4.1. Keadaan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Sepanjang Baut Sejahtera
PT. Sepanjang Baut Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri mur dan baut (fastener). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada perusahaan belum sepenuhnya diterapkan, hal ini dikarenakan semua hal yang berhubungan dengan peraturan pemerintah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja belum terpenuhi dan walaupun telah ada tetapi tidak terdokumentasi dengan baik. Selain itu tidak adanya departemen yang menangani masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebab lain tidak adanya Sistem Manajemen K3 pada perusahaan ini. Mengingat perusahaan ini bergerak di bidang industri mur dan baut (fastener) yang dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai tingkat resiko kecelakaan yang cukup besar, maka perusahaan seharusnya memiliki departemen K3 yang dapat berfungsi untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
4.2. Denah PT. Sepanjang Baut Sejahtera
Penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan akan mencakup keseluruhan area perusahaan PT. Sepanjang Baut Sejahtera.
Berikut gambar denah keseluruhan area perusahaan PT. Sepanjang Baut Sejahtera pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Denah Perusahaan PT. Sepanjang Baut Sejahtera
4.3. Proses Produksi
Proses produksi pada PT. Sepanjang Baut Sejahtera berawal dari gudang bahan baku, kemudian berlanjut ke proses pencucian bahan baku (phospathing), setelah itu bahan baku yang telah selesai dari proses phospathing akan dibawa ke area drawing. Bahan baku yang telah selesai diproses akan dibawa ke area produksi untuk diolah menjadi barang jadi. Berikut akan dijelaskan mengenai proses produksi yang terjadi.
4.3.1. Gudang Bahan Baku
Pada gudang bahan baku proses yang terjadi ialah penyimpanan raw material dari supplier yang mengirim barang. Pada gudang bahan baku ini, material yang disimpan hanya wire rod.
4.3.2. Phospathing
Wire rod yang merupakan bahan dasar dari pembuatan mur dan baut sebelum diolah lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan proses pencucian (phospathing). Yang mana pada proses ini bertujuan untuk menghilangkan karat, melapisi wire rod agar tidak pecah dan lebih halus. Pada tempat pencucian (phospathing) ini dibagi menjadi 8 bagian, dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Tempat Phospathing
Proses phospathing ini dimulai dengan wire rod dimasukan ke dalam HCL, kemudian wire rod yang telah selesai dimasukan HCL akan dibilas di air biasa terlebih dahulu untuk menetralkan HCL. Setelah selesai proses pembilasan pada air biasa, wire rod dimasukan ke phospathing yang berfungsi untuk melapisi wire root agar tidak pecah dan lebih halus, proses ini dilakukan selama 15 menit dengan suhu sebesar 600 Celcius. Proses pembilasan dengan air biasa dilakukan kembali setelah proses phospathing selesai dilakukan dan yang terakhir wire rod akan dimasukkan ke dalam air sabun atau melalui proses pickling yang bertujuan agar wire rod tidak berkarat.
4.3.3. Drawing
Wire rod yang telah melalui proses phospathing dibawa ke area drawing.
Pada area ini wire rod akan melalui proses penarikan, dimana wire rod akan ditarik dengan mesin drawing yang pada akhirnya akan menghasilkan wire rod sesuai dengan ukuran atau diameter yang diinginkan. Fungsi dari drawing ini ialah untuk memperhalus lapisan luar wire rod, memperkeras wire rod dan membentuk wire rod sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Terdapat empat jenis mesin drawing yang ada dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kapasitas mesin ini adalah sebesar 1500 kg/jam.
4.3.4. Produksi
Proses pembuatan mur dan baut ini dilakukan pada area produksi.
Berikut merupakan denah pada area produksi, dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Denah Area Produksi
Pada area produksi ini dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi as potong, divisi heading, divisi bolt former, dan divisi mur. Proses produksi dalam pembuatan mur dan baut adalah sama tetapi mesin yang digunakan berbeda.
Mesin-mesin yang terdapat dalam area produksi antara lain:
1. Mesin Heading
Mesin ini berfungsi untuk membentuk kepala baut secara otomatis. Di dalam proses ini hanya terjadi tiga proses, yaitu pemotongan material, first punch, second punch dengan kapasitas 4600 biji tiap jamnya.
2. Mesin Bolt Former
Mesin ini berfungsi untuk pembentukan kepala baut dengan segi enam secara otomatis. Pada mesin ini terjadi 4 proses, yaitu pemotongan material, first punch, second punch, dan trimming. Kapasitas 4600 biji tiap jamnya.
3. Mesin Drat dan Rolling
Mesin Drat berfungsi untuk membuat ulir pada baut dengan kapasitas mesin 6400 biji/jam. Mesin Rolling jalan dengan kapasitas mesin 2100 biji/jam.
4. Mesin Nut Former
Mesin ini berfungsi untuk membuat mur secara otomatis. Proses yang terjadi pada mesin ini sama dengan mesin Bolt Former. Kapasitas yang dihasilkan dari mesin sebesar 8057/jam.
5. Mesin Tap Mur
Mesin ini berfungsi untuk membuat ulir pada mur yang telah dibuat di mesin Nut Former. Kapasitas yang dihasilkan dari mesin sebesar 6000 biji/jam.
6. Mesin Potong
Mesin potong dipakai untuk memotong baja lontaran sebagai bahan dasar mesin Rolling mati dan Rolling jalan. Kapasitas yang dihasilkan dari mesin sebesar 6000 biji/jam.
7. Mesin HPC dan U-Bolt
Mesin HPC ini dipakai untuk membengkokkan ujung batang baja untuk membentuk hook dan ujung berulir dengan kapasitas 9000 biji/jam, sedangan mesin U-Bolt dipakai untuk huruf U pada batang yang ujungnya berulir dengan kapasitas 360 biji/jam.
