• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Philip Kotler (2000, p8) mendefinisikan pemasaran sebagai proses sosial dan managerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Pertukaran dari kedua belah pihak akan diukur dalam suatu ukuran yang disebut sebagai transaksi penjualan bagi suatu perusahaan kepada konsumen (pelanggan). Oleh karena itu terlihat bahwa penjualan merupakan salah satu bagian dari berbagai fungsi pemasaran.

Ada lima konsep pemasaran menurut Philip Kotler (2000, p17) yang mendasari organisasi dalam melakukan kegiatan pemasaran yaitu:

1. Konsep pemasaran berdasarkan produksi

Konsumen akan membeli barang atau jasa yang mudah didapatkan dan harga yang terjangkau. Hal tersebut menyebabkan seorang manager akan berusaha meningkatkan efisiensi produksi, biaya yang rendah dan memperluas area distribusi.

2. Konsep pemasaran berdasarkan produk

(2)

Konsumen akan membeli produk yang menawarkan kualitas, kinerja terbaik atau produk yang inovatif. Dengan demikian seorang manager dituntut untuk fokus dalam membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya setiap saat baik dalam hal kualitas maupun inovatif.

3. Konsep pemasaran berdasarkan menjual

Kemungkinan besar konsumen tidak mengetahui atau tidak membeli produk jika perusahaan tidak melakukan usaha penjualan dan mempromosikan produk dengan tepat atau agresif.

4. Konsep pemasaran berdasarkan marketing

Konsep ini memegang kunci untuk mencapai tujuan organisasi yaitu membuat perusahaan lebih efektif dibandingkan pesaing dalam hal penciptaan produk, pengiriman produk dan komunikasi kepada pelanggan.

5. Konsep pemasaran berdasarkan masyarakat

Tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar dan memenuhinya dengan lebih efektif dan efisien daripada saingan dengan cara meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

2.1.2 Sistem Informasi Pemasaran

Definisi dari Philip Kotler (2000, p100) tentang sistem informasi pemasaran adalah terdiri dari orang-orang, peralatan dan prosedur untuk mengumpulkan, mengurutkan, menganalisis, mengevaluasi serta mendistribusikan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu dan akurat kepada pengambil keputusan dalam bidang

(3)

pemasaran serta berguna bagi perusahaan dalam pengambil keputusan yang bersifat kritikal mengenai peluang dan kesempatan yang ada.

Informasi memegang peranan penting untuk para manager dalam menganalisis dan membuat rencana perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Philip Kotler (2000, p101) ada empat subsistem yang digunakan untuk merancang sistem informasi pemasaran yang baik. Empat subsistem tersebut adalah:

1. Sistem pencatatan internal

Mengolah data-data terbaru mengenai penjualan, biaya, persediaan, arus kas, harga produk dan hutang piutang. Dengan adanya informasi ini, level manager dapat melihat masalah dan kesempatan yang muncul.

2. Sistem inteligen pemasaran

Merupakan serangkaian prosedur dan sumber daya yang digunakan oleh level manager untuk mendapatkan informasi secara rutin atau setiap hari tentang perkembangan pemasaran eksternal.

3. Sistem riset pemasaran

Perancangan, pengumpulan, analisis, dan pelaporan yang sistematis dari data yang berhubungan dengan situasi atau kondisi pemasaran tertentu yang sedang dihadapi oleh perusahaan.

4. Sistem pendukung keputusan pemasaran

Merupakan sebuah sistem yang mengkoordinasikan pengumpulan data, sistem, alat- alat, dan teknik dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat keras dimana organisasi mengumpulkan dan mengintepretasikan informasi-informasi bisnis dan keadaan pasar dan mengubahnya menjadi tindakan pemasaran.

(4)

2.2 Rekayasa Ulang Proses Bisnis (BPR) 2.2.1 Pengertian Rekayasa Ulang Proses Bisnis

Rekayasa ulang bukan hanya membuat sebuah perusahaan menjadi lebih efisien saja tetapi juga harus dapat membuat lebih efektif dari sebelumnya sehingga merupakan suatu proses menciptakan suatu nilai untuk konsumen (pelanggan), dimana nilai tersebut didefinisikan oleh konsumen dalam hal harga yang murah atau terjangkau, kualitas produk yang baik atau peningkatan kecepatan respon.

