• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92

Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Neneng Nurhayati

1003306

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

(2)

Halaman Hak Cipta

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN

BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Neneng Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Neneng Nurhayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Neneng Nurhayati, 2014

(4)
(5)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92

Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Neneng Nurhayati

1003306

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

(6)

Halaman Hak Cipta

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN

BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Neneng Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Neneng Nurhayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(7)

Neneng Nurhayati, 2014

(8)
(9)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

Neneng Nurhayati NIM. 1003306

(10)

Neneng Nurhayati NIM. 1003306

IMPROVING FINE MOTOR SKILLS KIDS THROUGH PLAY ACTIVITY RECORDER

(Kindergarten Classroom Action Research in Child Nurul Falah in Group B the Academic Year 2013-2014)

ABSTRACT

The study aims to determine the learning activities play recorder with wrist or fingers , in overcoming barriers to the development of fine motor . By way of action play recorder with wrist or fingers . On the basis of the data on the acquisition of fine motor graders achievement in kindergarten Nurul Falah Jl . No. Gegerkalong Girang . 92 Bandung . In charge of research using action research methods class . Research emphasis to the control of bodily movement through nerve centers , nerves , muscles coordinated , fingers , and wrist , are the mark with concentration and flexibility in the fingers pull through fine motor activities . Instruments used in the form of fine motor skills tests kindergarten age children and observation . Subjects were children kindergarten class B Nurul Falah Jl . No. Gegerkalong Girang . 92 Bandung as many as 10 children . After filtering through the lattice of fine motor skills . Giving the action consists of two cycles with the first cycle gives details recorders to children , and children practice the recorder properly . Cycle II play recorder and use all of your fingers or with both wrists in accordance with the example given researchers . The results showed that the learning activity recorder with finger play can improve fine motor skills kindergarten age children . Indicators of success achieved is the child of physical motion controls through nerve centers , nerves , and muscles coordinated and flexibility at the wrist , marked by the achievement of the lattice fine motor abilities by 21 points

(11)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E.Definisi Operasional ... 9

F. Metode Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 11

A. Motorik Halus ... 11

1. Pengertian Motorik Halus ... 11

2. Tujuan Pengembangan Motorik Halus ... 16

3. Fungsi Pengembangan Motorik Halus ... 16

4. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus ... 16

(12)

6. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus ... 17

7. Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus ... 17

8. Tujuan Peningkatan Motorik Halus ... 18

9. Fungsi Pengembangan Motorik Halus ... 18

10.Ciri-ciri Perkembangan Motorik Halus ... 19

B. Bermain Recorder di TK ... 20

1. Pengertian Recorder ... 20

2. Teknik Memainkan Recorder ... 21

3. Langkah-langkah Memainkan Recorder ... 22

4. Jenis-jenis Recorder ... 23

5. Manfaat Memainkan Recorder ... 23

6. Nama-nama Bagian Recorder ... 25

7. Bagian-bagian Recorder ... 25

8. Macam-macam Recorder ... 26

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 28

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Penilitian ... 37

E. Instrument Penelitian ... 37

1. Pedoman Observasi ... 42

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Pedoman Studi Dokumentasi ... 47

F. Proses Pengembangan Instrument ... 48

1. Validasi Data ... 48

2. Reliabilitas Data ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Observasi ……… 50

2. Wawancara ... . 51

3. Catatan lapangan (fields notes) ……….. 51

(13)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Kondisi Objektif Di Lapangan ... 54

1. Profil TK Nurul Falah ... 54

2. Profil Guru TK Nurul Falah ... 54

3. Profil Ruangan TK Nurul Falah ... 55

4. Keadaan Anak ... 55

5. Proses Pembelajaran Rutin di TK Nurul Falah ... 56

6. Metode dan Proses Pembelajaran ... 57

7. Kegiatan Guru TK Nurul Falah Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 58

8. Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak Sebelum Kegiatan Bermain Recorder ... 58

B. Pembahasan ... 85

1. Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak di TK Nurul Falah Siklus I ... 85

2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek

perkembangan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara tepat di

usia dini akan menjadi penentu bagi perkembangan individu pada masa

selanjutnya. Menurut Froebel dalam Solehuddin, (1997) pada umumnya Anak

Usia Dini ini adalah di bawah usia enam tahun yaitu masa sebelum menempuh

pendidikan Sekolah Dasar. Masa anak itu merupakan suatu fase yang sangat

berharga dan dapat dibentuk dalam periode kehidupan manusia (a noble and

malleablle phase of human life).

Anak TK berada pada masa lima tahun pertama yang disebut usia

keemasan (The Golden Years) yang merupakan masa yang sangat pesat dalam

periode perkembangannya. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang

sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk

perkembangan keterampilan. Menurut Soegeng dan Yudha (2002: 4) bahwa, ”Perkembangan keterampilan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh”. Dengan kata lain terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan

keseluruhan anak TK. Keterampilan anak TK tidak akan berkembang tanpa

adanya kematangan. Beberapa faktor yang memengaruhi keterampilan anak,

yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi,

sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.

Berbagai manfaat dapat diperolah anak ketika akan makin terampil

menguasai gerakan. Selain kondisi badan makin sehat karena sering bergerak,

(15)

2

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Frobel (1782), ahli pendidikan anak di Jerman menyimpulkan bahwa

pendidikan anak usia dini merupakan landasan terpenting bagi perkembangan

anak selanjutnya. Selain ini, ia pun merumuskan bahwa aktivitas bermain

merupakan alat pendidikan yang menjadikan pusat dari seluruh kegiatan anak.

