commit to user
LAPORAN KHUSUS
GAMBARAN SISTEM RESPON TANGGAP DARURAT
DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
JAWA BARAT
Mega Karuni
R.0008052
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat
Mega Karuni, NIM : R0008052, Tahun : 2011
Telah disetujui dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ………Tanggal ………..20………
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM, M. Kes. Agus Widiyatmo, SE, M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19761028 200810 1 001
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Umum dengaan judul :
Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek Jawa Barat
dengan peneliti :
Mega Karuni
NIM. R0008052
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Jumat, 13 Mei 2011
Mengetahui, Pembimbing Lapangan
Superintendent KPK
Sumarna Dadi Setiadi
Mengetahui,
Drs. M. Saaf Husnu
ABSTRAK
GAMBARAN RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT
Mega Karuni1, Sumardiyono2, Agus Widiyatmo3
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana gambaran respon tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
Metode : Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis ini adalah melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia. Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien.
Hasil : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap objek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan tanpa dilakukan tes hipotesa. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.
Simpulan : PT Pupuk Kujang membagi keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III. Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan darurat. Untuk itu dilakukan pelatihan-pelatihan serta disediakan sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat untuk mengantisipasi jika terjadi keadaan darurat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.
Kata kunci : Keadaan Darurat
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusuna laporan ini sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.
Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja lapangan dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK Selaku Ketua Pogram D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing I. 4. Bapak Agus Widiyatmo, SE, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih
banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moral maupun spiritual.
8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Mujiono, Bp. Endang Susman, Ibu Ida Rosida, Mas Adi, Mas Ainur, Mas Slamet, Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian.
10.Rekan-rekan OJT Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi, Mas Anjas, Mas Indra, Mas iin, Mas April, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani, Mas Sayoga, Mas Radi terimakasih atas bantuannya selama magang disana.
11.Teman-temanku seperjuangan dari UNS Lely dan Dian serta teman seperjuangan pada saat magang Yudha, Garna dan Doni terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.
12.Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008, teman-teman kos kepler terimakasih atas dukungan dan doa kalian.
13.Bapak, Ibu, Mas Dodi, Dek Galih, Mas Prila yang tercinta serta semua keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral, spiritual maupun material kepada penulis.
14.Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Surakarta, 13 Mei 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Definisi ... 7
2. Rencana Respon Gawat Darurat ... 9
3. Peringatan dan Tanda Bahaya ... 23
4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ... 24
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Metode Penelitian ... 39
B. Lokasi Penelitian ... 39
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 39
D. Sumber Data ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Pelaksanaan ... 40
G. Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 114
A. Simpulan ... 114
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 2 Tanda Keadaan Darurat
Lampiran 3 Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi
Lampiran 4 Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant
Lampiran 5 Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box
Lampiran 6 Laporan Pemeriksaan Hose Reel
Lampiran 7 Laporan Pemeriksaan Safety Shower
Lampiran 8 Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 9 Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat
Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler
Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR
Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box
Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K
Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment
Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K
Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System
Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat
Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan
Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat
Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan jaman, berkembang pula ilmu
pengetahuan dan penggunaan tekhnologi, terutama dalam bidang perindustrian.
Penggunaan mesin-mesin kerja yang canggih dapat memberikan keuntungan
yaitu pekerjaan dapat berjalan dengan cepat sehingga hasil yang diperoleh pun
lebih banyak. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih
itupun juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak
diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan
yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.
Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini
dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup bila hanya
melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak lain yaitu untuk
meminimalisasi kerugian baik material maupun korban manusia jika terjadi
keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan
persiapan keadaan darura. Untuk itu manajer keselamatan kerja perlu
memberikan penjelasan, serta mengupayakan agar rencana ini mendapat
diidentifikasi dan dievaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang mungkin
terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut harus
dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah
atau konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan lain bila
perusahaan berada dalam suatu kawasan zona industri (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut
sikap proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai,
kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan
keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang ada, sesuai
dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Perusahaan
harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana,
yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang
sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997).
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan
mudah dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan
yang perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997).
Berapapun pengawasan yang diimplementasikan, tidak mungkin
untuk menghilangkan segala masalah atau keadaan gawat darurat sama sekali.
