• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE Analisis Sistem Ijin Kerja (Sika) Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Di Pt. Bakrie Construction Serang Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE Analisis Sistem Ijin Kerja (Sika) Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Di Pt. Bakrie Construction Serang Banten."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP

KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE

CONSTRUCTION

SERANG BANTEN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

ERLANDO SYAIFUL KHAQIM

J 410 100 088

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP KEJADIAN

KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE

CONSTRUCTION

SERANG BANTEN

Erlando Syaiful Khaqim J 410 100 088

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

Abstrak

PT. Bakrie Construction adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa Engineering, Fabrikasi dan Konstruksi untuk perusahaan minyak dan gas,

petrochemical, power, infrastruktur, industri kelautan dengan produk dan jasa. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Sehingga perlu upaya pencegahan dengan Sistem Ijin Kerja (SIKA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pelaksanaan sistem ijin kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di PT. Bakrie Construction

Serang Banten. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di semua bagian PT. Bakrie Construction Serang, Banten sebanyak 80 orang. Pemilihan sampel dengan Total Sampling sebanyak 80 tenaga kerja. Uji statistik menggunakan Incident Rate (IR), Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka incident rate,

frequency rate dan severity rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah diberlakukan sistem ijin kerja. Angka incident rate pada bagian pekerjaan panas tahun 2004-2014 mengalami penurunan sebesar 21,25, angka frequency rate pada bagian kerja panas tahun 2004-2014 mengalami penurunan sebesar 106,25 dan angka severity rate semua pekerjaan yang memerlukan ijin kerja tahun 2004-2014 mengalami penurunan sebesar 187.5.

(5)

ABSTRACT

Work Permit System Analysis (SIKA) Occurence of Accident Work at PT. Bakrie

Construction Serang, Banten.

(6)

PENDAHULUAN

Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas, disamping kualitas yang semakin baik dan standar. Perusahaan besar maupun perusahaan kecil tidak lagi membutuhkan tenaga kerja yang banyak karena hadirnya alat yang modern tersebut. Mesin dapat membuat keuntungan yang cukup besar bagi penggunanya, namun dapat juga membuat kerugian karena mesin itu sewaktu-waktu dapat rusak, meledak atau terbakar (Anizar, 2012). Disisi lain meningkatnya produktivitas tersebut juga makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin.

Data kecelakaan kerja di dunia, setiap tahun lebih dari 250 juta kecelakaan terjadi di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan menunjukkan biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi (ILO, 2013).

Berdasarkan data dari PT Jamsostek Kantor Wilayah Banten, tercatat pada tahun 2012 terjadi 16.756 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di 8 kota/kabupaten se-Banten. Setiap harinya ada 69 kasus kecelakaan kerja dengan tiga pekerja cacat dan satu orang meninggal dunia (Iswadi, 2013).

Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Kerugian materi akibat kecelakaan juga besar seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi. Selama tahun 2007 kompensasi kecelakaan yang dikeluarkan jamsostek mencapai Rp 165,95 miliar kerugian materi lainnya jauh lebih besar (Ramli, 2010).

(7)

Hasil survei awal pada tanggal 26 Mei 2014, diketahui bahwa PT. Bakrie

Construction telah menerapkan sistem ijin kerja sejak tahun 2007 di setiap aktivitas pekerjaannya. Sistem ijin kerja tersebut meliputi sistem ijin kerja panas, sistem ijin kerja dingin, sistem ijin kerja pengangkatan, sistem ijin kerja ruang tertutup/terbatas, sistem ijin kerja listrik, sistem ijin kerja bekerja di ketinggian. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi kecelakaan kerja di bagian Workshop blasting painting yang mengakibatkan 1 pekerja mengalami luka bakar parah hingga akhirnya meninggal dunia, penyebabnya yaitu pada saat melakukan pekerjaan tanpa ada ijin kerja dan ruangan kerja tidak dilengkapi dengan blower untuk sirkulasi udara.

Masalah yang berkaitan dengan sistem ijin kerja penting untuk dilakukan penelitian karena dapat menjadi masalah yang cukup serius. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Sistem Ijin Kerja (SIKA) Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di PT. Bakrie Construction Serang Banten.