Montesori (1870), ahli pendidikan anak dari italia yang menekankan pentingnya

masa peka yaitu masa di mana anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang

ia butuhkan dan merupakan faktor yang perlu di perhatikan dalam

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

Masa usia Taman Kanak-kanan adalah masa di mana perkembangan fisik

motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang

terlihat jarang sekali terlihat lelah. Dalam kegiatan sehari-harinya mereka

membutuhkan gerakan-gerakan berbagai otot-ototnya baik itu motorik kasar

maupun halus terutama dalam kegiatan bermain. Dalam hal ini dunia pendidikan

di harapkan mampu untuk mengarahkan dunia bermain mereka dengan kegiatan

motoriknya keterampilan-keterampilan motorik yang ada dalam diri anak, agar

meningkat sehingga keterampilan motorik itu berkembang sesuai dengan

perkembangan motorik anak usia Taman Kanak-kanak melalui pembelajaran yang

menyenangkan.

Melalui bermain gerakan motorik anak terlatih secara baik. Berbagai

manfaat di peroleh anak ketika terampil menguasai gerakan-gerakan motorik.

Selain kondisi badan semakin sehat karena banyak bergerak, anak juga menjadi

lebih mandiri dan percaya diri. Anak memperoleh keyakinan untuk mengerjakan

sesuatu karena menyadari kemampuan fisik yang dimiliki. Anak-anak yang

perkembangan motorik baik, biasanya mempunyai keterampilan sosial yang

positif. Anak memperoleh kesenangan bermain berasama teman-teman

sebayanya.

Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah

perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat

syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari

perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum

(16)

Sedangkan menurut Hester dalam Haditono, (1991) perkembangan

motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal,

jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan motorik pada anak meliputi

motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah

gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan

berlatih.

Bredekamp (1987) dalam M.Solehudin (2000) mengemukakan: bagi anak

gerakan-gerakan fisik tidak hanya penting untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dam perkembangan aspek kognitif.

Kurang optimalnya keterampilan motorik halus anak yang dikuasai, berdampak

pada rendahnya penerimaan diri anak, anak mudah putus asa, cepat prustasi, dan

akhirnya enggan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya seperti memakai dan

membuka sepatu sendiri, memakai baju sendiri, dan memasangkan kancing baju

sendiri. Karena merasa tidak mampu dibandingkan dengan teman-temannya.

Akhirnya anak menarik diri dari lingkunangan dimana seharunya lingkungan

tersebut merupakan tempat dan nyaman bagi anak untuk belajar dan mempelajari

hidup dan kehidupan.

Keterampilan motorik halus merupakan salah satu kemampuan yang

penting bagi anak TK karena mereka memerlukan hal itu untuk untuk

menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan

bermain dengan teman sebaya. Karena dengan menguasai keterampilan motorik

halus, anak bisa menggerakkan otot-otot kecilnya supaya terampil dan lentur

misalnya dalam kegiatan menggunting, melipat dan menulis.

Desmita (2010: 99) menyatakan bahwa, keterampilan motorik halus

meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan

memegang. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi seperangkat komponen penting

(17)

4

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

terkoordinir dengan baik. Meskipun demikian, pada saat baru dilahirkan, bayi

masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya.

Hurlock (1978: 162) menyatakan bahwa, penguasaan motorik halus

penting bagi anak, karena sering makin banyak keterampilan motorik yang

dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta

semakin baik prestasi disekolah. Keadaan ini sesuai dengan yang di ungkapkan

oleh Sujiono (2005: 7) bahwa, seorang anak yang mempunyai kemampuan

motorik halus yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar.

Lingkungan teman-temannya pun akan menerimanya dengan sangat baik,

sedangkan anak yang tidak memiliki keterampilan motorik halus anak akan

kurang diterima teman-temannya. Oleh sebab itu, sebaiknya saat usia keemasan

ini mereka dapat mulai mempelajari berbagai jenis kegiatan yang berhubungan

dengan motorik halus secara bebas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.

Untuk memaksimalkan peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan

stimulus dari orang dewasa dan guru. Selain itu pendidik juga harus mampu

memberikan rangsangan pada anak dalam meningkatkan kegiatan motorik

halusnya dengan baik karena hal ini akan membuat anak mau melakukan berbagai

kegiatan dengan senang hati tanpa rasa takut dan malu.

Sujiono (2008: 3) bahwa, gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa

pun khususnya gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan otot-otot kecil

adalah merupakan hasil pola interaksi yang telah dikontrol otak anak, dengan kata

lain segala aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, kemudian otak akan

mengolah informasi yang diterima melalui penglihatan dan pendengaran anak

kemudian otak anak akan mendiktekan, mengatur dan mengontrol kepada setiap

gerakan (motorik halus) anak. Mayke (2007) menyatakan bahwa, motorik halus

penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti

untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga

menarik garis.

Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas jika melihat pada

kenyataan di lapangan, sebagian Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran

(18)

konvensional maksudnya kurangnya keterlibatan anak secara aktif selama proses

pembelajaran berlangsung, kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan

keterampilan motorik halus anak, dan guru kurang memotivasi untuk memberi

kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda terutama pada

perkembangan keterampilan gerak anak.

Lebih lanjut dampak dari permasalahan dalam pembelajaran motorik halus

anak yang diungkapkan oleh Yudha (2004) bahwa, permasalahan yang mungkin

terjadi apabila keterampilan motorik halus ini kurang dilatih, diperbaiki dan

ditingkatkan, dikhawatirkan anak akan kurang mampu memfungsikan otot-otot

kecil dalam menggerakkan jari dan kedua tangannya, anak kurang mampu

mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dana anak kurang mampu

mengendalikan kesabaran dan emosi dalam pembelajaran motorik halus.

