• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti 2 dengan nilai afektif siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti 2 dengan nilai afektif siswa."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF

Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada aspek: (1) jujur; (2) disiplin; (3) tanggung jawab; (4) toleransi; (5) gotong royong; (6) sopan santun; dan (7) percaya diri.

(2)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS

IN ACCORDANCE WITH THE SECOND CORE COMPETENCE WITH

STUDENTS’ AFFECTIVE VALUE

Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma

2016

The purpose of this study are to find out the student perception toward the attitude of teacher accordance with the core value of the second competence based on; (1) honesty; (2) discipline; (3) responibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self confidence.

This study was conduted from January to april 2015. Population this research were 200 junior high school students of two Cangkringan. Sample were 96 student taken by purposive sampling technique. Data was collected by a questioner and documentation. Data were analysed descriptively.

(3)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Calvin Febriarto NIM : 101334050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku ini ku persembahkan kepada yang terkasih:

Allah Bapa di surga Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tuaku, Robertus Wahyudiyono dan

Ellyana Margaret

Adikku Andrew Baskoro

Teman

teman yang sudah sangat mendukung saya

selama ini :

Albertus Anang Dwi Krisdian, Stefanus Priambudi

Dwi Sulaksono, Antonius Dwi Nugroho, Duwi

Patmantoro Prihono, Arnold Dwi Hattomo

Widyono, Richardo Eko Widyono, Hendrik Pratik

Nugroho dan teman-teman Kompak (Komunitas

Pendidikan Akuntansi)

(7)

v MOTTO

“Teruslah Berkaya Hingga Sampai Engkau Dijemput Oleh BAPAK DISURGA”

“Kejujuran Adalah Modal Yang Paling Utama Dan Terutama Yang Harus Dijunjung Tinggi”

“Lihat, Aku Mengutus Kamu seperti Domba Ke Tengah – Tengah Seigala,

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF

Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada aspek: (1) jujur; (2) disiplin; (3) tanggung jawab; (4) toleransi; (5) gotong royong; (6) sopan santun; dan (7) percaya diri.

(11)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS

IN ACCORDANCE WITH THE SECOND CORE COMPETENCE WITH

STUDENTS’ AFFECTIVE VALUE

Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma

2016

The purpose of this study are to find out the student perception toward the attitude of teacher accordance with the core value of the second competence based on; (1) honesty; (2) discipline; (3) responibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self confidence.

This study was conduted from January to april 2015. Population this research were 200 junior high school students of two Cangkringan. Sample were 96 student taken by purposive sampling technique. Data was collected by a questioner and documentation. Data were analysed descriptively.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Dengan Nilai Afektif.

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) di Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi PE BKK P.Ak. 3. Drs. Bambang Purnomo, S.E,. M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. 4. B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. & A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd.

selaku dosen penguji skripsi.

(13)

xi

6. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.

7. Seluruh keluarga besar SMP N 2 Cangkringan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanaan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuannya.

8. Kedua orang tuaku, Robertus Wahyu Diyono dan Ellyana Margaret yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.

9. Adikku Andrew Baskoro yang selalu memberikan motivasi supaya cepat menyelesaikan kuliah.

10.Natalia Kartika Purnasari terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini

11.Teman-teman dan kakak tingkat P.Ak’10 & P.Ak’09 Condro, Ricky, Priam, Arjun, Thomas, Arnold, Anton, Duwi, dll yang selalu mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan hiburan disaat mengalami banyak kepenatan dalam kuliah dan menyelesaikan skripsi.

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

(15)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Persepsi ... 9

a. Terjadinya Persepsi ... 10

b. Ciri-ciri Persepsi ... 10

B. Perilaku ... 11

a. Eksperimen Ivan Pavlov ... 13

b. Stimuli Antesenden Stimuli Konsekuensi ... 16

c. Pengukuhan (Imbalan) ... 18

d. Hukuman ... 27

C.Kurikulum 2013 ... 32

D.Konsep Dasar ... 33

E. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 35

F. Kerangka Dasar ... 36

a. Landasan Filosofis ... 36

b. Landasan Teoretis ... 38

G.Landasan Yuridis ... 40

H.Struktur Kurikulum 2013 ... 41

I. Kompetensi Inti ... 44

J. Hasil Belajar ... 49

K.Penilaian Sikap ... 57

L. Kerangka Berfikir ... 78

(16)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A.Jenis Penelitian ... 81

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 82

C.Variabel Penelitian ... 82

D.Model dan Paradigma Penelitian ... 82

E. Subyek dan Obyek Penelitian ... 83

F. Teknik Sampling ... 84

G.Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 85

H.Teknik Pengumpulan data ... 87

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 89

J. Pengujian Hipotesis ... 96

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 97

A.Analisis Data Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Dengan Nilai Afektif ... 97

B. Deskripsi Data ... 98

C.Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASA DAN SARAN ... 124

A.Kesimpulan ... 124

B.Keterbatasan ... 125

C.Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur Eksperimen Pavlov ... 12 Gambar 2.2 Diagram Skematik Pengukuhan Operan

Kondisioning ... 16 Gambar 2.3 Diagram Skematik Proses Pengukuhan

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Fungsi Operasional Perubahan Stimulasi dan

