• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)368.42 Ind n. KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021.

(2) Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 368.42 Ind n. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal National Health Accounts Indonesia Tahun 2019.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021 ISBN 978-623-301-301-7 1. Judul I. HEALTH INSURANCE II. GOVERNMENT PROGRAMS. III. FINANCING, GOVERNMENT.

(3) NATIONAL HEALTH ACCOUNTS INDONESIA TAHUN 2019 Kementerian Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 2021 Penasihat : Sekretaris Jenderal Pengarah : Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Penanggung Jawab : Koordinator Kelompok Substansi Pembiayaan Kesehatan Tim Penyusun : Prastuti Soewondo, SE, MPH, PhD. Dini Hanifa, S.KPm. Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, MS. Herlinawati, SKM, M.Sc (PH). Kurnia Sari, S.K.M., M.S.E.. Nelly Mustika Sari, SKM, MKM. Amila Megraini, SE, MBA. Nana Tristiana, SE,Ak, MM. Dr. Atik Nurwahyuni, SKM, M.Kes. Noventy Chairani Manik, SKM, MKM. Yunita, SKM, MKM. Venty Fitria, SKM. Examinar, SKM. dr. Emmy Ridhawati, MARS. Mira Nurfitriyani, SKM. Elvina Diah, SKM, MKM. Helmi Wahyuningsih, SKM. Fairuz Rabbaniyah, S.Ked, MKM. Ryza Maulana Putra, SGz. Astriadi Prasetyo, SE. Rita Yuniatun, SKM Tim Editor: Kurnia Sari, S.K.M., M.S.E. Nelly Mustika Sari, SKM, MKM Diterbitkan Oleh: Kementerian Kesehatan RI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit..

(4) SAMBUTAN Pandemi Covid-19 yang dialami Indonesia sejak awal tahun 2020 hingga saat ini menunjukkan bahwa penguatan sistem kesehatan di Indonesia masih sangat diperlukan, termasuk penguatan subsistem pembiayaan kesehatan. Penguatan subsistem pembiayaan kesehatan diarahkan untuk memastikan kecukupan dana dan pembiayaan kesehatan berkelanjutan pada tingkat pusat dan daerah, teralokasi dengan adil serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan. Selain itu, pembiayaan sistem kesehatan dituntut untuk semakin cermat dan inovatif dalam memobilisasi berbagai sumber pembiayaan yang mendukung perbaikan kebijakan berbasis bukti. Kepala Pusat PJK Hal ini dilaksanakan melalui mobilisasi sumber-sumber pembiayaan untuk dr. Kalsum Komaryani, MPPM Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP); Penguatan Infrastruktur dan Manajemen; juga mendorong peningkatan peran keterlibatan pemerintah daerah dari sisi pembiayaan kesehatan, serta memperhatikan kesesuaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dengan reformasi/transformasi pembiayaan kesehatan dan penguatan pelaksanaan JKN. Indonesia melalui Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan secara rutin menghasilkan National Health Accounts (NHA). Dokumen NHA memberikan gambaran sistematik dan komprehensif terhadap belanja kesehatan di Indonesia. Data NHA tersebut disajikan dalam bentuk time series dan menyajikan fakta-fakta empiris terkait pembiayaan kesehatan di Indonesia. Seiring waktu, data yang dihasilkan semakin lengkap dan metode estimasi semakin tajam setiap tahunnya. Oleh karena itu saya berharap para pemangku kepentingan bidang pembangunan kesehatan seyogyanya dapat memanfaatkan hasil NHA ini secara maksimal dalam penyusunan kebijakan kesehatan guna perbaikan maupun percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs dan UHC 2030. Dengan berbagai tantangan yang ada, produksi NHA tetap berproses setiap tahunnya guna mengejar ketersediaan data pada T-1. Namun demikian, fragmentasi data menjadi tantangan tersendiri sehingga untuk menjamin ketepatan waktu tersedianya dokumen NHA memerlukan upaya koordinasi yang berkelanjutan. Untuk itu, saya mengucapkan apresiasi dan selamat kepada seluruh tim dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan NHA ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada berbagai Kementerian/Lembaga/Instansi yang berperan aktif mendukung ketersediaan data estimasi NHA, di antaranya kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik dan BPJS Kesehatan. Apresiasi juga saya sampaikan kepada mitra pembangunan Indonesia, USAID, yang terus mendukung upaya institusionalisasi NHA di Indonesia melalui kegiatan Health Financing Activity (HFA). Harapannya, kerjasama yang telah terjalin dapat terus berlanjut agar NHA Indonesia bisa dimanfaatkan tepat waktu untuk perbaikan perencanaan berbasis kinerja dan perbaikan pembiayaan kesehatan di Indonesia.. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. iii.

(5) KATA PENGANTAR Pengaturan dan pengelolaan pembiayaan kesehatan dalam penyelenggaraan sistem kesehatan suatu negara akan mempengaruhi ketersediaan layanan kesehatan dan akses saat masyarakat membutuhkan. WHO dalam kerangka Health System Blocks menempatkan subsistem pembiayaan kesehatan sebagai elemen penting yang dapat memperkuat sistem kesehatan di sebuah negara dan oleh karena itu negara harus mampu memastikan sistem pembiayaan yang kuat, merata, dan berkesinambungan. Potret pembiayaan kesehatan menjadi penting bagi suatu negara. Seperti pada tahun sebelumnya, potret belanja kesehatan Indonesia ini dihasilkan dengan dukungan berbagai pihak. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh unit yang ada di Kementerian Kesehatan, khususnya Biro Keuangan dan Biro Perencanaan dan Anggaran yang telah menyediakan data realisasi dan alokasi anggaran Kementerian Kesehatan. Kerjasama yang baik untuk memperbaiki kualitas data juga kami terima dari DJPB dan DJPK Kementerian Keuangan, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, serta BPJS Kesehatan. Apresiasi kepada seluruh pihak terkait yang telah mendukung kelancaran produksi NHA 2019 ini. Idealnya, produksi NHA T-1 sangatlah dibutuhkan agar pemanfaatan NHA sesuai dengan timing perencanaan penganggaran kesehatan di Indonesia. Akan tetapi, dalam prosesnya tim masih menghadapi tantangan yang berkaitan dengan fragmentasi data sehingga membutuhkan upaya lebih dan waktu yang lama dalam pengumpulannya. Hal ini dapat dijadikan refleksi bahwa kebutuhan akan automatic data flow merupakan hal krusial untuk diupayakan sedini mungkin dalam rangka memperluas diseminasi hasil NHA dan mendorong pemanfaatan hasil NHA. Transformasi digitalisasi data kesehatan dan strategi pendukung kebijakan Satu Data Indonesia diharapkan dapat mempercepat proses penyusunan NHA di waktu yang akan datang. Data NHA disajikan dalam bentuk time series sehingga lebih bermanfaat untuk analisis lebih lanjut dalam upaya menjawab isu-isu pembiayaan kesehatan. Sebagai living document, data NHA terus diperbaharui setiap tahunnya melalui penajaman metodologi dan pemutakhiran melalui berbagai data pendukung yang tersedia. Untuk itu, dalam pemanfaatan data NHA haruslah merujuk pada hasil terbaru yang dimuat pada laporan ini. Adanya penajaman metodologi dan proses triangulasi pada proses produksi NHA 2019 menjadikan angka yang dihasilkan tidak hanya kredibel tetapi juga semakin komprehensif. Melalui publikasi hasil NHA ini, kami mendorong para pemangku kepentingan, akademisi, peneliti serta pemerhati pembiayaan kesehatan untuk dapat memanfaatkan data NHA yang telah tersedia, baik untuk penyusunan kebijakan maupun analisis dan studi lebih lanjut terkait dengan pembiayaan kesehatan. Keseluruhan proses produksi NHA 2019 dapat tercapai dengan kerjasama yang solid dan dukungan dari Mardiati Nadjib, Prastuti Soewondo, Kurnia Sari, Amila Megraini, Atik Nurwahyuni, Yunita, Examinar, Mira Nurfitriyani, Helmi Wahyuningsih, Ryza Maulana, Rita Yuniatun, Dini Hanifa, dan Citra Rofikasari dari Tim NHA FKM UI. Pada kesempatan ini, apresiasi juga disampaikan kepada USAID dalam komitmennya mendorong pelembagaan produksi NHA yang lebih baik melalui ThinkWell HFA project. Harapan kami, produksi NHA ini dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam upaya menciptakan kebijakan kesehatan yang semakin baik di Indonesia. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. iv.

