• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE UNTUK MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE UNTUK MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE UNTUK MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh:

ZULFAH ISTIQOMAH ABADAN

NIM. 0606075

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

Penerapan Pendekatan Socratic Dialogue Untuk Melihat

Profil Keterampilan Bertanya Siswa Dalam Pembelajaran

Fisika

Oleh

Zulfah Istiqomah Abadan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Zulfah Istiqomah Abadan 2011

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2011

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

ZULFAH ISTIQOMAH ABADAN

PENERAPAN PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE UNTUK MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si

NIP. 195904011986011001

Pembimbing II

Drs. Ida Kaniawati, M. Si.

NIP. 196807031992032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Drs. Ida Kaniawati, M. Si.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Variabel Penelitian...6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ...7

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE DAN KETERAMPILAN BERTANYA ... .9

A. Pembelajaran Kontruktivisme………9

B. Pendekatan Pembelajaran... 10

C. Socratic Dialogue... 12

D. Keterampilan Bertanya……….20

E. Kajian Keterampilan Bertanya dengan Hasil Belajar Siswa ... 25

F. Kajian Indikator Keterampilan Bertanya Dikaitkan dengan Metode Socratic Dialogue... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... .35

(5)

D. Prosedur Penelitian ...……….………36

E. Alur Penelitian...37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Pengolahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Metode Socratic Dialogue .... ... 42

B. Hasil Analisis Keterampilan Bertanya Siswa ... 45

C. Pembahasan Temuan di Lapangan Pada Pembelajaran dengan Socratic Dialogue...51

D. Pembahasan Temuan di Lapangan dengan Aspek-Aspek Hasil Belajar ...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...63

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Karakteristik Pendekatan SCL (Student Centered Learning)... 11

2.2 Pengklasifikasian Pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom...21

2.3 Pertanyaan Rhodhes Typology ... 22

2.4 Kajian Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Ranah Kognitif...27

2.5 Kajian Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Ranah Afektif...29

2.6 Kajian Indikator Keterampilan Bertanya Dikaitkan dengan Metode Socratic Dialogue ... 31

2.7 Indikator Jenis- Jenis Pertanyaan ... 33

3.1 Penskoran Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran...39

3.2 Pembobotan Kualitas Pertanyaan Siswa ... 39

3.3 Indikator Jenis-Jenis Pertanyaan ... 40

4.1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Socratic Dialogue. ... 42

4.2 Jumlah Pertanyaan Tiap Pertemuan ... 45

4.3 Persentase Kualitas Pertanyaan Tiap Pertemuan ... 46

4.4 Persentase Jumlah Variasi Jenis Pertanyaan...47

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...63 A. Perangkat Pembelajaran

(9)

PENERAPAN PENDEKATAN SOCRATIC DIALOGUE UNTUK MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA

Zulfah Istiqomah Abadan NIM. 0606075

Pembimbing I: Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si Pembimbing II: Dr. Ida Kaniawati, M.Si Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Melalui observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru dan siswa sebuah SMP swasta di kabupaten Sumedang, diketahui bahwa jumlah pertanyaan yang diungkapkan pada tiap pertemuan tidak lebih dari dua hingga tiga buah pertanyaan. Jenis pertanyaan yang muncul tidak lebih dari dua jenis. Penulis ingin melihat profil keterampilan bertanya siswa dari segi kuantitas maupun kualitas setelah menerapkan Socratic dialogue tipe Huib Schwab. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa Profil keterampilan bertanya siswa secara kuantitatif, pada pertemuan pertama muncul enam pertanyaan, pertemuan kedua muncul 13 pertanyaan, dan pertemuan ketiga muncul 12 pertanyaan. Keterampilan bertanya kualitatif sesuai bobot nilai pertanyaan pada pertemuan pertama memperoleh presentase sebesar 73%, pertemuan kedua presentasenya sebesar 60%, dan pertemuan ketiga mendapat presentase sebesar 75%. Kualitas ketrampilan bertanya siswa berdasarkan jumlah variasi jenis pertanyaan pada pertemuan pertama memperoleh presentase sebesar 33%, pertemuan kedua presentasenya sebesar 33%, dan pertemuan ketiga mendapat presentase sebesar 100%. Dengan demikian, metode Socratic dialogue dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika untuk memunculkan keterampilan bertanya siswa dari segi kualitatif maupun kuantitatif.

