PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA MATA
PELAJARAN DESAIN GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Disusun Oleh
Fajar Ar Rahman
0608705
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Penerapan Model Pembelajaran
Demonstrasi pada Mata Pelajaran
Desain Grafis untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kognitif Siswa
Oleh Fajar Ar Rahman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fajar Ar Rahman 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN DESAIN GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA
Disusun Oleh: Fajar Ar Rahman
0608705
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. H. Wawan Setiawan, M. Kom NIP. 1966 0101 1991 0310 05
Pembimbing II
Drs. Waslaluddin, M.T NIP. 1963 02071991 0310 02
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer Fakultas Pendidikan Matematika dan Komputer
Universitas Pendidikan Indonesia
Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di SMK Yapari Aktripa Bandung
Oleh: Fajar Ar Rahman
0608705
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan pada proses pembelajaran desain grafis yang mengakibatkan tidak sampainya nilai rata-rata KKM (70) di SMK Yapari Aktripa Bandung. Berangkat dari hasil wawancara pada siswa yang merasa kurangnya ilmu yang dapat diserap dalam pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan pada saat menggunakan aplikasi yang sesungguhnya, berdasarkan informasi tersebut, diperlukan suatu cara untuk menanggulangi masalah yang ada. Salah satu caranya adalah menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran demonstrasi terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X di SMK Yapari Aktripa Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperiment Pretest-Postest Control Group Design. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Data hasil nilai rata-rata pretes kelas kontrol sebesar 5,64 dan kelas eksperimen sebesar 5,65 sehingga rata-rata nilai kelas kontrol dan eksperimen setara. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada kedua kelas, rata-rata nilai postes untuk kelas kontrol sebesar 6,95 dan kelas eksperimen sebesar 7,44. Setelah nilai rata-rata postes dikurangi nilai rata-rata pretes maka diperoleh selisih nilai 1,31 untuk kelas kontrol dan 1,79 untuk kelas eksperimen, dengan ini diperoleh nilai rata-rata n-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,30 (rendah) dan untuk kelas eksperimen sebesar 0,41 (sedang). Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Maka penerapan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol.
Application of Model Demonstration Lesson In Graphic Design Subject to Enhance Learning Outcomes Cognitive of Student
Research Against Class X Students Programs Multimedia SMK Yapari Aktripa Bandung Yapari Aktripa Bandung. Departing from the results of interviews on students who feel a lack of knowledge that can be absorbed in learning so that students experience difficulties when using a real application, based on that information, we need a way to tackle the problem. One way is to use a learning model demonstration. This study aims to determine the application of learning models demonstrations against cognitive learning outcomes in vocational class X Yapari Aktripa Bandung. Research methodology is a Quasi-experimental pretest posttest control group design. The data collection was done by using the test. The results showed an increase in student learning outcomes using learning model demonstration. The data yield an average rating of 5.64 pretest control class and experimental class at 5.65 so that the average value of the control and experimental classes equivalent. After learning implemented in both classes, the average post-test values for the control class at 6.95 and 7.44 for the experimental class. Once the average posttest minus pretest mean the difference between the value obtained 1.31 and 1.79 for the control class for a class experiment, was obtained with the average value for the class of n-gain control of 0.30 (low) and for classroom experiments for 0.41 (moderate). Hypothesis test results showed no differences between students' learning outcomes and grade control class experiment, thus, it can be concluded that an increase in cognitive learning outcomes of students. Demonstration of the application of the learning model to improve student learning outcomes significantly compared with an increase in student learning outcomes in the control class.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 9
G. Hipotesis Penelitian... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pembelajaran ... 10
B. Hasil Belajar ... 10
E. Media Pembelajaran ... 27
F. Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 28
G. Materi Adobe Photoshop ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 41
1. Metode Penelitian ... 41
2. Desain penelitian ... 42
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
C. Teknik Pengumpulan Data ... 45
D. Prosedur Penelitian ... 46
