• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA

INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

TESIS

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Magister Program Studi

Magister Teknologi Pendidikan

Oleh :

RUSWADI S 810809220

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS

BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun oleh:

RUSWADI NIM: S 810809220

Disetujui oleh:

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ……… 23-2-2011

Pembimbing II Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ……… 25-2-2011

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN TESIS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS

BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun oleh:

RUSWADI NIM: S 810809220

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan). Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu menggantungkan.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulisan tesis yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL

PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN

METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK

NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011” dapat diselesaikan dengan

lancar oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak

dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Moch Syamsulhadi, Sp Kj, selaku rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M. Sc. Ph.D selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

sekaligus sebagai pembimbing I.

4. Ibu Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, selaku sekretaris Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, selaku pembimbing II, yang dengan sabar

(6)

commit to user

vi

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu selama ini.

7. Seluruh karyawan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik selama ini.

8. Tim Penguji Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan tesis ini.

9. Bapak Drs. Subono, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen

yang telah memberikan kesempatan penulis dan ijin untuk mengadakan

penelitian.

10.Rekan guru dan karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang

telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu demi

kelancaran penyusunan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa laporan penelitian ini banyak memiliki kekurangan.

Karena itu, peneliti berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan

saran yang membangun sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan lebih

sempurna. Mudah-mudahan laporan penelitian ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2011

Penulis,

(7)

commit to user

1.Belajar dan Pembelajaran Efektif ... ...……….

a. Teori Belajar ...……….

b.Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar ...

11

11

11

(8)

commit to user

viii

c. Hasil Belajar ...

d. Teori Pembelajaran ...

e.Pembelajaran Efektif ...

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ...

3.Pembelajaran Kooperatif ...

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif ...

b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif ...

4. Teori Menulis .... ...

5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ...

(9)

commit to user

ix

G. Teknik Analisa Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ...

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Peningkatan Nilai pada Siklus 1 ... 71

Tabel 4.2 Aspek Penilaian Tes Siklus 1 ... 71

Tabel 4.3 Peningkatan Nilai pada Siklus II ... 82

Tabel 4.4 Aspek Penilaian Tes Siklus II ... 82

Tabel 4.5 Peningkatan Nilai pada Siklus III ... 89

Tabel 4.6 Aspek Penilaian Tes Siklus III ... 90

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Pre-Tes) ……….. 106

Lampiran 2 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 1) ………... 107

Lampiran 3 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 2) ………... 108

Lampiran 4 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 3) ………... 109

Lampiran 5 : Silabus Pembelajaran ...………... 110

Lampiran 6 : RPP Siklus 1 ...………... 112

Lampiran 7 : RPP Siklus 2 ...………... 116

Lampiran 8 : RPP Siklus 3 ...………... 120

Lampiran 9 : Catatan Lapangan 1. Hasil Observasi Pratindakan ...123

Lampiran 10 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 ... 124

Lampiran 11 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 1 ... 127

Lampiran 12 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 3 Pertemuan 2 ... 130

(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Ruswadi, S 810809220. 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL

PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS

XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Tesis :

Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan mutu proses

pembelajaran menulis surat resmi siswa kelas XII TPTL2 SMK Negeri 2 Sragen dan

(2) meningkatkan hasil kemampuan menulis surat resmi siswa setelah diberi

pelajaran melalui strategi belajar kooperatif jigsaw.

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode

Classroom Action Research yang biasa disebut CAR atau lebih dikenal dengan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu merupakan kegiatan penelitian yang

bertujuan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam

setiap siklus memiliki empat langkah yaitu : (1) tahap perencanaan (planning), (2)

tahap pelaksanaan tindakan (acting), (3) tahap observasi (observing), dan (4) tahap

refleksi (reflecting). Sedangkan subjek penelitian adalah siswa kelas XII berjumlah

34 Siswa SMK Negeri 2 Sragen terdiri dari Siswa putra 34 dan 1 orang guru. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) pengamatan, 2) wawancara, 3)

dokumen, dan 4) keterampilan menulis surat resmi digunakan tes menulis. Pengujian

analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara trianggulasi sumber data

trianggulasi metode pengumpulan data. Teknik analisis data kualitatif menggunakan

deskriptif komparatif, teknik analisis data kuantitatif menggunakan teknik statistic

deskriptif.

Hasil penelitian adalah : 1) Penggunaan strategi koooperatif learning

jigsaw dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis siswa kelas XII SMK

Negeri 2 Sragen. 2) Penggunaan strategi kooperatif learning dapat meningkatkan

kemampuan menulis siswa kelas XII SMK Negeri 2 Sragen. Penerapan strategi

(13)

commit to user

xiii

kemampuan siswa dalam menulis/mengarang. Hal ini terindikasi adanya peningkatan

jumah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus III.

Disamping itu juga adanya peningkatan nilai rata – rata kemampuan menulis narasi

dari siklus I hingga siklus III. Siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai 11 siswa

(32.35%) dan nilai rata – ratanya adalah 65.64, Pada siklus II siswa yang tuntas

sebanyak 24 siswa (75%). Dan nilai rata – rata mencapai 69.5 Sehingga dilanjutkan

tindakan siklus III. Hasilnya cukup memuaskan, karena jumlah siswa tuntas

(14)

commit to user

xiv

ABSTRACT

Ruswadi, S 810809220 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2

SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Thesis : The Graduate Program in

Education Technology, Graduate Program, Sebelas maret University, Surakarta

2011.