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mempelajari pelaksanaan sistem ijin kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di PT. Bakrie Construction Serang Banten.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penyebab-penyebab kecelakaan kerja.

b. Untuk mengetahui dan menilai jenis-jenis sistem ijin kerja yang diterapkan.

c. Untuk mengetahui Incidence Rate, Frequency Rate dan Severity Rate

sebelum dan sesudah dilaksanakannya sistem ijin kerja.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif analitik

(8)

yang berjumlah 80 orang laki-laki. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 pekerja, diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan kuesioner dengan menggunakan instrumen penelitian berupa alat tulis, kamera digital, tape recorder. Lokasi penelitian di PT. Bakrie Construction Serang Banten, penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2014. Variabel bebasnya adalah sistem ijin kerja, variabel terikatnya adalah kecelakaan kerja (IR,FR,SR). Untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja dihitung dengan incidence rate (IR), Frequency Rate

(FR) dan Severity Rate (SR), kemudian nilai IR, FR dan SR dibandingkan antara sebelum dan sesudah penerapan sistem ijin kerja.

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Tabel 1 menggambarkan dari 80 responden sebanyak 42 pekerja (52,5%) dengan umur kurang dari 30 tahun, 15 pekerja (18,75%) dengan umur 31-35 tahun, 16 pekerja (20%) dengan umur 36-40 tahun dan 7 pekerja (8,75%) dengan umur lebih dari 40 tahun. Dan dari 47 responden yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 35 pekerja (74,46%) dengan umur kurang dari 30 tahun yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja, 6 pekerja (12,76%) dengan umur 31-35 tahun, 4 pekerja (8,51%) dengan umur 36-40 tahun dan 2 pekerja (4,25%) dengan umur lebih dari 40 tahun.

2. Tingkat Pendidikan

(9)

3. Masa Kerja

Tabel 1 menggambarkan dari 80 responden, sebanyak 43 pekerja (53,75%) dengan masa kerja kurang dari 3 tahun, kemudian diikuti sebanyak 26 pekerja (32,5%) dengan masa kerja lebih dari 6 tahun dan sebanyak 11 pekerja (13,75%) dengan masa kerja 4-5 tahun. Dan dari 47 responden, sebanyak 23 pekerja (48,93%) dengan masa kerja kurang dari 3 tahun yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja, kemudian diikuti sebanyak 14 pekerja (29,78%) dengan masa kerja lebih dari 6 tahun dan sebanyak 10 pekerja (21,27%) dengan masa kerja 4-5 tahun.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

(10)

Analisis Univariat

1. Penyebab Kecelakaan Kerja

Berdasarkan tabel 2 kejadian kecelakaan kerja tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja), terbanyak karena kontak panas sebanyak 29 kasus (21,01%), kontak zat kimia 18 kasus (13,04%) dan kontak listrik 17 kasus (12,3%). Kejadian kecelakaan terendah karena terbakar sebanyak 1 kasus (0,7%).

Berdasarkan tabel 3, kejadian kecelakaan kerja tahun 2007-2014 (setelah sistem ijin kerja) terbanyak karena kontak panas 24 kasus (23,7%) dan terendah karena terbakar 0 kasus.

Tabel 2. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2004 – 2006 (Sebelum Sistem Ijin Kerja)

No Penyebab 2004 2005 2006 Total % 1 Kontak zat kimia 6 7 5 18 13,04 2 Kontak panas 11 8 10 29 21,01 3 Kontak listrik 6 8 3 17 12,3 4 Kejatuhan benda 3 0 2 5 3,6

5 Terjepit 4 5 1 10 7,2

6 Tertusuk 6 0 0 6 4,3

7 Terpeleset 3 2 4 9 6,5

8 Terpukul 2 1 4 7 5

9 Jatuh 5 4 1 10 7,2

10 Percikan api 5 6 3 14 10,4

11 Ledakan 2 3 2 7 5,07

12 Terbakar 0 0 1 1 0,7

13 Terpotong 3 1 1 5 3,6

(11)

Tabel 3. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2007-2014 (Setelah Sistem Ijin Kerja).

No Penyebab 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Total % 1 Kontak zat kimia 2 1 3 1 2 0 2 0 11 10,8

2 Kontak panas 9 5 3 2 3 0 1 1 24 23,7

3 Kontak listrik 5 1 1 1 2 2 1 1 14 13,8 4 Kejatuhan benda 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,9

5 Terjepit 2 3 1 0 1 1 1 2 11 10,8

6 Tertusuk 0 1 0 1 0 0 2 0 4 3,9

7 Terpeleset 1 0 0 1 0 1 0 0 3 2,9

8 Terpukul 2 1 0 3 0 2 0 1 9 8,9

9 Jatuh 0 1 0 0 1 0 2 1 5 4,9

10 Percikan api 5 4 2 1 0 2 0 0 14 3,8

11 Ledakan 0 1 0 0 1 1 0 0 3 2,9

12 Terbakar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Terpotong 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1,9

Total 26 19 10 10 11 9 10 6 101 100

2. Sistem Ijin Kerja

Tipe ijin kerja yang ada di PT. Bakrie construction meliputi: a. Ijin kerja panas.