E. Instrumen Penelitian ... 53
1. Uji Validitas ... 54
2. Uji Reliabilitas ... 55
3. Uji Daya Pembeda ... 56
4. Uji Indeks Kesukaran ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 59
1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 59
2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60
a. Uji Normalitas ... 60
b. Uji Homogenitas ... 61
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Validasi Instrumen RPP, Tes dan Media Pembelajaran ... 63
B. Uji Instrumen Tes... 63
C. Hasil Penelitian ... 66
1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 66
2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 69
Analisis Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 69
a. Uji Normalitas Pretes... 69
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretes ... 70
Analisis Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 71
a. Uji Normalitas Postes ... 71
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata postes ... 72
3. Uji Hipotesis N-Gain ... 73
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Ruang Lingkup pada Photoshop ... 30
2.2 Toolbox di Photoshop 7.0 ... 39
3.1 Desain Penelitian Pola Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design ... 43
3.2 Interpretasi Validitas ... 55
3.3 Interpretasi Derajat Reabilitas ... 56
3.4 Interpretasi Uji Daya Pembeda ... 57
3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 59
3.6 Kriteria Indeks Gain ... 60
4.1 Data Hasil Uji Instrumen ... 64
4.2 Analisis Soal Uji Instrumen ... 64
4.3 Data Hasil Penelitian ... 67
4.4 N-Gain ... 68
4.5 Uji Normalitas Pretes ... 69
4.6 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretes ... 70
4.7 Uji Normalitas Postes... 71
4.8 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 72
4.9 Uji Normalitas N-Gain ... 73
4.10 Uji Homogenitas N-Gain ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Cara Memulai Photoshop ... 30
2.2 Jendela Kerja Photoshop ... 30
2.3 Ruang Lingkup pada Photoshop ... 31
2.4 Membuat Dokumen Baru ... 33
2.5 Menyimpan Dokumen... 34
2.6 Menutup File Photoshop ... 35
2.7 Membuka File Photoshop ... 36
2.8 Toolbox di Photoshop 7.0 ... 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan, dalam praktiknya
pendidik bertindak sebagai pengajar berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.
Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik
sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang mereka pelajari. Sudah
barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai.
Pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat
multi dimensi, baik dalam hubungan manusia dengan sesama manusia dan
budayanya, dengan alam, bahkan dengan Tuhannya. Praktek pendidikan
diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu
mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan
peserta didik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan
berbagai peranan sesuai statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang
diakui (Syaripudin, 2006).
Saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah
menjadi suatu kebutuhan pokok dalam pendidikan. Untuk pembelajaran TIK
sangatlah membutuhkan sarana prasarana yang memadai, karena dapat
mempengaruhi kualitas belajar siswa, semakin lengkap sarana prasarana maka
semakin baik. Khususnya jurusan multimedia yang memang difokuskan pada
Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) idealnya didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai dan memiliki perbandingan alokasi
waktu praktek lebih banyak dibanding teori, untuk jurusan multimedia
membutuhkan sarana dan prasarana yaitu laboratorium komputer. Sementara saat
ini tidak semua SMK memiliki laboratorium komputer yang cukup karena harus
bergantian dengan siswa dari jurusan lain.
Proses pembelajaran didominasi aktifitas menghafal dikarenakan
penggunaan sarana prasarana yang terbatas, khususnya bagi siswa SMK jurusan
multimedia yang membutuhkan lab komputer. Karena terbatasnya penggunaan lab
komputer maka mengakibatkan jarak antara pembelajaran dengan jadwal
praktikum cukup jauh yaitu satu bulan sekali, sehingga guru sulit untuk
memberikan penjelasan terkait suatu materi yang berhubungan dengan komputasi
terutama untuk mata pelajaran desain grafis dan siswa juga mengalami kesulitan
karena jarak antara pemberian materi terlalu jauh dengan waktu praktikum. Di sisi
lain juga penggunaan lab komputer juga tidak bisa digunakan setiap hari, terkait
dengan maintenance lab komputer untuk kenyamanan belajar serta kebijakan
penggunaan lab komputer dari pihak sekolah. Karena terbatasnya penggunaan lab
komputer ini maka kondisi pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran teori
lebih banyak daripada praktikum yang mengakibatkan nilai siswa pada mata
pelajaran desain grafis kurang memuaskan, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai
ulangan yang hasilnya di bawah nilai KKM (<70). Keadaan tersebut tidak
Yapari Aktripa Bandung, penulis mengetahui hal ini setelah peneliti melakukan
observasi awal disana.
