• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA

KELAS V SD 101771 TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG

Nurlaili Pulungan

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di SD Negeri 101771 Tembung. Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball Throwing dapat meningjatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa, dari 34 orang siswa, 8 orang siswa (23,5%) dengan nilai rata-rata 42,94 (belum tuntas) belum mencapai nilai ketuntasan. Siswa yang bisa memahami proses terbentuknya tanah pada siklus I dari 34 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa (55,88%) dengan nilai rata-rata 69,47 (belum tuntas) masih belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar. Dan pada siklus II siswa yang bisa memahami penjumlahan bilangan bulat sebanyak dari 34 orang siswa, sebanyak 31 orang siswa (91,17%) mencapai ketuntasan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 98,38 (tuntas). Dan ketuntasan klasikal siswa yang tercapai dari 31 orang siswa (91,17%) telah melebihi 85% dari jumlah siswa yang ada, dengan nilai rata-rata 98,38 (tuntas).

Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Pembentukan tanah, Snowball Throwing

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.

Inti dari kegiatan pendidikan adalah belajar mengajar, sebab tanpa adanya kegiatan atau proses belajar mengajar maka pendidikan itu tidak akan terealisasikan. Pendidikan dilakukan harus terencana sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Tujuan tersebut secara operasional telah dirumuskan pada setiap materi ajar dalam kegiatan pengajaran, tanpa terkecuali dalam mata pelajaran ipa.

Pelaksanaan pembelajaran IPA kepada siswa adalah memberikan kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara ilmiah. Hal ini membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban

berdasarkan bukti serta

mengembangkan cara berpikir

ilmiah. Maka pembelajaran IPA

difokuskan untuk memupuk minat

dan pengembangan diri terhadap

dunia di sekitar mereka. Pelaksanaan

pembelajaran sesungguhnya adalah

upaya untuk meningkatkan

kemampuan belajar siswa secara

bersama (keseluruhan), dimana dalam

pembelajaran tersebut tercipta

komunikasi yang aktif antara siswa

dengan guru, suasana belajar yang

menyenangkan, siswa kreatif, bisa

bekerja sama dan membangun daya

pikir yang optimal, sehingga siswa

termotivasi untuk aktif mengikuti

kegiatan belajarr. Namun, dalam

kenyataannya, hasil yang dicapai

siswa rendah.Hal ini dibuktikan

dengan data yang ditemukan di

lapangan. Berdasarkan hasil

(2)
(3)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

wawancara dengan guru kelas V di SDN 101771 mata pelajaran IPA pada materi ajar proses pembentukan tanah diperoleh nilai rata-rata siswa 44, sementara nilai standar KKM yang ditentukan adalah 70. Dari 34 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki, hanya 45% (15 siswa) yang mencapai KKM, sedangkan55% (19 siswa) lainnya tidak tuntas.

Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: rendahnya minat belajar siswa pada pelajaran ipa, metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, guru kurang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran ipa, dan guru kurang menguasai materi pembelajaran serta kurang tepatnya pendekatan atau model pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam pengembangan silabus dan skenario pembelajaran yang dirumuskan, yang bermuara pada kurang efektifnya pembelajaran yang dikembangkan di kelas. Faktor-faktor tersebut dapat menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diprediksi bahwa kualitas pembelajaran dapat meningkat apabila guru menggunakan pendekatan atau model pembelajaran yang tepat dengan alasan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dapat membentuk hasil belajar siswa sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan.

Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang

mendominasi tingkat hasil belajar, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif bermacam- macam tipe, seperti: jigsaw, think pair share, numbered heads together, make a match, snowball throwing, group investigation, talking stick, dan lain-lain.

Model pembelajaran kooperatif yang tepat digunakan adalah tipe Snowball Throwing (melempar bola salju). Model pembelajaran Snowball Throwing melibatkan siswa lebih aktif dan bertujuan agar para siswa lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Di kelas guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang terdiri atas 4 – 6 orang siswa dalam satu kelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru.

Kemudian masing-masing siswa

membuat pertanyaan yang dibentuk

seperti bola (kertas pertanyaan), lalu

dilemparkan ke siswa lain. Masing-

masing siswa menjawab pertanyaan

dari bola yang diperoleh.Dapat

disimpulkan bahwa tipe

(4)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

pembelajaran Snowball Throwing merupakan tipe pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas, pertanyaan yang mendasar adalah apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa?.Hal ini perlu dikaji melalui penelitian ilmiah. Inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian dengan judul, “Penerapan Cooperative Learning tipe Snowball

Throwing Dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA di Kelas V SDN 101771 Tembung”.

