commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA
INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Magister Program Studi
Magister Teknologi Pendidikan
Oleh :
RUSWADI S 810809220
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS
BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh:
RUSWADI NIM: S 810809220
Disetujui oleh:
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ……… 23-2-2011
Pembimbing II Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ……… 25-2-2011
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
commit to user
iii
PENGESAHAN TESIS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS
BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh:
RUSWADI NIM: S 810809220
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
commit to user
iv
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan). Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu menggantungkan.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulisan tesis yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL
PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN
METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK
NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011” dapat diselesaikan dengan
lancar oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak
dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Moch Syamsulhadi, Sp Kj, selaku rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M. Sc. Ph.D selaku direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
sekaligus sebagai pembimbing I.
4. Ibu Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, selaku sekretaris Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, selaku pembimbing II, yang dengan sabar
commit to user
vi
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu selama ini.
7. Seluruh karyawan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik selama ini.
8. Tim Penguji Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan tesis ini.
9. Bapak Drs. Subono, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen
yang telah memberikan kesempatan penulis dan ijin untuk mengadakan
penelitian.
10.Rekan guru dan karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang
telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.
11.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu demi
kelancaran penyusunan tesis ini.
Peneliti sadar bahwa laporan penelitian ini banyak memiliki kekurangan.
Karena itu, peneliti berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan lebih
sempurna. Mudah-mudahan laporan penelitian ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Maret 2011
Penulis,
commit to user
1.Belajar dan Pembelajaran Efektif ... ...……….
a. Teori Belajar ...……….
b.Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar ...
11
11
11
commit to user
viii
c. Hasil Belajar ...
d. Teori Pembelajaran ...
e.Pembelajaran Efektif ...
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ...
3.Pembelajaran Kooperatif ...
a. Definisi Pembelajaran Kooperatif ...
b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif ...
4. Teori Menulis .... ...
5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ...
commit to user
ix
G. Teknik Analisa Data ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Peningkatan Nilai pada Siklus 1 ... 71
Tabel 4.2 Aspek Penilaian Tes Siklus 1 ... 71
Tabel 4.3 Peningkatan Nilai pada Siklus II ... 82
Tabel 4.4 Aspek Penilaian Tes Siklus II ... 82
Tabel 4.5 Peningkatan Nilai pada Siklus III ... 89
Tabel 4.6 Aspek Penilaian Tes Siklus III ... 90
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Pre-Tes) ……….. 106
Lampiran 2 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 1) ………... 107
Lampiran 3 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 2) ………... 108
Lampiran 4 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 3) ………... 109
Lampiran 5 : Silabus Pembelajaran ...………... 110
Lampiran 6 : RPP Siklus 1 ...………... 112
Lampiran 7 : RPP Siklus 2 ...………... 116
Lampiran 8 : RPP Siklus 3 ...………... 120
Lampiran 9 : Catatan Lapangan 1. Hasil Observasi Pratindakan ...123
Lampiran 10 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 ... 124
Lampiran 11 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 1 ... 127
Lampiran 12 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 3 Pertemuan 2 ... 130
commit to user
xii
ABSTRAK
Ruswadi, S 810809220. 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL
PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS
XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Tesis :
Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan mutu proses
pembelajaran menulis surat resmi siswa kelas XII TPTL2 SMK Negeri 2 Sragen dan
(2) meningkatkan hasil kemampuan menulis surat resmi siswa setelah diberi
pelajaran melalui strategi belajar kooperatif jigsaw.
Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode
Classroom Action Research yang biasa disebut CAR atau lebih dikenal dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu merupakan kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam
setiap siklus memiliki empat langkah yaitu : (1) tahap perencanaan (planning), (2)
tahap pelaksanaan tindakan (acting), (3) tahap observasi (observing), dan (4) tahap
refleksi (reflecting). Sedangkan subjek penelitian adalah siswa kelas XII berjumlah
34 Siswa SMK Negeri 2 Sragen terdiri dari Siswa putra 34 dan 1 orang guru. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) pengamatan, 2) wawancara, 3)
dokumen, dan 4) keterampilan menulis surat resmi digunakan tes menulis. Pengujian
analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara trianggulasi sumber data
trianggulasi metode pengumpulan data. Teknik analisis data kualitatif menggunakan
deskriptif komparatif, teknik analisis data kuantitatif menggunakan teknik statistic
deskriptif.
Hasil penelitian adalah : 1) Penggunaan strategi koooperatif learning
jigsaw dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis siswa kelas XII SMK
Negeri 2 Sragen. 2) Penggunaan strategi kooperatif learning dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa kelas XII SMK Negeri 2 Sragen. Penerapan strategi
commit to user
xiii
kemampuan siswa dalam menulis/mengarang. Hal ini terindikasi adanya peningkatan
jumah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus III.