(6) RINGKASAN EKSEKUTIF National Health Accounts (NHA) adalah salah satu alat strategis suatu negara untuk pencatatan arus dana belanja kesehatan secara komprehensif dalam sistem kesehatan suatu negara untuk periode satu tahun, mencakup aliran sumber dana kesehatan, mekanisme pendanaan, institusi pengelola dana, penyedia layanan, serta penggunaan belanja tersebut. Tim NHA di bawah koordinasi Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkolaborasi dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan dari Lembaga Pelayanan dan Pengabdian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKEKK LPPKM FKM UI) telah melakukan penyusunan estimasi Total Belanja Kesehatan – TBK (Total Health Expenditures – THE) secara rutin termasuk estimasi serial TBK dari tahun 2012 hingga tahun 2019 dengan metodologi terstandar yang mengacu pada kerangka System of Health Accounts (SHA) 2011. PPJK Kemenkes telah membangun kerja sama, baik di lingkungan internal Kemenkes maupun lintas Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk menyederhanakan proses pengumpulan data publik-swasta guna mendukung penyusunan NHA. Kerja sama dengan berbagai satuan kerja internal di Kemenkes, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan menghasilkan data publik yang semakin tepat waktu untuk mendukung penyusunan NHA T-1. Peningkatan kapasitas kepada tim NHA – PPJK Kemenkes juga terus dilakukan melalui training, workshop dan pendampingan dari tim NHA – PKEKK LPPKM FKM UI sehingga kegiatan produksi untuk skema publik, khususnya skema Kemenkes tahun 2019, sudah dapat dilakukan oleh PPJK Kemenkes. Dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Admedika dalam penyediaan data asuransi kesehatan swasta juga semakin komprehensif dan rinci. Dukungan dan kontribusi krusial juga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk penyediaan olahan data yang mendukung estimasi belanja sektor swasta. Sebagai contoh, penyediaan olahan data Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) yang digunakan untuk estimasi besaran OOP dan hasil Survei Sosio Ekonomi Nasional (Susenas) untuk estimasi struktur komponen OOP, olahan data hasil Survei Khusus Lembaga Non-Profit (SKLNP) digunakan untuk estimasi besaran LNPRT, dan Survei Khusus Perusahaan Swasta digunakan untuk estimasi besaran Skema Korporasi. Estimasi skema korporasi juga didukung oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan dalam penyediaan olahan data jumlah tenaga kerja dan perusahaan serta data pendukung lainnya. Data yang terkumpul dikonsolidasikan sehingga menghasilkan gambaran belanja kesehatan yang lengkap dan menghindari terjadinya penghitungan ganda. Total Belanja Kesehatan (TBK) yang diestimasi mencakup belanja kesehatan operasional (Current Health Expenditure/CHE), belanja pembentukan modal mencakup belanja barang modal, belanja riset dan belanja pendidikan tenaga kesehatan pada skema publik. Estimasi pendanaan ini mengikuti tahun fiskal pemerintah. Hasil estimasi TBK pada tahun 2019 adalah sebesar Rp490,3 triliun (CHE sebesar Rp459,9 triliun dan belanja pembentukan modal sebesar Rp30,4 triliun), meningkat sebesar 8,0 persen dari tahun sebelumnya. Total belanja kesehatan ini mewakili hanya 3,1 persen dari Produk Domestik Bruto/PDB (CHE sebesar 2,9 persen dan belanja pembentukan modal sebesar 0,2 persen dari PDB). Rata-rata belanja kesehatan per kapita meningkat substantial menjadi Rp1,8 juta/kapita/tahun di tahun 2019 (dari Rp1,1 juta/kapita/tahun di tahun 2012). Terjadi peningkatan kontribusi pendanaan skema publik yang mewakili sebesar 52,1 persen dari TBK. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan belanja skema pemerintah daerah dan skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Belanja skema pemerintah daerah meningkat dari tahun ke tahun. v.

(7) dan mencapai Rp111,6 triliun pada tahun 2019, sementara belanja skema JKN mencapai Rp113,3 triliun. Belanja skema pemerintah daerah didominasi oleh sumber dana transfer, termasuk dana DAK. Rata-rata serapan dana DAK di daerah hanya sekitar 80%. Dengan besarnya kontribusi belanja skema pemerintah daerah, terdapat tantangan bagi pemerintah dalam memastikan skema pemerintah daerah sebagai ujung tombak pelaksana layanan kesehatan dapat memperbaiki output dan outcome kesehatan. Tantangan lainnya adalah bagaimana strategi untuk menyelesaikan permasalahan Public Financial Management (PFM) di tingkat subnasional, baik perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring anggaran kesehatan. Penyelenggaraan skema JKN menyebabkan perubahan pola belanja kesehatan, yang telah menurunkan porsi belanja OOP terhadap TBK seiring dengan perluasan cakupan kepesertaan JKN (83.86% terhadap populasi Indonesia tahun 2019).1 Kendati demikian, penyelenggaraan skema askes sosial yang bersifat wajib bagi seluruh karyawan perusahaan tidak diikuti dengan penurunan belanja skema korporasi (mekanisme reimburse/kerja sama faskes/kepemilikan faskes, dll). Selain itu, skema askes swasta juga tetap berkembang di era JKN yang menandakan peningkatan pembiayaan skema JKN sebagai askes sosial tidak menghambat pasar askes swasta. Mayoritas belanja kesehatan non-publik dibiayai oleh rumah tangga (skema OOP) dengan proporsi 67,1 persen dari belanja skema non-publik. Belanja kesehatan skema OOP masih tinggi walaupun trennya menurun. World Health Organization2 menyebutkan batas ideal proporsi OOP secara makro adalah ≤20% dari TBK. Pada tingkat rumah tangga, hasil olahan Susenas Maret 2019 menunjukkan penurunan belanja OOP terjadi pada semua kuintil (lapisan ekonomi masyarakat). Proporsi penurunan OOP pada rumah tangga yang memiliki jaminan kesehatan JKN lebih tinggi dibanding rumah tangga yang tidak memiliki jaminan kesehatan.3 Hal ini mengindikasikan program JKN telah memberikan proteksi risiko keuangan rumah tangga akibat sakit. Hasil Health Accounts juga dapat digunakan sebagai input untuk mengukur efisiensi dan efektivitas belanja kesehatan. Hasil NHA 2019 menunjukkan sebagian besar belanja kesehatan digunakan untuk memperoleh layanan rumah sakit (55,7 persen dari TBK) yang sifatnya pengobatan akibat sakit karena pola deteksi dini belum berjalan optimal, yang dapat ditandai dengan rendahnya belanja untuk layanan deteksi dini. Sementara belanja di fasilitas kesehatan tingkat pertama di puskesmas & klinik swasta sebesar 23,7 persen dari TBK. Luaran NHA lainnya di tahun 2019 adalah analisis belanja kesehatan menurut jenis penyakit (disease accounts) yang mencakup seluruh belanja skema publik (skema kemenkes, K/L lain, subnasional, dan JKN). Keterbatasan dalam metodologi masih dihadapi karena ketersediaan informasi rincian data pada skema kemenkes, K/L lain, dan subnasional. Saat ini ada reformasi oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri dalam upaya sinkronisasi penganggaran antara program pusat dan daerah, termasuk upaya keseragaman nomenklatur. Hal ini tentunya akan memudahkan pengklasifikasian ke dalam akun penyakit di periode berikutnya. Komunikasi, kerjasama dan dukungan dengan pemangku kepentingan tersebut perlu ditingkatkan, sehingga terjadi perbaikan kualitas analisis dan peningkatan kredibilitas hasil NHA. Berdasarkan hasil disease accounts pada skema publik di tahun 2019, terdapat sekitar Rp97,9 triliun (sekitar 38,3 persen dari TBK pada skema pembiayaan publik) digunakan untuk belanja program atau penyakit yang diprioritaskan dalam RPJMN. Belanja tersebut sebagian besar digunakan untuk kelompok Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mencapai Rp56,7 triliun, diikuti dengan belanja pada kelompok penyakit menular sebesar Rp20,3 triliun, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Kesehatan Reproduksi (Kespro) sekitar Rp19,1 triliun, dan program gizi sekitar Rp1,8 triliun.. vi.

(8) Intervensi pencegahan diperlukan untuk mengendalikan dan menurunkan prevalensi serta beban belanja kesehatan akibat PTM. Investasi pencegahan melalui skrining deteksi dini tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga berkontribusi terhadap kesejahteraan melalui perlindungan sosial dan finansial akibat sakit. Penguatan pendanaan untuk layanan di FKTP serta pendanaan layanan preventif ini akan membangun sistem layanan kesehatan semakin kokoh terhadap peningkatan kasus PTM dan berbagai kejadian tidak terduga termasuk adanya pandemi Covid-19. Investasi pencegahan pada penyakit tidak menular dan penyakit menular menjadi penting karena dapat memberikan nilai retur yang lebih besar dari yang diinvestasikan. Gambaran belanja kesehatan yang dipotret dalam dokumen NHA disiapkan untuk memenuhi kepentingan nasional dan internasional. Untuk kepentingan nasional, digunakan sebagai indikator dari kegiatan “Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan” dengan sasaran dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN, kemudian untuk pembaharuan data pembiayaan kesehatan di Profil Kesehatan Indonesia. Selain itu, juga digunakan sebagai data pendukung dalam analisis Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK), analisis pembiayaan untuk skrining penyakit tidak menular, dan analisis belanja kesehatan menurut akun belanja sebagai data pendukung untuk penganggaran Kemenkes tahun 2022. Sementara untuk kepentingan internasional, potret belanja kesehatan Indonesia juga digunakan sebagai bahan untuk pembaharuan data profil Indonesia pada Global Health Expenditure Database (GHED) di situs WHO. Kedepan, penyusunan NHA diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu T-1, namun data yang dibutuhkan masih belum didukung sistem informasi yang dapat diakses secara otomatis dan tersedia tepat waktu. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan terkait yang memiliki data pendukung untuk penyusunan NHA. Rencana ke depan, akan diinisasi dan dibangun interoperabilitas sistem informasi di bawah Digital Transformation Office (DTO) Pusdatin Kemenkes untuk menjajaki agar terjadi otomatisasi data pendukung penyusunan NHA.. vii.