Hasil dari pengamatan di TK Nurul Falah menunjukkan bahwa, anak

kelompok B memiliki berbagai permasalahan yang berkaitan dengan motorik

halus diantaranya, anak belum dapat memegang pensil dengan benar saat menulis,

tidak beraturan dalam menulis dan mewarnai suatu gambar, kurangnya kordinasi

mata, gerakan tangan, dan tidak adanya keseimbangan otot tangan.

Hambatan yang dialami masing-masing anak yaitu, siswa kelompok B

mengalami kesulitan dalam memegang pensil, tidak adanya keseimbangan otot

tangan, terlalu kuat dalam menggerakan pensil, sehingga tulisan yang dihasilkan

terlalu tandas, mengakibatkan ada bagian kertas yang berlubang dan tidak

beraturan dalam menulis, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk

membentuk goresan atau tulisan, biasanya tulisan yang dapat dibacanya hanya

pada tulisan yang ada di bagian awal atau depan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa, anak

kelompok B sedang mengalami kelambatan dalam perkembangannya, baik

intelegensi maupun konsentrasi serta sensomotoriknya lemah. Anak kelompok B

memerlukan berbagai kecakapan-kecakapan, dimulai dari yang sederhana untuk

melakukan aktivitas sehari-har, sesuai kemampuan yang dimiliki oleh anak,

seperti bina diri, bermain, dan beberapa kecakapan hidup lainnya di rumah

(19)

6

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah terdapat banyak metode

pengajaran yang mendukung terhadap pengembangan motorik halus anak. Salah

satu kegiatan yang diharapkan bisa membantu mengatasai permasalahan

mengenai motorik halus yaitu dengan bermain recorder.

Recorder selain digunakan untuk bermain musik kuno atau kontemporer,

recorder juga dapat digunakan dalam pendidikan terutama dalam meningkatkan

keterampilan motorik halus anak. Selain itu masih banyak manfaat recorder untuk

anak, seperti anak akan mendapatkan pengalaman tentang bermain recorder, dan

yang paling penting yaitu, anak dapat melatih koordinasi mata, dan juga dapat

menggerakan pergelangan tangan.

Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder merupakan alat musik yang

masuk dalam kelompok AEROPHONE atau alat musik tiup. Atau disebut juga

Blockflute adalah suling diagonal (block=tongkol) termasuk dalam kelompok alat

musik tiup kayu. Dalam bentuk secara umum sebuah recorder adalah berupa

tabung dengan sumber suara yang dilengkapi dengan lubang-lubang yang

berfungsi sebagai pengatur tinggi rendah nada.

Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder termasuk dalam jenis

musik tiup kayu (aerophone) dengan sumber bunyi dan getaran udara di dalam

alat yang berasal dari mulut yang meniup. Recorder sering di mainkan anak-anak

dikarenakan harganya murah, mudah didapat, dan mudah dimainkan. .

Sehubungan dengan pentingnya meningkatkan keterampilan motorik halus

bagi anak TK maka dilakukan penelitian di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong

Girang No. 92 Bandung kelas B, dengan judul penelitian “Meningkatkan

(20)

B. Rumusan Masalah

Secara umum penelitian ini di arahkan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung?”

Rumusan masalah diatas secara khusus dijabarkan kedalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan motorik halus anak di TK Nurul

Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung?

2. Bagaimana implementasi kegiatan bermain recorder dalam meningkatkan

keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang

No. 92 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah

Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain recorder?

C. Tujuan Penelitian

1. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya

peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain

recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung.

2. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana kondisi objektif keterampilan motorik halus di

TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung sebelum

kegiatan bermain recorder.

b. Mengetahui kegiatan bermain recorder dalam keterampilan motorik

halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung.

c. Mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul

Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain

(21)

8

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK

melalui kegiatan bermain recorder.

1. Manfaat Teoretis

Secara seoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan

keilmuan tentang dunia anak usia TK, khususnya tentang kegiatan bermain

recorder di TK.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagia berikut:

a. Bagi anak TK

Dapat lebih mengembangkan keterampilan motorik halusnya melalui

kegiatan-kegiatan yang diberikan guru.

b. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak

 Dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui kegiatan

bermain recorder.

 Sebagai acuan guru dalam meningkatakan motorik halus di TK melalui kegiatan bermain recorder.

Guru memiliki keahlian bermain recorder c. Bagi Lembaga Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

lembaga penyelenggara pendidikan dalam rangka meningkatkan proses

pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Dapat di jadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya

(22)

E. Definisi Operasional

1. Menurut Mahendra (1998: 143), keterampilan motorik halus (fine motor skill)

merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk

mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan

yang berhasil. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian

ini di batasi pada masalah yang meliputi:

a. Dapat mengkoordinasikan mata

b. Dapat menggerakkan ibu jari dan telunjuk

c. Dapat menggerakkan otot-otot tangan

2. Jamalus dan Busroh, (1992) dalam Soemirat (2000) menyatakan bahwa:

Untuk mempermudah mengenal alat musik sebaiknya dimulai dengan

memperkenalkan jenis recorder. Recorder adalah jenis alat musik

aerophone (bunyi yang dihasilkan oleh getaran udara) yang merupakan salah

satu anggota keluarga fipple flute yaitu alat musik pada bagian mouth

piece-nya terdapat fipple atau block.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan

motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder di TK Nurul Falah Jl.

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Maka penelitian ini menggunakan

penelitian tindakan kelas (classroom action research). Lokasi penelitian ini akan

dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Nurul Falah yang beralamatkan di Jalan

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Adapun subjek penelitiannya adalah

anak-anak kelompok B yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari lima anak-anak perempuan

dan 5 anak laki-laki.

