitra kerja. Dengan PTK ini diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat

diatasi dan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 1, Jl. Dr. Sabirin No.1, Yogyakarta

2. Waktu penelitian

(52)

1. Subjek penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 2. Objek penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode role playing.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Observasi awal

Observasi awal bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan, masalah yang ditemukan

akan dirumuskan. Observasi awal penelitian mencakup observasi kelas, observasi perilaku siswa, dan observasi perilaku guru. Sedangkan untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi

perusahaan dagang dilakukan pre-test. Selain memperoleh data melalui observasi dan pre-test, peneliti juga mengumpulkan data dengan cara wawancara kepada guru dan siswa. Wawancara kepada

(53)

dipelajari. Ada beberapa instrumen yang harus dipersiapkan peneliti dalam observasi awal yaitu;

a. Observasi terhadap perilaku guru

Peneliti mendeskripsikan tentang bagaimana perilaku guru selama

proses pembelajaran berlangung. Cakupan pengamatan meliputi kegiatan guru pada kegiatan pembuka, kegitan inti dan kegiatan penutup. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku guru

adalah instrumen observasi aktivitas guru di kelas. b. Observasi terhadap kelas

Peneliti mendeskripsikan bagaimana keadaan kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi deskripsi lingkungan fisil kelas, tata letak kelas, dan manajemen

kelas. Bentuk instrumen observasi terhadap kelas adalah catatan anekdoktal.

c. Observasi perilaku siswa

Peneliti mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi

(54)

Pada siklus pertama, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:

a. Menyusun rencana tindakan (planing).

Pada tahap ini peneliti menentukan beberapa hal yaitu: tentang apa

penelitian yang akan berlangsung, mengapa dilakukan penelitian tersebut, kapan akan dilangsungkan penelitian, oleh siapa penelitian tersebut akan dilaksanakan, dan bagaimana penelitian

tersebut akan berlangsung. Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana penelitian yang meliputi:

1) Peneliti dan guru akan mengumpulkan data dan melakukan observasi sebelum melakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tiap siswa. Setelah diketahui

kemampuan tiap siswa maka siswa di dalam kelas tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, dan setiap

kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Selain membagi kelompok, guru dan peneliti juga merancang materi pembelajaran, alur pelaksanaan, alat-alat yang dibutuhkan, dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang meliputi: a) Lembar observasi perilaku guru

(55)

berlangsung.

b) Lembar observasi perilaku siswa

Lembar observasi perilaku siswa digunakan untuk mengetahui perilaku siswa di kelas selama siklus pertama

pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.

c) Lembar observasi kelas.

Lembar observasi kelas digunakan untuk mencatat keadaan kelas selama siklus pertama pembelajaran dengan

menerapkan metode role playing berlangsung. d) Instrumen refleksi.

Setelah siklus pertama proses pembelajaran selesai, maka

guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Refleksi bertujuan

untuk menganalisis, memaknai, dan membuat kesimpulan dari pembelajaran. Refleksi dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi mengenai apa yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Dalam tahap ini hendaknya

(56)

role playing dengan rencana kegiatan sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode role playing

yang akan diterapkan pada materi siklus akuntansi perusahaan dagang.

2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang yang akan bertugas sebagai akuntan, bagian keuangan, dan bagian transaksi.

3) Guru menjelaskan tugas dari masing-masing peran dalam role playing. Adapun peran-peran yang akan diperankan siswa

adalah akuntan, bagian keuangan, pelaku transaksi dan pihak di luar perusahaan. Akuntan bertugas untuk mencatat transaksi yang terjadi sampai dengan pembuatan laporan keuangan.

Bagian keuangan bertugas untuk mengatur keluar masuknya uang dan membuat bukti transaksi yang diperlukan. Petugas

transaksi bertugas untuk melakukan transaksi. Pihak di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti-bukti transaksi yang diperlukan terkait dengan transaksi yang dilakukan

perusahaan.

4) Guru bersama dengan peneliti memberikan simulasi mengenai prosedur role playing.

