TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS
KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA
KONSEP GAYA MAGNET di KELAS IV SEKOLAH DASAR
(Suatu Penelitian Tindakan Kelas Menerapkan Didactical Design Research
(DDR) di Kelas IV SD Negeri Taman Baru 01 Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh TB Saripudin
1101435
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SERANG
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS
KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA
KONSEP GAYA MAGNET di KELAS IV SEKOLAH DASAR
(Suatu Penelitian Tindakan Kelas Menerapkan Didactical Design Research
(DDR) di Kelas IV SD Negeri Taman Baru 01 Tahun 2015)
Oleh
TB. SARIPUDIN
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan
© TB SARIPUDIN 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
I
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
“Desain Pembelajaran Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar Siswa
Berbasis Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) Pada Konsep Gaya Magnet di Kelas IV Sekolah Dasar (Suatu Penelitian Tindakan Kelas
menerapkan Didactical Design Research di Kelas IV SD Negeri Taman Baru 01 KOTA SERANG Tahun 2015)”. Tb. Saripudin. 1101435.
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas tediri dari tiga fase essensial meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Guru sebagai pelopor dalam mendukung keberhasilan prestasi belajar siswa SD, dalam menyajikan pembelajaran IPA masih belum optimal. Peneliti menemukan pembelajaran berlangsung dikelas menyajikan konsep gaya magnet dilakukan secara klasikal, disertai respon siswa yang pasif yang menyebabkan pembelajaran belum meningkat secara signifikan. Kemungkinan terbesarnya, kurangnya peranan guru dalam memaknai pembelajaran IPA. temuan lainnya menyatakan kesulitan belajar masih dialami anak, didukung melalui kuisioner yang temuan jawaban siswa belum tepat dalam menjawab pada konsep gaya magnet. Mengingat penting pembelajaran IPA di sekolah diperlukannya metode yang tepat yang dapat teratasinya kesulitan belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, yang peneliti menawarkan model pembelajaran penelitian tindakan kelas menerapkan didactical design
research, sebagai upaya solutif dalam memecahkan persoalan diatas. Salah
satunya, melalui metode Group Investigation. Dalam metode ini, merepresentasikan dalam beberapa episode pembelajaran, dengan penyelidikan temuan IPA melalui berbagai percobaan secara berkelompok. Hasil yang diperoleh produk berupa lesson design, disertai adanya peningkatan setiap siklus dan situasi didaktis yang terjadi menjadikan suasana baru yang menarik bagi anak. Adapun, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 dengan subjek penelitian berjumlah 41 orang siswa kelas IV SD Negeri Taman Baru I Kecamatan taktakan Kota Serang. Yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 26 siswi perempuan. Penelitian PTK menerapkan DDR ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu perencanaan (prospektif), pelaksanaan (metapedadidaktik), pengamatan dan refleksi (retrospektif), yang dibagi kedalam pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan temuan penelitian, maka pembelajaran IPA dengan mengambil konsep penelitian PTK menerapkan DDR, diperoleh hasil terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dan teratasinya kesulitan belajar pada konsep gaya magnet.
I
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
"Instructional design based on the analysis of students ' learning difficulties-based Cooperative Learning Group-type Investigation (GI) on the concept of magnetic force in the class IV elementary school (A Research Action Class
implementing the Didactical Design Research in class IV SD State Parks New 01
SERANG 2015)”. Tb. Saripudin 1101435.
The learning process that occurs in class consists of three phases of life include the preparation, implementation, and evaluation. Teachers as pioneers in supporting the success of student learning achievement of SD, in presenting learning IPA is still not optimal. Researchers found the learning progress processed presents the concept of magnetic force done in classical, accompanied a passive student response that causes learning has not improved significantly. Chances are the largest, the lack of teachers in learning to interpret the role of the IPA. other findings stated learning difficulties still experienced by children, supported through the questionnaire findings answers students have not been precise in answering on the concept of magnetic force. Given the importance of learning SCIENCE in school needs a proper method which can resolve learning difficulties and improve student learning outcomes. Therefore, the researchers offer a model of learning research action class implementing the didactical design research, as solutif attempts in solving the above problems. One of them, through Group Investigation. In this method, represents learning in several episodes, with the investigation findings of the IPA vicissitudes in ordered. The results obtained products in the form of lesson design, accompanied by an increase in each cycle and the situation didaktis happens new exciting atmosphere make for the child. As for, this research was carried out in May-June 2015 with the subject amounted to 41 people grade IV SD State Park Recently I Sub taktakan Serang. Consisting of 15 male students and female students is 26. The research of applying this DDR PTK is done in several stages, namely planning (prospective), implementation (metapedadidaktik), observations and reflections (a retrospective), which are divided into pre cycle, cycle I and cycle II. Based on the findings of the research, then the IPA learning by taking the concept of research applying the PTK DDR, obtained results increased the results of student learning and resolve learning difficulties on the concept of magnetic force.