Dampak Terhadap Perilaku Operasional ... 15

Tabel 2.2 Rangkuman Hubungan Antara Jadwal Pengukuhan ... 25

Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMP ... 41

Tabel 2.4 Perbedaan Esensial Kurikulum 2014 SMP ... 42

Tabel 2.5 Indikator KI-1 dan KI-2 ... 45

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 84

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Kuesioner ... 85

Tabel 3.3 Hasil Belajar Afektif ... 86

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas I ... 88

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas II ... 90

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas III ... 91

Tabel 3.7 Reliabilitas ... 93

Tabel 3.8 Normalitas Bivariat ... 94

Tabel 3.9 Kriteria tingkat Hubungan ... 95

Tabel 4.1 Karakteristik responden ... 103

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Indikator Jujur ... 103

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Indikator Disiplin ... 105

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Indikator Tanggung Jawab ... 108

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Indikator Toleransi ... 110

(19)

xvi

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Indikator Sopan Santun ... 112 Tabel 4.8 Tanggapan Responden Indikator Percaya Diri ... 114 Tabel 4.9 Hubungan Antara Perilaku Jujur dengan Nilai Afektif . 115 Tabel 4.10 Hubungan Antara Perilaku Disiplin dengan Nilai

Afektif ... 116 Tabel 4.11 Hubungan Antara Perilaku Tanggung Jawab dengan

Nilai Afektif ... 117 Tabel 4.12 Hubungan Antara Perilaku Toleransi dengan Nilai

Afektif ... 118 Tabel 4.13 Hubungan Antara Perilaku Gotong Royong dengan

Nilai Afektif ... 119 Tabel 4.14 Hubungan Antara Perilaku Sopan dengan Nilai

Afektif ... 120 Tabel 4.15 Hubungan Antara Perilaku Percaya Diri dengan Nilai

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 134

Lampiran 2 Tanggapan Persepsi Siswa Terhadap Guru ... 142

Lampiran 3 Hasil Rapor Siswa ... 145

Lampiran 4 Uji Validitas I ... 148

Lampiran 5 Ujivaliditas II ... 150

Lampiran 6 Uji Validita III ... 152

Lampiran 7 Reliabilitas ... 153

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan khususnya permasalahan-permasalahan yang di lakukan oleh siswa yang perlu mendapatkan perhatian contohnya saja banyak penyimpangan-penyimpangan terjadi mulai dari penyimpangan sosial, penyimpangan norma agama, yang terwujud dalam bentuk tingkah laku siswa disekolah mulai dari siswa kurang hormat kepada guru dan karyawan, siswa yang sering terlambat masuk sekolah, membolos, tidak disiplin dalam berseragam, kurangnya peduli terhadap lingkungan seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, mengotori tembok dengan mencorat-coret tembok sekolah, atau merusak tanaman sekolah, merokok di sekolah pada saat istirahat, berbuat asusila di lingkungan sekolah, memakai obat-obatan terlarang, mencuri, dan juga sering sekali terjadi tawuran antar pelajar perilaku ini tampak nyata sekali yang di alami pada dunia pendidikan sekarang ini.

(22)

nakal. sikap guru yang seperti demikian harus dimusnahkan agar dalam pembelajaran teracapai.

Guru di gugu dan ditiru bahwa guru dipercaya karena diharapkan akan selalu menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan siswanya baik secara akademis maupun pribadi. Guru diharapkan bertingkah laku sesuai dengan azas moral dan adat istiadat setempat. Secara komulatif diharapkan hasil pendidikan sekolah dengan anak didik yang berasal dari berbagai keluarga yang berlatar belakangnya berbeda akan menjadi kelompok masyarakat yang madani.(10 maret 2014: 06:04:59 kompasiana).

Untuk itu, diperlukan pihak kedua yaitu peran guru dalam menantau perkembangan kepribadian peserta didik, sekaligus memberikan contoh perilaku yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan akhlak dan perilaku siswa didiknya, mampu terwujud generasi bangsa yang berkepribadian baik, sesuai yang diinginkan. Peran guru diantaranya menanamkan kepribadian pada diri siswa. Sehingga untuk seorang guru harus memiliki pribadi yang baik, karena hal itulah yang menjadi penentu dalam menjalankan tanggung jawab dan tugas untuk membina kepribadian peserta didik bukan sebagai perusak kepribadian peserta didik.

(23)

Pada awal tahun 2014 pemerintah telah menetapkan kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk karakteristik siswa serta membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Dengan adanya perubahan kurikulum 2013 diharapkan masalah-masalah dalam dunia pendidikan dapat diatasi dan menjadi lebih baik lagi.(menurut Nuh dalam bukunya berjudul “pengembangan dan

implementasi kurikulum”) Perlunya perubahan kurikulum karena beberapa

(24)

belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala. (Nuh; 2013,61)

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik seperti mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

(25)

siswanya begitulah gurunya sehingga sikap guru memiliki pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak didik. Untuk melihat fenomena yang terjadi di sekolah maka Penelitian ini diberi judul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI KI 2 DENGAN AFEKTIF SISWA”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti akan mengkaji tentang persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kegiatan Inti-2, yang berkaitan dengan sikap sosial misalnya jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, dan percaya diri.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan nilai afektif siswa?

2. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku displin guru dengan nilai afektif siswa?

3. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan nilai afektif siswa?

(26)

5. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru dengan nilai afektif siswa?

6. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku sopan santun guru dengan nilai afektif siswa?

7. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan nilai afektif siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan hasil belajar afektif siswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku disiplin guru dengan hasil belajar afektif siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan hasil belajar afektif siswa.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku toleransi guru dengan hasil belajar afektif siswa.

5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru hasil belajar afektif siswa.