Disamping itu juga adanya peningkatan nilai rata – rata kemampuan menulis narasi
dari siklus I hingga siklus III. Siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai 11 siswa
(32.35%) dan nilai rata – ratanya adalah 65.64, Pada siklus II siswa yang tuntas
sebanyak 24 siswa (75%). Dan nilai rata – rata mencapai 69.5 Sehingga dilanjutkan
tindakan siklus III. Hasilnya cukup memuaskan, karena jumlah siswa tuntas
commit to user
xiv
ABSTRACT
Ruswadi, S 810809220 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2
SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Thesis : The Graduate Program in
Education Technology, Graduate Program, Sebelas maret University, Surakarta
2011.
The aims of this research to improve : (1) the quality of formal letters
writing learning process of the students in Grade XII of SMK Negeri 2 Sragen, and
(2) the results of formal letters writing ability of the students following the writing
learning with Jigsaw cooperative learning strategy.
This research is a classroom action research aimed at solving the
problems in the learning through four cycles. Each cycle covered (1) planning, (2)
action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects of the research were 34
students and all of them are male in Grade XII SMK Negeri 2 Sragen and a class
teacher. Its data were gathered through 1) observation, 2) in-depth interview, 3)
content analysis (document analysis), and 4) test of formal letters writing skill. The
data were validated through data source and data gathering method triangulations.
The data were then analyzed by means of qualitative and quantitative technique of
analysis. The former used the comparative descriptive technique, whereas the latter
used the descriptive statistic one.
The results of the research are as follows: 1) The use of Jigsaw
Cooperative Learning strategy can improve the writing interest of the students in
Grade XII SMK Negeri 2 Sragen. 2) The use of Jigsaw Cooperative Learning
strategy can improve the writing skill of the students in Grade XII SMK Negeri 2
Sragen. The application of Jigsaw cooperative learning strategy apparently is able to
improve the students’ writing ability as indicated by the increased number of the
students completing their writing subject matter from Cycle I through Cycle III.
Besides, the average scores of their narration writing also increase from Cycle I
commit to user
xv
is 11 (32.35%), and their average scores are 65.64. In cycle II, the number of
students completing their writing subject matter is 24 (75 %), and their average
scores are 69.5. In Cycle III, the number of students completing their writing subject
matter is 31 (91.17 %), and their average scores are 73.2; this result is somewhat
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting,
yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga perguruan
tinggi. Hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang
pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi
budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa
Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa.
Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal
(sekolah) dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian,
pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik
untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan
kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan
bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap
bahasa dan bangsa Indonesia.
Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi
kehidupan bangsa dan negara Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia menjadi
hal yang penting pula. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat
dilakukan beberapa jalur, antara lain jalur media massa, media cetak, maupun
commit to user
Di antara jalur-jalur tersebut jalur pendidikan merupakan jalur yang
paling efektif dan efisien. Oleh karenanya, bahasa Indonesia menjadi mata
pelajaran pokok dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam
Ujian Akhir Nasional (UAN). Pembinaan san pengembangan Bahasa Indonesia
di jalur pendidikan saat ini diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) tahun 2006.
Sejalan dengan fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka hakikat
diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah
adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti
mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap
berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan
kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal (sekolah)
dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada
hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk
mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran
berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan
membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan
bangsa Indonesia.
Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:
(1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan membekali
commit to user
(2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa
dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat
individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.
(3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk
mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.
(4) Membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK,
terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang
dikembangkan dan dibekalkan kepada peserta didik setelah aspek membaca.
Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII
adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi
Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis
surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa
kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan
kriteria kinerja yaitu:
(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan
dan tujuan komunikasi.
(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan
komunikasi.
(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan
dan tujuan komunikasi.
commit to user
(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan
tujuan komunikasi.
(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan
tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK
Tingkat 3).
Tetapi, realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis surat resmi
siswa kelas XII-Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) SMK Negeri 2
Sragen tahun ajaran 2010/2011 sangat rendah. Hal tersebut tentu saja
menimbulkan keprihatinan tersendiri, mengingat mereka telah memperoleh
materi menuis surat resmi sejak bangku Sekolah Menengah Tingkat Pertama.
Rendahnya kemampuan menulis mereka tercermin dari :
(1) Siswa merasa enggan dan merasa kesulitan apabila diberi tugas menulis.
(2) Sebagian besar hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
(3) Struktur kalimat yang tidak jelas, serta kekurangan kemampuan siswa
membedakan secara hakiki surat dinas, resmi dan pribadi.
(4) Siswa kesulitan di dalam mengembangkan ide di dalam menulis.
(5) Nilai rata-rata kelas untuk pelajaran menulis tidak memenuhi KKM. Nilai
rata-rata kelas mata pelajaran menulis pada semester 1 hanya 5.9. Padahal,
KKM untuk mata pelajaran menulis adalah 7.0.
Peneliti mencoba untuk menemukan penyebab rendahnya kemampuan
menulis siswa dengan melakukan observasi di kelas, tes tertulis, wawancara
commit to user
observasi di kelas selama pelajaran bahasa Indonesia terutama pada saat peajaran
menulis. Selain itu, peneliti juga meminta siswa untuk membuat surat resmi.
Pre-tes dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis siswa.
