• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DENGAN DUE PROFESSIONAL CARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DENGAN DUE PROFESSIONAL CARE SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH:

KHAIRUL AMRI HASIBUAN 167017039

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2019

(2)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Akuntansi

167017039

OLEH:

KHAIRUL AMRI HASIBUAN 167017039

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2019

(3)
(4)

Pada Hari Senin Tanggal 04 Februari 2019

Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Dengan Due Professional Care Sebagai Variabel Moderating Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

Nama Mahasiswa : Khairul Amri Hasibuan

NIM : 167017039

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Ketua Penguji/Pembimbing Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji/Pembimbing Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Anggota Penguji

Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA Anggota Penguji

Dr. Rujiman, M.Si Anggota Penguji

(5)
(6)
(7)

3. Alamat: Perumahan Madani Al Badar Blok A1 No.25 Jl. Klambir V Gg. Albadar 6, Tj. Gusta, Medan

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Pekerjaan : Wiraswasta

7. Status : Menikah

8. Alamat Email : [email protected] 9. Orangtua : Alm. Bakti Hasibuan

Misriani 10. Pendidikan:

a. Lulus SD Negeri 095243, Simalungun tahun 2001;

b. Lulus SMP Negeri I Bandar, Simalungun Tahun 2004;

c. Lulus SMA Negeri I Bandar, Simalungun Tahun 2007;

d. Lulus D3 Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Tahun 2011;

e. Lulus S1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Tahun 2015; dan

f. Lulus S2 Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Tahun 2019.

(8)

Rekan Cabang Medan;

2014-2015 : Manager Keuangan Rumah Sakit Madani;

2015-sekarang : Supervisor Auditor Kantor Akuntan Publik Khairul

2012-sekarang : CEO Rekan Institute Konsultan & Training (rekan-institute.com) 2018-sekarang : Direktur CV. Rekan Bisnis Andalan

2018-sekarang : Direktur CV. Haluan Samudera Biru 2018-sekarang : Komisaris CV. Harapan Sukses Bersama

2018-sekarang : Direktur Yayasan Bumi Sumatera

(9)

yang Mempengaruhi Kualitas Audit dengan Due Professional Care sebagai Variabel Moderating pada Kantor Akuntan Publik di Medan” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran dalam penyelesaian penyusunan tesis ini.

(10)

7. Bapak Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

8. Bapak Dr. Rujiman, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.

9. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak ternilai kepada orangtua tercinta Almarhum Ayahanda Bakti Hasibuan dan Ibunda Misriani yang telah menanamkan nilai-nilai ketakwaan, ketekunan dan kerja keras dalam diri penulis sendiri serta seluruh keluarga besar penulis mengucapkan terima kasih yang tulus yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepada penulis menyelesaikan pendidikan.

10. Kepada rekan-rekan seangkatan di Program Magister Akuntansi, Ananda Anugrah Nasution, Sakti Fransisko Situmorang, Jhon Raphael Saragih, Hashfi Siregar, Hendro Siallagan, Adri Lopa, Febry Naibaho, Hamzah Fahmi Rangkuti, Nelty Rosmaya Nababan, Malinda Sari Sembiring, Rachel Junita Nainggolan, Windi Astuti, Amira Fitri, Citra Puspita Simatupang, Dameria Saragi, Natalia dan Bastian atas persahabatan, sumbangan pikiran dan bantuan yang penulis terima dari semua pihak selama menjalani pendidikan dan penyelesaian tesis ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

(11)

Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu akuntansi terkhusus audit.

Medan, 04 Februari 2019 Peneliti

KHAIRUL AMRI HASIBUAN 167017039

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan dan menganalisis bahwa due professional care dapat memoderasi hubungan antara independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Medan dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Data yang terkumpul di analisis dengan metode regresi berganda dan uji residual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, perencanaan audit, supervisi audit akuntabilitas dan integritas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya independensi, akuntabilitas dan integritas yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan perencanaan audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan serta supervisi audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel due professional care dalam penelitian ini tidak dapat memoderasi hubungan antara independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas dengan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan.

Kata Kunci : Independensi, Perencanaan Audit, Supervisi Audit, Akuntabilitas, Integritas, Due Professional Care dan Kualitas Audit.

(13)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the influence of independency, audit planning, audit supervision, accountability, and integrity on audit quality partially and simultaneously and to analyze whether due professional care could moderate the correlation of independency, audit planning, audit supervision, accountability, and integrity with audit quality at the public accountant offices in Medan. The research use associative causal methods. The population and the samples were 71 auditors worked at the public accountant offices in Medan. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple regression tests and residual test. The result of the research showed that, simultaneously, independency, audit planning, audit supervision, accountability, and integrity had significant influence on audit quality. Partially, independency, accountability, and integrity had positive and significant influence on audit quality, while audit planning had negative and insignificant influence and audit supervision had positive but insignificant influence on audit quality. The variable of due professional care could not moderate the correlation of independency, audit planning, audit supervision, accountability, and integrity with audit quality at the public accountant offices in Medan.

Keywords: Independency, Audit Planning, Audit Supervision, Accountability, Integrity, Due Professional Care, Audit Quality

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Tim Penguji ... iii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah ... iv

Halaman Pernyataan Originalitas ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Kata Pengantar ... viii

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Originalitas Penelitian ... 12

BAB II TUJUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Teori Atribusi ... 14

2.1.2 Contracting Theory ... 17

2.1.3 Teori Hirarki Kebutuhan ... 18

2.1.4 Independensi ... 20

2.1.5 Perencanaan Audit ... 22

2.1.6 Supervisi Audit ... 27

2.1.7 Akuntabilitas ... 31

2.1.8 Integritas ... 32

2.1.9 Due Professional Care ... 32

2.1.9.1 Skeptisisme Profesional ... 33

2.1.9.2 Keyakinan Memadai ... 34

2.1.10 Kualitas Audit ... 35

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 45

3.1.1 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit ... 48 3.1.2 Pengaruh Perencanaan Audit Terhadap

(15)