8. Mesin Bubut
Mesin bubut ini termasuk mesin bengkel yang dipakai untuk membuat onderdil dari mesin-mesin produksi sebagai cadangan jika salah satu mesin rusak, sehingga kegiatan produksi tidak terhenti dengan waktu yang lama.
4.4. Hasil Audit K3 dan Perancangan Sistem Manajemen K3
Pelaksanaan audit K3 pada PT. Sepanjang Baut Sejahtera dilakukan penulis berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.
05/MEN/1996. Yang mana untuk PT. Sepanjang Baut Sejahtera termasuk perusahaan tingkat menengah, maka audit yang dilakukan mencakup 122 butir.
Dari hasil audit K3 awal yang telah dilakukan, kenyataannya pemenuhan kriteria dari perusahaan hanya sebesar 8,2% (10 kriteria) dan yang belum terpenuhi sebesar 91,8% (112 kriteria). Seharusnya perusahaan memnuhi paling tidak 60% (74 kriteria) dari 122 kriteria yang ada. Dari audit ini tampak bahwa PT SBS belum memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik. Berikut tabel rekapitulasi hasil audit awal, yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Audit Awal
NO Jumlah
Kriteria
Hasil Audit
Kriteria Ada Tidak Ada
Mayor Minor
1 Pembangunan dan 21 0 18 3
Pemeliharaan Komitmen (0%) (85,71%) (14,29%)
2 Strategi Pendokumentasian 4 0 4 0
(0%) (100%) (0%)
3 Peninjauan Ulang Kontrak 5 0 3 2
(Design) dan Kontrak (0%) (60%) (40%)
4 Pengendalian Dokumen 3 0 3 0
(0%) (100%) (0%)
5 Pembelian 4 1 0 3
(25%) (0%) (75%)
6
Keamanan Bekerja
Berdasarkan 38 4 14 20
Sistem Manajemen K3 (10,53%) (36,84%) (52,63%)
7 Standar Pemantauan 11 0 5 6
(0%) (45,45%) (54,54%)
8 Pelaporan dan Perbaikan 8 2 4 2
Kekurangan (25%) (50%) (25%)
9 Pengelolaan Material dan 11 2 7 2
Perpindahannya (18,18%) (63,64%) (18,18%)
10 Pengumpulan dan 5 1 4 0
Penggunaan Data (20%) (80%) (0%)
11 Pengembangan Ketrampilan 12 0 12 0
dan Kemampuan (0%) (100%) (0%)
TOTAL 122 10 77 35
(100%) (8,2%) (63,11%) (28,69%)
Untuk memperbaiki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. SBS maka diperlukan pemenuhan kriteria. Pemenuhan kriteria dapat dilakukan dengan beberapa hal, seperti pembuatan kebijakan, ketentuan- ketentuan, prosedur (SOP) dan form. Dalam pendokumentasiannya dan untuk memudahkan proses pencariannya semua prosedur (SOP) diberi nomor dokumen, tanggal efektif dan nomor revisi pada pojok kanan atas dengan format sebagai berikut, dapat dilihat pada gambar 4.4 yang merupakan contoh dari prosedur (SOP).
Gambar 4.4. Contoh Prosedur (SOP)
Penulisan nomor dokumen yang terdapat pada gambar 4.4 merupakan salah satu contoh dari beberapa prosedur yang ada di PT. SBS, dimana penulisan P-SBS berarti prosedur PT. SBS, penulisan P2K3 memiliki arti dokumen tersebut berasal dari departemen P2K3, angka 01 yang terdapat setelah garis miring menandakan bahwa prosedur tersebut merupakan prosedur pengendalian dokumen (jenis prosedur), dan angka 00 menunjukkan nomor urut prosedur.
Pada pendokumentasian form dan untuk memudahkan proses pencariannya, semua form juga diberi nomor dokumen pada pojok kanan atas dengan format sebagai berikut, yang dapat dilihat pada gambar 4.5 yaitu contoh form.
No. F-SBS/P2K3/03-00 FORM IDENTIFIKASI BARANG
Tanggal : Nama Supplier :
Barang / jasa Sesuai atau tidak Keterangan
Disetujui oleh Dibuat oleh
Gambar 4.5. Contoh form
Penulisan nomor form yang terdapat pada gambar 4.5 merupakan salah satu contoh dari beberapa form yang ada di PT. SBS, dimana penulisan F-SBS berarti form PT. SBS, penulisan P2K3 memiliki arti dokumen tersebut berasal dari departemen P2K3, angka 03 yang terdapat setelah garis miring menandakan bahwa prosedur tersebut merupakan form identifikasi barang (jenis form), dan angka 00 menunjukkan nomor urut form.
Berikut merupakan tabel 4.2 yaitu tabel check list audit awal Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Sepanjang Baut Sejahtera berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996.
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3
KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN ADA TIDAK ADA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAYOR MINOR 1 PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN
KOMITMEN
1.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.1.1 Adanya kebijakan K-3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas menyatakan tujuan-tujuan K-3 dan komitmen perusahaan dalam memperbaiki kinerja K-3.
√
1.1.3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan / atau pengurus setelah melalui proses konsutasi dengan wakil tenaga kerja.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ADA TIDAK ADA MAYOR MINOR 1.1.5 Apabila diperlukan, kebijakan
khusus dibuat untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus.
√
1.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personil yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan harus disebarluaskan
dan didokumentasikan. √
1.2.2 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan
yang berlaku. √
1.2.4 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
√
1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan latihan.