Berdasarkan latar belakang masalah dan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dapat diidentifikasi seperti berikut:

a. rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA,

b. metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi,

c. guru kurang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran IPA, d. adanya asumsi siswa bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit,

e. guru kurang menguasai materi pembelajaran, dan

f. kurang tepatnya pendekatan atau model pembelajaran yang dipilih oleh guru.

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dana, dan untuk lebih fokus melakukan penelitian ini,

peneliti perlu membatasi masalah penelitiannya pada penerapan Cooperative Learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA materi ajar Proses Pembentukan Tanah di Kelas V SD Negeri 101771.

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah penerapan Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada pelajaran IPA materi ajar Proses Pembentukan Tanah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 101771 Tembung?”

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:Untuk mengetahui hasil belajar ilmu pengetahuan alam setelah diterapkannya Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada materi ajar Proses Pembentukan Tanah di kelas V SDN 101771 Tembung.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai petunjuk untuk:

a. siswa, dapat menjadi pengalaman belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran materi ajar lainnya, guna meningkatkan aktivitas belajarnya, dan memberikan hasil belajar yang memuaskan.

b. guru, sebagai bahan

pertimbangan dalam memilih

model pembelajaran yang dapat

(5)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar IPA.

c. sekolah, sebagai masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran.

d. peneliti, menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang sangat berguna tentang keterampilan mengajar dalam meningkatkan hasil belajar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana penelitian ini berupaya memaparkan penerapan Cooperative Learning tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V.

Penelitian ini berlokasi di SD Negeri No. 101771 Jalan Pasar III Tembung Kec.Percut Sei Tuan.Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni di semester genap.

Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri No.101771 Tembung yang berjumlah 34 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 21 orang dan jumlah siswa perempuan 13 orang.

Desain penelitian dalam penelitian tindakan kelas berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan pelaksanaan PTK selama dua siklus.

Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan

model yang dikemukakan oleh Arikunto (2006 : 16)

Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas yang meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam kelas. Pada penelitian ini, peneliti akan dibantu oleh seorang guru kelas yang mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri101771 Tembung.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa kelas V yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Dengan berpatokan pada tes awal tersebut, maka akan dilakukan penelitian tindakan kelas dengan prosedur yang disusun oleh Arikunto (2006 : 16) yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus dalam setiap siklus ada 2 kali pertemuan sehingga dari dua siklus ada 4 kali pertemuan dimana setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.

Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

Siklus I

Tahap perencanaan.

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan berupa Rencana

125

(6)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

pelaksanaan pembelajaran (RPP), Media kertas, evaluasi pembelajaran, lembar observasi untuk guru dan siswa.

Pelaksanaan tindakan.

Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan tipe/model pembelajaran snowball throwing sesuai dengan skenario yang sudah disusun.

Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring pada proses pembelajaran di kelas secara langsung yang meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang diharapkan.

Refleksi

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempertimbangkan pembelajaran yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kekurangan untuk diperbaiki pada siklus kedua.

Intrumen Penelitian

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan cooperative learning tipe snowball throwing, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan tes. Sedangkan untuk mengetahui tingkat keefektifan

penggunaan cooperative learningtipe snowball throwing, pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan observasi.

Tes

Tes dibagi atas tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) yang berbentuk esay.Tes awal diberikan sebelum pemberian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam materi Proses Terbentuknya Tanah. Sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa meningkat setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning tipe snowball throwing.

Observasi

Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati penggunaan cooperative learning tipe snowball throwing yang bermaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan untuk mengatahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.Observasi yang terdapat pada lampiran yaitu observasi guru.

Observasi yang ditujukan untuk guru bertujuan untuk mengungkap kegiatan atau aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar.

Teknik analisis data

Peneliti menganalisis data hasil belajar siswa secara deskriptif

yang bertujuan untuk

(7)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar.Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar adalah tes akhir.Dari hasil jawaban siswa, diperoleh tingkat pencapaian hasil belajar. Untuk dapat mengetahuinya peneliti melakukan pemeriksaan terhadap jawaban siswa melalui pemberian skor. Hasil jawaban siswa tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan nilai yang dicapai siswa.Dari analisis data diperoleh hasil belajar siswa. Dimana hasil belajar siswa berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar yang mendapat kriteria ketuntasan belajar perorangan dan klasikal (Usman 2007 : 64) yaitu : a. Daya serap perseorangan.

Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai 65 % atau 65.

b. Daya serap klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65 %.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes belajar dengan menggunakan rumus : (Arikunto 2009 : 236)

PPH = x N

B 100%

Dimana :

PPH = Presentase penilaian hasil.

B = Skor yang diperoleh siswa.

N = Skor total.

Dan untuk menentukan presentase hasil belajar siswa secara klasikal dengan rumus: (Dewi 2009:116)

P = n

f x 100%

Dengan:

P = Jumlah persentase siswa Yang mengalami perubahan.

F = Jumlah siswa yang tuntas.

N = Jumlah siswa keseluruhan.

Setelah mengolah data hasil belajar dengan menggunakan rumus di atas, secara individu dikatakan tuntas belajar jika PPH > 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas apabila P > 85% (Uzer 2007 : 64).Dari analisis data diperoleh persentase perubahan dengan ketentuan (Aqib, 2009 : 270) sebagai berikut:

Tabel Persentase Perubahan Siswa

No Persentase

Perubahan Keterangan 1. > 80% Tuntas 2. 76-79% Tuntas 3. 70-75% Tuntas

4. 0-69% Belum Tuntas

Berdasarkan tabel di atas

maka dapat dirumuskan adanya

peningkatan hasil belajar siswa

dalam pokok bahasan proses

terbentuknya tanah dengan

menggunakan cooperative learning

tipe snowball throwing yang

diperoleh berdasarkan hal berikut :

(8)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

a. Adanya peningkatan dari kemampuan awal sebelum digunakan cooperative learning tipe snowball throwing terhadap kemampuan akhir setelah menggunakan cooperative learning tipe snowball throwing b. Hasil belajar siswa secara

individual meningkat dan hasil belajar klasikal tuntas

Observasi

Hasil observasi yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran akan dijadikan sebagai pedoman perbaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Oleh karena itu, akan dianalisis data hasil observasi untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan cooperative learning tipe snowball throwing.

Dengan nilai konversi untuk penilaian data observasi dari buku pedoman akademik (2007/2008 : 125) sebagai berikut:

Tabel Konversi Penilaian

Nilai Nilai Huruf

Nilai Angka

Keterangan

3,6 - 4,0

A 4 Sangat

Baik 3,1 -

3,5

B 3 Baik

2,6 - 3,0

C 2 Cukup

0,0 - 2,5

D 1 Kurang

Berdasarkan tabel di atas, jika hasil observasi guru mencapai nilai dibawah 2,5 atau sama dengan maka kegiatan yang dilakukan guru masih kurang baik dan jika hasil observasi

mencapai nilai 4,0 maka kegiatan guru sudah sangat baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 101771 Tembung di kelas V- dengan siswa yang berjumlah 34 orang siswa. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran kelas V, yaitu hari senin pukul 08.00 WIB dan hari kamis pukul 09.10 WIB. Sarana dan prasarana yang ada didalam kelas terdiri dari dari papan tulis, lemari, kapur dan penghapus, meja dan bangku guru/siswa.

Penelitian dilengkapi dengan lembar observasi yang bertujuan untuk mengamati prilaku yang dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran disajikan dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi proses terbentuknya tanah.

Deskripsi Hasil Penelitian Kondisi Awal

Sebelum melakukan

tindakan, terlebih dahulu dilakukan

tes awal dengan memberikan soal

kepada siswa berupa soal

penjumlahan bilangan bulat yang

berjumlah 10 soal. Tes ini bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal

siswa, dalam penjumlahan bilangan

bulat dengan nilai minimal

ketuntasan belajar siswa yaitu

70.Dari hasil tes awal diperoleh data

(9)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

bahwa jumlah siswa yang berhasil pada tes awal atau tuntas belajar sebanyak 8 orang siswa dengan nilai 70 – 100, dengan nilai rata-rata 82,5 (tuntas). Siswa yang tidak tuntas dalam tes awal sebanyak 24 orang siswa dengan nilai 0 – 60, dengan rata-rata nilai sebesar 39,17 (belum tuntas). Dengan melihat hasil dari tes awal diketahui perlu dilakukan tindakan pada siklus I untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Siklus I Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan berupa menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media kertas, evaluasi pembelajaran, lembar observasi.

