• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP RESILIENSI REMAJA TUNANETRA DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP RESILIENSI REMAJA TUNANETRA DI KOTA BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP RESILIENSI REMAJA TUNANETRA

DI KOTA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

Destalya Anggrainy M.P 1102507

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP RESILIENSI REMAJA TUNANETRA

DI KOTA BANDUNG

Oleh

Destalya Anggrainy M.P S.Psi UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Destalya Anggrainy 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing,

Juang Sunanto, MA, Ph.D NIP. 19610515 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

(4)

i

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Destalya Anggrainy M.P (1102507). “Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kompetensi Sosial terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung.” Tesis Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung (2013).

(5)

ii

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Destalya Anggrainy M.P (1102507). "The Influence of Personality Type and Social Competence for Adolescents with Visual Impairment Resilience in Bandung." Thesis Special Needs Education Program, School of Postgraduate Studies UPI, Bandung (2013).

(6)

i

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN... I

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... V DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GRAFIK... X DAFTAR DIAGRAM... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5

1. Identifikasi Masalah... 5

2. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Manfaat Teoritis... 6

2. Manfaat praktis... 6

E. Struktur Organisasi Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 8

A. Tipe Kepribadian... 8

1. Struktur Kepribadian... 10

2. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert... 11

3. Trait-Trait dalam Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert... 12

B. Kompetensi Sosial... 14

1. Pengertian Kompetensi Sosial... 15

2. Prisma Kompetensi Sosial: Kerangka Kerja Teoritis... 17

3. Aspek Kompetensi Sosial... 19

C. Resiliensi... 22

1. Pengertian Resiliensi... 22

2. Dimensi Resiliensi... 22

3. Level Resiliensi... 23

(7)

ii

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

D. Remaja Tunanetra... 28

E. Kerangka Pemikiran... 29

F. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 31

B. Desain Penelitian... 31

C. Metode Penelitian... 32

D. Definisi Operasional... 32

1. Tipe Kepribadian... 32

2. Kompetensi Sosial... 33

3. Resiliensi... 34

E. Instrumen Penelitian... 35

1. Tipe Kepribadian... 35

2. Kompetensi Sosial... 37

3. Resiliensi... 40

F. Proses Pengembangan Instrumen... 42

G. Teknik Pengumpulan Data... 42

1. Angket (Kuesioner)... 43

2. Dokumentasi... 43

H. Analisis Data... 44

1. Uji Asumsi Klasik... 44

2. Uji Regresi Linier Berganda... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

A. Gambaran Umum Variabel... 49

1. Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 49

2. Kompetensi Sosial Remaja Tunantera di Kota Bandung... 53

3. Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 60

B. Hasil Penelitian... 62

1. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 62

2. Pengaruh Kompetensi Sosial terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 62

(8)

iii

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 65

1. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 65

2. Pengaruh Kompetensi Sosial terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 68

3. Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kompetensi Sosial terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74

A. Kesimpulan... 74

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(9)

iv

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory... 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Alat Ukur EPI... 37

Tabel 3.3 Ketentuan Penilaian Kompetensi Sosial... 38

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Alat Ukur Kompetensi Sosial... 39

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Alat Ukur Resiliensi... 41

Tabel 4.1 Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 50

Tabel 4.2 Sub Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 51

Tabel 4.3 Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 54

Tabel 4.4 Dimensi Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 55

Tabel 4.5 Sub Dimensi pada Dimensi Pemecahan Masalah Interpersonal Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 56

Tabel 4.6 Sub Dimensi pada Dimensi Keterlibatan dalam Interaksi Sosial Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 58

(10)

v

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Sub Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra

di Kota Bandung... 53 Grafik 4.2 Sub Dimensi Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra

(11)

vi

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di

Kota Bandung... 50 Diagram 4.2 Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota

(12)

vii

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tipe Kepribadian (Format A)... 86

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Sosial (Format B).... 87

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi (Format C)... 89

Lampiran 4 Instrumen Format A... 90

Lampiran 5 Instrumen Format B... 92

Lampiran 6 Instrumen Format C... 95

Lampiran 7 Skor Jawaban Subjek pada Instrumen Format A... 98

Lampiran 8 Skor Jawaban Subjek pada Instrumen Format B... 104

Lampiran 9 Skor Jawaban Subjek pada Instrumen Format C... 110

Lampiran 10 Hasil Perhitungan Median/Persentil 50 Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 113

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Median/Persentil 50 Sub Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 113

Lampiran 12 Hasil Perhitungan Standar Deviasi dan Mean Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 114

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Standar Deviasi dan Mean Dimensi Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 114

Lampiran 14 Hasil Perhitungan Standar Deviasi dan Mean Sub Dimensi pada Dimensi Pemecahan Masalah Interpersonal Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 115

Lampiran 15 Hasil Perhitungan Standar Deviasi dan Mean Sub Dimensi pada Dimensi Keterlibatan dalam Interaksi Sosial Kompetensi Sosial Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 115 Lampiran 16 Hasil Perhitungan Standar Deviasi dan Mean Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung... 116 Lampiran 17 Hasil Uji Asumsi klasik dan Uji Regresi Sederhana

(13)

viii

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tunantera di Kota Bandung... 117 Lampiran 18 Hasil Uji Asumsi klasik dan Uji Regresi Sederhana

