• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka)."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

MOHAMAD HASAN BASRI 0904015

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA

MATERI GAYA MAGNET

Oleh

Mohamad Hasan Basri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

© Mohamad Hasan Basri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ABSTRAK ... i

D. Model Pembelajaran Inkuiri ... 11

1. Pengertian Model Inkuiri ... 11

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri ... 12

3. Keefektifan Model Inkuiri ... 13

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Inkuiri ... 13

5. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri ... 15

6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri... 16

E. Kemampuan Berpikir Kritis ... 17

F. Teori Belajar yang Mendukung Model Inkuiri ... 21

1. Teori Bruner ... 21

2. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget ... 22

3. Teori Vygotsky ... 23

G. Gaya Magnet ... 23

H. Hipotesis ... 24

I. Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Metode dan Desain ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 27

(4)

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

D. Prosedur Penelitian... 28

1. Tahap Persiapan ... 28

2. Tahap Pelaksanaan ... 29

3. Tahap akhir ... 29

E. Instrumen Penelitian... 31

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 31

2. Non-tes (Observasi) ... 36

3. Analisis Peningkatan Kemampuan berpikir kritis Siswa terhadap Materi Gaya Magnet ... 56

B. Analisis Data Kualitatif ... 58

Analisis Hasil Observasi ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 62

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen (Rumusan 1) ... 68

3. Perubahan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol (Rumusan 2) ... 68

(5)

Tabel Halaman

2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 18

2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis yang Diteliti ... 21

3.1 Anggota Gugus 2 ... 27

3.2 Makna Koefesien Korelasi Produk Momen ... 32

3.3 Hasil Uji Validasi ... 33

3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 34

3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 35

3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 36

3.7 Kriteria N-gain ... 40

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 43

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 44

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 46

4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes ... 47

4.5 Analisis Uji-t Pretes ... 48

4.6 Hasil Postes Kelas Kontrol ... 50

4.7 Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 51

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 53

4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Postes ... 54

4.10 Analisis Uji-t Postes ... 55

4.11 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru ... 60

4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 62

4.13 Uji-t Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 63

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Desain Desain Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak

Secara Random... 27

3.2. Alur Penelitian ... 30

4.1 N-gain pada Kelas Kontrol ... 55

4.2 N-gain pada Kelas Eksperimen ... 56

4.3 Rata-rata N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

(7)

B. Instrumen Tes ... 89

C. Instrumen Non Tes ... 95

D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 126

E. Analisis Data Hasil Penelitian ... 139

F. Surat-surat ... 154

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia akan senantiasa berusaha untuk mengembangkan kemampuan pribadinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya, karena manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk terus mempertinggi kualitas hidupnya. Maka oleh sebab itu manusia butuh akan adanya pendidikan untuk membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk yang benar-benar sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan asasi setiap manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk mencapai suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Melalui pendidikan, manusia yang sebelumnya hanya memiliki potensi atau belum mengerti apapun, dengan pendidikan mereka berkembang menjadi lebih sempurna dan terus menyempurnakan diri.

Untuk mengolah segala potensi yang ada, maka manusia perlu belajar untuk tetap hidup dan bermasyarakat. Belajar merupakan salah satu proses manusiawi yang memiliki kedudukan dan peran yang penting dalam masyarakat. Belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pengalaman pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan bagi individu. Menurut Fontana dalam Winataputra (2007:1.8) „Belajar adalah suatu proses tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman‟.

(9)

Proses belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah maupun luar sekolah, seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menciptakan siswa-siswi yang cerdas dan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Seorang siswa harus didorong untuk terus bisa mengembangkan potensi dirinya terutama dalam kemampuan berpikir. Seorang siswa tidak harus selalu dijadikan suatu objek pengajaran atau pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher

center), melainkan siswa harus bisa dijadikan suatu subjek dalam pembelajaran.

Pembelajaran itu merupakan suatu proses belajar yang sangat penting bagi siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Gagne, Briggs, dan Wager (Winataputra, 2007: 19) bahwa “pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”.

Proses pembelajaran harus selalu berorientasi pada siswa karena belajar merupakan suatu upaya siswa untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu siswa harus dipandang sebagai suatu organisme yang akan terus berkembang dan mempunyai potensi. Tugas dari pendidik adalah mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa, bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran atau menyuruh siswa agar selalu menghafal teori.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dirancang dengan sebaik mungkin, sehingga dalam proses pembelajaran seorang siswa tidak hanya sekedar mampu menguasai kemampuan kognitifnya, tetapi seorang siswa juga harus bisa menguasai kemampuan yang lainnya seperti afektif dan psikomotor dengan baik. Sesuai dengan tujuan pendidikan, hasil belajar itu meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif atau ranah intelektual, ranah afektif atau ranah sikap, dan ranah psikomotor atau ranah kemampuan serta kemampuan bertindak (Sujana, 2004:22).

