• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN GANGGUAN KULIT PEKERJA STASIUN BASAH PABRIK PTPN III KEBUN GUNUNG PARA TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN FASILITAS SANITASI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN GANGGUAN KULIT PEKERJA STASIUN BASAH PABRIK PTPN III KEBUN GUNUNG PARA TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN GANGGUAN KULIT PEKERJA

STASIUN BASAH PABRIK PTPN III KEBUN GUNUNG PARA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

RIZKY MUHARRAM HIDAYAT NIM. 141000617

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN GANGGUAN KULIT PEKERJA

STASIUN BASAH PABRIK PTPN III KEBUN GUNUNG PARA

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIZKY MUHARRAM HIDAYAT NIM. 141000617

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 24 Januari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.

Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S.

2. Ir. Kalsum, M.Kes.

(5)

iii

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Hubungan Fasilitas Sanitasi dan Personal Hygiene dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Stasiun Basah Pabrik Ribbed Smoke Sheet di PTPN III Kebun Gunung Para pada Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2019

Rizky Muharram Hidayat

(6)

iv Abstrak

Pekerja pabrik karet berisiko terkena gangguan kulit akibat bersentuhan dengan lateks dan asam format. Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan yaitu fasilitas sanitasi dan personal hygiene. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan fasilitas sanitasi dan personal hygiene dengan gangguan kulit pekerja stasiun basah pabrik PTPN III Kebun Gunung Para Tahun 2018. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian lembar observasi dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square dengan a = 0,05. Populasi pekerja di stasiun basah sebanyak 30 pekerja dan sampel yang diambil sebanyak 30 orang.

Hasil penelitian menemukan PTPN III Kebun Gunung Para memiliki dua fasilitas sanitasi, dimana fasilitas sanitasi bagian koagulasi hasilnya baik dan bagian penggilingan tidak memenuhi syarat. Kondisi personal hygiene pekerja sebagian besar berada dalam kondisi yang tidak baik. Hasil penelitian menemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara fasilitas sanitasi dan gangguan kulit (p=0,361).

Terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan gangguan kulit (p=0,006). Peneliti menyarankan kepada PTPN III Gunung Para agar melengkapi fasilitas sanitasi yang belum memenuhi syarat dan menyarankan kepada pekerja stasiun basah untuk meningkatkan kebersihan diri agar terhindar dari gangguan kulit.

Kata kunci : Gangguan kulit, personal hygiene, sanitasi

(7)

v

Rubber factory workers are at risk of developing skin disorders due to contact with latex and formid acid. Other factors that might be related are sanitation facilities and personal hygiene.The purpose of this analytical survey study with cross sectional design was toanalyze the relationship between sanitation facilities and personal workers hygiene with skin disorder at Wet Station in PTPN III Kebun Gunung Para Ribbed Smoke Sheet Factory 2018. This research is analytical survey with cross sectional design.Data was collected by filling out observation sheet and questionnaires. The data was analyzed by univariate and bivariate using chi square test with a= 0,05 The entire study population are wet station workers in the RSS Factory 30 people and samples in this study were 30 people. The research found PTPN III Kebun Gunung Para has two sanitation facilities where the sanitation facilities of the coagulation section meet the requirements and the grinding part does not meet the requirements. The conditions of personal hyiene of workers are mostly in poor condition. The results of the study found no relationship between sanitation facilities and skin disorders (p=0,361). There was related between personal hygiene and skin disorders (p=0,006). It is suggested to PTPN III Kebun Gunung Para to improve their sanitation facilities, especially toilets, thus becoming eligible sanitation facilities health. So that workers’ personal hygiene is better and protected from skin disorder.

Keywords : Personal hygiene, sanitation, skin disorder

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia–Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Fasilitas Sanitasi dan Personal Hygiene dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Pabrik PTPN III Kebun Gunung Para Tahun 2018”.

Penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik dari segi materil maupun moril, untuk itu penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak bimbingan, arahan, masukan, motivasi, kritik dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dalam membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

vii

nasihat, serta saran yang sangat membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dan pegawai PTPN III Medan yang telah memberikan penulisan izin untuk melakukan penelitian.

8. Orangtua penulis yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, motivasi, semangat, dan doa yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan.

9. Putriani Saragih selaku teman yang menemani saat melakukan survei penelitian.

10. Semua pihak yang telah membantu baik dalam bentuk moril maupun materil yang namanya tidak dapat disebutkan oleh penulis satu per satu.

Penulis memahami sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangatlah diharapkan guna menyempurnakan hasil penelitian skripsi ini.

Medan, Januari 2019

Rizky Muharram Hidayat

(10)

viii Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Riwayat Hidup xiii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Sanitasi 7