iv
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 6
F. Kerangka Teoritik ... 8
BAB II Desain Pembelajaran Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar Berbasis Cooperative Learning Tipe Group Investigation Pada Konsep Gaya Magnet Pada Kelas IV Sekolah Dasar ... 10
A. Kajian Teori ... 10
1. Paradigma dan Teori Belajar IPA ... 10
2. Design Research ... 14
3. Didactical Design Research (DDR) ... 19
4. Analisis Materi ... 23
5. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI) ... 27
6. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 30
v
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Hipotesis ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Metode PTK dengan Menerapkan DDR ... 33
B. Prosedur Penelitian ... 34
C. Tekhnik Pengumpulan Data ... 46
D. Analisis Data ... 49
E. Subyek dan Lokasi Penelitian... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Persiapan Penelitian ... 53
B. Pelaksanaan Penelitian ... 53
C. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 141
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 148
E. Jawaban Hipotesis ... 152
BAB V PENUTUP ... 153
A. Simpulan ... 153
B. Saran ... 154
vi
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Gaya Kelas IV Semester II ... 24 Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Gaya Kelas IV
Semester II ... 24 Tabel 3.1 Langkah-Langkah DDR ... 38 Tabel 3.2 Modifikasi Alur siklus PTK Model Kemmis (dalam Taniredja,dkk)
dengan penerapan DDR dalam Pembelajaran Gaya Magnet Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Group Investigation ... 41
Tabel 3.3 Observasi Desain Pembelajaran Group Investigation
Pada Gaya Magnet ... 47 Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal ... 49 Tabel 3.5 Format Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa ... 50 Tabel 4.1 Hasil Jawaban Siswa Melalui Kuisoner Gaya Magnet Pada Kelas
IV Semester II ... 55 Tabel 4.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Gaya Magnet
Pada Kelas IV Semester II ... 56 Tabel 4.3 Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar Gaya Magnet pada Kelas
vii
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada Pretest ... 60 Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Konsep Gaya
Magnet Melalui Metode Cooperativ Learning Tipe
Group Investigation Pretest ... 61
Tabel 4.6 Prediksi Respon Siswa Pada Konsep Gaya Magnet Melalui Metode
Cooperative Learning Tipe GroupIinvestigation Pada
Siklus I ... 69 Tabel 4.7 Temuan jawaban Siswa Sebelum Percobaan Pada Siklus I ... 98 Tabel 4.8 Prediksi Yang Terjadi Pada Siklus I ... 101 Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pembelajaran Konsep Gaya
Magnet
Melalui Model Group Investigation Pada Siklus I ... 105 Tabel 4.10 Contoh pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 108 Tabel 4. 11 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Konsep Gaya
Magnet Melalui Metode Cooperative Learning Tipe
Group Investigation Siklus I ... 109
Tabel 4. 12 Desain Alternatif ... 112 Tabel 4. 13 Prediksi respon siswa pada Konsep Gaya Magnet Melalui Metode
cooperative learning tipe group investigation Pada Siklus II .... 115
Tabel 4. 14 Prediksi Yang Terjadi ... 129 Tabel 4. 15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pembelajaran Konsep Gaya
Magnet
Melalui Model Group Investigation Pada Siklus II ... 134 Tabel 4. 16 Contoh Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II .... 136 Tabel 4.17 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Konsep Gaya
Magnet Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Group
Investigation Siklus II ... 137
viii
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4. 19 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Pembelajaran Konsep Gaya Magnet Melalui Model Group Investigation ... 141 Tabel 4. 20 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Konsep
Gaya Magnet Melalui Metode Cooperative Learning Tipe
Group Investigation ... 144
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segitiga Didaktis ... 20 Gambar 2.2 Chapter Design Materi Gaya Magnet ... 25
Gambar 4.1 Repersonalisasi Terhadap Buku Teks Bse IPA Kelas IV
Semester II Pada Konsep Gaya Magnet ... 57 Gambar 4.2 Beberapa Materi IPA Kelas V Semester II Pada Konsep
Gaya Magnet ... 59 Gambar 4.3 Chapter Design pada konsep gaya magnet kelas IV
semester II ... 66 Gambar 4.4 Chapter Design I Pada Konsep Gaya Magnet Kelas
IV semester II ... 67 Gambar 4.5 Lesson Design I Pada Konsep Gaya Magnet Kelas
IV Semester II ... 68 Gambar 4.6 Guru Menyajikan Topik Permasalahan Melalui Magnet
ix
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.7 Siswa Sedang Mengamati Percobaan Menemukan Kutub
Melalui Bantuan Kompas ... 78 Gambar 4.8 Persiapan Siswa Sebelum Kegiatan Percobaan ... 79 Gambar 4.9 Salah Satu Siswa dari Kelompok 2 Melakukan Percobaan
Tentang Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak ... 80 Gambar 4.10 Salah Satu Siswa dari Kelompok 2 Menunjukan Magnet
Yang Menarik Tempat Pensil ... 81 Gambar 4.11 Salah Satu Siswa dari Kelompok 2 Melakukan Percobaan
Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak Secara Berdampingan ... 82 Gambar 4.12 Salah Satu Siswa dari Kelompok 2 Melakukan Percobaan
Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak Pada Magnet Cincin ... 82 Gambar 4.13 Kelompok 3 Melakukan Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak
Pada Magnet Batangan ... 84 Gambar 4.14 Salah Satu dari Kelompok 3 Melakukan Tarik-Menarik
dan Tolak-Menolak Pada Magnet Cincin Secara Lurus ... 85 Gambar 4.15 Guru Membimbing Siswa Untuk Menemukan Kutub
Pada Magnet Cincin ... 87 Gambar 4.16 Salah Satu Siswa dari Kelompok 1 Melakukan Tarik-Menarik
Pada Magnet Batangan Dengan Posisi Magnet Berdiri... 87 Gambar 4.17 Salah Satu Siswa dari Kelompok 1 Melakukan
Tolak-Menolak
Pada Magnet Batangan Dengan Posisi Magnet Lurus... 88 Gambar 4.18 Salah Satu Siswa dari Kelompok 1 Melakukan Tarik-Menarik
Pada Magnet Batangan Seperti Kereta-Keretaan ... 89 Gambar 4.19 Salah Satu Siswa dari Kelompok 1 Melakukan Tarik-Menarik
dan Tolak-Menolak Pada Magnet Cincin ... 89 Gambar 4.20 Kelompok 4 Melihat Percobaan Dengan Bimbingan
x
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.21 Melakukan Percobaan Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak Pada Magnet Batangan ... 92 Gambar 4.22 Konsep Tarik-Menarik dan Tolak-Menolak ... 94 Gambar 4.23 Konsep Kutub Pada Bumi ... 95 Gambar 4.24 Konsep Arah Pada Magnet ... Gambar 4.25 Chapter Design II Pada Konsep Gaya Magnet Kelas
IV Semester II ... 113 Gambar 4.26 Lesson Design II Pada Konsep Gaya Magnet Kelas
xi
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Presentase Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru Pada Konsep Gaya Magnet Melalui Metode Group Investigation ... 144 Diagram 4. 2 Presentase Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Gaya Magnet Melalui Metode Group Investigation
(Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II) ... 147
xii
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAPIRAN
1. Lampiran Foto ... 158
2. Lampiran RPP Siklus I ... 160
3. Lampiran RPP Siklus II ... 165
4. Lampiran Soal dan Kunci Jawaban ... 171
5. Lampiran Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 174
6. Lampiran Kuisoner Magnet ... 176
CHAPTER DESIGN
LESSON DESIGN I
LESSON DESIGN II
HASIL KERJA SISWA
SURAT KETERANGAN DARI UPI
SURAT KETERANGAN OBSERVASI
1
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kurikulum KTSP IPA SD memiliki peranan penting sebagai pedoman yang digunakan oleh seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Secara umum, kurikulum IPA di sekolah dasar memiliki tujuan dalam mengembangkan empat aspek proses pembelajaran, diantaranya:
Pertama, adanya proses penemuan ilmiah (scientific inquiry) didalam diri siswa. Kedua, adanya pengalaman langsung (konstruktivisme) dalam mempelajari lingkungan alam sekitar. Ketiga, proses pembelajarannya menekankan berbasis Saling temas (sains, lingkungan, tekhnologi, masyarakat). Keempat, terjadinya ketrampilan proses dalam interaksi pembelajaranya. Kelima, terjadinya proses berfikir dalam memecahkan masalah (problem solving) di dalam kehidupan sehari-hari. (Mulyasa: 2007). Sedangkan secara khusus, dijabarkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Pada hakikatnya, pelajaran IPA kelas IV semester II pada materi gaya memiliki standar kompetensi yaitu memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda, sedang kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan/tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda dan menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan/tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda” (Mulyasa:
2007).