(10)

APPLICATION OF SOCRATIC DIALOGUE APPROACH TO VIEW STUDENTS ASKING SKILLS PROFILE IN LEARNING OF PHYSICS

Zulfah Istiqomah Abadan NIM. 0606075

Promotor : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si Co Promotor : Dr. Ida Kaniawati, M.Si Department of Physics Education, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

Through observations and interviews conducted in the teachers and students of a private junior high school in the district Sumedang, it is known that the number of questions at each meeting expressed no more than two to three questions. The types of questions that appear no more than two types. The author would like to see the profile of skills asked students in terms of quantity and quality after applying the Socratic dialogue types Huib Schwab. The research method that I use is the descriptive research method. Based on the results of the study, data showed that asking students the skills profile quantitatively, at the first meeting appeared six questions, meeting both appear 13 questions, and the third meeting appeared 12 questions. Skills appropriate to ask qualitative questions on the weight value of the first meeting of the percentage gain of 73%, the second meeting of the percentage of 60%, and the third meeting gets a percentage of 75%. The quality of questioning skills of students based on the amount of variation in the types of questions the first meeting of the percentage gain of 33%, the second meeting of the percentage of 33%, and the third meeting gets a percentage of 100%. Thus, the Socratic dialogue method can be applied in physics learning skills asked students to bring qualitative and quantitative terms.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut peraturan pemerintah RI tentang standar naional pendidikan

Nomor 19 tahun 2005 bab IV pasal 19 ayat satu menyebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat dan minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut maka proses pembelajaran fisika di kelas

seharusnya dilaksanakan dengan metode atau pendekatan yang interaktif dan

berpusat pada siswa.

Pendekatan yang berpusat pada siswa membuat siswa lebih banyak

beraktivitas dan aktif di dalam kelas dalam mendapatkan pengetahuan. Siswa

tidak hanya duduk dan diam menyimak penjelasan dari guru tetapi, ikut berperan

didalamnya seperti melakukan kegiatan penemuan, bertanya, berdiskusi, dan

sebagainya. Dengan meningkatnya aktivitas siswa di dalam kelas diharapkan

selain kemampuan kognitif siswa saja yang meningkat, tetapi afektif , dan juga

psikomotorik siswa seperti keterampilan bertanya juga dapat meningkat.

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul “Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan Baru” menyatakan bahwa pendekatan belajar,

strategi dan metode belajar adalah faktor-faktor yang menentukan tingkat

(12)

Sedangkan kenyataan yang terjadi di lapangan, dari hasil wawancara

dengan salah satu guru mata pelajaran fisika sebuah SMP swasta di kabupaten

Sumedang pada tanggal 13 Agustus 2010. Diketahui bahwa metode pembelajaran

yang paling sering digunakan pada saat pembelajaran fisika di kelas adalah

metode ceramah, latihan soal, dan demonstrasi. Pada saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung, pertanyaan yang diungkapkan dalam pembelajaran hanya

dua sampai tiga buah saja. Siswa yang mengajukan pertanyaan terkait dengan

materi yang diajarkan hanya dua atau tiga orang saja atau sekitar 5%.

Dari hasil angket pada siswa kelas sembilan dan wawancara kepada dua

orang siswa kelas sembilan yang dipilih secara acak pada tanggal 20 Agustus

2010, didapat:

1. Siswa bertanya pada guru mata pelajaran jika tidak memahami materi

yang diajarkan pada pembelajaran fisika

2. 80% siswa tidak antusias dalam bertanya

3. Siswa tidak pernah terlibat dalam diskusi kelas serta tidak pernah

melakukan kegiatan percobaan atau eksperimen pada saat pembelajaran

fisika.

Dari fakta-fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode yang sering

digunakan yaitu metode ceramah dan merupakan metode yang kurang berpusat

kepada siswa tetapi lebih berpusat pada guru. Pembelajaran yang berlangsung

terkesan kurang interaktif (tidak berpusat pada siswa), karena komunikasi yang

terjalin lebih sering terjadi satu arah saja, yaitu guru sebagai penyampai informasi

(13)

Jumlah siswa yang bertanya dan jumlah pertanyaan yang muncul pada saat

pembelajaran adalah sebesar 5%. Jenis pertanyaan yang diungkapkan tidak lebih

dari dua jenis pertanyaan, yaitu jenis pertanyaan yang berupaya meminta suatu

penjelasan dari suatu hal (materi yang dijelaskan). Hal tersebut menunjukkan

keterampilan bertanya siswa dari segi kuantitatif maupun kualitatif belum terlalu

dimunculkan di dalam pembelajaran.