(27)

7. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan hasil belajar afektif siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi kepala sekolah

Kurikulum harus dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tugas-tugas sebagai administrator/ Manager (merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi kegiatan pendidikan dan pengajaran) dan supervisor (pengawasan dan bimbingan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran) dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau KI-2 dengan hasil belajar siswa SMP

3. Bagi Guru

Bagi guru sebagai tenaga kependidikan utama di sekolah, kurikulum harus mampu menjadi:

(28)

b. Pedoman dalam merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap perkembangan daya serap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang telah disajikan kepada mereka. c. Bagi Siswa

(29)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi

Dalam kamus bahasa indonesia disebutkan, persepsi adalah “tanggapan (penerimaan)langsung atas sesuatu; serapan. Perhatian merupakan syarat psikologis bagi individu dalam mengadakan persepsi”.

Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.

Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dengan demikian, maka apa yang diperhatikan akan benar-benar disadari oleh individu yang bersangkutan, karena itu kesadaran mempunyai kolerasi yang positif, semakin diperhatikan suatu objek akan semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan benar-benar disadari dan berada pada pusar kesadaran.

Menurut Hanif Ismail mengatakan persepsi adalah “suatu proses mental memberi makna atau arti terhadap sesuatu atau hal setelah kita memeroleh informasi melalui indera”.

(30)

atau mengalami hal yang sama memberikan interprestasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau di alaminya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang atas rangsangan yang diterimanya dengan melalui pencernaan rangsangan alat inderanya.

a. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut : Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak. proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba.

proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut dengan proses psikologis. dua orang yang melihat hal dan kejadian yang sama di waktu yang sama mungkin mempunyai interprestasi yang berbeda. hal ini berdasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh beberapa hal yang menyangkut kondisi dari diri mereka sendiri, hal yang dilihat atau dialaminya serta kondisi lingkungan sekitarnya.

b. Ciri-Ciri Persepsi

(31)

a. Modalitas, yakni rangsangan-rangsangan yang diterima harus bau untuk penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya

b. Dimensi ruang sehingga dapat meyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, latar depan-belakang.

c. Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda. d. Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.

B.Perilaku

Menurut kamus bahasa indonesia Perilaku adalah tingkah laku; tanggapan seseorang terhadap lingkungan.

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. karena amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.

(32)

perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai atau karyawan yaitu teori X dan Y (www.samueliverpudlan.blogspot.com).

Teori X menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Sedangkan teori Y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Penelitian teori X dan Y menghasilkan gaya kepemimpinan Ohio State yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.

(33)

atau merasakan). fokus teori perilaku adalah mengubah perilaku manusia asumsi bahwa penjelasan perilaku dapat diprediksi. Hubungan fungsional akan terjadi dan menyimpang dan generalisasi diupayakan secara jelas sehingga dapat mengurangi perilaku menyimpang dan meningkatkan perilaku yang tidak menyimpang. Teori perilaku menekankan pada perubahan perilaku dan bukan pada mendiskusikan perilaku.

Teori perilaku terkait dengan stimulus (jamak stimuli). stimulus adalah variabel lingkungan menyangkut kondisi atau perubahan dalam kesemuanya dapat dijelaskan, diukur, dimanipulasi sesuai dimensi-dimensi yang ada. dengan kata lain, stimuli adalah objek atau peristiwa yang berdampak pada seseorang. stimuli meliputi stimuli di dalam diri (kesakitan, tekanan hidup, dan kemarahan) dan di luar seseorang (orang lain, tempat, benda, dan suara).

a. Eksperimen Ivan Pavlov

Semua manusia memasuki dunia dengan kemampuan tertentu untuk merespons yang terjadi secara otomatis. fungsi perilaku semacam ini untuk melindungi diri dari stimulus yang merugikan. misalnya cahaya terang pada mata dan dikenal dengan stimulus antesenden menyebabkan orang berkedip. Respon terhadap cahaya disebut respondent condition (RC). RC dikembangkan oleh Ivan Pavlov.

(34)

air liur anjing (unconditioned respons/UR). Bel yang dibunyikan belum memunculkan air liur (stimulus netral/SN), setelah berulang kali bel dibunyikan dan makanan diberikan (UCS) akan memunculkan air liur (conditioning respons). Pada akhirnya, dengan hanya membunyikan bel (CS), air liur akan keluar. hubungan antar kondisi UCS dengan CS terdapat pada Gambar berikut :

tahap 1

makanan(UCS)

Bunyi tahap 2

Bunyi

gambar 2.1

Prosedur Ekperimen pavlov

Dengan ekperimen ini, Pavlov mengemukakan teorinya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan cara memasangkan US dengan CS.

Teori perilaku ini bahkan sekarang menjadi dasar pengembangan

analisis perilaku terapan. Stimulus kondisioning dapat menjadi stimulus

antensenden atau stimulus kontrol dan menimbulkan respons kondisioning (air liur). Contoh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain telepon berdering,

Keluar air liur

(35)

orang mengangkat telepon; tanda lampu lalu lintas berwarna merah, mobil berenti.

Teori respondent conditioning banyak digunakan oleh terapis perilaku pada penanganan perilaku phobia dan untuk mengubah kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol (Alberto & Troutman, 2006). selain responden berkondisi (Conditioning Responden), terdapat operan berkondisi (Conditioning Operant). Perilaku operan merupakan perilaku yang dipancarkan (Emitted) oleh stimuli yang jelas, kemungkinan terjadinya perilaku ditentukan oleh konsekuensinya, sifatnya dinamis, dan terdapat perubahan konstan sebagai respons terhadap lingkungan. efeknya adalah perilaku tersebut meningkat pada mendatang. Perilaku yang dikukuhkan cenderung meningkat, baik frekuensi, lama, dan intensitasnya. Contoh: anak mencuci tangan karena di waktu lalu dengan mencuci tangan, tangan menjadi bersih. frekuensi mencuci tangan meningkat.