Siswa diminta untuk menulis surat resmi, yaitu surat undangan dari Ketua OSIS
kepada para pengurus OSIS untuk mengadakan rapat Panitia Idul Adha. Kriteria
penilaian tulisan siswa meliputi; sistematika penulisan, penulisan sesuai EYD, isi
sesuai perintah, dan kebersihan dan kerapihan. Hasil tes tertulis siswa
menunjukkan bahwa lebih dari 50% tulisan siswa tidak sistematis, hasil tulisan
siswa tidak sesuai dengan EYD (36%), isi tulisan tidak sesuai dengan perintah
(67%), dan tulisan kurang bersih dan rapi (40%).
Data pre-tes menunjukkan bahwa lebih dari 80% siswa kelas XII-TPTL
SMK Negeri 2 Sragen tidak memenuhi KKM. KKM menulis pada mata
pelajaran bahasa Indonesia adalah 70. Dari 34 siswa, hanya 11.7% siswa atau
hanya 4 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Sementara itu, nilai rata-rata
pre-tes untuk pelajaran menulis adalah 59.3. Dengan membandingkan nilai rata-rata
kelas dan nilai KKM, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis surat
resmi siswa kelas XII-TPTL tergolong rendah.
Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, peneliti melakukan
wawancara informal terhadap beberapa siswa terkait dengan kesulitan mereka
dalam menulis. Peneliti menanyakan penyebab kesulitan mereka pada pelajaran
menulis. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan siswa merasa kesulitan
dalam menulis karena mereka jarang praktik menulis, tidak terbiasa menulis, dan
commit to user
belajar di rumah, siswa lebih banyak fokus untuk mengerjakan soal-soal
persiapan ujian atau tes. Waktu mereka untuk menulis sangat terbatas.
Berdasarkan hasil pengamatan latar belakang social ekonomi keluarga
siswa, fakta menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa berasal dari Keluarga Pra
Sejahtera. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemungkinan mereka memperoleh
tambahan pengetahuan di luar sekolah sangat kecil. Siswa yang mengikuti les,
atau tambahan pelajaran di luar sekolah sangat sedikit. Bahkan beberapa dari
mereka ada yang harus membantu orang tua bekerja setelah sekolah. Jadi,
mereka hanya mengandalkan memperoleh ilmu di sekolah. Dan apabila ilmu
yang diperoleh dari guru dan sekolah kurang maksimal, maka kemampuan
mereka juga menjadi kurang maksimal juga.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas XII-TPTL pada saat diampu guru lain, peneliti menemukan
fakta bahwa penyampaian materi kurang kondusif. Guru hanya menerangkan
materi secara satu arah, siswa mendengarkan dan menulis penjelasan guru, dan
untuk mengukur kemampuan siswa, guru meminta mereka mengerjakan soal-soal
latihan atau mengadakan ulangan harian.
Apa yang telah dilaksanakan oleh guru seperti tersebut diatas memiliki
beberapa kelemahan antara lain; (1) siswa tidak memiliki kesempatan untuk
berekspresi, (2) siswa menjadi tidak kreatif, dan (3) ruang lingkup siswa secara
social selama pelajaran menjadi terbatas. Siswa tidak dapat beriskusi, bertukar
commit to user
Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan
sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan.
Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena motivasi dan
partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut. Hal tersebut
sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine activities in
learning can make the students bored. As a result, their motivation and
participation in learning will decrease” (Brown, 2001: 48).
Guru-guru juga mengalami kesulitan di dalam memberikan pelajaran
menulis surat. Hambatan yang dialami oleh guru adalah rendahnya minat siswa
dalam pembelajaran menulis. Metode pembelajaran yang kurang variatif serta
kurang menarik minat siswa, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Jadi, secara umum, hasil pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa
Indonesia di tingkat SMK masih rendah. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran
bahasa Indonesia juga tercermin dari hasil belajar mata pelajaran siswa kelas XII
TPTL, SMK Negeri 2 Sragen. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai teori
serta berlatih memecahkan masalah bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan
dan masyarakat.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka peneliti merencanakan
untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengattasi masalah
kesulitan menulis surat resmi pada siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen
tahun ajaran 2010/2011. Menurut Muslikah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui
commit to user
belajar siswa akan meningkat (Muslikah, 2010: 33). Sementara menurut
Suwandi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suwandi, 2008: 15-16).
Peneliti merencanakan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw adalah metode
pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins
(Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan
pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan siswa apa
yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan sumbang saran tersebut
dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar siap menghadapi
pelajaran yang baru.
Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik
kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1
orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai
topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang utuh
yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka kembali
ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan pengetahuan yang
mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90). Lebih lanjut, menurut Slavin dalam
Supriyanto (2009: 91), langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah:
commit to user
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok (home group). Setiap siswa
diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
(2) Pembentukan kelompok (Focused Exploration)
Anggota home group yang sudah memahami materi membentuk kelompok
fokus yang mendiskusikan materi yang dikuasainya.