Menurut Mulyati dalam Fadil (2009), Bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir. Secara umum berpikir dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Penekanan dalam ketrampilan berpikir menegaskan penalaran sebagai fokus utama kognitif. Berpikir merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan.Berpikir juga didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai sesuatu yang menurut kita sebagai makluk hidup untuk menjadi dewasa.

Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar

mengajar. Berpikir dapat dilatihkan pada siswa dengan mengembangkan

ketrampilan bertanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini

sesuai dengan pendapat Nickerson dalam Fadil (2009) yang mengemukakan

bahwa ketrampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari.

Dari pemaparan pada paragraf di atas diketahui bahwa keterampilan

bertanya merupakan keterampilan yang diperlukan bagi siswa pada saat

pembelajaran. Bagaimanakah caranya agar kita mengetahui profil keterampilan

bertanya siswa ketika pembelajaran yang kita gunakan dikondisikan agar berpusat

pada siswa?

Keterampilan bertanya siswa dapat dimunculkan dengan pembelajaran

yang mengkondisikan siswa untuk mengajukan pertanyaan serta berpusat pada

(14)

digunakan untuk memunculkan keterampilan bertanya siswa adalah Socratic

Dialogue. Dengan menggunakan Socratic Dialogue, siswa akan diajak untuk

mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak mereka sesuai

dengan materi yang akan dibahas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:

One of the goals science teachers should have for Socratic dialogues is to develop within students a disposition for and skill in questioning. Indeed, students should learn to question all information provided them. What better way to get students to adopt a skeptical attitude than to have them become actively involved as questioners in the process of scientifi c discovery? The authors offer suggestions for engaging students in the questioning process. Wenning (2006)

Socratic Dialogue dipimpin oleh seorang fasilitator yang bertugas

mengatur jalannya dialog, agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Fasilitator dapat diperankan oleh guru mata pelajaran fisika. Fasilitator tidak

terlibat dalam dialog yang dilakukan oleh peserta tetapi hanya membantu

mengarahkan dengan memberikan pertanyaan yang mengarahkan agar peserta

dapat mencapai kesepakatan bersama untuk memenuhi tujuan pembelajaran.

(Benammar et al: 2009)

Pada langkah pertama pembelajaran dengan menggunakan Socratic

Dialogue tipe Huib Schwab, seluruh perwakilan kelompok atau peserta

diharuskan untuk berkontribusi mengajukan pertanyaan yang terkait dengan

fenomena yang disajikan pada kegiatan awal kemudian memilih salah satu

pertanyaan yanag paling sesuai. Pada langkah kedua, peserta dialog diminta untuk

menyebutkan fenomena fisis yang sesuai dengan pertanyaan pilihan. Pada langkah

ketiga, siswa berupaya untuk menjawab pertanyaan pilihan dengan melakukan

(15)

menyimpulkan hasil dari keseluruhan proses pembelajaran. (Benammar et al:

2009)

Jika siswa diposisikan sebagai pemikir di dalam pembelajaran dengan

terus menerus dilatihkan serta diarahkan untuk mengajukan suatu pertanyaan

sesuai dengan materi yang dibahas, maka keterampilan bertanya siswa dapat

dimunculkan dapat melihat bagaimana profil keterampilan bertanya siswa dari

pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan setelah pendekatan yang berpusat

kepada siswa diterapkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan

Socratic Dialogue Untuk Melihat Profil Keterampilan Bertanya Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan

penulis teliti terbagi menjadi dua, yaitu rumusan masalah umum dan rumusan

masalah khusus.

1. Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah profil keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fisika

setelah Socratic Dialogue diterapkan?”

2. Rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah profil keterampilan bertanya secara kuantitatif dalam

pembelajaran fisika setelah Socratic Dialogue diterapkan?”

b. Bagaimanakah profil keterampilan bertanya secara kualitatif dalam

(16)

c. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan Socratic Dialogue?