Mengembangkan desain, diawali dengan mengenali prinsip pembelajaran IPA. Prinsip yang dijadikan landasan dalam proses pembelajaran. Salah satu prinsip pembelajaran IPA yaitu konstruktvisme. pada hakikatnya, prinsip konstruktivisme menjadi daya tarik yang sering diterapkan para pendidik dalam konsep pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat kepada siswa yang menjadikan daya tarik melekat di hati pendidik. Daya tarik itu memfasilitasi bagi anak senantiasa mengembangkan kemampuan pemahamannya, membuat terjadinya komunitas belajar di lingkungan anak.
2
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpotensi dalam perkembangan intelektual bagi anak dan siswa belum bisa memahami essensi dari konsep materi yang berpotensi perkembangan lanjutan bagi anak. Kedua tipe anak tersebut difasilitasi oleh guru dengan menggabungkan sehingga timbulnya interaksi sosial. Strategi peneliti yang dipilih dalam mengembangkan interaksi melalui model group
investigation yang terbagi dalam beberapa fase pembelajaran, secara
teoritis dikemukakan oleh Sugiyanto (2009: 47) yaitu “1) seleksi topik 2) merencanakan kerjasama 3) implementasi 4) analisis dan sintesis 5) penyajian hasil akhir 6) evaluasi”.
Pada proses observasi awal, peneliti mendeteksi guru dalam menyajikan dikelas pada konsep gaya magnet dilakukan secara klasikal, media pembelajaran IPA yang digunakan bersifat semi-kongkrit, sehingga respon yang ditimbulkan bersifat pasif. Tentunya, hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Bloom (dalam sagala, 2013: 33) yang berpendapat bahwa membagi kemampuan intelektual anak menjadi 3 kawasan yaitu “kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor”.
Dalam sajian materi gaya di buku kelas IV semester II masih bersifat holistik, sedangkan peneliti memilih topik gaya magnet sebagai konsep materi dalam penelitian. Hal ini dijelaskan oleh Van Cleaves
(2010: 158) yang mendefinisikan tentang “magnet yaitu suatu benda yang
menarik besi dan magnetik lainnya”. Tarikan yang dimiliki oleh suatu magnet terhadap magnet lain atau suatu bahan magnetik disebut gaya
magnet”.
3
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melihat korelasi antara SK dan KD, kegiatan belajar-mengajar guru dan penyajian buku teks memicu terjadinya kesulitan belajar bagi anak. Hal ini, dijelaskan dalam presentasi konferensi nasional matematika UNPAD, Menurut Sulistiawati (2012) mendefinisikan kesulitan belajar
(learning obstacle) yaitu “suatu proses kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil
belajar”. Kesulitan ini merupakan sebuah persoalan yang semestinya
dimaknai oleh guru, sehingga umpan balik diantara keduanya dapat terjalin optimal.
Beragam permasalahan diatas, kemungkinan terbesarnya disebabkan kurangnya evaluasi yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun penulis buku. Sehingga, para guru SD beranggapan buku teks ipa tersebut sudah sempurna. Dan masalah utamanya yaitu kurang kreatifnya guru dan persiapan yang matang dalam merancang episode pembelajaran.
Agar kualitas pembelajaran IPA meningkat, perlu adanya proses perbaikan dalam pembelajaran. Diperlukannya mini research yang dilakukan oleh guru yang bertujuan memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas. Adapun mini research yang dapat dilakukan oleh seorang guru yaitu guru merancang desain pembelajaran (lesson design) yang baru sesuai dengan kebutuhan siswanya. Alasan mendasarnya, yaitu agar pada tahap pada proses perencanaan pembelajaran terkonsep dengan baik. Sehingga, mengetahui kesulitan belajar (learning obstacle) yang dialami siswa dan hubungan lintasan belajar (learning trajectory) dapat dibantu dengan lesson design.