(3) Pelaporan dan Penajaman (Reporting and Resharping)
Para siswa kembali pada kelompok semula. Kemudian ia melaporkan hasil
penguasaan materi dari kelompok fokus.
(4) Integrasi dan Evaluasi
Guru mengevaluasi tentang materi yang didapatkan pada pembelajaran dan
diskusi saat itu.
Manfaat dari metode Jigsaw ini adalah siswa dapat memperoleh lingkup
pembelajaran yang lebih luas dan mendalam mengenai beberapa topik dalam satu
sesi pembelajaran (Trianto, 2009: 156).
Melalui penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan guru, diharapkan
akan ada peningkatan pada beberapa poin. Pertama, kemampuan menulis siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia akan meningkat. Kedua, nilai rata-rata
ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai
batas ketuntasan belajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, siswa menjadi
commit to user
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di
SMKN 2 Sragen?
2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII
TPTL di SMKN 2 Sragen.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII
TPTL di SMKN 2 Sragen.
D. Manfaat Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dalam
mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia, oleh sebab itu penulis secara rinci
mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan manfaat :
commit to user
a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw bagi siswa SMK Negeri 2 Sragen.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa
kelas XII TPTL SMK Negeri 2 Sragen.
b. Manfaat bagi Guru
Melatih guru dalam memvariasi model pembelajaran terutama penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
c. Manfaat bagi Sekolah
Memberikan pengetahuan umum tentang model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru lain.
d. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah
Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Teori-teori yang melatar belakangi penelitian ini antara lain adalah teori
tentang pembelajaran, teori tentang pembelajaran kooperatif, dan teori tentang
pembelajaran tipe Jigsaw.
1. Belajar dan Pembelajaran yang Efektif
Belajar dan pembelajaran adalah satu kesatuan. Pembelajaran berasal dari
kata dasar ’belajar’. Pembelajaran merupakan terjemahan dari ’learning’, baik
belajar maupun pembelajaran berpusat pada peserta didik.
a. Teori Belajar
Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (2000) seperti
dikutip oleh Trianto (2009 yang mendefinisikan belajar sebagai;
Learning is usually defined as a chane in individual caused by
experience. Changes caused by development (such as growing taller)
are not instances of learning. Neither are characteristics of
individuals that are present as birth (such as reflexes and respons to
hunger or pain). However, humans do so much learning from the day
of their birth (and some say earlier) that learning and development
are inseparably linked (Slavin dalam Trianto, 2009: 16).
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
commit to user
belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja
dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada perubahan pada diri
pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku berupa
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh
individu, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Menurut Morgan dalam Dimyati dan Mudjiono (1994: 98) belajar
didefinisikan sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini
mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2)
perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena
unsur kedewasaan, dan (3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan
tetap ada untuk waktu yang cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan
proses jiwa yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus
dikembangkan. Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat,
kemampuan dan sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.
Menurut Hamalik (2007) belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu hasil
latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2007: 27).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil
belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
commit to user
2) Berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap.
7) Bertujuan da terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan (Trianto, 2009: 4).
b. Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar
Menurut Staton dalam Suprijono (2009: 26-27), ada enam faktor
psikologis yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:
(1) motivasi, yakni keinginan untuk belajar. Motivasi terjadi dari dua faktor
yaitu: a) pengertian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan, b)
pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa mempelajarinya itu
penting,
(2) konsentrasi, yakni pemusatan segenap perhatian pada situasi belajar
tertentu. Proses belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuat,
(3) reaksi, yakni penyerahan sesuatu bantuan untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar,
(4) organisasi, yakni menempatkan bagian-bagian ke dalam suatu
keseluruhan yang berarti,
(5) Comprehension, yakni langkah terakhir dalam proses belajar dan,
(6) repetisi (ulangan), yakni pengawetan terbesar dari proses belajar. Ulangan
commit to user
Sementara itu, menurut Hamalik (2007), belajar yang efektif sangat
dipengaruhi faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut
adalah:
(1) Faktor kegiatan, pengunaan dan ulangan.
(2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belum dikuasai dapat lebih mudah dipahami.
(3) Belajar akan lebih berhasil bila siswa merasa berhasil dan mendapat
kepuasannya.
(4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil dalam belajarnya
atau tidak.
(5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar.
(6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian
yang dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.
(7) Faktor kesiapan belajar
(8) Faktor minat dan usaha.
(9) Faktor-faktor fisiologis.
(10) Faktor intelegensi (Hamalik, 2007: 32-33).
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya
commit to user
hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh
lingkungan (Sudjana, 1999:11).
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan
“belajar”. Poerwadarminta (2004: 787) “prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan”. Selanjutnya Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud RI (1995 : 787)
merumuskan “bahwa pada hakekatnya belajar adalah penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh
guru”.
Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil maksimal dari suatu
pekerjaan atau kecakapan untuk menambah atau mengumpulkan sejumlah
pengetahuan atau kecakapan. Prestasi belajar juga dapat dikatan sebagai
hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami secara langsung dan
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
ketrampilan, maupun kecakapan daalm situasi tertentu. Dapat juga dikatakan
hasil maksimal dari apa yang diupayakan oleh siswa. Pretasi ini secara nyata
dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yakni angka. Prestasi belajar ini antara
siswa satudgn yang lainnya berbeda. Siswa yang belajar baik, tepat dalam
menggunakan waktu belajar cenderung akan mempunyai prestasi belajar
yang baik. Begitu juga sebaliknya.
Pengertian prestasi belajar disini diartikan dengan prestasi belajar
bahasa indonesia. Nilai atau prestasi belajar bahasa Indonesia ditekankan
pada vocabulary, reading, listening, writing, dan speaking. Prestasi belajar
commit to user
pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1990: 140).
Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam-macam
prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor
individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran.
Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes
tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau ketrampilan proses.
Untuk mencapai suatu hasil belajar yang baik dan memuaskan,
banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu para pendidik
diharapkan mengetahuinya, sehingga dapat mengatur dan atau menggunakan
faktor-faktor tersebut agar sedapat mungkin menguntungkan dalam proses
interaksi belajar-mengajar.
Suryabrata (2001: 183), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
itu dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari luar diri pelajar (faktor eksogen), dan juga faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri pelajar (faktor indogen). Faktor-faktor yang berasal
dari luar (eksogen) dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor sosial. Sedangkan faktor-faktor-faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri pelajar (endogen) dapat dibedakan pula menjadi dua
golongan, yaitu faktor-faktor fisiologis serta faktor-faktor psikologis.
d. Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa
itu secara sadar dan terarah keinginan untuk belajar dan memperoleh hasil
belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang
commit to user
Dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar maksimal perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.
Sesungguhnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahu yang
mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu. Semua faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu dapat pula digolongkan
menjadi faktor-faktor yang berasal dari orang yang belajar mandiri maupun
yang berasal dari luar orang yang bersangkutan.
Menurut Morgan dan kawan-kawan (2006 : 98) belajar didefinisikan
sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup tiga
unsur, yaitu (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2) perubahan tersebut
terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena unsur kedewasaan, dan
(3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang
cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan proses jiwa yang
didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus dikembangkan.
Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat, kemampuan dan
sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.
Pada uraian diatas dinyatakan bahwa seseorang belajar dengan melalui
aktivitas dalam suatu sistem penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan,
pemikiran, kegiatan fisik atau ,aktivitas motor. Siswa harus aktif berusaha
dalam belajar, apakah suatu keterampilan menerima informasi, pengertian,
kebiasaan, suatu pendapat, sikap, minat atau tuntutan dari lingkungan.
Belajar adalah suatu proses yang diawali dengan aktivitas-aktivitas atau
commit to user
yang dapat memberikan perubahan pada karakteristik anak sesuai dengan
kematangannya. Kimble and Garmezy yang dikutip oleh Snelbecker (2004 :
75), Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency that
occurs a result of reinforced practice.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari
penguatan praktek. Garry and Kingsley yang dikutip oleh Snelbecker (2004:
98) menyatakan, bahwa learning is the process by which behavior (in the
broad sense) is originated or changed trough practice or training.
(Snelbecker; 2004: 121). Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)
yang diubah melalui praktek atau latihan. Bigge yang dikutip oleh Snelbecker
(2004 : 57), memberi definisi belajar sebagai; learning. in contrast with
matl/ration. is a change iniliving individua which is not heralded by his
genetic in heritance. It may be a change in insight, behavior, perception, or
motivation. or a combination of these [Snelbecker 2004: 13]. Belajar yang
diaktifkan dengan kematangan adalah suatu perubahan dalam kehidupan
individu yang tidak dipengaruhi oleh faktor warisan. Be1ajar memungkinkan
adanya perubahan dalam insight, tingkah laku, persepsi, motivasi atau
gabungan dari semuanya.
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak adapat
dipisahkan dari kegiatan manusia, sebab kebutuhan manusia makin lama
makin bertambah banyak, baik kuantitas maupun kualitas. Tanpa belajar
manusia tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
commit to user
seseorang yang menghasilkan perubahan pada dirinya, baik dalam bentuk
pengetahuan dan ketrampilan maupun dalam bentuk sikap dan nilai positif
selama berlangsung kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sebagai pengganti
istilah mengajar, pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar oleh seorang atau tim untuk melakukan kegiatan belajar sehingga
proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Tohar,
2004: 1). Kegiatan mengajar mencakup tahap-tahap: perencanaan, strategi
mengajar, persiapan pelaksanaan, termasuk penciptaan iklim belajar mengajar
yang serasi dan pemberian motivasi belajar, penilaian prestasi belajar hingga
pelaksanaan pengajaran remidial bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
Bagi tenaga kependidikan ada beberapa tahapan yang dilakukan supaya
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, menurut Tohar (2004: 36)
tahap-tahap dalam pembelajaran adalah :
1) Perumusan tujuan pengajaran, merupakan pernyataan tentang apa yang
diharapkan untuk diketahui, dilakukan dan dihayati oleh siswa setelah
menyelesaikan suatu kegiatan belajar.