Pelaksanaan Tindakan

Pemberian tindakan pada siklus I dengan melaksanakan pembelajaran di kelas IV-B dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing. Pembelajaran dilakukan dengan skenario sebagai berikut:

a. Menyiapkan kertas HVS sebanyak jumlah siswa.

b. Menjelaskan materi yang dipelajari.

c. Membagi siswa dalam kelompok belajar yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa dengan variasi siswa yang berbeda-beda seperti ras, jenis kelamin, budaya, kelas sosial, dan kemampuan dalam belajar.

d. Menunjuk salah seorang siswa menjadi ketua kelompok dan memanggilnya untuk diberi penjelasan, kemudian ketua kelompok memberi penjelasan kepada teman-teman satu keompok yang lain.

e. Setiap siswa dibagikan selembar kertas untuk diisi sebuah soal yang berkaitan dengan penjumlahan bilangan bulat.

f. Kemudian guru mengintruksikan kepada siswa untuk membentuk kertas seperti sebuah bola dan kertas dilempar/ditukar dengan teman dalam kelompok lain dalam waktu 15 menit.

g. Pada waktu yang telah ditentukan guru menghentikan penukaran kertas dan menyuruh siswa untuk membuka kertas masing-masing yang berisi soal untuk dikerjakan secara mandiri.

h. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan kertas dan membahasnya secara bersama- sama.

Observasi

Pada saat guru juga memerlukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana guru dapat mengajarkan pelajaran matematika pada materi penjumlahan bilangan bulat dengan baik, sehingga siswa dapat berhasil dalam belajar dan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil observasi guru seperti pada seperti tabel berikut:

129

(10)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

Tabel Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran

No Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Skor Ket

1. Meminta siswa maju ke depan kelas

2 Sedang

2. Menjelaskan cara penjumlahan bilangan bulat

3 Baik

3. Melakukan Tanya jawab dengan siswa

3 Baik

4. Membuat diskusi kelompok

3 Baik

5. Membimbing diskusi kelompok

3 Baik

6. Menturuh siswa membuat soal di kertas

3 Baik

7. Mengintruksi kepada siswa untuk membuat sebuah kertas berbentuk bola

3 Baik

8. Meminta siswa

mengerjakan soal yang ada pada kertas berbentuk bola

3 Baik

9. Memberikan soal secara individu

3 Baik

Rata-rata 2,88 Cukup

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai mengajar guru sebesar 2,88 (cukup).

Sehingga proses pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan baik.

Hasil Belajar

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanakan tindakan. Pada proses pembelajaran siklus I, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Pada siklus I siswa yang tuntas dalam pembelajaran yaitu sebanyak 19 orang siswa (55,88%) dengan nilai di atas 70, yang memiliki rata-rata nilai sebesar 79,47 (tuntas). Sementara 15 orang siswa lainnya hasil belajarnya masih

rendah dengan rata-rata 60,67 (belum tuntas). Sehingga proses pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Refleksi

Dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing diperoleh ketrampilan mengajar guru sebesar 2,88 (cukup) dikarenakan cara mengajar guru yang kurang mengaktifkan siswa yaitu guru kurang menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas sehingga menghasilkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebanyak 19 orang siswa (55,88%) dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,47 (tuntas). Meningkat bila dibandingkan dengan hasil tes awal dengan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 82,5 (tuntas) dari 8 orang siswa yang tuntas belajar. Akan tetapi hasil siklus I ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai karena ketuntasan yang diharapkan sebesar 85%.

Siklus II Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan hasil tindakan pada siklus I untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan bilangan bulat.

Kegiatan yang dilakukan yaitu

berupa menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

(11)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

media kertas, evaluasi pembelajaran, lembar observasi.

Pelaksanaan Tindakan

Pemberian tindakan pada siklus II dengan melaksanakan pembelajaran di kelas V dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing. Dari hasil tindakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pada siklus II.

Pembelajaran dilakukan dengan skenario sebagai berikut:

a. Kembali menyiapkan kertas HVS sebanyak jumlah siswa.

b. Menjelaskan materi yang dipelajari.

c. Siswa kembali dalam kelompok belajar yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa dengan variasi siswa yang berbeda-beda seperti ras, jenis kelamin, budaya, kelas sosial, dan kemampuan dalam belajar.

d. Memanggil ketua kelompok kembali untuk diberi penjelasan, kemudian ketua kelompok memberi penjelasan kepada teman-teman satu kelompok yang lain.

e. Kemudian guru mengintruksikan kepada siswa untuk membentuk kertas seperti sebuah bola dan kertas dilempar/ditukar dengan teman dalam kelompok lain dalam waktu 15 menit.

f. Pada waktu yang telah ditentukan guru menghentikan penukaran kertas dan menyuruh siswa untuk membuka kertas masing-masing yang berisi soal untuk dikerjakan secara mandiri.

g. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan kertas dan membahasnya secara bersama- sama.