(36)

Aplikasi awal teknik-teknik perilaku di Amerika Serikat dilaksanakan di laboratorium pada binatang. beberapa penelitian awal pada manusia dilaporkan anatara lain oleh Fuller pada 1949 pada seorang tunagrahita berat (idiot) berumur 18tahun. penelitian lain dilakukan oleh Bijou pada 1958, anak-anak TK dan DeMeyer pada 1960, pada anak-anak autis, Fuller(Cooper dkk., 1987, 22) melaporkan sebagai berikut:

Penelitian ini sangat berhasil karena selama 18 tahun, ia hanya tidur

terlentang tidak dapat membalikan badan dan tidak dapat menggerakan tangannya. Dengan mengunggunakan konditioning operan dalam 4 sesi ia dapat mengangkat tangannya dengan posisi vertikan sebanyak 3kali per menit.”

Sejak itu, analisis perilaku terapan berkembang dengan pesat dan juga berhasil diterapkan pada anak-anak kesulitan belajar khusus, agresi verbal dan fisik, dan meluas sampai pada pencegahan dan remedial perilaku bagi anak yang mengalami ganguan sosial (cooper dkk., 1987). Namun, disadari bahwa mengubah perilaku, melainkan memerlukan sumber-sumber kekuatan manusia untuk menganalisis asal-usul sasaran perliaku dan penataan lingkungan secara efektif.

b. Stimuli Antesenden dan Stimuli Konsekuensi

(37)

lainnya. Analisis perilaku eksperimental menunjukan dua peristiwa lingkungan yang mengontrol perilaku manusia, yaitu stimuli antesenden

dan stimuli konsekuensi. stimuli (jamak dari stimulus) konsekuensi

merupakan perubahan pada lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku dalam urutan temporal dan mengatur kemungkinan terjadinya perilaku itu.

Konsekuensi terdiri salah satu dari yang berikut.

a. Pemberian atau penambahan sebuah stimulus pada lingkungan.

b. Penarikan atau penghilangan sebuah stimulus dari lingkungan Morse & Keleher, 1977 (ooper Dkk.,1987,23)

Stimulus merupakan variabel kontrol, dari kedua jenis konsekuensi dapat menghasilkan satu dari dua hal berikut (1) tingkat perilaku menaik atau (2) rate perilaku menurun. konsekuensi atau akibat sebuah perilaku sangat berpengaruh dan dapat diprediksi apakah di kemudian hari perilaku tersebut akan terulang kembali atau tidak. tabel berikut menyajikan hubungan antara konsekuensi dan pengaruhnya terhadap perilau, yaitu pengukuhan dan hukuman.

Tabel 2.1

Hubungan Fungsi Operasional Perubahan Stimulus dan Dampak Terhadap Perilaku Operasional

Operasional

Pengukukuhan positif Pengukuhan negati

(38)

c. Pengukuhan (Imbalan)

Pengukuhan merupakan peristiwa peningkatan atau pembentukan perilaku yang didasarkan pada prinsip operan berkondisi. Prinsip ini menyangkut hubungan antara stimuli (antesenden), perilaku (behaviour), dan konsekuensi. Gambar berikut menunjukan prinsip dasar kondisioning operan terkait pengukuhan.

Gambar 2.2

Diagram Skematik Pengukuhan Operan Kondisioning

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada prinsip Kondisioning Operan dengan konsekuensi menyenangkan akan memperkuat perilaku dan disebut pengukuhan (reinforcement). Dua jenis pengukuhan:

konsekuensi

Stimul Perilaku

Perilaku berikut (dapat diprediksikan)

Perilaku

kondekuen si

Konsekuensi tak

Perilaku berulang

Perilaku tak berulang

Stimuli Respon Konsekuensi

(39)

pengukuhan positif dan negatif dan gabungan keduanya dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku.

a. Pengukuhan Positif

Pengukuhan positif merupakan peristiwa meningkatkan respons yang menjadi sasaran. Hadiah dan imbalan termasuk pengukuhan disamakan dengan hadiah. Namun, ada perbedaan antara imbalan dan pengukuhan positif. dalam pengukuhan positif, terdapat penambahan atau peningkatan respons, sedangkan pada hadiah hanya berupa sesuatu yang diberikan atau di terima (Sulzher-Azaroff, 1992). Pengukuhan positif dapat diberikan dalam bentuk verbal (pujian), materi kongkret, senyuman, atau makanan, tetapi definisi pengukuhan positif harus ditentukan oleh efeknya.

Walaupun pengukuhan positif terbukti banyak keberhasilannya, berbagai kritikan muncul terutama terhadap penggunaan pengukuhan positif berbentuk materi yang dianggap sebagai bentuk penyuapan (Skinner, 1978). bedanya, pada penyuapan, hadiah atau imbalan diberikan sebagai pertimbangan yang keliru atau sebagai tindak korupsi, sedangkan pengukuhan positif sifatnya netral. Tetapi, imbalan akan menajadi suap bila orang bertindak berlawanan dengan kepentingan atau norma-norma masyarakat.