Hal ini meliputi kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, cedera akibat kerja,
diduga ini. Prosedur gawat darurat yang terperinci harus dituliskan sebelum
keadaan darurat terjadi. Rencana yang dipersiapkan untuk menangani keadaan
ini mempunyai beberapa nama, namun demikian yang paling umum digunakan
adalah rencana respon gawat darurat dan rencana pemulihan bencana. Secara
ringkas, respon gawat darurat berurusan dengan pemberian pertolongan segera
pada individu dan lingkungan, sedangkan rencana pemulihan memperinci
bagaimana memulihkan dan menjalankan kembali bisnis yang ada. (Sertifikasi
ISO 14001)
Para ahli dibidang manajemen mengemukakan konsep
“Manajemen Pengendalian Kerugian” sebagai acuan guna meminimalisasi
kerugian perusahaan. Untuk itulah organisasi internasional untuk standardisasi
(ISO = International Standard Organization) mengeluarkan suatu konsep ISO
14000 secara berseri. Standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ini terdiri
dari berbagai rangkaian seri yang salah satu serinya adalah seri ISO 14001
tentang Enviromental Management System (EMS) atau Sistem Manajemen
Lingkungan.
Salah satu elemen pendukung dalam ISO 14001 adalah Prosedur
Gawat Darurat yang tertera dalam elemen 4.4.7 dimana dalam proses
operasinya, orang tersebut harus membuat prosedur kesiagaan keadaan darurat,
rencana respon keadaan darurat, serta rencana pemulihannya.
Dalam ISO 14001 elemen 4.4.7 kesiagaan dan tanggap darurat
1. Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur :
a. Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat;
b. Untuk merespon situasi darurat tersebut.
2. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah
atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya.
3. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan
keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau
tetangga berdekatan.
4. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap
terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak
terkait yang relevan.
5. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin
merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah
pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat.
Untuk itu PT Pupuk Kujang Cikampek sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang petrokimia berusaha mengimplementasikan respon tanggap
darurat sesuai dengan standar ISO 14001 : 2004 elemen 4.4.7, ISO 9001 :
2008, dan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dalam kegiatan
proses produksinya.
B.Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan pentingnya penerapan prosedur kesiagaan dan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran sistem respon
tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek?”
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian keadaan darurat itu sendiri.
2. Untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
3. Untuk mengetahui tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek.
4. Untuk mengetahui prosedur untuk menangani keadaan darurat di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
5. Untuk mengetahui persiapan awal dalam menghadapi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang Cikampek..
6. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
7. Untuk mengetahui rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
8. Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada
pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
D.Manfaat Penelitian
Dari hasil observasi yang dilakukan di PT Pupuk Kujang Cikampek makan
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
a. Dapat membandingkan secara langsung penerapan ilmu yang didapat
dari bangku kuliah dengan penerapannya di perusahaan.
b. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang sistem
tanggap darurat di tempat kerja.
c. Dapat mengetahui segala permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja beserta penerapannya di perusahaan.
d. Dapat mengetahui persiapan dan langkah-langkah mengahadapi keadaan
darurat di suatu perusahaan khususnya di PT Pupuk Kujang Cikampek.
2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah literatur di perpustakaan Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja mengenai respon tanggap darurat di lingkungan industri,
serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa D.III Hiperkes
dan KK dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang
sistem tanggap darurat.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi, saran dan kritik
sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Definisi
a. Tempat Kerja
Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. Termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut ( Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1, ayat 1).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera,
penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
c. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila terjadi
pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan manusia,
merusak alat dan lingkungan.
Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana
terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia atau
terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan salah satu
alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang segera
diperlukan dalam suatu pabrik/perusahaan. Suatu keadaan darurat di
suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan
kondisi yang aman secepat mungkin.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan
khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian, seperti kebocoran/
menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana
alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat tertentu yang
membahayakan keselamatan dan aset perusahaan.
Suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal yang
tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik fisik, material
maupun mental spiritual.
2. Rencana Respon Gawat Darurat
Sistem tanggap darurat merupakan salah satu elemen pendukung dalam
ISO 14001 serta tertera dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. tentang
sistem tanggap darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk
mengidentifikasi potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat
lingkungan serta prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan
mengurangi dampak lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan
keadaan darurat tersebut.
Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang besar
terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran, bocoran gas
ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana alam.
Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan dibuat rencana
untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi keadaan darurat
dengan :
a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah
untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya.
b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana dan
prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan darurat
Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Persiapan Distribusi
Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh pakar
lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat yang
mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku.
Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan
rencana/melakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan, Fasilitas,
Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap Darurat yang
harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam perbaikan selanjutnya
dari rencana yang ada sehingga mereka mengetahui keseluruhan rencana
dengan baik dan turut merasa sebagai penyumbang saran.
Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau dibagikan
ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan harus ada di
setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja resepsionis, pos
penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar. Individu-individu
dibawah ini yang harus memiliki salinan yang dikontrol :
1) Setiap anggota Tim Tanggap Darurat
2) Komite Keselamatan
3) Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan
4) Dinas Pemadam Kebakaran
5) Rumah Sakit setempat
b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum
Keadaan Darurat
Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini
diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa
unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat,
hal-hal tersebut adalah :
1) Tim Respon Gawat Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang
memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam
keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan
kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang
memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Tanggap Darurat,
serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk
menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat.
Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka
kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena lamanya waktu
pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap anggota Tim Respon
Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya selama 2 tahun atau lebih
jika mereka menginginkannya.
Anggota kunci dari Tim Tanggap Darurat adalah pemimpin tim.
pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis
dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang
besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan bisnis. Orang yang
dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan,
terlatih dan mempunyai kemampuan memimpin dengan kata lain
seorang pekerja ideal.
Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai
dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah Tim
Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat
kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk bergabung
dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani masalah ini. Bagian
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja harus terlebih dahulu
menyerahkan permintaan untuk sukarelawan dalam Respon Gawat
Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas individu-individu yang
ingin bergabung dalam Respon Gawat Darurat lebih berharga dari
mereka yang ditugaskan. Bila tidak cukup sukarelawan yang
diperoleh, maka manajer tiap bagian harus menentukan siapa yang
harus bergabung dalam Respon Gawat Darurat. Perlu bagi bagian
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mengirimkan
salinan dari kebijakan atau dokumen-dokumen lain yang memperinci
kebutuhan akan suatu Respon Gawat Darurat yang telah
ditandatangani oleh manajemen puncak.
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal
Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya
yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat
pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju
tahan bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum
digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan
darurat yang sebenarnya.
3) Peralatan Pembersih
Sebelum keadaan darurat terjadi perlu juga disediakan peralatan
untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan darurat dan
menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai contoh,
keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan bahan kimia
berbahaya peralatan pembersih yang disediakan meliputi bantal
penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan kantong buangan,
label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu.
4) Pelatihan
Anggota tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang
bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan
bahan kimia, kebakaran, cedera, gempa bumi, dan masalah-masalah
cuaca yang ekstrem. Subyek-subyek yang diberikan termasuk
perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang racun, sistem komando
kecelakaan, prosedur pembersihan tumpahan bahan kimia,
data keamanan bahan, identifikasi dan penilaian bahaya, peralatan
perlindungan diri (PPE), peralatan pemantauan, pertolongan pertama,
penanggulangan kebakaran, petunjuk tindakan gawat darurat dari
departemen transportasi, dekontaminasi, dan beberapa topik umum
dan spesifik lainnya.
Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim
Tanggap Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk
pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih
dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim
Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa
pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja
mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut,
sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat diperoleh
dari universitas atau lokasi lainnya.
5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat
Tim Tanggap Darurat harus mempraktikkan keterampilan yang
mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur yang benar. Latihan
ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada
dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim Tanggap Darurat dan sesekali
dilakukan secara mendadak.
6) Kondisi Fisik
Semua Tim Tanggap Darurat harus menjalani tes kebugaran,
pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan apakah anggota
Tim Tanggap Darurat dalam keadaan sehat atau sakit, sehingga dapat
berpartisipasi dalam kegiatan Tim Tanggap Darurat.
7) Komunikasi Tim Tanggap Darurat
Anggota Tim Tanggap Darurat masing-masing harus memiliki
radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau alat
komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat
mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus
diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator,
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat,
juga perlu memberikan beberapa jenis alat komunikasi gawat darurat
pada tiap pimpinan perwakilan lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja dari tiap situs, penjaga keamanan dan perawat di
situs tersebut, karena merekalah sumber daya yang berguna bagi Tim
Respon Gawat Darurat bila terjadi keadaan gawat darurat.
8) Rencana Tanggap Darurat
Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian
rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada dan terjadi
suatu perubahan penting.
9) Ketersediaan Tim
Tim Tanggap Darurat harus siap setidaknya selama jam kerja
operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang
berlangsung terus-menerus, berarti Tim Tanggap Darurat harus berada
di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas diperlukan tim dalam
pergantian shift pada sistem jam kerja.