(9) DAFTAR ISI SAMBUTAN ............................................................................................................................................ iii KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. iv RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................................xiv BAGIAN 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 1.1 1.2. Pengantar ................................................................................................................................ 1 Pemanfaatan Data NHA .......................................................................................................... 2. BAGIAN 2. GAMBARAN UMUM BELANJA KESEHATAN INDONESIA........................................................ 4 2.1. Total Belanja Kesehatan Indonesia .............................................................................................. 4 2.2. Proporsi Total Belanja Kesehatan dan Belanja Kesehatan Sektor Publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ......................................................................................................................... 6 2.3. Total Belanja Kesehatan per Kapita ............................................................................................. 7 BAGIAN 3. BELANJA KESEHATAN INDONESIA MENURUT DIMENSI SHA 2011 ..................................... 11 3.1. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Skema Pendanaan (Health Care Financing Schemes (HF)) .......................................................................................................................................................... 11 Belanja Kesehatan menurut Dimensi Sumber Dana (Revenues of Health Care Financing Schemes. Reporting Item (FS.RI)).................................................................................................. 14 Belanja Kesehatan menurut Dimensi Skema Pendanaan (HF) dan Sumber Dana (FS.RI) ............ 16 Pemanfaatan Sumber Pembiayaan DAK pada skema Subnasional .............................................. 19 3.2. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Fungsi (Health Care Functions (HC)) .............................. 20 Belanja Kesehatan menurut Dimensi Fungsi (HC) ........................................................................ 20 Belanja Kesehatan pada Fungsi Layanan Preventif....................................................................... 24 Belanja Kesehatan pada Fungsi Layanan Preventif di Skema Subnasional................................... 27 Pentingnya Investasi Belanja pada Fungsi Layanan Preventif ...................................................... 28 3.3. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Penyedia Layanan atau Health Care Providers (HP) ...... 29 Belanja Kesehatan menurut Dimensi Faktor Input (FP)................................................................ 31 BAGIAN 4. BELANJA KESEHATAN PROGRAM PRIORITAS PADA SEKTOR PUBLIK .................................. 33 4.1 Gambaran Belanja menurut Penyakit dan/atau Program Spesifik pada Skema Pembiayaan Publik 34 4.2 Gambaran Hasil Identifikasi Lebih Lanjut Belanja Program Prioritas pada Skema Pendanaan Publik 35 4.2.1 Belanja Program KIA dan Kesehatan Reproduksi pada Skema Pendanaan Publik ....... 35 4.2.2 Belanja Program Gizi pada Skema Pendanaan Publik................................................... 38 4.2.3 Belanja Program Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Skema Pendanaan Publik........ 40 4.2.4 Gambaran Belanja Program Penyakit Menular pada Skema Pembiayaan Publik ........ 42 PENUTUP ............................................................................................................................................... 46. viii.

(10) REFERENSI ............................................................................................................................................. 47 LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 50 TIM NHA INDONESIA............................................................................................................................. 70. ix.

(11) DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Data NHA pada Profil Kesehatan Indonesia .......................................................................... 3 Gambar 2. Data NHA pada Global Health Expenditure Database .......................................................... 3 Gambar 3. Total Belanja Kesehatan (TBK) Indonesia menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, 2012 – 2019 ..................................................................................................................................................... 5 Gambar 4. Current Health Expenditure (CHE) Indonesia menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, 2012 – 2019 ............................................................................................................................................ 5 Gambar 5. Proporsi Belanja Kesehatan terhadap PDB, 2012 & 2018 .................................................... 7 Gambar 6. Proporsi Belanja Kesehatan Publik terhadap PDB, 2012 & 2018 .......................................... 7 Gambar 7. Total Belanja Kesehatan per Kapita dalam US$ Negara Asia Tenggara, 2012 & 2018 ......... 8 Gambar 8. Total Belanja Kesehatan per Kapita dalam PPP Negara Asia Tenggara, 2012 & 2018 .......... 8 Gambar 9. Belanja Kesehatan per Kapita dalam PPP pada Negara Berpenghasilan Rendah-Menengah, 2018 ........................................................................................................................................................ 9 Gambar 10. Belanja Preventif per Kapita dalam PPP, 2018.................................................................... 9 Gambar 11. Belanja Kesehatan per Kapita di Indonesia, 2012-2019.................................................... 10 Gambar 12. Belanja Kesehatan menurut Skema Pendanaan, 2012-2019 ............................................ 12 Gambar 13. Pertumbuhan Proporsi Belanja Kesehatan pada Beberapa Skema .................................. 13 Gambar 14. Rata-rata Belanja Kesehatan OOP per Kapita Setahun menurut Kuintil, 2018 & 2019 .... 14 Gambar 15. Belanja Kesehatan menurut Sumber Dana (FS.RI), 2016 - 2019 ....................................... 15 Gambar 16. Sumber Dana Belanja Kesehatan di Sektor Publik, 2017-2019 ......................................... 17 Gambar 17. Sumber Dana Belanja Kesehatan di Sektor Non-Publik, 2017-2019 ................................. 18 Gambar 18. Alokasi dan Realisasi DAK 2018-2019 ............................................................................... 19 Gambar 19. Total Belanja Kesehatan menurut Fungsi, 2012 – 2019.................................................... 21 Gambar 20. Gambaran Skema Pembiayan Kesehatan menurut Fungsi, 2019 ..................................... 22 Gambar 21. Rata-rata Rincian Belanja Kesehatan OOP per Kapita Setahun menurut Kuintil, 2019* .. 23 Gambar 22. Belanja Preventif Per Kapita di Indonesia dalam Rupiah, 2018-2019............................... 24 Gambar 23. Rincian Belanja Layanan Preventif, 2019 .......................................................................... 25 Gambar 24. Belanja Layanan Preventif pada Skema Publik menurut Sumber Pendanaan, Skema Pembiayaan, Institusi Pengeola dan Penyedia Layanan, 2019 ............................................................. 26 Gambar 25. Belanja Layanan Preventif pada Skema Subnasional, 2019 .............................................. 27 Gambar 26. Nilai Retur terhadap Investasi pada Beberapa Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular................................................................................................... 28 Gambar 27. Nilai Retur terhadap Investasi pada Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular................................................................................................................................................. 28 Gambar 28. Total Belanja Kesehatan menurut Provider, 2019 ............................................................ 29 Gambar 29. Skema Pembiayan Kesehatan menurut Provider, 2019 ................................................... 30 Gambar 30. Dimensi Provider menurut Faktor Input pada Skema Kementerian Kesehatan dan Subnasional, 2019 ................................................................................................................................. 31 Gambar 31. Belanja Program KIA dan Kesehatan Reproduksi pada Skema Pembiayaan Publik, 2019* .............................................................................................................................................................. 37 Gambar 32. Belanja Program Gizi pada Skema Pembiayaan Publik, 2019* ......................................... 39 Gambar 33. Belanja Program Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Skema Pembiayaan Publik, 2019* .............................................................................................................................................................. 41 Gambar 34. Prevalensi dan Besaran Kasus pada Penyakit Tidak Menular di Indonesia, 2013 dan 2018 .............................................................................................................................................................. 42 Gambar 33. Belanja Program Penyakit Menular pada Skema Pembiayaan Publik, 2019* .................. 44. x.

(12) DAFTAR TABEL Tabel 1.Rincian Pemanfaatan Dana DAK Bidang Kesehatan Tahun 2019............................................. 20 Tabel 2. Belanja Kesehatan menurut Penyakit dan/atau Program Spesifik Pada Skema Pembiayaan Publik, 2019........................................................................................................................................... 34. xi.

(13) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Total Belanja Kesehatan per Kapita Indonesia dalam US$ dan PPP, 2012-2019 .............. 50 Lampiran 2. Tren Belanja Kesehatan Sektor Publik dan Non-Publik terhadap Total Belanja Kesehatan Indonesia, 2012-2019 ........................................................................................................................... 50 Lampiran 3. Tren Belanja Kesehatan menurut Sumber Pendanaan, 2012-2019 ................................. 50 Lampran A. 1. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Financing Schemes (HF) (Rp billion), 2019……………………………………………………………………………………………………….52 Lampran A. 2. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Health Care Financing Schemes), 2019 ................................................................ 52 Lampran A. 3. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Health Care Functions), 2019 ............................................................................... 52 Lampiran B. 1. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Providers (HP) (Rp billion), 2019………………………………………………………………………………………………………………………53 Lampiran B. 2. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Providers (HP) (% by Health Care Providers), 2019 .............................................................................................. 53 Lampiran B. 3. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Health Care Providers (HP) (% by Health Care Functions), 2019 .............................................................................................. 54 Lampiran C. 1. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Health Care Financing Schemes (HF), (Rp billion), 2019…………………………………………………………………………………..………………….55 Lampiran C. 2. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Health Financing Schemes), 2019 ........................................................................ 55 Lampiran C. 3. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Health Care Providers), 2019 ............................................................................... 55 Lampiran D. 1. Total Health Expenditure by Health Care Financing Schemes (HF) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI), (Rp billion), 2019……………………………………..56 Lampiran D. 2. Total Health Expenditure by Health Care Financing Schemes (HF) and - Reporting Item (FS.RI) (% by Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item), 2019............................ 57 Lampiran D. 3. Total Health Expenditure by Health Care Financing Schemes (HF) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Health Care Financing Schemes), 2019 .............................................................................................................................................................. 58 Lampiran E. 1. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI), (Rp billion), 2019…………………………………………………………59 Lampiran E. 2. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Revenues of Health Care Financing Schemes Reporting Item), 2019 ........................................................................................................................... 59 Lampiran E. 3. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Financing Agents), 2019 ....................................... 60 Lampiran F. 1. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI), (Rp billion), 2019…………………………………………………………61 Lampiran F. 2. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Revenues of Health Care Financing Schemes Reporting Item), 2019 ........................................................................................................................... 61 Lampiran F. 3. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Health Care Providers), 2019 ................................ 62 Lampiran G. 1. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI), (Rp billion), 2019…………………………………………………………63. xii.

