20 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneleti sebelumnya yang mungkin memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian terdahulu juga menjadi salah satu bahan pertimbangan sehingga dapat memberi referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah penelitian yang menjadi acuan dan referensi peneliti dalam melakukan penelitian.
Tabel 3: Relevansi Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi Penelitian 1. Olivia M. Kaparang
(2013).
Analisa Gaya Hidup
Remaja Dalam
Mengimitasi Budaya Pop Korea Melalui Televisi
Proses
perkembangan dan pengimitasian
mereka terhadap budaya pop Korea semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi melalui mediamassa, terlebih khusus melalui televisi. Mereka rela menyediakan banyak waktu hanya untuk dapat menyaksikan sosialisasi budaya lain.
Penelitian yang akan dilakukan memiliki
relevansi sama yaitu sama-ama meneliti tentang perkembangan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan meniru gaya berpakaian atau fashion.
2. Retno Hendariningrum / M. Edy Susilo (2014).
Media mempunyai peran besar dalam
Penelitian yang akan dilakukan memiliki
relevansi sama
21 Fashion Dan Gaya Hidup
: Identitas Dan Komunikasi.
mengkonstruksikan mengenai bagaimana khalayak
dapat tampil cantik atau tampan, memikat, masa kini dan bercitra sukses. Jurnalisme gaya hidup
menjadi sebuah pilihan bagi banyak organisasi
media. Media-media tersebut
memungkinkan terjadinya
penyebaran gaya hidup dalam waktu yang sangat cepat.
yaitu sama-sama meneliti tentang perkembangan fashion dan fashion sebagai gaya hidup
3. Pranoto,
Wahyu dan Mahardayani, Iranita Hervi (2010) Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan
Produk Fashion
Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
Bagi remaja yang kurang percaya diri dalam berpenampilan
dan merasa
mendapati
kekurangan yang ada pada dirinya apabila mungkin diharapkan menggunakan
produk fashion bermerek untuk tetap bisa tampil lebih percaya diri atau dengan cara optimis dengan kemampuan, berpikir positif, berpikir realistik dan apa adanya serta evaluasi diri yang objektif,
pengendalian diri yang baik dan kemampuan
bersosialisasi yang baik.
Penelitian yang akan dilakukan memiliki
relevansi yang sama, yaitu sama-sama meneliti tentang gaya hidup generasi
millennial yang bersifat
konsumeristik atau gila merk yang itu semua disebabkan oleh perkembangan teknologi.
4. Aldo Dwi Wicaksono, Hari Susanta (2017).
Pengaruh Citra Merek
Dan Pengalaman
untuk meningkatkan loyalitas
konsumennya adalah melakukan kerja
Penelitian yang akan dilakukan memiliki
relevansi yang
22 Konsumen Terhadap
Loyalitas Konsumen Sepatu Sneaker Merek Converse
sama terhadap public figure yang memiliki pengaruh terhadap gaya hidup anak
muda untuk
meningkatkan rasa
bangga para
konsumennya, lebih menggencarkan kembali kampanye
"Made by You", yaitu suatu program yang mengkampanyekan sepatu sneaker merek Converse sebagai sebuah kanvas kosong yang bebas dikreasikan oleh para pemiliknya. Hasil karya yang terpilih akan diapresiasi oleh pihak Converse dengan
menampilkannya di halaman situs dan media sosial resmi Converse serta pada pameran rutin yang diadakan oleh pihak Converse. Dengan melibatkan lebih banyak konsumen dalam menyalurkan kreativitasnya pada kampanye tersebut, pihak perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama terhadap
komunitas –
komunitas pengguna sepatu sneaker
sama, yaitu sama-sama meneliti tentang gaya hidup generasi
millennial yang bersifat
konsumeristik karena sering menirukan public figure idolanya, yang itu semua di sebabkan oleh teknologi
5. Satrio Manggala P S (2018)
Pemaknaan Fashion Bagi Indonesia Sneakers Team Surabaya.
Gaya hidup informan ketika bergabung dengan komunitas Indonesia Sneakers Team Surabaya
Penelitian yang akan dilakukan memiliki
relevansi yang sama, yaitu
23 mengalami
perubahan menjadi lebih konsumtif dari sebelumnya,
dikarenakan
informan sudah memiliki wawasan
yang cukup
mengenai sepatu sneakers baik dari jenis sepatu, tempat membeli dan sepatu apa yang sedang trend pada ssat itu.