Kualitas Audit ... 49

3.1.3 Pengaruh Supervisi Audit Terhadap Kualitas Audit ... 49

3.1.4 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit ... 50

3.1.5 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit .... 51

3.1.6 Due Professional Care mampu memoderasi Independensi, Perencanaan Audit, Supervisi Audit, Akuntabilitas dan Integritas terhadap Kualitas Audit ... 52

3.2 Hipotesis Penelitian ... 53

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 55

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

4.3 Populasi dan Sampel ... 55

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 57

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel .. 58

4.6 Metode Analisis Data ... 64

4.6.1 Uji Kualitas Data ... 64

4.6.2 Analisa Data ... 65

4.7 Statistik Deskriptif ... 66

4.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 66

4.8.1 Uji Normalitas ... 66

4.8.2 Uji Multikolinieritas ... 67

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas ... 67

4.9 Uji Hipotesis ... 68

4.9.1 Uji F (F - test) ... 68

4.9.2 Uji T (T - test) ... 69

4.10 Koefisien Determinasi R-Square (R2) ... 69

4.11 Uji Residual ... 70

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 71

5.1.1 Gambaran Umum Responden ... 71

5.1.2 Statistik Deskriptif ... 74

5.1.3 Uji Kualitas Data ... 76

5.1.3.1 Hasil Uji Validitas Data ... 76

5.1.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 78

5.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 78

5.1.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 78

5.1.4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 79

5.1.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80

5.1.5 Uji Hipotesis Penelitian ... 81

5.1.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 81

(16)

5.1.5.2 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 81

5.1.5.3 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t) ... 82

5.1.5.4 Hasil Uji Residual ... 83

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

5.2.1 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit ... 85

5.2.2 Pengaruh Perencanaan Audit Terhadap Kualitas Audit ... 86

5.2.3 Pengaruh Supervisi Audit Terhadap Kualitas Audit ... 87

5.2.4 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit ... 88

5.2.5 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit .... 88

5.2.6 Due Professional Care mampu memoderasi Independensi, Perencanaan Audit, Supervisi Audit, Akuntabilitas dan Integritas terhadap Kualitas Audit ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 92

6.3 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 100

(17)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Originalitas ... 13

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 37

4.1 Kantor Akuntan Publik di Medan ... 56

4.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 62

5.1 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner ... 71

5.2 Karakteristik Responden Berdasarakan Jenis Kelamin ... 72

5.3 Lama Bekerja Sebagai Auditor ... 72

5.4 Kedudukan di Kantor Akuntan Publik ... 73

5.5 Pendidikan Terakhir ... 73

5.6 Hasil Statistik Deskriptif ... 74

5.7 Hasil Uji Validitas Data ... 77

5.8 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 78

5.9 Hasil Uji Normalitas ... 79

5.10 Hasil Uji Multikolinieritas ... 79

5.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Glesjer) ... 80

5.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 81

5.13 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 82

5.14 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t) ... 82

5.15 Hasil Uji Residual ... 84

(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 46

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I Kuesioner Penelitian ... 100

II Kerangka Konseptuan Sebelum Uji Faktor ... 106

III Surat Jawaban Penyebaran Kuesioner ... 107

IV Hasil Olah Data Kuesioner ... 112

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntan Publik (AP) merupakan seseorang yang memperoleh izin untuk memberikan jasa audit atas informasi keuangan historis, jasa reviu atas informasi keuangan historis, jasa asurans lainnya dan dapat memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Bagi warga negara asing yang telah memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis.

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan usaha berbentuk perseorangan, persekutuan perdata, firma atau bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi akuntan publik baik lokal maupun asing. Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) merupakan usaha dari akuntan publik yang terafiliasi dengan KAP diluar negeri.

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Para pemakai informasi keuangan mendasarkan keputusan berdasarkan informasi yang disajikan oleh menajeman dalam laporan keuangan perusahaan.

(21)

Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan kompetensi yang memadai dan menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di pundak manajemen, bukan di pundak auditor. Tanggung jawab auditor untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak tentang laporan keuangan yang terbebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan (fraud).

Kualitas audit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Untuk menunjang profesionalisme akuntan publik saat melaksanakan tugas auditnya maka akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum menekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh auditor berupa pelatihan dan keahlian teknis dalam melakukan pekerjaan audit. Standar pekerjaan lapangan menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya dan standar pelaporan mengisyaratkan bahwa laporan auditor menyatakan apakah laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi serta mengharuskan auditor menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif. Disamping itu, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik yang disusun oleh IAPI.

Angelo (1981: 186) mendefinisikan kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan

(22)

pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada Independensi. Sementara itu AAA Financial Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa “kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit”.

Mautz dan Sharaf (1961) menekankan dalam tiga dimensi dari independensi itu sendiri sebagai berikut:

1. Programming Independence adalah kebebasan dari pengendalian atau pengaruh orang lain untuk memilih teknik dan prosedur audit dan berapa dalam teknik dan prosedur audit itu diterapkan;

2. Investigative Independence adalah kebebasan untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi dan kebijakan manajerial yang akan diperiksa. Ini berarti tidak boleh ada sumber informasi yang sah yang tertutup bagi auditor; dan 3. Reporting Independence adalah kebebasan untuk menyajikan fakta yang

terungkap dari pemeriksaan atau pemberian rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit dan tahap ini sangat dipengaruhi oleh informasi awal saat pertimbangan penugasan audit. Halim (2015) menyebutkan ada enam langkah dalam perencanaan audit, yaitu: menghimpun pemahaman bisnis dan industri auditan, melakukan prosedur analitis, penilaian awal terhadap materialitas, menilai risiko audit, mengembangkan strategi audit pendahuluan

(23)

untuk asersi yang signifikan dan menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern auditan. Standar Audit (SA) 300 tentang Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan dalam Aktivitas Perencanaan menyatakan bahwa auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang lingkup, waktu dan arah audit serta yang memberikan panduan bagi pengembangan rencana audit.