√
1.2.7 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat
kerja. √
1.2.8 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja telah ditetapkan. √ 1.2.9 Pengurus bertanggung jawab secara
penuh untuk menjamin sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dilaksanakan. √
1.3 Tinjauan Ulang dan Evaluasi
1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektifitas sistem
manajemen K3 . √
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ADA
TIDAK ADA MAYOR MINOR 14.1 Keterlibatan tenaga kerja dan
penjadwalan konsultasi dengan wakil perusahaan yang ditunjuk
didokumentasikan. √
1.4.2 Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
√
1.4.3 Sesuai dengan peraturan perundangan perusahaan telah membentuk P2K3.
√
1.4.4 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak.
√ 1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli K3
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
√
1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan resiko.
√
1.4.7 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan di tempat kerja.
√
1.4.8 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
√
1.4.9 Apabila diperlukan, dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dari wakil-wakil tenaga kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
√
1.4.10 Apabila kelompok-kelompok kerja telah terbentuk, maka tenaga kerja diberi informasi tentang struktur
kelompok kerja tersebut. √
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 2. STRATEGI PENDOKUMENTASIAN
2.1 Perencanaan Rencana Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan operasi.
√
2.1.2 Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.
√
2.2 Manual Sistem Manajemen K3
2.2.1 Manual sistem manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua
tingkatan dalam perusahaan. √
2.3 Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.3.1 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja
perusahaan. √
3. PENINJAUAN ULANG PERANCANGAN (Design) DAN KONTRAK
3.1 Pengendalian Perancangan
3.1.1 Prosedur yang erdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan aatau perancangan
ulang. √
3.1.2 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR aman disusun selama tahap
perancangan.
3.1.3 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja yang ditetapkan. √ 3.2 Peninjauan Ulang Kontrak
3.2.1 Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan masyarakat, dimana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam
suatu kontrak. √
3.2.2 Identifikasi bahaya dan penilaian resiko dilakukan pada tahap tinjauan ulang kontrak oleh personil yang
berkompeten. √
4. PENGENDALIAN DOKUMEN
4.1 Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen 4.1.1 Dokumen keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran, dan tanggal modifikasi.
√
4.1.2 Penerimaan distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
√ 4.2 Perubahan dan Modifikasi Dokumen
4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui perubahan terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan
kerja. √
5. PEMBELIAN
5.1 Spesifikasi dari Pembelian Barang dan Jasa
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap
sarana produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
√
5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian.
√
5.2 Sistem Verifikasi untuk Barang dan Jasa yang Dibeli
5.2.1 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan
spesifikasi pembelian. √
6. KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN K3
6.1 Sistem Kerja
6.1.1 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai resiko- resiko yang timbul dari suatu proses kerja.
√
6.1.2 Apabila upaya pengendalian resiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
√
6.1.3 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem
“Ijin Kerja” untuk tugas-tugas yang
beresiko tinggi. √
6.1.4 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh resiko yang teridentifikasi
didokumentasikan. √
6.1.5 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 6.1.6 Prosedur kerja dan instruksi kerja
dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk.
√
6.1.7 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam
kondisi layak pakai. √
6.1.8 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang
berlaku. √
6.2 Pengawasan
6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah
ditentukan. √
6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat resiko tugas.
√
6.2.3 Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat
upaya pengendalian. √
6.2.4 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan
saran-saran kepada pengurus. √
6.2.5 Pengawas ikut serta dalam proses
konsultasi. √
6.3 Seleksi dan Penempatan Personil
6.3.1 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan, diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja.
√
6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ADA TIDAK ADA MAYOR MINOR 6.4 Lingkungan Kerja
6.4.1 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.
√
6.4.2 Terdapat pengendalian atas tempat- tempat dengan pembatasan ijin masuk.
√
6.4.3 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
√
6.4.4 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat hrs dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
√
6.5 Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi
6.5.1 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat- alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.
√
6.5.2 Semua catatan yang memuat data- data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara.
√
6.5.3 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku.
√
6.5.4 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang berkompeten.
√
6.5.5 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ADA TIDAK ADA MAYOR MINOR 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan
pemeliharaan yang mencakup ketentuan mengenai peralatan- peralatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan
perlu untuk segera diperbaiki. √
6.5.7 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan atau yang sudah tidak digunakan lagi.
√
6.5.8 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.
√
6.5.9 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan.
√
6.6 Pelayanan
6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan undang- undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
√
6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan pelayanan tunduk pada standar dan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi persyaratan.
√
6.7 Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah
didokumentasikan. √
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ADA TIDAK ADA MAYOR MINOR 6.7.5 Instruksi keadaan darurat dan
hubungan keadaan darurat diperlihatkan secara jelas / menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan.
√
6.7.6 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala.
√
6.7.7 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten.
√
6.8 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat
PPPK dan menjamin bahwa system PPPK yang ada memenuhi standar
dan pedoman teknis yang berlaku. √
6.8.2 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. √
7. STANDAR PEMANTAUAN 7.1 Pemeriksaan Bahaya
7.1.1 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja
dilaksanakan secara teratur. √
7.1.2 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi
potensi bahaya. √
7.1.3 Inspeksi mencari masukkan dari petugas yang melakukan tugas di
tempat yang diperiksa. √
7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi. √
7.2 Pemantauan Lingkungan Kerja
7.2.1 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan
hasilnya dicatat dan dipelihara. √
7.2.2 Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis
radiasi dan psikologis. √
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 7.4 Pemantauan Kesehatan
7.4.1 Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung bahaya harus dipantau. √ 7.4.2 Perusahaan telah mengidentifikasi
keadaan dimana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan system untuk membantu pemeriksaan ini.