Sanitasi Lingkungan Kerja Industri 7

Toilet 7

Air bersih 8

Personal Hygiene 9

Hal-hal yang mencakup personal hygiene 9

Definisi Kulit 12

Anatomi kulit 12

Fungsi kulit 13

Penyakit kulit ... 14

Penyebab penyakit kulit ... 15

Klasifikasi penyakit kulit ... 16

Pengolahan Getah Karet ... 17

Landasan Teori 22

Kerangka Konsep 23 Hipotesis Penelitian ... 24

Metode Penelitian 25

Jenis Penelitian ... 25

(11)

ix

Populasi dan Sampel ... 25

Metode Pengumpulan Data ... 25

Variabel dan Definisi Operasional ... 26

Teknik Pengolahan Data ... 28

Teknik Analisis Data ... 28

Hasil Penelitian 30

Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

Gambaran umum perusahaan ... 30

Lokasi penelitan ... 30

Visi dan misi perusahaan ... 31

Karakteristik Pekerja Stasiun Basah ... 31

Jenis kelamin ... 32

Umur ... 32

Masa kerja ... 33

Pendidikan ... 33

Jumlah Pekerja pada Stasiun Basah ... 33

Fasilitas Sanitasi ... 34

Personal Hygene ... 36

Gangguan Kulit ... 36

Analisis Bivariat ... 37

Hubungan fasilitas sanitasi dengan gangguan kulit ... 37

Hubungan personal hygiene dengan gangguan kulit ... 38

Pembahasan 39

Hubungan Fasilitas Sanitasi dengan Gangguan Kulit ... 39

Hubungan Personal Hygiene dengan Gangguan Kulit ... 40

Keterbatasan Penelitian 42

Kesimpulan dan Saran 43

Kesimpulan 43

Saran 43

Daftar Pustaka 45

Lampiran 47

(12)

x Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Pria 7

2 Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Wanita ... 8

3 Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Jenis Kelamin 32

4 Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Umur ... 32

5 Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Masa Kerja ... 33

6 Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Pendidikan ... 33

7 Distribusi Jumlah Pekerja pada Stasiun Basah ... 34

8 Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi Bagian Penggilingan ... 34

9 Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi Bagian Koagulasi ... 35

10 Distribusi Kondisi Personal Hygiene pada Pekerja ... 36

11 Distribusi Berdasarkan Kondisi Gangguan Kulit ... 36

12 Hubungan Fasilitas Sanitasi dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Tahun 2018 37

13 Hubungan Personal Hygiene dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Tahun 2018 38

(13)

xi

No Judul Halaman

1 Bagan proses pengolahan lateks... 18 2 Kerangka konsep ... 23

3 Toilet bagian penggilingan 60

4 Bagian dalam toilet bagian penggilingan 60

5 Toilet bagian koagulasi untuk pria 61

6 Toilet bagian koagulasi untuk wanita 61

7 Tanki penyimpanan air bersih 62

8 Kondisi pekerja koagulasi saat bekerja 62 9 Kondisi pekerja penggilingan saat bekerja 63 10 Kondisi salah satu tangan pekerja koagulasi saat bekerja 63 11 Kondisi salah satu tangan pekerja penggilingan saat bekerja 64 12 Kondisi salah satu tangan pekerja wanita

bagian koagulan saat bekerja 64

(14)

xii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi ... 47

2 Kuesioner Penelitian ... 48

3 Surat Izin Penelitian ... 51

4 Surat Selesai Melakukan Penelitian ... 52

5 Output SPSS ... 53

6 Master Data ... 56

7 Denah Stasiun Basah ... 59

8 Dokumentasi... 60

(15)

xiii

Penulis bernama Rizky Muharram Hidayat berumur 22 tahun, dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 20 Mei 1996. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yayat Hidayat dan Ibu Any Arsany.

Pendidikan formal penulis, dimulai di TK Angkasa Kota Pekanbaru tahun 2001. Pendidikan sekolah dasar di SDN 003 Marpoyan Damai Kota Pekanbaru tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMPN 008 Kota Pekanbaru tahun 2008- 2011, sekolah menengah atas di SMAN 004 Kota Pekanbaru tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2014-2019.

Medan, Januari 2019

Rizky Muharram Hidayat

(16)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatanmasyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes, 2009). Pekerja juga berhak mendapatkan derajat kesehatan yang setingi-tingginya, salah satunya yaitu denganmelakukan perlindungan tenaga kerja. Perlindungan bertujuan agar tenaga kerja aman melakukan pekerjaan sehari-hari, untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agen penyakit namun apabila manusia tidak bisa mengendalikan agen penyakit maka terjadi ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Gordon (2000), bahwa hubungan antara manusia (host), penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi-interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan.Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 22 disebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantive berupa fisik,

(17)

kimia atau biologis termasuk perubahan perilaku.

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana telah dikemukakan oleh Hendrik L. Blum. Faktor- faktor dimaksud antara lain: faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Dimana faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat (Kusnoputranto, 2000). Lingkungan dapat menjadi wadah terjadinya penyakit menular. penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, baik bakteri, virus, maupun jamur, yang bisa ditularkan melalui udara, air maupun tanah sebagai media penularan. Salah satu penyakit menular tersebut adalah penyakit kulit.

Personal hygiene dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit kulit.Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhikebutuhannnya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan memiliki gangguan personal hygiene jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Lingkungan dan personal hygiene dapat menjadi faktor yang menyebarkan agen penyebab penyakit kulit. Penyakit kulit adalah penyakit yang umum terjadi pada semua usia, kulit merupakan bagian sensitif terhadap bermacam-macam penyakit. Penyakit kulit dapat disebaban oleh beberapa faktor yaitu kebiasaan

(18)

3

hidup dan lingkungan. Penyakit kulit dapat berkembang pada personal hygiene dan keadaan kebersihan lingkungan yang buruk.

Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat sensitif terhadap berbagai macam penyakit kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit.Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).Berdasarkan data dari United States Bureau of Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapati 24%kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Jumlah kelainan yang dilaporkan paling banyak ditemukan pada pekerja pabrik.