Komunikasi antara auditor junior dan senior serta supervisor dilaksanakan dengan aktivitas supervisi. Cousins (2004) menyatakan supervisi adalah satu usaha merencanakan, mengatur, mengkoordinir dan mengontrol yang bertujuan untuk mencapai hasil melalui orang lain. Aktivitas supervisi menunjukkan peranan supervisor dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan, pemberian saran dan bimbingan sebagai feedback bagi bawahan dan memberikan dukungan mental bagi bawahan. Jadi, aktivitas supervisi termasuk dalam standar pekerjaan lapangan yang menekankan bahwa pekerjaan harus direncanakan dengan baik dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan baik.

“Penggunaan kemahiran profesional (Due Professional Care) dengan cermat dan seksama menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bergerak dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan” (Rahayu dan Eli, 2010: 42). Penelitian Deis dan Groux (1992) menyatakan bahwa pada konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besaran kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian auditor. Hal ini dapat membuat auditor

(24)

tidak akan dapat bertahan dengan tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka melemah.

Selain itu, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kompetensi dan independensi maka pekerjaan akuntan publik atau auditor dan KAP harus dimonitoring oleh PPPK (peer review) sebagai penelahaan yang dilakukan terhadap KAP untuk menilai apakah KAP tersebut telah mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Pengendalian Mutu (SPM) yang ditetapkan oleh IAPI. Peer review sangat bermanfaat bagi profesi akuntan publik dan KAP untuk memenuhi standar pengendalian mutu profesi akuntan publik memperoleh keuntungan dari peningkatan kinerja dan mutu auditnya. Selain itu peer review dapat dirasakan pula oleh klien, KAP dan akuntan publik terlibat dalam peer review. Manfaat yang diperoleh tersebut untuk meningkatkan mutu praktik auditnya sekaligus dapat meningkatkan reputasinya dan mengurangi timbulnya tuntutan hukum. Sampai dengan tahun 2000, peer review terhadap KAP dan AP di Indonesia dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Saat ini, peer review dilakukan oleh PPPK yang melakukan compliance review dan peer review.

Laporan Profil Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan yang membawahi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) menyatakan bahwa pada tahun 2017 telah diberikan sanksi pembekuan izin kepada 8 akuntan publik dan sanksi pencabutan izin kepada 1 akuntan publik dimana 2 dari 8 akuntan publik yang mendapatkan sanksi

(25)

pembekuan berasal dari Medan. Hal ini disebabkan tidak terpeliharanya dan/atau tidak melengkapi kertas kerja audit sebagai dasar untuk mengeluarkan opini atau pendapat yang tertuang dalam Laporan Akuntan Independen (LAI). Secara kuantitas, dalam kurun 3 tahun terakhir terjadi penurunan sanksi terhadap akuntan publik dimana pada tahun 2014 terdapat 134 akuntan publik yang terkena sanksi administratif oleh Menteri Keuangan yang disebabkan oleh tidak menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan, berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab dan mempunyai integritas yang tinggi, mematuhi dan melaksanakan standar profesional akuntan publik dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan laporan kegiatan usaha, laporan keuangan KAP serta laporan realisasi program tahunan untuk tenaga asing. Namun secara kualitas, terjadi kenaikan sanksi terhadap akuntan publik dari sanksi administratif menjadi sanksi pembekuan hingga pencabutan izin akuntan publik dalam kurun 3 tahun terakhir.

Sedangkan menurut laporan PPPK tahun 2018 menyatakan bahwa telah diberikan sanksi pembekuan izin kepada 3 akuntan publik, 2 akuntan publik tersebut dari Medan dan salah satu dari 2 akuntan publik tersebut sebelumnya telah diberikan sanksi yang sama. Adapun penyebab terjadinya sanksi tersebut: (1) akuntan publik belum sepenuhnya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dalam meyakini kewajaran beberapa saldo akun dan (2) akuntan publik belum melakukan pengujian saldo awal pada perikatan audit tahun pertama (www.pppk.kemenkeu.go.id diakses 12 April 2018)

Pada tahun 2017 salah satu KAP Big Four yang memiliki mitra di Indonesia mendapatkan sanksi berupa denda oleh Badan Pengawas Perusahaan

(26)

Akuntan Publik Amerika Serikat (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB). Berawal ketika KAP di Indonesia mengaudit sebuah perusahaan telekomunikasi, kemudian KAP mitra di AS melakukan kajian atas hasil audit KAP di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower selular. Namun KAP di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian. KAP di Indonesia tersebut akhirnya sepakat membayar denda sebesar US$ 1 juta kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melakukan audit laporan keuangan kliennya (www.bisnis.tempo.co diakses 01 Juni 2018)

Tahun 2017 pula, dua anggota KAP terbesar di dunia dikenakan sanksi denda jutaan poundsterling karena telah gagal dalam auditnya. Hal ini menambah keprihatinan terhadap profesi auditor. Denda yang dikenakan kepada KAP hanya sedikit berpengaruh menghalau KAP tidak jatuh dari standar audit. Selain itu, partner KAP dikenakan suspend atau dilarang memberikan jasa auditnya selama dua tahun (www.cnbcindonesia.com diakses 01 Juni 2018).

Pada tahun 2018, PPPK melakukan pemeriksaan terhadap salah satu KAP Big Four yang memiliki mitra di Indonesia terkait kelalaian atas pelaksanaan audit laporan keuangan pada perusahaan leasing. Dari hasil pemeriksaan, ada beberapa temuan yang didapatkan yakni (1) mengenai scepticisme yang dianggap perlu dimiliki oleh auditor serta pemahaman terhadap sistem pencatatan yang digunakan perusahaan dan (2) pengujian yang dilakukan KAP tidak sampai ke dokumen dasar. Selain itu, laporan opini KAP terhadap perusahaan leasing tersebut bukan

(27)

ditandatangani oleh AP melainkan oleh manajer KAP sejak menjadi klien KAP tersebut. Hal ini terjadi karena perusahaan leasing sejak lama menjadi klien dari KAP tersebut (www.cnbcindonesia.com diakses 01 Juni 2018).