Tujuan dilakukan rekayasa ulang proses bisnis adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan, bukan peningkatan secara wajar atau biasa-biasa saja.

Alasan untuk melakukan rekayasa ulang proses bisnis adalah menghemat biaya dan waktu, meningkatkan daya saing di pasar atau kecepatan respon pada konsumen.

Menurut Hammer dan Champy (1993, p32) definisi dari rekayasa ulang adalah pemikiran kembali secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal dari proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan atau peningkatan yang signifikan dalam hal biaya, kualitas, pelayanan, dan kecepatan. Definisi rekayasa ulang menurut Hammer dan Champy mempunyai empat kata kunci yaitu:

1. Fundamental

Dalam melakukan rekayasa ulang, sebagai orang bisnis harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar yang berkaitan atau berhubungan dengan perusahaan dan bagaimana mengoperasikannya. Pertanyaan pertama yang dapat diajukan adalah mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, sedangkan pertanyaan kedua adalah mengapa kita melakukan hal tersebut dengan cara yang kita lakukan sekarang. Pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tersebut akan membuat

(5)

atau memaksa orang untuk melihat aturan-aturan yang tidak tertulis dan asumsi- asumsi yang berlaku dan menjadi dasar dalam penyelanggaraan bisnisnya.

Perusahaan harus dapat menemukan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan dan kemudian menentukan bagaimana melakukannya. Sering terjadi bahwa aturan-aturan dan asumsi-asumsi yang dimiliki oleh perusahaan sudah usang, salah atau tidak sesuai lagi dengan proses bisnis yang ada.

2. Radikal

Merancang ulang secara radikal berarti memulai dari akar permasalahan, bukan membuat perubahan-perubahan yang ada di permukaan saja (superficial) atau berkutat dengan apa yang sudah ada, tetapi membuang jauh-jauh yang lama.

Mengesampingkan semua struktur dan prosedur yang ada dan menciptakan cara-cara yang benar-benar baru dalam memecahkan masalah.

3. Dramatis

Rekayasa ulang bukanlah tentang upaya mencapai peningkatan kinerja secara biasa- biasa saja atau incremental , tetapi tentang mencapai peningkatan yang dramatis atau quantum leaps dalam kinerjanya. Terdapat tiga jenis perusahaan yang dapat

diidentifikasi perlu mengadakan rekayasa ulang yaitu:

a. Perusahaan yang sedang menghadapi masalah besar dan tidak mempunyai pilihan lain

b. Perusahaan yang belum atau sedikit mengalami kesulitan tetapi level manajemen perusahaan tersebut mempunyai pandangan ke depan melihat masalah yang akan segera datang.

(6)

c. Perusahaan yang sedang dalam berada kondisi puncak, belum terlihat adanya kesulitan atau masalah yang datang, tetapi level manajemen sangat ambisius dan agresif.

4. Definisi proses menurut Michael Hammer dan James Champy (1993, p35), yaitu merupakan sekumpulan aktivitas yang memerlukan satu atau beberapa jenis masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) yang mempunyai nilai bagi konsumen. Sebagian besar para praktisi bisnis tidak berorientasi terhadap proses, melainkan memusatkan perhatiannya pada tugas-tugas, pekerjaan, sumber daya manusia maupun struktur.

Sedangkan menurut Manganelli dan Klein (1994, p7), rekayasa ulang adalah suatu perencanaan ulang yang cepat dan radikal terhadap proses bisnis yang strategis dan bernilai tambah dalam proses bisnis yang didukung oleh sistem, kebijakan dan struktur organisasi untuk mengoptimalkan arus kerja dan produktivitas di dalam organisasi.

Sedangkan proses adalah sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan yang mengubah input menjadi output. Definisi ini mencakup lima kata kunci yaitu:

1. Proses strategis yaitu proses-proses penting yang dapat mempengaruhi tujuan bisnis perusahaan, posisi, dan strategi yang ditetapkan.