10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern.
Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans). Dimana
penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi
yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator
kecelakaan/pemimpin Tim Tanggap Darurat.
11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut telepon
ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans. Panduan sangat
penting karena banyaknya keadaan “abu-abu” ketika pihak keamanan
keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan sebagai keadaan gawat
darurat dan pihak-pihak terkait segera dihubungi.
12) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di
beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus
menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik
pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukan lokasi
rencana gawat darurat, meja resepsionis, pemadam kebakaran, pencuci
mata, pancuran air, peralatan untuk menangani tumpahan bahan
kimia, P3K, dan elemen penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu
untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan
keluar utama tertutup.
13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan
gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di
seluruh area pabrik tempat pekerja mungkin berkumpul, termasuk
area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan area yang
bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji setiap bulan
untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan sempurna.
14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk
diberitahu bahwa titik ini adalah tempat dimereka memimpin segera
setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien,
maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam shift,
sakit atau cuti.
15) Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan
perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang juga
harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata, pemadam
kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan
dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya.
16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi
Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim
tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat dan
evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan latihan
bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan terpisah. Para
pekerja yang harus menangani proses-proses penting harus melakukan
latihan mereka setelah giliran tugas mereka selesai. Bila
memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama bagi seluruh
fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang sesungguhnya.
c. Kegiatan Selama Keadaan Darurat
Salah satu yang sangat penting dalam hal perencanaan keadaan gawat
darurat adalah perencanaan kegiatan selama keadaan darurat. Tim
dan aman pada segala situasi yang dapat terjadi pada suatu keadaan
darurat yang sesungguhnya. Tidak mungkin untuk membuat daftar
tindakan yang direkomendasikan secara langsung, karena tindakan yang
cocok untuk suatu situasi belum tentu cocok untuk situasi lainnya, maka
suatu percobaan dilakukan untuk menyajikan saran-saran dengan urutan
garis besar yang biasa terjadi. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan
pada saat terjadi keadaan darurat diantaranya:
1) Pemberitahuan
Tim Tanggap Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat
oleh pusat komando pengamanan atau sumber lain, kemudian
berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman.
Pemberitahuan pada Tim Tanggap Darurat dapat dilakukan melalui
telepon genggam, radio komunikasi, alat komunikasi lainnya dan
dilakukan pemberitahuan terhadap masyarakat. Sistem pemberitahuan
masyarakat harus menjadi pilihan yang terakhir karena dapat membuat
pekerja panik pada saat Tim Respon Gawat Darurat belum
dikumpulkan untuk membantu mengatur situasi panik tersebut.
2) Evakuasi
Tim Tanggap Darurat akan membunyikan tanda bahaya dan
mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap
keselamatan jiwa manusia. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja
harus dilakukan oleh Pemimpin Tanggap Darurat kepada
dengan masukan dari sebanyak mungkin individu yang mengerti
keadaan yang sedang terjadi, seperti penyelia area. Para pekerja harus
diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang
ditentukan dalam peta evakuasi.
Segera setelah tanda bahaya atau pengumuman dilakukan Tim
Respon Gawat Darurat dan para penyelia harus memastikan bahwa
evakuasi berjalan secara lancar. Sebagai contoh, para pekerja tidak
boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa
barang-barang pribadi. Ketika penyelia keluar dari area, mereka harus
melakukan pemeriksaan pada kamar kecil atau ruang-ruang lain
tempat para pekerja masih mungkin tertinggal.
3) Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh
pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila
ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Tanggap Darurat harus
diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus
diberitahu untuk tidak masuk kembali ke area pabrik sampai ada tanda
yang diberikan oleh Pimpinan Tim Tanggap Darurat.
4) Penilaian Keadaan Darurat
Setelah wawancara singkat dengan pekerja yang terlihat, Tim
Tanggap Darurat akan mengenakan PPE (Personal Protective
Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua pekerja
Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini. Bahan yang
tertumpah atau penyebab gawat darurat lainnya harus diidentifikasi
secara jelas dengan melihat label, menggunakan pengukur, atau
metode lainnya.
5) Memindahkan Pekerja yang Cidera
Bila ditemukan adanya pekerja yang cidera, maka harus
dipindahkan dari lokasi keadaan darurat hanya oleh Tim Tanggap
Darurat yang memakai PPE (Personal Protective Equipment)
lengkap. Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai
ambulans tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan
pekerja tersebut.
6) Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar
Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera ke pihak luar pada
saat tanggap darurat dan tidak bisa ditangani secara intern maka
Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menginstruksikan untuk
menghubungi instansi luar seperti Kepolisian, Pemadam Kebakaran,
Pemerintah, Rumah Sakit dan Aparat pemerintah lainnya sesuai
dengan daftar yang ada.
7) Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu
Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk menghentikan
saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan Tim Tanggap
Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti
terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat
darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.
8) Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi melarang
siapapun masuk kecuali Tim Tanggap Darurat. Ketika mendirikan
zone isolasi Tim Respon Gawat Darurat harus mempertimbangkan
kemungkinan adanya uap yang dapat menyebar secara luas dengan
cepat. Bila ini terjadi maka dalam jarak arah angin tertentu harus
dievakuasi dan penghalang didirikan.
9) Penghentian Sumber
Sumber bahaya harus segera dihentikan bila hal tersebut dapat
dilakukan dengan aman. Misalnya menutup lubang kebocoran bahan
kimia berbahaya dan lain-lain. Sebagai contoh , PPE lengkap dan
sistem pengenalan harus selalu digunakan, tanpa melihat besarnya
sumber kebocoran.
10) Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja
Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada
pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus
dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan
harus dicatat oleh pengawas.
11) Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan
Bila keadaan sudah memungkinkan untuk kegiatan pembersihan
12) Pelaporan
Pelaporan ini harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu,
tergantung dari badan yang mengaturnya atau akan terjadi pengenaan
denda.
13) Pekerja Memasuki Gedung Kembali
Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menentukan (dengan
bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung/area mana yang
cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh
mengizinkan orang-orang kembali ke area.
14) Pertemuan Penutup
Tim Tanggap Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan
Lingkungan, Tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta
badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan
darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan
terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa
mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja
untuk mengurangi ketegangan.
3. Peringatan dan Tanda Bahaya
Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera
dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat
biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada
a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan
darurat.
b. Melatih personil
c. Sistem peringatan dini
Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada
setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada
masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan
darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu pekerja yang ditunjuk
perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan sedang seluruh
karyawan perlu membiasakan dan memahaminya serta bersiap
melaksanakan peran masing-masing sesuai jenis bahaya yang terjadi.
Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan
keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos
masing-masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasidan prosedur yang
ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk
mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang
ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima
komando (Syukri Sahab, 1997).
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian. Setelah
keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus secepatnya dipulihkan
kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali
dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi di bawah kapasitas
normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama
adalah mengiventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan
rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada
operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal
(Syukri Sahab, 1997).
Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat
dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk menyusun
suatu rencana pemulihan keadaan darurat untuk membantu pemulihan. Jika
tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi
organisasi.
a. Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat yaitu :
1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat
Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat ditambah
perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti operasi, sistem
manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan, prasarana,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan, penjualan,
rekayasa, dan mutu.
2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi
Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan sumber
daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada mengalami
kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini akan
mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan
bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen yang
ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian kerugian
oleh pihak asuransi.
3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial
Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap sumber
daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus dibuat untuk
menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan menunjukkan di
bagian mana cadangan diperlukan.
4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial
Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi dampak
yang potensial harus dipersiapkan untuk sumberdaya-sumberdaya
yang dianggap penting dan mempunyai kecenderungan yang tinggi
untuk terkena dampak atau rusak. Sebagai contoh, hal ini mungkin
mencakup peningkatan pelatihan, pembuatan file-file cadangan dan
cadangan untuk kegiatan operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan
tambahan bagi bahan- bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana
Gawat Darurat, persiapan menghadapi gempa dan system pemadaman
api tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran.
5) Strategi Pemulihan
Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu bencana
dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi atau dihindari
dilakukan oleh oleh organisasi adalah menyiapkan strategi pemulihan
dan melakukannya dengan sebaik mungkin.
6) Nomor Telepon dan Kontak
Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada strategi
pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat. Nomor-nomor
telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam rencana pemulihan
bencana. Sebagai tambahan pada apa yang sudah ada dalam rencana
respon gawat darurat, nomor-nomor telepon seperti Pemilik
Bangunan, Pertahanan Sipil dan Manajemen Puncak harus
dimasukkan.
7) Inspeksi Rutin
Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan darurat
harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan
perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan untuk
melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan.