Menurut Elliot PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan dimaksud

untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982: 6). Seluruh

prosesnya telah diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh

menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan

profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan

(23)

10

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan

penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan

praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Tanggart, 1988).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu

pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan

mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis

terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. PTK bukan sekedar

mengajar, PTK mempunyai makna sadar kritis terhadap dirinya sendiri untuk

bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK

mendorong guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan

teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab menangani

pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai

peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan

mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara

sistematis, realitas, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua aksinya di

depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi”nya masih terdapat kekurangan dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Nurul Falah Jl.

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelompok B TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung yang

berjumlah 10 anak dan satu orang guru.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena: (1) berdasarkan hasil

wawancara peneliti pada tanggal 11 Januari 2013 dengan guru, ternyata anak-anak

mengalami kesulitan dalam pembelajaran motorik halus, (2) pada pembelajaran

motorik halus motode yang digunakannya kurang bervariasi, (3) keterampilan

motorik halus anak masih sangat rendah, walaupun sudah berjalan satu semester.

Melihat permasalahan ini, maka perlu adanya variasi metode pembelajaran untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu, dengan kegiatan bermain

recorder sebagai salah satu metode alternatif pembelajaran, (4) TK Nurul Falah Jl.

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung adalah tempat di mana peneliti mengajar

sehingga peneliti dapat memperbaiki proses pembelajaran motorik halus di kelas

karena di TK Nurul Falah belum pernah diberikan kegiatan motorik halus melalui

kegiatan bermain recorder sehingga kemampuan anak dalam motorik halus belum

mencapai indikator yang diharapkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Model Elliot yang terdiri dari

komponen penelitian tindakan kelas (perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi) dalam suatu sistem spiral yang sering terkait. Menurut Igak wardani dkk

(2007: 1) mengatakan bahwa, penelitian tindakan kelas adalah: Penelitian yang

dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Pemilihan riset aksi Model Elliot dianggap sudah lebih detail dan rinci.

(25)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

29

beberapa aksi yaitu, antara tiga sampai dengan lima aksi (tindakan). Sementara

itu, setiap aksi memungkinkan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi

dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada

penelitian tindakan kelas Model Elliot ini, agar terdapat kelancaran yang lebih

tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar.

Siklus dilaksanakan secara berkesinambungan hingga peneliti

mendapatkan solusi untuk memecahkan permasalahan yang muncul secara

optimal, sehingga proses pembelajaran dapat meningkat ke arah yang lebih baik

lagi. Lebih lanjut Elliot menyatakan bahwa, terincinya setiap tindakan sehingga

menjadi beberapa langkah karena suatu pembelajaran terdiri dari beberapa sub

pokok bahasan atau materi pelajaran. Namun dalam praktek di lapangan setiap

pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi

akan diselesaikan dalam beberapa langkah.

Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus

dengan tahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari

refleksi ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat perencanaan

bagi siklus selanjutnya jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil,

(26)

Adapun siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Riset Aksi Model Elliot (dalam Muslihuddin, 2009: 72)

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Siklus 1

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus II Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

(27)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

31

Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan sesuai skema di atas, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Alur Tindakan Penelitian Siklus I

S

I

K

L

U

S

I

Perencanaan

Kegiatan:

1. Menganalisis materi pembelajaran 2. Menenetukan dan menyiapkan materi 3. Membuat rencana pembelajaran

4. Menyiapkan media pembelajaran seperti recorder

5. Membuat lembar pengamatan

Tindakan

1. Tahap permulaan guru memberi penjelasan kepada anak tentang materi yang akan dipelajari 2. Guru menjelaskan tentang cara bermain

recorder

3. Guru menjelaskan dan membimbing anak bagaimana cara bermain recorder

Reflkesi

Menganalisa hasil observasi untuk memperoleh kesimpulan bagaimana yang perlu

(28)

Tabel 3.2

Alur Tindakan Penelitian Siklus II

1. Apresiasi untuk perbaikan materi yang telah di ajukan pada siklus satu

2. Memperbaiki kesalahan/kekurangan pada siklus satu

Tindakan

1. Anak melakukan pembelajaran menggunakan kegiatan bermain recorder

2. Guru meminta anak-anak untuk bermain recorder

Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan menjadi hasil kemampuan membaca selama dua siklus

Berdasarkan gambar alur penelitian tindakan kelas di atas, terdapat empat

tahap yang lazim dilalui dalam model penelitian ini. Tahap tersebut dijabarkan

dalam langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian tindakan

kelas sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Hasan (1996) menyatakan bahwa, bagian awal dari rancangan penelitian

tindakan kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan

masalah yang telah ditetapkan. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan

tindakan, dalam rencana tindakan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Permohonan ijin kepada kepala sekolah dan guru kelompok B, serta guru-guru

kelompok lainnya sebagai mitra peneliti.

b. Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data yang akan dijadikan

indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat

(29)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

33

c. Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke

arah perbaikan program.

d. Memperkenalkan teknik pembelajaran yang di anggap lebih efektif untuk

pencapaian indikator.

e. Merumuskan rancangan kegiatan.

f. Menyiapkan instrument pengumpulan data dan teknik pengolahan data untuk

digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua

rencana yang telah dibuat. Guru melakukan tindakan yang berupa interventasi

terhadap kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Rancangan

skenario yang telah dirumuskan oleh peneliti di cobakan untuk dilaksanakan

dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah melalui kegiatan

bermain recorder. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti harus mengacu

kepada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan dapat mempertajam

refleksi dan evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

3. Tahap Pengamatan (Observing)

Kegiatan ini merupakan observasi terhadap kondisi objektif. Hal ini

meliputi aspek-aspek: karakteristik, masalah membaca di kelas rendah, perhatian

anak ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar, kesiapan perkembangan jiwa

siswa, kegiatan bimbingan dan pengelolaan KBM guru.