(40)

mungkin pujian sajabukan merupakan pengukuhan dan harus dipasangkan dengan stimuli lain, misalnya anak diberikan permen setelah pujian dipasangkan dengan permen(makanan), pujian sendiri dapat menjadi pengukuhan dan menambah berbagai respons lainnya. Respons tertentu dapat juga menjadi pengukuhan, misalnya menggunakan prinsip premack atau yang sulit dahulu dikerjakan atau berpotensi tinggi baru yang mudah atau berpotensi rendah. contoh, anak mengerjakan PR baru boleh bermain.

Dalam pengukuhan terdapat tiga kontingensi (ketergantungan), yaitu hubungan antara antensenden, behavior, dan konsekuensi. peristiwa berkondisi ini dapat diartikan sebagai hubungan “jika maka”. Sebagai

contoh, jika orang keluar rumah di bawah sinar matahari terik, maka ia akan merasa panas; jika guru bertanya, maka siswa akan menjawab.

Gambar berikut menunjukan hubungan antar stimulus diskriminan

(41)

+

keterangan;

= Stimulus diskriminan

R = Respon atau prilaku

+ = Stimulus respons Positif

b. Pengukuhan Negatif

Pengukuhan negatif merupakan peristiwa meningkatkan atau memelihara frekuensi respons karena berasosiasi dengan hilangnya atau pengurangan stimulus yang dikehendaku (stimulus negatif). Pengukuhan hanya disebut pengukuhan negatif bila terdapat penghilangan stimulus daripada menghasilkan stimulus. Pengukuhan sering disamakan dengan hukuman, padahal pengukuhan negatif merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan perilaku operan (Cooper., 1987; Alberto & Troutman, 2006).

Dalam kehidupan sehari-hari, orang belajar melakukan sesuatu karena pengalaman dalam hidupnya terkait hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus yang tidak diinginkan. kekurangan sarana atau benda-benda yang dibutuhkan juga merupakan pengukuhan negatif.

R

guru memberikan soal

siswa menjawab

pengukuhan oleh guru

(42)

Contoh: orang menutup jendela karena aingn kencang, mengurangi volume suara TV karena bising, memakai payung waktu hujan supaya tidak basah.. Pada contoh terakhir, kemungkinan memakai payung meningkat pada musim hujan. Selain benda, perilaku sosial juga dapat merupakan pengukuhan negatif. Misalnya, disindir atau dibentak. Gambar berikut mengenai diagram skematik prosedur pengukuhan negatif.

- +

Gambar 2.3

Diagram Skematik Proses Pengukuhan Negatif keterangan;

- = Stimulus respons negatif = antensenden

R = Respon atau prilaku

+ = Stimulus respons Positif(konsekuensi)

Pengukuhan negatif menyingkirkan apa yang tidak dikehendaki. Namun, Tidak semua peristiwa merupakan pengukuhan negatif karena apa yang disenangi seseorang berbeda dengan orang lain.

R

Dua siswa

bercakap-cakap mengajar

Peringatan guru verbal

Bercakap-cakaop

(43)

Dua kemungkunan akan terjadi pada pengukuhan negatif, yaitu menyingkirkan dan menghindar. Menyingkir dari sebuah stimulus ialah menghentikan stimulus yang ada. pada contoj di atas, guru telah menggunakan pengukuhan negatif (bercakap-cakap selama pembelajaran), karena setelah peringatan guru, perilaku bercakap-cakap berhenti. guru telah menyingkirkan stimulus respons negatif (bercakap-cakap) dan di kemudian hari, guru akan sering menggunakan teknik peringatan verbal untuk menghentikan perilaku bercakap-cakap dan mungkin juga pada perilaku lainnya.

Menghindar tejadi karena penyingkiran sebuah respon. Sebagai contoh, (1)siswa mengikuti perintah guru untuk menghindar disuruh menghadap kepala sekolah, atau (2)siswa duduk di bangku paling belakang untuk menghindari dari pengawasan guru. Pada kedua contoh ini, respons siswa terjadi untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan (pengalaman stimulus). menyingkir dan menghindar, keduanya dapat dipadukan untuk mencapai sasaran perilaku.

(44)

Pengukuhan positif terjadi pemberian pengukuha dapat mengingkatkan kemungkinan terulangnya sebuah perilaku. Contoh: anak makan sendiri dikukuhkan serta mengingkat bila mendapat perhatian atau dipuji orang tuanya. Sebaliknya, pengukuhan negatif akan mengingkat karena hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus. Contoh, perilaku negatif siswa di kelas meningkat disebabkan ia disuruh keluar kelas yang ia sukai.

c. Jadwal pengukuhan

Pengukuhan sebaiknya diberikan secara sistematis agar efektif. Cara sistematis pemberian pengukuhan disebut jadwal pengukuhan jadwal pengukuhan merupakan aturan waktu pengukuhan yang diberikan pada respon sasaran prilaku. jadwal pengukuha yang dighankan sangat berpengaruh pada proses perubahan perilaku. Pada umumnya, jadwal pengukuhan terdiri dari jadwal interval dan jadwal rasio. Perbedaannya didasarkan ada frekuensi perilaku dan waktu terjadinya perilaku. Strategi melaksanakan jadwal pengukuhan interva, sebagai berikut.