2. Proses bernilai tambah adalah proses-proses berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

3. Aktivitas proses penunjang sistem, dimulai dari pemrosesan data dan sistem informasi manajemen di satu sisi dengan sistem sosial dan kebudayaan di sisi lainnya.

(7)

4. Aktivitas proses penunjang kebijaksanaan, meliputi batasan dan aturan yang harus dipenuhi dalam menentukan bagaimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan.

5. Aktivitas proses penunjang struktur organisasi, meliputi kelompok kerja, departemen, divisi, unit, dan sebagainya dimana para karyawan ditempatkan.

2.2.2 Beberapa Cara Teknologi Informasi dalam Melakukan Rekayasa Ulang Proses Bisnis

Menurut Joe Peppard dan Philip Rowland (1995, p181), ada empat cara dalam membuat bisnis proses lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya.

Keempat cara tersebut adalah:

1. Menghilangkan (eliminate)

Menghilangkan proses-proses yang tidak memberikan nilai baik bagi perusahaan maupun pelanggan. Menghilangkan proses-proses yang tidak mempunyai nilai tambah akan membuat kinerja perusahaan lebih efisien dan lebih baik.

2. Menyederhanakan (simplify)

Menyederhanakan proses-proses tertentu atau pengurangan rantai proses akan membuat pelaksanaan aktivitas perusahaan lebih cepat dan murah.

3. Menggabungkan (integrate)

Diintegrasikannya beberapa proses yang biasanya ditangani oleh beberapa karyawan dari berbagai divisi yang terpisah menjadi sebuah proses yang lebih sederhana.

Dalam rekayasa ulang proses bisnis, dimungkinkan situasi dimana menggabungkan beberapa pekerjaan menjadi satu yang tujuannya untuk lebih melancarkan aliran- aliran proses yang ada di perusahaan.

(8)

4. Mengotomatisasikan (automate)

Mengubah hal-hal yang biasanya dilakukan secara manual menjadi aktivitas yang menggunakan komputer. Dalam hal ini, Teknologi informasi memainkan peranan yang cukup penting dalam rekayasa ulang proses bisnis dan merupakan bagian baik kecil maupun besar dari setiap upaya untuk melakukan rekayasa ulang.

Pada kenyataannya, tidak semua perusahaan secara penuh menggunakan keempat cara tersebut. Ada sebagian perusahaan yang hanya berhasil melakukan otomatisasi saja, sementara yang lain melakukan eliminasi dan penyederhanaan proses-proses utama. Hal ini wajar-wajar saja mengingat bahwa pada akhirnya faktor manusialah yang akan menjadi penentu utama keberhasilan program rekayasa ulang proses bisnis.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini tidak hanya untuk membuat sebuah animasi kartun saja, namun dengan kemampuan grafisnya serta dukungan pengolahan data maka Adobe Flash mampu membuat iklan pada website,

Rekayasa ulang proses bisnis (Business Process Reengineering – selanjutnya disebut BPR) dimulai dengan kata-kata rekayasa ulang yang artinya adalah “pemikiran ulang secara

Karena pembelajaran IPA (fisika) akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika penjelasan materinya tidak hanya dijelaskan secara teori saja, akan tetapi dapat

Analisa proses bisnis dalam rangka rekayasa ulang bisnis pada intinya adalah bertujuan dan berlandaskan pada konsep untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan

Internal Controls yang efektif dan efisien dapat membantu setiap organisasi dalam mencapai tujuan kinerjanya yaitu kegiatan operasi yang efektif dan efisien, laporan

Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya

Inti serat gelas tersebut cukup kecil yang membuat cahaya hanya dapat melewati satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan menyatakan bahwa serat optik tidak cocok untuk

Beberapa tahun ini data center menjadi pembahasan yang ramai, yang sebelumnya data center bukan merupakan bahasan yang perlu di bahas lebih dalam secara teori, tetapi kebutuhan