Kasbolah (1999) menyatakan bahwa, pada pelaksanaannya tahap observasi

dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi secara lebih

operasional merupakan semua kegiatan untuk mengenal, merekam dan

mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang di capai oleh tindakan

yang direncanakan ataupun sampingannya.

Dalam hal ini kegiatan inti yang dilakukan peneliti bersama tim adalah

menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang

telah di persiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang di dapat

(30)

merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang di dapat pada

saat dilakukan pengamatan (observasi). Data yang di dapat kemudian di tafsirkan

dan dicari eksplanasinya (penjelasan). Dengan demikian data yang berhasil

dikumpulkan melalui alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang

tidak, akan dikonfirmasikan dan di analisis serta di evaluasi untuk diberikan

makna supaya dapat di ketahui pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan

tersebut tercapai atau belum agar peneliti dapat kejelasan mengenai yang akan

dilakukannnya kemudian.

Bila dalam refleksi dirasakan ada hal-hal yang perlu dilakukan perubahan

atau penyempurnaan, maka akan dirumuskan lagi bagian-bagian mana yang akan

diperbaiki sehingga aspek-aspek yang kurang baik menjadi baik.

Penyempurnaan-penyempurnaan ke arah perbaikan tindakan selanjutnya dirumuskan untuk

dituangkan kedalam rencana tindakan baru.

C. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara

umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan

dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK. Penelitian ini

diharapkan dapat menciptakan suatu perbaikan, peningkatan dan perubahan ke

arah yang lebih baik, dalam meningkatkan keterampilan motorik halsu anak TK.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara kolaborasi

dengan guru kelas sebagai mitra dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan

alasan: (1) penelitian ini berupaya untuk melakukan inovasi terhadap kegiatan

pembelajaran di kelas, (2) pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak

mengganggu tugas pokok seorang guru, (3) penelitian tindakan kelas sangat

(31)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

35

pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi

dan observasi terhadap latar belakang penelitian yang meliputi latar belakang

Taman Kanak-kanak, sasaran, guru, anak, dan kegiatan belajar mengajar

membaca dini di sekolah tersebut. Kemudian melalui pedoman observasi dan

wawancara semua informasi tentang kemampuan membaca anak usia Taman

Kanak-kanak akan di dapat.

Arikunto (2007) menyatakan bahwa, pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini secara garis besar di laksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui,

yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Hubungan antara ke empat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau

kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama

dari penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak

terbatas dalam satu kali intervensi saja, tetapi berulang hingga mencapai

ketuntasan yang diharapkan.

Rincian kegiatan penelitian tersebut, adalah persiapan penelitian,

koordinator persiapan tindakan pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring,

evaluasi, dan refleksi). Penyusunan laporan pendidikan, penyempurnaan

berdasarkan saran dari dosen pembimbing dan pihak lain yang dirasa perlu.

Penggandaan dan pengiriman laporan pendidikan. Penelitian tindakan kelas

memiliki karakteristik tersendiri dengan penelitian model lain.

Wardani (2002: 14) menyatakan bahwa, karakteristik PTK anatara lain: (1)

Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya, (2) Metode utama adalah

refleksi, bersifat longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (3)

Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (4) tujuannya memperbaiki

pembelajaran.

Aqib (2008: 16) menyatakan bahwa, karakteristik PTK antara lain: (1)

Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional, (2) Adanya

kolaborasi dalam pelaksanaannya, (3) Peleliti sekaligus sebagai praktisi yang

melakukan refleksi, (4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas

praktik instruksional, dan (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan

(32)

Mencermati pendapat di atas bahwa karakteristik PTK adalah berangkat

dari masalah, bersifat kolaborasi, adanya tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan kualitas pembelajaran dan merupakan rangkaian siklus. Dalam

melaksanakan penelitian langkah-langkah yang ditempuh tidak terlepas dari

prinsip-prinsip penelitian.

Kasabolah (1999) mengungkapkan bahwa, prinsip-prinsip penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Tugas utama guru adalah mengajar, artinya penelitian tindakan tidak boleh

mengganggu tugas mengajar.

2. Dalam melakukan penelitian tindakan pengumpulan data tidak boleh terlalu

banyak menyita waktu.

3. Metodelogi yang dipakai harus tepat dan terpercaya.

4. Masalah penelitian yang akan ditangani harus merupakan masalah yang

memang dihadapi. Masalah yang menarik dan bersifat faktual.

5. Penelitian tindakan ini tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di

lingkungan kerjanya.

6. Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang sistematis

7. Penelitian tindakan berorientasi pada perbaikan kinerja dengan melakukan

perubahan yang dituangkan dalam bentuk tindakan.

8. Penelitian tindakan menuntut peneliti mencatat kemajuan, persoalan yang

dihadapi, dan hasil refleksi tentang kinerja guru.

9. Penelitian tindakan sebaiknya dimulai dengan hal-hal sederhana terlebih

dahulu namun nyata. Dengan demikian siklus dimulai dengan yang kecil

sehingga perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat membuat

isu, ide, dan asumsi menjadi lebih jelas.

10. Dalam Penelitian tindakan peneliti melihat dan menilai diri sendiri secara

(33)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

37

D. Definisi Istilah

1. Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan

pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan

otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan

refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan

tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik pada

anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh

yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota

tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik

halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk

belajar dan berlatih.

2. Depdiknas (2007) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena

itu gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi

membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian.

3. Devi (2012) menyatakan bahwa, alat musik ini (recorder) termasuk salah satu

alat yang wajib di pelajari di sekolah-sekolah di indonesia, dan menjadi bagian

dari alat musik di pakai untuk mengambil nilai praktek seni musik selain

pianka.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 160), instrument penelitian memiliki pengertian

sebagai berikut, yakni:

”Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk di olah”.