Kompetensi Sosial terhadap Resiliensi Remaja

Tunantera di Kota Bandung... 120 Lampiran 19 Hasil Uji Asumsi klasik dan Uji Regresi Berganda

Tipe Kepribadian dan Kompetensi Sosial terhadap

(14)

1

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan dari lingkungan. Salah satu lingkungan sosial yang ada di sekitar anak adalah keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik, memelihara, memberikan kasih sayang dan rasa aman, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga, membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan lain sebagainya sehingga anak memiliki ketahanan dalam menjalani hidup. Hal yang sama pun terjadi dalam proses pembentukan kepribadian anak tunanetra namun adanya hambatan penglihatan dapat memberikan dampak bagi perkembangan dirinya, seperti pada perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan

orientasi dan mobilitas, serta perkembangan keterampilan sosial dan emosi (Sunanto, 2012: 7-11).

(15)

2

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena persepsi auditif lebih berperan daripada persepsi visual dalam media belajar bahasa, maka tidaklah mengherankan bila berbagai studi telah menemukan bahwa anak tunanetra relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Bahkan banyak anak tunanetra lebih termotivasi daripada anak awas untuk menggunakan bahasa karena bahasa merupakan saluran utama komunikasinya dengan orang lain.

Selain mengakibatkan dampak dalam perkembangan kognitif dan bahasa, ketunanetraan dapat mengakibatkan dampak pada perkembangan orientasi dan mobilitas anak. Kemampuan mobilitas yaitu keterampilan untuk bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Keterampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya di dalam lingkungan. Agar anak tunanetra memiliki rasa percaya diri untuk bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya dalam bersosialisasi, mereka harus memperoleh latihan orientasi dan mobilitas. Program latihan orientasi dan mobilitas tersebut harus mencakup sejumlah komponen, termasuk kebugaran fisik, koordinasi motor, postur, keleluasaan gerak, dan latihan untuk mengembangkan fungsi indera –indera yang masih berfungsi.

(16)

3

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kasus yang ekstrim bahkan dapat mengakibatkan perceraian. Persoalan seperti ini terjadi pada banyak keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus termasuk pada keluarga yang memiliki anak tunantera.

Pada umumnya orangtua akan mengalami masa duka akibat kehilangan anaknya yang “normal” itu dalam tiga tahap: tahap penolakan, tahap penyesalan, dan akhirnya tahap penerimaan, meskipun untuk orangtua tertentu penerimaan itu mungkin akan tercapai setelah bertahun-tahun. Proses “dukacita” ini merupakan proses yang umum terjadi pada orangtua anak berkebutuhan khusus. Sikap orangtua tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan diantara mereka (ayah dan ibu) dan hubungan mereka dengan anak itu, dan hubungan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Oleh karenanya sikap atau pola asuh orangtua merupakan faktor penting yang melatarbelakangi adanya perbedaan kepribadian seorang anak dimana kepribadian yang telah terbentuk pada akhirnya menentukan bagaimana anak tunantera bersikap ketika menghadapi tekanan dalam kehidupannya.

(17)

4

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tekanan yang membuatnya digolongkan menjadi individu yang memiliki faktor resiko stres yang tinggi.

Permasalahan yang ada pada anak tunanetra cenderung semakin kompleks ketika mereka beranjak masa remaja, menurut pandangan psikolog G. Stanley Hall (2006: 89), remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, dimana pada masa remaja ini terjadi perubahan besar secara fisik karena pubertas, perubahan kognitif, perubahan emosi dan kemampuan sosial yang memberikan tantangan lebih berat lagi terhadap remaja seiring dengan munculnya tugas-tugas perkembangan pada masa remaja.

Remaja tunantera membutuhkan kemampuan untuk mengatasi situasi-situasi yang sulit itu, kemampuan itu dinamakan resiliensi. Kapasitas resiliensi ada pada setiap individu sehingga mereka memiliki kemampuan untuk dapat bertahan ketika mengalami tantangan dalam hidupnya namun untuk menjadi pribadi dengan resilien yang tinggi bagi seorang remaja tunanetra bukanlah suatu hal yang mudah karena dibutuhkan proses yang melibatkan berbagai faktor, antara lain kemampuan sosial yang dimilikinya dan kepribadian individu tersebut (Benard, 2004: 12).

(18)

5

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

obat-obatan terlarang dan pada titik yang ekstrim remaja tunanetra dapat mengambil keputusan untuk bunuh diri.

Remaja tunantera dapat mengembangkan resiliensi dalam diri mereka sehingga membuat mereka lebih adaptif dalam menghadapi berbagai tantangan yang berhubungan dengan hambatan yang mereka miliki. Berdasarkan pernyataan Benard (2004: 12) bahwa tipe kepribadian dan kompetensi sosial berpotensi dalam mengembangkan resiliensi, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh tipe kepribadian dan kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Adanya dampak ketunanteraan terhadap perkembangan diri remaja tunantera di kota Bandung.

b. Masa remaja tunanetra memiliki dampak tertentu bagi mereka.

c. Adanya kaitan antara tipe kepribadian, kompetensi sosial, dukungan sosial, pola asuh orangtua dan lain sebagainya terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung.