Observasi

Pada siklus II saat guru juga diperlukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana guru dapat mengajarkan pelajaran IPA pada materi proses terbentuknya tanah dengan baik, sehingga siswa dapat berhasil dalam belajar dan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil observasi guru seperti pada seperti Tabel berikut :

TabelKegiatan Guru Dalam Pembelajaran

No Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Skor Ket

1. Meminta siswa maju ke depan kelas

3 Sedang

2. Menjelaskan cara penjumlahan bilangan bulat

4 Sangat

Baik

3. Melakukan Tanya jawab dengan siswa

4 Sangat

Baik 4. Membuat diskusi

kelompok

3 Baik

5. Membimbing diskusi kelompok

4 Sangat

Baik 6. Menturuh siswa

membuat soal di kertas

3 Baik

7. Mengintruksi kepada siswa untuk membuat sebuah kertas berbentuk bola

4 Sangat

Baik

8. Meminta siswa mengerjakan soal yang ada pada kertas berbentuk bola

3 Baik

9. Memberikan soal secara individu

4 Sangat

Baik

Rata-rata 3,55 Baik

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai

131

(12)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

mengajar guru sebesar 3,55 (baik).

Sehingga proses pembelajaran pada siklus II telah mencapai nilai yang tinggi sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan baik.

Hasil Belajar

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanakan tindakan. Pada proses pembelajaran siklus II, guru kembali memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Pada siklus II siswa yang tuntas dalam pembelajaran yaitu sebanyak 31 orang siswa (91,17%) dengan nilai di atas 70, yang memiliki rata-rata nilai sebesar 93,38 (tuntas). Sementara 3 orang siswa (8,8%) lainnya hasil belajarnya masih rendah dengan rata- rata 50 (belum tuntas). Sehingga proses pembelajaran telah berhasil dengan hasil ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebanyak 31 orang siswa (91,17%). Dan hasil observasi guru mendapatkan nilai sebesar 3,55 (baik) sehingga guru telah mengajar dengan baik hasil belajar siswa meningkat dengan baik.

Refleksi

Berdasarkan ketrampilan mengajar guru dengan nilai 3,55 (baik), yaitu cara mengajar guru yang mengalami perubahan yakni guru telah mengaktifkan siswa dengan cara lebih banyak menyuruh siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, maka dari itu diperoleh hasil ketuntasan klasikal sebanyak 31 orang siswa (91,17%).

Pada siklus II peningkatan nilai rata-

rata hasil belajar siswa sebesar 98,38 (tuntas) bila dibandingkan dengan hasil siklus I yaitu 79,47 (tuntas) dari 19 orang siswa dan dengan hasil tes awal yang sebesar 82,5 (tuntas) dari 8 orang siswa. Hasil siklus II ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai karena ketuntasan yang diharapkan sebesar 85%. Oleh karena itu pembelajaran telah berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran ipa materi proses terbentunya tanah pada siklus II. Dengan hasil pada siklus II maka diperoleh hasil belajar siswa telah meningkat sesuai dengan ketuntasan yang ingin dicapai dan tidak perlu dilakukan tindakan pada siklus III.

Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dalam penelitian ini ditemukan hal-hal berikut:

a. Sebelum pemberian tindakan, siswa diberi tes awal dan diperoleh 8 orang siswa (23,5%) yang tuntas dalam pembelajaran, dan 26 orang siswa (76,47%) belum tuntas dalam pembelajaran.

Secara klasikal diperoleh tingkat

ketuntasan hasil belajar siswa

sebesar 23,5% dengan nilai rata-

rata 82,5. Dari hasil tes awal

siswa belum mampu mamahami

materi penjumlahan bilangan

bulat karena belum bisa mengerti

hasil penjumlahan antara bilangan

positif dijumlahkan dengan

bilangan negatif.

(13)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

b. Berdasarkan tes awal maka upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.

c. Melalui siklus I, tingkat ketuntasan hasil belajar siswa rata-rata 79,47 (tuntas), diperoleh dari 19 orang siswa (55,88%).