Diperlukan untuk pekerjaan yang menyebabkan atau memiliki potensi menimbulkan sumber api di daerah yang mudah terbakar termasuk bahan penyimpanan kimia berbahaya dan stasiun pengisian bahan bakar minyak.

Aktivitas kerja panas meliputi:

1) Pengelasan (pemotongan dan pembakaran). 2) Penggerindaan.

3) Bekerja melibatkan api terbuka. b. Ijin kerja dingin.

(12)

c. Ijin kerja bekerja di ruang terbatas.

Diperlukan untuk memasuki ruang yang memiliki ventilasi yang tidak memadai, atau mungkin mengandung cairan yang mudah terbakar seperti : gas, uap, debu atau kandungan oksigen tidak cukup.

d. Ijin kerja listrik.

Diperlukan untuk pekerjaaan yang mengandung sumber listrik. e. Ijin kerja pengangkatan.

Diperlukan untuk melakukan pekerjaan mengangkat benda dengan menggunakan alat berat seperti crane, yang dikategorikan dalam non standart lifting dan critical lifting.

f. Ijin kerja bekerja di ketinggian

Diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter.

B. Analisis Bivariat

1. Incidence Rate

Berdasarkan tabel 4, terlihat angka incidence rate di semua bagian pekerjaan mulai tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja) dan tahun 2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami penurunan. Penurunan angka incidence rate secara signifikan terjadi pada bagian pekerjaan panas yaitu mulai dari tahun 2004-2014 sebesar 21,25.

2. Frequency Rate

Berdasarkan tabel 5, terlihat angka frequency rate di semua bagian pekerjaan mulai tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja) dan tahun 2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami penurunan. Penurunan angka frequency rate secara signifikan terjadi pada bagian pekerjaan panas yaitu mulai dari tahun 2004-2014 sebesar 106,25.

3. Severity Rate

(13)

kerja) dan tahun 2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami penurunan sebesar 187,5.

Tabel 4. Angka Incidence Rate di Semua Bagian Pekerjaan Mulai Tahun 2004-2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun 2007-2014

(Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

No Bagian

Pekerjaan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Pengangkatan 8,75 6,25 5,00 3,75 3,75 1,25 3,75 2,50 5,00 1,25 2,50 2 Listrik 7,50 6,25 3,75 2,50 1,25 1,25 1,25 2,50 2,50 1,25 1,25 3 Panas 22,50 21,25 18,75 17,50 11,25 7,50 3,75 5,00 2,50 1,25 1,25 4 Dingin 13,75 10,00 8,75 5,00 2,50 1,25 1,25 1,25 0 2,50 1,25 5 Ruang terbatas 7,50 5,00 3,75 2,50 1,25 1,25 0 1,25 1,25 2,50 0 6 Ketinggian 10,00 7,50 6,25 1,25 1,25 0 2,50 1,25 1,25 3,75 1,25

Tabel 5. Angka Frequency Rate di Semua Bagian Pekerjaan Mulai Tahun 2004-2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun 2007-2014

(Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

No Bagian

Pekerjaan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Pengangkatan 43,75 31,25 25 18,75 18,75 6,25 18,75 12,5 25 6,25 12,5 2 Listrik 37,5 31,25 18,75 12,5 6,25 6,25 6,25 12,5 12,5 6,25 6,25 3 Panas 112,5 106,25 93,75 87,5 56,25 37,5 18,75 25 12,5 6,25 6,25 4 Dingin 68,75 50 43,75 25 12,5 6,25 6,25 6,25 0 12,5 6,25 5 Ruang terbatas 37,5 25 18,75 12,5 6,25 6,25 0 6,25 6,25 12,5 0 6 Ketinggian 50 37,5 31,25 6,25 6,25 0 12,5 6,25 6,25 18,75 6,25

Tabel 6. Angka Severity Rate untuk Semua Pekerjaan yang Memerlukan Sistem Ijin Kerja Mulai Tahun 2004-2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun

2007-2014 (Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(14)

PEMBAHASAN

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

Data pada tabel 1, terlihat tenaga kerja yang berumur kurang dari 30 tahun paling banyak mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 74,46 % dibandingkan dengan tenaga kerja yang berumur 31-35 tahun yaitu sebesar 12,76 %.