Untuk dapat mengetahui hambatan perkembangan motorik halus yang di

alami anak, sehingga anak dapat diberikan tindakan lebih lanjut agar hambatan

dapat diantisipasi dan anak mengumpulkan data mengenai keterampilan motorik

(34)

diketahui perkembangan yang dicapai anak, maka diperlukan instrumen penelitian

yang tepat agar masalah yang di teliti terefleksi dengan baik.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun format observasi dengan

keterampilan proses kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. Penulis menyusun dan membuat kisi-kisi instrumen penelitian

b. Menyusun pedoman instrumen dengan mengacu pada kisi-kisi instrument

yang telah disusun sebelumnya.

c. Melakukan judgment instrument dengan berkonsultasi pada para ahli.

d. Melakukan penyempurnaan terhadap pedoman instrumen (observasi).

(35)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

39

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Variabel Sub Variabel Indikator Item

(36)
(37)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

41

(38)

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati proses dan hasil

peningkatan keterampilan motorik halus dalam penenlitian ini antara lain:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melihat aspek motorik halus dalam

proses dan hasil kegiatan bermain recorder yang mencakup aspek kelenturan jari

jemari, kecepatan otot tangan, dan kekuatan pada setiap tahapan dalam dua siklus

yang terdiri dari beberapa item. Melalui pengamatan ini diharapkan dapat

mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, sebagai

modifikasi rancangan dapat dilakukan secepatnya. Dengan kata lain pengamatan

untuk melakukan bukti hasil tindakan agar dapat di evaluasi dan dijadikan

landasan dalam melakukan refleksi. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat

melihat langsung penerapan kegiatan bermain recorder untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong

Girang No. 92 Bandung kemudian mencatatnya sesuai dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan. Dengan format penilaian menggunakan alat observasi.

Pedoman observasi ini dilakukan dengan cara memberikan tanda checklist (√)

(39)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

43

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Nama Guru :

1. Mempersiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) terdiri :

a. Menjelaskan dan memperhatikan anak saat bermain recorder

b. Memberi contoh cara-cara bermain recorder c. Mengamati anak dalam bermain recorder

d. Tidak tergesa-gesa saat memberikan arahan setiap langkah bermain recorder

e. Motivasi anak saat melakukan kegiatan bermain recorder

3. Penutup

a. Melakukan tanya jawab seputar kegiatan yang telah dilakukan

(40)

Tabel 3.5

Instrumen Observasi Anak Selama Kegiatan Pembelajaran

Nama Anak :

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kanan

2.

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kiri

3.

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan ke dua-dua nya

4. Anak bisa memegang recorder dengan posisi yang

Anak dapat meniup dan membuyikan recorder dengan nada Do rendah dengan menutup dengan semua jari

8.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Re dengan membuka lubang ke tujuh dengan jari kelingking kanan

9.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Mi dengan membuka lubang ke enam dengan membuka jari manis kanan

(41)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

45 dengan jari manis kiri

13.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Si dengan membuka lubang ke satu dengan membuka jari telunjuk kiri

14.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Do tinggi dengan menutup lubang ke dua dengan jari tengah kiri

15.

Anak dapat memainkan melodi sederhana lebih dari satu nada sesuai dengan penjarian

16.

Anak dapat memainkan melodi sederhana empat nada sesuai dengan penjarian

(42)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan alat berupa pertanyaan-pertanyaan yang di

ajukan secara verbal yang di anggap dapat memberikan penjelasan mengenai

pembelajaran membaca dini yang dilakukan di TK. Dalam penelitian ini yang di

wawancarai adalah guru kelas.

Berikut dibawah ini instrumen pedoman wawancara sebelum dilakukan

tindakan:

Tabel 3.6

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan

Nama Guru :

Nama TK :

Kelas : Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Bagaimana persepsi Ibu mengenai keterampilan motorik halus anak di kelompok B saat ini?

2. Bagaimana cara guru dalam memberikan latihan keterampilan motorik halus untuk anak di kelompok B?

3. Bagaimana kondisi keterampilan motorik halus terkait dengan kemampuan motorik halus anak kelompok B?

4. Sejauh ini bagaimana cara Ibu untuk meningkatkan keterampilan motorik halus ini di TK Nurul Falah?

5. Metode apa saja yang digunakan oleh guru dalam dalam keterampilan motorik halus anak kelompok B?

6. Apakah ibu pernah menerapkan kegiatan bermain recorder dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak TK

7. Kendala apa saja yang ditemukan guru dalam melatih keterampilan motorik halus anak kelompok B?

(43)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

47

Tabel 3.7

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Sesudah Tindakan Nama Guru :

Nama TK :

Kelas : Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Apakah ibu pernah mendengar kegiatan bermain recorder?

2. Apa pendapat ibu mengenai kegiatan bermain recorder?

3. Bagaimana perasaan ibu ketika mengajar dengan menggunakan kegiatan bermain recorder dikelompok B?

4. Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dengan menggunakan kegiatan bermain recorder ketika dan setelah penelitian tindakan kelas dilakukan?

5. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar motorik halus setelah menggunakan kegiatan bermain recorder?

6. Bagaimana kondisi/keterampilan motorik halus anak kelompok B?

7. Siapa saja yang keterampilan motorik halusnya meningkat?

8. Apa saran ibu terhadap kegiatan bermain recorder yang telah diterapkan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B?

3. Pedoman Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu instrumen yang digunakan dalam

penelitian yang berupa foto, gambar, dan sebagainya. Dokumen yang digunakan

peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa dokumen tertulis seperti

SKH yang berisi tentang kegiatan pembelajaran dan foto kegiatan. Hasil dari studi

(44)

penelitian ini. Berikut pedoman dokumentasi pelengkap sebagai penunjang data

penelitian.