(10)

3

Pada proses pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran IPA, seorang guru harus mempunyai tujuan tidak hanya sekedar memberikan teori-teori tetapi seorang guru juga harus mempunyai tujuan mengembangkan sikap ilmiah siswa, mengembangkan sikap kritis, mengembangkan cara berpikir logis, dan lain-lain.

Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dibutuhkan kesungguhan dan kreativitas dari seorang guru, sebagai perancang pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran bisa tercapai maksimal. Selain itu, siswa juga harus memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran IPA agar apa yang diharapkan kurikulum dapat terwujud, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa rancangan yang matang dari seorang guru dan peran siswa di dalamnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sagala (2005:61), bahwa “pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru”.

Salah satu model yang cocok menurut peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPA di SD adalah model pembelajaran Inkuiri. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006:194). Dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri, materi pelajaran tidak diberikan secara langsung melainkan siswa mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan peran seorang guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa akan dilatih untuk berpikir secara kritis mengenai suatu masalah atau materi yang diberikan oleh guru. Salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA di SD adalah materi gaya. Adapun jenis-jenis gaya diantaranya yaitu gaya gravitasi, gaya gesek dan gaya magnet.

(11)

penelitian ini diberi judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V pada Materi Gaya Magnet”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran tidak harus selalu berorientasi pada guru, melainkan siswa harus aktif dalam setiap pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Atas dasar inilah penelitian ini diarahkan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet. Secara lebih rinci rumusan masalah pada penelitian eksperimen ini dengan uraian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet?

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet?

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian eksperimen ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet. Untuk lebih jelasnya tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi Gaya Magnet.

(12)

5

3. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini. Berikut disajikan manfaat-manfaat bagi masing-masing pihak:

1. Bagi Siswa SD

a. Untuk memperoleh suatu pengalaman yang baru, menarik, menyenangkan, dan menantang kemampuan berpikir dalam belajar.

b. Menumbuhkan motivasi serta meningkatkan kreativitas siswa dalam setiap pembelajaran IPA.

2. Bagi Guru SD

a. Untuk memperoleh pengalaman baru dan wawasan baru dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Sebagai bahan informasi dalam meningkatkan efektivitas dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam mengadakan perubahan, perbaikan di dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu guru agar lebih profesional dalam melakukan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman sebagai calon guru dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran di SD.

E. Batasan Istilah

(13)

kesalahpahaman dan kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini, maka dijelaskan beberapa istilah diantaranya sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Inkuiri

Model inkuiri adalah salah satu strategi dalam pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk bisa menemukan sendiri suatu konsep baru, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjaya (2006:194) bahwa “Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.”

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu pertimbangan melalui cara berpikir aktif mengenai ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan ke arah yang lebih spesifik sehingga dapat mengembangkan pemikiran dari masalah tersebut ke arah jawaban yang lebih sempurna. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dewey (Fisher, 2007: 2) bahwa:

Berpikir kritis adalah pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.

3. Gaya Magnet

Materi Gaya magnet yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengenai: a. Benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet

b. Kekuatan gaya tarik magnet c. Membuat magnet.

4. Pembelajaran Konvensional

(14)

7

(15)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain

Berdasarkan tujuan dan latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet, maka jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian eksperimen.

Menurut Riyanto (Zuriah, 2007: 57-58) „Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi‟. Metode eksperimen ini merupakan suatu cara praktis untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lainnya. Tujuan mendasar dari penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat. John W. Best (Arifin, 2012: 73) membagi tiga kategori eksperimen, yaitu pra eksperimen, eksperimen kuasi, dan eksperimen murni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Alasan memilih kuasi eksperimen karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak. Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan cara konvensional. Untuk mengetahui hasil belajarnya, kedua kelompok diberikan pretes dan postes.

(16)

27

Grup Pretes Variabel Terikat Postes Eksperimen

Desain Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak Secara Random

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian eksperimen mengenai pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada materi gaya magnet ini adalah di gugus 2 kecamatan Kasokandel kabupaten Majalengka.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD dari tiap SD di gugus 2 kecamatan Kasokandel kabupaten Majalengka. Anggota populasi tersebut sebanyak 8 SD diantaranya yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Kasokandel Nopember 2012

2. Sampel

(17)

(2012: 221) Qouta Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan

menentukan terlebih dahulu jumlah anggota sampel secara qountum (jatah)”.