Dan siswa yang belum tuntas sebesar 15 orang siswa (44,11%).

d. Dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing pada siklus II, ditemukan sebanyak 31 orang siswa (91,17%) telah mencapai nilai ketuntsan hasil belajar. Pada siklus II peningkatan nilai rata- rata hasil belajar siswa sebesar 98,38 (tuntas), dengan pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 91,17%

telah mencapai nilai ketuntasan yang diharapkan.

Pembahasan

Dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing maka hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Belajar Siswa sebelum dan sesudah siklus

N o

Penca.

Hasil Belajar

Sblm Siklus

Siklus Ket.

I II

1 Jumlah siswa

34 34 34 -

2 Nilai rata- rata

42,94 69,4 98,38 Meningk at 3 Persentase

Ketuntasa n

23,5% 55,88

%

91,17

%

Tuntas

Bersdasarkan tabel di atas tersebut diketahui bahwa siswa yang

bisa memahami proses terbentuknya tanah sebelum siklus dari 34 orang siswa, 8 orang siswa (23,5%) dengan nilai rata-rata 42,94 (belum tuntas) belum mencapai nilai ketuntasan.

Siswa yang bisa memahami proses terbentuknya tanah pada siklus I dari 34 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa (55,88%) dengan nilai rata-rata 69,47 (belum tuntas) masih belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar. Dan pada siklus II siswa yang bisa memahami penjumlahan bilangan bulat sebanyak dari 34 orang siswa, sebanyak 31 orang siswa (91,17%) mencapai ketuntasan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 98,38 (tuntas). Dan ketuntasan klasikal siswa yang tercapai dari 31 orang siswa (91,17%) telah melebihi 85%

dari jumlah siswa yang ada, dengan nilai rata-rata 98,38 (tuntas).

GambarDigram Hasil Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus

Setelah dilakukan tindakan

pada siklus I dan II dengan

menggunakan model pembelajaran

snowball throwing di kelas V SDN

101771 Tembung pada pelajaran ipa

materi proses terbentuknya tanah

siswa telah mencapai ketuntasan

yang diharapkan mulai siklus I

meningkat sampai siklus II. Siswa

dapat lebih mengerti dan memahami

(14)

Nurlaili Pulungan: Penerapan Cooperative Learning ...

pelajaran ipa khususnya pada materi proses terbentuknanya tanah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada proses terbentuknya tanah.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pada BAB V dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberi tindakan dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.

b. Model pembelajaran tipe snowball throwing efektif diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya materi proses terbentuknya tanah.

c. Dengan penerapan model pembelajaran tipe snowball throwing siswa mengalami peningkatan hasil belajar yang diketahui dari hasil tes pada setiap siklus yang dilakukan.

Dengan demikian model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA materi Proses Pembentukan Tanah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, 2008.Penelitian Timdakam Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Rusman, 2011.Model-model

Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto, 2010.Belajar & Faktor-

Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, Agus, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Nadzir,

(http://dindaachmad.blogspot.co

m/2011/03/artikel.html. 2 Maret

2011).

(15)

SEJ VOLUME 5 NO. 1JUNI 2016

Gambar

Tabel Persentase Perubahan Siswa
Tabel Konversi Penilaian
Tabel Kegiatan Guru Dalam  Pembelajaran
Tabel Hasil Belajar Siswa sebelum  dan sesudah siklus

Referensi

Dokumen terkait

panjang dengan cara klik insert > shapes > lalu pilih rounded rectangle lalu drag mouse ke kanan sehingga terbentuk sebuah persegi panjang. Pilih

Setelah melakukan perbaikan sesuai dengan analisist SWOT dalam Sembilan elemen business model canvas, langkah selanjutnyaadalah melakukan alternative rekomendasi yang

4 Data Balita Yaitu Backup data dari hasil pengolahan data, seperti Laporan Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Laporan Jumlah Balita yang ditimbang menurut

Angka pengganda tenaga kerja terbesar di Indonesia adalah sektor kegiatan yang tak jelas batasannya nilai multiplier tenaga kerja dari 35 sektor tidak ada yang lebih

Program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PPL 2 Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Ungaran mengacu pada Program Bimbingan dan Konseling pola 17 Plus

Hukum pidana merupakan suatu bagian kaidah-kaidah atau norma-norma dari keseluruhan hukum yang berlaku pada suatu masyarakat dalam suatu sistem negara yang mengadakan dasar-dasar

Disisi lain hal inilah yang diinginkan oleh Bank Indonesia Kediri agar Usaha Mikro , Kecil dan Menengah (UMKM)dapat menggunakan layanan jasa keuangan ini yang

[r]