√
7.4.3 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
√
7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. √
7.4.5 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku √
8. PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN
8.1 Pelaporan Keadaan Darurat
8.1.1 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. √ 8.2 Pelaporan Insiden
8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden di tempat kerja
dilaporkan. √
8.2.2 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. √ 8.3 Penyelidikan Kecelakaan Kerja
8.3.1 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
dilaporkan. √
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 8.3.2 Penyelidikan dan pencegahan
kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau Ahli K3 yang telah
dilatih. √
8.3.5 Efektifitas tindakan perbaikan
dipantau. √
8.4 Penanganan Masalah
8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
√
8.4.2 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya.
√
9. PENGELOLAAN MATERIAL DAN PERPINDAHANNYA
9.1 Penanganan Secara Manual dan Mekanis 9.1.1 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai resiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis.
√
9.1.2 Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten.
√
9.1.3 Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian resiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau
mekanis. √
9.2 Sistem Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pembuangan
9.2.1 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 9.2.3 Terdapat prosedur yang menjamin
bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. √ 9.3 Bahan-bahan Berbahaya
9.3.1 Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan, dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan standar dan pedoman teknis yang berlaku.
√
9.3.2 Lembar data bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan berbahaya harus mudah di dapat.
√
9.3.3 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahan-bahan berbahaya. √ 9.3.4 Rambu peringatan bahaya
dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
√
9.3.5 Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara aman bahan- bahan berbahaya.
√
9.3.6 Petugas yang menangani bahan- bahan berbahaya diberi pelatihan mengenai cara penanganan yang
aman. √
10. PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN DATA
10.1 Catatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10.1.1 Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan
keselamatan dan kesehatan kerja. √ 10.1.2 Undang-undang, peraturan, standar
dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 10.1.3 Terdapat prosedur yang menentukan
persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan.
√
10.1.5 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi
kesehatan dipelihara. √
10.2 Data dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10.2.1 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan
dianalisa. √
12. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN KEMAMPUAN
12.1 Strategi Pelatihan
12.1.2 Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja telah disusun bagi semua tingkatan dalam perusahaan- perusahaan.
√
12.1.3 Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemampuan dan keahliannya.
√
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan perundangan yang berlaku.
√
12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif.
√
12.1.6 Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan.
√
12.2 Pelatihan Bagi Manajemen dan Supervisor
12.2.1 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hokum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
√
12.2.2 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka.
√
Tabel 4.2. Check List Audit Awal Sistem Manajemen K3 (sambungan) KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ADA TIDAK ADA
MAYOR MINOR 12.3 Pelatihan Bagi Tenaga Kerja
12.3.1 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman.
√
12.3.2 Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses.
√
12.4 Pelatihan untuk Pengenalan Bagi Pengunjung dan Kontraktor
12.4.1 Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.
√
12.4.2 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
√
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus
12.5.1 Pengusaha mempunyai system untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.
√
4.4.1. Hasil Audit dan Perancangan Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen PT. Sepanjang Baut Sejahtera (PT. SBS) belum memiliki kesadaran dan komitmen yang terdokumentasi sehingga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu untuk membangun dan memelihara komitmen, PT. Sepanjang Baut Sejahtera harus merancang kebijakan perusahaan yang berisi mengenai komitmen-komitmen untuk
melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara konsisten.
4.4.1.1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS belum memiliki kebijakan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terdokumentasi dan terstruktur. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan untuk memenuhi kriteria 1.1 yang pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 1 dan kebijakan khusus sesuai kriteria 1.1.5 yang dibuat untuk masalah K3 dapat dilihat pada lampiran 2 sampai lampiran 4 serta sanksi pada lampiran 5.
4.4.1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personil namun tetapi belum terdokumentasi. Selain itu, kriteria 1.2.2 sampai 1.2.5 tentang tanggung jawab dan wewenang untuk bertindak belum terpenuhi sehingga perlu ada pemenuhannya yaitu pada lampiran 7.
4.4.1.3. Tinjauan Ulang dan Evaluasi
Berdasarkan hasil audit awal mengenai tinjauan ulang dan evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja belum terpenuhi dari kriteria 1.3.3. Untuk pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 1 (kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
4.4.1.4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil audit awal mengenai keterlibatan dan konsultasi tenaga kerja, konsultasi dengan tenaga kerja telah dilakukan namun belum terdokumentasi. Kriteria 1.4.2 sampai 1.4.9 mengenai keterlibatan dan konsultasi dengan tenaga kerja belum terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan pemenuhannya tentang P2K3 yang dapat dilihat pada lampiran 8. Selain itu terdapat form konsultasi yang bertujuan untuk pencatatan hasil konsultasi dengan tenaga kerja yang dapat dilihat pada form konsultasi perubahan-perubahan.
4.4.2. Hasil Audit dan Perancangan Strategi Pendokumentasian
Pada bagian ini PT. SBS belum memiliki strategi pendokumentasian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Oleh karena itu perusahaan memerlukan rancangan strategi pendokumentasian yang jelas, selain itu juga manual Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja dan penyebarluasan informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja belum tersampaikan secara baik.
4.4.2.1. Perencanaan Rencana Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Strategi Keselamatan dan Kesehatan sesuai kriteria 2.1 pada PT. SBS belum terpenuhi, sehingga untuk pemenuhannya PT. SBS memerlukan form perencanaan agar memudahkan dalam memilih strategi K3 yang akan dilaksanakan. Form perencanaan dapat dilihat pada form perencanaan strategi K3.