Pada pekerja perkebunan karet memungkinkan terjadinya gangguan kulit khususnya dermatitis kontak karena berpaparan langsung dengan bahan kimia yang sering digunakan dalam penggumpalan lateks yaitu asam formiat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartantyo (2013) dengan judul pengaruh asam semut terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja di perusahaan pengolahan karet di Palembang menemukan dari 143 responden diperoleh 57,3%

pekerja di area basah (kadar asam semut tinggi), menderita dermatitis kontak iritan. Pada uji statistik didapat ada hubungan bermakna antara paparan asam semut tinggi dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan p <0,001, dan risiko 24 kali lipat.

Asam formiat dengan rumus molekul HCOOH merupakan bahan kimia iritan cair. Bahan kimia ini dapat menimbulkan peradangan atau sensitisasi bilakontak dengan permukaan tubuh yang lembab, seperti kulit, mata, dan saluran

(19)

pernafasan. Asam formiat atau biasa disebut asam semut adalah pereduksi kuat, digunakan dalam pencelupan warna kain wol, electroplating, menggumpalkan lateks karet, regenerasi karet tua, penyamakan kulit dan sebagainya. Asam formiat dapat mengiritasi kulit menyebabkan luka bakar, peradangan kulit ditandai dengan rasa gatal, kulit bersisik, kemerahan, dan kadang-kadang melepuh (Riawan, 1990).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Eva Kurniasih (2015) dengan judul faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan kulit pada masyarakat di desa puguk kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya menemukan bahwa kuantitas karet yang direndam mempengaruhi pH air, semakin banyak jumlah karet yang direndam mengakibatkan pH air menjadi tidak normal yang diakibatkan dari aktifitas penambahan zat kimia dalam proses pengolahannya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya alergi dan terpapar penyakit kulit.

Berdasakan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di pabrik pengolahan karet yang terdapat di PTPN III Kebun Gunung Para kabupaten Serdang Bedagai, terdapat jumlah pekerja 30 orang dan pada saat bekerja kurang menjaga kebersihan diri antara lain tidak menggunakan sarung tangan dan tidak mencuci tangan sehabis bekerja. Beberapa pekerja juga mengeluhkan gatal-gatal pada kulit, kulit kemerahan dan gejala gangguan kulit lainnya yang mereka alami.

Pabrik pengolahan karet yang terdapat di PTPN III Kebun Gunung Para kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu pabrik yang mengolah karet menjadi bahan setengah jadi dimana pada proses pengolahan karet dibagi dua yaitu pengolahan karet menjadi crumb rubber dan pengolahan karet menjadi

(20)

5

ribbed smoke sheet. Pengolahan karet menjadi ribbed smoke sheetterdapat beberapa bagian proses kerja, salah satu bagian proses kerja nyaadalah mengolah lateks menjadi koagulan dan menggilingnya, kedua bagian proses kerja tersebut berada di bagian stasiun basah dimana sering berhubungan dengan air.

Oleh karena itu dari permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul “Hubungan Fasilitas Sanitasi dan Personal Hygiene dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Pabrik PTPN III Kebun Gunung Para Tahun 2018”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan fasilitas sanitasi dan personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja stasiun basah pabrik ribbed smoke sheet di PTPN III Kebun Gunung Para pada tahun 2018?

Tujuan

Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fasilitas sanitasi dan personal hygiene dengan timbulnya gejala gangguan kulit pada pekerja bagian stasiun basah di pabrik pengolahan ribbed smoked sheet PTPN III Kebun Gunung Para Tahun 2018

Tujuan khusus.

1. Untuk mengetahui hubungan fasilitas sanitasi dengan timbulnya gejala gangguan kulit pada pekerja di bagian stasiun basah pabrik pengolahan ribbed smoked sheet PTPN III Kebun Gunung Para.

(21)

2. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan timbulnya gangguan kulit pada pekerja di bagian stasiun basah pabrik pengolahan ribbed smoked sheet PTPN III Kebun Gunung Para.

Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai keluhan timbulnya gejala gangguan kulit yang dialami tenaga kerja di bagian stasiun basah pabrik pengolahan ribbed smoked sheet di PTPN III Kebun Gunung Para.

2. Menambah studi kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan untuk menjadi masukan bagi peneliti berikutnya.

(22)

7

Tinjauan Pustaka

Sanitasi

Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.

Sanitasi Lingkungan Kerja Industri

Sanitasi lingkungan Kerja adalah usaha mencegah penyakit di tempat kerja dengan cara menghilangkan atau mengendalikan factor-faktor di lingkungan kerja yang dapat berperan dalam pemindahan penyakit.

Toilet. Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC, peturasan dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja.Jamban karyawan wanita terpisah dengan jamban untuk karyawan pria. Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut :

1. Untuk karyawan pria : Tabel 1

Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Pria

Jumlah Karyawan

Jumlah Kamar Mandi

Jumlah Jamban/WC

Jumlah Peturasan

Jumlah Wastafel

S/d 25 1 1 2 2

26 s/d 50 2 2 3 3

51 s/d 100 3 3 5 5

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

(23)

2. Untuk karyawan wanita : Tabel 2

Persyaratan Jumlah Toilet Karyawan Wanita

Jumlah Karyawan Jumlah Kamar Mandi Jumlah Jamban/WC Jumlah Wastafel

S/d 20 1 1 2

21 s/d 40 2 2 3

41 s/d 70 3 3 5

71 s/d 100 4 4 6

101 s/d 140 5 5 7

141 s/d 180 6 6 8

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

Air bersih. Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Air bersih industri memiliki beberapa persyaratan, yaitu:

1. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60 lt/orang/hari.