C. Batasan Masalah

Profil keterampilan bertanya yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi

pada profil kuantitas pertanyaan serta kualitas pertanyaan siswa.

1. Profil kuantitas pertanyaan adalah jumlah pertanyaan yang muncul pada

pertemuan pertama, kedua dan ketiga.

2. Profil kualitas pertanyaan siswa adalah bobot nilai kualitas pertanyaan siswa

serta persentase variasi jenis-jenis pertanyaan siswa (diidentifikasi

berdasarkan bentuk pertanyaan Rhodhes Thypology) pada pertemuan pertama,

kedua dan ketiga.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas berupa Socratic Dialogue

2. Variabel terikat berupa keterampilan bertanya siswa

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang

penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum penelitian ini adalah:

“Mengetahui bagaimana profil keterampilan bertanya siswa dalam

pembelajaran fisika setelah diterapkan pendekatan Socratic Dialogue. “

(17)

a. Mengetahui bagaimana profil keterampilan bertanya secara kuantitatif dalam

pembelajaran fisika setelah Socratic Dialogue diterapkan?”

b. Mengetahui bagaimana profil keterampilan bertanya secara kualitatif dalam

pembelajaran fisika setelah Socratic Dialogue diterapkan?”

c. Mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan Socratic

Dialogue?

F. Definisi Operasional

1. Socratic Dialogue

Socratic Dialogue adalah Socratic sebuah proses diskusi dengan seorang

fasilitator yang mempromosikan kemandirian berfikir, reflektif, dan pemikiran

yang kritis (Wenning: 2005). Socratic Dialogue yang akan penulis terapkan pada

saat penelitian adalah tipe Huib Schwab, pendekatan ini memiliki tahap-tahap

pembelajaran yang terdiri atas kegiatan input, implementation, dan conclusion.

Keterlaksanaan pendekatan dapat diukur dengan menghitung persentase kriteria

penilaian pada lembar observasi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran

dengan pendekatan Socratic Dialogue.

2. Keterampilan Bertanya Siswa

Keterampilan bertanya siswa adalah keterampilan dalam membuat

pertanyaan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Bond, Trevor: 2006 ). Jenis

keterampilan bertanya yang akan diteliti adalah keterampilan bertanya siswa

secara kuantitatif serta kualitatif. Profil keterampilan bertanya siswa diukur

(18)

keterampilan bertanya secara kualitatif diukur dengan penghitungan persentase

kriteria penilaian pada lembar observasi keterampilan bertanya siswa, pengukuran

persentase keberagaman jenis pertanyaan dengan mengklasifikasikan tiap

pertanyaan yang muncul dengan Rhodes Typologi, kemudian dilihat profilnya

pada setiap pertemuan.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi guru Fisika di sekolah, dapat memberikan pembelajaran alternatif yang

dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan keterampilan bertanya

dalam pembelajaran Fisika

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan bertanya serta dapat

menggunakan keterampilan bertanya untuk meningkatkan hasil belajar pada

ranah kognitif, afektif serta psikomotorik.

3. Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan

pendekatan Socratic Dialogue terhadap keterampilan bertanya siswa dalam

pembelajaran Fisika.

4. Serta bagi peneliti lainnya, sebagai bahan referensi untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Arikunto (2007: 250), “penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa

adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.”

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian berada pada salah satu SMP swasta di kabupaten Sumedang

dengan subjek penelitian salah satu kelas IX. Jumlah siswa yang akan menjadi

subjek penelitian adalah 39 orang.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan bertanya siswa yaitu berupa :

1. Lembar observasi untuk keterampilan bertanya siswa yang terdapat pada

lampiran B.

2. Lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

(20)

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Penulisan RPP dan instrumen penelitian

b. Melakukan bimbingan membuat instrumen penelitian

c. Revisi instrumen berdasarkan hasil bimbingan

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali berupa pelaksanaan pembelajaran

dengan Socratic Dialogue. Kegiatan observasi dilakukan berdasarkan lembar

observasi yang tersedia. Terdapat dua lembar observasi, yang pertama lembar

observasi keterampilan bertanya siswa yang diisi apabila ada siswa yang

mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat. Kemudian yang kedua,

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi berdasarkan kegiatan

(21)

E. Alur Penelitian

Gambar Bagan 3.1 Alur Penelitian

TAHAP PERENCANAAN

Memilih Masalah

Merumuskan Masalah Kajian Teoritis

Mengkaji Kurikulum

Pembuatan Silabus dan RPP Judul Penelitian

TAHAP PELAKSANAAN

Analisis Data

KESIMPULAN Pengumpulan Data Membuat Instrument

Penelitian

(22)

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan

data kuantitatif. Semua data diperoleh dengan cara mengobservasi subjek

penelitian. Data keterampilan bertanya siswa secara kuantitatif akan didapat

dengan cara menghitung jumlah pertanyaan yang muncul pada tiap pertemuan.

Sedangkan, data keterampilan bertanya siswa secara kualitatif didapat dengan

mencatat tiap pertanyaan yang muncul dalam pembelajaran oleh observer dan

siswa. Sedangkan data keterlaksanaan pembelajaran dengan Socratic Dialogue

akan diperoleh dari isian lembar observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran

dengan Socratic Dialogue yang diisi oleh observer.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan Socratic Dialogue

di dalam pembelajaran. Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

keterlaksanaannya adalah dengan menghitung data yang diperoleh pada lembar

observasi keterlaksanaan Socratic Dialogue. Berikut merupakan tahapan analisis

data observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan Socratic Dialogue di dalam

pembelajaran:

a. Menghitung jumlah skor tiap kriteria pada tiap pertemuan berdasarkan tabel

(23)

Tabel 3.1

Penskoran Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Kriteria Penilaian Skor

SS (Sangat Sesuai) 3

S (Sesuai) 2

KS (Kurang Sesuai) 1

TS (Tidak Sesuai) 0

b. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan rumus berikut:

%

c. Mendeskripsikan hasil temuan

Penyusun menargetkan pembelajaran terlaksana sesuai langkah pembelajaran

Socratic Dialogue jika presentase keterlaksanaan pembelajaran diatas 75%.

2. Analisis Data Keterampilan Bertanya Siswa

Analisis keterampilan bertanya siswa secara kuantitatif akan dilakukan

dengan cara menghitung banyaknya pertanyaan yang muncul tiap pertemuan.

Analisis keterampilan bertanya secara kualitatif dilakukan dengan

langkah-langkah berikut ini:

a. Analisis Bobot nilai kualitas keterampilan bertanya siswa

1) Memberikan skor terhadap tiap pertanyaan yang muncul dengan rubrik

sebagai berikut :

Tabel 3.2

Pembobotan Kualitas Pertanyaan Siswa

Kriteria Penilaian Bobot nilai

Bertanya dengan inisiatif sendiri 1

Bertanya dengan menggunakan kata-kata sendiri 1

Bertanya sesuai materi (konsep) yang sedang dipelajari 3

(24)

3) Melakukan perhitungan persentase kualitas bertanya siswa dengan

4) Mendeskripsikan hasil temuan berdasarkan bobot nilai kualitas keterampilan

bertanya siswa

b. Analisis Jumlah Variasi Jenis Pertanyaan

Berikut merupakan langkah-langkah pengolahan data pertanyaan sesuai

dengan jumlah variasi pertanyaan yang muncul pada saat pembelajaran:

1) Mengklasifikasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul berdasarkan pertanyaan

Rhodhes Typologi dengan indikator jenis pertanyaan pada tabel 3.4 di bawah

ini:

Tabel 3.3

Indikator Jenis- Jenis Pertanyaan

No. Jenis Pertanyaan Indikator Contoh pertanyaan

1 Pertanyaan informasional

Pertanyaan diajukan dengan maksud untuk mencari informasi berupa deskripsi (apa, siapa, kapan, dimana,

bagaimana) berdasarkan fakta tertentu atau hasil pengamatan.

a. Apa itu?

b. Termasuk jenis apakah itu? c. Mana?

d. Kapan? e. Siapa ini?

f. Bagaimana cara kerjanya? g. Apa gunanya?

2 Pertanyaan heuristik

Pertanyaan menuntut suatu jawaban dari percobaan atau berkaitan dengan suatu penyelidikan yang lebih lanjut.

a. Apa yang akan terjadi jika? b. Apa yang dapat terjadi jika?

c. Bagaimana kita bisa menemukannya?