The aims of this research to improve : (1) the quality of formal letters

writing learning process of the students in Grade XII of SMK Negeri 2 Sragen, and

(2) the results of formal letters writing ability of the students following the writing

learning with Jigsaw cooperative learning strategy.

This research is a classroom action research aimed at solving the

problems in the learning through four cycles. Each cycle covered (1) planning, (2)

action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects of the research were 34

students and all of them are male in Grade XII SMK Negeri 2 Sragen and a class

teacher. Its data were gathered through 1) observation, 2) in-depth interview, 3)

content analysis (document analysis), and 4) test of formal letters writing skill. The

data were validated through data source and data gathering method triangulations.

The data were then analyzed by means of qualitative and quantitative technique of

analysis. The former used the comparative descriptive technique, whereas the latter

used the descriptive statistic one.

The results of the research are as follows: 1) The use of Jigsaw

Cooperative Learning strategy can improve the writing interest of the students in

Grade XII SMK Negeri 2 Sragen. 2) The use of Jigsaw Cooperative Learning

strategy can improve the writing skill of the students in Grade XII SMK Negeri 2

Sragen. The application of Jigsaw cooperative learning strategy apparently is able to

improve the students’ writing ability as indicated by the increased number of the

students completing their writing subject matter from Cycle I through Cycle III.

Besides, the average scores of their narration writing also increase from Cycle I

(15)

commit to user

xv

is 11 (32.35%), and their average scores are 65.64. In cycle II, the number of

students completing their writing subject matter is 24 (75 %), and their average

scores are 69.5. In Cycle III, the number of students completing their writing subject

matter is 31 (91.17 %), and their average scores are 73.2; this result is somewhat

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting,

yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga perguruan

tinggi. Hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang

pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi

budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa

Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa.

Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal

(sekolah) dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian,

pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik

untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan

kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan

bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap

bahasa dan bangsa Indonesia.

Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi

kehidupan bangsa dan negara Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia menjadi

hal yang penting pula. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat

dilakukan beberapa jalur, antara lain jalur media massa, media cetak, maupun

(17)

commit to user

Di antara jalur-jalur tersebut jalur pendidikan merupakan jalur yang

paling efektif dan efisien. Oleh karenanya, bahasa Indonesia menjadi mata

pelajaran pokok dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam

Ujian Akhir Nasional (UAN). Pembinaan san pengembangan Bahasa Indonesia

di jalur pendidikan saat ini diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) tahun 2006.

Sejalan dengan fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka hakikat

diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah

adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti

mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap

berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan

kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal (sekolah)

dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada

hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk

mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran

berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan

membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan

bangsa Indonesia.

Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah

Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:

(1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan membekali

(18)

commit to user

(2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa

dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat

individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.

(3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk

mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.

(4) Membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK,

terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang

dikembangkan dan dibekalkan kepada peserta didik setelah aspek membaca.

Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII

adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi

Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis

surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa

kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan

kriteria kinerja yaitu:

(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan

dan tujuan komunikasi.

(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan

komunikasi.

(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan

dan tujuan komunikasi.

(19)

commit to user

(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi.

(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK

Tingkat 3).

Tetapi, realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis surat resmi

siswa kelas XII-Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) SMK Negeri 2

Sragen tahun ajaran 2010/2011 sangat rendah. Hal tersebut tentu saja

menimbulkan keprihatinan tersendiri, mengingat mereka telah memperoleh

materi menuis surat resmi sejak bangku Sekolah Menengah Tingkat Pertama.

Rendahnya kemampuan menulis mereka tercermin dari :

(1) Siswa merasa enggan dan merasa kesulitan apabila diberi tugas menulis.

(2) Sebagian besar hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

(3) Struktur kalimat yang tidak jelas, serta kekurangan kemampuan siswa

membedakan secara hakiki surat dinas, resmi dan pribadi.

(4) Siswa kesulitan di dalam mengembangkan ide di dalam menulis.

(5) Nilai rata-rata kelas untuk pelajaran menulis tidak memenuhi KKM. Nilai

rata-rata kelas mata pelajaran menulis pada semester 1 hanya 5.9. Padahal,

KKM untuk mata pelajaran menulis adalah 7.0.

Peneliti mencoba untuk menemukan penyebab rendahnya kemampuan

menulis siswa dengan melakukan observasi di kelas, tes tertulis, wawancara

(20)

commit to user

observasi di kelas selama pelajaran bahasa Indonesia terutama pada saat peajaran

menulis. Selain itu, peneliti juga meminta siswa untuk membuat surat resmi.

Pre-tes dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis siswa.

Siswa diminta untuk menulis surat resmi, yaitu surat undangan dari Ketua OSIS

kepada para pengurus OSIS untuk mengadakan rapat Panitia Idul Adha. Kriteria

penilaian tulisan siswa meliputi; sistematika penulisan, penulisan sesuai EYD, isi

sesuai perintah, dan kebersihan dan kerapihan. Hasil tes tertulis siswa

menunjukkan bahwa lebih dari 50% tulisan siswa tidak sistematis, hasil tulisan

siswa tidak sesuai dengan EYD (36%), isi tulisan tidak sesuai dengan perintah

(67%), dan tulisan kurang bersih dan rapi (40%).