SD yang dipilih untuk dijadikan sampel sebagai kelas eksperimen yaitu SDN Jatimulya 2 dengan jumlah siswa kelas V sebanyak 32 orang sedangkan untuk kelas kontrol yaitu SDN Jatimulya 3 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini meliputi:

a. Melakukan studi literatur terhadap buku, jurnal, artikel, dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran Inkuiri dan mengenai kemampuan berpikir kritis.

b. Menganalisis kurikulum SD mata pelajaran IPA dan menentukan materi pembelajaran Gaya magnet.

c. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

d. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

e. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada ahli untuk menanyakan validasi isi, apakah instrumen tersebut layak atau tidak untuk digunakan.

f. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen.

g. Mengolah hasil uji coba dari instrumen, apabila perlu direvisi maka instrumen diuji coba kembali.

h. Membuat surat izin penelitian dari kampus.

i. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

(18)

29

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan tes awal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberi perlakuan.

b. Melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada materi gaya magnet.

c. Melakukan tes akhir untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan.

d. Melakukan observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil instrumen yang telah dibuat yaitu soal tes keterampilan berpikir kritis d lembar observasi.

b. Melakukan pembahasan hasil dari penelitian.

c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh.

d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

(19)

Gambar 3.2. Alur Penelitian

(20)

31

E. Instrumen Penelitian

Di dalam melakukan pengumpulan data penelitian ini akan digunakan instrumen-intsrumen sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Arifin (2012: 226), “tes adalah suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden”. Bentuk tes yang digunakan pada tes awal dan tes akhir adalah tes tertulis yaitu berupa uraian (essay). Untuk tes awal dan tes akhir menggunakan soal yang sama berdasarkan anggapan bahwa peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa akan mampu dilihat dan diukur dengan menggunakan soal yang sama. Butir-butir soal dalam tes dalam kemampuan berpikir kritis mencakup soal-soal yang menuntut siswa untuk mampu mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan, mencari persamaan dan perbedaan, memberikan contoh, menggunakan prosedur yang ada, menginterpretasikan pernyataan (menyatakan tafsiran) dan berhipotesis. Keenam kemampuan tersebut merupakan sebagian dari sub-indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh R.H. Ennis.

Sebelum digunakan untuk tes awal dan tes akhir pada kelas V yang dijadikan sampel penelitian, terlebih dahulu soal diujicobakan di kelas yang sudah pernah mempelajari gaya magnet. Dalam penelitian ini, uji coba soal dilakukan kepada siswa kelas VI (enam) di SDN Jatimulya 2 dan SDN Babakan dengan jumlah responden sebanyak 40 orang siswa.

Data dari hasil uji coba ini kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran. Sehingga diperoleh instrumen tes yang layak dan baik untuk dijadikan instrumen penelitian.

a. Validitas Butir Soal Keterampilan Berpikir Kritis

(21)

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Nilai validitas dapat ditentukan dengan menggunaan rumus Pearson’s

Product Moment yaitu sebagai berikut:

= − ( )

( 2−( )2)( 2− 2)

(3.1)

Keterangan:

= koefesien relasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan X = Nilai hasil uji coba

Y = Nilai rata-rata ulangan harian siswa N = jumlah siswa

Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2. (Surapranata, 2009: 59)

Tabel 3.2

Makna Koefesien Korelasi Produk Momen Angka Korelasi Kriteria

0,800 - 1,000 Sangat tinggi 0,600 - 0,800 Tinggi 0,400 - 0,600 Cukup 0,200 - 0,400 Rendah 0,000 - 0,200 Sangat rendah

(22)

33

Tabel 3.3 Hasil Uji Validasi

No. Soal Nilai Validitas Keterangan 1 0,725 Tinggi kategori cukup dan 16,6 % (1 soal) termasuk kategori tinggi.

Setelah hasil korelasi dari setiap butir soal diketahui, maka selanjutnya dilakukan pengujian signifikan hasil korelasi dengan menggunakan uji-t. Adapun kriteria untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai hitung dan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut valid. Rumus mencari t-hitung yang digunakan adalah sebagai berikut :

ℎ�

=

( −2)

(1− ²)

(3.2)

Setelah melakukan uji signifikasi terhadap hasil korelasi dengan mengunakan uji-t tersebut, dapat diketahui dari 6 butir soal tersebut dinyatakan valid atau bisa digunakan sebagai instrumen penelitian. Untuk format perhitungan Validitas lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2.

b. Reliabilitas tes (Ketepatan/Keajegan)

Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan (Arifin, 2012: 248). Reliabilitas ini bersangkutan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

(23)

11 = �−1 1− �

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitasnya, instrumen ini memperoleh nilai 0,44. Nilai reliabilitas pada angka tersebut termasuk ke dalam kategori cukup artinya instrumen ini cukup ajeg atau relatif tidak berubah walaupun diujikan pada siswa yang berbeda dan situasi berbeda. Adapun untuk perhitungan reliabilitas lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian Lampiran 4.4.