(14) Lampiran G. 2. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Revenues of Health Care Financing SchemesReporting Item), 2019 ........................................................................................................................... 63 Lampiran G. 3. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Revenues of Health Care Financing Schemes - Reporting Item (FS.RI) (% by Health Care Functions), 2019 ................................ 64 Lampiran H. 1. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Health Care Financing Schemes (HF), (Rp billion), 2019………………………………………………………………………………………………………65 Lampiran H. 2. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Health Care Financing Schemes), 2019 ................................................................ 65 Lampiran H. 3. Total Health Expenditure by Financing Agents (FA) and Health Care Financing Schemes (HF) (% by Financing Agents), 2019 ....................................................................................... 66 Lampiran I. 1. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Financing Agents (FA), (Rp billion), 2019……………………………………………………………………………………………………………………………………67 Lampiran I. 2. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Financing Agents (FA) (% by Financing Agents), 2019 ................................................................................................................... 67 Lampiran I. 3. Total Health Expenditure by Health Care Providers (HP) and Financing Agents (FA) (% by Health Care Providers), 2019 ........................................................................................................... 67 Lampiran J. 1. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Financing Agents (FA), (Rp billion), 2019……………………………………………………………………………………………………………………………………68 Lampiran J. 2. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Financing Agents (FA) (% by Financing Agents), 2019 ................................................................................................................... 68 Lampiran J. 3. Total Health Expenditure by Health Care Functions (HC) and Financing Agents (FA) (% by Health Care Functions), 2019 ........................................................................................................... 69. xiii.

(15) DAFTAR SINGKATAN AIDS AKB AKI AMP ANC APBD APBN ASEAN Askesos Bapelkes Bappenas BKKBN BOK BPJS BPOM BPS CHE DAK DBHCT Dinkes DIS DM DPTK e-PPGBM FKTP FP FS.RI HC HF HIV HP ICD-10 IHME JKN K/L K3 KB KBK KEK Kemenkes Kemenkumham Kemenristekdikti Kemhan Kespro. : Acquired immunodeficiency syndrome : Angka Kematian Bayi : Angka Kematian Ibu : Audit Maternal Perinatal : Antenatal Care : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Association for Southeast Asian Nations : Asuransi kesehatan sosial : Balai Pelatihan Kesehatan : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional : Bantuan Operasional Kesehatan : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial : Badan Pengawas Obat dan Makanan : Badan Pusat Statistik : Current Health Expenditure : dana alokasi khusus : dana bagi hasil dari cukai tembakau : Dinas Kesehatan : Disease Accounts : Diabetes Melitus : Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar : Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama : Factors of Health Care Provision : Financing Schemes. Reporting Item : Health Care Functions : Health Care Financing Scheme : Human Immunodeficiency Virus : Health Care Provider : International Classification of Diseases-10 : Institute for Health Metrics and Evaluation : Jaminan Kesehatan Nasional : Kementerian/Lembaga : Kesehatan dan Keselamatan Kerja : Keluarga berencana : Kapitasi Berbasis Kinerja : Kurang Energi Kronik : Kementerian Kesehatan : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia : Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi : Kementerian Pertahanan : Kesehatan Reproduksi. xiv.

(16) KIA KIE KKBPK KLB KTR LMIC LNPRT LPPKM FKM UI LRA LSM NAPZA NHA NS NSPK OECD OOP PBI PD3I PDB PEI Pemda Pemkab Pemkot Pemprov Perbekes PKD PMBA PMS PMT POLRI Posbindu Posyandu PPJK PPP Prolanis PTM PTT PUS Riskesdas RKAKL RPJMN RPPT RS SDGs SDKI. : Kesehatan Ibu dan Anak : Komunikasi, informasi, dan edukasi : Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga : Kejadian Luar Biasa : Kawasan Tanpa Rokok : Lower Middle-Income Countries : Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga : Lembaga Pelayanan dan Pengabdian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia : Laporan Realisasi Anggaran : Lembaga Swadaya Masyarakat : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya : National Health Accounts : Nusantara Sehat : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria : Organisation for Economic Co-operation and Development : Out-of-Pocket : Penerima Bantuan Iuran : Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi : Produk Domestik Bruto : Penyakit Infeksi Emerging : Pemerintah Daerah : Pemerintah Kabupaten : Pemerintah Kota : Pemerintah Provinsi : Perbekalan Kesehatan : pelayanan kesehatan dasar : Pemberian Makan Bayi dan Anak : Penyakit Menular Seksual : Pemberian Makanan Tambahan : Kepolisian Negara Republik Indonesia : Pos Pembinaan Terpadu : Pos pelayanan terpadu : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan : Purchasing Power Parity : Program Pengelolaan Penyakit Kronis : Penyakit Tidak Menular : Pegawai Tidak Tetap : Pasangan Usia Subur : Riset Kesehatan Dasar : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional : Rasio Peserta Prolanis Terkendali : Rumah Sakit : Sustainable Development Goals : Survei Demografi Kesehatan Indonesia. xv.

(17) SDM SHA SIPD SKI SPM SSGBI STBM SUPAS TB TBK TCM TFR THE TPM UHC UKM UKP UU VCT WB WHO. : sumber daya manusia : System of Health Accounts : Sistem Informasi Pemerintah Daerah : Surveilans Kematian Ibu : Standar Pelayanan Minimal : Studi Status Gizi Balita di Indonesia : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat : Survei Penduduk Antar Sensus : Tuberkulosis : Total Belanja Kesehatan : Tes Cepat Moluker : Total Fertility Rate : Total Health Expenditure :Tempat Pengelolaan Makanan : Universal Health Coverage : Upaya Kesehatan Masyarakat : Upaya Kesehatan Perorangan : Undang-Undang : Voluntary Counselling and Testing : World Bank : World Health Organization. xvi.

(18) BAGIAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pembangunan manusia.sebagaimana tercantum dalam nawacita Presiden Republik Indonesia maupun dalam Rencana Pembangunan Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024. Tujuan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan secara global atau dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Walaupun demikian, saat ini masih terdapat berbagai tantangan dan permasalahan kesehatan di Indonesia. Di antara permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Data hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia adalah sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup.4 Dengan kondisi demikian, hasil kajian Bappenas menunjukkan bahwa apabila kebijakan dibuat secara business as usual, maka angka kematian ibu diprediksi masih sebesar 244 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2024 (target RPJMN 183 per 100.000 kelahiran hidup) dan sebesar 210 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (target SDGs 70 per 100.000 kelahiran hidup).5,6 Sementara dari hasil survei Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), BPS, dan Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 menunjukkan AKB di Indonesia sebesar 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup.7 Dengan skenario kebijakan business as usual atau tanpa adanya intervensi kebijakan, Bappenas memproyeksi bahwa pada tahun 2024 AKB di Indonesia masih sebesar 19,1 per 1.000 kelahiran hidup (target RPJMN 16,0 per 1.000 kelahiran hidup).5,6 Permasalahan kesehatan lainnya yang dihadapi Indonesia yaitu tren Penyakit Tidak Menular (PTM) yang semakin meningkat sementara beban penyakit menular juga masih tinggi. Penyakit tidak menular yaitu stroke, penyakit jantung iskemik, diabetes, dan sirosis saat ini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, diikuti dengan penyakit menular seperti Tuberkulosis (TB), diare, dan infeksi saluran pernafasan.8 Selain beban ganda berupa PTM dan penyakit menular, ancaman penyakit baru atau Penyakit Infeksi Emerging (PEI) juga menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia, sebagai contoh munculnya pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi Indonesia dan global. Berbagai tantangan dan permasalahan kesehatan menunjukkan pentingnya penguatan sistem kesehatan di Indonesia. Agar suatu sistem kesehatan mampu untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satu komponen yang sangat penting adalah pembiayaan kesehatan.9 Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan merupakan fungsi inti dari sistem kesehatan yang memungkinkan tercapainya cakupan kesehatan semesta melalui peningkatan cakupan layanan yang efektif dan perlindungan finansial.10 Subsistem pembiayaan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuannya adalah untuk menjamin tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan merata, serta tersalurkan dan termanfaatkan secara efektif dan efisien sesuai peruntukannya.11 Untuk itu diperlukan perencanaan, implementasi, serta monitoring dan evaluasi yang tepat dan terarah. Monitoring dan evaluasi pada implementasi pembiayaan kesehatan penting untuk dilakukan agar kebijakan pembiayaan kesehatan ke depan dapat disusun secara lebih tepat berdasarkan pembelajaran keberhasilan dan tantangan di masa lalu. Salah satu mekanisme pemantauan aliran pembiayaan kesehatan adalah melalui pelaporan akun kesehatan (health accounts).. 1.