Data pre-tes menunjukkan bahwa lebih dari 80% siswa kelas XII-TPTL

SMK Negeri 2 Sragen tidak memenuhi KKM. KKM menulis pada mata

pelajaran bahasa Indonesia adalah 70. Dari 34 siswa, hanya 11.7% siswa atau

hanya 4 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Sementara itu, nilai rata-rata

pre-tes untuk pelajaran menulis adalah 59.3. Dengan membandingkan nilai rata-rata

kelas dan nilai KKM, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis surat

resmi siswa kelas XII-TPTL tergolong rendah.

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, peneliti melakukan

wawancara informal terhadap beberapa siswa terkait dengan kesulitan mereka

dalam menulis. Peneliti menanyakan penyebab kesulitan mereka pada pelajaran

menulis. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan siswa merasa kesulitan

dalam menulis karena mereka jarang praktik menulis, tidak terbiasa menulis, dan

(21)

commit to user

belajar di rumah, siswa lebih banyak fokus untuk mengerjakan soal-soal

persiapan ujian atau tes. Waktu mereka untuk menulis sangat terbatas.

Berdasarkan hasil pengamatan latar belakang social ekonomi keluarga

siswa, fakta menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa berasal dari Keluarga Pra

Sejahtera. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemungkinan mereka memperoleh

tambahan pengetahuan di luar sekolah sangat kecil. Siswa yang mengikuti les,

atau tambahan pelajaran di luar sekolah sangat sedikit. Bahkan beberapa dari

mereka ada yang harus membantu orang tua bekerja setelah sekolah. Jadi,

mereka hanya mengandalkan memperoleh ilmu di sekolah. Dan apabila ilmu

yang diperoleh dari guru dan sekolah kurang maksimal, maka kemampuan

mereka juga menjadi kurang maksimal juga.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran bahasa

Indonesia di kelas XII-TPTL pada saat diampu guru lain, peneliti menemukan

fakta bahwa penyampaian materi kurang kondusif. Guru hanya menerangkan

materi secara satu arah, siswa mendengarkan dan menulis penjelasan guru, dan

untuk mengukur kemampuan siswa, guru meminta mereka mengerjakan soal-soal

latihan atau mengadakan ulangan harian.

Apa yang telah dilaksanakan oleh guru seperti tersebut diatas memiliki

beberapa kelemahan antara lain; (1) siswa tidak memiliki kesempatan untuk

berekspresi, (2) siswa menjadi tidak kreatif, dan (3) ruang lingkup siswa secara

social selama pelajaran menjadi terbatas. Siswa tidak dapat beriskusi, bertukar

(22)

commit to user

Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan

sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan.

Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena motivasi dan

partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut. Hal tersebut

sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine activities in

learning can make the students bored. As a result, their motivation and

participation in learning will decrease” (Brown, 2001: 48).

Guru-guru juga mengalami kesulitan di dalam memberikan pelajaran

menulis surat. Hambatan yang dialami oleh guru adalah rendahnya minat siswa

dalam pembelajaran menulis. Metode pembelajaran yang kurang variatif serta

kurang menarik minat siswa, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Jadi, secara umum, hasil pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa

Indonesia di tingkat SMK masih rendah. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran

bahasa Indonesia juga tercermin dari hasil belajar mata pelajaran siswa kelas XII

TPTL, SMK Negeri 2 Sragen. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai teori

serta berlatih memecahkan masalah bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan

dan masyarakat.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka peneliti merencanakan

untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengattasi masalah

kesulitan menulis surat resmi pada siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen

tahun ajaran 2010/2011. Menurut Muslikah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui

(23)

commit to user

belajar siswa akan meningkat (Muslikah, 2010: 33). Sementara menurut

Suwandi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suwandi, 2008: 15-16).

Peneliti merencanakan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw adalah metode

pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins

(Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan

pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan siswa apa

yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan sumbang saran tersebut

dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar siap menghadapi

pelajaran yang baru.

Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik

kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1

orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai

topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang utuh

yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka kembali

ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan pengetahuan yang

mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90). Lebih lanjut, menurut Slavin dalam

Supriyanto (2009: 91), langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah:

(24)

commit to user

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok (home group). Setiap siswa

diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

(2) Pembentukan kelompok (Focused Exploration)

Anggota home group yang sudah memahami materi membentuk kelompok

fokus yang mendiskusikan materi yang dikuasainya.

(3) Pelaporan dan Penajaman (Reporting and Resharping)

Para siswa kembali pada kelompok semula. Kemudian ia melaporkan hasil

penguasaan materi dari kelompok fokus.

(4) Integrasi dan Evaluasi

Guru mengevaluasi tentang materi yang didapatkan pada pembelajaran dan

diskusi saat itu.

Manfaat dari metode Jigsaw ini adalah siswa dapat memperoleh lingkup

pembelajaran yang lebih luas dan mendalam mengenai beberapa topik dalam satu

sesi pembelajaran (Trianto, 2009: 156).

