• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SISTEM RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN SISTEM RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN SISTEM RESPON TANGGAP DARURAT

DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

JAWA BARAT

Mega Karuni

R.0008052

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat

Mega Karuni, NIM : R0008052, Tahun : 2011

Telah disetujui dan sudah disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari ………Tanggal ………..20………

Pembimbing I Pembimbing II

Sumardiyono, SKM, M. Kes. Agus Widiyatmo, SE, M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19761028 200810 1 001

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

(3)

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Umum dengaan judul :

Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang

Cikampek Jawa Barat

dengan peneliti :

Mega Karuni

NIM. R0008052

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Jumat, 13 Mei 2011

Mengetahui, Pembimbing Lapangan

Superintendent KPK

Sumarna Dadi Setiadi

Mengetahui,

Drs. M. Saaf Husnu

(4)

ABSTRAK

GAMBARAN RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT

Mega Karuni1, Sumardiyono2, Agus Widiyatmo3

Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana gambaran respon tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.

Metode : Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis ini adalah melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia. Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien.

Hasil : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap objek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan tanpa dilakukan tes hipotesa. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.

Simpulan : PT Pupuk Kujang membagi keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III. Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan darurat. Untuk itu dilakukan pelatihan-pelatihan serta disediakan sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat untuk mengantisipasi jika terjadi keadaan darurat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.

Kata kunci : Keadaan Darurat

1

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusuna laporan ini sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar.

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.

Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja lapangan dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.

Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK Selaku Ketua Pogram D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing I. 4. Bapak Agus Widiyatmo, SE, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing II.

5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih

banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moral maupun spiritual.

8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Mujiono, Bp. Endang Susman, Ibu Ida Rosida, Mas Adi, Mas Ainur, Mas Slamet, Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian.

(6)

10.Rekan-rekan OJT Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi, Mas Anjas, Mas Indra, Mas iin, Mas April, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani, Mas Sayoga, Mas Radi terimakasih atas bantuannya selama magang disana.

11.Teman-temanku seperjuangan dari UNS Lely dan Dian serta teman seperjuangan pada saat magang Yudha, Garna dan Doni terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.

12.Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008, teman-teman kos kepler terimakasih atas dukungan dan doa kalian.

13.Bapak, Ibu, Mas Dodi, Dek Galih, Mas Prila yang tercinta serta semua keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral, spiritual maupun material kepada penulis.

14.Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Surakarta, 13 Mei 2011 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Definisi ... 7

2. Rencana Respon Gawat Darurat ... 9

3. Peringatan dan Tanda Bahaya ... 23

4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ... 24

5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan ... 36

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Metode Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 39

D. Sumber Data ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Pelaksanaan ... 40

G. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 97

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Simpulan ... 114

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Keadaan Darurat

Lampiran 2 Tanda Keadaan Darurat

Lampiran 3 Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi

Lampiran 4 Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant

Lampiran 5 Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box

Lampiran 6 Laporan Pemeriksaan Hose Reel

Lampiran 7 Laporan Pemeriksaan Safety Shower

Lampiran 8 Laporan Pemeriksaan APAR

Lampiran 9 Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat

Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler

Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR

Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box

Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K

Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment

Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K

Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System

Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat

Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan

Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat

Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan jaman, berkembang pula ilmu

pengetahuan dan penggunaan tekhnologi, terutama dalam bidang perindustrian.

Penggunaan mesin-mesin kerja yang canggih dapat memberikan keuntungan

yaitu pekerjaan dapat berjalan dengan cepat sehingga hasil yang diperoleh pun

lebih banyak. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih

itupun juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak

diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan

yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.

Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini

dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak

diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup bila hanya

melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat

perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak lain yaitu untuk

meminimalisasi kerugian baik material maupun korban manusia jika terjadi

keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997).

Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan

persiapan keadaan darura. Untuk itu manajer keselamatan kerja perlu

memberikan penjelasan, serta mengupayakan agar rencana ini mendapat

(11)

diidentifikasi dan dievaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang mungkin

terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut harus

dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah

atau konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan lain bila

perusahaan berada dalam suatu kawasan zona industri (Syukri Sahab, 1997).

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut

sikap proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai,

kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan

sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan

keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang ada, sesuai

dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Perusahaan

harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana,

yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang

sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997).

Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan

mudah dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan

yang perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan

pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997).

Berapapun pengawasan yang diimplementasikan, tidak mungkin

untuk menghilangkan segala masalah atau keadaan gawat darurat sama sekali.

Hal ini meliputi kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, cedera akibat kerja,

(12)

diduga ini. Prosedur gawat darurat yang terperinci harus dituliskan sebelum

keadaan darurat terjadi. Rencana yang dipersiapkan untuk menangani keadaan

ini mempunyai beberapa nama, namun demikian yang paling umum digunakan

adalah rencana respon gawat darurat dan rencana pemulihan bencana. Secara

ringkas, respon gawat darurat berurusan dengan pemberian pertolongan segera

pada individu dan lingkungan, sedangkan rencana pemulihan memperinci

bagaimana memulihkan dan menjalankan kembali bisnis yang ada. (Sertifikasi

ISO 14001)

Para ahli dibidang manajemen mengemukakan konsep

“Manajemen Pengendalian Kerugian” sebagai acuan guna meminimalisasi

kerugian perusahaan. Untuk itulah organisasi internasional untuk standardisasi

(ISO = International Standard Organization) mengeluarkan suatu konsep ISO

14000 secara berseri. Standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ini terdiri

dari berbagai rangkaian seri yang salah satu serinya adalah seri ISO 14001

tentang Enviromental Management System (EMS) atau Sistem Manajemen

Lingkungan.

Salah satu elemen pendukung dalam ISO 14001 adalah Prosedur

Gawat Darurat yang tertera dalam elemen 4.4.7 dimana dalam proses

operasinya, orang tersebut harus membuat prosedur kesiagaan keadaan darurat,

rencana respon keadaan darurat, serta rencana pemulihannya.

Dalam ISO 14001 elemen 4.4.7 kesiagaan dan tanggap darurat

(13)

1. Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur :

a. Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat;

b. Untuk merespon situasi darurat tersebut.

2. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah

atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya.

3. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan

keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau

tetangga berdekatan.

4. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap

terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak

terkait yang relevan.

5. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin

merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah

pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat.

Untuk itu PT Pupuk Kujang Cikampek sebagai perusahaan yang

bergerak di bidang petrokimia berusaha mengimplementasikan respon tanggap

darurat sesuai dengan standar ISO 14001 : 2004 elemen 4.4.7, ISO 9001 :

2008, dan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dalam kegiatan

proses produksinya.

B.Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan pentingnya penerapan prosedur kesiagaan dan

(14)

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran sistem respon

tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek?”

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian keadaan darurat itu sendiri.

2. Untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang dapat menyebabkan

terjadinya keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.

3. Untuk mengetahui tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang

Cikampek.

4. Untuk mengetahui prosedur untuk menangani keadaan darurat di PT Pupuk

Kujang Cikampek.

5. Untuk mengetahui persiapan awal dalam menghadapi keadaan darurat di PT

Pupuk Kujang Cikampek..

6. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi

keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.

7. Untuk mengetahui rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT Pupuk

Kujang Cikampek.

8. Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada

pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil observasi yang dilakukan di PT Pupuk Kujang Cikampek makan

diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

(15)

a. Dapat membandingkan secara langsung penerapan ilmu yang didapat

dari bangku kuliah dengan penerapannya di perusahaan.

b. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang sistem

tanggap darurat di tempat kerja.

c. Dapat mengetahui segala permasalahan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja beserta penerapannya di perusahaan.

d. Dapat mengetahui persiapan dan langkah-langkah mengahadapi keadaan

darurat di suatu perusahaan khususnya di PT Pupuk Kujang Cikampek.

2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dapat menambah literatur di perpustakaan Program D.III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja mengenai respon tanggap darurat di lingkungan industri,

serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa D.III Hiperkes

dan KK dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang

sistem tanggap darurat.

3. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi, saran dan kritik

sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Definisi

a. Tempat Kerja

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat

sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. Termasuk

tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya

yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat

kerja tersebut ( Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1, ayat 1).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang

dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,

atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di

dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada

di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

(17)

Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau

berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera,

penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi

operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

c. Keadaan Darurat

Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila terjadi

pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan manusia,

merusak alat dan lingkungan.

Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana

terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia atau

terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan salah satu

alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang segera

diperlukan dalam suatu pabrik/perusahaan. Suatu keadaan darurat di

suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan

kondisi yang aman secepat mungkin.

Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan

khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada,

dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian, seperti kebocoran/

menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana

alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat tertentu yang

membahayakan keselamatan dan aset perusahaan.

(18)

Suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal yang

tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik fisik, material

maupun mental spiritual.

2. Rencana Respon Gawat Darurat

Sistem tanggap darurat merupakan salah satu elemen pendukung dalam

ISO 14001 serta tertera dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. tentang

sistem tanggap darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk

mengidentifikasi potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat

lingkungan serta prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan

mengurangi dampak lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan

keadaan darurat tersebut.

Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang besar

terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran, bocoran gas

ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana alam.

Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan dibuat rencana

untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi keadaan darurat

dengan :

a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah

untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan

lingkungan yang diakibatkannya.

b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana dan

prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan darurat

(19)

Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi

tiga, yaitu :

a. Persiapan Distribusi

Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh pakar

lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat yang

mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku.

Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan

rencana/melakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan, Fasilitas,

Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap Darurat yang

harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam perbaikan selanjutnya

dari rencana yang ada sehingga mereka mengetahui keseluruhan rencana

dengan baik dan turut merasa sebagai penyumbang saran.

Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau dibagikan

ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan harus ada di

setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja resepsionis, pos

penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar. Individu-individu

dibawah ini yang harus memiliki salinan yang dikontrol :

1) Setiap anggota Tim Tanggap Darurat

2) Komite Keselamatan

3) Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan

4) Dinas Pemadam Kebakaran

5) Rumah Sakit setempat

(20)

b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum

Keadaan Darurat

Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini

diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa

unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat,

hal-hal tersebut adalah :

1) Tim Respon Gawat Darurat

Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang

memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam

keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan

kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang

memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Tanggap Darurat,

serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.

Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk

menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat.

Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka

kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena lamanya waktu

pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap anggota Tim Respon

Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya selama 2 tahun atau lebih

jika mereka menginginkannya.

Anggota kunci dari Tim Tanggap Darurat adalah pemimpin tim.

(21)

pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis

dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang

besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan bisnis. Orang yang

dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan,

terlatih dan mempunyai kemampuan memimpin dengan kata lain

seorang pekerja ideal.

Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai

dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah Tim

Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat

kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk bergabung

dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani masalah ini. Bagian

lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja harus terlebih dahulu

menyerahkan permintaan untuk sukarelawan dalam Respon Gawat

Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas individu-individu yang

ingin bergabung dalam Respon Gawat Darurat lebih berharga dari

mereka yang ditugaskan. Bila tidak cukup sukarelawan yang

diperoleh, maka manajer tiap bagian harus menentukan siapa yang

harus bergabung dalam Respon Gawat Darurat. Perlu bagi bagian

lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mengirimkan

salinan dari kebijakan atau dokumen-dokumen lain yang memperinci

kebutuhan akan suatu Respon Gawat Darurat yang telah

ditandatangani oleh manajemen puncak.

(22)

Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal

Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya

yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat

pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju

tahan bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum

digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan

darurat yang sebenarnya.

3) Peralatan Pembersih

Sebelum keadaan darurat terjadi perlu juga disediakan peralatan

untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan darurat dan

menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai contoh,

keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan bahan kimia

berbahaya peralatan pembersih yang disediakan meliputi bantal

penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan kantong buangan,

label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu.

4) Pelatihan

Anggota tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang

bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan

bahan kimia, kebakaran, cedera, gempa bumi, dan masalah-masalah

cuaca yang ekstrem. Subyek-subyek yang diberikan termasuk

perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang racun, sistem komando

kecelakaan, prosedur pembersihan tumpahan bahan kimia,

(23)

data keamanan bahan, identifikasi dan penilaian bahaya, peralatan

perlindungan diri (PPE), peralatan pemantauan, pertolongan pertama,

penanggulangan kebakaran, petunjuk tindakan gawat darurat dari

departemen transportasi, dekontaminasi, dan beberapa topik umum

dan spesifik lainnya.

Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim

Tanggap Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk

pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih

dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan,

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim

Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa

pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja

mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan

kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut,

sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat diperoleh

dari universitas atau lokasi lainnya.

5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat

Tim Tanggap Darurat harus mempraktikkan keterampilan yang

mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk

memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur yang benar. Latihan

ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada

(24)

dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim Tanggap Darurat dan sesekali

dilakukan secara mendadak.

6) Kondisi Fisik

Semua Tim Tanggap Darurat harus menjalani tes kebugaran,

pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan apakah anggota

Tim Tanggap Darurat dalam keadaan sehat atau sakit, sehingga dapat

berpartisipasi dalam kegiatan Tim Tanggap Darurat.

7) Komunikasi Tim Tanggap Darurat

Anggota Tim Tanggap Darurat masing-masing harus memiliki

radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau alat

komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat

mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus

diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator,

Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat,

juga perlu memberikan beberapa jenis alat komunikasi gawat darurat

pada tiap pimpinan perwakilan lingkungan, kesehatan, dan

keselamatan kerja dari tiap situs, penjaga keamanan dan perawat di

situs tersebut, karena merekalah sumber daya yang berguna bagi Tim

Respon Gawat Darurat bila terjadi keadaan gawat darurat.

8) Rencana Tanggap Darurat

Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian

(25)

rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada dan terjadi

suatu perubahan penting.

9) Ketersediaan Tim

Tim Tanggap Darurat harus siap setidaknya selama jam kerja

operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang

berlangsung terus-menerus, berarti Tim Tanggap Darurat harus berada

di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas diperlukan tim dalam

pergantian shift pada sistem jam kerja.

10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat

Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus

ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern.

Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.

Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke

Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans). Dimana

penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan

Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi

yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator

kecelakaan/pemimpin Tim Tanggap Darurat.

11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat

Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut telepon

ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans. Panduan sangat

penting karena banyaknya keadaan “abu-abu” ketika pihak keamanan

(26)

keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan sebagai keadaan gawat

darurat dan pihak-pihak terkait segera dihubungi.

12) Peta Evakuasi

Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di

beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus

menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik

pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukan lokasi

rencana gawat darurat, meja resepsionis, pemadam kebakaran, pencuci

mata, pancuran air, peralatan untuk menangani tumpahan bahan

kimia, P3K, dan elemen penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu

untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan

keluar utama tertutup.

13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat

Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan

gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di

seluruh area pabrik tempat pekerja mungkin berkumpul, termasuk

area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan area yang

bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji setiap bulan

untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan sempurna.

14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi

Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan

sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk

(27)

diberitahu bahwa titik ini adalah tempat dimereka memimpin segera

setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien,

maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam shift,

sakit atau cuti.

15) Peralatan Gawat Darurat Lain

Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan

perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang juga

harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata, pemadam

kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan

dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya.

16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi

Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim

tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat dan

evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan latihan

bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan terpisah. Para

pekerja yang harus menangani proses-proses penting harus melakukan

latihan mereka setelah giliran tugas mereka selesai. Bila

memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama bagi seluruh

fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang sesungguhnya.

c. Kegiatan Selama Keadaan Darurat

Salah satu yang sangat penting dalam hal perencanaan keadaan gawat

darurat adalah perencanaan kegiatan selama keadaan darurat. Tim

(28)

dan aman pada segala situasi yang dapat terjadi pada suatu keadaan

darurat yang sesungguhnya. Tidak mungkin untuk membuat daftar

tindakan yang direkomendasikan secara langsung, karena tindakan yang

cocok untuk suatu situasi belum tentu cocok untuk situasi lainnya, maka

suatu percobaan dilakukan untuk menyajikan saran-saran dengan urutan

garis besar yang biasa terjadi. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan

pada saat terjadi keadaan darurat diantaranya:

1) Pemberitahuan

Tim Tanggap Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat

oleh pusat komando pengamanan atau sumber lain, kemudian

berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman.

Pemberitahuan pada Tim Tanggap Darurat dapat dilakukan melalui

telepon genggam, radio komunikasi, alat komunikasi lainnya dan

dilakukan pemberitahuan terhadap masyarakat. Sistem pemberitahuan

masyarakat harus menjadi pilihan yang terakhir karena dapat membuat

pekerja panik pada saat Tim Respon Gawat Darurat belum

dikumpulkan untuk membantu mengatur situasi panik tersebut.