4.4.2.2. Manual Sistem Manajemen K3
Kriteria 2.2 mengenai manual Sistem Manajemen K3 belum terpenuhi di PT. SBS. Pemenuhan bagian ini terdapat pada lampiran 9 yaitu Strategi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.4.2.3. Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal, penyebarluasan informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja belum terpenuhi pada seluruh bagian perusahaan. Oleh karena itu untuk pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 7 yaitu tanggung jawab dan wewenang manajer dan karyawan dalam lingkup K3, dimana telah disebutkan secara jelas mengenai tugas manajer dan karyawan yang harus menginformasikan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.4.3. Hasil Audit dan Perancangan Peninjauan Ulang Perancangan dan Kontrak Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS belum sepenuhnya memenuhi mengenai peninjauan ulang perancangan dan kontrak dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Beberapa kriteria telah terpenuhi seperti instruksi kerja namun belum terdokumentasi. Oleh karena itu diperlukan perancangan peninjauan ulang dan kontrak pada perusahaan.
4.4.3.1. Pengendalian Perancangan
PT. SBS belum memiliki pengendalian perancangan yang terdokumentasi pada tahap melakukan perancangan atau perancangan ulang dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa pada kriteria 3.1 belum terpenuhi. Pemenuhan dalam pengendalian perancangan dapat dilihat pada lampiran 10 (Ketentuan Pengendalian Perancangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja)) dan pemenuhan kriteria 3.1.2 dapat dilihat pada lampiran 11 (Instruksi kerja).
4.4.3.2. Peninjauan Ulang Kontrak
Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS belum memenuhi kriteria 3.2.2 yaitu peninjauan ulang kontrak, sedangkan kriteria 3.2.1 perusahaan memiliki penilaian untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak. Untuk pemenuhan peninjauan ulang kontrak, dapat dilihat pada lampiran 12 (Peninjauan Ulang Kontrak).
4.4.4. Hasil Audit dan Perancangan Pengendalian Dokumen
Pada bagian ini, PT. SBS belum memenuhi kriteria mengenai pengendalian dokumen K3, baik itu dokumen awal maupun perubahannya sehingga perlu adanya pemenuhan untuk mengendalikan dokumen K3.
Pemenuhan untuk pengendalian dokumen ini mutlak harus dilaksanakan, hal ini bertujuan agar dalam perubahan atau pencarian dokumen dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
4.4.4.1. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS belum memenuhi kriteria 4.1 mengenai persetujuan dan pengeluaran dokumen. Pemenuhan kriteria tersebut dapat dilihat pada lampiran 13a sampai 13b (Prosedur Pengendalian Dokumen K3).
4.4.4.2. Perubahan dan Modifikasi Dokumen
Perubahan dan modifikasi dokumen sesuai dengan kriteria 4.2 di PT.
SBS juga belum terpenuhi. Pemenuhan kriteria tersebut terdapat pada lampiran 13a sampai 13b (Prosedur Pengendalian Dokumen K3).
4.4.5. Hasil audit dan Perancangan Pembelian
PT. SBS dalam pembelian barang dan jasa memiliki spesifikasi pembelian dan informasi lain yang telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli. Spesifikasi pembelian sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan. Akan tetapi, perusahaan kurang memperhatikan sisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan belum terdokumentasi sehingga diperlukan rancangan pembelian yang memenuhi Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.4.5.1. Spesifikasi dan Pembelian Barang dan jasa
Pada keputusan membeli barang dan jasa pada PT. SBS telah memiliki spesifikasi pembelian mengenai barang yang akan dibeli, namun kurang memperhatikan sisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga diperlukan prosedur spesifikasi dan pembelian barang dan jasa yang terdokumentasi, yang dapat dilihat pada lampiran 14a sampai 14b (Prosedur Pembelian Barang).
4.4.5.2. Sistem Verifikasi Untuk Barang dan Jasa yang Dibeli
Untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang telah dibeli, diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian maka penulis memberi usulan dengan melampirkan form identifikasi barang.
4.4.6. Hasil Audit dan Perancangan Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3
Keamanan bekerja di PT. SBS cukup memenuhi kriteria seperti sistem kerja, pengawasan, seleksi dan penempatan personil, dan lingkungan kerja serta kriteria yang lain. Akan tetapi hal tersebut belum terdokumentasi dan keamanan bekerja kurang mengacu pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Oleh karena itu, dilakukan perancangan keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4.4.6.1. Sistem Kerja
Berdasarkan hasil audit awal menunjukkan bahwa kriteria 6.1 belum terpenuhi. Perusahaan pada pelaksanaannya telah melakukan sistem kerja K3 namun belum terdokumentasi dan tidak terkoordinasi dengan baik. Untuk pemenuhan kriteria tersebut, penulis membuat prosedur sistem kerja yang dapat dilihat pada lampiran 15a sampai 15b (Prosedur Identifikasi Potensi Bahaya dan Resiko Kerja). Selain itu pada prosedur sistem kerja, terdapat dua form yaitu form untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kerja yang dapat dilihat pada form identifikasi potensi bahaya dan resiko kerja dan form untuk mencatat masukan-masukan dari tenaga kerja tentang potensi bahaya yang dapat dilihat pada form tanya jawab. Untuk alat perlindungan diri dapat dilihat pada lampiran 2.
4.4.6.2. Pengawasan
PT. SBS melakukan pengawasan kerja agar pekerjaan dilakukan dengan aman dan mengikuti petunjuk kerja namun pengawasan yang dilakukan belum secara total dan tidak terdokumentasi. Oleh karena itu, pemenuhan kriteria 6.2 dapat dilihat pada lampiran 16a sampai 16b (Prosedur Pengawasan Kerja). Selain itu, pada prosedur pengawasan kerja, terdapat form identifikasi potensi bahaya dan resiko kerja dan form tanya jawab.