2. Air bersih untuk keperluan industry dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

3. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

4. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.

5. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

(24)

9

6. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Personal Hygiene

Menurut Wartonah dan Tarwoto (2003), personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Hal-hal yang mencakup personal hygiene. Kegiatan-kegiatan yang mencakup personal hygiene adalah:

1. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri.

Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita.

Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram

(25)

sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki.

Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki.

2. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.

Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis. Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan sangat dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas kita makan.

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras- keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).

3. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit,

(26)

11

selalu tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman.

Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).

Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegangbayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangiangka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.

Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.

4. Membersihkan Pakaian

Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan segarwalaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yangkhusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah

(27)

dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan.Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

Definisi Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan mempunyai fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus–menerus (keratinisasi dan pelepasan sel- sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba, perasa serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang, hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Azhara, 2011).

Anatomi kulit. Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira – kira 15% berat badan. Rata – rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu

(28)

13

epidermis, dermis atau korium danjaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu:

1. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

2. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

3. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis (Harahap, 2000).

Fungsi kulit. Menurut Harahap (2000), Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:

Pelindung. Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi

masuknya benda-bendadari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberiwarna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

Pengatur suhu. Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna

mempertahankansuhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.

Penyerapan. Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya

(29)

zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

Indera perasa. Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris

dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

Penyakit kulit. Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akanmenjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

Menurut Sudoyo (2006), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.

Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.

Menurut Djuanda (2009), penyakit kulit adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan. Meskipun bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan.

Penyakit kulit menurut Ganong (2006), merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respons terhadap faktor endogen berupa alergi atau eksogen berasal dari bakteri dan jamur. Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta

(30)

15

gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang basah dan gatal.

Penyebab penyakit kulit. Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll.

(31)

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

2. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk- produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.

Klasifikasi penyakit kulit. Berdasarkan Kategorinya (Arsimo, 2012) : 1. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis,

pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis, gigitan serangga, trikomoniasis.

2. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutisverukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis, tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,

kromomikosis, fikomikosis, misetoma.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain.

Asam Formiat

Asam formiat atau sering juga disebut asam semut dengan rumus molekul HCOOH memiliki berat molekul 46,03, titik didih 101°C, titik nyala 69ºC, titik lebur 8ºC, berat jenis (air=1) 1,19. Asam formiat berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi

(32)

17

asam pada pengenceran. Konsumen asam formiat terbesar adalah industri karet, dalam industri iniasam formiat digunakan sebagai koagulan getah karet. Selain industri karet, asamfomiat juga digunakan pada industri tekstil dalam hal proses dyeing dan finishing sebagai conditioner. Sedangkan dalam industri kulit, asam formiat digunakan untuk menetralisir kapur. Dalam jumlah yang sedikit, asam formiat juga digunakan sebagai intermediat bahan-bahan farmasi dan bahan kimia lainnya.

Pengolahan Getah Karet (Lateks)

Getah karet (lateks) dapat diolah menjadi lembaran atau disebut dengan ribbed smoked sheet dan crepe. Pabrik ribbed smoked sheet PTPN III Kebun Gunung Para mengolah hasil karetnya menjadi sheet. Sheet adalah produk karet alam berupa lembran-lembaran yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari jamur, tidak saling melekat, warnanya jernih, tidak bergelembung udara, dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna. Adapun proses pengolahan Ribbed Smoke Sheet (RSS) yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para yaitu:

(33)

Gambar 1. Bagan proses pengolahan lateks 1. Penerimaan lateks

Lateks hasil penyadapan diangkut dengan tangki yang ditarik truk pabrik.

Di pabrik, lateks diterima dan dicampur dalam bak penerimaan.

2. Pengenceran lateks

Pengenceran lateks dilakukan oleh mesin, berfungsi untuk memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet bakusesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%,16% atau 20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat. Maksud dari pengenceran lateks adalah:

1. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga gilingan tidak terlalu berat, Stasiun Penerimaan

1. Penerimaan Bahan Baku

Stasiun Basah

2. Pengenceran Lateks

3. Koagulasi/pembekuan lateks 4. Penggilingan

Stasiun Pengasapan 5. Pengasapan

Stasiun Pengepakan 6. Sortasi

7. Penimbangan 8. Press

9. Pengepakan

(34)

19

2. Memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat dalam lateks,

3. Memudahkan meratanya koagulan (asam pembeku) yang dibubuhkan untuk proses koagulasi.

3. Pembekuan Lateks

Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhkan obat pembeku (koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya proses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan pH. Lateks segarmempunya pH 6,5. Supaya dapat terjadi penggumpalan, pH harus diturunkansampai 4,7. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhkan asam semut (asam formiat) 1% atau asam cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan.

Cara pembekuan dalam bak pembekuan adalah sebagai berikut:

1. Tangki yang telah diisi lateks yang telah diencerkan diaduk beberapa kali.

Buanglah busa-busa yang timbul dengan alat pembuang busa. Pengadukan pertama cukup 4 kali bolak-balik.