(57)

pembelajaran dengan menggunakan metode role playing yang baru saja berlangsung.

c. Pengamatan (observing)

Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tahap

tindakan. Saat guru menerapkan metode role playing dalam pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan atas apa yang terjadi dan menuangkannya dalam bentuk catatan anekdoktal. Hal-hal

yang diamati adalah bagaimana aktivitas guru, bagaimana aktivitas siswa dan bagaimana keadaan kelas selama proses pembelajaran

berlangsung. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perilaku siswa, perilaku guru, dan

keadaan kelas. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan mendokumentasikan dalam video recorder

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan suatu tindakan memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan kegitan yang telah berlangsung. Pada tahap refleksi

(58)

Pada siklus yang kedua tahap-tahap yang dilakukan sama dengan tahap pertama. Yang membedakan siklus pertama dan kedua adalah

tindakan yang dilakukan, dimana siklus yang kedua tindakannya berasal dari hasil refleksi siklus pertama.

E. Istrumen Penelitian

1. Observasi pendahuluan

Instrumen yang diperlukan dalam observasi pendahuluan adalah a. Instrumen observasi terhadap perilaku guru

Peneliti mendeskripsikan perilaku guru pada kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup selama pembelajaran sebelum menggunakan metode role playing. Instrumen observasi aktivitas

guru di kelas tersaji pada lampiran 2, hal 138. b. Instrumen observasi terhadap kelas

Peneliti mendeksripsikan tata letak kelas, lingkungan kelas dan manajemen kelas dalam bentuk catatan anekdoktal. Catatan anekdoktal tersaji pada lampiran 4, hal 146.

c. Instrumen observasi terhadap perilaku siswa

Peneliti mendeskripsikan perhatian siswa, dan kesiapan siswa selama pembelajaran sebelum menggunakan metode role playing

(59)

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Cakupan isi RPP adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran,

materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi pembelajaran. RPP akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Tahap observasi

Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:

1) Instrumen observasi aktivitas guru di kelas

Peneliti mendeskripsikan perilaku guru pada kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup selama pembelajaran dengan

menerapkan metode role playing berlangsung. Instrumen observasi aktivitas guru di kelas tersaji dalam lampiran 3a, hal

142

2) Instrumen observasi kelas

Peneliti mendeskripsikan tata leta kelas, lingkungan fisik kelas,

dan manajemen kelas selama pembelajaran dengan menerapan metode role playing berlangsung. Keadaan kelas dideskripsikan dalam bentuk catatan anekdoktal. Catatan anekdoktal tersaji

pada lampiran 5, hal 146.

(60)

pada pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas tersaji pada

lampiran 4a, hal 145. c. Tahap Refleksi

Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Pada tahap refleksi ini guru dan siswa memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan

pembelajaran dengan penerapkan metode role playing. Refleksi tersaji pada lampiran 6, hal 147 dan lampiran 6a, hal 148.

F. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa cara diantaranya:

a. Observasi

Menurut Margono dalam Zuriah (2005:173) observasi sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai objek yang

diamati. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai mitra guru untuk mengetahui secara langsung kondisi kelas dan proses belajar mengajar. Observasi dilakukan secara langsung pada saat

(61)

wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan dalam bentuk komunikasi verbal antara peneliti dan responden. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat siswa dan pendapat guru tentang penerapan metode role playing. Selain itu,

melalui wawancara peneliti ingin mengetahui pendapat siswa mengenai pemahamannya terhadap materi siklus akuntansi perusahan dagang dengan menerapkan metode role playing.

Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dengan penerapan metode role

playing. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal. c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sarwono (2006:225) adalah suatu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari surat-surat kabar, pengumuman, dan pernyataan

tertulis lainnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data siswa dan hasil belajar siswa. Selain dokumentasi dalam bentuk seperti diatas

(62)

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan komparatif, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat pemahaman siswa

tentang siklus akuntansi perusahaan dagang. a. Analisis deskriptif

Data yang diperoleh dari observasi dan pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data yang dipaparkan mengenai aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran pada

saat observasi awal, siklus I, dan siklus II. b. Analisis komparatif

Analisis komparatif adalah analisis data yang membandingkan antara beberapa data dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis komparatif dimaksudkan untuk membandingkan skor capaian

siswa pada saat pre test, dengan post test. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dari analisis komparasi. Tujuan yang pertama untuk

melihat apakah ada peningkatan pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan dagang dengan penerapkan metode role playing. Kedua, untuk mengetahui pemahaman apa yang telah

(63)

Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Role Playing

No Nama Pre test Post test Selisih Peningkatan

pemahaman 1

(64)

43

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Dengan dicabutnya peraturan Pemerintah Balatentara Jepang yang melarang pihak swasta menyelenggarakan pendidikan bulan Mei 1945, para

Suster Santo Carolus Borromeus serta para Suster Fransiskanes di Yogyakarta mendirikan Sekolah Menengah Katolik (SMK) di Bintaran dan

Dagen Yogyakarta.