Namun ada informan yang memang sejak sebelum bergabung sudah konsumtif dikarenakan
kemampuanya sisi finansial. Para informan
berpenampilan mengadaptasi dan terinspirasi dari brand luar negeri, selain itu para informan memiliki
idola dalam
berpenampilan seperti model papan atas luar negeri dan bermacam aliran fashion. Hal inilah yang berusaha ditiru dan diaplikasikan kedalam penampilan para informan.
Kemudian informan berusaha
menciptakan
identitas social dirinya.
sama-sama meneliti tentang gaya hidup generasi
millennial yang bersifat
konsumtif seiiring
berkembangnya sneakers
24 2.2 Tinjauan Pustaka
A. Sneakers
Sneakers adalah jenis sepatu dengan sol fleksibel terbuat dari karet atau
bahan sintetis dan bagian atas terbuat dari kulit atau kanvas. Tetapi, seiring perkembangan jaman sekarang banyak sneakers yang terbuat juga dari suede dan nylon. Sneakers awalnya diambil dari kata dalam bahasa inggris, yaitu ‘sneak’
yang berarti penyelinap.Sneakers menjadi salah satu jenis sepatu yang paling populer di kalangan anak muda saat ini. Hadir dalam berbagai model, dipadukan dengan busana apapun sneakers selalu berhasil menjadi statement gaya yang membuat penampilan lebih stylish. Entah itu dipadukan dengan setelan klasik t- shirt dan jeans, maupun sporty dengan padanan gaun casual.
Sejarah sneakers sendiri pertama kali muncul pada tahun 1800an dengan nama ‘Plimsolls’, nama sneakers belum ada waktu itu. Pada tahun 1892 sebuah perusahaan sepatu karet, Goodyear, menciptakan suatu proses pembuatan sepatu baru dengan mencampur bahan dasar karet dengan kanvas. Hasilnya sepatu bermerk Keds muncul di pasaran. Pada tahun 1920 seseorang yang bernama Adi Dassler, pemilik bisnis sportswear dari Jerman tak lama kemudian membuat training shoes buatan tangan. Perusahaan itu kemudian terkenal dengan nama
Adidas. seiringnya perkembangan jaman banyak perusahaan yang berdiri untuk memproduksi sneakers seperti halnya Nike, New Balance, Vans, Asics, Puma, Reebok, dsb. Sejak tahun 1990 hingga sekarang penggila sneakers menjadi semakin banyak dan bertambah, karena sneakers pada saat ini menjadi hal yang istimewa bagi penggemarnya. Sneakers tidak hanya dijual untuk dipakai tetapi juga dijadikan barang koleksi. Seperti halnya mobil, sneakers juga ada yang rare atau limited
25 edition dan hanya dijual beberapa pcs di dunia ini. Sneakers bekas pun dengan
kondisi apapun jika itu barang limited pasti akan banyak dicari para kolektor di dunia.
Dalam perkembangannya hingga menjadi sangat terkenal khususnya di kalangan generasi Y dan Z, Awalnya sneakers adalah sepatu olahraga dan sepatu lainnya yang digunakan untuk olahraga. Sejarah sneakers sendiri pertama kali muncul pada tahun 1800an dengan nama ‘Plimsolls’, nama sneakers belum ada waktu itu.
B. Gaya Hidup (Life Style)
Gaya hidup atau Lifestyle adalah gambaran tingkah laku, pola dan cara hidup yang ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang, minat dan ketertarikan serta apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri sehingga membedakan statusnya dari orang lain dan lingkungan melalui lambang-lambang sosial yang mereka miliki. Gaya hidup berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Gaya hidup menjadi upaya untuk membuat diri menjadi eksis dengan cara tertentu dan berbeda dari kelompok lain. Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya.
Tubuh, busana, cara bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, bahkan pilihan sumber informasi, dan seterusnya dipandang sebagai indikator dari individualistis selera, serta rasa gaya dari seseorang
Fenomena gaya hidup masyarakat Indonesia bisa dijelaskan pertama, masyarakat konsumen Indonesia tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi
26 ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan seperti mall, indsutri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan hunian mewah, real estate, gencarnya iklan barang-barang supermewah, liburan wisata ke luar negeri, berdirinya sekolah-sekolah mahal, kegandrungan terhadap merek asing, makanan serba instant (fast food), telepon seluler (HP), dan tidak ketinggalan serbuan gaya hidup melalui industri iklan dan tayangan televisi.