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

(24)

35

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kategori tingkat kesukaran pada Tabel 3.5. (Surapranata, 2009:21)

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran maka diperoleh 33,33% instrumen tes berkategori mudah, 33,33% instrumen tes berkategori sedang, dan 33,33% instrumen tes berkategori sukar.

Hasil perhitungan tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 4.5.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah prestasinya (Wahyudin, dkk., 2006:96). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

��

=

� − �

�� � (3.5)

Keterangan:

DP = daya pembeda butir KA = rata-rata kelompok atas

(25)

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.6. (Wahyudin, dkk., 2006:96).

Tabel 3.6

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria

0,00 – 0,20 Rendah 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik sekali

Berdasarkan perhitungan daya pembeda, diperoleh daya pembeda butir soal pada instrumen ini adalah sebanyak 66,7% dengan kategori baik dan 33,3% dengan kategori rendah. Hasil perhitungan daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 4.6.

Setelah dilakukakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada instrumen tes ini, maka dari 6 butir soal tes keterampilan berpikir kritis yang diujikan, semuanya dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Non Tes (Observasi)

Arifin (2012: 231) menyatakan bahwa:

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil observasi ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

(26)

37

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai tes kemampuan berpikir kritis siswa. Nilai tes kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes).

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu hasil dari hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa yang diukur menggunakan alat pengumpul berupa lembar observasi selama proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut: 1. Menghitung skor jawaban pretest dan posttest berdasarkan pedoman

penskoran.

2. Mengubah skor menjadi nilai, dengan rumus berikut ini.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

NP = R

SM × 100 % (3.6)

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap

3. Menghitung rata-rata skor pretest dan posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol dengan bantuan Microsoft Excel.

4. Menguji normalitas dari nilai pretes dan nilai postes.

(27)

dalam penganalisaan selanjutnya. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka peneliti dapat menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika datanya tidak berdistribusi normal, maka jenis statistik yang harus digunakan adalah statistik non-parametrik.

Untuk uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikasi sebesar 5% (α = 0,05). Jika hasil

uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah menguji homogenitas varians dengan menggunakan uji parametrik. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis data dapat dilanjutkan dengan menggunakan statistik non-parametrik, yaitu uji

Mann-Whitney U. Priyatno (2011: 8) menyatakan, “Metode statistik non

parametrik adalah metode analisis data tanpa menggunakan parameter tertentu seperti mean, median, standar deviasi, serta distribusi data tidak harus normal, dan lain-lain”.

Dalam menguji normalitas, pasangan hipotesis yang diuji adalah: H0 : data berasal dari sampel yang berdistribusi normal,

H1 : data tidak berasal dari sampel yang berdistribusi normal.

Menurut Priyatno (2011: 26), kriteria pengujiannya berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.

a. H0 diterima jika Sig. ≥�

b. H0 ditolak jika Sig. <

5. Menguji homogenitas variansi dari kelompok eksperimen dan kontrol.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak. Menurut Arikunto (2007), jika tidak terdapat perbedaan variansi di antara kelompok sampel, berarti kelompok-kelompok tersebut homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene pada (SPSS) 16.0 for

Windows dengan taraf signifikasi sebesar 5% (α = 0,05). Adapun pasangan hipotesis yang diuji adalah:

H0 : tidak terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok sampel

(28)

39

Kriteria pengujian hipotesis (berdasarkan signifikansi) adalah sebagai berikut.(Priyatno, 2011: 26)

a. H0 diterima jika Sig. ≥�

b. H0 ditolak jika Sig. <

6. Menguji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t.

Uji-t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi (Maulana, 2009). Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

Kriteria pengujian hipotesis (berdasarkan signifikansi) adalah sebagai berikut. (Priyatno, 2011: 26)

a. H0 diterima jika Sig. ≥�

b. H0 ditolak jika Sig. <

Jika data diketahui tidak normal, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji U (Mann Whitney U) pada Non-parametric tests dengan bantuan program SPSS I6 for Windows. Jika data diketahui normal tapi tidak homogen, maka uji perbedaan rata-rata dapat dilakukan dengan uji-t1.