(19) National Health Accounts (NHA) merupakan suatu mekanisme pemantauan aliran sumber daya yang sistematis, komprehensif, dan konsisten dalam sistem kesehatan suatu negara. Akun ini dapat memberikan gambaran mengenai darimana sumber pendanaan kesehatan, siapa yang mengelola, provider apa yang menyediakan layanan kesehatan, serta layanan apa saja yang digunakan. Produksi NHA secara rutin dan menghasilkan data time series akan lebih bermanfaat untuk digunakan dalam menjawab isu-isu pembiayaan kesehatan, seperti isu kecukupan, pemerataan, efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan.12 Sejak tahun 2008 Kementerian Kesehatan secara rutin memproduksi NHA. Perkembangan metode yang digunakan menunjukkan arah yang semakin baik dari tahun ke tahun sehingga mampu menghasilkan angka rujukan yang kredibel sesuai standar global. Melalui NHA didapatkan fakta-fakta empiris yang dapat dijadikan sebagai input untuk reformasi subsistem pembiayaan kesehatan. Gambaran belanja kesehatan menjadi refleksi dari implementasi pendanaan menurut berbagai skema, memberikan umpan balik kesesuaian dengan tujuan pola pendanaan kesehatan yang berorientasi publik. Hasil NHA juga digunakan untuk mengidentifikasi keselarasan antara prioritas kesehatan dengan pendanaan yang tersedia. Angka NHA 2019 yang diaporkan dalam dokumen ini menunjukkan berbagai kemajuan dibandingkan informasi yang disampaikan pada laporan sebelumnya. Berbagai proses triangulasi dan penajaman pendekatan penelusuran belanja kesehatan telah dilakukan. Diharapkan informasi yang dihasilkan semakin komprehensif dan dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam perbaikan kebijakan pembiayaan kesehatan kedepan.. 1.2 Pemanfaatan Data NHA Data NHA memuat informasi yang kaya mengenai pembiayaan kesehatan di Indonesia dari perspektif belanja kesehatan. Data NHA dapat digunakan sebagai bahan analisis lebih lanjut untuk menjawab isu-isu pembiayaan kesehatan, seperti isu kecukupan, pemerataan, efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan.12 Untuk itu, PPJK Kemenkes yang telah memproduksi NHA secara rutin selalu mendorong pemanfaatan NHA secara maksimal, baik melalui diseminasi untuk mengenalkan data NHA ke berbagai institusi dan audiens yang lebih luas, maupun melalui publikasi NHA pada website resmi PPJK.13 Harapannya, data NHA semakin mudah untuk diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, baik peneliti, akademisi, maupun pemangku kebijakan. Sampai saat ini, data NHA Indonesia telah digunakan baik untuk kepentingan nasional maupun internasional. Produksi NHA itu sendiri telah menjadi salah satu indikator Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 – 2024. Pada Renstra tersebut, NHA menjadi salah satu indikator untuk kegiatan “Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan” dengan sasaran dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN.14 Data NHA telah secara rutin digunakan untuk pembaharuan profil kesehatan Indonesia (Gambar 1) dan pembaharuan profil belanja kesehatan Indonesia dalam Global Health Expenditure Database – GHED (Gambar 2).15,16 Beberapa institusi di lingkungan Kemenkes juga mulai memanfaatkan hasil NHA sebagai data pendukung dalam analisis kebijakan. Sebagai contoh, data NHA pada skema publik dan belanja menurut jenis penyakit (disease accounts) digunakan untuk mendukung analisis peninjauan manfaat program JKN berbasis Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK). Data belanja kesehatan menurut jenis penyakit (khususnya pada skema JKN) juga dimanfaatkan untuk mendukung analisis pembiayaan skrining penyakit tidak menular. Semakin meningkatnya kebutuhan data NHA dari institusi-institusi di lingkungan Kemenkes menunjukkan bahwa produksi NHA yang rutin sangat diperlukan. Harapannya, institusi lain di luar Kemenkes juga dapat memanfaatkan data NHA secara maksimal oleh karena kebijakan kesehatan, khususnya pembiayaan kesehatan juga penting untuk melibatkan berbagai sektor.. 2.

(20) Sumber: Profil Kesehatan Indonesia Tahun 201915 Gambar 1. Data NHA pada Profil Kesehatan Indonesia. Sumber: Global health expenditure database dipublikasikan oleh WHO16 Gambar 2. Data NHA pada Global Health Expenditure Database. 3.

(21) BAGIAN 2. GAMBARAN UMUM BELANJA KESEHATAN INDONESIA 2.1. Total Belanja Kesehatan Indonesia Hasil estimasi NHA tahun 2019 dapat disajikan dalam bentuk Total Health Expenditure (THE) atau Total Belanja Kesehatan (TBK) maupun Current Health Expenditure (CHE). Total belanja kesehatan mencakup belanja CHE dan belanja investasi, sedangkan CHE mencakup seluruh belanja di luar belanja investasi (kapital). Current health expenditure merupakan keseluruhan belanja yang digunakan untuk pelayanan kesehatan perorangan maupun komunitas, serta termasuk pula di dalamnya belanja tata kelola administrasi kesehatan. Belanja investasi merupakan belanja barang dan jasa yang memiliki masa guna lebih daru satu tahun, seperti infrastruktur kesehatan (bangunan, mesin, dsb.), belanja pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan belanja untuk penelitian dan pengembangan kesehatan.17 Baik CHE maupun THE keduanya dianalisis dalam NHA Indonesia. Analisis THE (atau TBK) dimanfaatkan untuk kepentingan analisis pembiayaan kesehatan guna mendukung kebijakan, sedangkan CHE melengkapi informasi mengenai belanja kesehatan suatu negara yang disajikan oleh WHO dan dapat diunduh dari website WHO. Total belanja kesehatan di Indonesia menurut harga berlaku menunjukkan tren yang terus meningkat setiap tahunnya. Hasil estimasi NHA 2019 menunjukkan peningkatan angka TBK Indonesia dari Rp454,1 T pada tahun 2018 menjadi Rp490,3 T pada tahun 2019 atau tumbuh sebesar 8,0 persen. Setelah dilakukan penyesuaian dengan nilai inflasi, peningkatan TBK tersebut hanya sebesar 6,3 persen (Gambar 3). Rerata pertumbuhan TBK Indonesia dari tahun 2012 hingga 2019 menurut harga berlaku adalah sebesar 9,5 persen, sedangkan menurut harga konstan adalah sebesar 5,5 persen. Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, data dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan TBK di Indonesia cenderung tinggi yaitu sebesar 9,7 persen. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, pertumbuhan tersebut hanya lebih rendah dibandingkan Myanmar (24,7 persen) dan Laos (14,6 persen).16 Walaupun demikian, besarnya belanja kesehatan dan pertumbuhan yang relatif tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya belum dapat menunjukkan efektivitas belanja dan pengaruhnya terhadap luaran kesehatan di Indonesia. Data NHA ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk analisis lebih lanjut dikaitkan dengan efektivitas atau kualitas belanja. Besaran CHE di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar Rp459,9 T, meningkat dibandingkan tahun 2018 (Rp425,5 T) atau tumbuh sebesar 8,1 persen. Stalah disesuaikan dengan inflasi CHE hanya tumbuh sebesar 6,4 persen di tahun 2019 (Gambar 4). Rerata pertumbuhan CHE dari tahun 2012 hingga tahun 2019 adalah sebesar 9,1 persen menurut harga berlaku dan 5,1 persen menurut harga konstan. Sejalan dengan pertumbuhan TBK, data dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan CHE di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 9,2 persen. Seperti halnya TBK, dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya ertumbuhan CHE hanya lebih rendah dibandingkan dengan Myanmar (26,8 persen), Laos (13,0 persen), dan Singapura (10,2 persen).16 Belanja investasi di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2019 tumbuh sebesar 6,1 persen dari tahun 2018 atau sebesar 4,4 persen berdasarkan harga konstan. Angka belanja investasi di Indonesia itu sendiri masih belum terpotret secara utuh, khususnya pada skema non-publik yang baru mencakup sebagian belanja yang terdapat pada skema Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Sementara belanja investasi pada skema non-publik lainnya yang meliputi skema asuransi. 4.

(22) kesehatan swasta, korporasi, dan pembiayaan rumah tangga (out-of-pocket/OOP) belum dapat terpotret. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses pada sumber data skema non-publik tersebut. Belanja investasi memiliki peran penting dalam sektor kesehatan. Memperlambat investasi dalam infrastruktur dan peralatan kesehatan dinilai dapat mengurangi kapasitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan waktu tunggu pelayanan. Meskipun demikian, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa dalam membuat keputusan belanja investasi kesehatan, pemangku kebijakan harus berhati-hati dan mempertimbangkan manfaat jangka pendek dan jangka panjangnya.18. *Sumber: GDP deflator dipublikasikan oleh World Bank (atas dasar harga konstan tahun 2012).19. Gambar 3. Total Belanja Kesehatan (TBK) Indonesia menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, 2012 – 2019. *Sumber: GDP deflator dipublikasikan oleh World Bank (atas dasar harga konstan tahun 2012);19 tidak termasuk belanja kapital.. Gambar 4. Current Health Expenditure (CHE) Indonesia menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan, 2012 – 2019. 5.