4.4.6.3. Seleksi dan Penempatan Personil
Berdasarkan hasil audit awal, PT. SBS telah memenuhi kriteria 6.3 dimana telah terdapat prosedur dan pencatatan yang terdokumentasi untuk seleksi dan penempatan personil. Prosedurnya dapat dilihat pada lampiran 17a sampai 17b (Prosedur Seleksi dan Penempatan Personil) dan form penerimaan karyawan.
4.4.6.4. Lingkungan Kerja
Pada PT. SBS mengenai lingkungan kerjanya telah memenuhi kriteria 6.4, tetapi belum terdokumentasi. Oleh karena itu untuk pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 18a sampai 18c yaitu prosedur pengendalian lingkungan kerja. Selain itu, pada prosedur pengendalian lingkungan kerja, terdapat form identifikasi lingkungan kerja, form pemberian ijin masuk dan juga terdapat kartu ijin masuk. Pada lampiran juga ditampilkan beberapa rambu-rambu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, tanda pintu darurat, dan kartu ijin masuk yang dapat dilihat pada lampiran 18d sampai 18e.
4.4.6.5. Pemeliharaan, Perbaikan, dan Perubahan Sarana Produksi
Berdasarkan hasil audit awal mengenai pemeliharaan, perbaikan, dan perubahan sarana produksi pada PT. SBS belum sepenuhnya memenuhi kriteria 6.5.1 sampai 6.5.9. Mengingat pentingnya hal ini maka diperlukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 19a sampai 19b. Selain itu, pada prosedur pemeliharaan, perbaikan dan perubahan sarana produksi dan peralatan., terdapat form laporan pengajuan maintenance, form pemeliharaan, perbaikan dan perubahan.
4.4.6.6. Pelayanan
PT. SBS belum memenuhi kriteria 6.6 mengenai pelayanan. Oleh karena itu untuk pemenuhannya pihak PT. SBS membuat ketentuan pelayanan yang dapat dilihat pada lampiran 20.
4.4.6.7. Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
Dalam menghadapi suatu keadaan darurat penting untuk suatu perusahaan memiliki sistem yang terstruktur dan terdokumentasi cara untuk menanganinya, dalam kasus ini PT. SBS belum memenuhi kriteria 6.7 mengenai kesiapan untuk menangani keadaan daruarat. Oleh karena itu diperlukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 21a sampai 21b yaitu prosedur keadaan darurat. Selain itu untuk memnuhi kriteria ini diperlukan form identifikasi
potensi bahaya dan resiko kerja untuk dijadikan sumber informasi dalam melakukan pengendaliaanya.
4.4.6.8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. SBS telah memiliki P3K di dalam perusahaan tetapi masih standar, hal ini dibuktikan dengan belum adanya pelatihan terhadap petugas P3K yang ada, sehingga membuat PT. SBS belum memenuhi kriteria 6.8 mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan. Oleh karena itu pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 22.
4.4.7. Hasil Audit dan Perancangan Standar Pemantauan
Pemantauan terhadap lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya dan resiko kerja belum sepenuhnya dilakukan oleh PT. SBS, walaupun ada tetapi belum terdokumentasi dan setruktur secara baik. Pemantauan terhadap lingkungan kerja penting dilakukan untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja untuk menghasilkan kinerja yang optimal.
4.4.7.1. Pemeriksaan Bahaya
Pemeriksaan bahaya perlu dilakukan untuk mengetahui tempat kerja yang tidak aman dan nyaman, dalam pemeriksaan tersebut perlu dilakukan konsultasi dengan para pekerja. Pada saat ini PT. SBS belum melakukan pemeriksaan bahaya seperti pada kriteria 7.1.1 sampai 7.1.4 dengan sepenuhnya, untuk itu harus dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 23a sampai 23b yaitu prosedur pemeriksaan bahaya. Selain itu untuk memnuhi kriteria ini diperlukan form identifikasi potensi bahaya dan resiko kerja untuk dijadikan sumber informasi dalam melakukan pengendaliaanya dan juga diperlukan form tanya jawab untuk menampung pemikiran dari tenaga kerja.
4.4.7.2. Pemantauan Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal mengenai pemantauan lingkungan kerja, PT. SBS belum memenuhi kriteria 7.2 dengan sepenuhnya. Oleh karena itu
diperlukan pemenuhan terhadap kriteria tersebut yang dapat dilihat pada lampiran 24a sampai 24b yaitu prosedur pemantauan lingkungan kerja.
4.4.7.3. Pemantauan Kesehatan
Mengenai pemantauan kesehatan di PT. SBS belum sepenuhnya memenuhi kriteria 7.4, karena perusahaan tidak memiliki kebijakan mengenai hal tersebut, untuk itu dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 25.
4.4.8. Hasil Audit dan Perancangan Pelaporan Perbaikan dan Kekurangan
Sering kali terjadi kecelakaan kerja pada suatu perusahaan, tetapi sering kali juga kecelakaan kerja yang terjadi tidak dilaporkan secara benar, maksudnya pelaporan yang dilakukan tidak menjelaskan bagaimana proses terjadinya kecelakaan, sebab terjadinya kecelakaan, akibat yang timbul dan lain-lain, dan pelaporan tersebut tidak didokumentasikan. Hal ini dapat membuat proses penanganannya menjadi lebih sulit, karena tidak ada informasi yang cukup untuk menanggulanginya.
4.4.8.1. Pelaporan Keadaan Darurat
Berdasarkan hasil audit awal mengenai kriteria 8.1.1 ternyata belum terpenuhi, oleh karena itu diperlukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 26a sampai 26b. Selain itu untuk melakukan pemenuhan pada kriteria ini diperlukan form keadaan darurat yang berisi mengenai kronologis terjadinya keadaan darurat, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk melakukan penanganan agar tidak terulang lagi kejadian tersebut.