(29)

Kriteria untuk skor Gain Normal menurut Hake (Fauzan, 2012) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7 Kriteria N-gain

Nilai g Kategori

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

(30)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Pada kelas eksperimen, keterampilan berpikir kritis siswa dilihat dari data pretes menunjukan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah. Namun dilihat dari hasil postes setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri, keterampilan berpikir kritis siswa menjadi lebih tinggi. Berdasarkan kedua data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Peningkatan keterampilan berpikir kritis di kelas eksperimen termasuk kategori sedang. Hal tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan gain ternormalisasi di kelas eksperimen yaitu diperoleh nilai gain sebesar 0,37, dengan interpretasi peningkatan sedang.

2. Pada kelas kontrol, keterampilan berpikir kritis siswa dilihat dari data pretes menunjukan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah. Namun dilihat dari hasil postes setelah dilakukan pembelajaran secara konvensional, keterampilan berpikir kritis siswa menjadi lebih tinggi. Berdasarkan kedua data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan berpikir kritis di kelas kontrol termasuk kategori rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan gain ternormalisasi di kelas kontrol yaitu diperoleh nilai gain sebesar 0,25, dengan interpretasi peningkatan rendah.

(31)

eksperimen dalam berpikir kritis tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata postes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak jauh berbeda. Nilai rata-rata postes yang diperoleh kelas eksperimen adalah 62,4 sedangkan nilai rata-rata postes yang diperoleh kelas kontrol adalah 56,8, dengan selisih nilai rata-rata yang hanya mencapai 5,6. Dengan demikian, dapa disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menggunakan model inkuiri dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian Bab IV, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan penulis kepada beberapa pihak di antaranya sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar khususnya dalam berpikir kritis. Untuk itu, disarankan kepada guru agar mau bereksplorasi dengan mencoba model-model pembelajaran lain seperti model pembelajaran inkuiri, karena dengan cara seperti itu siswa bisa menjadi lebih aktif dan variatif dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan juga menjadi lebih bermakna jika siswa mengalami langsung melalui percobaan.

2. Bagi Sekolah

Pihak sekolah harus bisa mendorong guru-gurunya untuk mencoba model-model pembelajaran baru dalam memberikan pengajaran kepada anak didiknya. Apabila adanya keterbatasan pemahaman guru-guru mengenai model-model pembelajaran baru, maka pihak sekolah bisa mendorong guru-guru untuk mengikuti seminar-seminar pendidikan.

3. Bagi Peneliti Lain

(32)

70

a. Keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan tidak hanya sebatas sub-indikator yang dikaji pada skripsi ini, melainkan dapat juga dikembangkan sub-indikator lainnya untuk mata pelajaran IPA.

b. Pembuatan instrumen yang baik sangatlah mempengaruhi hasil penelitian, jadi disarankan untuk membuat instrumen yang lebih baik seperti pembuatan LKS yang dikemas dengan menarik bagi siswa.

(33)

71

http://.www.pendidikannetwork.net. [16 Desember 2012]

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Asy’ari, Muslichach. (2006). Penerapan Pendekatan

SAINS-Teknologi-Masyarakat: Dalam Pembelajaran SAINS di Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdinas.

Dahlan, M.D. (1984). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Ernawati, Dewi. (2012). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA

Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Penyepuhan Logam.Bandung: UPI.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer

dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan. Sumedang: UPI.

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hadinata, Benyamin. (2007). Berpikir Kritis: Sebuah pengantar: Alec Fisher Jakarta: Erlangga.

Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Haryanto. (2004). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat Variabel, dan Instrumen Penelitian

(34)

72

Maulana, Rizal. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa SMA. Bandung: UPI.

Periyanti, Heni. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk

Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa pada Pelajaran IPS. Bandung: UPI.

Priyatno, D. (2011). Buku Pintar Statistik Komputer. Jakarta: Mediakom.

Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukardi. (2005). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Surapranata, Sumarna. (2009). Analisi, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi

Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep

Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Wahyudin, Uyu. dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Winataputra, Udin.S (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zuriah, Nurul. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. (1999). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar. 3.1 Desain Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak Secara Random
Gambar 3.2. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model inkuiri terbimbing terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa pada materi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan pendekatan inkuiri.. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan

Rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh kelas eksperimenlebih tinggi kelas kontrol.Hal tersebut dikarenakan kelas eksperimen melalui model

Rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh kelas eksperimenlebih tinggi kelas kontrol.Hal tersebut dikarenakan kelas eksperimen melalui model

Hasil penelitian secara umum yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan bermain bolabasket.. Kata kunci: Model

Hal ini menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan alat praktikum

Analisis data kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen 2 yang diajarkan menggunaka model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai N-gain 0,38 dengan