Dari kesemua proses tersebut, sesuai dengan DDR (Didactical
Design Research) atau para pakar pendidikan mengenalnya penelitian
desain didaktik. Desain didaktik membantu peneliti dalam merancang desain pembelajaran dan mempersiapkan bahan ajar. Sedangkan, pada tahap implementasi dan refleksi dengan penelitian tindakan kelas (Action
4
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk melakukan penelitian dengan judul “Desain Pembelajaran Gaya
Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar Siswa Berbasis Cooperative
Learning Tipe Group Investigation (GI) Pada Konsep Gaya Magnet di Kelas IV Sekolah Dasar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasakan uraian pada latar belakang masalah, maka secara umum dapat rumusan masalahnya yaitu Bagaimana desain pembelajaran gaya berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa berbasis cooperative learning
tipe group investigation (GI) pada konsep gaya magnet di kelas IV sekolah
dasar. Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian adalah
1. Bagaimanakah kesulitan belajar (Learning Obstacle) terindentifikasi dalam buku teks?
2. Bagaimanakah desain pembelajaran materi gaya magnet berdasarkan
learning obstacle?
3. Bagaimana hasil belajar melalui desain pembelajaran model
cooperative learning tipe group investigation untuk mengatasi kesulitan
belajar?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah diurakan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kesulitan belajar (Learning Obstacle) terindentifikasi dalam buku teks.
2. Mendeskripsikan desain pembelajaran materi gaya magnet berdasarkan
learning obstacle.
3. Meningkatkan hasil belajar melalui desain pembelajaran model
cooperatuive learning tipe group investigation untuk mengatasi
5
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA SD. Karena kajian utamanya yaitu materi pada buku teks, dengan metode repersonalisasi (seolah-olah menjadi siswa) maka terlihat seberapa besar manfaat dari desain yang ditawarkan oleh peneliti.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengilustrasikan contoh metodologi yang akan digunakan yakni PTK Menerapkan DDR. Penelitian ini menyediakan identifikasi kesulitan belajar siswa terkait konsep gaya magnet pada kelas IV SD. Peneliti dapat mendesain pembelajaran yang tepat bagi siswa SD. Peneliti memfasilitasi sumber temuan yang dapat dikembangkan oleh peneliti lain dalam merancang konsep pembelajaran pada materi gaya magnet dilakukan di institusi yang lain. Dan, memberikan pengalaman dalam merancang desain pembelajaran sehingga menambah wawasan dalam materi gaya magnet melalui model
cooperative learning tipe group investigation.
b. Bagi Guru Sekolah Dasar
Hasil penelitian dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam khasanah keilmuan, kemudian dapat menyediakan contoh berdasarkan analisis kesulitan belajar siswa. selanjutnya menyediakan gambaran rancangan dalam proses pembelajaran berdasarkan belajar siswa yang berawal dari tahapan perencanaan yang terdiri dari mengkaji kurikulum, observasi awal kelas, repersonalisasi buku, analisis kesulitan belajar (learning
obstacle) dan lintasan belajar (learning trajectory), pembuatan lesson design. tahapan implementasi atau yang dikenal dalam
6
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahapan refleksi yang menyediakan gambaran pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.
Sehingga guru akan termotivasi untuk selalu melakukan evaluasi dan mendesain pembelajaran secara berkala agar pembelajaran semakin baik lagi.
c. Bagi Siswa Sekolah Dasar
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengekspresikan segala kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajar-mengajar dengan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran memegang peranan penting dalam merancang suatu pembelajaran. Menurut Car-Chelman (Yaumi, 2013:
10) memberikan definsi “design is concerned with understanding,
improving,and applying methods of instruction”. Artinya, desain
7
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kesulitan belajar (learning obstacle)
Kesulitan belajar dijelaskan dalam presentasi konferensi nasional matematika UNPAD, yang dikemukakan ooleh Sulistiawati (2012) yaitu
“kesulitan belajar (learning obstacle) yaitu suatu proses kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
dalam mencapai hasil belajar”. Dalam hal ini yang bersifat didactical
learning obstacle yaitu yaitu kesulitan belajar yang berkaitan dengan sajian bahan ajar yang digunakan dalam bahan pembelajaran”.
Lebih lanjut Suryadi (2010) menyebutkan terdapat 3 jenis learning
obstacle yaitu “epistomologi obstacle, didactical obstacle, dan ontologi obstacle”. Untuk mengkaji tentang kesulitan beljar, peneliti berupaya melakukan analisis sajian materi yang tergambarkan dalam buku teks dengan repersonalisasi sehingga berpotensi terjadinya obstacle.
3. Cooperative learning tipe group investigation
Beberapa sumber ilmiah berbagai macam definisi cooperative
learning. Menurut Suprijono (2012: 54) memandang bahwa, cooperative learning adalah “konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.
Selanjutnya, Eggen dan kauchak (dalam trianto 2010: 58) mendefinisikan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan
“sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
Cooperative learning memiliki berbaga tipe diantaranya STAD,
JIGSAW, Group Investigation, Team Games Tournament (TGT), Think
Pair Share (TPS), dan Number Head Together (NHT). Yang menjadi
8
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Gaya Magnet
Menurut Van Cleaves (2010: 158) mengajukan pendapat tentang magnet yaitu “suatu benda yang menarik besi dan magnetik lainnya. tarikan yang dimiliki oleh suatu magnet terhadap magnet lain atau suatu bahan magnetik disebut gaya magnet”.
Jadi, definisi operasional yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini adalah Desain Pembelajaran, Learning obstacle, cooperative learning
tipe group investigtation, gaya magnet
F. Kerangka Teoritik
Untuk menggeneralisasikan secara jelas tahapan-tahapan penelitian, maka susunan kerangka teoritik sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi;
2. BAB II Desain Pembelajaran Gaya Berdasarkan Analisis Kesulitan Belajar Siswa Berbasis Cooperative Learning Tipe Group Investigation
(GI) Pada Konsep Gaya Magnet di Kelas IV Sekolah Dasar.
3. Berisi uraian mengenai kajian teori yang mendukung diantaranya: Paradigma dan kajian teori belajar IPA, Design research (hakikat
design research, fungsi design research, model design reseach), Didactical design research (hakikat DDR, kesulitan belajar), analisis
materi, peta konsep, model pembelajaran cooperative learning tipe
group investigation,penelitian penunjang,kerangka berfikir, hipotesis.