2. Perumusan Masalah

a. Apakah terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung?

b. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung?

c. Apakah terdapat pengaruh antara tipe kepribadian dan kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

(19)

6

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menganalisis pengaruh antara tipe kepribadian terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung.

2. Menganalisis pengaruh antara kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung.

3. Menganalisis pengaruh antara tipe kepribadian dan kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan serta pengembangan keilmuan mengenai tipe kepribadian, kompetensi sosial dan resiliensi dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kebutuhan khusus.

b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tipe kepribadian, kompetensi sosial dan resiliensi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi informasi dan masukan yang berguna bagi pihak keluarga dalam meningkatkan resiliensi remaja tunanetra.

(20)

7

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Struktur Organisasi Penelitian

Langkah Berpikir Ilmiah Langkah Penelitian Laporan Hasil Penelitian

Merumuskan Masalah

Pendahuluan sebagai konseptualisasi penelitian, kejelasan hal yang diteliti, ruang lingkup, batasan konsep dan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang penelitian 2. Identifikasi &

3. Perumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Struktur Organisasi Tesis

Mengajukan Hipotesis

Berfikir rasional dalam mengkaji teori, postulat yang berkenaan dengan masalah penelitian untuk mengajukan hipotesis

BAB II KAJIAN

PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Pembahasan Teori 2. Kerangka Pemikiran 3. Hipotesis Penelitian

Verifikasi Data

Pengumpulan data di lapangan untuk keperluan pemecahan masalah penelitian

BAB III METODE

PENELITIAN

1. Lokasi dan Subjek Penelitian

2. Desain Penelitian 3. Metode Penelitian 4. Definisi Operasional 5. Instrumen Penelitian 6. Proses Pengembangan

instrumen

7. Teknik Pengumpulan Data

(21)

8

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data dan menguji hipotesis BAB IV HASIL

PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis 2. Pembahasan Hasil

Menarik Kesimpulan

Kesimpulan penelitian, yakni

menolak atau menerima hipotesis BAB DAN SARAN V KESIMPULAN 1. Kesimpulan Peneliti 

(22)

31

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subjeknya <100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika jumlah subjeknya ≥100, maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2002: 112). Berpijak pada pendapat tersebut, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 45% dari populasi yang ada (120 remaja tunanetra), karena jumlah populasi melebihi 100. Penelitian ini dilakukan terhadap 55 remaja tunanetra di kota Bandung. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling, di mana teknik ini merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan

kelompok tertentu (Arikunto, 2002: 119). Alasan pemilihan sampel ini didasarkan pada rasional yaitu tunanetra (totally blind) sejak lahir yang berusia remaja (12-20 tahun), dan tinggal serta bersekolah di kota Bandung.

B.Desain Penelitian

(23)

32

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, selain itu kesimpulan penelitian yang didapatkan dengan menggunakan pendekatan ini akan lebih baik jika dilengkapi dengan tabel,

grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain agar dapat dipahami dengan baik (Arikunto, 2002: 10-11).

C.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah korelasi akibat (causal correlation study), dimana teknik korelasi sebab-akibat ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel yang satu terhadap variabel lainnya, dan jika terdapat pengaruh maka seberapa erat dan seberapa berartinya pengaruh itu (Arikunto, 2002: 32).

D.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu: (1) Tipe Kepribadian (X1)

dan (2) Kompetensi Sosial (X2) yang merupakan variabel independent (X). (3)

Resiliensi yang merupakan variabel dependent (Y). Tipe kepribadian dan kompetensi sosial merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent yaitu resiliensi. Resiliensi merupakan variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas yaitu tipe kepribadian dan kompetensi sosial.

1. Tipe Kepribadian

a. Definisi konseptual variabel

(24)

33

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepribadian awal akan tumbuh melalui interaksi empat macam fungsional yaitu sektor kognitif (intelegensi), sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen) dan sektor somatik (konstitusi). Terdapat dua tipe kepribadian yaitu ekstrovert dan introvert, dimana kedua tipe kepribadian ini mempunyai ciri khas masing-masing.

b. Definisi operasional variabel

Pembagian tipe kepribadian ekstrovert-introvert dipandang sebagai dua kutub yang membentuk skala sikap kontinum. Definisi operasional pada variabel tipe kepribadian ekstrovert-introvert menurut Eysenck bertolak ukur pada tujuh sub dimensi, yaitu: activity, sociability, risk taking, impulsiveness, expressiveness, reflectiveness dan responsibility.

Dengan mengetahui tujuh sub dimensi dalam tipe kepribadian di atas yang diklasifikasikan oleh Eysenck, maka dapat diprediksi bagaimana tipe kepribadian pada remaja tunanetra tersebut (ekstrovert atau introvert).

Untuk mengetahui tipe kepribadian subjek maka disusun item berdasarkan trait-trait yang terdapat dalam tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dari Eysenck. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian ialah dengan menggunakan Eysenck Personality Inventory (EPI) dan hanya memfokuskan pada tipe kepribadian

ekstrovert-introvert dengan maksud untuk menyederhanakan dan membatasi area permasalahan yang akan diteliti.