4.4.8.2. Pelaporan Insiden
Kriteria 8.2 dapat terpenuhi oleh PT. SBS dengan bekerja sama dengan JAMSOSTEK untuk melakukan dokumentasi mengenai semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi, dapat dilihat pada lampiran 26c.
4.4.8.3. Penyelidikan Kecelakaan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal untuk criteria 8.3 belum terpenuhi sepenuhnya karena belum terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk melakukan penyelidikan. Oleh karena itu dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 27a sampai 27b yaitu prosedur penyelidikan kecelakaan kerja. Pada prosedur penyelidikan kecelakaan kerja dibutuhkan form penyelidikan kecelakaan kerja agar hasil penyelidikan dapat terdokumentasi dengan baik.
4.4.8.4. Penanganan Masalah
Kriteria 8.4 belum terpenuhi oleh PT. SBS karena belum terdapat prosedur mengenai penanganan masalah K3 yang timbul, oleh karena itu dilakukan pemenuhan yang ditampilkan pada lampiran 28a sampai 28b. Pada prosedur ini diperlukan form penanganan masalah K3 dan form tanya jawab untuk menampung pemikiran tenaga kerja.
4.4.9. Hasil Audit dan Perancangan Pengelolaan Material dan Perpindahannya Perancangan untuk pengelolaan material dan perpindahannya perlu dilakukan secara benar, karena dengan pengelolaan material secara benar maka dapat meningkatkan mutu produksi dan menjaga keamanan lingkungan. Dengan adanya sistem yang baik untuk penyimpanan, pemindahan dan pembuangan material maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang besar.
4.4.9.1. Penanganan Secara Manual dan Mekanis
Berdasarkan hasil audit awal kriteria 9.1 mengenai penanganan secara manual dan mekanis belum terpenuhi, oleh sebab itu diperlukan perancangan untuk menanganinya yang dapat dilihat pada lampiran 29a sampai 29b. Selain itu juga diperlukan form identifikasi penanganan material secara manual atau mekanis
4.4.9.2. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
Berdasarkan hasil audit awal pada kriteria 9.2.1 belum terpenuhi karena belum ada prosedur untuk menyimpan dan memindahkan bahan dengan cara yang
aman, oleh karena itu dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 30a sampai 30d yang menampilkan prosedur untuk menyimpan dan memindahkan bahan. Selain itu diperlukan form pemeriksaan alat angkut untuk menjamin alat untuk memindahkan bahan dalam kondisi yang baik dan form karakteristik material untuk mengetahui bagaimana cara penanganan setiap material yang akan disimpan atau dipindahkan. Untuk kriteria 9.2.3 telah terpenuhi oleh PT. SBS dengan memiliki prosedur pembuangan bahan yang dapat dilihat pada lampiran 30e sampai 30h.
4.4.9.3. Bahan-bahan Berbahaya
Berdasarkan hasil audit awal untuk kriteria 9.3 mengenai bahan-bahan berbahaya ada yang telah terpenuhi dan ada pula yang belum terpenuhi. Pada kriteria 9.3.1 sampai 9.3.2 dan 9.3.4 sampai 9.3.5 belum terpenuhi dan pemenuhannya dapat dilihat pada lampiran 31a sampai 31b yaitu prosedur perlakuan bahan-bahan berbahaya. Pada kriteria 9.3.2 mengenai pemberian label telah terpenuhi dan dapat dilihat pada lampiran 18d. Selain itu diperlukan form karakteristik material untuk prosedur perlakuan barang-barang berbahaya.
4.4.10. Hasil Audit dan Perancangan Pengumpulan dan Penggunaan Data
Pengumpulan data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu didokumentasikan secara baik, karena dengan penyimpanan dokumentasi K3 yang baik dan terstruktur dapat memudahkan dalam melakukan pencarian dan perubahan dokumen K3. Kerahasaian dokumen K3 perusahaan harus dijaga agar tidak tersebar luas. Untuk memenuhi keadaan itu diperlukan prosedur yang dapat mendukungnya.
4.4.10.1. Catatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal pada kriteria 10.1 belum terpenuhi, hanya satu kriteria yang terpenuhi yaitu kriteria 10.1.5 mengenai catatan kecelakaan kerja yang dapat dilihat pada lampiran 26c sampai 26d, sedangkan pemenuhan untuk kriteria yang lain dapat dilihat pada lampiran 32a sampai 32c. Catatan peminjaman dan pengembalian yang merupakan salah satu rancangan untuk
pemenuhan berguna untuk mencatat dan mendokumentasikan setiap transaksi yang terjadi. Selain itu dibutuhkan form peminjaman dokumen yang bertujuan untuk mengidentifikasi peminjam dokumen K3.
4.4.10.2. Data dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil audit awal pada kriteria 10.2.1 belum terpenuhi, sehingga dibutuhkan pemenuhan untuk kriteria tersebut yang dapat dilihat pada lampiran 32a sampai 32c. Catatan peminjaman dan pengembalian yang merupakan salah satu rancangan untuk pemenuhan berguna untuk mencatat dan mendokumentasikan setiap transaksi yang terjadi. Selain itu dibutuhkan form peminjaman dokumen yang bertujuan untuk mengidentifikasi peminjam dokumen K3.
4.4.11. Hasil Audit dan Perancangan Pengembangan Ketrampilan dan Kemampuan
Pengembangan ketrampilan dan kemampuan mengenai K3 perlu untuk selalu ditingkatkan, sedangkan di PT. SBS belum memiliki komitmen untuk selalu mengembangkan ketrampilan dan kemampuan, oleh sebab itu diperlukan adanya kebijakan atau strategi dari PT. SBS dalam mendukung hal ini.