2) Pengembangan alat evaluasi, adalah suatu yang digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk mengumpulkan informasi dan memanfaatkannya sebagai
penimbang dan pengambilan keputusan. Untuk mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan, pengajaran disusun alat evaluasi dengan perubahan tingkah
laku diantaranya adalah : tes lisan, tertulis, perbuatan. Jika tertulis berbentuk
essei, obyektif, melengkapi angket studi kasus.
commit to user
Kemampuan yang ingin dicapai sebagai tujuan pengajaran, diurai atas
unsur-unsur tingkah laku yang membentuk kemampuan tersebut.
Unsur-unsur yang telah diidentifikasi tersebut diseleksi sehingga hanya Unsur-
unsur-unsur yang diidentifikasi karakteristik individual siswa seperti :
kecerdasan, bakat, kebiasaan belajar, motivasi belajar, kemampuan awal
dan kebutuhan belajar siswa terutama menyangkut kesulitan belajar.
4) Penyusunan Strategi Belajar Mengajar
Strategi belajar mengajar hakekatnya ialah rencana kegiatan belajar
yang dipilih guru untuk dilaksanakan baik oleh siswa maupun oleh guru
dalam rangka usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Penyusunan strategi belajar ini menyangkut uraian tentang
jadwal kegiatan, tempat pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, format
lama waktu pertemuan. Kriteria yang digunakan dalam memilih strategi
ialah : efisiensi, efektifitas dan keterlibatan siswa.
5) Diskusi atau tanya jawab, kerja kelompok, perorangan. Diskusi dilakukan di
dalam kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar dan dilakukan oleh
guru dan siswa baik secara individu maupun kelompok.
6) Monitoring belajar mengajar. Melakukan monitoring terhadap kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh siswa apakah bisa berjalan sesuai tujuan yang
ditetapkan atau tidak (Tohar, 2000 : 38).
e. Pembelajaran Efektif
Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih
prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah sebagai
commit to user
1) Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat
melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut
akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh.
2) Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi
dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang
jelas.
3) Antara tujuan yang ingin dicapai dan keberhasilan yang dicapai pada diri
seseorang ada keterkaitannya.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:
1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan
membekali keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis.
2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa
dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat
individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.
3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk
mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.
4) membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK,
terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang
commit to user
Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII
adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi
Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis
surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa
kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan
kriteria kinerja yaitu:
(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan
aturan dan tujuan komunikasi.
(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan
komunikasi.
(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan
aturan dan tujuan komunikasi.
(4) Pesan ditulis oleh peserta diklat.
(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan
tujuan komunikasi.
(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan
tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK
Tingkat 3).
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
commit to user
merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan
belajar (Solihatin, 2007:5).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru
harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami
berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa
untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran
yang mendukun pembelajaran kontekstual. Dalam format pembelajaran
kooperatif, setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa
tergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan
menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok
kepada guru. Selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan
kelompok tersebut yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi.
b. Unsur – Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger dan Johnson (dalam Suprijono: 2009) mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pemelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsure dalam pembelajaran kooperatif
commit to user
1) Positive Interdepence ( saling ketergantungan positif).
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.
2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan).
Tugas dalam pembelajaran kooperatif dibuat sedemikian rupa sehingga
setiap anggota kelompok harus masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bias dilaksanakan.
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif).
Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keteramipaln berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.
commit to user
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerjasama
dengan lebih efektif
4. Teori Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak berlangsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan
menulis ini tidaklah akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan
dan praktek yang banyak dan teratur.
Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu
atau intregatif, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut
karangan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok kemampuan yang
tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu :
a. Penguasaan bahasa tertulis yang akan berfungsi sebagai media karangan,
meliputi: kosakata, struktur, ejaan,. Pragmatik, dan sebagainya.
b. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan dikarang
c. Penguasaan tentang jenis-jenis karangan dan teknik menulis yaitu tentang
bagaimana merangkai isi karangan dengan menggunakan bahasa tertulis
sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti makalah,
commit to user
Seseorang tidak mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai
satu atau dua saja di antara ketiga komponen diatas. Betapa banyak orang
yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat
menghasilkan karangan karena tidak tahu apa yang akan dikarang dan
bagaimana menulisnya. Betapa banyak pula orang yang yang mengetahui
banyak hal untuk dikarang dan tahu pula bagaimana bahasa tertulis, tetapi
tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya.
Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan.
Kiranya tidaklah berlebihan bila dikataan bahwa keterampilan menulis
merupakan suatu ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat /merekam,
meyakinkan, melaporkan/ memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud
serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang
yang dapat menyusyn pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan
ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur
kalimat yang jelas.