8) Pusat Pengendalian Pemulihan
Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu gedung,
maka pusat pengendalian pemulihan keadaan darurat/bencana harus
didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian ini dapat didirikan di
fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya tidak terlalu jauh dari
lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk membuat markas
pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat perusahaan, karena
Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus secanggih
organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau tidak
bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit, maka
markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki beberapa
file cadangan. Sebaliknya, jika organisasinya besar, maka markas
pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam hal ini
harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit tenaga
listrik cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K, peralatan
kantor, dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja.
9) Perawatan Pencegahan
Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat dengan
baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih kecil pada
kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi bencana. Kebanyakan
fasilitas yang dimiliki bagian-bagian mempunyai jadwal perawatan
pencegahan ini, sehingga produksi dapat berjalan normal. Karena itu
perlu ditekankan bahwa jadwal tersebut ada dan frekuensi perawatan
mencukupi.
10) File dan Sistem Komputer Cadangan
Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus dibuat
cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya. Sistem
perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan operasional
lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket juga harus
dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara berkala.
11) Cadangan File-file/ Dokumen
Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus dibuat
salinannya dan disimpan di tempat cadangan. Salah satu alternatif
adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke dalam hard disk
computer, disket atau mikro film,dan disimpan di lemari yang tahan
api. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan scanner atau
mentransfer informasi ke dalam komputer.
12) Komunikasi
Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan
melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional. Karena
itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alat-alat
komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan radio
komunikasi.
13) Persediaan untuk Pekerja
Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk kesehatan
dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke rumah
mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan makanan.
14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan
Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan selama
keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan yang
berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, tergantung pada
kegiatan operasional, drum dan pompa cadangan perlu dimiliki bila
tangki penyimpanan yang ada hancur selama terjadi bencana/keadaan
darurat.
15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi
Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan dan
disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat.
16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana
Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan menyebarkan
rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi. Keseluruhan bagian
pemulihan bencana dapat menjadi garis besar umum untuk rencana
yang dibuat dan kemudian informasi lokasi yang spesifik dapat
ditambahkan. Segera setelah rencana selesai, harus diberikan pada
Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan bencana, pos komando
keamanan, perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan,
petugas keamanan, dan manajemen puncak. Rencana tersebut harus
diperbaharui sekurangnya sekali setahun atau lebih cepat bila terjadi
perubahan yang besar.
b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana
Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang
terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat ,
dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah
strategi pemulihan sebelumnya.
1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team
Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan tentang
hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja dan
sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana
(DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja
dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan,
operasional, dan keuangan.
2) Pemeriksaan Area
Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk melihat
apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang ditemukan,
memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini merupakan
pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon Gawat
Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan ketiga juga
akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis yang ada
dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan jumlah biaya
yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan
rekomendasi-rekomendasi.
3) Kebutuhan para Pekerja
Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh,
kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini
membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin
mempunyai kebutuhan lain selama atau sesudahnya terjadinya
bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan
beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan,
minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan.
4) Perusahaan Asuransi
Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat
langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan
perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus
dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga
tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan
pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan
yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi
datang.
5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil
Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor
sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan
pekerjaan-pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya
membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi
bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa
produktif dan berguna
Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus
dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim
Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air,
dan sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila
terdapat bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup
terlebih dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali
membersihkan uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus
dilakukan dengan hati-hati karena dapat membakar uap dari
bahan-bahan kimia yang mudah terbakar dan bahan-bahan bakar yang ada di lokasi.
7) Memulihkan Komunikasi
Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk memulihkan
sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan untuk
menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat komunikasi
lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja maka saluran
hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan pekerja dan
masyarakat.
8) Perbaikan Fasilitas Pabrik
Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan
operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki
pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh
pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada
Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan
atau sepenuhnya diluar tempat kejadian.
Bila terjadi kebakaran, system pemadam kebakaran mungkin akan
membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan basah
harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah terjadinya
kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen yang rusak
karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa kerusakan
karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah pada
kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki.
9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan
Limbah Berbahaya
Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan
kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk
membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada
pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem
tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah
dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan
sulit untuk diperiksa. Karena itu kontraktor yang bergerak di bidang
pengujian kebocoran tangki harus dipanggil.
Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang
mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang
penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem
cadangan yang member dukungan pada pelanggan harus dipulihkan
terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka
pekerjaan ini akan lebih mudah.
11) Penggantian File-File Penting
File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat kembali
dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi file-file
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan
personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah
dibuat dalam disket atau mikro film.