Tabel 3.7

Pedoman Studi Dokumentasi

Nama TK :

Hari/Tanggal :

No Indikator

Keterangan

Ada Tidak

Ada 1. Surat izin operasional

2. Profil kelembagaan

3. Data pendidik dan tenaga kependidikan

4. Data peserta didik

5. Rencana Kegiatan Harian (RKH)

6. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)

7. Foto-foto proses pembelajaran

8. Foto sarana dan prasarana pembelajaran

9. Foto lingkungan kelas

10. Foto lingkungan sekolah

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Validitas Data

Agar penelitian dapat di pertanggung jawabkan diperlukan adanya

validitas sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik

kesimpulan.

Validitas data adalah data yang sesuai dengan apa yang akan diukur.

Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah riview informasi kunci dan

(45)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

49

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau

pembandingan data itu.” Moelong dalam Suwandi (2008).

Teknik triangulasi digunakan sumber data sebagai berikut:

1) Triangulasi sumber data

a. Pemberian tes, membaca huruf awal suatu tulisan

b. Data dari raport semester I kelas B

2) Triangulasi Pengumpulan data

a. Tugas membaca kata pada sebuah tulisan di kelas, anak mengalami

kesulitan membaca.

b. Wawancara dengan orang tua anak tentang belajar anak di rumah.

c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/media pembelajaran di

sekolah.

Suwandi (2008) menyatakan bahwa “Review informasi kunci adalah

mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informasi kunci

sehingga diperoleh kesepakatan antar peneliti dan informan tentang data atau

informasi temuan tersebut”.

Review informasi kunci, mengadakan diskusi dengan kolaburator tentang

kondisi anak, sikap anak, kebiasaan anak yang diamatinya dalam lingkungan

sekolah umumnya dan saat pengamatan dalam kegiatan belajar khususnya.

Menurut Suwardi (2008), “Data di anggap valid apabila setelah melakukan

kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa kembali oleh peneliti

sehingga data tersebut valid”.

Kesimpulan penulis data dianggap valid apabila data itu dapat

mengungkap kebenaran dan dapat digunakan dengan mudah serta dapat

digunakan siapa saja.

2. Reliabilitas Data

Tes adalah alat pengukur prestasi belajar anak didik, agar tes dapat

digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar yang baik, maka tes tersebut

(46)

Tes valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang

dapat diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan

dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan peserta didik.

Hadi (2000) mengungkapkan bahwa, jenis-jenis validitas tes antara lain:

“facer validity, logical validity, factorial validity, conten validity, external

validity, internal validity dan empirical validity”.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan uji validitas conten validity,

yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan suatu faktor yang

tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan

kurikulum.

Menurut Arikunto (2005) bahwa, tes harus reliabel, tes cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya , yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Teknik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar dalam pembelajaran membaca sesuai dengan kurikulum.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

Observasi (Pengamatan), wawancara, catatan lapangan (field notes) dan

dokumentasi.

Berikut di bawah ini pemaparan dari setiap teknik pengumpulan data,

antara lain:

1. Observasi

Hadi dalam Sugiono (2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologi dan psikhologis.

Syaodih (2005) mengemukakan bahwa, observasi atau pengamatan di

(47)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

51

suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi

atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik

observasi terstuktur.

Sugiono, (2011) mengemukakan bahwa, observasi terstuktur adalah

observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan di amati,

kapan dan di mana tempatnya. Dengan format penilaian menggunakan alat

obsevasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dalam penelitian

ini nara sumbernya adalah kepala sekolah dan guru-guru Taman Kanak-kanak

Nurul Falah. Data yang di dapat di Taman Kanak-kanak meliputi kondisi dan latar

belakang sekolah, kemampuan membaca anak secara global, kegiatan

pembelajaran, dan respon anak terhadap pembelajaran dengan kegiatan bermain

recorder.

3. Catatan lapangan (fields notes)

Catatan lapangan (fields notes) merupakan catatan tertulis tentang apa

yang di dengar, di lihat, dan di alami, dalam rangka pengumpulan data dan

refleksi terhadap data. Catatan lapangan ini berisi hasil pengamatan yang di

peroleh peneliti selama pemberian tindakan berlangsung. Dalam penelitian ini,

untuk mengukur kemampuan membaca anak dilakukan tes membaca. Tes

membaca pada saat tindakan adalah anak diminta membacakan tulisan yang

tertera pada sebuah benda atau produk berdasarkan lembar kerja yang diberikan.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang penulis gunakan adalah raport, daftar nilai,

catatan atau buku perkembangan anak, untuk mengetahui kemampuan anak pada

umumnya, dan kemampuan membaca dini khususnya. Dalam penelitian yang

dilaksanakan, selain data berupa catatan tertulis juga dilakukan pendokumentasian

berupa foto. Foto ini dapat dijadikan sebagai bukti otentik bahwa pembelajaran

(48)

H. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk hipotesis

mengenai “Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan

bermain recorder di TK Nurul Falah kelompok B” penulis menggunakan teknik

deskriptif, komparatif, dan teknik analisis kritis.

Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu

membandingkan nilai awal dengan siklus satu, membandingkan nilai siklus satu

dengan nilai siklus dua.

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul digunakan perhitungan

prosentase dengan rumus sebagai berikut:

NP = R x 100 %

SM

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari/diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari test yang bersangkutan

100% = Bilangan tetap

Menurut Wahyudin (2005) bahwa, langkah-langkah pengolahan dan

analisis data mempunyai persamaan persepsi dan sering digunakan untuk

administrasi, yaitu: (1) Pentabulasian Data, (2) Penafsiran sementara, (3) Mencari

prosentase, dan (4) Menafsirkan hasil pengolahan data.