2) Evakuasi

Tim Tanggap Darurat akan membunyikan tanda bahaya dan

mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap

keselamatan jiwa manusia. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja

harus dilakukan oleh Pemimpin Tanggap Darurat kepada

(29)

dengan masukan dari sebanyak mungkin individu yang mengerti

keadaan yang sedang terjadi, seperti penyelia area. Para pekerja harus

diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang

ditentukan dalam peta evakuasi.

Segera setelah tanda bahaya atau pengumuman dilakukan Tim

Respon Gawat Darurat dan para penyelia harus memastikan bahwa

evakuasi berjalan secara lancar. Sebagai contoh, para pekerja tidak

boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa

barang-barang pribadi. Ketika penyelia keluar dari area, mereka harus

melakukan pemeriksaan pada kamar kecil atau ruang-ruang lain

tempat para pekerja masih mungkin tertinggal.

3) Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan

Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh

pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila

ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Tanggap Darurat harus

diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus

diberitahu untuk tidak masuk kembali ke area pabrik sampai ada tanda

yang diberikan oleh Pimpinan Tim Tanggap Darurat.

4) Penilaian Keadaan Darurat

Setelah wawancara singkat dengan pekerja yang terlihat, Tim

Tanggap Darurat akan mengenakan PPE (Personal Protective

Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua pekerja

(30)

Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini. Bahan yang

tertumpah atau penyebab gawat darurat lainnya harus diidentifikasi

secara jelas dengan melihat label, menggunakan pengukur, atau

metode lainnya.

5) Memindahkan Pekerja yang Cidera

Bila ditemukan adanya pekerja yang cidera, maka harus

dipindahkan dari lokasi keadaan darurat hanya oleh Tim Tanggap

Darurat yang memakai PPE (Personal Protective Equipment)

lengkap. Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai

ambulans tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan

pekerja tersebut.

6) Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar

Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera ke pihak luar pada

saat tanggap darurat dan tidak bisa ditangani secara intern maka

Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menginstruksikan untuk

menghubungi instansi luar seperti Kepolisian, Pemadam Kebakaran,

Pemerintah, Rumah Sakit dan Aparat pemerintah lainnya sesuai

dengan daftar yang ada.

7) Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu

Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk menghentikan

saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan Tim Tanggap

Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti

(31)

terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat

darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.

8) Mendirikan Penghalang

Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi melarang

siapapun masuk kecuali Tim Tanggap Darurat. Ketika mendirikan

zone isolasi Tim Respon Gawat Darurat harus mempertimbangkan

kemungkinan adanya uap yang dapat menyebar secara luas dengan

cepat. Bila ini terjadi maka dalam jarak arah angin tertentu harus

dievakuasi dan penghalang didirikan.

9) Penghentian Sumber

Sumber bahaya harus segera dihentikan bila hal tersebut dapat

dilakukan dengan aman. Misalnya menutup lubang kebocoran bahan

kimia berbahaya dan lain-lain. Sebagai contoh , PPE lengkap dan

sistem pengenalan harus selalu digunakan, tanpa melihat besarnya

sumber kebocoran.

10) Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja

Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada

pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus

dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan

harus dicatat oleh pengawas.

11) Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan

Bila keadaan sudah memungkinkan untuk kegiatan pembersihan

(32)

12) Pelaporan

Pelaporan ini harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu,

tergantung dari badan yang mengaturnya atau akan terjadi pengenaan

denda.

13) Pekerja Memasuki Gedung Kembali

Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menentukan (dengan

bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung/area mana yang

cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh

mengizinkan orang-orang kembali ke area.

14) Pertemuan Penutup

Tim Tanggap Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan

Lingkungan, Tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta

badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan

darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan

terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa

mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja

untuk mengurangi ketegangan.

3. Peringatan dan Tanda Bahaya

Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera

dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat

biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada

(33)

a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan

darurat.

b. Melatih personil

c. Sistem peringatan dini

Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada

setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada

masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan

darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu pekerja yang ditunjuk

perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan sedang seluruh

karyawan perlu membiasakan dan memahaminya serta bersiap

melaksanakan peran masing-masing sesuai jenis bahaya yang terjadi.

Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan

keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos

masing-masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasidan prosedur yang

ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk

mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang

ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima

komando (Syukri Sahab, 1997).

4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat

Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian. Setelah

keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus secepatnya dipulihkan

kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali

(34)

dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi di bawah kapasitas

normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama

adalah mengiventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan

rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada

operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal

(Syukri Sahab, 1997).

Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat

dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk menyusun

suatu rencana pemulihan keadaan darurat untuk membantu pemulihan. Jika

tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi

organisasi.

a. Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat yaitu :

1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat

Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat ditambah

perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti operasi, sistem

manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan, prasarana,

lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan, penjualan,

rekayasa, dan mutu.

2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi

Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan sumber

daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada mengalami

kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini akan

(35)

mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan

bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen yang

ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian kerugian

oleh pihak asuransi.

3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial

Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap sumber

daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus dibuat untuk

menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan menunjukkan di

bagian mana cadangan diperlukan.

4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial

Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi dampak

yang potensial harus dipersiapkan untuk sumberdaya-sumberdaya

yang dianggap penting dan mempunyai kecenderungan yang tinggi

untuk terkena dampak atau rusak. Sebagai contoh, hal ini mungkin

mencakup peningkatan pelatihan, pembuatan file-file cadangan dan

cadangan untuk kegiatan operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan

tambahan bagi bahan- bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana

Gawat Darurat, persiapan menghadapi gempa dan system pemadaman

api tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran.

5) Strategi Pemulihan

Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu bencana

dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi atau dihindari

(36)

dilakukan oleh oleh organisasi adalah menyiapkan strategi pemulihan

dan melakukannya dengan sebaik mungkin.

6) Nomor Telepon dan Kontak

Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada strategi

pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat. Nomor-nomor

telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam rencana pemulihan

bencana. Sebagai tambahan pada apa yang sudah ada dalam rencana

respon gawat darurat, nomor-nomor telepon seperti Pemilik

Bangunan, Pertahanan Sipil dan Manajemen Puncak harus

dimasukkan.

7) Inspeksi Rutin

Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan darurat

harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan

perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan untuk

melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan.

8) Pusat Pengendalian Pemulihan

Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu gedung,

maka pusat pengendalian pemulihan keadaan darurat/bencana harus

didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian ini dapat didirikan di

fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya tidak terlalu jauh dari

lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk membuat markas

pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat perusahaan, karena

(37)

Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus secanggih

organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau tidak

bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit, maka

markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki beberapa

file cadangan. Sebaliknya, jika organisasinya besar, maka markas

pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam hal ini

harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit tenaga

listrik cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K, peralatan

kantor, dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja.

9) Perawatan Pencegahan

Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat dengan

baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih kecil pada

kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi bencana. Kebanyakan

fasilitas yang dimiliki bagian-bagian mempunyai jadwal perawatan

pencegahan ini, sehingga produksi dapat berjalan normal. Karena itu

perlu ditekankan bahwa jadwal tersebut ada dan frekuensi perawatan

mencukupi.

10) File dan Sistem Komputer Cadangan

Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus dibuat

cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya. Sistem

perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan operasional

(38)

lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket juga harus

dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara berkala.

11) Cadangan File-file/ Dokumen

Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus dibuat

salinannya dan disimpan di tempat cadangan. Salah satu alternatif

adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke dalam hard disk

computer, disket atau mikro film,dan disimpan di lemari yang tahan

api. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan scanner atau

mentransfer informasi ke dalam komputer.

12) Komunikasi

Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan

melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional. Karena

itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alat-alat

komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan radio

komunikasi.

13) Persediaan untuk Pekerja

Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk kesehatan

dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke rumah

mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan makanan.

14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan

Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan selama

keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan yang

(39)

berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, tergantung pada

kegiatan operasional, drum dan pompa cadangan perlu dimiliki bila

tangki penyimpanan yang ada hancur selama terjadi bencana/keadaan

darurat.

15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi

Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan dan

disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat.