Siswa merasa kesulitan saat melakukan praktikum karena adanya
ketidaksesuaian pemahaman pembelajaran antara teori dan praktek, sehingga
siswa mengalami kesulitan saat melakukan praktikum karena kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sedangkan guru merasa ilmu
yang disampaikan kurang dapat diserap baik oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai
praktek yang kurang memuaskan.
Agar waktu praktikum yang sedikit menjadi optimal diperlukan pemahaman
sebelum melakukan praktikum, Karena sulitnya merubah komposisi waktu
tersebut maka penulis berfikir untuk mengoptimalkan waktu teori tersebut agar
pada saat praktikum nanti siswa tidak merasa kesulitan melakukan praktikum
yang menjadikan hasil belajarnya tidak memuaskan.
Sistem pembelajaran selama ini tidak cukup efektif, maka diperlukan suatu
mediasi agar pembelajaran menjadi semakin baik. Berdasarkan fakta tersebut,
diperlukan suatu cara untuk menanggulangi masalah yang ada. Kondisi inilah
yang membuat peneliti mengangkat penelitian ini yang bertujuan untuk
mengoptimalkan alokasi waktu pembelajaran teori, hal ini untuk mengantisipasi
keterbatasan sarana dan prasarana laboratorium komputer yang sangat terbatas
demi terciptanya pembelajaran yang ideal.
Menurut pendapat peneliti, metode yang paling tepat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah metode demonstrasi. Metode ini merupakan
Carl J. Wenning. “Model pembelajaran ini menciptakan suatu situasi dimana setiap siswa dimungkinkan meraih tujuan belajar karena materi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik dengan menggunakan alat bantu dan media presentasi.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil maksimal
maka persiapan guru harus sangat matang”. Hal ini dilakukan dengan cara membuat media presentasi yang mudah untuk dimengerti oleh siswa, sehingga
penggabungan antara peragaan dan media visualisasi dapat meningkatkan hasil
dari proses pembelajaran.
Penulis memilih metode ini karena penulis menganggap metode ini adalah
metode yang cukup baik untuk mengatasi masalah seperti ini. Dalam hal ini
penulis mengambil materi desain grafis karena materi ini sebagian besar isi
materinya adalah materi aplikatif yaitu materi yang sangat membutuhkan
praktikum untuk pembelajarannya.
Model pembelajaran dan alat pengajaran berfungsi sebagai jembatan atau
media transformasi materi pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu hal penting dalam proses
belajar mengajar adalah mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Menurut
Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan pengertian Sudjana tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan,
keterampilan dan sikap dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal setelah ia
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mugi Akbar (2010)
dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas X Pada Mata pelajaran KKPI di SMK” bahwa hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan presentase hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Data hasil pretes kelas
eksperimen sebesar 60,78 dan kelas kontrol 60 sehingga rata-rata nilai kelas
kontrol dan eksperimen tidak berbeda. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada
kedua kelas, rata-rata nilai postes untuk kelas eksperimen sebesar 87,65 dan kelas
kontrol sebesar 67,96. Setelah nilai postes dikurangi nilai pretes maka diperoleh
selisih nilai 26,87 untuk kelas eksperimen dan 7,96 untuk kelas kontrol, dengan
ini diperoleh N-Gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,64 dan untuk kelas kontrol
0,09. Dengan demikian, disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi
efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran
KKPI di sekolah menengah kejuruan.
Juga pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novi Nurrakhmat
(2010) dengan judul “Effektivitas Penerapan Metode Demonstrasi Pada Praktikum Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Mata Pelajaran TIK” Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata nilai sesudah diterapkan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia pada
kelas eksperimen adalah 75,70 sedangkan rata-rata kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional adalah 71,20. Perbedaan effektivitas penerapan
metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia dapat dilihat dari gain
konvensional gain ternormalisasi sebesar 0,19, sehingga dapat disimpulkan bahwa
effektivitas penerapan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia
lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran TIK. Penerapan metode demonstrasi pada praktikum
berbasis multimedia effektif meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilihat
sebanyak 75% siswa dikelas ekperimen memiliki nilai ≥ 70 ini sesuai dengan kriteria pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis mengambil judul “Penerapan
Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa” (Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di SMK Yapari Aktripa Bandung Tahun Ajaran 2012-2013).
Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiment. Adapun
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatan hasil belajar kognitif siswa”
C. Batasan Masalah
Agar dalam pelaksanaan penelitian tidak meluas ke masalah-masalah yang
lain, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah
1. Pembelajaran dilaksanakan tiga kali pertemuan, sesuai dengan SK KD
yang digunakan.
2. Hasil belajar kognitif yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3),
dikarenakan standar kompetensi hanya sampai tahap pengenalan saja.
3. Materi yang dipelajari mengenai pengolahan gambar digital berbasis
bitmap menggunakan software adobe photoshop.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
demonstrasi lebih baik daripada siswa yang belajar dengan menggunakan metode
konvensional”.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa,
guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan
kualitas proses belajar dan mengajar di sekolah.
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar komputer.
b. Siswa merasa nyaman belajar komputer di sekolah.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang pemanfaatan
model pembelajaran demonstrasi sebagai metode pengajaran yang
efektif.
b. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pengajaran yang
lebih bervariasi, sehingga proses pembelajaran akan lebih menarik.
c. Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran
demonstrasi di sekolah.
3. Manfaat Bagi Sekolah
Memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pendidikan, sehingga dapat menjadi alternatif untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
peneliti lain.
5. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan penulis
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan terjun langsung ke
lapangan. Sehingga memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan
kemampuan dan keterampilan meneliti serta ilmu yang mendalam
F. Definisi Operasional
Model pembelajaran demonstrasi adalah proses pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan menggunakan alat dan bahan yang diperlukan, adapun
langkah-langkahnya:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan.
5. Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.
6. Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman
peserta didik didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.
Hasil belajar peserta didik pada hakekatnya adalah tingkah laku. Tingkah
laku sebagai pengertian yang luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik (Sudjana, 2001: 3).
Pembelajaran Desain Grafis adalah proses belajar mengajar yang berkenaan
dengan software-software yang menunjang untuk membuat desain grafis.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2009:71). Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
hipotesis masalah dalam penelitian ini adalah “Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran demonstrasi lebih baik daripada hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji dan
mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan
cara menerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran
desain grafis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode kuasi eksperimen.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono 2010: 13).
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan
masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan.
Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah
terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya
dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan
hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel
tersebut diambil (Sugiyono 2010:14).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan eksperimen semu
(kuasi eksperiment), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan,
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua
variabel yang relevan, harus ada kompromi yang menentukan validitas
internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada (Nazir, 2005:
73).
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Penerapan metode demonstrasi sebagai variabel bebas
(variable x) dan hasil belajar kognitif siswa sebagai variabel terikat (variable
y).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “
Pretest-Posttest Control Group Design”. Berdasarkan desain ini, maka sekelompok
subyek yaitu kelas sampel diberikan perlakuan berupa penggunaan metode
pembelajaran. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diterapkannya
metode pembelajaran. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran
demonstrasi diukur dari perbedaan antara pengukuran awal berupa tes awal
Secara bagan, desain yang digunakan pada penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Pola Nonrandomized Control Group, Pretest – Posttest Design
Kelompok Pretest Treatment Posttest
E T1 X T2
K T1 - T2
(Sugiyono, 2010:116)
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
T1 : Tes Awal (Pretest)
T2 : Tes Akhir (Posttest)
X : Perlakuan (Treatment), yaitu penerapan metode demonstrasi
*) Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan/tatap muka
*) Untuk kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional yang biasa
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Nazir (2005:271) menyatakan bahwa “populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan dan sampel adalah bagian
dari populasi”. Sedangkan pendapat Surachmad (1985:95) mengatakan bahwa
“populasi adalah keseluruhan jumlah orang, objek atau benda yang akan dijadikan
penelitian”.
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah menengah kejuruan swasta di
Bandung, yaitu SMK Yapari Aktripa yang berada di Jalan Prof. Dr. Ir. Sutami No.
81-83 Bandung. SMK ini memiliki tiga program keahlian, salah satunya adalah
program keahlian multimedia. Populasi yang akan diteliti adalah siswa kelas X
jurusan multimedia yang terdiri dari 1 kelas yang terdiri dari 45 siswa. Arikunto
(1998:120) jika jumlah populasi obyek penelitian kurang dari 100 maka diambil
semua, tetapi jika lebih dari 100, maka dapat diambil 10% sampai dengan 15%
dari populasi yang ada. Dalam penelitian ini karena jumlah populasi kurang dari
100 maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 45 siswa (Total
Sampling).