12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan
Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia dan
keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke lokasi
lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah lokasi
dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan sebelumnya
agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat salinannya dan
disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan disimpan,
mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional.
13) Berurusan dengan Media
Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer humas
pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat membantu
menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana. Namun
demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan
kekacauan dan ketegangan emosional.
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan
Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat
diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan
sumberdaya-sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang
diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif.
Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada
mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif.
B.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis tentang respon
tanggap darurat dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam kegiatan operasional
industri akan melibatkan berbagai unsur antara lain tenaga kerja (sebagai
pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk), peralatan
produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi), tempat kerja
(sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) proses produksi dan hasil
produksi itu sendiri. Dimana kegiatan operasional produksi tersebut dapat
mengandung potensi bahaya. Apabila salah satu diantara keenam unsur
tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka bisa berpotensi
menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan kerja,
Oleh karena itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat
yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat yang berisi
persiapan-persiapan menghadapi keadaan darurat, rencana keadaan darurat
yang berisi komponen-komponen pendukung keadaan darurat, prosedur
penanggulangan keadaan darurat yang berisi langkah-langkah penanggulangan
keadaan darurat, serta prosedur rencana pemulihan pasca keadaan darurat, agar
keadaan yang semula tidak normal dapat segera kembali normal dan produksi
commit to user
Peledakan Kebakaran Kecelakaan
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara jelas
berdasarkan oleh suatu fakta dan data yang ada yang dipergunakan untuk
penulisan laporan.
B.Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data yang dilakukan adalah di PT Pupuk Kujang Jl.
Jend. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
C.Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian ini berupa :
1. Rencana Respon Gawat Darurat (Emergency Response Plan)
2. Organisasi/ tim tanggap darurat
3. Penanggulangan Keadaan Darurat
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
5. Potensi bahaya di tempat kerja
6. Tenaga kerja
7. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat
8. Kondisi lingkungan tempat kerja.
D.Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penyusunan laporan ini penulis memperoleh data secara langsung
yaitu dari:
1. Mengadakan observasi langsung ke lapangan
2. Wawancara
3. Mengikuti training
2. Data Sekunder
Data penyusunan laporan ini diperoleh secara tidak langsung yaitu dari :
a. Prosedur integrasi mengenai pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
b. Instruksi Kerja tentang keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
Dokumen dan data-data perusahaan yang berkaitan dengan tanggap darurat
E.Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39
Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan pihak yang terkait dan berwenang dengan masalah tanggap darurat
di PT Pupuk Kujang Cikampek, sehingga dapat mengetahui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
Data diperoleh dengan membaca prosedur integrasi, referensi-referensi dan
buku yang ada, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan
darurat.
4. Mengikuti Training
Penulis mengikuti training/ pelatihan yang dilaksanakan di perusahaan
seperti training SCBA, Fire Fighting, dan P3K
F.Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal 7
Februari 2011 sampai dengan 13 Mei 2011.
G.Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisa deskriptif atau menggambarkan
yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar
yang ada yaitu, Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Identifikasi Potensi Bahaya
PT Pupuk Kujang terbagi menjadi 2 area yaitu area innerfence dan
outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain unit Urea 1A
dan 1B, Ammonia 1A dan 1B, Utility 1A dan 1B, dan PPCO. Sedangkan
area outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan
Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada
area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang
yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran
antara lain :
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya
No Potensi Bahaya Lokasi/Unit Kerja Risiko
5
7 Karbon monoksida (CO) PPCO plant Kebakaran
9 Karbon karbida (CaC2) Acetylene plant
13 Cosorb solvent PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
14 Uap/gas amonia NPK
Kebakaran,
ledakan,
Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2000, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan
MSDS
2. Keadaan Darurat
PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu keadaan
dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh
kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran,
bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu
yang membahayakan keselamatan manusia dan aset perusahaan.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan
yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan/ harta benda dan/ atau merusak lingkungan sekitarnya.
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk
Kujang)
Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang
terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan
manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak
menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan.
Di PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan
peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh
karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur
yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
Contoh :
1) Satu unit perumahan terbakar
2) Satu ruangan kantor terbakar
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas
dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan
lain-lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan
dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya.
Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar,
pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya.
Contoh :
1) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA)
2) Listrik mati total
3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel
4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak
peralatan pabrik
5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik.
c. Keadaan Darurat Tingkat III
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan
akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta
memerlukan bantuan Pemerintah Daerah dan koordinasi tingkat
Nasional.
Contoh :