2. Bubuhkan kedalam lateks yang telah diencerkan tersebut asam semut (asamformiat) atau sam cuka sesuai dengan yang diperlukan. Tiap liter lateks Kadar Karet Baku 16% memerlukan 60 cc asam semut 1% atau asam cuka 2%. Adukklah agar asam tersebut merata di dalam larutan lateks. Pengadukan dilakukan 6-10 kali bolak-balik.

3. Buanglah busa yang timbul dengan segera.

(35)

4. Pasanglah sekat-sekat dengan cepat tetapi teratur mulai dari bagian tengah menuju pinggir sedemikian rupa, sehingga tiap ruang di antara sekat terisi lateks yang tingginya sama.

5. Biarkan lateks membeku selama 2-3 jam. Bila telah membeku, tambahkan air bersih ke dalam tangki sampai permukaan bekuan sedikit terendam.

6. Setelah sekat-sekat diangkat, akan diperoleh lembaran-lembaran koagulum yang siap untuk digiling.

4. Penggilingan

Koagulum dari bak pembekuan diangkat, dan melalui talang didorong menuju sebuah meja yang terletak di muka gilingan pertama. Dari meja inikoagulum meluncur ke gilingan pertama, kemudian menuju gilingan kedua, dan seterusnya serta berakhir setelah keluar dari gilingan gambar.Lembar-lembar yang keluar dari gilingan gambar dimasukkan kedalam bak pencucian untuk membersihkan serum yang masih melekat pada lembaran.Setelah dicuci bersih, lembaran-lembaran karet basah digantungkan pada rak-rakpenggantung untuk dibiarkan agar air yang masih ada pada lembaran menetes.Lama penggantungan kira-kira 1-2 jam.Proses ini berguna untuk:

a. Menggiling lembaran-lembaran koagulum menjadi lembaran-lembaran karet yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebalnya tertentu.

b. Untuk mengeluarkan serum yang terdapat di dalam koagulum.

c. Untuk membuang busa yang teringgal.

d. Untuk memberi gambaran (print, batikan kembang) pada permukaan lembarkaret.

5. Pengasapan dan pengeringan

(36)

21

Proses ini berguna untuk mendapatkan lembaran karet yang sungguh- sungguh kering. Di samping itu, lembaran juga perlu diawetkan agar tahan terhadap kerusakan. Proses ini juga untuk memberi warna coklat terang yang diinginkan. Untuk Pengasapan dan pengeringan digunakan kamar asap dengan suhu tidak boleh kurang dari 40ºC. Setelah lembaran karet mencapai kekeringan sesuai dengan yang ditentukan, dapur dimatikan dan kamar dibiarkan dingin.

Lembaran-lembaran karet yang berwarna coklat, yang disebut Ribbed Smoked Sheet, dikeluarkan dan diangkut ke ruang sortasi.

6. Sortasi

Pelaksanaan sortasi ini dimaksudkan untuk memisahkan lembaran- lembaran karet berdasarkan tingkat (grade) kualitasnya. Pada proses sortasi bertujuan untuk memisahkan lembaran-lembaran koagulan yang sudah diasapi tersebut dan proses pemotongan, lembaran koagulan yang sudah diasapi disebutlah sebagai ribbed smoke sheet. Lembaran tersebut dipisah-pisahkan oleh petugas yang akan dibagi-bagi menjadi tiga bagian pembagian ini dilakukan sesuai dengan kualitas dari lembaran karet tersebut, dimana kualitas yang paling baik disebut RSS-I, Kemudian kualitas baik disebut RSS-II, dan kualitas kurang baik disebut RSS-III, dimana harga nya juga nanti akan berbeda sesuai dengan kualitasnya semakin baik kualitasnya maka semakin mahal harga jual nya.

7. Proses Penimbangan Lembaran

Pada proses penimbangan lembaran, penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat dari setiap lembaran.Setelah dari proses sortasi diangkat secara manual ke stasiun penimbangan. Proses penimbangan berlangsung selama 24 jam sehingga dilakukan shift kerja.

(37)

8. Proses Press Bandela

Setelah ditimbang dengan berat yang sama maka dilakukan proses press bandela. Lembaran diangkut dan dimassukan ke dalam mesin press untuk di press agar membentuk bandela. Proses ini dilakukan dengan memasukkan lembaran ke dalam mesin press yang kemudian mesin nya di putar kemudian akan di press menjadi bandela. Pada tahap ini pekerja juga harus hati-hati agar tangannya tidak terjepit di mesin press.

9. Pengepakan

Sebelum dibungkus, lembar karet dilipat untuk memudahkan mengaturnya dalam peti waktu pengepakan. Setelah itu, dilakukan pengepresan. Setelah pengepresan, peti tidak boleh dibuka terlebih dahulu agar bentuk kubus yang diharapkan dari tumpukan sheet dapat dipertahankan. Peti baru bisa dibuka keesokan harinya. Sebagai pembungkus, bandela digunakan lembaran-lembaran karet yang sama jenis (grade)-nya. Setelah sheet dibungkus, bandela kemudian dilabur dengan memakai campuran talk dan perekat, kemudian diberi merk/tanda sesuai dengan peraturan.