Untuk memberikan gambaran pembelajaran menulis dengan baik,
berikut disajikan konsep pembelajaran menulis. Secara garis besar, konsep
pembelajaran menulis sebagai berikut:
a. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya merupakan hasil dari sebuah
proses. Dengan konsep dasar seperti ini maka kesempatan menulis akan
diperoleh siswa dengan melalui proses, yang antara lain adalah pelatihan.
commit to user
melalui proses pelatihan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis,
kegiatan pelatihan perlu mendapat perhatian yang cukup memadai dari
guru sebagai pengelola pembelajaran menulis. Semakin banyak porsi
pelatihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis.
b. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya kemampuan untuk
mengorganisasikan pikiran sehingga kejernihan dalam penalaran
merupakan hal yang esensial. Keruntutan dalam pengaturan jalan pikiran
perlu mendapatkan perhatian yang cukup.
c. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan
diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan kata serta
penggunaan struktur secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang
sangat penting peranannya dalam proses penulisa.
d. Meskipun menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif,
dilihat dari proses pelaksanaannya menulis dapat merupakan respons dari
sebuah stimulus, baik itu melalui penyimakan, pembicaraan, maupun
pembacaan. Dengan demikian pelatihan keterampilan menulis dapat
dilakukan melalui kegiatan awal aeperti menyimak, berbicara, maupun
membaca (Adidarmojo, 2001)
Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dengan
pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya,
pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa
mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam
commit to user
mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran
keterampilan menulis berkenaan dengan pembinaan kemampuan
menggunakan bahasa secara tertulis.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut
dapatlah dikemukakan tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar
siswa mampu :
a. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan nonsastra; dan
b. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan sastra
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari pembelajaran bahasa. Jadi, pembelajaran menulis tidak merupakan
kegiatan sampingan. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran
keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis.
Keterampilan menulis hasil keterampilan mendengar, berbicara, dan
membaca. Komunikasi pada abad ke-21 ini lebih banyak berlangsung secara
tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Dalam pembelajaran menulis perlu
diperhatikan beberapa prinsip berikut ini.
a. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan
dasar, pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak.
b. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin
commit to user
c. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda
baca.
d. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang. Bermula dari
menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Kondisi atau keadaan awal pembelajaran kompoetensi menulis siswa
mengalami kesulitan itulah sebabnya penulis melaksanakan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis.
Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa kesulitan siswa dalam
dalam menulis dapat diklarifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu:
kesulitan menentukan topik pidato yang akan ditulis, kesulitan memilih kata,
kesulitan dalam menerapkan ejaan, kesulitan menyusun kalimat efektif,
kesulitan menghubungkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik, dan
kesulitan dalam menulis wacana yang koheren. Dari tahun ke tahun,
persoalan tersebut selalu dihadapi guru dan siswa dan belum mendapatkan
terapi yang baik.
Salah satu solusi untuk mengurangi kesulitan tersebut supaya
kompetensi menulis meningkat digunakan pembelajaran menulis dengan
metode kontektual yang meimplementasikan elemen- elemen bertanya,
inkuiri, diskusi, pemodelan, konstruktiristik penilaian dan refleksi pada tahap
kegiatan pramenulis, menulis dan revisi (menyunting)
Keterampilan menulis merupakan pengungkapan gagasan atau
perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Agar
commit to user
komunikatif, maka penggunaan diksi (pilihan kata), struktur kalimat,
kepaduan kalimat, serta ejaan dan tanda baca memiliki peranan yang cukup
besar dalam kaitannya dengan menulis. Adapun materi pokok dari
kompetensi dasar menulis indikatornya adalah mampu menulis dengan
sistematika dan bahasa yang efektif.
Johnson dan Medinus (2004: 87) mengemukakan bahwa banyaknya
stimulus informasi tentang menulis yang diberikan pada anak sebelum masuk
sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau
fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah
kesadaran fonologis pada anak-anak sekolah menengah. Menurut Bryant,
dkk. (2003: 69) kesadaran fonologis pada anak sekolah menengah merupakan
salah satu perolehan peningkatan keterampilan menulis yang dapat menjadi
prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan menulis selanjutnya.
Jika dihubungkan dengan konsep dasar menulis, pernyataan dan
temuan tersebut sangat relevan. Hirsh dalam Alsa (2004: 16) misalnya,
mengemukakan bahwa menulis merupakan proses asosiatif antara huruf
dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang
terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar menulis
dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol
tersebut. Menulis adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang tertulis dan
mengucapkannya. Menulis merupakan perkembangan keterampilan yang
bermula dari kata dan berlanjut kepada menulis kritis. Membaca juga
commit to user
2006, 2007: 5-25). Proses-proses yang menjadi dasar konsep menulis tersebut
menurut Hirsh dalam Alsa (2004: 16) akan tampak jelas diamati pada
individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan
auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut.
Menulis di sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat penting
sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk memahami ilmu-ilmu yang amat
luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia (Dardjowidjojo,
2005: 19). Oleh karena itu, penyiapan peningkatan kesadaran fonologis pada
anak usia sekolah menengah menjadi sesuatu yang amat bermanfaat bagi
mereka pada saat membaca permulaan. Seperti dijelaskan Dardjowidjojo
(2005: 19) bahwa keterampilan menulis permulaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan karena dengan cara seperti itu para siswa akan lebih
mampu menggali informasi dari berbagai sumber tulisan.