2. Kompetensi Sosial

a. Definisi konseptual variabel

(25)

34

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Definisi operasional variabel

Definisi operasional pada kompetensi sosial bertolak ukur pada dua dimensi yaitu: social problem solving (pemecahan masalah interpersonal) dan social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial).

Tinggi atau rendahnya kompetensi sosial pada remaja tunanetra akan dilihat dari dua dimensi di atas, baik pada dimensi pemecahan masalah interpersonal maupun dimensi keterlibatan dalam interaksi sosial. Bila remaja tunanetra mendapat skor yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa mereka memiliki kompetensi sosial yang tinggi, sedangkan bila mereka mendapat skor yang rendah maka mereka memiliki kompetensi sosial yang rendah.

Alat ukur pada variabel ini dibuat oleh Rubin & Krasnor, dimana kompetensi sosial diukur melalui dua dimensi yang tercakup didalamnya, yaitu social problem solving (pemecahan masalah interpersonal) dan social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial), dari

masing-masing dimensi kemudian diturunkan beberapa sub dimensi, indikator dan item pertanyaan, dimana jawaban menggunakan skala likert. Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif.

3. Resiliensi

a. Definisi konseptual variabel

Resiliensi adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik dan mampu berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan (Benard, 1991: 12).

(26)

35

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rutter (Connor & Davidson, 2003: 76-82), dalam penelitiannya mengidentifikasikan lima dimensi dari resiliensi, yaitu : personal competence, high standar, and tenacity (kompetensi pribadi, standar

yang tinggi dan keuletan); trust in one’s instincts, tolerance of negative affect, and strengthening effects of stress (percaya kepada diri sendiri,

memiliki toleransi terhadap efek negatif dan kuat dalam menghadapi tekanan); positive acceptance of change and secure realtionships with others (penerimaan positif terhadap perubahan dan hubungan yang baik

dengan orang lain); self control (pengendalian diri); dan spiritual influence (pengaruh spiritual).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi ialah dengan menggunakan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang telah dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini terdiri dari 25 item dengan menggunakan jawaban skala likert. Skor yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat resiliensi dan skor yang rendah menunjukkan rendahnya tingkat resiliensi.

E.Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian dimana pada terdapat modifikasi pada prosedur penelitian untuk memudahkan subjek dalam mengisi namun tidak merubah isi dari masing-masing instrumen.

1. Tipe Kepribadian

(27)

36

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk menyederhanakan dan membatasi area permasalahan yang akan diteliti.

a. Prosedur Pengisian

Dalam mengisi kuesioner ini subjek diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan menuliskan huruf Y jika Ya atau T jika

Tidak. Pada instruksi akan dijelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan oleh subjek adalah benar, tidak ada yang salah, karena pertanyaan yang diberikan bukan bermaksud mengukur kecakapan atau inteligensi melainkan mengetahui pikiran, perasaan dan perilaku subjek. Di depan setiap pertanyaan tersebut terdapat indikasi:

ae untuk pertanyaan affiliative ekstraversion al untuk pertanyaan affiliative lie

ne untuk pertanyaan non affiliative ekstraversion nl untuk pertanyaan non affiliative lie

Tabel 3.1

Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory

Poin Ya Tidak

ae, al 1 0

ne, nl 0 1

b. Cara Skoring

Dalam pengolahan akan diperhatikan patokan-patokan yang telah ditentukan yaitu:

Apabila subjek mendapatkan nilai ≥ 6 untuk pertanyaan lie scale, maka langkah selanjutnya nilai ekstrovert-introvert dapat dihitung; dan apabila nilai < 6 maka nilai tes ini tidak dapat dihitung atau digagalkan.

(28)

37

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

median. Sebaliknya, dikatakan memiliki kecenderungan introvert bila nilai dicapai < nilai median.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Alat Ukur EPI

No. Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item

1.

Ekstrovert-Introvert

Activity - aktivitas secara fisik

- kecepatan dalam

bergerak

1, 12, 22, 33

Sociability - kesukaan mencari

teman dan bertemu dengan banyak orang

2, 13, 23, 34

Risk Taking - keberanian

mengambil resiko

3, 14, 25, 35

Impulsiveness - kecenderungan

bertindak secara

mendadak

- kurang menggunakan

pertimbangan

5, 11, 16, 26, 32, 37

Expressiveness - pernyataan perasaan

- kemauan

memperlihatkan emosi secara terbuka

6, 17, 27, 38

Reflectiveness - kedalaman berpikir 7, 18, 20, 29,

39

Responsibility - rasa tanggung jawab

terhadap tugasnya

9, 19, 30, 40

2. Lie 4, 8, 10, 15,

21, 24, 28, 31, 36, 41, 42

2. Kompetensi Sosial

(29)

38

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interpersonal) dan social engagement (keterlibatan dalam interaksi sosial), dari masing-masing dimensi kemudian diturunkan beberapa sub dimensi, indikator dan item pertanyaan. Alat ukur kompetensi sosial ini terdiri atas 49 pernyataan. Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap pernyataan meliputi empat kemungkinan jawaban, yaitu Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS).

a. Prosedur Pengisian

Alat ukur ini bersifat self-administrating. Item-item harus dijawab secara keseluruhan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban pada setiap pernyataan yang dianggap atau dirasakan sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh subjek. Cara menjawabnya adalah dengan menulis S jika sesuai, CS jika cukup sesuai, KS jika kurang sesuai, TS jika tidak sesuai.