Landasan Teori

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dikemukakan bahwa pada pekerja perkebunan karet memungkinkan terjadinya gangguan kulit khususnya dermatitis kontak karena berpaparan langsung dengan bahan kimia yang sering digunakan dalam penggumpalan lateks yaitu asam formiat. Asam formiat dengan rumus molekul HCOOH merupakan bahan kimia iritan cair. Bahan kimia ini dapat menimbulkan peradangan atau sensitisasi bilakontak dengan permukaan tubuh

(38)

23

yang lembab, seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Asam formiat atau biasa disebut asam semut adalah pereduksi kuat, digunakan dalam pencelupan warna kain wol, electroplating, menggumpalkan lateks karet, regenerasi karet tua, penyamakan kulit dan sebagainya. Asam formiat dapat mengiritasi kulit menyebabkan luka bakar, peradangan kulit ditandai dengan rasa gatal, kulit bersisik, kemerahan, dan kadang-kadang melepuh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Eva Kurniasih (2015) mengenai hubungan dengan kejadian gangguan kulit pada masyarakat di desa puguk kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya menemukan bahwa kuantitas karet yang direndam mempengaruhi pH air, semakin banyak jumlah karet yang direndam mengakibatkan pH air menjadi tidak normal yang diakibatkan dari aktifitas penambahan zat kimia dalam proses pengolahannya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya alergi dan terpapar penyakit kulit.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan fasilitas sanitasi jamban dan personal hygiene dengan timbulnya gejala gangguan kulit padapekerja bagian stasiun basah pabrik ribbed smoke sheet PTPN III Kebun Gunung Para. Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka konsep Fasilitas Sanitasi Personal Hygiene

Gangguan Kulit

(39)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan fasilitas sanitasi dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja di bagian stasiun basah pabrik pengolahan Ribbed Smoke Sheet PTPN III Kebun Gunung Para kabupaten Serdang Bedagai

2. Ada hubungan personal hygiene dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja di bagian stasiun basah pabrik pengolahan Ribbed Smoke Sheet PTPN III Kebun Gunung Para kabupaten Serdang Bedagai

(40)

25

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan fasilitas sanitasi dan personal hygiene dengan timbulnya gejala gangguan kulit pada pekerja bagian stasiun basah pabrik Ribbed Smoked Sheet PTPN III Kebun Gunung Para tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para berlokasi di Kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai. Waktu penelitian mulai dari bulan Juni 2018 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu tenaga kerja yang bekerja di bagian stasiun basah di pabrik pengolahan Ribbed Smoked Sheet di PTPN III Kebun Gunung Para sebanyak 30 orang.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh tenaga kerja yang bekerja di bagian stasiun basah di pabrik pengolahan Ribbed Smoked Sheet di PTPN III Kebun Gunung Para yang berjumlah 30 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Adapun metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Pengamatan (observasi) yaitu melihat, mengamati dan mencatat kondisi

(41)

pekerja dan kondisi lingkungan tenaga kerja.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari kantor Document Control Center (DCC), kantor Pabrik Pengolahan Ribbed Smoked Sheet PTPN III Kebun Gunung Para, serta referensi lain yang relevan terhadap objek yang diteliti.

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variablel terikat/dipengaruhi (dependent variable). Variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan gangguan kulit.

Variabel bebas/mempengaruhi (independent variabel).Variabel bebas

atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktoryang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian iniadalah fasilitas sanitasi dan personal hygiene.

Definisi Operasional Variabel

Fasilitas sanitasi. Fasilitas sanitasi adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, westafel dan air yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja. Adapun cara ukur, alat ukur, dan kategori dari fasilitas sanitasi, yaitu:

1. Cara Ukur : Observasi

2. Alat Ukur : Lembar Observasi yang dibuat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industry.

3. Kategori :

(42)

27

a. Memenuhi syarat : apabila semua kategori pada lembar observasi memenuhi syarat atau jawabannya “ya”.

b. Tidak memenuhi syarat : apabila salah satu atau lebih kategori pada lembar observasi tidak memenuhi syarat atau jawabannya “tidak”.

4. Skala : Nominal

Personal hygiene. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia

untuk memelihara kesehatan pribadinya. Adapun cara ukur, alat ukur, dan kategori dari personal hygiene, yaitu:

1. Cara Ukur : Kuesioner.

2. Alat Ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 16 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban:

 Jika memilih option a maka mendapatkan skor 1

 Jika memilih option b maka mendapatkan skor 0

3. Kategori : Baik jika ≥75% (nilai 12-16); Buruk jika < 75% (nilai 0-11) 4. Skala : Nominal

Gangguan kulit. Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa, ruam merah,

munculnya benjolan, penebalan kulit, kulit bersisik dan kering. Adapun cara ukur, alat ukur, dan kategori dari gangguan kulit, yaitu:

1. Cara ukur : wawancara dan kuesioner.

2. Alat Ukur : kuesioner, Pengukuran variabel keluhan penyakit kulit didasarkan pada skala nominal daribeberapa keluhan apabila memiliki salah satu keluhan dengan jawaban “ya” diberiskor 1 dan apabila semua jawaban “tidak” diberi skor 0.

(43)

3. Kategori :

a. Mengalami keluhan, jika responden mengalami kulit kering, gatal-gatal, panas pada bagian tangan dan depan tubuh dari pusar hingga kaki.

b. Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami kulit kering, gatal- gatal, panaspada bagian tangan dan depan tubuh dari pusar hingga kaki.

5. Skala : Nominal Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk sebelum data dianalisis.

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

Teknik Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).

(44)

29

Analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Jika p value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabelterikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected (E) kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai ujialternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher (Dahlan, 2013).