Di tahun yang sama (2018), Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) menangkap seorang AP atas kasus tindak pidana korupsi dan telah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak lama. AP tersebut merupakan terpidana kasus korupsi perhitungan kelebihan Pembayaran Pajak PNS tahun 2001 dan 2002 di Kabupaten Langkat dan tahun 2008 di Kabupaten Simalungun dengan total kerugian negara sebesar Rp. 4,1 miliar. (www.harianbatakpos.com diakses 01 Juni 2018)

Fenomena penurunan kualitas audit tersebut juga dikuatkan dari pernyataan Pakar Audit Forensik dari Universitas Indonesia (UI), Tuanakotta (2012) mengatakan akuntan publik mewaspadai audit failures yaitu seorang akuntan publik bisa saja memberikan pendapat atau opini yang keliru. Hal itu disebabkan karena KAP menerima klien dari industri yang tidak dikuasainya dan tidak ada upaya untuk memahami industri tersebut merupakan salah satu contoh dari benih-benih kegagalan audit, sehingga melemahkan kualitas audit. Ketua Umum IAPI, Adityasih (2011), mengatakan pergantian KAP dimulai sejak tahun 2002 dengan alasan untuk menjaga independensi dan kualitas audit, namun pergantian KAP tidak efektif. Dampaknya banyak KAP yang namanya berubah- ubah dengan mengganti partner untuk menjadikan KAP yang baru dan ketika KAP itu benar-benar baru dalam mengaudit klien, sebenarnya menunjukkan

(28)

sebuah kemunduran dari sebuah kualitas pekerjaan, menyebabkan kualitas audit menurun (www.akuntanonline.com diakses 12 April 2018).

Penelitian Tjun, Marpaung & Setiawan (2012) tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit dan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit secara parsial. Namun kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit secara simultan.

Pohan (2014) meneliti tentang analisis pengaruh keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya perencanaan audit dan supervisi audit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian dan independensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi dalam penelitian ini dapat memoderasi hubungan antara variabel keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit.

Penelitian Rahmina dan Agoes (2014) tentang pengaruh Independensi, audit tenure dan fee audit terhadap kualitas audit anggota forum akuntan pasar modal di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum independensi, audit tenure dan fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

(29)

Penelitian berkenaan dengan kualitas audit sangat berguna bagi KAP dan akuntan publik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas audit tersebut dan selanjutnya meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Bagi para pemakai jasa, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menilai sejauh mana akuntan publik dapat menjaga kualitas jasa yang diberikannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit dengan Due Professional Care sebagai Variabel Moderating pada Kantor Akuntan Publik di Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit secara parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

2. Apakah Perencanaan Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit secara parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

3. Apakah Supervisi Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit secara parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

4. Apakah Akuntabilitasi berpengaruh terhadap Kualitas Audit secara parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

5. Apakah Integritas berpengaruh terhadap Kualitas Audit secara parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

(30)

6. Apakah Independensi, Perencanaan Audit, Supervisi Audit, Akuntabilitas dan Integritas berpengaruh terhadap Kualitas Audit baik secara simultan pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

7. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Independensi dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

8. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Perencanaan Audit dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

9. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Supervisi Audit dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

10. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Akuntabilitas dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

11. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Integritas dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

12. Apakah Due Professional Care dapat memoderasi Independensi, Perencanaan Audit, Supervisi Audit, Akuntabilitas dan Integritas dengan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis independensi, perencanaan audit, supervisi audit,

akuntabilitas dan integritas berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial pada Kantor Akuntan Publik di Medan.

(31)

2. Untuk menganalisis bahwa due professional care dapat memoderasi independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas dengan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan, diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya penelitian sebagai referensi penelitian selanjutnya mengenai akuntansi dan auditing bagi kemajuan dan pengembangan di masa mendatang.

b. Bagi Kantor Akuntan Publik, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran agar kualitas audit yang dihasilkan semakin handal melalui peningkatan independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas untuk setiap audit yang dilaksanakan.

c. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman dan kemampuan intelektual tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit dengan Due Professional Care Sebagai Variabel Moderating Pada Kantor Akuntan Publik di Medan.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian tentang pengaruh kompetensi, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit dengan due professional care sebagai variabel moderating telah banyak dilakukan tetapi belum menghasilkan bukti

(32)

empiris yang konsisten. Penelitian ini juga masih baik untuk diteliti karena masih beragamnya interpretasi terhadap pengaruh independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas terhadap kualitas audit dengan due professional care sebagai variabel moderating.

Penelitian ini mereplikasi penelitian Nur Aisah Pohan (2014). Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah pada penelitian ini dilakukan tahun 2014 studi pada Inspektorat Propinsi Sumatera Utara yang mencoba menguji pengaruh kompetensi, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel moderating.

Adanya keterbatasan pada penelitian sebelumnya maka saya melakukan penelitian ini yang dimaksudkan untuk menguji kembali pengaruh independensi, perencanaan audit, supervisi audit, akuntabilitas dan integritas terhadap kualitas audit dengan due professional care sebagai variabel moderating dan menguji kembali apakah dengan menggunakan teori yang sama serta lokasi yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama atau tidak, sehingga hasil penelitian ini dapat memperkuat atau memperlemah teori yang ada.

Tabel 1.1 Originalitas

Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Dependen Kualitas Audit Kualitas Audit

Independen Kompetensi Independensi Perencanaan Audit Supervisi Audit

Independensi Perencanaan Audit Supervisi Audit Akuntabilitas Integritas

(33)

Moderating Motivasi Due Professional Care

Lokasi Inspektorat Propinsi Sumatera Utara

Kantor Akuntan Publik di Medan

Sampel Auditor di Inspektorat Propinsi Sumatera Utara

Auditor di Kantor Akuntan Publik di Medan

Tahun Penelitian 2014 2018

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi

Robbins (1996) menyatakan bahwa teori atribusi yang ditemukan oleh Heider (1958) yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya kemampuan atau usaha yang dilakukannya.

Sedangkan kekuatan dari luar (external forces) yaitu faktor yang mempengaruhi dari luar dirinya, misalnya seseorang termotivasi untuk memahami sebab-sebab kejadian tertentu. Teori atribusi menjelaskan perilaku seseorang yang disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Dimana Robbins mengembangkan penjelasan tentang cara yang berbeda dalam menilai orang, tergantung pada atribut perilaku tertentu, yang ditunjukan oleh penyebab internal atau eksternal.