b. Cara Skoring

Subjek diberikan empat kemungkinan pilihan jawaban yang bergerak dari satu titik ekstrim menuju ke satu titik ekstrim yang lain. Pilihan jawaban tersebut adalah:

S = Sesuai

CS = Cukup Sesuai KS = Kurang Sesuai TS = Tidak Sesuai

Setiap item diberi nilai sesuai dengan pilihan jawaban dari subjek, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

(30)

39

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pilihan Jawaban S CS KS TS

Bobot nilai (item positif)

4 3 2 1

Bobot nilai (item negatif)

[image:30.595.109.508.214.737.2]

1 2 3 4

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Alat Ukur Kompetensi Sosial

No. Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item

I II III IV V

1. Pemecahan

masalah Interpersonal (Social

problem solving)

Menentukan tujuan dan strategi adaptif

yang digunakan

untuk memecahkan masalah

Adanya tujuan yang ingin dicapai

8, 9, 5*

Membuat rencana

untuk mencapai

tujuan tersebut

3

Membuat strategi

untuk menyelesaikan masalah

1, 35, 43, 37, 4*, 30*

Menentukan cara

yang digunakan

untuk menyelesaikan masalah

2, 7*, 39*, 40*, 36, 6*

Keputusan yang

diambil memenuhi kebutuhan pribadi

dengan tetap

mempertimbang kan kepentingan orang lain

Keputusan yang

diambil memenuhi

kebutuhan pribadi

26*

Keputusan yang

diambil memenuhi

kebutuhan orang lain

48, 12

Memikirkan dampak dari keputusan yang diambil

(31)

40

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Keterlibatan

dalam

interaksi sosial (Social

Engagement)

Kemampuan berpartisipasi di dalam lingkungan

Berpartisipasi dalam

kegiatan bersama

teman-teman sebaya

18, 16

Berpartisipasi dalam

kegiatan bersama

masyarakat

13*, 28, 14*, 15

Inisiatif untuk memulai interaksi

Memulai interaksi dengan orang lain

19*, 17*, 20, 21*, 22, 33, 34

Kemampuan mempertahankan relasi yang telah terjalin

Menjalin komunikasi dengan teman-teman lama

44, 45, 11*, 46

Menjalin komunikasi dengan kenalan baru

47, 38*, 41, 42

I II III IV V

Self monitoring

terhadap lingkungan

Kepekaan terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar

49

Mengetahui peristiwa-peristiwa

yang terjadi di

lingkungan sekitar

24, 25, 27*

Self control Mematuhi

norma-norma yang berlaku di lingkungan

29, 31

Mampu menahan/ mengontrol emosi

32*

Mampu mengontrol tingkah laku

11

*) item negatif

3. Resiliensi

Connor-davidson Resilience Scale (CD-RISC) merupakan skala yang dikembangkan Connor dan Davidson untuk mengukur resiliensi seseorang. Skala ini terdiri dari 25 pernyataan. Masing-masing item mempunyai rentang skala likert antara 0 hingga 4. Rentang skor dari skala ini antara 0-100. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi tingkat resiliensi.

(32)

41

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

trust in one’s instincts, tolerance of negative affect, and strengthening effects of stress (percaya kepada diri sendiri, memiliki toleransi terhadap

efek negatif dan kuat dalam menghadapi tekanan); (3) positive acceptance of change and secure realtionships with others (penerimaan positif terhadap

perubahan dan hubungan yang baik dengan orang lain); (4) self control (pengendalian diri); dan (5) spiritual influence (keyakinan kepada Tuhan).

a. Prosedur Pengisian

Alat ukur ini bersifat self-administrating. Item-item harus dijawab secara keseluruhan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban pada setiap pernyataan yang dianggap atau dirasakan sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh subjek. Cara menjawabnya adalah dengan menulis 0 jika tidak setuju, 1 jika kurang setuju, 2 jika agak setuju, 3 jika setuju dan 4 jika sangat setuju.

b. Cara Skoring

Subjek diberikan lima kemungkinan pilihan jawaban yang bergerak dari satu titik ekstrim menuju ke satu titik ekstrim yang lain. Pilihan jawaban tersebut adalah:

0 = Tidak Setuju 1 = Kurang Setuju 2 = Agak Setuju 3 = Setuju

[image:32.595.114.513.238.683.2]

4 = Sangat Setuju

Tabel 3.5

(33)

42

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Dimensi Sub dimensi Indikator Nomor Item

I II III IV V

1. Personal

competence,

high standar,

and tenacity

Kemampuan untuk

mencapai tujuan dalam situasi apapun

Menunjukkan sikap

tenang, tidak mudah putus asa

2, 15, 16, 20, 25

2. Trust in one’s

instincts,

tolerance of

negative affect, and

strengthening effects of stress

Toleransi terhadap afek negatif dan kuat/tegar

dalam menghadapi

tekanan

Mudah melakukan

coping terhadap stress, berpikir secara hati-hati dan tetap fokus

sekalipun sedang

dalam menghadapi

masalah

3, 6, 9, 14, 22

I II III IV V

3. Positive

acceptance of

change and

secure realtionships with others

Kemampuan beradaptasi

bila menghadapai

perubahan

Mampu menemukan

tujuan dan makna dari pengalaman tersebut serta mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan

1, 7, 8, 17, 21

4. Self control Adanya pengendalian

diri dalam mencapai tujuan dan bagaimana

meminta atau

mendapatkan bantuan

dari orang lain

Memiliki harapan dan

menunjukkan usaha

serta kerja keras

4, 5, 10, 13, 24

5. Spiritual

influence

Kepercayaan terhadap Tuhan

Memiliki keyakinan

yang kuat

11, 12, 18, 19, 23

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala kepribadian (EPI), kompetensi sosial Rubbin-Krasnor dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang merupakan skala yang sudah

terstandar.