(45)

30

Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambaran umum perusahaan. Kebun Gunung Para adalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terletak di Kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jalan Sei Batanghari Medan.Perkebunan ini adalah milik Perusahaan Belanda CMO (Culture Myde Ooskut) yang diambil alih oleh negara Indonesiapada tanggal 10 Desember 1957 (nasionalis). Selama berdirinya perusahaan ini telah beberapa kali berganti nama, yaitu:

1. Tahun 1957 – 1960 : PPN Baru 2. Tahun 1961 – 1962 : PPN Sumut VII 3. Tahun 1963 – 1968 : PPN IV

4. Tahun 1977 – 1994 : PTP IV 5. Tahun 1994 – 1996 : PTP III, IV, V 6. Tahun 1996 – Sekarang : PTPN III

Sesuai dengan Akte Pendirian Perusahaan Perseroan (persero) PT.Perkebunaan Nusantara III Nomor 36 Tanggal 11 Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil SH No C2-8331 HT.01.01 Tahun 1996 Tanggal 08 Agustus 1996.PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para terdiri dari enam afdeling, satu afdeling komoditi kelapa sawit dan lima afdeling komoditi karet yang bergerak di bidang usaha pengolahan karet ribbed smoked sheet dan crumb rubber.

Lokasi penelitian. Kebun Gunung Paraadalahsalah satu kebun PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) terletak di Kecamatan Dolok Merawan

(46)

31

(terdapat 4 desa, yaitu desa Kalembak, Gunung Para II, Panglong dan desa Bandarawan) Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara ± 112 km dari Medan berada antara 030952 LU dan 990627 BT dengan ketinggian ± 114 meter diatas permukaan lautdengan jenis tanah Yellow Podzolic dan topografi berbukit sampai dengan bergelombang.

Visi dan misi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para memiliki visi dan misi.

Visi. Menjadikan perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima

dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

Misi.

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memberlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal-hasil” terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

Karakteristik Pekerja Stasiun Basah Pabrik RSS PTPN III

Karakteristik pekerja stasiun basah terdiri dari empat yaitu jenis kelamin,

(47)

umur, masa kerja, dan pendidikan.

Jenis kelamin. Distribusi pekerja stasiun basah berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 26 86,7

Perempuan 4 13,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja stasiun basah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (86,7 %) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (13,3 %).

Umur. Distribusi pekerja stasiun basah berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Umur Tahun 2018

Umur (tahun) n %

< 40 18 60

≥ 40 12 40

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja stasiun basah berumur < 40 tahun sebanyak 18 orang (60%) dan berumur ≥ 40 tahun sebanyak 12 orang (40%).

Masa kerja. Distribusi pekerja stasiun basah berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

(48)

33

Tabel 5

Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Masa Kerja Tahun 2018

Masa Kerja (tahun) n %

≤ 10 10 33,7

>11 20 66,7

Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masa kerja pekerja stasiun basah selama ≤ 10 tahun sebanyak 10 orang (33,7%) dan masa kerja > 10 tahun sebanyak 20 orang (66,7%).

Pendidikan. Distribusi pekerja stasiun basah berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi Pekerja Stasiun Basah Berdasarkan Pendidikan Tahun 2018

Pendidikan n %

SD 6 20

SMP 8 26,7

SMA 16 53,3

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan pekerja stasiun basah terdiri dari tamatan SMA sebanyak 16 orang (53,3%), SMP sebanyak 8 orang (26,7%), SD sebanyak 6 orang (20%).

Jumlah Pekerja pada Stasiun Basah

Distribusi jumlah pekerja yang bekerja pada bagian stasiun yang di bagian koagulasi dan pada bagian penggilingan dapat dilihat pada tabel berikut :

(49)

Tabel 7

Distribusi Jumlah Pekerja pada Stasiun Basah Tahun 2018

Ruang Kerja n

Bagian koagulasi 12

Bagian penggilingan 18

Total 30

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja pada stasiun basah yang bekerja pada bagian koagulasi sebanyak 12 orang dan pada bagian penggilingan sebanyak 18 orang.

Fasilitas Sanitasi

Pada stasiun basah terdapat 2 buah fasilitas sanitasi yaitu 1 buah toilet pada bagian penggilingan dan 1 buah toilet pada bagian koagulasi. berikut lembar observasi setiap toilet

Tabel 8

Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi Bagian Penggilingan Tahun 2018

Objek Pengamatan Fasilitas Sanitasi

Kategori

Ya Tidak

Terpisah antara laki –

laki dan perempuan

Jumlah toilet tersedia sesuai jumlah

karyawan

Jumlah westafel tersedia sesuai

jumlah karyawan

Tersedia air bersih

Sumber air bersih berasal dari PAM, PDAM, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan

(bersambung)

(50)

35

Tabel 8

Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi Bagian Penggilingan Tahun 2018 Objek Pengamatan Fasilitas

Sanitasi

Kategori

Ya Tidak

Distribusi air bersih menggunakan

sistem perpipaan

Skor 4

Tabel 9

Lembar Observasi Fasilitas Sanitasi Bagian Koagulasi Tahun 2018

Objek Pengamatan Fasilitas Sanitasi

Kategori

Ya Tidak

Terpisah antara laki –

laki dan perempuan

Jumlah toilet tersedia sesuai jumlah

karyawan

Jumlah westafel tersedia sesuai

jumlah karyawan

Tersedia air bersih

Sumber air bersih berasal dari PAM, PDAM, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah

sehingga memenuhi persyaratan kesehatan

Distribusi air bersih menggunakan

sistem perpipaan

Skor 6

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa fasilitas sanitasi bagian penggilingan tidak memenuhi syarat karena masih ada point yang tidak terpenuhi yaitu jumlah toilet tersedia tidak terpenuhi sesuai jumlah karyawan dan tidak ada toilet terpisah antara laki – laki dan perempuan dan dapat dilihat bahwa fasilitas sanitasi bagian penggilingan sudah memenuhi syarat karena semua point sudah terpenuhi.

