• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata ”Natural Science”

disingkat ”Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam sedangkan Science artinya ilmu pengetahuan jadi secara harfiah IPA adalah ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Winatra Putra (2008: 123) menyimpulkan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Para ilmuan selalu menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa alam. Mereka selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang peristiwa itu.

Tugas yang penting bagi guru IPA adalah mempersiapkan peserta didik untuk menjalani kehidupan pada dunia teknologi yang terus meningkat yang mereka hadapi sekarang dan pada abad 21 ini. Selanjutnya cukup penting untuk mempersiapkan pengajaran sains yang sesuai dengan hakikat sains. What is science? What is science do I teach? These are questions that one must ask in order to become aware of following components of science: (1) Content or product, (2) Process or methods, (3) Attitude, (4) Technology. Mengajarkan sains yang benar harus mencakup keempat komponen tersebut.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut (Cains dan Evans, 1993: 4)

Dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa- peristwa yang terjadi di alam melalui produk, proses dan sikap. IPA merupakan ilmu yang nyata yang setiap harinya berkaitan dengan kehidupan manusia dan lingkungan.

2.1.2 Belajar IPA

Suciati (2007: 18) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks.

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki kemampuan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh

(2)

pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut: (1) persiapan untuk belajar; (2) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi); dan (3) alih belajar.

Leo Sutisno (2008:42) berpendapat belajar IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid). Jadi, belajar IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar) dan produk (kesimpulan betul).

Dapat disimpulkan bahwa belajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.3 Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Sudjana (2002: 22) menyimpulkan “Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”.

Iskandar (2001:12) menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA berupa fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting bagi kemajuan hidup manusia, Cara kerja memperoleh itu disebut proses IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir.

Beberapa pendapat menggambarkan bahwa hasil belajar IPA merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti

(3)

yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain:

1) Latar belakang pendidikan orang tua 2) Status ekonomi sosial orang tua

3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah 4) Media yang di pakai guru

5) Kompetensi guru

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain:

1) Kesehatan

2) Kecerdasan/ intelegensia 3) Cara belajar

4) Bakat 5) Minat 6) Motivasi

Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal, seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang efektif dan efisien, serta metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa agar situasi kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, dengan suasana yang tidak membosankan siswa. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan metode inkuiri dengan menggunakan media realia sebagai objek. Hasil belajar dengan menerapkan metode inkuiri mempunyai keuntungan antara lain: pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat, hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya, secara menyeluruh belajar inkuiri meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan

(4)

kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.4 Penggunaan Media Realia dalam Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2.1.4.1 Media Pembelajaran

Arsyad (2002:91) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan.

Andreas (2002.:3).menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai media

Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfaatan media adalah media yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi guru-siswa yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sebaliknya pemanfaatan yang kurang tepat sering kali mengganggu komunikasi dan mengurangi efektivitas pembelajaran. Pemanfaatan media di kelas untuk meningkatkan mutu komunikasi guru-siswa sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan (efektif). Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh siswa, semakin baik retensi (daya ingat) siswa sebagai kerucut pengalaman.

Hal tersebut menjelaskan bahwa media yaitu alat untuk memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar.

2.1.4.2 Media Realia

Menurut Winatraputra. W.S. (2008:2) media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun yang sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, benda-benda, air, sawah, makanan dan sebagainya.

Suciati (2007:108) menyebutkan bahwa media realia merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang, binatang, tumbuhan, benda-benda, peristiwa dan gambar yang diamati oleh siswa. benda atau objek yang dapat digunakan untuk

(5)

membantu pengajaran.

Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media realia yaitu merupakan media paling nyata yang sangat membantu guru dalam menerapkan sesuatu kepada siswanya. Pengajaran realitas yang diselenggarakan di kelas dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Media realia yang digunakan adalah telur, anak ayam, ayam dewasa, biji, kecambah, tanaman kecil, tanaman besar, akar, daun, batang dan gambar-gambar beraneka ragam hewan dan tumbuhan.

2.1.4.3 Metode Inkuiri

Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.

Nur & Wikandari (2000:10) menyimpulkan pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Model pembelajaran inkuiri dibentuk atas dasar discoveri (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip. Inkuiri merupakan perluasan dari discoveri (discoveri yang digunakan lebih mendalam) Artinya, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam inkuiri seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist), melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri adalah sebagai berikut :

1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.