4. BAB III Metodologi Penelitian
Berisi uraian mengenai PTK menerapkan DDR, prosedur penelitian, tekhnik pengumpulan data, analisis data, subjek dan lokasi penelitian. 5. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Berisi uraian mengenai hasil dan pembahasan tentang penelitian. 6. BAB V Simpulan dan Saran
9
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Daftar Pustaka. terdiri dari beragam literatur berupa buku, jurnal, yang digunakan sebagai kutipan dalam penulisan skripsi.
33
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode PTK dengan menerapkan DDR
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas menerapkan DDR. Penelitian tindakan kelas yang sering dikenal dengan istilah Action Classroom Research ini bertujuan memperbaiki kualitas dalam pembelajaran.
Dalam Pandangan Subyantoro (dalam Asmani, 2011: 24) mendefinisikan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara professional”. Pakar lain memandang, yang dipaparkan oleh Stephen Kemmis (dalam Asmani, 2011: 24) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut dan situasi ditempat praktik itu dilaksanakan. Lebih spesifik, Suadin (dalam Asmani, 2011: 25) memaknai
“PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan (guru), yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan itu serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilaksanakan”.
34
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan salah satu dari bagian dari design research yang lebih ditekankan pada didaktiknya. Pada dasarnya, PTK dan DDR ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Model PTK menerapkan DDR memiliki kelebihan yaitu dalam proses perencanaan karena membuat desain pembelajaran dari kesulitan belajar.
Pada proses perencanaan akan lebih maksimal karena guru melakukan analisis kesulitan belajar dengan cara repersonalisasi pada buku teks, observasi kelas, wawancara klinis pada siswa, membuat chapter
design dan lesson design. Setelah mengetahui kesulitan belajar maka guru
akan lebih memahami karakteristik anak dan mudah dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan. Memilih materi pada saat mengajar, materi untuk percobaan, materi untuk tugas/pengayaan.
B. Prosedur Penelitian
1. PTK model Kemmis dan Taggart
Penelitian metode PTK dengan menerapkan DDR ini menggunakan model Kemmis dan MC Taggart. PTK dalam penelitian ini sangatlah berperan penting sebagai upaya mendiagnosa permasalahan kesulitan belajar yang dialami anak didalam kelas . Selain itu, PTK ini memegang peranan penting sebagai suatu model tindakan implementasi dari konsep rancangan pembelajaran yang dibuat peneliti pada proses sebelumnya.
35
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lebih lanjut DEPDIKNAS ( dalam Tanireja, 2012: 24) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PTK model kemmis dan MC Taggart terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. a. Perencanaan (Planning)
Tahapan perencanaan dalam penelitian tindakan kelas berawal dari keinginan topik permasalahan yang akan dipecahkan. Rencana ini berkaitan dengan suatu hal persiapan yang berkaitan sebelum dilaksanakannya implementasi penelitian. Persiapan yang dilakukan yaitu Penyusunan RPP, media / bahan, serta kodisi psikologis yang direncakan dengan sebaik mungkin.
b. Pelaksanaan tindakan (action)
Tahapan ini merupakan sebuah proses implementasi dari sebuah konsep penelitian (model penelitian, materi ajar, media) yang telah dipersiapkan pada tahapan perencanaan. Peneliti sebagai guru model melakukan langkah-langkah pembelajaran secara aktual dengan menerapkan konsep penelitian yang direncanakan sebelumnya. Kemudian guru mitra melakukan pengamatan dari peneliti serta melakukan evaluasi terhadap hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi (observation)
36
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Refleksi (reflection)
Tahapan ini merupakan melakukan kajian data-data yang dilakukan pada proses pengamatan. Selanjutnya, data-data tersebut disajikan, dianalisis, diolah dan dideskripsikan secara komprehensif. Refleksi ini sebagai upaya memahami pada proses tindakan dan memberikan gambaran terhadap hal yang telah dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja yang berkorelasi dengan proses perubahan hasil belajar yang dialami siswa.
Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas sebagai proses kajian
empirik terhadap permasalahan pembelajaran yang ada dikelas yang
disusun secara sistematis sebagai upaya memecahkan permasalahan agar terjadinya proses perubahan hasil belajar dalam diri siswa. PTK ini mengungkapkan situasi didaktis yang berkaitan dengan masalah belajar. Dalam PTK ini berkolaborasi dengan guru mitra dalam menangani permasalahan belajar. Dalam PTK memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
2. Didactical Design Research (DDR)
DDR (Didactical desin research) merupakan suatu konsep penelitian yang yang berdasarkan pada kesulitan belajar. Untuk memahaminya akan dijelaskan dalam konsep segitiga didaktis, yaitu:
Guru
ADP
HP
HD Materi
37
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan segitiga didaktis diatas, Suryadi (2010) menjelaskan peran utama dalam konteks segitiga didaktis adalah menciptakan situasi didaktis (didactical situasional) sehingga terjadi proses belajar didalam diri siswa (learning situasion)
Selanjutnya, peneliti memaknai segitiga didaktis terdapat tiga hubungan yaitu guru-materi, materi-siswa, dan guru-siswa. 1) Garis panah yang menghubungkan guru dengan materi dan terdapat Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP), peneliti memandang ADP itu sebagai tujuan materi. 2) Garis Panah bolak-balik materi-siswa terdapat (Hubungan didaktis) HD, peneliti memandang HD sebagai proses menganalisis materi dan memahami cara belajar siswa sehingga berpotensi timbulnya learning obstacle (kesulitan belajar) dan learning trajectory (alur belajar) 3) Garis panah guru-siswa terdapat hubungan Pedagogis HP, peneliti memandang HP itu sebagai proses menumbuhkan motivasi dan kepercayaan.
Lebih lanjut, Suryadi (2010) mengidentifikasi bahwa terdapat tiga tahapan yang ada di Didactical Design Research (DDR) yaitu 1) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa desain didaktis hipotesis termasuk ADP 2) Analisis Metapedadidaktik 3) Analisis Retrospektif yakni analisis yang mengaitkan antara hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis
metapedadidaktik.