(23) 2.2. Proporsi Total Belanja Kesehatan dan Belanja Kesehatan Sektor Publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Belanja kesehatan dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia cenderung stagnan sejak tahun 2012 hingga 2018 dan dibandingkan negara ASEAN lainnya angkanya hanya lebih tinggi dibandingkan Brunei Darussalam dan Laos. Secara total, belanja kesehatan di Indonesia berkisar pada angka 3 persen terhadap PDB. Belanja di luar investasi tidak mengalami perubahan pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar 2,9 persen terhadap PDB (Gambar 5). Gambaran yang mirip juga terjadi pada tahun 2019 dimana TBK di Indonesia mencapai 3,1 persen dari PDB (CHE sebesar 2,9 persen dan belanja invetasi (pembentukan modal) sebasar 0,2 persen). Proporsi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan proporsi TBK terhadap PDB pada tahun 2016 yang mencapai 3,2 persen. Meskipun demikian, persentase belanja kesehatan skema publik terhadap PDB menunjukkan adanya kenaikan yang cukup substansial pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2012 (Gambar 6). Diperkirakan hal tersebut dipengaruhi oleh implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014 yang memperbesar belanja kesehatan skema publik. Meskipun secara nominal meningkat, persentase belanja kesehatan skema publik terhadap PDB cenderung stagnan sejak tahun 2016 hingga 2019 yang nilainya hanya sebesar 1,6 persen terhadap PDB. Dalam nilai konstan atas harga dasar tahun 2012, persentase terhadap PDB tersebut mengalami penurunan dari 1,3 persen pada tahun 2016 menjadi 1,2 persen tahun 2019. Selain itu, dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya proporsi belanja kesehatan terhadap PDB di Indonesia cenderung kecil, hanya lebih besar dibandingkan dengan Myanmar dan Laos. Pada dasarnya besar belanja kesehatan terhadap PDB suatu negara dipengaruhi oleh kondisi negara masing-masing. Angka NHA yang tersedia masih memerlukan analisis lebih lanjut terkait isu kecukupan terhadap dana yang ada serta dibandingkan dengan luaran yang dicapai. Walaupun demikian, beberapa luaran kesehatan di Indonesia menunjukkan perlunya kajian dan perbaikan terhadap sistem kesehatan yang ada, termasuk subsistem pembiayaan kesehatan. Termasuk di antaranya yaitu masih tingginya prevalensi TB yang menyumbang kasus terbesar kedua di dunia pada tahun 2019,20 serta semakin meningkatnya beban penyakit tidak menular.8 Belum ada standar baku mengenai berapa persen idealnya belanja kesehatan suatu negara terhadap PDB. Namun demikian, beberapa studi merekomendasikan bahwa untuk mencapai cakupan kesehatan yang baik pada layanan kesehatan esensial, suatu negara setidaknya perlu mengalokasikan 5 - 6 persen PDB untuk kesehatan.21,22 Studi terbaru mengestimasi bahwa pada tahun 2030 negara harus membelanjakan sebesar 7,5 (2,1 – 20,5) persen dari PDB untuk kesehatan agar dapat mencapai cakupan kesehatan semesta.23. 6.

(24) *Tidak termasuk belanja kapital. Sumber: Global health expenditure database dipublikasikan oleh WHO16. Gambar 5. Proporsi Belanja Kesehatan terhadap PDB, 2012 & 2018. *Tidak termasuk belanja kapital. Sumber: Global health expenditure database dipublikasikan oleh WHO16. Gambar 6. Proporsi Belanja Kesehatan Publik terhadap PDB, 2012 & 2018. 2.3. Total Belanja Kesehatan per Kapita Total belanja kesehatan per kapita merupakan indikator untuk mengukur seberapa besar pengeluaran atau konsumsi akhir terhadap barang dan jasa kesehatan per penduduk di suatu negara. Total belanja kesehatan per kapita Indonesia tahun 2018 setelah dikonversikan ke dalam nilai mata uang umum (US$) dan nilai paritas daya beli (PPP: Purchasing Power Parity) masing-masing sebesar USD 120 dan USD 405. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringat 4 terendah di antara negara-negara ASEAN. Negara dengan total belanja kesehatan per kapita paling tinggi adalah Singapura sebesar 2.823 dalam US$ dan 4.439 dalam PPP.. 7.

(25) 4439,3. 2012 2012 2018. SINGAPURA. 1641,1 2030,1 BRUNEI. 332,1 440,2 VIETNAM. 866,4 1241,2. 271,3 410,5 FILIPINA. MALAYSIA. 284,8 405,0 INDONESIA. 565,3 722,7. 113,6 309,0 MYANMAR. THAILAND. 213,0 286,4. 935,8 793,5. KAMBOJA. 224,9 275,9 THAILAND. 108,4 197,0. 116,4 151,7 VIETNAM. LAOS. 114,8 142,3 FILIPINA. SINGAPURA. 111,4 120,6 INDONESIA. BRUNEI. 70,8 99,3 KAMBOJA. 405,6 444,2. 35,2 67,3 LAOS. MALAYSIA. 42,1 62,7 MYANMAR. 1919,1. 2728,7. 2823,6. 2018. Sumber: Nilai tukar mata uang Indonesia ke dolar dipublikasikan oleh WB;24 belanja kesehatan per kapita dipublikasikan oleh WHO 16. Gambar 7. Total Belanja Kesehatan per Kapita dalam US$ Negara Asia Tenggara, 2012 & 2018. Gambar 8. Total Belanja Kesehatan per Kapita dalam PPP Negara Asia Tenggara, 2012 & 2018. Namun apabila dibandingkan dengan negara dengan penghasilan rendah-menengah, belanja kesehatan per kapita dalam PPP di Indonesia masih lebih tinggi dari rata-rata belanja kesehatan per kapita di negara berpenghasilan rendah-menengah yang sebesar US$ 326. Indonesia menduduki peringkat 16 dari 46 negara berpenghasilan rendah-menengah yang memiliki data total belanja kesehatan. Meskipun begitu, belanja kesehatan per kapita di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata belanja kesehatan per kapita dunia yang sebesar US$ 1.543.. Sumber: Belanja kesehatan per kapita dipublikasikan oleh WHO16. 8.

(26) Gambar 9. Belanja Kesehatan per Kapita dalam PPP pada Negara Berpenghasilan Rendah-Menengah, 2018. Melihat lebih rinci pada belanja preventif di beberapa negara, rata-rata belanja preventif di negaranegara tersebut sebesar US$ 94,7, sedangkan belanja preventif di Indonesia masih lebih rendah, yaitu sebesar US$ 57,5 yang menempatkan Indonesia pada posisi 11 dari 17 negara. Belanja preventif tertinggi berada di Britania Raya dengan nilai sebesar US$ 234,6, sedangkan belanja preventif terendah adalah Laos sebesar US$ 9,5. 250,0. 234,6 195,0 177,4183,8 159,6. Dalam US$ (PPP). 200,0. 150,0. 125,5 111,8 89,2 91,2. 100,0 57,5 50,0. 18,8 21,1 23,8 9,5 15,3. 64,7. 30,6. 0,0. Sumber: Belanja kesehatan per kapita dipublikasikan oleh WHO 16. Gambar 10. Belanja Preventif per Kapita dalam PPP, 2018. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, rerata pertumbuhan populasi di Indonesia sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 mencapai 1,3 persen.25 Pada periode yang sama, total belanja kesehatan per kapita Indonesia juga mengalami kenaikan dengan rerata pertumbuhan sekitar 9,2 persen (nilai nominal) atau 6,0 persen (nilai riil). Secara nominal, belanja kesehatan per kapita Indonesia tahun 2019 sebesar Rp 1,8 juta (US$129). Sementara pada pengukuran secara riil, total belanja kesehatan per kapita hanya mencapai Rp 1,4 juta atau sekitar US$100 (Gambar 11). Terjadi kenaikan belanja kesehatan per kapita pada tahun 2019 sebesar Rp 115 ribu (nilai nominal) atau Rp 68 ribu (nilai riil) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total belanja kesehatan skema publik (terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan asuransi kesehatan sosial) per kapita pada tahun 2019 secara nominal sebesar Rp 1 juta (rata-rata pertumbuhan 10 persen) dan secara riil sebesar Rp 799 ribu (rata-rata pertumbuhan 7 persen). Melihat lebih rinci lagi, belanja kesehatan per kapita pada asuransi kesehatan sosial memiliki proporsi paling besar yaitu sebesar 28 persen dari total belanja kesehatan per kapita, sedangkan pemerintah pusat memiliki proporsi paling kecil sebesar 6 persen. Pemerintah daerah memiliki pertumbuhan yang paling tinggi, hampir 2 kali lipat dibandingkan tahun 2014 secara nominal.. 9.