Melalui penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan guru, diharapkan

akan ada peningkatan pada beberapa poin. Pertama, kemampuan menulis siswa

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia akan meningkat. Kedua, nilai rata-rata

ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai

batas ketuntasan belajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, siswa menjadi

(25)

commit to user

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di

SMKN 2 Sragen?

2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII

TPTL di SMKN 2 Sragen.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII

TPTL di SMKN 2 Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dalam

mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia, oleh sebab itu penulis secara rinci

mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan manfaat :

(26)

commit to user

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw bagi siswa SMK Negeri 2 Sragen.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa

kelas XII TPTL SMK Negeri 2 Sragen.

b. Manfaat bagi Guru

Melatih guru dalam memvariasi model pembelajaran terutama penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

c. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru lain.

d. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model

(27)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori-teori yang melatar belakangi penelitian ini antara lain adalah teori

tentang pembelajaran, teori tentang pembelajaran kooperatif, dan teori tentang

pembelajaran tipe Jigsaw.

1. Belajar dan Pembelajaran yang Efektif

Belajar dan pembelajaran adalah satu kesatuan. Pembelajaran berasal dari

kata dasar ’belajar’. Pembelajaran merupakan terjemahan dari ’learning’, baik

belajar maupun pembelajaran berpusat pada peserta didik.

a. Teori Belajar

Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (2000) seperti

dikutip oleh Trianto (2009 yang mendefinisikan belajar sebagai;

Learning is usually defined as a chane in individual caused by

experience. Changes caused by development (such as growing taller)

are not instances of learning. Neither are characteristics of

individuals that are present as birth (such as reflexes and respons to

hunger or pain). However, humans do so much learning from the day

of their birth (and some say earlier) that learning and development

are inseparably linked (Slavin dalam Trianto, 2009: 16).

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang

terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau

(28)

commit to user

belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja

dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada perubahan pada diri

pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku berupa

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh

individu, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Menurut Morgan dalam Dimyati dan Mudjiono (1994: 98) belajar

didefinisikan sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini

mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2)

perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena

unsur kedewasaan, dan (3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan

tetap ada untuk waktu yang cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan

proses jiwa yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus

dikembangkan. Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat,

kemampuan dan sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.

Menurut Hamalik (2007) belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu hasil

latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2007: 27).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil

belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

(29)

commit to user

2) Berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6) Permanen atau tetap.

7) Bertujuan da terarah.

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan (Trianto, 2009: 4).

b. Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar

Menurut Staton dalam Suprijono (2009: 26-27), ada enam faktor

psikologis yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:

(1) motivasi, yakni keinginan untuk belajar. Motivasi terjadi dari dua faktor

yaitu: a) pengertian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan, b)

pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa mempelajarinya itu

penting,

(2) konsentrasi, yakni pemusatan segenap perhatian pada situasi belajar

tertentu. Proses belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuat,

(3) reaksi, yakni penyerahan sesuatu bantuan untuk memungkinkan terjadinya

proses belajar,

(4) organisasi, yakni menempatkan bagian-bagian ke dalam suatu

keseluruhan yang berarti,

(5) Comprehension, yakni langkah terakhir dalam proses belajar dan,

(6) repetisi (ulangan), yakni pengawetan terbesar dari proses belajar. Ulangan

(30)

commit to user

Sementara itu, menurut Hamalik (2007), belajar yang efektif sangat

dipengaruhi faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut

adalah:

(1) Faktor kegiatan, pengunaan dan ulangan.

(2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan

reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan

pelajaran yang belum dikuasai dapat lebih mudah dipahami.

(3) Belajar akan lebih berhasil bila siswa merasa berhasil dan mendapat

kepuasannya.

(4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil dalam belajarnya

atau tidak.

(5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar.

(6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian

yang dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.

(7) Faktor kesiapan belajar

(8) Faktor minat dan usaha.

(9) Faktor-faktor fisiologis.

(10) Faktor intelegensi (Hamalik, 2007: 32-33).

c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya

(31)

commit to user

hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh

lingkungan (Sudjana, 1999:11).

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan

“belajar”. Poerwadarminta (2004: 787) “prestasi adalah hasil yang telah

dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan”. Selanjutnya Tim

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud RI (1995 : 787)

merumuskan “bahwa pada hakekatnya belajar adalah penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh

guru”.

Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil maksimal dari suatu

pekerjaan atau kecakapan untuk menambah atau mengumpulkan sejumlah

pengetahuan atau kecakapan. Prestasi belajar juga dapat dikatan sebagai

hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami secara langsung dan

merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan,

ketrampilan, maupun kecakapan daalm situasi tertentu. Dapat juga dikatakan

hasil maksimal dari apa yang diupayakan oleh siswa. Pretasi ini secara nyata

dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yakni angka. Prestasi belajar ini antara

siswa satudgn yang lainnya berbeda. Siswa yang belajar baik, tepat dalam

menggunakan waktu belajar cenderung akan mempunyai prestasi belajar

yang baik. Begitu juga sebaliknya.

Pengertian prestasi belajar disini diartikan dengan prestasi belajar

bahasa indonesia. Nilai atau prestasi belajar bahasa Indonesia ditekankan

pada vocabulary, reading, listening, writing, dan speaking. Prestasi belajar

(32)

commit to user

pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1990: 140).

Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam-macam

prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor

individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran.

Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes

tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau ketrampilan proses.

Untuk mencapai suatu hasil belajar yang baik dan memuaskan,

banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu para pendidik

diharapkan mengetahuinya, sehingga dapat mengatur dan atau menggunakan

faktor-faktor tersebut agar sedapat mungkin menguntungkan dalam proses

interaksi belajar-mengajar.

Suryabrata (2001: 183), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

itu dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor yang

berasal dari luar diri pelajar (faktor eksogen), dan juga faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri pelajar (faktor indogen). Faktor-faktor yang berasal

dari luar (eksogen) dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor sosial. Sedangkan faktor-faktor-faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri pelajar (endogen) dapat dibedakan pula menjadi dua

golongan, yaitu faktor-faktor fisiologis serta faktor-faktor psikologis.

d. Teori Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa

itu secara sadar dan terarah keinginan untuk belajar dan memperoleh hasil

belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang

(33)

commit to user

Dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar maksimal perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

Sesungguhnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahu yang

mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu. Semua faktor yang

mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu dapat pula digolongkan

menjadi faktor-faktor yang berasal dari orang yang belajar mandiri maupun

yang berasal dari luar orang yang bersangkutan.

Menurut Morgan dan kawan-kawan (2006 : 98) belajar didefinisikan

sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup tiga

unsur, yaitu (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2) perubahan tersebut

terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena unsur kedewasaan, dan

(3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang

cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan proses jiwa yang

didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus dikembangkan.

Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat, kemampuan dan

sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.

Pada uraian diatas dinyatakan bahwa seseorang belajar dengan melalui

aktivitas dalam suatu sistem penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan,

pemikiran, kegiatan fisik atau ,aktivitas motor. Siswa harus aktif berusaha

dalam belajar, apakah suatu keterampilan menerima informasi, pengertian,

kebiasaan, suatu pendapat, sikap, minat atau tuntutan dari lingkungan.

Belajar adalah suatu proses yang diawali dengan aktivitas-aktivitas atau

(34)

commit to user

yang dapat memberikan perubahan pada karakteristik anak sesuai dengan

kematangannya. Kimble and Garmezy yang dikutip oleh Snelbecker (2004 :

75), Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency that

occurs a result of reinforced practice.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari

penguatan praktek. Garry and Kingsley yang dikutip oleh Snelbecker (2004:

98) menyatakan, bahwa learning is the process by which behavior (in the

broad sense) is originated or changed trough practice or training.

(Snelbecker; 2004: 121). Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)

yang diubah melalui praktek atau latihan. Bigge yang dikutip oleh Snelbecker

(2004 : 57), memberi definisi belajar sebagai; learning. in contrast with

matl/ration. is a change iniliving individua which is not heralded by his

genetic in heritance. It may be a change in insight, behavior, perception, or

motivation. or a combination of these [Snelbecker 2004: 13]. Belajar yang

diaktifkan dengan kematangan adalah suatu perubahan dalam kehidupan

individu yang tidak dipengaruhi oleh faktor warisan. Be1ajar memungkinkan

adanya perubahan dalam insight, tingkah laku, persepsi, motivasi atau

gabungan dari semuanya.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak adapat

dipisahkan dari kegiatan manusia, sebab kebutuhan manusia makin lama

makin bertambah banyak, baik kuantitas maupun kualitas. Tanpa belajar

manusia tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

(35)

commit to user

seseorang yang menghasilkan perubahan pada dirinya, baik dalam bentuk

pengetahuan dan ketrampilan maupun dalam bentuk sikap dan nilai positif

selama berlangsung kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sebagai pengganti

istilah mengajar, pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara

sadar oleh seorang atau tim untuk melakukan kegiatan belajar sehingga

proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Tohar,

2004: 1). Kegiatan mengajar mencakup tahap-tahap: perencanaan, strategi

mengajar, persiapan pelaksanaan, termasuk penciptaan iklim belajar mengajar

yang serasi dan pemberian motivasi belajar, penilaian prestasi belajar hingga

pelaksanaan pengajaran remidial bagi siswa yang mengalami kesulitan

belajar.

Bagi tenaga kependidikan ada beberapa tahapan yang dilakukan supaya

proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, menurut Tohar (2004: 36)

tahap-tahap dalam pembelajaran adalah :

1) Perumusan tujuan pengajaran, merupakan pernyataan tentang apa yang

diharapkan untuk diketahui, dilakukan dan dihayati oleh siswa setelah

menyelesaikan suatu kegiatan belajar.

2) Pengembangan alat evaluasi, adalah suatu yang digunakan untuk mempermudah

seseorang untuk mengumpulkan informasi dan memanfaatkannya sebagai

penimbang dan pengambilan keputusan. Untuk mengukur keberhasilan

pencapaian tujuan, pengajaran disusun alat evaluasi dengan perubahan tingkah

laku diantaranya adalah : tes lisan, tertulis, perbuatan. Jika tertulis berbentuk

essei, obyektif, melengkapi angket studi kasus.

(36)

commit to user

Kemampuan yang ingin dicapai sebagai tujuan pengajaran, diurai atas

unsur-unsur tingkah laku yang membentuk kemampuan tersebut.