2) Merumuskan masalah .

3) Merumuskan hipotesis-hipotesis.

4) Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen.

(6)

5) Melaksanakan eksperimen.

6) Mensintesiskan pengetahuan.

7) Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoritis serta bertanggung jawab

Peranan Pengajar dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Inkuiri adalah:

1) Pengajar mampu menstimulasi (memberi rangsangan dan menentang pembelajar untuk berpikir).

2) Pengajar mampu memberi dukungan untuk inkuiri.

3) Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan dan keluwesan serta kebersamaan untuk berpendapat, berinisiatif atau berprakarsa) dan bertindak.

4) Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesuhtan pembelajar dan membantu mengatasinya.

5) Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu mengajar dengan sebaik-baiknya

Pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol-simbol (benda-benda nyata/ realia) dan mencari jawaban atas pertanyaan, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain.

2.1.4.4 Metode Inkuiri Terbimbing

Muksetyo (2007:1.35), Inkuiri terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran di mana guru membimbing siswa-siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesuatu, apa yang diperoleh siswa bukanlah temuan-temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa dapat mereka rasakan sebagai temuan baru. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami proses penemuan, mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunakan pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari hubungan dalam wujud “Pola” atau bekerja secara induktif berdasarkan fakta-fakta khusus untuk memperoleh aturan umum.

(7)

Santoso (2007;1.17) Tujuan teknis inkuiri sebagai berikut: 1) membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri, 2) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, 3) mengembangkan bakat dan kecakapan individu, 4) memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri, 5)mendorong murid memperoleh informasi. Dengan teknik inkuiri ini siswa dilatih untuk menyusun rencana kegiatan, menentukan sasaran kegiatan, menentukan target kegiatan, berkomunikasi dengan orang lain, mencari sumber informasi.

Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1) motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir, 2) fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa, 3) penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri, 4) administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas, 5) pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan, 6) manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas, 7) rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Suryobroto (2002:201) Kelebihan inkuiri terbimbing menurut antara lain: 1) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, 2) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang- kadang kegagalan, 3) memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, 4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan, 5) siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar, 6) strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.

Dapat disimpulkan metode inkuiri terbimbing adalah suatu kegiatan pengamatan dalam pembelajaran di mana guru membimbing siswa-siswanya untuk mengamti sesuatu dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis. Inkuiri terbimbing dilaksanakan

(8)

untuk mencari sesuatu, dengan penemuan sesuatu melalui serangkaian kegiatan siswa akan mengingat terus dalam waktu yang cukup lama.

2.1.4.5 Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Memanfaatkan Media Realia dalam Pembelajaran IPA

Sudaryanti. (2011: 8-10), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan pendahuluan

a) Menyiapkan kandisi kelas dan peralatan mengajar.

b) Memberi motivasi c) Melakukan apersepsi

d) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan b. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi.

(1) Guru membagi siswa dalam kelompok.

(2) Guru menunjukkan benda asli.

(3) Guru mendemonstrasikan benda asli di depan kelas (4) Guru merumuskan masalah yang akan dilakukan.

(5) Siswa secara kelompok mengobservasi benda/gambar dan siswa mengidentifikasinya.

b. Elaborasi.

(1) Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan kelompoknya.

(2) Guru berkeliling membimbing siswa yang kesulitan mengerjakan LKS.

c. Konfirmasi.

(1) Kelompok yang siap melaporkan hasil diskusi kelompok.

(2) Kelompok lain memperhatikan.

(3) Guru menjadi moderator diskusi kelas.

(4) Diskusi kelas selesai LKS dikumpulkan untuk dinilai guru dan dipajang pada papan pajang.

(5) Guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai paling bagus.

c. Kegiatan Akhir

a) Memberikan rangkuman terhadap materi yang dibahas.

(9)

b) Memberikan tes.

c) Melakukan tindak lanjut.

Kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing berbantuan benda realia yang dilakukan dalam penelitian pada siswa kelas II SD Negeri 2 Pulorejo sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan

a) Menyiapkan kondisi kelas dan peralatan mengajar.

b) Memberi motivasi c) Melakukan apersepsi

d) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan b. Kegiatan Inti

(1) Eksplorasi

a) Membimbing siswa membuat kelompok.

b) Membimbing siswa merumuskan masalah/tugas yang akan dilakukan dan mengorganisasikan kelas.

c) Memberikan tugas kelompok melalui benda realia untuk menemukan jawaban pada lembar tugas.

(2) Elaborasi

a) Membimbing siswa melakukan observasi terhadap media benda realia yang ditunjukkan guru.

b) Melalui benda realia yang sudah ditetapkan, siswa dibimbing berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab lembar tugas.

c) Membimbing siswa menganalisis hasil pengamatannya dan menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh berdasarkan benda realia.

(3) Konfirmasi

a) Membimbing siswa demonstrasi dan menyajikan hasil kerja kelompok didepan kelas.

b) Memfasilitasi tanggapan, pertanyaan dan masukan dari kelompok lain.

c) Memberikan penguatan terhadap materi.

c. Kegiatan Akhir

a) Melakukan penilaian.

b) Melakukan tindak lanjut

(10)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri, diantaranya adalah:

Sumarsih (2010: 39) dalam Penelitian Tindakan Kelas menyimpulkan bahwa:

Pemanfaatan Media Realia dalam pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus selain itu pemanfaatan media realia dalam pembelajaran berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pelajaran IPA yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pemanfaatan media realia dalam pengajaran berbasis inkuiri sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Menurut Asih Setiyaning Hastuti ( 2003 : XI ) peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada siswa Kelas IV SD Negeri 2 Nyilir Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus.

2.3 Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa. Pada pelajaran IPA teridentifikasi bahwa hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Pulorejo sangatlah rendah. Sehingga diperlukan suatu cara untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan media realia sebagai objek dalam penerapan metode inkuiri terbimbing.

Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya.

Sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilhat pada gambar di bawah ini:

(11)

Gambar. 2.1 Skema Kerangka Pikir

Tahap awal dari penelitian ini, guru masih menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensial pada pelajaran IPA tenyata hasil belajar yang didapat sangatlah rendah. Tahap berikutnya yaitu siklus 1 dan siklus 2 guru menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing dengan memanfaatkan media realia sebagai objek. Oleh karena itu dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Pulorejo pada pelajaran IPA.

.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: “penggunaan media realia dalam penerapan metode inkuiri terbimbing diduga mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri 2 Pulorejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2013/2014”.

Kondisi Awal

Guru menggunakan media realia dalam penerapan metode inkuiri terbimbing

Menggunakan media realia untuk diamati dan mencari jawaban dalam tugas kelompok. Sehingga siswa menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

TINDAKAN

Kondisi Akhir a. Hasil belajar meningkat b. Aktivitas siswa meningkat

c. Keterampilan guru dalam mengajar meningkat.

a. Hasil belajar siswa rendah

b. Keaktifan siswa rendah c. Pembelajaran berpusat

pada guru Guru belum

menggunakan media realia dalam penerapan metode

inkuiri terbimbing

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa kemiringan lereng dan penggunaan lahan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah (Tabel 2). Namun, berdasarkan pengamatan

Untuk jenis Sertifikasi kompetensi kerja sektor industri Migas diluar Pemboran (Penyelidikan Seismik,Perawatan Sumur, Operasi Produksi, Crane Operator & Rigger,

MISI MENINGKATKAN FASILITAS DAN AKSEBILITAS SARANA PRASARANA DASAR/UMUM DESA I. BIDANG PEMBANGUNAN DESA.. 1). Program Peningkatan Aksebilitas Sarana Prasarana Dasar/Umum a.

Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin muncul dalam penjualan on-line berbasis media sosial yaitu: a) Kualitas produk yang tidak pasti. Karena calon pembeli tidak

Pelanggan, merupakan orang yang melakukan proses pemesanan menu meliputi memilih kategori, memilih menu, memilih jumlah menu, melihat harga pesanan dan melihat

Dalam suatu penyalahgunaan narkoba secara tidak langsung menimbulkan korban. Untuk mengatasi korban penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan tindakan-tindakan yang baik agar

Dengan demikian, peran guru dalam pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Trianto (2008:135) adalah: pertama sebagai motivator yaitu memberi rangsangan supaya siswa aktif