16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana

Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan menyebarkan

rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi. Keseluruhan bagian

pemulihan bencana dapat menjadi garis besar umum untuk rencana

yang dibuat dan kemudian informasi lokasi yang spesifik dapat

ditambahkan. Segera setelah rencana selesai, harus diberikan pada

Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan bencana, pos komando

keamanan, perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan,

petugas keamanan, dan manajemen puncak. Rencana tersebut harus

diperbaharui sekurangnya sekali setahun atau lebih cepat bila terjadi

perubahan yang besar.

b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana

Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang

terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat ,

(40)

dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah

strategi pemulihan sebelumnya.

1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team

Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan tentang

hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja dan

sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana

(DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja

dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan,

operasional, dan keuangan.

2) Pemeriksaan Area

Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk melihat

apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang ditemukan,

memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini merupakan

pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon Gawat

Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan ketiga juga

akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis yang ada

dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan jumlah biaya

yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan

rekomendasi-rekomendasi.

3) Kebutuhan para Pekerja

Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh,

kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini

(41)

membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin

mempunyai kebutuhan lain selama atau sesudahnya terjadinya

bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan

beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan,

minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan.

4) Perusahaan Asuransi

Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat

langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan

perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus

dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga

tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan

pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan

yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi

datang.

5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil

Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor

sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan

pekerjaan-pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya

membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi

bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa

produktif dan berguna

(42)

Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus

dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim

Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air,

dan sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila

terdapat bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup

terlebih dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali

membersihkan uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus

dilakukan dengan hati-hati karena dapat membakar uap dari

bahan-bahan kimia yang mudah terbakar dan bahan-bahan bakar yang ada di lokasi.

7) Memulihkan Komunikasi

Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk memulihkan

sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan untuk

menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat komunikasi

lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja maka saluran

hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan pekerja dan

masyarakat.

8) Perbaikan Fasilitas Pabrik

Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan

operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki

pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh

pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada

(43)

Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan

atau sepenuhnya diluar tempat kejadian.

Bila terjadi kebakaran, system pemadam kebakaran mungkin akan

membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan basah

harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah terjadinya

kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen yang rusak

karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa kerusakan

karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah pada

kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki.

9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan

Limbah Berbahaya

Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan

kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim

Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk

membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada

pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap

lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem

tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah

dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan

sulit untuk diperiksa. Karena itu kontraktor yang bergerak di bidang

pengujian kebocoran tangki harus dipanggil.

(44)

Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang

mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang

penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem

cadangan yang member dukungan pada pelanggan harus dipulihkan

terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka

pekerjaan ini akan lebih mudah.

11) Penggantian File-File Penting

File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat kembali

dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi file-file

lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan

personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah

dibuat dalam disket atau mikro film.

12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan

Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia dan

keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke lokasi

lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah lokasi

dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan sebelumnya

agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat salinannya dan

disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan disimpan,

mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional.

13) Berurusan dengan Media

Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer humas

(45)

pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat membantu

menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana. Namun

demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan

kekacauan dan ketegangan emosional.

5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan

Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat

diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan

sumberdaya-sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang

diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif.

Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada

mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif.

B.Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis tentang respon

tanggap darurat dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam kegiatan operasional

industri akan melibatkan berbagai unsur antara lain tenaga kerja (sebagai

pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk), peralatan

produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi), tempat kerja

(sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) proses produksi dan hasil

produksi itu sendiri. Dimana kegiatan operasional produksi tersebut dapat

mengandung potensi bahaya. Apabila salah satu diantara keenam unsur

tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka bisa berpotensi

menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan kerja,

(46)

Oleh karena itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat

yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat.

Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat yang berisi

persiapan-persiapan menghadapi keadaan darurat, rencana keadaan darurat

yang berisi komponen-komponen pendukung keadaan darurat, prosedur

penanggulangan keadaan darurat yang berisi langkah-langkah penanggulangan

keadaan darurat, serta prosedur rencana pemulihan pasca keadaan darurat, agar

keadaan yang semula tidak normal dapat segera kembali normal dan produksi

(47)

commit to user

Peledakan Kebakaran Kecelakaan

(48)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara jelas

berdasarkan oleh suatu fakta dan data yang ada yang dipergunakan untuk

penulisan laporan.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data yang dilakukan adalah di PT Pupuk Kujang Jl.

Jend. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.