Umur muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian umur dan kecelakaan kerja menunjukkan angka kecelakaan yang pada umumnya lebih rendah dengan bertambahnya umur (Okti, 2008).

Data pada tabel 1, terlihat tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari 3 tahun paling banyak mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 48,93% dibandingkan dengan tenaga kerja dengan masa kerja 4-5 tahun yaitu sebesar 21,27%.

Masa kerja berhubungan dengan pengalaman kerja, semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja (Okti, 2008). Berdasarkan penelitian, meningkatnya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja selain tidak adanya sistem ijin kerja, antara lain:

1. Pengawasan 2. Kedisiplinan 3. Training

(15)

B. Sistem Ijin Kerja

PT. Bakrie Construction merupakan perusahaaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa Engineering, Fabrikasi dan Konstruksi telah menerapkan Permit to Work / Sistem Ijin Kerja di setiap pekerjaan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan persiapan kerja, pengidentifikasian dan pengendalian bahaya, serta komunikasi antara pemberi kerja dan pelaksana pekerjaan untuk menghindari salah pengertian antara pemberi perintah kerja dan pihak pelaksana pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan aman. Sistem ijin kerja di PT. Bakrie Construction telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam prosedur

Permit to Work BCPRD-HSE-049_02 dan diperkuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2012 pada pasal 13 ayat (3) tentang keamanan bekerja berdasar Sistem Manajemen K3 yaitu pendokumentasian seluruh kegiatan dengan ijin kerja.

C. Statistik Kecelakaan Kerja

Penurunan angka incident rate dan frequency rate terjadi karena di semua bagian pekerjaan di PT. Bakrie Construction telah menerapkan sistem ijin kerja sebelum pekerjaan dimulai. Di dalam prosedur ijin kerja semua potensi bahaya dari pekerjaan pengangkatan diidentifikasi dan dilakukan pengendalian bahaya oleh petugas safety sehingga angka kecelakaan kerja dapat dikurangi.

Penurunan angka severity rate terjadi karena berkurangnya hari hilang kerja akibat kecelakaan kerja di semua bagian pekerjaan setelah diberlakukannya sistem ijin kerja.

(16)

pekerjaan di bagian kerja panas sering terburu-buru, tidak teliti, mengalami kelelahan sehingga terjadi penurunan konsentrasi, kurangnya keahlian dan bekerja tidak mematuhi prosedur yang berlaku. Sedangkan kondisi tidak aman disebabkan oleh peralatan dan mesin yang digunakan untuk melakukan pekerjaan di bagian kerja panas mengalami kerusakan karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan sehingga dapat membahayakan pekerja.

Untuk dapat mengurangi serta mengendalikan tingkat kecelakaan kerja, maka setiap pekerjaaan harus mempunyai cara kerja aman yaitu seluruh kegiatan dan lingkungan di area pekerjaan untuk menjamin keselamatan kerja telah diimplementasikan sebelum dan pada saat aktivitas pekerjaan dilaksanakan (Syakhroni dan Utomo, 2006).

Sistem ijin kerja diterapkan untuk mengurangi potensi bahaya dari suatu pekerjaan dan untuk mengurangi kecelakaan kerja. Menurut (Ramli, 2010) pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan administratif salah satunya dengan mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bakrie Construction dapat disimpulkan bahwa :

1. PT. Bakrie Construction sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi mempunyai potensi bahaya cukup besar, untuk mencegah kecelakaan kerja telah melaksanakan sistem ijin kerja. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2012 pada pasal 13 ayat (3) tentang keamanan bekerja berdasar Sistem Manajemen K3.

(17)

Penyebab kecelakaan kerja tahun 2007-2014 (setelah sistem ijin kerja) terbanyak karena kontak dengan panas 24 kasus (23,7%) dan terendah karena terbakar 0 kasus.

3. Sistem ijin kerja yang diterapkan di PT. Bakrie Construction Serang, Banten, meliputi:

a. Sistem ijin kerja pengangkatan. b. Sistem ijin kerja listrik.

c. Sistem ijin kerja panas. d. Sistem ijin kerja dingin.

e. Sistem ijin kerja ruang terbatas. f. Sistem ijin kerja ketinggian.

4. a. Angka Incidence Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah diberlakukan sistem ijin kerja.

b. Angka Frequency Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah diberlakukan sistem ijin kerja.

c. Angka Severity Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah diberlakukan sistem ijin kerja.