4.4.11.1. Strategi Pelatihan
Berdasarkan hasil audit awal kriteria 12.1 mengenai pelatihan belum terpenuhi, padahal pelatihan sangat penting untuk mendukung jalannya program K3 dan mengatasi permasalahan K3 yang ada, oleh karena itu perlu ada kebijakan mengenai strategi pelatihan yang dapat dilihat pada lampiran 33.
4.4.11.2. Pelatihan Bagi Manajemen dan Supervisor
Berdasarkan hasil audit awal kriteria pada kriteria 12.2 belum terpenuhi.
Manajemen dan supervisor merupakan bagian dari perusahaan, dimana setiap elemen perusahaan harus turut serta mendukung jalannya program K3, oleh karena itu manajemen dan supervisor harus terlibat dalam pelatihan K3. Oleh
sebab itu perlu dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 33 mengenai strategi pelatihan.
4.4.11.3. Pelatihan Bagi Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil audit awal pada criteria 12.3 belum terpenuhi, padahal pelatihan bagi tenaga kerja penting dilakukan untuk melakukan pekerjaan dengan aman dan baik sehingga dapat menunjang produktivitas perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemenuhan yang dapat dilihat pada lampiran 33 mengenai strategi pelatihan.
4.4.11.4. Pelatihan Untuk Pengenalan Bagi Pengunjung dan Kontraktor
Berdasarkan hasil audit awal kriteria ini tidak terpenuhi, sehingga penulis melakukan konsultasi dengan pihak perusahaan. Setelah dilakukan konsultasi perusahaan menjelaskan kriteria ini tidak dapat dipenuhi karena pelatihan untuk pengenalan bagi pengunjung dan kontraktor sulit dilakukan mengingat tamu yang berkunjung pada umumnya hanya sampai pada lokasi kantor tanpa menganggu kegiatan produksi perusahaan, sehingga tidak perlu dilakukan pelatihan. Selain itu alasan tidak dapat terpenuhinya kriteria ini ialah akan menimbulkan cost bagi perusahaan apabila dilakukan.
4.4.11.5. Pelatihan Keahlian Khusus
Berdasarkan hasil audit awal dan konsultasi dengan pihak perusahaan tidak dapat memenuhi kriteria ini karena sebagaian pekerja belum memiliki keahlian dan intelektual yang kurang baik.
4.5. Hasil Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setelah dilakukan perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hasil audit menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, dimana sekarang kriteria yang telah sesuai sebesar 97,54% (119 kriteria). Berikut merupakan tabel 4.3 yaitu tabel check list audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Sepanjang Baut Sejahtera berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996 setelah dilakukan perancangan.
Tabel 4.3. Check List Audit Sistem Manajemen K3 Setelah Melakukan Perancangan
KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN SESUAI TIDAK SESUAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAYOR MINOR
1. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN
KOMITMEN
1.1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
√
1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk
Bertindak
√
1.3. Tinjauan Ulang dan Evaluasi √
1.4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan
Tenaga Kerja
√
2. STRATEGI PENDOKUMENTASIAN
2.1. Perencanaan Rencana Strategi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
√
2.2. Manual Sistem Manajemen K3 √
2.3. Penyebarluasan Informasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
√
3. PENINJAUAN ULANG PERANCANGAN
(Design) DAN KONTRAK
3.1. Pengendalian Perancangan √
4. PENGENDALIAN DOKUMEN
4.1. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen √
4.2. Perubahan dan Modifikasi Dokumen √
5. PEMBELIAN
5.1. Spesifikasi dari Pembelian Barang dan
Jasa
√
5.2. Sistem Verifikasi untuk Barang dan
Jasa yang Dibeli
√
Tabel 4.3. Check List Audit Sistem Manajemen K3 Setelah Melakukan Perancangan
KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN SESUAI TIDAK SESUAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAYOR MINOR
6. KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN
SISTEM MANAJEMEN K3
6.1. Sistem Kerja √
6.2. Pengawasan √
6.3. Seleksi dan Penempatan Personil √
6.4. Lingkungan Kerja √
6.5. Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi
√
6.6. Pelayanan √
6.7. Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat
√
6.8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan √
7. STANDAR PEMANTAUAN
7.1. Pemeriksaan Bahaya √ 7.2. Pemantauan Lingkungan Kerja √ 7.3. Pemantauan Kesehatan √
8. PELAPORAN DAN PERBAIKAN
KEKURANGAN
8.1. Pelaporan Keadaan Darurat √
8.2. Pelaporan Insiden √
8.3. Penyelidikan Kecelakaan Kerja √ 8.4. Penanganan Masalah √
9. PENGELOLAAN MATERIAL DAN
PERPINDAHANNYA
9.1. Penanganan Secara Manual dan Mekanis
√
9.2. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan,
dan Pembuangan
√
9.3. Bahan-bahan Berbahaya √
10. PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN
DATA
10.1. Catatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja √
10.2. Data dan Laporan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja √
Tabel 4.3. Check List Audit Sistem Manajemen K3 Setelah Melakukan Perancangan
KRITERIA AUDIT SISTEM MANAJEMEN SESUAI TIDAK SESUAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAYOR MINOR 12. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN
DAN KEMAMPUAN
12.1. Strategi Pelatihan √ 12.2. Pelatihan Bagi Manajemen dan
Supervisor
√
12.3. Pelatihan Bagi Tenaga Kerja √ 12.4. Pelatihan untuk Pengenalan Bagi
Pengunjung dan Kontraktor 12.4.1 Perusahaan mempunyai
program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja.
√
12.4.2 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja
guna menjamin
keselamatan dan kesehatan
kerja.
√
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus 12.5.1 Pengusaha mempunyai system
untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan
pekerjaan atau
mengoperasikan peralatan. √