Selanjutnya peneliti menentukan sampel dengan teknik Systematic Sampling
atau Sampel Sistematis untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen,
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2011:66), dalam hal ini
peneliti menggunakan nomor urut yang telah ada yaitu nomor absen siswa, teknik
kontrol sejumlah 22 siswa dan siswa yang memiliki nomor absen genap menjadi
kelas eksperimen sejumlah 23 siswa.
Dengan dibentuknya kelas kontrol dan kelas eksperimen yang akan diberi
perlakuan berbeda, maka kedua kelas berisi subjek yang berbeda, maka sampel
tersebut Independen. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan
uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-Wilk. Pemilihan ini didasarkan pada
jumlah sampel yang akan diuji, “bila sampel yang >50 digunakan
Kolmogorov-Smirnov bila sampel yang digunakan <50 digunakan Shapiro-Wilk” (Dahlan,
2010:48). Karena sampel yang digunakan lebih kecil dari 50, maka uji
normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena sampel kecil (<30) maka
menggunakan uji Parametric dengan uji Independent Sampel T Test, namun
apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka menggunakan
uji non-parametric dengan uji Mann Whitney U.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes hasil belajar. Bentuk dari tes hasil belajar ini berupa 20 soal pilihan
ganda dengan lima pilihan jawaban dan materi pelajaran yang digunakan adalah
desain grafis kelas X SMK jurusan multimedia yaitu adobe photoshop. Tes ini
dilakukan pada saat awal dan akhir pelajaran berupa pretest dan postest.
Dasar kompetensi kejuruan multimedia yang digunakan:
Standar Kompetensi : Menggabungkan gambar 2D kedalam sajian multimedia
Langkah langkah penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan berdasarkan spektrum
kurikulum SMK jurusan multimedia.
2. Membuat kisi kisi soal berdasarkan pokok bahasan yang digunakan.
3. Menjugment soal pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang
berkompeten.
4. Menjugment media pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang
berkompeten.
5. Membuat media berdasarkan pokok bahasan yang digunakan.
6. Mengujicobakan soal tes pada siswa kelas XI jurusan multimedia 2 di
SMKN 2 Cimahi.
7. Hitung/analisis hasil uji coba soal tes.
8. Menggunakan soal yang valid dalam penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Studi Pendahuluan/Observasi Awal
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal yang terjadi di
sekolah tersebut, hal ini meliputi materi pembelajaran, data nilai
siswa, metode mengajar yang digunakan, mengetahui keadaan siswa
pembelajaran, mengetahui kendala apa saja yang terjadi pada proses
pembelajaran serta melihat kondisi sarana dan prasarana dengan cara
observasi dan wawancara.
b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
Kegiatan ini berbarengan dengan studi pendahuluan/observasi.
c. Studi Literatur
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai
permasalahan dan solusi yang akan dikaji.
d. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dilakukan untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang hendak dicapai.
e. Menentukan RPP dan skenario pembelajaran
Kegiatan ini dilakukan untuk menyesuaikan materi pembelajaran
dengan metode demonstrasi.
f. Menentukan sampel penelitian
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan sampel yang akan diuji.
g. Membuat dan menyusun instrumen penelitian
Dilakukan sebagai alat bantu dalam memperoleh data-data penelitian.
Insrumen penelitian berbentuk tes soal pilihan ganda.
h. Menganalisis, mengevaluasi dan menjudgement instrumen soal
Kegiatan ini dilakukan oleh ahli materi yang berkompeten di
bidangnya. Kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan
i. Membuat surat izin penelitian
Kegiatan ini bertujuan supaya tertib administrasi kepada pihak
sekolah.
j. Menghubungi pihak sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru
mata pelajaran desain grafis.
k. Menyiapkan alat dan bahan
Selain menyiapkan materi dan media pembelajaran juga
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu laptop dan
proyektor/infocus.
l. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan penelitian pada subjek, dilakukan analisis uji
coba instrumen yang bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya
instrumen ini. Analisis uji coba instrumen ini diujikan pada subjek
yang identik dengan sampel penelitian. Analisis uji coba instrumen ini
dilakukan pada siswa yang telah belajar materi ini sebelumnya, pada
hal ini diujikan pada siswa kelas X jurusan multimedia di SMKN 2
Cimahi.
m. Hitung hasil analisis uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Kelas Eksperimen
1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa mengenai materi yang akan dipelajari sebelum diberi
perlakuan (treatment).
2) Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan metode
demonstrasi pada kegiatan pembelajaran sebanyak tiga kali
pertemuan.
Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan.
c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
d) Siswa diberikan pengarahan tentang pelaksanaan model
pembelajaran demonstrasi ini.
e) Guru menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran
demonstrasi.
f) Setelah guru selesai memberikan materi dan memberikan contoh
demonstrasi, selanjutnya guru menunjuk salah seorang peserta
didik untuk mendemontrasikan materi sesuai dengan materi
yang telah diajarkan.
h) Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya tentang
demontrasi yang dilakukan oleh peserta didik tersebut.
i) Lalu guru menunjuk lagi peserta didik yang lain untuk
mendemonstrasikan skenario pembelajaran yang lain, kegiatan
ini berulang sampai seluruh materi terselesaikan.
j) Guru membuat kesimpulan.
3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
b. Kelas Kontrol
1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa mengenai materi yang akan dipelajari sebelum diberi
perlakuan (treatment).
2) Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan metode
ceramah/konvensional pada kegiatan pembelajaran sebanyak tiga
kali pertemuan.
Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan.
c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
d) Guru menyampaikan materi menggunakan metode konvensional.
e) Setelah guru selesai memberikan materi, selanjutnya guru
untuk ke depan dan menguji siswa sesuai dengan materi yang
telah diajarkan.
f) Guru membuat kesimpulan.
3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran demonstrasi
terhadap hasil belajar kognitif siswa.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi:
a. Mengolah dan menganalisis instrumen tes (data hasil pretest dan
posttest) masing-masing kelompok antara sebelum diberi perlakuan
dengan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan
apakah terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa atau tidak.
b. Membandingkan peningkatan hasil belajar antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan data.
d. Memberikan saran-saran terhadap aspek penelitian.
4. Diagram Prosedur Penelitian
Agar alur penelitian terlihat jelas dan mudah dibaca, maka dibuat
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan/ Observasi Awal
Menentukan sekolah
Studi Literatur & KTSP
Penyusunan RPP
Menentukan sampel penelitian
Menyusun instrumen penelitian soal dan media
Judgement instrumen soal dan media
Uji coba instrumen soal
Hitung hasil analisis instrumen soal
Instrumen akhir
Pembelajaran menggunakan metode konvensional
(Kelas Kontrol)
Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi
(Kelas eksperimen)
Hasil
Analisis data
Kesimpulan Pretes
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
(Arikunto, 1998:149).
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mendapat data berupa tes.
Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan kognitif siswa
terhadap materi yang diajarkan.
Pada penelitian ini, tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes,
yaitu:
1. Pretest : Tes yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan.
2. Posttest : Tes yang dilakukan setelah diberikan perlakuan.
Tipe tes yang akan diberikan berupa tes objektif pilihan ganda. Tes objektif
pilihan ganda digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada
materi. Tes ini hanya mencakup ranah kognitif C1(Ingatan), C2(Pemahaman), dan
C3(Penerapan).
Sebelum diujikan pada sampel yang sesungguhnya instrumen tes diuji dulu
tingkat kevalidannya pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang
berkompeten lalu diujicobakan pada siswa yang identik dengan subjek penelitian,
setelah itu hitung kevalidan soal tersebut apabila valid/memenuhi syarat maka
lanjut ke penelitian yang sesungguhnya.
Adapun cara/teknik pengolahan data analisis uji coba instrumen penelitian
Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Suatu alat evaluasi dikatakan valid atau sah jika alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. (Suherman, 2003:102). Oleh
karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau tidak maka
dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir
soal.
Untuk menghitung koefisien validitas tes, dalam penelitian ini
menggunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw
score), yaitu:
(Arikunto, 2009:72)
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi (koefisien validitas)
n : Jumlah Subjek
Σx : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar).
Σx2
: Jumlah kuadarat dari skor setiap butir soal.
Σy : Jumlah skor total.
Σy2 : Jumlah kuadrat skor total.
Untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria sebagai berikut ini:
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas
Nilai Keterangan
rxy Sangat tinggi
rxy Tinggi
rxy Cukup
rxy Rendah
rxy Sangat Rendah
(Arikunto, 2009:75)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur
apa yang akan diukur. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi
tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sejenis. Pengertian
relatif disini adalah tidak persis sama, tetapi mengalami perubahan yang
tidak berarti dan dapat diabaikan. Suatu alat evaluasi dikatakan baik bila
reabilitasnya tinggi.
Untuk menghitungnya menggunakan rumus yang diketemukan oleh
Kuder dan Richardsons atau K-R.20 sebagai berikut :
(Arikunto, 2009:100)
Keterangan :
n : Banyak butir soal (item).
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p).
Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q.
S : Standar deviasi dari tes.
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajar reabilitas alat evaluasi
yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Derajat Reabilitas
Nilai Interpretasi
rxy Sangat tinggi
rxy Tinggi
rxy Sedang
rxy Rendah
rxy Sangat rendah
(Arikunto, 2009:93)
3, Uji Daya Pembeda
Gaston berasumsi bahwa suatu alat evaluasi yang baik mampu
membedakan antara siswa kelompok atas (pandai) dan kelompok asor
(berkemampuan rendah). Oleh karena itu sebaiknya setiap butir soal
memiliki daya pembeda. Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan
seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara
siswa kelompok atas (pandai) dan kelompok asor (berkemampuan rendah).
Disini penulis mengelompokkan data siswa menjadi 16 siswa kelompok
Menghitung daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
D =
(Arikunto, 2009:213)
Keterangan:
D : Daya Pembeda
Ja : Banyaknya peserta kelompok atas
Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah
Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal betul
Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal betul
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.4
Interpretasi Uji Daya Pembeda
Nilai Keterangan
0.70 ≤ D < 1.00 Baik Sekali 0.40 ≤ D < 0.70 Baik 0.20 ≤ D < 0.40 Cukup 0.00 ≤ D < 0.20 Jelek
Negatif Tidak Baik
(Arikunto, 2009:218)
Menurut Arikunto jika daya pembeda bernilai negatif maka soal tersebut
tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya
4. Uji Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar (Arikunto:2009). Soal yang baik akan membuat siswa untuk berpikir
dengan baik bagaimana cara memecahkan soal tersebut sehingga
merangsang rasa penasaran dan kreatifitas siswa.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya susau soal disebut
indeks kesukaran (Arikunto:2009). Besarnya indeks kesukaran adalah antara
0.00 sampai dengan 1.00. Indeks kesukaran menunjukan taraf kesukaran
soal, soal dengan indeks kesukaran 0 menunjukan bahwa soal tersebut
terlalu sulit sedangkan indeks kesukaran dengan nilai 1 menunjukan bahwa
soal tersebut terlalu mudah.
Rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah:
(Arikunto, 2009:28)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
Adapun kriteria uji indeks kesukaran, yaitu:
Tabel 3.5
Interpretasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria
0.00 < IK ≤ 0.30 Sukar 0.30 < IK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < IK ≤ 1.00 Mudah
(Arikunto, 2009:210)
F. Teknik Analisis Data
Setelah data dari penelitian diperoleh maka data tersebut lalu diolah.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan data
statistik. Data yang diolah yaitu data hasil tes soal berupa pretes, postes dan gain
yang ternormalisasi.
Pengolahan data ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19.
Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah:
1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Analisis data indeks gain digunakan untuk melihat peningkatan hasil
belajar siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran demonstrasi.
Analisis data gain dilihat dari nilai pretes dan postes siswa. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Hake (1998: 2) bahwa “dengan mendapatkan nilai
rata-rata gain yang ternormalisir maka secara kasar akan dapat mengukur
efektifitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual”. Berikut ini
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain
<g> menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :
Tabel 3.6
Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Interpretasi
g > 0.70 Tinggi 0.30 < g 0.70 Sedang
g 0.30 Rendah
2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengatahui distribusi data dari hasil
penelitian normal atau tidak. Suatu data yang normal merupakan salah
satu syarat untuk dilakukan uji Parametric. Sedangkan jika salah satu
data atau kedua data tersebut tidak berdistribusi normal maka uji yang
dilakukan adalah uji Non-Parametrik. Pada penelitian ini uji normalitas
yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk.