(34)

43

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada kompetensi sosial Rubbin-Krasnor diperoleh reliabilitas sebesar 0,962 dan reliabilitas CD-RISC sebesar 0,870.

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang lainnya (Arikunto, 2002: 128). Angket dapat disebut juga kuesioner. Bentuk pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian ini adalah skala yang akan diberikan kepada seluruh responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Skala ini digunakan untuk mengungkapkan konsep atau konstruk psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2007: 5). Pada penelitian ini digunakan skala psikologis, Azwar (2007: 7) mengemukakan tiga aspek dari skala psikologis, yaitu:

(35)

44

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Atribut psikologi tidak diungkap secara langsung, maka skala psikologi selalu berisi banyak item. Kesimpulan akhir sebagai satu diagnosis dicapai seluruh item direspon.

c. Respon tidak dikategorikan sebagai benar salah, semua jawaban dapat diterima.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan agar data yang diperoleh dapat diberikan buktinya sehingga mampu menunjukkan bahwa data yang ada adalah benar. Adapun data-data tersebut meliputi gambaran umum tentang realita remaja tunanetra, lingkungan sosialnya dan lain sebagainya yang dapat menunjang penelitian ini. Dokumentasi ini dimaksudkan peneliti untuk mendapatkan data mengenai jumlah dan data tentang remaja tunantetra tersebut.

Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai metode pelengkap yaitu melengkapi informasi atau data yang diperoleh dengan angket (skala psikologis).

H.Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Tujuan pengujian ini untuk mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga hasil analisis dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbatas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena masih adanya gejala-gejala asumsi klasik. Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 21.00.

1. Uji Asumsi Klasik

(36)

45

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan apakah estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinieritas, dan gejala autokorelasi . a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas menggunakan Kolmogrov Smirnov, dengan bantuan SPSS.

b. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah regresi hasil pengolahan ditemukan korelasi antara variable independennya. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika ada tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10%

maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah regresi hasil pengolahan data mempunyai distribusi kesalahan yang penyebarannya tidak konstan yaitu apabila kesalahan tidak mempunyai varian konstan terhadap seluruh selang nilai. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji Glejser yaitu dengan melihat probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka dalam suatu persamaan regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain disusun menurut runtun wakti. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW tes).

(37)

46

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun model matematis dari korelasi regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b

1 X1 + b2 X2

Dimana: Y : variabel tak bebas a : konstanta

X

1 : variabel bebas ke-1

X

2 : variabel bebas ke-2

b

1 : kemiringan ke-1

b

2 : kemiringan ke-2

Dalam regresi tersebut terdapat beberapa analisis yang dilakukan yaitu : a. Koefisien Regresi

Dari persamaan normal, dijabarkan rumus untuk mencari estimasi parameter (koefisien regresi) berdasarkan data empiris, koefisien regresi dapat dicari dengan cara :

n n n

(i) Σyi = n a+ b1Σx1i + bx2i i= 1 i= 1 i= 1

n n n n

(ii) Σx1i yi = a Σx1i + bx1i 2 + bx2i x1i

i= 1 i= 1 i= 1 i= 1

n n n n

(iii) Σx2i xi= a Σx2i + bx2i x1i + bx2i 2 i= 1 i= 1 i= 1 i= 1

(38)

47

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu y

i : variabel tak bebas Y ke-i

x

1i : variabel bebas X1 ke-i

x

2i : variabel bebas X2 ke-i

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi diperlukan untuk melihat berapa persen dari variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variasi dari variabel independen, yang dijabarkan dalam rumus :

R2 = a1Σx1y + a2Σx2y

Σy2

c. Pengujian Koefisien Persamaan Regresi

Dalam pembuktian hipotesis terhadap model maka perlu digunakan uji t (uji parsial) dan uji F (uji simultan) dimana:

1) Uji t (uji parsial)

Digunakan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Bila t hitung ≤ t tabel

atau –t hitung ≥ -t tabel maka H0 diterima, sedangkan bila t hitung

> t tabel atau –t hitung < -t tabel maka H0 ditolak. Artinya secara

(39)

48

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel terikat dengan menggunakan uji t, dimana :

thit = r √n-2

√1-r2 Dimana :

t = thitung yang selanjutnya akan dikonsultasikan dengan ttabel

r = koefisien regresi n = jumlah sampel 2) Uji F (uji simultan)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan

Ftabel, bila F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima namun bila F hitung