Unsur-unsur yang telah diidentifikasi tersebut diseleksi sehingga hanya Unsur-

unsur-unsur yang diidentifikasi karakteristik individual siswa seperti :

kecerdasan, bakat, kebiasaan belajar, motivasi belajar, kemampuan awal

dan kebutuhan belajar siswa terutama menyangkut kesulitan belajar.

4) Penyusunan Strategi Belajar Mengajar

Strategi belajar mengajar hakekatnya ialah rencana kegiatan belajar

yang dipilih guru untuk dilaksanakan baik oleh siswa maupun oleh guru

dalam rangka usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah

ditetapkan. Penyusunan strategi belajar ini menyangkut uraian tentang

jadwal kegiatan, tempat pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, format

lama waktu pertemuan. Kriteria yang digunakan dalam memilih strategi

ialah : efisiensi, efektifitas dan keterlibatan siswa.

5) Diskusi atau tanya jawab, kerja kelompok, perorangan. Diskusi dilakukan di

dalam kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar dan dilakukan oleh

guru dan siswa baik secara individu maupun kelompok.

6) Monitoring belajar mengajar. Melakukan monitoring terhadap kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh siswa apakah bisa berjalan sesuai tujuan yang

ditetapkan atau tidak (Tohar, 2000 : 38).

e. Pembelajaran Efektif

Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih

prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah sebagai

(37)

commit to user

1) Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat

melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut

akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh.

2) Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi

dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang

jelas.

3) Antara tujuan yang ingin dicapai dan keberhasilan yang dicapai pada diri

seseorang ada keterkaitannya.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah

Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:

1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan

membekali keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis.

2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa

dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat

individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.

3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk

mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.

4) membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK,

terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang

(38)

commit to user

Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII

adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi

Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis

surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa

kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan

kriteria kinerja yaitu:

(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan

aturan dan tujuan komunikasi.

(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan

komunikasi.

(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan

aturan dan tujuan komunikasi.

(4) Pesan ditulis oleh peserta diklat.

(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi.

(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK

Tingkat 3).

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang luas meliputi semua jenis

kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

(39)

commit to user

merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam

mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di

masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama

anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan

belajar (Solihatin, 2007:5).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru

harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami

berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa

untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran

yang mendukun pembelajaran kontekstual. Dalam format pembelajaran

kooperatif, setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa

tergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan

menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok

kepada guru. Selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan

kelompok tersebut yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi.

b. Unsur – Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

Roger dan Johnson (dalam Suprijono: 2009) mengatakan bahwa tidak

semua belajar kelompok bisa dianggap pemelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsure dalam pembelajaran kooperatif

(40)

commit to user

1) Positive Interdepence ( saling ketergantungan positif).

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota

kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas

selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.

2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan).

Tugas dalam pembelajaran kooperatif dibuat sedemikian rupa sehingga

setiap anggota kelompok harus masing-masing anggota kelompok harus

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bias dilaksanakan.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif).

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini

akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keteramipaln berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.

(41)

commit to user

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerjasama

dengan lebih efektif

4. Teori Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak berlangsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan

menulis ini tidaklah akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan

dan praktek yang banyak dan teratur.

Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu

atau intregatif, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut

karangan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok kemampuan yang

tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu :

a. Penguasaan bahasa tertulis yang akan berfungsi sebagai media karangan,

meliputi: kosakata, struktur, ejaan,. Pragmatik, dan sebagainya.

b. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan dikarang

c. Penguasaan tentang jenis-jenis karangan dan teknik menulis yaitu tentang

bagaimana merangkai isi karangan dengan menggunakan bahasa tertulis

sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti makalah,

(42)

commit to user

Seseorang tidak mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai

satu atau dua saja di antara ketiga komponen diatas. Betapa banyak orang

yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat

menghasilkan karangan karena tidak tahu apa yang akan dikarang dan

bagaimana menulisnya. Betapa banyak pula orang yang yang mengetahui

banyak hal untuk dikarang dan tahu pula bagaimana bahasa tertulis, tetapi

tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya.

Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan.

Kiranya tidaklah berlebihan bila dikataan bahwa keterampilan menulis

merupakan suatu ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.

Menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat /merekam,

meyakinkan, melaporkan/ memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud

serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang

yang dapat menyusyn pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan

ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur

kalimat yang jelas.

Untuk memberikan gambaran pembelajaran menulis dengan baik,

berikut disajikan konsep pembelajaran menulis. Secara garis besar, konsep

pembelajaran menulis sebagai berikut:

a. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya merupakan hasil dari sebuah

proses. Dengan konsep dasar seperti ini maka kesempatan menulis akan

diperoleh siswa dengan melalui proses, yang antara lain adalah pelatihan.