Penyebab perilaku internal diyakini berada dibawah kendali pribadi individu.

Penyebab perilaku eksternal dipandang sebagai akibat dari pengaruh luar yaitu perilaku yang terbentuk karena situasi.

Purba (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor internal dan eksternal yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik dan kasus-kasus manipulasi yang melibatkan KAP di seluruh dunia termasuk

(35)

Indonesia yang mengakibatkan turunnya independensi, akuntabilitas dan integritas antara lain:

a. Faktor Eksternal

1) Kurangnya kesadaran anggota pada KAP akan kepatuhan terhadap hukum.

2) Praktik-praktik yang tidak benar dari sebagian auditee menyulitkan independensi dari seorang akuntan publik.

3) Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang ditawarkan auditee tingkat menengah dan kecil.

4) Masih sedikitnya badan usaha yang membutuhkan jasa akuntan publik, khususnya di bidang audit.

b. Faktor Internal

1) Kurangnya kesadaran untuk mengutamakan kode etik dalam menjalankan profesi oleh sebagian anggota yang bekerja di KAP.

2) Mutu pekerjaan audit yang ada kalanya tidak dapat dipertanggung jawabkan karena tenaga yang berkualitas kurang baik.

3) Tidak adanya perhatian yang sungguh-sungguh dari pemimpin KAP akan mutu pekerjaan audit mereka.

4) Orientasi yang lebih mementingkan keuntungan finansial dari pada menjaga nama baik KAP yang bersangkutan.

Penentuan atribusi penyebab apakah individual (internal) atau situasi (eksternal) dipengaruhi oleh tiga faktor menurut Kelly (1972) yaitu:

(36)

a. Konsensus

Konsensus artinya perilaku yang ditunjukkan jika semua orang yang menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama. Apabila konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi internal. Sebaliknya, apabila konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi eksternal.

b. Kekhususan

Kekhususan artinya perilaku yang ditunjukan individu berlainan dalam situasi yang berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap biasa maka akan dinilai sebagai atribusi internal. Sebaliknya, apabila perilaku dianggap suatu hal yang luar biasa maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal.

c. Konsistensi

Konsistensi artinya perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari waktu ke waktu (konsisten). Semakin konsisten perilaku itu, orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal.

Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena akan melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor itu sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.

(37)

2.1.2 Contracting Theory

Laffont dan Tirole, (1993) dalam Tandiontong (2015) menyatakan bahwa teori kontrak pada prinsipnya mempelajari bagaimana pelaku ekonomi dapat membangun kesepakatan kontrak yang efisien/optimal, umumnya dalam keadaan ketidakpastian dan adanya informasi yang asimetris. Ketidakpastian muncul karena para pihak tidak dapat sepenuhnya memprediksi dan menuangkan ke dalam kontrak apa yang akan terjadi selama periode kontrak berlangsung, dimana kejadian tersebut dapat mempengaruhi hak dan kewajiban dari para pihak, seperti hak dan kewajiban klien dengan hak dan kewajiban Kantor Akuntan Publik.

Informasi asimetris terjadi karena penyedia dianggap memiliki informasi tentang biaya produksi dan level of effort yang tidak diketahui oleh pembeli.

Informasi asimetris juga dapat timbul ketika terjadi perubahan desain setelah kontrak ditandatangani (misalnya karena kegagalan desain, kondisi lingkungan dan lokasi yang tidak dapat diantisipasi, perubahan regulasi dan lain- lain). Masalah seperti ini sangat sulit diprediksi oleh para pihak. Namun demikian, sekali masalah tersebut muncul dan diketahui maka penyedia pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik terkait dengan permasalahan yang dihadapi, metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah, serta konsekuensi biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan perubahan. Perencanaan audit menyediakan landasan untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor sejauhmana pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan anggaran

(38)

waktu yang ditetapkan (Waygon dan Cashell, 2007) dalam Tandiontong (2015).

Semakin baik perencanaan audit maka hasil audit akan berkualitas baik (Pohan, 2014).

Spicer (2003) dalam Tandiontong (2015) menyatakan bahwa teori kontrak ini digunakan untuk menjelaskan bahwa KAP merupakan kumpulan kontrak- kontrak antara berbagai kepentingan, meliputi kontrak partner dengan klien, dengan junior auditor, karyawan KAP, Pemerintah dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan KAP. Hal senada dikemukakan oleh Scott (2000:

76) bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dalam hal ini, antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki.

Auditor berkewajiban untuk merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Perencanaan audit juga memerlukan supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut telah tercapai (Jusup, 2001).

2.1.3 Teori Hirarki Kebutuhan

Maslow (1954) sebagaimana yang dikutip oleh As‟ad (2012) menyatakan bahwa kebutuhan individu dapat disusun dengan cara hirarki. Kebutuhan tersebut

(39)

digolongkan menjadi lima tingkatan yang meliputi: (1) kebutuhan biologis, (2) kebutuhan akan keamanan saat bekerja, (3) kebutuhan akan penerimaan, penghargaan, prestasi dan keterlibatan dalam lingkungan tempatnya berada, (4) kebutuhan akan harga diri dan (5) kebutuhan akan keinginan untuk berbuat yang lebih baik. Konsep teori hirarki kebutuhan ini menyebutkan bahwa pemenuhan tiap tingkat kebutuhan tergantung pada kepentingan tiap individu. Luthans (2006) menyatakan bahwa teori hirarki kebutuhan memberikan konsep yang cukup penting dan dapat digunakan hingga saat ini. Poin penting dari teori ini tidak terletak pada jumlah dan nama tingkat maupun konsep hirarki, tetapi terletak pada fakta bahwa karyawan ditermpat kerja mempunyai motivasi yang berbeda, beberapa diantaranya memiliki motivasi tingkat tinggi.