> F tabel maka H0 ditolak. Berarti secara simultan atau

bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tergantung pada tingkat kesalahan α = 0,5. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Fhitung = R2 / k

[(1-R2) / (n – k – 1)]

Ftabel = [ k; (n-k); α]

Dimana:

F = Ftabel akan dibandingkan dengan Fhitung

(40)

49

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu k = jumlah variabel bebas

(41)

74

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Resiliensi sangat penting bagi remaja tunanetra dalam menghadapi kesulitan, tekanan atau keterpurukan. Adanya perbedaan tipe kepribadian dan kompetensi sosial yang dimiliki oleh remaja tunanetra sangat mempengaruhi resiliensi mereka (kemampuan mereka ketika mengatasi situasi-situasi sulit yang mereka hadapi dalam hidupnya). Berikut ini adalah penjabaran hasil kesimpulan pengaruh tipe kepribadian dan kompetensi sosial terhadap resiliensi remaja tunanetra di kota Bandung:

1. Tipe kepribadian dan resililiensi yang cenderung ada pada remaja tunantera adalah tipe kepribadian introvert dan memiliki resiliensi sedang sedangkan lainnya memiliki tipe kepribadian ekstrovert dengan resiliensi tinggi ataupun sedang dan introvert dengan resiliensi rendah. Adanya perbedaan yang signifikan ini dikarenakan sikap dari kepribadian remaja tersebut dalam menghadapi suatu permasalahan atau situasi yang menekan dirinya dimana pada remaja tunanetra yang ekstrovert mereka cenderung mudah bergaul, mudah terbuka ketika menerima masukan, mau dengan cepat untuk belajar dan memperbaiki dirinya. Sedangkan pada remaja tunantera yang introvert, mereka cenderung berpikir dengan hati-hati, kurang terbuka, sehingga ketika mereka menghadapi permasalahan atau situasi yang menekan, mereka cenderung fokus pada permasalahan tersebut tanpa mencari jalan keluar.

(42)

75

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbedaan kemampuan dalam memilih perilaku yang tepat dan dapat membawa diri mereka dalam berbagai situasi dengan menggunakan pengetahuan sosial, empati dan kepercayaan diri. Remaja tunantera yang memiliki kompetensi sosial dan resiliensi yang tinggi dikarenakan remaja tunanetra tersebut ketika menghadapi situasi yang sulit tetap menjaga hubungan yang positif dengan orang lain bahkan mereka mampu untuk terus melihat sisi positif dari hal yang mereka alami. Sedangkan pada remaja tunantera dengan kompetensi sosial dan resiliensi yang rendah, mereka cenderung mudah terpengaruh dengan situasi hatinya, sehingga mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya.

3. Pada penelitian ini terdapat remaja tunanetra dengan kecenderungan ekstrovert dan kompetensi sosial yang tinggi pada remaja tunantera di kota Bandung, sangat membantu mereka dalam mengatasi kondisi yang sulit atau menekan serta membuat mereka dapat bertahan dalam hidup bahkan proses pengalaman mengalami dan mengatasi kondisi yang menekan dan menantang hidup, mendatangkan kemampuan baru yang membuat individu menjadi lebih baik. Hal ini dapat termanifestasi pada perilaku, emosi dan kognitif seperti sense of purpose in life, kejelasan visi, lebih menghargai hidup dan keinginan memiliki hubungan sosial yang positif. Bagi remaja tunantera yang berkecenderungan ekstrovert dan memiliki kompetensi sosial yang sedang, mereka mampu pulih kembali (bounce back) pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan dapat beradaptasi terhadap kondisi yang menekan, meskipun masih menyisahkan efek dan perasaan yang negatif, namun mereka dapat kembali beraktivitas dalam kehidupan sehari-harinya, mereka menunjukkan diri mereka sebagai individu yang resilien.

(43)

76

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kompetensi sosial yang tinggi atau rendah dikarenakan efek dari pengalaman yang menekan sangat melemahkan mereka yang membuat mereka gagal untuk kembali berfungsi sebagaimana mestinya (recovery).

Dampaknya adalah perasaan, perilaku dan kognitif yang negatif pada remaja ini semakin berkepanjangan dan dapat membentuk perilaku seperti menarik diri dalam hubungan sosial, dan lain sebagainya. Lain halnya pada remaja tunantera yang cenderung introvert dan memiliki kompetensi sosial yang rendah, ketika mengetahui mengenai ketunanteraannya biasanya mereka ini lebih tertutup kepada orang lain dan lebih cenderung hanya menceritakan kepada teman dekatnya saja atau bahkan mereka menjadi menyerah dan bila hal ini tidak diatasi sesegera mungkin maka remaja tunantera yang berada pada kondisi ini berpotensi mengalami depresi dan bila pada tataran ekstrim bisa menyebabkan individu mengambil langkah instan seperti bunuh diri namun ada juga yang memberikan respon seperti lebih bersikap hati-hati sehingga membuat mereka cenderung lambat dalam mengambil keputusan dan kurang memiliki inisatif terlebih dahulu untuk terlibat dalam interaksi sosial.

B.Saran

1. Bagi Pihak Sekolah dan Orangtua yang memiliki Remaja Tunantera

(44)

77

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebaiknya mereka lakukan ketika berada pada situasi yang menekan, terutama di lingkungan sekitarnya.