C. Generasi Millenial
Millennial atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenial adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Generasi millennial memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna, handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi.
Pada saat ini generasi millenial lebih memilih ponsel dibanding TV, sebab generasi ini lahir di era kecanggihan teknologi, dan internet berperan besar dalam keberlangsungan hidup mereka, maka televisi bukanlah prioritas generasi millenial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan yang tidak ada pentingnya.
Generasi millenial lebih suka mendapatkan informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google atau perbincangan pada forum-forum, yang diikuti generasi ini untuk selalu up to date dengan keadaan sekitar.
27 2.3 Landasan Teori
Hiper-realitas Teknologi & Gaya Hidup JeanBaudrillard
Untuk menganalisis fokus penelitian yang telah disampaikan di atas, peneliti menggunakan teori Hiper-realitas yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard. Menurut Baudrillard, yang disebut sebagai dunia hiper-realitas atau dunia yang melampaui realitas(hyper-reality) pada dasamya adalah sebuah realitas yang bersifat artifisial atau superfisial, yang tercipta melalui bantuan teknologi simulasi dan dukungan rekayasa pencitraan, yang mengambil alih dunia realitas komunikasi yang alamiah. Hiper-realitas merupakan model-model realitas, yang tidak memiliki referensi pada realitas. Hiper-realitas tidak memiliki rujukan atau referensi pada realitas melainkan merujuk pada dirinya sendiri (Baudrillard 2006)
Baudrillard melihat post modern sebagai suatu tren dan sebagai awal dari suatu era baru yang dibawa oleh makin maraknya komunikasi bermediasi, konsumsi simbolis, dan semakin mampatnya ruang dan waktu. Peran media terutama budaya popular dan iklan yang signifikan, menurut Baudrillard melahirkan referensialitas diri pada tanda-tanda dan munculnya keteraturan tatanan sosial yang didasarkan pada konsumsi simbolis (Sosiologi ekonomi, 2013: 199).
Jean Baudrillard menggambarkan kehidupan post moderm ini sebagai hiper-realitas. Media berhenti menjadi cerminan suatu realitas sosial, tetapi justru menjadi realitas itu sendiri. Media sosial, surat kabar, TV, internet merupakan contoh yang baik karena sebuah kebohongan dan distorsi yang disajikan kepada pemirsa melebihi realitas. Distorsi dan kebohongan itu yang dimaksud sebagai hiper-realistas. Mengakibatkan apa yang nyata disubordinasıkan dan akhirnya
28 dilarutkan sama sekali sehingga mustahil membedakan yang nyata dan yang menjadi tontonan. “Dalam kehidupan nyata, kejadian-kejadian nyata semakin mengambil ciri hiper-realiti dan tidak ada lagi realitas, yang ada hanyalah hiper- realitas”(Bagong Suyanto 2013:201).
Dunia menurut Baudrillard adalah simulacra. Simulacra adalah suatu kebohongan berupa tanda atau image yang dibangun sesorang yang memiliki sifat pada kontenya yang jauh dari realitas orang tersebut. Maksudnya adalah dominasi simulacra dalam kehidupan modern saat ini ada dalam setiap aktivitas manusia seperti iklan, televisi, produk supermarket dan juga didukung keberadaan pusat perbelanjaan. Tidak adanya perbedaan antara realitas asli dengan realitas semu atau buatan inilah yang mendominasi masyarakat saat ini. Sehingga Dapat dengan mudah masyarakat dikelabui dengan iklan, promo dan rilisan produk terbaru dari brand atau merk ternama di dunia.
Penelitian ini memiliki fokus pada gaya hidup generasi millenial dalam bentuk sepatu sneakers yang merupakan bagian dari dominasi simulacra. Pemakai rela untuk membeli dan mengoleksi sneakers yang harganya bahkan mencapai jutaan rupiahhanya semata-mata sebagai pemuas nafsu dan mengikuti trend (gaya hidup). Betapa mudahnya dunia imajiner dibentuk dan meraih hati mayoritas pemakai untuk membeli dan mengoleksi bahkan menghabiskan uang yang itu semua cenderung memiliki sifat konsumerisme.