Berdasarkan teori ini, untuk memotivasi tim audit, pimpinan perlu memahami bahwa kebutuhan tim audit tidak terbatas pada kebutuhan tingkat dasar, tetapi dapat pula berada pada tingkat yang lebih tinggi. Luthans (2006) menambahkan teori hirarki kebutuhan bahwa jika satu tingkat kebutuhan dipenuhi, tingkat tersebut tidak memotivasi lagi. Tingkat kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya diaktifkan untuk memotivasi individu, artinya adalah pekerjaan audit merupakan pekerjaan tim dimana anggota tim audit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sehingga membutuhkan penerimaan dari supervisor berupa tindakan supervisi yang efektif. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat ketiga. Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk memberikan

(40)

rekomendasi perbaikan kinerja auditee. Supervisi yang baik menghasilkan kualitas audit yang baik (Pohan, 2014).

2.1.4 Independensi

Independensi merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan terhadap auditee-nya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan, memperoleh kepercayaan dari auditee dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh auditee. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang auditor miliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan independensinya (Christiawan, 2002).

Definisi independensi menurut Boynton et al (2003: 66) merupakan dasar dari profesi auditing. Hal ini berarti bahwa auditor akan bersikap netral terhadap entitas, dan oleh karena itu akan bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.

Standar Auditing (SA) Seksi 220 dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 Alinea 2 (2011), dijelaskan bahwa independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Akuntan Publik tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia

(41)

akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Independensi menurut Arens et al (1996:111) berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interprestasi lain atas independensi ini. Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP (2008: 47) menyatakan independensi pada dasarnya merupakan state of mind atau sesuatu yang dirasakan oleh masing-masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung.

Pusdiklatwas BPKP (2008: 48) independensi dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, yakni independensi praktisi dan independensi profesi. Secara lengkap hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Independensi Praktisi

Merupakan independensi yang faktual atau nyata yang diperoleh atau dipertahankan oleh auditor dalam seluruh rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga merupakan kondisi ideal yang harus diciptakan oleh auditor.

(42)

2) Independensi Profesi

Merupakan independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas.

Independensi menurut tinjauan ini sering pula dinamakan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Independensi menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah independen, maka segala hal yang dilakukan serta pendapatnya tidak akan mendapat penghargaan dari publik atau pemakainya.

“Independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif”

(Rahayu dan Eli, 2010: 41). Independensi seorang auditor akan terpengaruh apabila mempunyai hubungan dan kepentingan dengan auditee-nya, serta adanya gangguan baik dari pribadinya sendiri maupun dari pihak ekstern. Apabila seorang auditor dapat mempertahankan sikap mental independen sepanjang pelaksanaan auditnya, maka masyarakat pengguna laporan keuangan akan mempercayai audit dan kesimpulan sebagai hasil auditnya.

2.1.5 Perencanaan Audit (Audit Planning)

SA seksi 300 tentang Perencanaan Audit atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa perencanaan suatu audit menetapkan suatu strategi audit secara keseluruhan untuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit.

Perencanaan yang cukup bermanfaat dalam audit laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut:

(43)

1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang penting dalam audit.

2. Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu.

3. Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan audit dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

4. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan dengan tingkat kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang diantisipasi, dan penugasan pekerjaan yang tepat kepada mereka.

5. Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan dan penelaahan atas pekerjaan mereka.

6. Membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan oleh auditor komponen dan pakar.

Perencanaan audit menyediakan landasan untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor sejauhmana pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan anggaran waktu yang ditetapkan (Waygon dan Cashell, 2007). Auditor berkewajiban untuk merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Perencanaan audit juga memerlukan supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim

(44)

audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut telah tercapai (Jusup, 2001).

SA 300 juga menyebutkan perencanaan audit dari seorang auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan ruang lingkup, waktu dan arah audit serta yang memberikan panduan bagi pengembangan rencana audit. Dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus:

(a) mengindentifikasi perikatan audit yang mendefinisikan ruang lingkupnya, (b) memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan waktu audit dan sifat komunikasi yang disyaratkan; (c) mempertimbangkan faktor-faktor yang, menurut pertimbangan profesional auditor, signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan; (d) mempertimbangkan hasil aktivitas awal perikatan dan, jika relevan, apakah pengetahuan yang diperoleh dari perikatan lain yang telah dilaksanakan oleh rekan perikatan adalah relevan untuk entitas yang akan diaudit; dan (e) memastikan sifat, saat dan luas sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan.

Sifat, saat dan luas arahan dan supervisi anggota tim perikatan, dan penelaahan hasil kerja mereka bervariasi, tergantung dari banyak faktor, termasuk (a) ukuran dan kompleksitas entitas, (b) area audit, (c) risiko kesalahan penyajian material yang dinilai (sebagai contoh, suatu peningkatan dalam risiko kesalahan penyajian material yang dinilai untuk suatu area audit umumnya sejalan dengan peningkatan dalam luas dan ketepatan waktu dari arahan dan supervisi anggota tim perikatan, dan penelaahan yang lebih detail atas hasil kerja mereka) dan (d)

(45)

kemampuan dan kompetensi setiap anggota tim perikatan dalam melaksanakan pekerjaan audit (SA seksi 300).

Menurut Pohan (2014), proses penetapan strategi audit secara keseluruhan membantu auditor untuk menentukan hal-hal sebagai berikut, tergantung dari penyelesaian prosedur penilaian risiko oleh auditor:

1. Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti penggunaan anggota tim dengan pengalaman yang tepat untuk area berisiko tinggi atau keterlibatan pakar dalam hal-hal yang kompleks;

2. Jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti jumlah anggota tim yang ditugasi untuk mengamati penghitungan persediaan fisik di lokasi dengan persediaan yang material, luas penelaahan atas hasil kerja auditor lain dalam konteks audit atas suatu grup, atau anggaran jam kerja audit yang dialokasikan untuk area berisiko tinggi;

3. Kapan sumber daya tersebut dialokasikan, seperti apakah pada tahap audit interim atau pada tanggal pisah batas utama; dan

4. Bagaimana sumber daya tersebut dikelola, diarahkan dan di supervisi seperti kapan akan dimulai dan diakhiri rapat tim, bagaimana penelaahan dilakukan oleh rekan perikatan dan manajer perikatan (sebagai contoh, apakah dilakukan di lapangan atau di kantor), dan apakah perlu dilakukan penelaahan pengendalian mutu perikatan.