(27) Atas Dasar Harga Berlaku (dalam ribu rupiah). Atas Dasar Harga Konstan (dalam ribu rupiah). 1.163. 1.219. 1.309. 1.316. 1.342. 1.410. 323. 350. 381. 406. 390. 390. 357. 403. 321. 298. 284. 281. 216. 194. 1.287. 1.403. 1.619. 1.714. 1.829. 1.544. 449. 500. 498. 505 416. 381. 349. 332. 249. 215. 70. 95. 105. 86. 91. 88. 77. 109. 124. 106. 117. 115. 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 2019. 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 2019. Total Belanja Kesehatan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat Asuransi Kesehatan Sosial. Total Belanja Kesehatan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat Asuransi Kesehatan Sosial. Sumber: Jumlah penduduk dipublikasikan oleh Bappenas, BPS, dan UNFPA;25 *GDP deflator dipublikasikan oleh WB19. Gambar 11. Belanja Kesehatan per Kapita di Indonesia, 2012-2019. 10.

(28) BAGIAN 3. BELANJA KESEHATAN INDONESIA MENURUT DIMENSI SHA 2011 Estimasi belanja kesehatan di Indonesia dihitung menggunakan total belanja kesehatan(THE: total health expenditure). Dalam pedoman SHA, THE dihitung dengan menjumlahkan current health expenditure (CHE) dengan belanja kapital. CHE mengacu pada belanja konsumsi akhir layanan kesehatan yang digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, ataupun institusi non-profit pada tahun tertentu, sedangkan belanja kapital merupakan belanja komoditas barang dan jasa yang memiliki masa guna lebih dari satu tahun, seperti infrastruktur kesehatan (bangunan, mesin, teknologi informasi, dll), belanja untuk pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, serta penelitan dan pengembangan kesehatan.17 Perhitungan belanja kapital di Indonesia saat ini masih terbatas pada skema publik, sedangkan perhitungan belanja kapital pada skema non-publik masih terbatas pada skema LNPRT.. 3.1. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Skema Pendanaan (Health Care Financing Schemes (HF)) Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Eurastat, dan WHO mengembangkan pedoman System of Health Accounts (SHA 11) sebagai acuan negara-negara dalam melakukan analisis pembiayaan kesehatan secara sistematis menurut perspektif pengeluaran/belanja.17 Pada pedoman tersebut dijabarkan dimensi skema pendanaan yang menjelaskan mekanisme apa saja yang digunakan suatu negara dalam melaksanakan fungsi pembiayaan kesehatan yang mencakup pengumpulan dana kesehatan (revenue collection), pengalokasian dana (pooling), serta pembelian atau pembayaran barang dan jasa kesehatan kepada provider/penyedia layanan (purchasing). SHA 11 dengan akun terstandar merupakan potret kapasitas finansial negara dalam memenuhi kebutuhan belanja kesehatan sekaligus menggali potensi sumber daya keuangan yang memungkinkan untuk sebanyak-banyaknya dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya. Gambar di bawah ini menyajikan figur belanja kesehatan menurut skema pendanaan selama tahun 2012-2019. Belanja kesehatan menurut skema pendanaan yang disajikan dalam serial waktu tersebut menunjukkan ada peningkatan setiap tahunnya. Sejak tahun 2012, belanja kesehatan Indonesia telah meningkat hampir 2 kali lipat, dari Rp 268 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 490 triliun pada tahun 2019. Skema pendanaan kesehatan meliputi sektor publik (skema Kemenkes, Kementerian/Lembaga lainnya, Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), Asuransi Kesehatan Sosial) dan sektor non-publik (skema Asuransi Kesehatan Swasta, Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), Korporasi, dan Pembiayaan Rumah Tangga). Gambaran tren belanja kesehatan sektor publik dan non-publik terhadap total belanja kesehatan Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2. Sementara, gambaran tren belanja kesehatan pada masing-masing skema pendanaan disajikan pada Lampiran 3.. 11.

(29) Gambar 12. Belanja Kesehatan menurut Skema Pendanaan, 2012-2019. Belanja kesehatan skema pemerintah daerah mengalami peningkatan sejak tahun 2012. Pada tahun 2019 ini, belanja kesehatan skema pemerintah daerah mencapai Rp 111 triliun atau 22,8 persen dari total belanja kesehatan. Salah satu komponen yang menyumbang peningkatan belanja pada skema pemerintah daerah adalah anggaran dari pemerintah pusat melalui transfer ke daerah dan dana desa dengan anggaran Rp 33,4 triliun pada tahun 2019.26 Selain itu, Sejak 2016 dana bantuan operasional kesehatan (BOK) ditransfer langsung oleh Kementerian Keuangan ke kas daerah melalui mekanisme DAK non-fisik yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Puskesmas,27 sehingga dana tersebut menjadi bagian dari perhitungan belanja kesehatan pada skema Pemerintah Daerah. Namun, peningkatan belanja pemerintah daerah perlu disertai mekanisme pemantauan terhadap mutu layanan kesehatan, pemanfaatan dana transfer pusat untuk mendukung program kesehatan di daerah, serta pencapaian daerah dalam mendukung program-program vertikal yang menjadi indikator kinerja kesehatan nasional. Peran besar daerah dalam mengelola pembiayaan kesehatan tentu saja memerlukan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karenanya, pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab tersebut memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi program/kegiatan. Mengingat capaian indikator kesehatan menjadi ukuran penting kinerja Kemenkes sebagai focal point sektor kesehatan, maka perlu dilaksanakan juga proses pemantauan dan evaluasi terhadap dana transfer pusat ke daerah. Hal ini bertujuan agar pendanaan kesehatan yang telah dialokasikan dapat digunakan secara efektif dan efisien, serta berdampak baik pada pembangunan sektor kesehatan. Sejak diberlakukannya program JKN pada tahun 2014, terjadi peningkatan belanja yang signifikan pada skema asuransi kesehatan sosial, 8 persen pada tahun 2014 meningkat menjadi 23,1 persen di tahun 2019. Implementasi program JKN dengan prinsip gotong royong dan kepesertaan wajib membantu. 12.

(30) keberhasilan JKN dalam mendapat dukungan dari seluruh penduduk, baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk tergabung dalam program JKN. Dalam kurun waktu 5 tahun, program JKN telah berkontribusi dalam meningkatkan belanja kesehatan skema asuransi kesehatan sosial menjadi Rp 113 triliun dan berhasil mencakup 224 juta penduduk atau 83 persen dari total penduduk Indonesia sebagai peserta program JKN.1 Selain itu, gambar di bawah menunjukkan meningkatnya belanja pada program JKN dibarengi dengan penurunan belanja pada skema pembiayaan rumah tangga sebesar 11,6 persen menjadi 32,1 persen pada tahun 2019, meskipun secara nominal belanja skema pembiayaan rumah tangga terus mengalami peningkatan. Meningkatnya kontribusi belanja kesehatan dari pendanaan sektor publik tidak terlepas dari komitmen dan keseriusan pemerintah untuk merancang dan mengimplementasikan berbagai kebijakan dalam mendukung reformasi sistem pembiayaan kesehatan menuju cakupan semesta sebagai respons terhadap seruan internasional (WHO). 60,0% 51,6% 50,0%. 48,5% 43,7%. 40,2% 35,8%. 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%. 15,7%. 15,0%. 6,7%. 8,4%. 2,5% 2012. 3,4% 2013. 17,6% 15,1% 14,7% 3,2% 2014. % Skema Askes Sosial thd TBK % Skema Korporasi thd TBK. 12,9% 2,8% 2015. 19,3% 11,3% 3,0% 2016. 33,7%. 33,0%. 32,1%. 22,2%. 22,8%. 23,1%. 11,6%. 11,0%. 11,1%. 3,1%. 3,5%. 3,2% 2017. 2018. 2019. % Skema Askes Swasta thd TBK % Skema OOP thd TBK. Gambar 13. Pertumbuhan Proporsi Belanja Kesehatan pada Beberapa Skema. Belanja kesehatan pada skema swasta yang mencakup skema asuransi kesehatan swasta, skema LNPRT, dan skema korporasi cenderung mengalami penurunan porsi belanja terhadap total belanja kesehatan sejak tahun 2012 dan mencapai 15,8 persen (Rp 77 triliun) pada tahun 2019. Dari ketiga komponen belanja tersebut, belanja kesehatan skema swasta tetap mengalami peningkatan meskipun dengan adanya program JKN. Belanja kesehatan skema asuransi kesehatan swasta meningkat Rp 3,1 triliun dari tahun 2018 menjadi Rp 17,1 triliun, sedangkan belanja skema korporasi meningkat hingga Rp 4,4 triliun menjadi Rp 54,3 triliun dan skema LNPRT meningkat hanya Rp 970 miliar menjadi Rp 5,8 triliun. Meskipun tidak berkontribusi banyak terhadap total belanja kesehatan, skema swasta tetap memiliki pertumbuhan dalam sektor kesehatan di Indonesia.. 13.