3 Pertanyaan eksplanatori

Pertanyaan diajukan dengan maksud untuk mengetahui penyebab atau latar belakang dari suatu hal

a. Mengapa bekerja seperti itu? b. Apa alasan untuk hal itu? c. Mengapa dia melakukan hal itu? d. Apa tujuan hal itu? Bagaimana hal

itu terjadi? 4 Pertanyaan

interperatif

Pertanyaan diajukan dengan maksud untuk mengetahui definisi dari

a. Apa artinya itu?

(25)

No. Jenis Pertanyaan Indikator Contoh pertanyaan

suatu konsep atau suatu hal yang diungkapkan.

d. Apa yang bisa anda maksudkan dengan itu? yang lain atau mengetahui posisi suatu elemen terhadap elemen yang lain.

a. Mana yang paling penting? b. Apakah ini lebih penting? c. Manakah yang paling besar? d. Mana yang lebih dulu?

e. Bagaimana membandingkan ini? f. Bagaimana kontras ini?

6 Pertanyaan

a. Apakah ada gunanya? b. Bagaimana baiknya? c. Apa bedanya?

d. Jadi apa?

2) Menghitung jumlah jenis pertanyaan yang muncul pada tiap pertemuan

3) Menghitung persentase variasi jenis pertanyaan yang muncul pada tiap

pertemuan dengan menggunakan rumus berikut:

%

4) Mendeskripsikan hasil temuan (profil keterampilan bertanya) berdasarkan

persentase jumlah variasi pertanyaan yang muncul tiap pertemuan

c. Menentukan presentase tiap jenis pertanyaan

1) Menghitung persentase jenis pertanyaan yang muncul pada seluruh pertemuan

dengan menggunakan rumus berikut:

%

2) Mendeskripsikan hasil temuan (profil keterampilan bertanya) berdasarkan tiap

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah SMPIT Imam

Bukhari mengenai penerapan Socratic Dialogue unntuk melihat profil

keterampilan bertanya siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Profil keterampilan bertanya siswa secara kuantitatif, pada pertemuan pertama

muncul enam pertanyaan, pada pertemuan kedua muncul 13 pertanyaan, dan

pertemuan ketiga muncul 12 pertanyaan.

Keterampilan bertanya kualitatif sesuai bobot nilai pertanyaan pada pertemuan

pertama memperoleh presentase sebesar 73%, pertemuan kedua memperoleh

presentase sebesar 60%, dan pada pertemuan ketiga memperoleh presentase

sebesar 75%.

Kualitas ketrampilan bertanya siswa berdasarkan jumlah variasi jenis

pertanyaan pada pertemuan pertama memperoleh presentase sebesar 33%,

pertemuan kedua memperoleh presentase sebesar 33%, dan pada pertemuan ketiga

memperoleh presentase sebesar 100%.

Jenis pertanyaan yang paling banyak muncul adalah jenis pertanyaan

heuristik. Pada seluruh pertemuan, persentase pertanyaan heuristik adalah sebesar

60%, kemudian pertanyaan eksplanatori 10%, pertanyaan relasional 10%,

pertanyaan evaluasional 10%, pertanyaan informasional 6,7%, dan pertanyaan

(27)

Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah Socratic Dialogue

pada pertemuan pertama pertama memperoleh presentase sebesar 50%, pertemuan

kedua memperoleh presentase sebesar 76%, dan pada pertemuan ketiga

memperoleh presentase sebesar 76%.

B. Saran

Pada saat pelaksanaan penelitian, penyusun menyadari terdapat banyak

kekurangan yang ada dalam menerapkan Socratic Dialogue pada pembelajaran

fisika. Berikut merupakan beberapa rekomendasi yang penyusun sarankan dalam

menerapkan Socratic Dialogue dalam pembelajaran fisika:

Sebaiknya guru yang berperan sebagai fasilitaor terus menerus

mengingatkan bahwa kegiatan yang dilakukan adalah berdialog bukan berdebat.

Fasilitator (guru) dapat meminta atau menunjuk siswa yang lain, ketika ada siswa

yang dua kali berpendapat atau bertanya.