Menulis adalah dasar bagi kegiatan menulis lanjutan. Selain itu,
menulis merupakan bagian pengajaran yang penting untuk ditekankan di
kelas-kelas rendah (1 dan 2). Tujuan membaca permulaan adalah (1)
mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau
bunyi; (2) melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam
kata menjadi suara; dan (3) mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih
keterampilan siswa untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat
mempraktikkannya dalam menulis lanjut.
Ehri (Torgessen dan Wagner, 2004:183) menunjukkan empat
commit to user
menulis (dalam hal ini kesadaran sintaksis termasuk ke dalam kemampuan
sintaksis), yakni: (1) kemampuan membaca, (2) kemampuan fonologis
spesifik dapat menjadi fasilitator dalam mempercepat pemerolehan
keterampilan membaca anak, (3) kemampun fonologis spesifik kemungkinan
berkorelasi dengan keterampilan membaca.
Teori-teori permulaan menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak
menunjukkan bunyi-bunyi yang diucapkan diperlukan mereka untuk
mempelajari pemetaan/pengenalan bunyi-bunyi huruf ke dalam bunyi-bunyi
ujaran. Karena bunyi-bunyi dari suatu kata yang diucapkan digabung ke
dalam unit akustik (bunyi), bunyi-bunyi secara tersendiri dalam suatu kata
tidak dengan mudah/cepat kelas kelihatan. Anak-anak yang tidak mampu
menunjukkan bunyi-bunyi dari suatu kata dan yang tidak mampu
memisahkan suatu kata yang diucapkan ke dalam komponen bunyi cenderung
memiliki tingkat kesulitan dalam belajar menulis.
Chomsky (2005: 78) memandang bahwa pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak-anak terjadi melalui interaksi-interaksi anak
dengan lingkungannya, khususnya lingkungan bahasa, yang dikenal dengan
S-R. Strateginya dikenal dengan tiruan dan uji-coba. Namun, kebenaran
pandangan Behavioris ini tidak seratus persen benar. Karena pembuktian
berikutnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan mendasar, yakni
anak-anak usia 3,0-5,0 sudah mampu memproduksi kalimat yang belum pernah
didengarnya di lingkungannya. Di samping itu, jauh sebelumnya dia sudah
commit to user
5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin
di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode
Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru
menanyakan siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan
sumbang saran tersebut dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif
siswa agar siap menghadapi pelajaran yang baru.
Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik
kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1
orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai
topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang
utuh yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka
kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan
pengetahuan yang mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90).Langkah-langkah
pembelajaran Jigsaw menurut Slavin dalam Trianto (2009: 56-61) adalah
sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang
dinamakan home group, sampai dengan home group disesuaikan dengan
materi yang akan dibahas dan memberikan alasan pentingnya topik
tersebut, guru berupaya membuat siswa tertarik. Setiap siswa kemudian
diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi
commit to user
2) Pembentukan Kelompok (Facused Ecploration)
Anggota dari focus group ini berasal dari anggota home group dimana
mereka sudah membawa dan memahami sub pokok bahasan yang dibahas
di dalam home group-nya. Dalam mendiskusikan materi, masing-masing
anggota harus berani mengutarakan idenya sebagai bentuk klarifikasi
terhadap materi yang telah dikuasainya, sehingga setiap anggota memiliki
konsep yang sama tentang materi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru
diharapkan menyiapkan soal yang terkait dengan materi yang dibahsanya.
Materi baru ini, siswa harus mengerjakan/menyelesaikan tes atau soal yang
terkait dengan penjelasan guru. Hasil dari tes tersebut akan sangat terkait
dengan posisi kelompoknya.
3) Pelaporan dan Penajaman (reporting and resharping)
Para siswa kembali kepada kelompoknya semula (home group). Dalam
kelompoknya ini dia melaporkan hasil penguasaan materi dari
masing-masing anggota focus group dan meminta rekan-rekan lainnya untuk
menanyakan atau meminta penjelasan tentang materi yang telah berhasil
dikuasai.
4) Integrasi dan Evaluasi
Dalam fase ini guru menyusun tugas/tes yang diberikan kepada setiap
kelompok dengan fokus utama mengingatkan mereka pada materi yang
telah dikuasai secara kelompok. Evaluasi mencakup pada materi yang telah
commit to user
dibahas dengan cara menyelesaikan soal-soal latihan baik secara kelompok
maupun individu.
Kelompok Asal
5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokan
Kelompok Ahli
(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain berjudul ”Using
Think-Pair-Share in the College Classroom” (2001) oleh Sarah Ledlow.
Penelitian ini juga menggunakan metode pembelajaran kooperatif, tetapi dengan
menggunakan tipe Think-Pair-Share (TPS).
Penelitian internasional pertama sebagai bahan bandingan yang ditulis
oleh Shear pada tahun 2006 dengan judul Poe’s Fiction: The Hypnotic Magic of