(31) 700.000. 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 Kuintil 1. Kuintil 2. Kuintil 3 2018. Kuintil 4. Kuintil 5. 2019. Sumber: Olahan Susenas Maret 2018 dan 2019 (BPS)28,29. Gambar 14. Rata-rata Belanja Kesehatan OOP per Kapita Setahun menurut Kuintil, 2018 & 2019. Pada belanja kesehatan skema pembiayaan rumah tangga, apabila dilihat lebih rinci menurut kuintil terlihat bahwa penurunan belanja kesehatan skema pembiayaan rumah tangga terjadi di seluruh kuintil dengan penurunan terbesar terjadi pada kuintil 5. Hasil studi menunjukkan bahwa penurunan belanja kesehatan pada rumah tangga yang mempunyai JKN lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak mempunyai jaminan kesehatan.3. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Sumber Dana (Revenues of Health Care Financing Schemes. Reporting Item (FS.RI)) Dimensi lain dalam pedoman SHA adalah sumber dana. Dimensi sumber dana dapat menjawab beberapa pertanyaan kebijakan, seperti berapa banyak dana yang dikumpulkan? Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan dana? Sumber dana berasal dari mana saja? Serta skema pendanaan mana yang menyalurkan dana tersebut? Pemahaman mengenai aliran dana dapat membantu dalam memberikan informasi porsi pembiayaan publik dengan non-publik serta mengidentifikasi kesenjangan yang ditimbulkannya. Selain itu, informasi belanja kesehatan berdasarkan sumber dana juga memberikan gambaran kemampuan pemerintah dalam membiayai anggaran kesehatan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan penganggaran kesehatan. Sebagai contoh, informasi pembiayaan kesehatan bersumber rumah tangga (non-publik) yang tinggi dapat menunjukkan risiko masyarakat memiliki masalah finansial apabila menderita penyakit katastropik. Hasil klasifikasi belanja kesehatan menurut dimensi sumber dana dapat dilihat pada gambar berikut.. 14.

(32) Rp Triliun. 600 0.5% 500. 0.7% 0.09%. 0.5% 0.03%. 400. 39.6%. 300. 40.7%. 200. 17.9% 3.9% 3.3%. 19.6%. 33.7% 2016. 0.4% 0.09% 39.4%. 38.9%. 18.8%. 18.8%. 3.8% 2.2%. 4.5% 3.1%. 31.5%. 35.8%. 33.7%. 2017. 2018. 2019. 5.0% 3.5%. 100. 0.06%. -. Pemerintah. Pemerintah Provinsi. Pemerintah Kab/Kota. Perusahaan. Rumah Tangga. LNPRT. Donor. Gambar 15. Belanja Kesehatan menurut Sumber Dana (FS.RI), 2016 - 2019. Secara umum, komposisi belanja kesehatan menurut sumber dana cenderung konstan selama periode 2016 – 2019. Belanja kesehatan bersumber rumah tangga memiliki proporsi paling besar dibandingkan sumber dana lain, disusul oleh sumber dana pemerintah dan korporasi. Pada tahun 2019, belanja kesehatan bersumber rumah tangga meningkat sebanyak 1,5 persen dari tahun 2018 menjadi 39,4 persen, begitu pula secara nominal mengalami peningkatan menjadi Rp 192 triliun. Sebagian besar belanja kesehatan rumah tangga belum dapat diidentifikasi pemanfaatannya apakah dibelanjakan oleh rumah tangga yang tidak memiliki asuransi kesehatan (uninsured) atau berupa cost-sharing sebesar Rp 157 triliun, sedangkan sisanya dibelanjakan untuk iuran asuransi JKN maupun asuransi swasta dan untuk donasi kegiatan sosial yang diselenggarakan LNPRT dengan total Rp 35 triliun. APBN tahun 2019 diarahkan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan kesehatan, yaitu meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan, penguatan penanganan stunting, penguatan program promotif dan preventif, dan peningkatan kualitas layanan kesehatan serta menjaga keberlanjutan JKN.26 Belanja kesehatan bersumber pemerintah tahun 2019 mencapai Rp 165 triliun, meningkat Rp 3 triliun dari tahun sebelumnya. Meskipun secara nominal meningkat, belanja pemerintah secara proporsi menurun 2,1 persen dari tahun 2018. Total belanja ini lebih tinggi dibandingkan anggaran APBN untuk kesehatan sebesar Rp 123 triliun. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan metode perhitungan pembiayaan kesehatan. Pada metode perhitungan APBN, anggaran kesehatan yang dihitung adalah belanja pemerintah pusat yang masuk kategori fungsi kesehatan, yaitu Kementerian Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta transfer ke daerah yang berupa DAK fisik dan DAK non fisik bidang kesehatan.26 Di sisi lain, metode perhitungan NHA menghitung belanja kesehatan berdasarkan konsumsi akhir yang tidak hanya menghitung belanja kesehatan pada K/L yang masuk kategori fungsi kesehatan, namun juga K/L lain yang memiliki belanja untuk kesehatan, seperti Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Republik Indonesia yang memiliki rumah sakit. Belanja non K/L seperti pembiayaan jaminan kesehatan untuk iuran peserta PBI program JKN juga dihitung sebagai belanja kesehatan serta belanja transfer ke daerah.. 15.

(33) Belanja kesehatan bersumber dana perusahaan (korporasi) merupakan dana yang dibelanjakan perusahaan untuk membayar premi peserta kumpulan/pegawai kepada perusahaan asuransi kesehatan swasta, iuran program JKN pemberi kerja (4 persen dari upah atau gaji per bulan) dan pegawai (1 persen dari upah atau gaji per bulan), penyelenggaraan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan milik perusahaan sendiri ataupun yang sudah bekerja sama dengan fasilitas kesehatan tertentu, serta pembayaran dalam bentuk reimbursement bagi pegawai untuk mengonsumsi barang atau jasa kesehatan. Belanja kesehatan bersumber perusahaan tahun 2019 mencapai 18,8 persen (Rp 92 triliun), konstan dengan tahun sebelumnya meskipun secara nominal meningkat sebesar Rp triliun. Belanja bersumber pemerintah daerah, baik pada tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota mencakup sumber-sumber murni dari daerah diluar belanja transfer dari pemerintah pusat. Belanja sumber pemerintah provinsi dan kabupaten/kota mencapai Rp 37 triliun pada tahun 2019, fluktuatif sejak tahun 2016. Terdapat juga porsi kecil dari belanja kesehatan bersumber donor dan LNPRT sebesar masing-masing 0,5 persen (Rp 2,6 triliun) dan 0,06 persen (Rp 307 miliar). Sumber dana donor tersebut disalurkan kepada pemerintah maupun LNPRT domestik seperti Spiritia, Aisyiyah, Perdhaki, dll. Meskipun kontribusinya cenderung kecil terhadap total belanja nasional, akan tetapi donor sesungguhnya memiliki peran besar untuk mendukung pendanaan program kesehatan prioritas seperti HIV-AIDS, TB, malaria, dan program lainnya. Global Fund salah satu Mitra Pembangunan yang banyak memberikan dukungan pedanaan progtam HIV, TB dan Malaria di Indonesia sejak tahun 2005.. Belanja Kesehatan menurut Dimensi Skema Pendanaan (HF) dan Sumber Dana (FS.RI) Gambaran pembiayaan kesehatan yang disajikan menurut dimensi skema pendanaan dan dimensi sumber dana bermanfaat sebagai informasi mengenai sumber dana pada setiap skema pendanaan, memungkinkan interpretasi yang kuat mengenai struktur keuangan publik dan-non-publik untuk keperluan modifikasi pendanaan lebih baik, dan mengidentifikasi skema apa yang menanggung beban terbesar dalam pembiayaan.17 Selain itu, figur skema pendanaan juga dapat memberikan ilustrasi bagaimana pertumbuhan dan mekanisme pengumpulan pendapatan terjadi. Trend belanja kesehatan menurut kedua dimensi tersebut selama tahun 2017-2019 disajikan pada gambar berikut.. 16.

Referensi

Dokumen terkait

Hitungan posisi 3D secara simultan adalah proses hitung kuadrat terkecil dengan menghitung koordinat planimetrik (X,Y) dan tinggi (Z) secara bersama-sama dalam satu perataan

Berkoordinasi dengan petugas surveilans PD3I provinsi untuk pengiriman spesimen serum ke laboratorium nasional campak- rubella (jika belum diperiksa di laboratorium RS) dan

3. Memastikan penerapan jaga jarak minimal 1,5 meter antar warga dan dapat dilaksanakan dengan menyesuaikan jumlah warga dengan luas lokasi, serta membatasi jumlah warga maksimal

Dengan melalui tahapan darilangkah langkah asesmen – diagnosis D – I – Dengan melalui tahapan PAGT, PAGT, dari asesmen A – A diagnosis D – intervensi intervensi I – dan

Lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber- KB (ABPK) adalah sebuah alat bantu kerja interaktif, yang diperuntukkan bagi penyedia layanan (dokter atau bidan) dalam

Sesuai dengan amanat Permenkes no.8/2015, sejak tahun 2015 program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) wajib dilaksanakan di setiap fasilitas pelayanan

Titik – titik sudut yang membentuk area beton tekan diketahui dengan : Apabila koefisien dari suatu persamaan garis yang paralel dengan garis ne- tral di titik tersebut

Estimasi parameter model survival distribusi Eksponensial data tersensor dengan menggunakan metode MLE dan metode Bayesian SELF dilakukan dengan data waktu survival 137