C.Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dan ruang lingkup penelitian ini berupa :

1. Rencana Respon Gawat Darurat (Emergency Response Plan)

2. Organisasi/ tim tanggap darurat

3. Penanggulangan Keadaan Darurat

4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat

5. Potensi bahaya di tempat kerja

6. Tenaga kerja

7. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat

8. Kondisi lingkungan tempat kerja.

D.Sumber Data

(49)

1. Data Primer

Dalam penyusunan laporan ini penulis memperoleh data secara langsung

yaitu dari:

1. Mengadakan observasi langsung ke lapangan

2. Wawancara

3. Mengikuti training

2. Data Sekunder

Data penyusunan laporan ini diperoleh secara tidak langsung yaitu dari :

a. Prosedur integrasi mengenai pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk

Kujang Cikampek.

b. Instruksi Kerja tentang keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.

Dokumen dan data-data perusahaan yang berkaitan dengan tanggap darurat

E.Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Data diperoleh yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung

terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39

Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung

dengan pihak yang terkait dan berwenang dengan masalah tanggap darurat

di PT Pupuk Kujang Cikampek, sehingga dapat mengetahui

tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.

(50)

Data diperoleh dengan membaca prosedur integrasi, referensi-referensi dan

buku yang ada, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan

darurat.

4. Mengikuti Training

Penulis mengikuti training/ pelatihan yang dilaksanakan di perusahaan

seperti training SCBA, Fire Fighting, dan P3K

F.Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal 7

Februari 2011 sampai dengan 13 Mei 2011.

G.Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu analisa deskriptif atau menggambarkan

yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana keadaan darurat di PT

Pupuk Kujang yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar

yang ada yaitu, Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Identifikasi Potensi Bahaya

PT Pupuk Kujang terbagi menjadi 2 area yaitu area innerfence dan

outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain unit Urea 1A

dan 1B, Ammonia 1A dan 1B, Utility 1A dan 1B, dan PPCO. Sedangkan

area outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan

Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada

area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang

yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran

antara lain :

Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya

No Potensi Bahaya Lokasi/Unit Kerja Risiko

(52)

5

7 Karbon monoksida (CO) PPCO plant Kebakaran

9 Karbon karbida (CaC2) Acetylene plant

13 Cosorb solvent PPCO plant

Kebakaran,

ledakan

14 Uap/gas amonia NPK

Kebakaran,

ledakan,

Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2000, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan

MSDS

2. Keadaan Darurat

PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu keadaan

dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh

(53)

kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran,

bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu

yang membahayakan keselamatan manusia dan aset perusahaan.

Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan

yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia,

merusak peralatan/ harta benda dan/ atau merusak lingkungan sekitarnya.

(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk

Kujang)

Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang

terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan

manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak

menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan.

Di PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu :

a. Keadaan Darurat Tingkat I

Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan

peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh

karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur

yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir.

Contoh :

1) Satu unit perumahan terbakar

2) Satu ruangan kantor terbakar

(54)

b. Keadaan Darurat Tingkat II

Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas

dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi

mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,

ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan

lain-lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan

dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya.

Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar,

pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya.

Contoh :

1) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA)

2) Listrik mati total

3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel

4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak

peralatan pabrik

5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik.

c. Keadaan Darurat Tingkat III

Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan

akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta

memerlukan bantuan Pemerintah Daerah dan koordinasi tingkat

Nasional.

Contoh :

Gambar

Gambar-gambar Fasilitas Lokasi
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Dalam tema kali ini, penulis ingin meneliti tentang keterkaitan intensitas penggunaan teknologi komunikasi Blackberry dikhususkan untuk aplikasi Blackberry Messenger dengan

• Keluarga Ibu Ni Made Mongol, selaku KK Dampingan yang telah bekerjasama dengan baik sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancera. • Teman-teman kelompok KKN PPM XIII Unud

Tujuan penelitian (1) Mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kartasura tahun 2008 dan 2012.(2) Mengetahui faktor demografi yang paling berpengaruh terhadap

[r]

Data industri berupa bahan bakar atau konsumsi energi dan peralatan pengendali emisi berasal dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya... Perhitungan beban emisi menggunakan

Panduan Panduan Pemindahan Pasien Pemindahan Pasien 1 Januari 1 Januari 2016 2016..