1. Kurangi ukuran interval untuk sementara waktu. 2. Gunakan stimulus diskriminan.

3. Gunakan sejarah pengukuhan untuk tingkatan (tinggi atau rendah) respons.

4. Gunakan instruksi aturan.

(45)

6. Memperhatikan urutan kompetensi mendapatkan pengukuhan (misalnya, pengukuhan hany untuk satu orang).

7. Tambahkan komponen keterbatasan kinerja atau respons, misalnya pada melakukan sebuah tugas, guru menambahkan batas waktu pemasukan tugas.

selanjutnya, terdapat dua jenis jadwal pengukuhan, yaitu interval dan jadwal rasio. Jadwal interval baik digunakan untuk mengukur diskrit (misalnya, Frekuensi keluar tempat duduk dalam 5 menit) dan jadwal rasio baik digunakan untuk perilaku kontinu (misalnya membuat tugas). (Suzher-Azaroff & Mayer, 2992; Walker & Shea, 2010). kaitan antara keduanya menghasilkan beberapa jenis jadwal pengukuhan yang sering digunakan dalam analisis perilaku terapan, sebagai berikut.

1. jadwal interval

 Jadwal interval kontinu: pengukuhan segera diberikan setelah

terjadi sasaran perilaku dan biasanya digunakan selama tahap permulaan program dan dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam waktu lama. Contoh: siswa sering keluar dari tempat duduk waktu belajar, guru memberikan pengukuhan setiap siswa duduk.

Jadwal interval berjangka tetap (fixed interval =F1) terdapat

(46)

5, 8, 10 menit), contoh: Guru memberikan pengukuhan jika siswa duduk selama 5 menit.

 Jadwal interval bervariasi (VI): sama dengan jadwal interval,

bedanya adalah presentase pengukuhan didasarkan pada rata-rata respons perilaku. siswa tidak tahu kapan pengukuhan diberikan. Contoh: guru menerapkan jadwal interval 3, 5, 8, 10, 15, 13 menit (rata-rata 10 menit)pada contoh di atas, pertama pengukuhan diberikan bila siswa duduk selama 3 meni, kedua selama 5 menit, ketiga selama 8 menit, dan seterusnya.

2. Jadwal rasio

Jadwal fixed ratio atau rasio tetap (FR): pengukuhan diberikan

setelah siswa menunjukan beberapa respons perilaku yang benar. Contoh: setiap kali siswa menjawab 5 pertanyaan berhitung (FR=5), siswa diberi satu hadiah setelah menjawab 10 soal (FR 10).

Jadwal rasio bervariasi ( varible ratio = VR) diadakan untuk

(47)

seterusnya. Rangkuman jadwal pengukuhan terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2.2

Rangkuman Hubungan Antara Jadwal pengukuhan

Interval Rasil

Kontinu Siswa diberikan

pengukuhan pada

(48)

menyenangankan segera setelah terjadinya respons dan di kemudian hari menurunkan rate respons tersebut.

Foxx dalam Cooper dkk. (1987,31) memberikan istilah hukuman tipe I dan tipe II (lihat tabel I) yang didasarkan pada pemberian dan penghilang stimulus. Dalam hukuman tipe I terdapat pengurangan perilaku karena pemberian stimulus yang tidak disukai, sedangkan hukuman tipe II terjadi karena pengurangan atau penghilangan perilaku. Dengan demikian, hukuman tipe I menyangkut pemberian peristiwa yang tidak diinginkan pada seseorang setelah terjadi respons (contoh: suara keras, benda panas, dan hukuman fisik). Contoh guru menyuruh anak berdiri di pojok kelas kerena mengganggu temannya. Hukuman tipe II menyangkut penundaan atau penarikan kemungkinan mendapat pengukuhan positif. Contoh: siswa tida mendapat kudapan karena berperilaku buruk.

Selanjutnya, dalam analisis perilaku terapan terdapat kontingensi(ketergantungan) perilaku. Kontingensi merupakan sebuah uraian lengkap tentang sebuah perilaku operan khusus yang meliputi (1) definisi jelas keterbatasan ranah respons yang dihasilkan, (2) konsekuensi khusus, (3) situasi lingkungan (skinner, 1978). tiga perilaku menyangkut manipulasi satu atau lebih komponen “ABC” (Cooper dkk., 1978; Alberto

& Troutman, 2006). Model kontingensi disebutjuga sebagai model “ABC”

(49)

 stimulus antensenden (A): semua hal yang menyebabkan terjadinya

perilaku:

respons atau behaviour (B): perilaku yang dapat diukur dengan frekuensi,

intensitas dan durasi perilaku;

semua akibat konsekuensi atau consequence (C) yang diperoleh setelah

terjadi perilaku.

Model “ABC”(Antensenden, Behaviour, Consequence) yang digunakan

adalah setiap tugas yang digunakan adalah setiap tugas yang diberikan kepada siswa terdiri dari Antensenden: (prakejadian) atau suatu arahan ( atau stimulus diskriminan) atau instruksi/permintaan pada siswa untuk melakukan suatu aksi.

Behaviour atau “respons” siswa meliputi berbagai hal: misalnya bisa atau berhasil; sebagian bisa; tidak bisa, respons salah. konsekuensi atau “reaksi” guru adalah dengan memberikan imbalan positif kuat, ringan, atau

reaksi negatif (misalnya, dengan mengatakan “tidak” dengan suara keras) Antesenden (A)

Guru memberikan intruksi

Perilaku (B) siswa merespons dengan benar

(50)

dan diikuti oleh suatu jeda untuk memisahkan uji coba yang satu dengan uji coba yang lainnya.

Terkait dengan pembelajaran sekolah, analisis perilaku terapan berpendapat sebagai berikut.

1. Belajar merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi dapat dicatat perubahan perilaku (kinerja, respons) bedasarkan latihan atau stimulus lingkungan

2. Perilaku siswa dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kesehatan anak, stimuli antensenden, dan konsekuensi perilaku.