(43)

commit to user

melalui proses pelatihan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis,

kegiatan pelatihan perlu mendapat perhatian yang cukup memadai dari

guru sebagai pengelola pembelajaran menulis. Semakin banyak porsi

pelatihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis.

b. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya kemampuan untuk

mengorganisasikan pikiran sehingga kejernihan dalam penalaran

merupakan hal yang esensial. Keruntutan dalam pengaturan jalan pikiran

perlu mendapatkan perhatian yang cukup.

c. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan

diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan kata serta

penggunaan struktur secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang

sangat penting peranannya dalam proses penulisa.

d. Meskipun menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif,

dilihat dari proses pelaksanaannya menulis dapat merupakan respons dari

sebuah stimulus, baik itu melalui penyimakan, pembicaraan, maupun

pembacaan. Dengan demikian pelatihan keterampilan menulis dapat

dilakukan melalui kegiatan awal aeperti menyimak, berbicara, maupun

membaca (Adidarmojo, 2001)

Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dengan

pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya,

pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa

mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam

(44)

commit to user

mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran

keterampilan menulis berkenaan dengan pembinaan kemampuan

menggunakan bahasa secara tertulis.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut

dapatlah dikemukakan tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar

siswa mampu :

a. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan nonsastra; dan

b. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan sastra

Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan

dari pembelajaran bahasa. Jadi, pembelajaran menulis tidak merupakan

kegiatan sampingan. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran

keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis.

Keterampilan menulis hasil keterampilan mendengar, berbicara, dan

membaca. Komunikasi pada abad ke-21 ini lebih banyak berlangsung secara

tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Dalam pembelajaran menulis perlu

diperhatikan beberapa prinsip berikut ini.

a. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan

dasar, pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak.

b. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin

(45)

commit to user

c. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda

baca.

d. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang. Bermula dari

menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

Kondisi atau keadaan awal pembelajaran kompoetensi menulis siswa

mengalami kesulitan itulah sebabnya penulis melaksanakan penelitian

tindakan kelas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis.

Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa kesulitan siswa dalam

dalam menulis dapat diklarifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu:

kesulitan menentukan topik pidato yang akan ditulis, kesulitan memilih kata,

kesulitan dalam menerapkan ejaan, kesulitan menyusun kalimat efektif,

kesulitan menghubungkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik, dan

kesulitan dalam menulis wacana yang koheren. Dari tahun ke tahun,

persoalan tersebut selalu dihadapi guru dan siswa dan belum mendapatkan

terapi yang baik.

Salah satu solusi untuk mengurangi kesulitan tersebut supaya

kompetensi menulis meningkat digunakan pembelajaran menulis dengan

metode kontektual yang meimplementasikan elemen- elemen bertanya,

inkuiri, diskusi, pemodelan, konstruktiristik penilaian dan refleksi pada tahap

kegiatan pramenulis, menulis dan revisi (menyunting)

Keterampilan menulis merupakan pengungkapan gagasan atau

perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Agar

(46)

commit to user

komunikatif, maka penggunaan diksi (pilihan kata), struktur kalimat,

kepaduan kalimat, serta ejaan dan tanda baca memiliki peranan yang cukup

besar dalam kaitannya dengan menulis. Adapun materi pokok dari

kompetensi dasar menulis indikatornya adalah mampu menulis dengan

sistematika dan bahasa yang efektif.

Johnson dan Medinus (2004: 87) mengemukakan bahwa banyaknya

stimulus informasi tentang menulis yang diberikan pada anak sebelum masuk

sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau

fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah

kesadaran fonologis pada anak-anak sekolah menengah. Menurut Bryant,

dkk. (2003: 69) kesadaran fonologis pada anak sekolah menengah merupakan

salah satu perolehan peningkatan keterampilan menulis yang dapat menjadi

prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan menulis selanjutnya.

Jika dihubungkan dengan konsep dasar menulis, pernyataan dan

temuan tersebut sangat relevan. Hirsh dalam Alsa (2004: 16) misalnya,

mengemukakan bahwa menulis merupakan proses asosiatif antara huruf

dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang

terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar menulis

dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol

tersebut. Menulis adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang tertulis dan

mengucapkannya. Menulis merupakan perkembangan keterampilan yang

bermula dari kata dan berlanjut kepada menulis kritis. Membaca juga

(47)

commit to user

2006, 2007: 5-25). Proses-proses yang menjadi dasar konsep menulis tersebut

menurut Hirsh dalam Alsa (2004: 16) akan tampak jelas diamati pada

individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan

auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut.

Menulis di sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat penting

sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk memahami ilmu-ilmu yang amat

luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia (Dardjowidjojo,

2005: 19). Oleh karena itu, penyiapan peningkatan kesadaran fonologis pada

anak usia sekolah menengah menjadi sesuatu yang amat bermanfaat bagi

mereka pada saat membaca permulaan. Seperti dijelaskan Dardjowidjojo

(2005: 19) bahwa keterampilan menulis permulaan merupakan salah satu

kunci keberhasilan karena dengan cara seperti itu para siswa akan lebih

mampu menggali informasi dari berbagai sumber tulisan.

Menulis adalah dasar bagi kegiatan menulis lanjutan. Selain itu,

menulis merupakan bagian pengajaran yang penting untuk ditekankan di

kelas-kelas rendah (1 dan 2). Tujuan membaca permulaan adalah (1)

mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau

bunyi; (2) melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam

kata menjadi suara; dan (3) mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih

keterampilan siswa untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat

mempraktikkannya dalam menulis lanjut.