Tabel 3.1
Langkah-Langkah DDR
38
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
-Repersonalisasi
Pada tahapan ini, repersonalisasi Learning obstacle merupakan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis atau mengamati potensi kesulitan berdasarkan perspektif sendiri.
repersonalisasi yang dilakukan yaitu menganalisis sebuah buku teks
pelajaran pada konsep gaya magnet yang didalamnya terdapat banyak kelemahan/kekurangan. Dari kelemahan tersebut dijadikan acuan kualitas suatu pembelajaran dan tergambarkan potensi terjadinya kesulitan belajar. Repersonalisasi sebagai langkah awal dalam proses selanjutnya pembuatan
2) Analisis Karakter Siswa
39
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Prediksi Respon Siswa
Pada tahapan ini, prediksi respon siswa ini merupakan penilaian awal tentang konsep gaya magnet yang ada didalam buku teks. Prediksi respon siswa akan menilai tentang munculnya jawaban/ respon yang akan terlihat ketika menerima materi tersebut.
4) Pretest Design
Pada tahapan ini, prestest dilakukan untuk menilai seberapa luas pemahaman siswa tentang materi gaya magnet. Dari pretest tersebut, akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan materi yang akan diajarkan
5) Chapter Design
Pada tahapan ini, chapter design merupakan suatu proses dalam memetakan konsep pada materi gaya magnet. Membuat chapter design memudahkan peneliti agar mengetahui konsep yang akan diajarkan dan tupoksi dalam penyampaian materi. Dalam membuat chapter design ini dibuat sesuai dengan SK dan KD yang ada didalam kurikulum KTSP.
6) Lesson Design
Pada tahapan ini, Lesson design hampir mirip dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memiliki tujuan sebagai panduan dalam mengajar. Tetapi, pada lesson design ini disajikan lebih menarik karena berdasarkan dari cara berpikir. Cara berpikirnya berdasarkan segitiga didaktis yaitu
Adapun lesson design yang akan peneliti buat terdiri dari: a) Tujuan Pembelajaran
40
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bab. Bab dan sub bab ini yang dijabarkan dalam peta konsep yang dibuat dijadikan dalam beberapa pertemuan.
b) Tahapan kegiatan pengajaran
Dalam kegiatan pengajaran terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam desain ini, diuraikan tentang gambaran yang akan terjadi dikelas dan menganalisis dari setiap kegiatan pembelajaran dengan mengelompokan kegiatan pembelajaran sesuai tipe cocok. Adapun tipe kelompok pembelajaran yaitu: Berkelompok, percobaan, media, tanya jawab, individual, klasikal.
c) Prediksi respon siswa
Prediksi respon siswa merupakan ciri khas dari design ini dikarenakan guru merefleksikan kegiatan yang akan terjadi didalam kelas. Guru dapat menggambarkan ketika guru mengajarkan secara keseluruhan, kelompok, maupun menanyakan pada teman. Selanjutnya, membuat antisipasi didaktis yang bertujuan untuk agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Prediksi respon siswa dan antisiapsi didaktis merupakan bagian penting yang ada didalam
lesson design ini.
d) Evaluasi
Dalam membuat evaluasi dapat diambil dari bertanya, mendengarkan penjelasan siswa, catatan siswa, dan melihat diskusi.
b. Metapedadidaktik
1) Kesatuan (Unity)
Pola pikir dalam menyampaikan materi yang berusaha mencapai tujuan. Ketika tidak terjadi, kemudian guru mencari tahu alasan tidak tercapainnya tujuan.
41
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prediksi yang telah dibuat sesuai atau tidak dengan yang dilakukan. 3) Kesinambungan
Menilai urutan pengajaran/penyampaian materi sudah tepat atau belum.
c. Retrospektif
Bagaimana hubungan antara desain dengan implementasi pembelajaran? Analisis retrospektif merupakan proses refleksi terhadap pada tahap prospektif (pra siklus dan perencanaan penelitian) dan
metapedadidaktik. Dalam tahapan ini, melihat korelasi antara desain yang
direncanakan dengan implementasi dikelas. Selanjutnya, prediksi yang telah direncanakan oleh peneliti dan bagaimana pada proses pembelajaran. Ketika prediksi tidak sesuai, maka cara antisipasi yang dilakukan guru agar tujuan penelitian dapat tercapai. Setelah mengetahui kekurangan atau ketidaksesuaian maka perlu dilakukan redesain hipotesis sebagai upaya melakukan penyempurnaan desain yang dilakukan oleh peneliti.
Karena, didalamnya dikemas dengan full colour dan gambar, tujuan pembelajaran, prediksi respon siswa dan jawaban guru,
sintaksisnya, tahapan pembelajaran dari awal hingga akhir. Jadi. Lesson design ini sebagai rancangan yang akan dilakukan pada tahapan
implementasi. Adapun lesson design yang akan dibuat peneliti terdiri dari:
Postest merupakan tahapan untuk mengetahui hasil akhir pemahaman
yang dialami oleh siswa.
3. Tabel 3.2
(Modifikasi alur siklus PTK model Kemmis (dalam Taniredja,dkk) dengan
penerapan DDR dalam Pembelajaran Gaya Magnet dengan Model
42
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
OBSERVASI
1. Melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran dikelas yang dilakukan guru dalam pembelajaran dikelas dalam
mengemas dan menyajikan materi gaya magnet kelas IV semester II.