Ketika strategi audit secara keseluruhan telah ditetapkan, rencana audit dikembangkan untuk merespons berbagai hal yang diidentifikasi dalam strategi

(46)

audit secara keseluruhan, dengan memperhatikan kebutuhan untuk mencapai tujuan audit melalui penggunaan secara efisien sumber daya yang dimiliki oleh auditor. Penetapan strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit yang terperinci belum tentu menjadi suatu proses yang terpisah atau yang berurutan, tetapi saling erat terkait karena perubahan dalam satu proses dapat mengakibatkan perubahan dalam proses lainnya. Sebagai akibat dari peristiwa yang tidak diduga, perubahan dalam kondisi, atau bukti audit yang diperoleh dari hasil prosedur audit, auditor mungkin perlu untuk memodifikasi strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit, dan oleh karena itu turut memodifikasi sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan yang direncanakan, berdasarkan pertimbangan yang telah direvisi atas risiko yang dinilai. Hal ini terjadi ketika informasi yang menjadi perhatian auditor berbeda secara signifikan dengan informasi yang tersedia ketika auditor merencanakan prosedur audit. Sebagai contoh, bukti audit yang diperoleh melalui pelaksanaan prosedur substantif mungkin bertentangan dengan bukti audit yang diperoleh melalui pengujian pengendalian (Pohan, 2014).

Martinov el al (1998) menjelaskan dokumentasi strategi audit secara keseluruhan merupakan suatu catatan atas keputusan-keputusan utama yang dipandang perlu untuk merencanakan audit dengan tepat dan untuk mengomunikasikan hal-hal signifikan kepada tim perikatan. Sebagai contoh, auditor dapat meringkas strategi audit secara keseluruhan dalam bentuk suatu memorandum yang berisi keputusan-keputusan utama tentang ruang lingkup, saat dan pelaksanaan audit secara keseluruhan.

(47)

Dokumentasi rencana audit merupakan suatu catatan atas sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan dan prosedur audit lanjutan pada tingkat asersi sebagai respons atas risiko yang dinilai. Dokumentasi tersebut juga berfungsi sebagai suatu catatan atas perencanaan prosedur audit yang tepat yang dapat ditelaah dan disetujui sebelum prosedur tersebut dilaksanakan. Auditor dapat menggunakan program audit standar atau checklist penyelesaian audit, yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk mencerminkan kondisi perikatan tertentu (Tandiontong, 2015).

Menurut Mahathevan (2003), suatu catatan atas perubahan signifikan terhadap strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit, serta hasil perubahan tersebut terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit yang direncanakan, menjelaskan mengapa perubahan signifikan tersebut dilakukan, dan strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit yang pada akhirnya diterapkan dalam audit.

Catatan tersebut juga mencerminkan respons yang tepat terhadap perubahan signifikan yang terjadi selama audit.

2.1.6 Supervisi Audit (Audit Supervision)

Menurut Pohan (2014), supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk memberikan rekomendasi perbaikan kinerja auditi. Supervisi dalam audit meliputi seluruh aktivitas manajemen audit mulai dari pemberian arahan (perencanaan/planning), penggunaan tenaga ahli dalam audit, pelatihan/training (pengorganisasian), memberikan instruksi (pelaksanaan/actuating), reviu atas

(48)

pekerjaan yang telah dilakukan (controlling) serta upaya penjaminan mutu agar penugasan audit sesuai dengan standar audit yang meliputi pengendalian dan penjaminan kualitas (quality control and quality assurance).

SA seksi 220 tentang Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa supervisi mencakup hal-hal seperti berikut:

1. Memantau kemajuan perikatan audit;

2. Mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan setiap anggota tim perikatan, termasuk apakah mereka diberikan waktu yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya, apakah mereka memahami instruksi yang diberikan, dan apakah pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan pendekatan yang telah direncanakan dalam perikatan audit;

3. Mengarahkan ke hal signifikan yang timbul selama perikatan audit, mempertimbangkan signifikansi hal tersebut dan memodifikasi pendekatan yang telah direncanakan dengan tepat; dan

4. Mengidentifikasi hal yang perlu dikonsultasikan atau dipertimbangkan oleh anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman selama perikatan audit.

Supervisi yang dilakukan berupa bimbingan dan pengawasan terhadap para asisten, diperlukan untuk mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit.

Supervisi harus dilakukan dalam semua penugasan tanpa memandang tingkat pengalaman auditor yang bersangkutan. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereviu pekerjaan yang dilaksanakan, dan meyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit (SA seksi 220).

(49)

SPKN (2007) menjelaskan, luasnya supervisi yang memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi staf audit. Supervisi dilakukan untuk memastikan bahwa:

1. Tim audit memahami tujuan dan rencana audit;

2. Audit diselenggarakan sesuai dengan standar audit yang berlaku;

3. Rencana dan prosedur audit telah diikuti;

4. Kertas kerja audit memuat bukti-bukti mendukung pendapat, simpulan dan rekomendasi;

5. Tujuan audit telah dicapai; dan

6. Laporan audit memuat pendapat, simpulan dan rekomendasi.

Selain supervisi, semua pekerjaan audit harus ditelaah (reviu) oleh ketua tim sebelum tim audit menyelesaikan laporannya, untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan. Supervisi audit sebagaimana diharuskan oleh standar audit yang berlaku bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan mutu audit. Tingginya mutu hasil audit tidak terlepas dari kualitas perencanaan, pelaksanaan maupun penyelesaian audit yang dalam hal ini tercermin dalam kualitas laporan hasil audit melalui tepat isi, tepat waktu, tepat saji dan tepat alamat (tujuan) (SPKN, 2007).

Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 menjelaskan tujuan audit adalah sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu audit, yang telah diidentifikasi mengandung kelemahan dan yang memerlukan perbaikan. Tujuan audit harus jelas, sehingga dapat menjadi pedoman bagi auditor dan dikembangkan selama

(50)

pelaksanaan audit. Tujuan audit ini harus dipahami secara jelas dan dalam persepsi yang sama diantara personil tim audit agar memperlancar pelaksanan tugas audit.

SPKN (2007) menjelaskan, supervisi yang harus dilakukan oleh pengendali teknis adalah untuk mendapatkan atau memberikan pemahaman yang cukup bagi setiap auditor mengenai tujuan audit yang akan dilakukannya. Untuk itu pengendali teknis haruslah mempunyai bahan dan pengalaman yang cukup agar menguasai secara mantap dan mampu memberikan pemahaman secara jelas mengenai tujuan audit kepada tim audit. Bahan-bahan yang perlu dikuasai sebelum penugasan adalah:

1. Mandat audit atau dasar hukum audit;

2. Tujuan audit; dan 3. Ruang lingkup audit.

Mandat audit atau dasar hukum audit merupakan dasar kewenangan untuk melakukan audit terhadap auditan. Tujuan audit merupakan hasil yang hendak dicapai dari suatu audit, secara lebih khusus tujuan audit tersebut antara lain : 1. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yang berlaku;

3. Menilai apakah kegiatan dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif;

dan

4. Mendeteksi adanya kecurangan.

Sedangkan ruang lingkup audit merupakan periode dan kegiatan/fungsi/program yang sesuai dengan tujuan audit dalam suatu entitas.

(51)

Pengendali teknis perlu meyakini pemahaman tim audit terhadap tujuan kerja yang akan dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan partisipasi aktif dari semua anggota tim. Pemahaman terhadap tujuan audit ini akan memantapkan perumusan tujuan audit yang akan dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana kerja, program kerja ataupun dalam pelaksanaan tugas audit nantinya (Pohan, 2014).

Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk memberikan rekomendasi perbaikan kinerja auditi. Supervisi yang baik menghasilkan kualitas audit yang baik (Pohan, 2014).

2.1.7 Akuntabilitas

Tetclock dan Kim (1987) mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelompok yang diberikan instruksi diawal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibandingkan

(52)

dengan kelompok lainnya. Mereka melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang lebih dapat dipercaya dan realistis.

“Erat kaitannya dengan akuntabilitas seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu.

Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan” (Libby dan Luft, 1993). Chaikan (1980) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak.

2.1.8 Integritas

Pusdiklatwas BPKP (2008: 21) menyatakan integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2008:

22). Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip.

(53)

Berdasarkan Kode Etik Akuntan Publik (2011) seksi 100 menyatakan bahwa integritas adalah unsur karakter yang mendasar bagi pengakuan profesional. Integritas memfokuskan seorang akuntan publik untuk bertindak jujur, tegas dan tanpa memihak kepada pihak lain.

2.1.9 Kemahiran Profesional (Due Professional Care)

Standar umum ketiga, SA seksi 230 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care).

Secara khusus dalam audit, SPAP menjelaskan bahwa kemahiran professional didasari pada skeptisisme (kehati-hatian) profesional dan keyakinan yang memadai terhadap data yang diperoleh sebagai indikator.

Kemahiran profesional menurut Arens et al (1996: 43) bahwa auditor adalah “profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama. Kecermatan mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumen audit, kecukupuan bukti audit, serta ketepatan laporan audit”.

2.1.9.1 Skeptisisme Profesional

Skeptisme menurut Tuanakotta (2011: 21) merupakan bagian penting dari filsafat. Melalui filsafat dan pemikiran disiplin ilmu, skeptisme menjadi bagian dari kosakata auditing. Auditing melandaskan profesi akuntansi, maka istilah yang digunakan adalah professional skepticism (skeptisime profesional).

Salah satu penyebab dari suatu gagal audit (audit failure) adalah rendahnya skeptisisme profesional.

(54)

“Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit” (Rahayu dan Eli, 2010: 42). International Federation of Accountants (IFAC) mendefenisikan skeptisme profesional dalam konteks evidence assessment atau penilaian atas bukti audit “skepticism means the auditor makes a critical assessment, with a questioning mind, of the validity of audit evidence abtained and is alert to audit evidence that condradicts or brings into question the reliability of document and responses to inquiries and other information obtained from management and those charged with governance” (ISA 200.16). Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari skeptisisme profesional dalam definisi IFAC adalah 1) ada penilaian yang dari bukti audit yang diterima, 2) selalu berpikir untuk mempertanyakan, 3) keabsahan bukti audit, 4) waspada terhadap bukti audit yang kontradiktif, 5) mempertanyakan keandalan dokumen dan jawaban atas pertanyaan serta informasi lain dan 6) yang diperoleh dari manajemen dan mereka yang berwenang dalam pengelolaan perusahaan.

2.1.9.2 Keyakinan Memadai

Tujuan auditor independen adalah memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan mengelola bukti audit tersebut dengan cermat dan seksama guna menilai bahwa laporan keuangan disajikan bebas dari salah saji material, baik karena kekeliruan atau kecurangan (fraud). Auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu, salah saji karena kekeliruan atau kecurangan yang ada dalam laporan keuangan tidak berarti bahwa dengan sendirinya merupakan bukti 1) kegagalan untuk memperoleh keyakinan

Gambar

Tabel 1.1  Originalitas
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 5.7  Hasil Uji Validitas
Tabel 5.8   Hasil Uji Reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aplikasi pengolahan data pasien rawat inap ini dapat memberikan kemudahan kepada bagian administrasi rumah sakit karena dengan adanya program ini, pengelolahan data pasien

[r]

[r]

dituangkan dalam skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Belanja Pasar Cimol Gedebage Sebagai Daya Tarik Wisata Kota Bandung”. 1.2

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tindakan SADARI mahasisiwi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 dalam kategori kurang (total skor <60%) yaitu 78,8%.. Keteraturan

Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan membuat algoritma pengolahan citra yang dibangun dengan menggunakan

Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Hasil dari penelitian ini dapat mengungkap dan membuktikan teori kecerdasan majemuk, terutama kecerdasan