B. Saran

1. Perlu dibuat prosedur tindakan darurat yang memadai untuk semua jenis pekerjaan yang memerlukan ijin kerja.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

American Institute Of Chemical Engineering. 1999. Guidelines For Safety Documentation. Newyork.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anshori A. 2008. ”PT. JAMSOSTEK.” Home Page. 27 Februari 2008. Diakses 16 September 2014 http://www.jamsostek.co.id/info/berita.php?id=105.

Aryanto H. 2004. Studi Pelaksanaan Sistem Ijin Kerja dan Kejadian Kecelakaan Kerja (Studi Kasus di PT Petro Oxo Nusantara Gresik). (Skripsi Ilmiah). Gresik: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Bakrie Construction Procedure 049_02. 2014. Permit to Work. Health, Safety and Environment Procedure.

Bird E. F. Jr dan Germain L.G. 1986. Practical Loss Control Leadership. Published by Institute Publishing, Devision of International Loss Control Institute. Georgia, USA.

Budiono A.M Sugeng dan Pusparini A. 2003. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2 Semarang: Universitas Diponegoro.

Depnakertrans RI. 2003. Modul Pelatihan Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Depnakertrans Press.

ILO. 1962. Encylopedia of Occupational Health and Safety: Geneva.

ILO. 1989. Encylopedia of Occupational Health and Safety: Geneva.

ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Productivity. Geneva: International Labour Office.

Iswadi D. 2013. Sehari 1 Pekerja Tewas Akibat Kecelakaan. Diakses tanggal 20 Mei 2014 pukul 13:14. Available http://www.kabar6.com/tangerang- raya/kabupaten-tangerang/11482-sehari-1-pekerja-di-banten-tewas-akibat-kecelakaan.html.

Karthika S. 2013. Implementation Of Permit to Work System. National Conference on RIME 2013Mailam Engineering College, Mailam

(19)

Okti P.F. 2008. Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Petroleum Chemical of Singapura. 1997. Petroleum Chemical Of Singapura Safety Rules: Singapura.

Ramli S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sahab S. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Bina Sumber Daya Manusia.

Silalahi B. 1995. Manajemen Kesehatan dan Kecelakaan Kerja. Jakarta: Sabdodali.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta:

PT. Gunung Agung.

Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Jakarta: PT. Gunung Agung.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:

Sagung Seto.

Syakhroni A dan Utomo S. 2006. Penerapan MIK (Metode Ijin Kerja) Untuk Meminimalisasi Kecelakaan Kerja Studi Kasus di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Central Java. Transistor. Vol. 6 No. 1. Juli 2006:56-68.

Syakhroni A. 2007. Penerapan Manajemen Keselamatan Proses (Cara Kerja Aman) Dengan Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) Studi Kasus di Unit ITP PT. Pertamina (Persero) UP – VI Balongan. Transistor. Vol. 7. No. 1 Juli 2007:55-64.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: CV. Harapan Press.

Tarwaka. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 2. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab
Tabel 3. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan Kerja Tahun 2007-2014 (Setelah Sistem Ijin Kerja)
Tabel  5. Angka Frequency Rate di Semua Bagian Pekerjaan Mulai Tahun 2004-2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun 2007-2014  (Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Undang-undang ini dimungkinkan bagi bank konvensional membuka kantor cabang syariah yang merupakan tonggak penting dimulainya awal sistem perbankan

Atas dasar tersebut, maka kami dari mahasiswa semester IV Promosi Kesehatan UIN Atas dasar tersebut, maka kami dari mahasiswa semester IV Promosi Kesehatan UIN Syarif

Pengendalian ini dilakukan pada sumber data berupa kertas-kertas atau dokumen yaitu dengan adanya tempat untuk menunjukkan sebuah otorisasi dari pihak yang berwenang

Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak dari

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, kompetensi pengelola keuangan dan akuntabilitas baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh terhadap

Dalam penulisan yang berkaitan dengan permasalahan ini, penulis menggunakan penelitan dokumentasi, dalam hal ini penelitian dilakukan dengan meneliti sumber-sumber

keterampilan pola asuh anak perlu diajarkan kepada orang tua peserta didik sejak dini agar orang tua lebih paham dalam hal pola pengasuhan anak yang baik dan

Strategi Bauran Pemasaran sudah cukup diketahui dan dimengerti oleh pelaku usaha industri batik bomba, mereka sudah menerapkan bauran pemasaran dalam upaya