Agar siswa tidak merasa jenuh pada pertemuan kedua dan ketiga, guru

dapat memvariasikan kegiatan pembelajaran pada tiap tahapan Socratic Dialogue.

Agar waktu yang digunakan lebih efisien pada saat pembelajaran Fasilitator dapat

melanjutkan pembelajaran ke tahapan selanjutnya jika rumusan masalah yang

diinginkan telah diperoleh dan pendapat yang mendukung telah diungkapkan.

Fasilitator dapat memberikan reward atau hukuman langsung jika

ditemukan suasana yang dapat menghambat pembelajaran. Pengumpulan

pertanyaan pada tiap kelompok akan lebih mudah jika fasilitator menulis

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Bennamar et al (2009). Steps for Socratic Dialogue (version 2.0) [online]

Tersedia: http:// www.reflectiontools.nl/ [15 Oktober 2009]

Bond, Trevor (2010). Questioning, [online] Tersedia:

http://question-skills.wikispaces.com/ [8 April 2010]

Fadil, Akhmad. (2009). Meningkatkan Ketrampilan menyusun Pertanyaan dan

Prestasi Belajar Biologi Melalui Strategi Pembelajaran kooperatif

tipe Problem Posing siswa Kelas VIII D SMPN 2 Malang, [online]

Tersedia: http://library.um.ac.id/ [8 April 2011]

Hamalik, Oemar (2001) Pengertian Metode, Bumi Aksara : Dalam KTIPTK

[online] Tersedia: http://ktiptk.blogspirit.com/ [26 Januari 2009]

Hamid, Huzaifah. (2009). Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psiomotorik,

[online] Tersedia: http://zaifbio.wordpress.com/ [8 April 2011]

Mendiknas (2005). Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan [online] Tersedia: http://www.kemdiknas.go.id/

[8 April 2010]

Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta

Nugraheni, Endang (2007). Student Centered Learning Dan Implikasinya

Terhadap Proses Pembelajaran . [online] , Jurnal Pendidikan, Volume

8, Nomor 1, Maret 2007, 1-10 Tersedia: http://library.ut.ac.id/ [22

April 2011]

(29)

Rossem, Kristof Van (2010).What Is a Socratic Dialogue? [online] Tersedia:

http://www.de-raet.be/ [28 Januari 2010]

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Sudrajat, Akhmad : (2008) Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,

Taktik, dan Model Pembelajaran, [online] Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ [22 April 2009]

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung.

PT Remaja Rosdakarya

Wenning, Carl J (2006). Engaging students in conducting Socratic dialogues:

Suggestions for science teachers. [online] , Vol 4(1), Autumn 2006.

(Journal of Physics Teacher Education Online), 4 halaman. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/engaging_students.pdf / [26

Januari 2009]

Wenning, Carl J (2005). Whiteboarding and Socratic dialogues: Questions and

answers. [online] , Vol, 3(1), September 2005. (Journal of Physics

Teacher Education Online), 8 halaman. Tersedia:

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/whiteboarding_socratic.pdf /

Gambar

Tabel
Gambar Bagan 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Pembobotan Kualitas Pertanyaan Siswa
Tabel 3.3 Indikator Jenis- Jenis Pertanyaan

Referensi

Dokumen terkait

Jika f’ (x) terdeferensial pada x maka turunannya disebut turunan tingkat dua atau

[r]

Dalam rangka pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menyusun instrumen penelitian berupa lembar validasi draft pengembangan aplikasi CD interaktif operasi

Hasil dari peta menunjukkan bahwa pada zona penyebaran kasus DBD radius kurang dari 240 meter dapat terjadi hampir menyeluruh tidak hanya pada kelurahan yang

Tulisan ini merupakan hasil analisis dari penilaian potcnsi lahan menggunakan data penggunaan lahan yang diekstraksi dari data Landsat TM dan ditcntukan tingkat kescsuaian

Aplikasi CD Interaktif yang dikembangkanberisikan menu yakni materi operasi hitung perkalian dengan penjumlahan berulang satu angka (satuan) dengan satu angka (satuan) dan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Hubungan antara perilaku PSN (3M Plus) berfokus pada kebiasaan masyarakat yang biasa

Termasuk Bangunan Bagi Dan Box Tersier Irigasi Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Munte Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara. Universitas