Fenomena masyarakat konsumerisme ini terjadi karena adanya perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara mengekspresikan diri dalam gaya hidup.
Gaya hidup berpengaruh kepada cara-cara pola dalam menginventasikan aspek-
29 aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tapi ini juga berati gaya hidup cara bermain dengan identitas. Gaya hidup juga bisa dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi. Gaya hidup ini mencitrakan keberadaan seseorang dapat dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik konsumsi barang atau jasa.
Misalnya berbagai macam merk pakaian, semua itu hanyalah simbol dari status sosial tertentu. Sebagai contoh dapat kita temukan pada gaya berpakaian masyarakat sekarang ini. Pada dasarnya fungsi pakaian yang utama adalah untuk menutupi atau melindungi tubuh. Namun sepertinya pakaian tidak lagi sebagai kebutuhan dasar manusia, tetapi juga sebagai mode suatu Fashion yang membawa pesan dan gaya hidup suatu komunitas yang menjadi bagian dari kehidupan sosial.
Bagi Miles dalam Soedjatmiko konsumerisme telah menjadi kultur konsumsi yang tidak kita sadari. Kita telah sedemikian rupa “terbungkus” oleh konsumerisme dalam rangka memenuhi keinginan yang tidak terbatas dengan kemampuan yang terbatas. Masyarakat yang modern mengkonsumsi suatu objek hanya untuk memperlihatkan status sosialnya, dengan membeli barang yang mereka senangi untuk memuaskan hasrat berbelanja mereka. Tidak hanya itu masyarakat modern juga mengonsumsi tren, mereka akan mengikuti tren tersebut sepanjang trend tersebut masih popular dan fenomenal dikalangan masyarakat, salah satunya yaitu tren Sneakers.
Trend Sneakers merupakan fenomena baru yang sedang popular dan dikonsumsi secara besar-besaran. Fenomena ini juga ternyata sedang banyak dibicarakan dan disukai oleh Mahasiswa UMM, hal ini ditandai dengan bermunculan kaum millenial yang bergaya ala-ala anak Westernisasi. Kemudian ditandai dengan berkembangnya Mahasiswa pecinta Sneakers.
30 Dunia Sneakers atau yang biasa disebut dengan dunia Fashion kini juga telah menjadi bagian gaya hidup kaum millenial khususnya Mahasiswa. Hampir semua kegiatan gathering dilakukan disuatu tempat seperti cafe dsb yang kegiatanya itu diisi dengan acara sharing atau berbagi pengalaman tentang perkembangan sneakers, jual beli sneakers, tidak hanya dalam kegiatanya saja yang sering dilakukan akan tetapi kini sudah diadopsi sebagai gaya hidup, Contohnya banyak kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang masih berbau dengan kegiatan gathering sneakers. Sehingga trend dalam berpenampilan dan gaya hidup ala westernisasi juga diikuti oleh beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
Trend sneakers kini menjadi bagian dari gaya berpakaian beberapa kalangan anak muda yang kemudian diekspresikan sebagai fashion, fashion dalam hal ini telah dikonsumsi secara besar-besaran. Seperti yang dikatakan oleh Kellner bahwa dalam budaya pencitraan postmodern, citra, adegan, cerita dan teks-teks kultural budaya media menawarkan beragam posisi subjek yang pada gilirannya turut membentuk identitas individu
Masyarakat Konsumsi
Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa
UMM
Hipperrealitas
Pola Konsumerisme Mahasiswa UMM
Jean Baudrillard
Gaya Hidup
31 Bagan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat modern difokuskan pada generasi millenial Mahasiswa UMM Malang. Masyarakat modern ini menunjukan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi yang kemudian membentuk sifat konsumerisme. Salah satu bentuk konsumsi oleh masyarakat modern adalah sebuah trend, trend yang dikonsumsi yaitu trend sneakers yang telah menjadi fenomena unik yang sedang popular dikalangan mahasiswa Universitas Mahasiswa Muhammadiyah Malang. Trend ini kemudian berdampak pada perubahan gaya hidup Mahasiswa, yang akan menyebabkan proses terjadinya teori Hipperrealitas dan Gaya Hidup oleh Jean Baudrillard.