3. Pembelajaran harus individualistik dan cocok dengan kemampuan dan keburuhan siswa.

4. Pengajaran bagi siswa dengan kelainan badan dan berat hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga mereka dapat belajar banyak hal dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu, dibuthkan pengukuran kinerja seara berkelanjutan.

5. Kegiatan pembelajaran harus di desain sehingga siswa dapat memelihara dan mengaplikasikan perubahan perilaku pada situasi atau setting lain. 6. Prinsip dan prosedur perilaku yang digunakan dalam mengajarkan

(51)

a. Kelebihan dan Kelemahan

1. Kelebihan

a. Perincian pelaksanaan intervensi perilaku dapat diubah selama intervensi berlangsung.

b. Sebuah strategi atau teknik yang gagal dapat digantikan dengan yang lain, tetapi strategi atau teknik pengganti harus di amati dan diukur.

c. Waktu pelaksanaan perubahan perilaku singkat.

2. Kelemahan

tidak ada suatu pendekatan perilaku yang merupakan pendekatan mutlak. Demikian juga dengan analisis perilaku terapan. Keterbatasan dari pendekatan ini sebagai berikut.

a. Penelitian awal dilakukan pada binatang. Oleh sebab itu, jika dilaksanakan pada manusia (siswa) harus dilaksanakan dengan teliti.

b. Tidak semua perilaku manusia dapat diamati secara langsung. c. Perilaku manusia adalah kompleks.

d. Tidak semua prosedur atau strategi perilaku dapat diterapkan pada sebuah sasaran perilaku.

(52)

C.Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi pelaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien sesuai yang diharapkan, karena itu kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan, sebab kurikulum merupakan salah satu penentukeberhasilan pendidikan. Dalam konteks ini, kurikulum dimaknai sebagai serangkaian upaya untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2008:7)

Kurikulum adalah“Bukan hanya menyangkut mata pelajaran yang harus

dipelajari, melainkan menyangkut seluruh usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa belajar, baik di dalam maupun di luar kelas atau bahkan di luar sekolah”.

Menurut Hilda Taba (1962) sebagaiman dikutip Sanjaya (2008:7) kurikulum adalah “A curriculum is a plan for learning; therefore, what is know about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum

Maksudnya, kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran yang memuat berbagai petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan.

(53)

kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Dalam konteks ini, Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah. Dengan kata lain soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya Kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapata memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh dan menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.

D.Konsep Dasar

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 tahun 2003 tentang SPN).

(54)

pengetahuan keterampilan, dan sikap ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta didik dikembangkan meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, danperadaban. kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengamati, menanya, mencoba,mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta agar pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta duania peradabannya (Kemdikbud, 2013f).

(55)

E.Karakteristik Kurikulum 2013

kurikulum 20013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut (Kemendikbud, 2013).

a. mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara simbang. b. Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan

apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara seimbang.

c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah.

d. Memberikan waktu yang cukupu leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.

e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing element) dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensu yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

(56)

F.Kerangka dasar

pembahasan kerangka dasar kurikulum 2013 meliputi landasan filosofis, landasan teoretis, dan landasar yuridis (Kemendikbud, 2012).

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber, dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta ddik menjadi manusia indonesi berkualitas yang tercantum dala tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya, tidak ada satu pun filosofis pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia berkualitas. Berdasarlan hal tersebut, kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofis sebagai berikut.

(57)

kehidupan generasu muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan pesera didik, kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka bagi pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat daam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempata kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibacam dipelajari dari warisan budaya berdasrkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik, selain itu, akademik, kurikulum 2013 memposisikan keungguan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

(58)

menentukan isi kurikulum adalah disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan

yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemamuan inteletual, untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksid untuk mengmbangkan potensi peserta didik menajdi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangung kehidupan masyatakat demokoratis yang lebih baik.

b. Landasan Teoretis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis

kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. kurikulum berbasis kompetensi di rancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalm mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, keterampilan, dan bertindak.

(59)

perubahan kurikulum digunakan model-model yang dipandang dapat menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi, terutama terkait dengan peningkatan mutu. Berdasarkan studi yang dihadapi,terutama yang terkait dengan peningkatan mutu. Berdasrkan studi yang dilakukan oleh NIER (1999). (Depdiknas, 2003b), model kurikulum yang digunakan di berbagai negara dapat dikelompokan ke dalam tiga model, yaitu: (1)kurikulum yang berbasis konten atau topik (content base curriculum); (2)kurikulum berbasis hasil atau kompetensi(outcome or competency base curriculum); (3)dan campuran kedua model tersebut.

Menurut Richard dan Tittle (1980), kompetensi antara lain memiliki unsur integrasi dan aplikas yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap; kinerja merupakan perwujudan dari capacity-building pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sejalan dengan Richard dan Tittle, Spencer dan Spencer(1993) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan kesesuaian antara pengetahuan dengan tindakan dan sikap.

(60)

sikap apa? Artinya, ada kesesuaian antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan keterampilan dan sikapnya.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas, dan masyarakat: dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

G.Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum 2013, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

c. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional; dan

(61)

H.Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.