Pihak sekolah pun diharapkan bekerjasama dengan orangtua dalam menjalankan layanan ini sehingga adanya kesinambungan apa yang diterapkan di sekolah, dapat pula didukung dari rumah oleh orangtua remaja tunanetra. Selain itu, pihak sekolah pun dapat membuat pertemuan antara sekolah dengan orangtua remaja tunantera sehingga mereka dapat memperoleh informasi yang tepat, dapat saling berdiskusi mengenai hal-hal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.

Selain itu bagi orangtua dapat memberi dorongan lisan saling “memberi dan menerima” dalam arti orang tua mau mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian terhadap kebutuhan anak, mau mendengar mereka untuk bercerita apa yang mereka rasakan dan alami serta bagaimana mencari jalan keluarnya.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

(45)

78

Destalya Anggrainy M.P, 2013

Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Terhadap Resiliensi Remaja Tunanetra di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Benard, B. (2004). Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco : West Ed.

Connor K.M, dan Davidson, J.R.T. (2003). “Development of a New Resilience Scale: The Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC)”. Depression and Anxiety. 18, 76–82.

Connor K.M, dan Davidson J.R.T. (2003). “Spirituality, Resilience, and Anger in Survivors of Violent Trauma: A Community Survey”. Journal of Traumatic Stress. 16, 487–494.

Erikson, E. H. (1968). Identity Youth and Crisis. New York : W.W. Norton.

Eysenck, H.J. (1970). Personality: Theory and Research. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Eysenck, H.J. dan Wilson, G. (1975). Know Your Own Personality. Middlesex, New York, Victoria, Ontario and Auckland: Inggris Penguin Book Ltd.

Germain, C. B. (1979). A Chlid’s World, Infancy Through Adolescence. New York, USA: Mcgraw- Hill Companies, Inc.

Gladwin, T. dan White, R. (1963). “Measurement of Two Social Competence

Aspect in Middle Childhood”. Journal of Development Psychology. 33,

(46)

79

Hall, G. S. (2006). Youth: Its Education, Regimen, and Hygience. Teddington : Echo Library.

Hall, C. dan Linzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Heward, W.L. dan Orlansky, M.D. (1992). Exceptional Children: An Introductory Survey of Special Education. Columbus, Ohio, U.S.A: Merrill Pub Co.

Rosenblum, L. P. (2000). “Perceptions of the Impact of Visual Impairment on the

Lives of Adolescents”. Journal of Visual Impairment and Blindness,. 434-

445.

Parke, R. D dan Ladd, G.W (1992). Family-Peer Relationships: Mades of Linkage. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Priyatno, D. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS. Jogyakarta: Gava Media.

Putallaz, M dan Heflin, A. H. (1990). Parent-Child Interaction. New York: Cambridge University Press.

Putallaz, M. dan Sheppard, B. H. (1992). Conflict Management and Sosial Competence. New York: Cambridge University Press.

Rubin dan Krasnor, R. (1992). “The Nature of Social Competence: A Theoritical

Review”. Social Development. 1, 111-129.

Rutter, M. (1987). Psychosocial Resilience and Protective Mechanism: American Journal of Otrhopsychiatry, Vol 57. 16 halaman. Retrieved February 15, 2006, from The American Psychology Association. Tersedia: www.apa.org/journals/pro.html (10 Maret 2008).

(47)

80

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J. (2012). Anak dengan Gangguan penglihatan. (online). Tersedia: http://file.upi.edu/browse.php?dir=direktori/fip/jur._pend._luar_biasa/1961 05151987031-juang_sunanto/ (9 September 2012).

Sutjihati, T. S. (2006). Psikologi Anak luar Biasa. Refika Aditama. Bandung.

Gambar

Grafik 4.1  Sub Dimensi Tipe Kepribadian Remaja Tunanetra di Kota Bandung.......................................................
Tabel 3.1 Penilaian Eysenck Personality Inventory
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Alat Ukur EPI
Tabel 3.3 Ketentuan Penilaian Kompetensi Sosial
+3

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN POSTPURCHASE DISSONANCE PADA KONSUMEN PENGGUNA LOW MPV HONDA MOBILIO DI KOTA

Melalui keterampilan dan pendidikan yang diperoleh di Panti sosial “X” di kota Bandung diharapkan remaja penyandang tuna netra mempunyai kemampuan yang dapat mereka andalkan

Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosialnya tergantung pada kemampuan mereka untuk : mengembangkan budaya kompetensi sosial, memasukkan

Hasil penelitian ini sesuai dengan kompetensi sosial dianggap sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah karena kepala sekolah itu sendiri merupakan bagian

Hubungan Antara Kepribadian Ekstraversi Dan Kesepian Dengan Kecenderungan Nomophobia Pada Remaja.. Jurnal

Hal itu salah satunya karena faktor adanya dukungan sosial yang baik dari keluarga, teman ataupun orang yang dianggap istimewa bagi mereka para napi remaja di

Pengumpulan informasi sangat dibu- tuhkan dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran kompetensi teks anekdot bertemakan konflik sosial di ka- langan remaja

Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada lingkungan yang baik remaja banyak melakukan keterampilan sosial seperti teman-teman menasihati untuk tidak melakukan