2. Repersonalisasi buku teks
2. Membuat chapter design (mind
map)
SIKLUS I
PERENCANAAN (PROSPEKTIF)
1. Membuat lesson design (RPP) pada materi gaya magnet dengan model pembelajaran
Group Investigation
2. Mempersiapkan media pembelajaran 3. Mempersiapkan pedoman observasi untuk
guru
4. Tahapan pembelajaran
5. Membuat prediksi respon siswa 6. Membuat antispasi bantuan guru 7. Pedoman observasi
8. Evaluasi sebelm tindakan
Tindakan
1. Melaksanakan lesson design atau RPP pada materi gaya magnet kelas IV semester II dengan model group
2. Mengaitkan dengan desain yang telah dibuat
REFLEKSI (RETROSPEKTIF)
1. Menganalisis hubungan antara prospektif dengan metapedadidaktik
2. hasil refleksi sebagai langkah lebih lanjut dalam membuat desain alternatif
43
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Modifikasi alur siklus PTK model Kemmis (dalam Taniredja,dkk) dengan penerapan DDR dalam Pembelajaran Gaya Magnet dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation memiliki langkah-langkah penelitian sebaga berikut:
A. Pra siklus 1. Observasi
Dalam tahapan ini Melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran dikelas yang dilakukan guru dalam pembelajaran dikelas dalam mengemas dan menyajikan materi gaya magnet kelas IV semester II, dari pembelajaran dikelas akan terlihat respon siswa yang akan terjadi. selanjutnya peneliti melakukan repersonalisasi terhadap buku teks yang digunakan untuk mengetahui potensi kesulitan yang akan terjadi dan membagikan soal pretest untuk memberikan gambaran tentang penguasaan materi yang dimiliki mengenai konsep gaya magnet.
2. Refleksi
Dalam tahapan ini, hasil observasi dijadikan studi reflektif yang akan dianalisis untuk membuat pemetaan materi dalam membuat chapter
design (mind map) untuk siklus I dan II. Tentunya, selalu
berkoordinasi dan mendiskusi dengan guru mitra berbagai permasalahan dalam pemahaman konsep gaya magnet.
B. Siklus 1
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian awal yang terpenting dalam mempersiapkan sebuah penelitian. Adapun hal yang dilakukan peneliti dalam tahapan perencanaan ini sebagai berikut:
44
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan tergambarkan secara deskriptif tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran, dan konsep materi .
b. Membuat prediksi respon siswa : membuat sebuah prediksi respon siswa yang dibuat oleh peneliti mengenai hal yang akan terjadi dalam proses implementasi. Dalam membuat prediksi respon siswa berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran.
c. Antisipasi bantuan guru : sebuah bantuan yang disiapkan oleh guru berupa media, alat ataupun sebuah cara yang dibuat oleh peneliti dalam mencapai tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran dan respon siswa.
d. Mempersiapkan media pembelajaran berupa alat-alat percobaan yang mendukung dalam menguji konsep gaya magnet yang lebih menekankan kepada sifat-sifat gaya magnet
e. Mempersiapkan pedoman observasi untuk guru merupakan sebuah pedoman yang dibuat peneliti sebagai penilaian yang akan dilakukan guru mitra dalam menilai kemampuan peneliti dalam melaksanakan proses tindakan. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran. f. Evaluasi sebelum tindakan merupakan sebuah prediksi evaluasi
yang akan dilakukan oleh sebelum tahapan tindakan untuk memonitor pemahaman siswa. Selain itu, peneliti mempersiapkan beberapa butir soal yang akan dilakukan pengujian pada proses tindakan.
2. Tindakan (metapedadidaktik)
Tahapan tindakan merupakan tahapan yang krusial pengujian penelitian yang telah dilakukannya tahapan pra siklus dan tahapan perencanaan. Dalam tahapan tindakan, peneliti menerapkan lesson
design yang dibuat dengan menggunakan model cooperative learning
45
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tindakan (metapedadidaktik) berdasarkan kepada kesatuan (unity), fleksibility, dan kesinambungan.
Berikut tahapan pembelajaran yang diambil berdasarkan model
cooperative learning tipe group investigation.
Sesi 1, memilih topik. Guru mengingatkan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Lebih lanjut, guru membantu siswa dalam mengidentifikasi topik permasalahan dengan
Sesi 2, perencanaan kooperatif. Guru mempersiapkan bahan dan alat yang dipersiapkan dalam penelitian dan guru melakukan analisisis perihal bahan dan alat yang cocok dengan kosep gaya magnet kelas IV.
Sesi 3, Implementasi, Guru membantu siswa mengurutkan langkah-langkah yang sesuai dengan model cooperative learning tipe group investigation
Guru dan siswa berusaha menyelidiki konsep gaya magnet dengan berbagai macam percobaan ilmiah dan kongkrit
Sesi 4, Analisis dan sintesis, Guru memberi kesempatan siswa untuk menganalisis permasalah dengan cara diskusi dengan teman sekelompoknya dan mencoba menggambarkan hasil temuan yang ada dalam konsep gaya magnet
Sesi 5, Presentasi hasil final. Guru membimbing siswa untuj mengungkapkan tentang pembelajaran gaya magnet dan berusaha membuat sebuah produk yang berkaitan dengan gaya magnet yang bermanfaat dan dekat dengan lingkungan anak
Sesi 6, Evaluasi. Guru membimbing siswa untuk merefleksikan tentang pembelajaran yang telah dlaksanakan melalui tanya jawab dan berkeliling ke setiap kelompok untuk memonitoring pemahaman siswa
46
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengamatan merupakan sebuah proses mengamati yang dilaksanakan secara bersama-sama dengan pada proses pelaksanaan tindakan. Adapun kegiatan dalam pengamatan yaitu
a. Melakukan pengamatan terhadap respon siswa yang menarik beserta maknanya yaitu melihat
b. Mengaitkan dengan desain yang telah dibuat 4. Refleksi
Refleksi merupakan tahapan terakhir dalam satu episode pembelajaran. Dalam refleksi terdapat kegiatan
a. Menganalisis hubungan antara prospektif dengan metapedadiadaktik Analisis ini untuk melihat kesesuaian antara desain dalam tahapan perencanaan yang telah dibuat dengan proses tindakan (metapedadidaktik).
b. Hasil refleksi sebagai langkah lebih lanjut dalam membuat desain alternatif. Desain alternatif merupakan desain yang berfungsi untuk memperbaiki. Ketika semua tahapan sudah dilaksanakan tetapi desain belum sesuai maka peneliti merefleksi dengan cara meninjau kembali susunan pembelajaran sudah tepat atau belum. Ketika belum tepat maka peneliti akan menyesuaikan dengan susunan yang tepat.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan triangulasi yaitu dengan melalui observasi dan tes.