Untuk menampung murid-murid lulusan SMK tersebut, pada tahun 1948 dibukalah SMA Katolik pada petang hari yang diselenggarakan oleh

Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) yang sekarang menjadi SMU Santo Thomas. Kebutuhan akan SMA Katolik sangat dirasakan

saat itu Dengan dukungan Mgr. A. Sugijopranoto SJ (pada waktu itu tinggal di Bintaran) diadakan permufakatan antara Romo A. Djojoseputro SJ (pembesar Ordo Jesuit), para suster-suster Santo Carolus Borromeus untuk

mendirikan sebuah Sekolah Menengah Atas Kanisius (SMA K) dengan pembagian tugas, bagian putra dipimpin oleh Romo-romo Jesuit sedang

(65)

Republik Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1948, dengan resmi dibukalah

Sekolah Menengah Atas Kanisius Yogyakarta.

SMA K ini terdiri atas bagian A (sekarang jurusan bahasa) dan bagian B

(sekarang jurusan Ilmu pengetahuan Alam) dengan 65 orang murid putra-putri serta sebelas pamong antara lain:

1. Romo F.Partanto SJ (mengajar bidang studi Agama)

2. Bapak H.J. Sumarto (mengajar Aljabar, Ilmu Ukur, dan Sejarah)

3. Bapak Ir. Ign. Supardi Surjoputranto (mengajar Ilmu Ukur Ruang dan

Ilmu Ukur Lukis)

4. Bapak Ir. D. Wakidi (mengajar Ilmu Alam dan Hayat) 5. Bapak B. Slamet Muljono (mengajar bahasa Indonesia)

6. Ibu R.A.A. Supadmirin (mengajar bahasa Inggris dan Prancis) 7. Bapak R.C. Sastrosunarjo (mengajar Ilmu Bumi)

8. Bapak Mr. F. Wijono (mengajar Ekonomi dan Tatanegara)

9. Bapak R.B. Margono Darmopusoro (mengajarakan menggambar)

SMA Kanisius Yogyakarta yang menumpang di ruang atas SMK Bruderan Kiduloji untuk sementara dipimpin oleh Romo B.Dumarno SJ, dengan Santo Johanes De Brito sebagai pelindung dan nantinya akan menjadi

College De Brito.

Sehubungan dengan terjadinya agresi Belanda ke ibukota Indonesia,

Gambar

Tabel 5.6 Rangkuman Refleksi Siswa ……………………………………….. 104
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah SMA Stella Duce 1 Yogyakrta ………... 52
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode  Role Playing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Negara memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya baik dari bangsa, bahasa, mata uang, pemerintahan, dan lain sebagainya. Program aplikasi ini menggunakan

Sumatera Utara Medan yang membantu penulis selama proses kuliah.. Bapak Melanthon Rumapea, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing

Hadis Nabi sebagai refleksi perkataan dan perbuatan Nabi harus dilihat dalam perspektif yang holistik. Memahami hadis Nabi perlu memper- timbangkan posisi dan

Secara sederhana dan sistematis, konstruksi metode pemahaman hadis Muhammad al-Ghazali mensyaratkan adanya 5 kriteria keshahihan hadis. Tiga hal terkait dengan sanad dan

sistem untuk mengkomunikasikan data atau informasi dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.. dengan memanfaatkan alat-alat

Carilah medan listrik di sumbu x pada jarak x yang sembarang, dan bandingkan hasil anda dengan hasil yang diperoleh untuk medan pada sumbu sebuah cincin. bermuatan yang jari-jarinya r

(NaOH) dengan buffer natrium karbonat (Na 2 C0 3 ) sebagai penetral pH dalam proses. pembentukan metana (CH

a. Perusahaan menerima pelunasan piutang Rp 6.000.000,00 belum disetor ke bank. PT.MUKTI PERDANA mengeluarkan cek Rp 12.000.000,00 tetapi dicatat oleh bank dalam rekening