Menafsirkan hasil pengolahan data berdasarkan kriteria-kriteria sebagai

(49)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

53

Tabel 3.8

Pengolahan Data Berdasarkan Frekuensi

Frekuensi ( % ) Interprestasi

100 Seluruhnya

80-99 Hampir besar

51-79 Sebagian besar

50 Setengahnya

31-49 Hampir setengahnya

1-30 Sebagian kecil

0 Tidak seorangpun

Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu

pengolahan data, paparan data, dan penyimpulan data. Pengolahan data dilakukan

dengan cara mengelompokkan data menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif

dan data kuantitatif. Data kuantitatif di analisis dengan cara memprosentase,

kemudian hasil prosentase dinyatakan atau dipaparkan dalam kalimat kuantitatif.

Data kualitatif dianalisis dengan cara membuat skor terhadap item-item yang

perlu diberi skor. Kemudian memprosentase, hasil prosentase ditafsirkan dalam

(50)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pengolahan data

mengenai peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain

recorder berdampak positif terhadap anak kelompok B di TK Nurul Falah Jl.

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Yaitu pada aspek kegiatan memegang,

meniup, dan memainkan recorder, maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan

bermain recorder berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus anak

kelompok B di TK Nurul Falah. Hal ini didasarkan pada:

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak di kelas B TK Nurul Falah sebelum

diberi tindakan atau pra siklus menunjukkan bahwa, secara umum

kemampuan anak pada kategori Baik (B) sebesar 1,76%, kategori Cukup (C)

sebesar 2,57%, dan kategori Kurang (K) sebesar 5,66%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak belum banyak

terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Nurul Falah

seputar memegang, meniup, dan memegang. Penggunaan alat pembelajaran

masih terbatas, sehingga kurang menstimulus kemampuan motorik halus

anak.

2. Pelaksanaan kegiatan bermain recorder adalah sebagai salah satu solusi

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kegiatannya adalah

dengan menggunakan recorder. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua

siklus, indikator yang dipakai saat siklus I dan siklus II sama, yang

membedakannya adalah tingkat kesulitan dalam kegiatan bermain

recordernya. Proses pelaksanaan kegiatan bermain recorder dengan jari

ternyata belum berkembang secara optimal. Anak aktif dan kreatif ketika

bermain recorder bersama-sama. Keakraban antara anak semakin terjalin dan

(51)

89

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

3. Kemampuan motorik halus anak kelas B TK Nurul Falah pasca siklus atau

setelah dilakukan tindakan kegiatan bermain recorder menunjukkan hasil

bahwa, secara umum pada kategori Baik (B) sebesar 5,28%, kategori Cukup

(C) sebesar 4,23%, dan kategor Kurang (K) sebesar 2,14%. Dengan demikian

berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan terlihat hasilnya pada setiap

siklus mengalami peningkatan perkembangan motorik halus anak secara

signifikan. dapat di simpulkan bahwa, kegiatan bermain recorder dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak meningkat, khususnya dalam

memegang recorder, meniup, dan memainkan recorder.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan saat penlitian, terdapat beberapa rekomendasi

dengan harapan dapat dijaduikan sebagai masukan pihak-pihak yang berkaitan

dengan dunia pendidikan anak usian dini. Adapun rekomendasi ini di tujukkan

untuk:

1. Sekolah

a) Pendidikan anak usia dini sejatinya memerlukan banyak referensi untuk

penyusunan bahan ajar, sehingga membuat anak senang belajar di sekolah

dan tidak bosan. Penyediaan referensi ini dapat diperoleh dari berbagai

sumber, bisa dari internet, acara televisi, buku-buku, majalah yang semakin

hari tekhnologi semakin canggih dan dekat dengan kita. Penyediaan media

atau alat sumber pembelajaran di perbanyak. Bukan artinya memperbanyak

caranya dengan membeli yang baru, namun pemanfaatan media

pembelajaran dari barang-barang bekas yang masih layak pakai atau bisa

dilakukan, sehingga bukan hanya efisien melainkan mengasah berfikir dan

kreatif.

b) Pihak sekolah perlu mengadakan sosialisasi atau penyuluhan, khusunya

pada orang tua murid, umumnya masyarakat sekitar. Terkait pembelajaran

di PAUD tidaklah menitikberatkan pada calistung secara berkala,

mengenalkan berbagai kecerdasan/multiple intelligence yang dapat

Gambar

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Alur Tindakan Penelitian Siklus I
Tabel 3.2 Alur Tindakan Penelitian Siklus II
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini penulis akan melakukan penelitian aspek perkembangan motorik halus pada anak usia dini khususnya di Kelompok A TK Negeri Pembina Purwakarta dengan melalui

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bermain menggunting, menempel terhadap kemampuan motorik halus anak TK A Bustanul Athfal Aisyiyah Karangasem

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bermain playdough terhadap kemampuan motorik halus anak di TK A Aisyiyah, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce pada anak kelompok A di TK Pertiwi Sidomulyo, Delanggu kabupaten

Penelitian pada anak kelompok A di TK Dewi Sartika Pule Modo Lamongan dilatarbelakangi oleh adanya kemampuan motorik halus anak usia dini yang kurang terutama dalam hal

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh penelitii terlihat dari keterampilan motorik halus melipat anak yang telah didominasi oleh anak dengan kemampuan melipat

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI 114 KEGIATAN FINGER PAINTING KELOMPOK A TK WEDA PURANA PEMARON a Menentukan persentase rata-rata perkembangan motorik halus anak

vii ABSTRAK Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan bahan alam sekitar pada anak kelompok B di TK ABA II Tombolo Kabupaten Gowatahun ajaran 2021-2022