1. Observasi
47
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan mengamati pembelajarannya sudah sesuai atau belum dengan kurikulum yang diharapkan. Lebih lanjut, untuk mengetahui berbagai macam kemungkinan kesulitan belajar yang terjadi dalam pembelajaran IPA.
Tabel 3.3
Observasi Desain Pembelajaran Group Investigation Pada Gaya Magnet
No Aspek Yang diobservasi Skor
1 2 3 4
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Memfokuskan perhatian siswa (Apersepsi) terhadap materi yang telah dipelajari
3 Penggunaan Alat Peraga
4 Mengorganisasikan siswa dalam diskusi kelompok
5 Menyajikan Topik Permasalahan
- Guru memberikan sebuah topik permaslahan
- Guru membantu siswa dalam mengidentifikasi topik permasalahan melalui diskusi kelas
Perencanaan Kooperatif
- Guru mempersiapkan bahan dan alat penelitian
48
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementasi
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
- Guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok melalui percobaan Analisis dan Sintesis
- Guru memberi kesempatan siswa untuk menganalisis permasalahan magnet - Guru membimbing siswa
mengungkapkan hasil temuan yang ada dalam konsep gaya magnet
Presentasi Hasil Final
- Guru mempresentasikan hasil diskusi kelompok
- Siswa membuat sebuah produk yang berkaitan dengan gaya magnet
6 Mengevaluasi pembelajaran
49
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor 4: Sangat Baik
2. Tes
Menurut Kusnandar (2008: 186) menyatakan “Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis didalam dirinya”. Jadi, dapat disimpulkan tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman yang dimiliki oleh obyek penelitian (siswa). Tes didalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dan adanya intervensi dari tindakan oleh guru model. Yang dilaksanakan melalui pretest (tes sebelum pembelajaran) dan posttest (tes sesudah pembelajaran). Selanjutnya, Adapun kisi-kisi soalnya adalah sebagai berikut :
Standar Kompetensi: Memahami gaya dapat mengubah gerak/bentuk
suatu benda.
Kompetensi Dasar: Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan/tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
Tabel 3.5
2. Magnet memiliki sifat tarik-menarik dan
tolak-Mudah *2
4
50
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menolak Sukar *6
Jumlah 4
3. Magnet tidak dapat menarik semua benda
Mudah *7
3
Sedang *9
Sukar *4
Jumlah 3
D. Analisis Data
1. Pengolahan Data Hasil Observasi
Dalam observasi yang diamati adalah cara guru dalam melakukan proses tindakan (metapedadidaktik) yang sebelumnya telah dipersiapkan aspek yang akan dinilai oleh guru mitra. Pengamatan yang dilakukan dikelas IV semester II di SDN Taman Baru 01. Adapun Rumus pedoman observasi melalui model Cooperative Learning tipe Group Investigation yaitu:
Nilai rata-rata =Skor yang diperoleh Skor maksimal
(Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67).
2.
Pengolahan Data dari Hasil Belajar SiswaDalam memperoleh hasil yang valid maka soal yang diberikan berupa tes obyektif melalui pilihan ganda yang terdiri dari 10 butir soal.
Tabel 3.6 Format
Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa
Nama Siswa :
No. Absen :
No. Soal Bobot Skor B x S
51
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
9 1
10 1
Jumlah 10
∑ Sx B
N =
∑ Bobot
Maka dengan demikian peneliti menentukan skor hasil belajar siswa
dengan menggunakan rumus:
Adapun rumus untuk menentukan nilai akhirnya adalah:
Nilai Akhir Siswa= Skor Hasil Siswa X 10
Dan nilai rata-rata kelasnya ditentukan dengan rumus:
Nilai Rata-rata Kelas = ∑ Nilai Akhir Siswa
52
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar, digunakan rumus
sebagai berikut:
P= Siswa Yang Tuntas Belajar X 100 %
Siswa
Berdasarkan rumus di atas, maka disesuaikan dengan kriteria penilaian
sebagai berikut:
- Skor nilai 90 – 100 = A (baik sekali)
- Skor nilai 75 – 89 = B (baik)
- Skor nilai 65 – 74 = C (cukup)
- Skor nilai 55 – 64 = D (kurang)
- Skor nilai 55 = E (buruk)
(Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67).
E. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa kelas yaitu keterlibatan siswa yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor dalam
kegiatan pembelajaran IPA pada konsep gaya magnet dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation pada kelas IV semester 2 yang siswanya berjumlah 41 orang
53
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
153
TB Saripudin, 2015
DESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA KONSEP GAYA MAGNET DI KELAS IV SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tindakan kelas menerapkan
didactical design research yang telah dilakukan oleh peneliti pada penerapan
metode Group Investigation Pada konsep Gaya Magnet, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan dari mulai pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dan
siklus III, adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mendetektsi adanya kesulitan
belajar yang dialami siswa yang diperoleh dari buku teks IPA SD yaitu
konsep gaya magnet belum digambarkan secara eksplisit, dan tidak
dilengkapi dengan percobaan gaya magnet, jawaban siswa pada kuisoner
dan LKS. Sedangkan, peneliti memaknai kesulitan belajar pada siklus I ,
tergambarkan adanya kesulitan yang dialami siswa yaitu kesulitan
menentukan kutub pada magnet cincin, konsep tarik-menarik dan
tolak-menolak. Pada siklus II, siswa kesulitan menentukan arah magnet dan
magnet yang menarik clips dalam air dan uang 500. Sehingga, Kesulitan
belajar yang dialami siswa dikategorikan Learning Obstacle tipe didaktis.
2. Melalui metode PTK menerapkan DDR menampilkan guru yang telah