(51)

Personal Hygiene Pekerja

Distribusi pekerja pada stasiun basah berdasarkan kondisi personal hygiene dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10

Distribusi Pekerja pada Stasiun Basah Berdasarkan Kondisi Personal Hygiene Tahun 2018

Personal Hygiene n %

Baik 9 30

Tidak baik 21 70

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja pada stasiun basah berdasarkan kondisi personal hygiene yang baik yaitu sebanyak 9 orang (30%) dan kondisi personal hygiene yang tidak baik yaitu sebanyak 21 orang (70%).

Gangguan Kulit

Distribusi pekerja pada stasiun basahberdasarkan kondisi gangguan kulit dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11

Distribusi Berdasarkan Kondisi Gangguan Kulit Tahun 2018

Gangguan Kulit n %

Mengalami gangguan kulit 18 60

Tidak mengalami gangguan kulit 12 40

Jumlah 17 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja pada stasiun basah yang mengalami gangguan kulit sebanyak 18 orang (60%) dan yang tidak mengalami gangguan kulit sebanyak 12 orang (40%).

(52)

37

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Jika p value < 0,05 maka perhitungan secara statistic menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Hubungan fasilitas sanitasi dengan gangguan kulit. Adapun hasil analisis bivariat fasilitas sanitasi dengan gangguan kulit yang dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95%

disajikan pada table berikut ini. : Tabel 12

Hubungan Fasilitas Sanitasi dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Tahun 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja stasiun basah yang memakai fasilitas sanitasi yang memenuhi standard dan memiliki gangguan kulit yaitu sebanyak 6 orang (20%) dan yang tidak memiliki gangguan kulit sebanyak 6 reponden (20%) sedangkan pada pekerja stasiun basah yang memakai fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi standard dan memiliki gangguan kulit yaitu sebanyak 12 orang (40%) dan tidak memiliki gangguan kulit sebanyak 6 reponden (20%). Hasil analisis statistik dengan pemakaian ujichi square pada

Fasilitas Sanitasi

Gangguan Kulit

Jumlah

P value

Ada Tidak

n % n % n %

Memenuhi syarat 6 20 6 20 12 40

0,361 Tidak memenuhi

syarat 12 40 6 20 18 60

Jumlah 18 60 12 40 30 100

(53)

variabel fasilitas sanitasi dengan variabel keluhan gangguan kulit didapat nilai p 0,361> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara fasilitas sanitasi dengan gangguan kulit.

Hubungan personal hygiene dengan gangguan kulit. Hasil analisis bivariat personal hygiene dengan gangguan kulit yang dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 13

Hubungan Fasilitas Sanitasi dengan Gangguan Kulit Pekerja Stasiun Basah Tahun 2018

Personal Hygiene

Gangguan Kulit Jumlah

P

Ada Tidak

n %

n % n %

Baik 2 6,7 7 23,3 9 30

0,006

Tidak baik 16 53,3 5 16,7 21 70

Jumlah 18 60 12 40 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja stasiun basah dengan personal hygiene yang baik dan memiliki gangguan kulit yaitu sebanyak 2 orang (6,7%) dan yang tidak memiliki gangguan kulit sebanyak 7 orang (23,3%) sedangkan pada pekerja stasiun basah dengan personal hygiene yang tidak baik dan memiliki gangguan kulit yaitu sebanyak 18 orang (53,3%) dan yang tidak memiliki gangguan kulit sebanyak 5 orang (16,7%). Hasil analisis statistik dengan pemakaian uji chi square pada variabel personal hygiene dengan variabel keluhan gangguankulit didapat nilai p 0,006 < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan gangguan kulit.

Gambar

Gambar 1. Bagan proses pengolahan lateks  1.  Penerimaan lateks
Gambar 2. Kerangka konsep Fasilitas Sanitasi Personal Hygiene
Gambar 3.Toilet bagian penggilingan
Gambar 6.Toilet bagian koagulasi untuk wanita
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan Metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi Pengeluaran

[r]

Hendro Gunawan, MA

Sehubungan dengan pelaksanaan Evaluasi Penawaran dari perusahaan yang saudara/I pimpin, maka dengan ini kami mengundang saudara/i dalam kegiatan Pembuktian kualifikasi untuk

Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ( diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/195/3/Bab%202.pdf

specify the reasons for the appeal; 2) the only reason specified by the practitioner for his or her appeal involves a finding of fact or conclusion of law which was conceded by

Berdasarkan uji sidik ragam yang dilakukan pada penilaian tingkat kesukaan, dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan terhadap rasa produk susu fermentasi kering tidak

Siswa SMK PGRI 3 Salatiga membenarkan bahwa metode project based learning dan problem based learning sama-sama dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Sesuai