Struktur Kurikulum SMP

Tabel 2.3

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

VII VIII IX Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

(62)

2. Pendidikan Pancasila

Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intrasekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

(63)

pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

(64)

Perbedaan Esensial Kurikulum 2014 SMP Tabel 2.4

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Status

Mata pelajaran tertentu menudkung kompetensi tertentu

Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan

Benarnya

Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dsar diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

Benarnya

Bahasa Indonesia sebagai pengatahuan

Baha Indonesia sebagai alat komunikasi adan carrier of knowledge

Idealnya

Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda

Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatansaintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar

Idealnya

TIK adalah mata pelajaran sendiri

TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain

Idealnya

I. Kompetansi Inti

(65)

Melaui pencapaian dan perwujudan kompetensi inti, integrasi vertikal antarkompetensi dasar dapat dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas direncanakan. Sebagai anak tangga menuju kompetensi lulusan, kompetensi inti juga bersifat multidimensi. Dalam operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaiut sikap spiritual untuk membentuk peserta didik yang beriman, bertkwa, dan kompetensi sikap sosial untuk membentuk peserta didik yang berkarakteristik mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

(66)

pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

Kompetensi Inti Kelas VIII

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

(67)

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, maka cakupan, pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.

Indikator KI-1 dan KI-2

Tabel 2.5

Cakupan dan pengertian Indikator

Sikap spiritual 1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan

sesuatu.

2. Menjalankan ibadah tepat waktu. 3. Memberi salam pada saat awal dan akhir

presentasi sesuai agama yang dianut. 4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan

Yang Maha Esa.

5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri

6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.

7. Berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.

(68)

Cakupan dan pengertian Indikator

masyarakat

9. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.

11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Sikap sosial

Jujur

adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

4. Melaporkan barang yang ditemukan 5. Melaporkan data atau informasi apa

adanya

6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

3. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan

4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah

Tanggungjawab sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik 2. Menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

4. Mengembalikan barang yang dipinjam 5. Meminta maaf atas kesalahan yang

dilakukan

Toleransi

adalah sikap dan tindakan yang

1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

(69)

Cakupan dan pengertian Indikator

menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat menerima kekurangan orang lain 5. Dapat mememaafkan kesalahan orang

lain

Gotong royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah 2. Kesediaan melakukan tugas sesuai

kesepakatan

3. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan

4. Aktif dalam kerja kelompok

Santun atau sopan

1. Menghormati orang yang lebih tua. 2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan

takabur.

3. Tidak meludah di sembarang tempat. 4. Tidak menyela pembicaraan.

5. Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain 6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) 7. Meminta ijin ketika akan memasuki

ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain

Percaya diri

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

2. Mampu membuat keputusan dengan cepat 3. Tidak mudah putus asa

4. Tidak canggung dalam bertindak 5. Berani presentasi di depan kelas 6. Berani berpendapat, bertanya, atau

menjawab pertanyaan.

J. Hasil Belajar

(70)

kegiatan belajar yang dilakukan perserta didik akan menghasilkan presetasu belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku, yang dikatakan oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokan kedalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. Ketika hal tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut.

Perubahan perilaku hasil belajar bersifat intensional, artinya pengalaman dan bukan secara kebetulan. Dengan sengaja dan disadari karena kematangan, keletihan atau penyakit tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar. contohnya: belajar bermain gitar, dia mencari pengetahuan tentang cara bermain gitar, setelah tahu tentang cara bermain gitar secara teori, dia mempraktekan bagaimana bermain gitar yang baik.

Perubahan perilaku hasil belajar bersifat efektif, artinya perubahan yang diharapkan (normatif), atau kriteria keberhasilan (criteria of succes), baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari segi guru. Misalnya: seseorang yang tidak bisa mengoperasikan komputer, melalui proses belajar mampu mengoperasikan komputer dengan baik.

(71)

hidupnya. Contoh: orang belajar matematika bisa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya berhitung dalam perdagangan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar bukan diarahkan oleh suatu kekuatan refleks, tetapi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga seseorang akan mempelajari apa yang seharusnya dilakukan. dalam pada itu, belajar dilakukan karena adanya kebutuhan, yang menimbulkan ketegangan dan mesti dipenuhi, sehingga mendorog individu untuk memperhinakan pikiran dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Untuk mendongkrak prestasi belajar, kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik internal maupun eksternal

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapa dikelompokan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor intrumental, dan (d) kondisi peserta didik. faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik.

Makmun (1999) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, adalah “....(1) masukan mentah (raw-input), menunjuk pada karakteristik individu

Gambar

Gambar 2.2 Diagram Skematik Pengukuhan Operan
Tabel 4.11 Hubungan Antara Perilaku Tanggung Jawab dengan
Hubungan Fungsi Operasional Perubahan Stimulus dan Dampak Tabel 2.1 Terhadap Perilaku Operasional
Gambar 2.2 Diagram Skematik Pengukuhan Operan Kondisioning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang akan dijabarkan selain ruang vektor yaitu subruang, basis. dan juga dimensi dari

sempit luas semai hiroi 狭い 広い.. ringan berat karui omoi 軽い 重い. dekat jauh chikai tooi

RINGKASAN EKSEKUTIF PROGRAM BAGI PERMOHONAN KEBENARAN MEMUNGUT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) karakteristik individu yang meliputi keahlian individu dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap pengembangan karir,

Logaritma merupakan kebalikan dari perpangkatan. Bentuk

[r]

dihadui d.ng$ nmilih stal.gi yang repai {Fish.r.1996). S.lain mcnilih nrarcgi, p.ruehen .iuEa harus m€mperhrtika f,kroFf.kror yeA menp€ngadhi tip€ sinr€gi yog nereka

pada hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal ini penting untuk menjaga motivasi belajar