Ehri (Torgessen dan Wagner, 2004:183) menunjukkan empat

(48)

commit to user

menulis (dalam hal ini kesadaran sintaksis termasuk ke dalam kemampuan

sintaksis), yakni: (1) kemampuan membaca, (2) kemampuan fonologis

spesifik dapat menjadi fasilitator dalam mempercepat pemerolehan

keterampilan membaca anak, (3) kemampun fonologis spesifik kemungkinan

berkorelasi dengan keterampilan membaca.

Teori-teori permulaan menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak

menunjukkan bunyi-bunyi yang diucapkan diperlukan mereka untuk

mempelajari pemetaan/pengenalan bunyi-bunyi huruf ke dalam bunyi-bunyi

ujaran. Karena bunyi-bunyi dari suatu kata yang diucapkan digabung ke

dalam unit akustik (bunyi), bunyi-bunyi secara tersendiri dalam suatu kata

tidak dengan mudah/cepat kelas kelihatan. Anak-anak yang tidak mampu

menunjukkan bunyi-bunyi dari suatu kata dan yang tidak mampu

memisahkan suatu kata yang diucapkan ke dalam komponen bunyi cenderung

memiliki tingkat kesulitan dalam belajar menulis.

Chomsky (2005: 78) memandang bahwa pemerolehan dan

perkembangan bahasa anak-anak terjadi melalui interaksi-interaksi anak

dengan lingkungannya, khususnya lingkungan bahasa, yang dikenal dengan

S-R. Strateginya dikenal dengan tiruan dan uji-coba. Namun, kebenaran

pandangan Behavioris ini tidak seratus persen benar. Karena pembuktian

berikutnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan mendasar, yakni

anak-anak usia 3,0-5,0 sudah mampu memproduksi kalimat yang belum pernah

didengarnya di lingkungannya. Di samping itu, jauh sebelumnya dia sudah

(49)

commit to user

5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin

di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode

Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru

menanyakan siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan

sumbang saran tersebut dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif

siswa agar siap menghadapi pelajaran yang baru.

Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik

kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1

orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai

topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang

utuh yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka

kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan

pengetahuan yang mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90).Langkah-langkah

pembelajaran Jigsaw menurut Slavin dalam Trianto (2009: 56-61) adalah

sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang

dinamakan home group, sampai dengan home group disesuaikan dengan

materi yang akan dibahas dan memberikan alasan pentingnya topik

tersebut, guru berupaya membuat siswa tertarik. Setiap siswa kemudian

diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi

(50)

commit to user

2) Pembentukan Kelompok (Facused Ecploration)

Anggota dari focus group ini berasal dari anggota home group dimana

mereka sudah membawa dan memahami sub pokok bahasan yang dibahas

di dalam home group-nya. Dalam mendiskusikan materi, masing-masing

anggota harus berani mengutarakan idenya sebagai bentuk klarifikasi

terhadap materi yang telah dikuasainya, sehingga setiap anggota memiliki

konsep yang sama tentang materi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru

diharapkan menyiapkan soal yang terkait dengan materi yang dibahsanya.

Materi baru ini, siswa harus mengerjakan/menyelesaikan tes atau soal yang

terkait dengan penjelasan guru. Hasil dari tes tersebut akan sangat terkait

dengan posisi kelompoknya.

3) Pelaporan dan Penajaman (reporting and resharping)

Para siswa kembali kepada kelompoknya semula (home group). Dalam

kelompoknya ini dia melaporkan hasil penguasaan materi dari

masing-masing anggota focus group dan meminta rekan-rekan lainnya untuk

menanyakan atau meminta penjelasan tentang materi yang telah berhasil

dikuasai.

4) Integrasi dan Evaluasi

Dalam fase ini guru menyusun tugas/tes yang diberikan kepada setiap

kelompok dengan fokus utama mengingatkan mereka pada materi yang

telah dikuasai secara kelompok. Evaluasi mencakup pada materi yang telah

(51)

commit to user

dibahas dengan cara menyelesaikan soal-soal latihan baik secara kelompok

maupun individu.

Kelompok Asal

5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokan

Kelompok Ahli

(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain berjudul ”Using

Think-Pair-Share in the College Classroom” (2001) oleh Sarah Ledlow.

Penelitian ini juga menggunakan metode pembelajaran kooperatif, tetapi dengan

menggunakan tipe Think-Pair-Share (TPS).

Penelitian internasional pertama sebagai bahan bandingan yang ditulis

oleh Shear pada tahun 2006 dengan judul Poe’s Fiction: The Hypnotic Magic of

Gambar

Tabel 4.1 Peningkatan Nilai pada Siklus 1 .................................................
gambar (Sutopo, 2002: 64). Tujuan dari observasi adalah untuk
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Table 4.1. Peningkatan Nilai pada Siklus 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jangka pendek ( short run ), belanja pemerintah dalam bentuk subsidi pupuk dan bantuan benih unggul memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi di Propinsi

[r]

[r]

Analisis teknikal menggunakan data historis dari perilaku pasar untuk perhitungan menggunakan software metastock yang digunakan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan waktu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli

Data Tes Awal Gerak Dasar Passing Kaki Bagian Dalam ..c. Jadwal

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan analisis pada tahun 2005 menunjukan hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan antara perubahan IHSG

In order to pursue the idea of bringing the region closer to the people, the summit also signed the ASEAN Declaration on the Role of the Civil.. Service as a Catalyst for