Pengujian normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk dapat dilakukan
dengan bantuan program SPSS versi 19 dengan Taraf signifikansi yang
digunakan adalah 0,05. Jika nilai output pada kolom sig. dari hasil uji di
SPSS lebih besar dari taraf signifikansi (p>0,05) maka data tersebut
hasil uji di SPSS lebih kecil dari taraf signifikansi (p≤0,05) maka data
tersebut tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Apabila hasil uji normalitas data berdistribusi normal maka dilakukan
uji homogenitas dengan uji Levene. Apabila hasil uji normalitas data
tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, tetapi
langsung diuji perbedaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistik
Non-Parametrik dengan uji Mann-Whitney U.
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji homogen atau tidaknya
data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas
menggunakan uji Levene. Apabila hasil uji homogenitas menunjukkan
data tersebut homogen, lalu diuji perbedaan dua rata-ratanya
menggunakan uji statistik Parametrik dengan uji Independent Sample
T-Test..
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa tersebut setara atau tidak. Apabila data tersebut berdistribusi
normal dan homogen maka dilakukan uji Independent T-Test. Sedangkan
jika salah satu atau kedua hasil dari uji normalitas tidak berdistribusi
normal, maka dilakukan uji statistik Non-Parametrik dengan uji
Mann-Whitney U.
3. Uji Hipotesis
analisis nilai gain yang ternormalisasi (n-gain). Uji hipotesis yang dilakukan
dalam penelitian ini jika data n-gain berdistribusi normal dan homogen
adalah uji Independent T-Test. Sedangkan jika salah satu atau kedua hasil
dari uji normalitas n-gain tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis tentang Penerapan
Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa (Penelitian Terhadap Siswa Kelas X
Jurusan Multimedia di Smk Yapari Aktripa Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Yang
Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi Lebih Baik Daripada Hasil
Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Konvensional”
Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa dikarenakan adanya proses
pembelajaran, namun dengan perlakuan yang berbeda dalam pembelajarannya
maka menghasilkan hasil yang berbeda pula, pembelajaran dengan model
pembelajaran demonstrasi proses pembelajarannya dapat membuat siswa lebih
paham akan pembelajaran yang diajarkan dan lebih mudah menyerap pelajaran
B, Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat diberikan beberapa
rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan.
Antara lain:
1. Proses pembelajaran di kelas sangat perlu diperhatikan karena hal ini
dapat menentukan mutu pendidikan siswa. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan mutu pembelajaran, pada
penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran demonstrasi
karena peneliti melihat materi ini membutuhkan peragaan visual yang
tinggi dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
Dengan demikian kemampuan siswa meningkat dalam aspek kognitif dan
kualitas belajar siswa menjadi lebih baik lagi setelah model pembelajaran
demonstrasi diterapkan.
2. Dengan menerapkan metode pembelajaran tentunya guru harus
mempersiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan metode yang
digunakan dan materi yang akan disampaikan, pada penelitian ini peneliti
menggunakan model pembelajaran demonstrasi, maka alat dan bahan
yang disiapkan berupa laptop, proyektor, media pembelajaran serta
software yang mendukung materi tersebut. Dengan memperagakan
materi dan visualisasi media, siswa mendapatkan pemahaman yang lebih
baik ketika proses pembelajaran dilakukan sehingga siswa mengerti
kelas menjadi lebih aktif sehingga mendorong minat siswa untuk
mempelajari mata pelajaran desain grafis.
3. Perlunya pengetahuan dan kemampuan guru dalam menggunakan
berbagai macam metode pembelajaran serta penggunaan media
pembelajaran agar penggunaan metode pembelajaran apapun yang
digunakan dapat menghasilkan hasil yang semaksimal mungkin.
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi para guru agar
menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
materi pembelajaran, dan tidak terganggu oleh kurangnya sarana prasarana yang
ada di sekolah masing-masing supaya terciptanya pembelajaran yang baik dan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
H. Prayogo. (2001). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Siswa Kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 1 Gending Probolinggo Tahun Pelajaran 2000/2001 Pokok Bahasan Elastisitas. Malang: Universitas Negeri Malang
Hake-Richard, R. (1998). “Interactive-Engagement Methods In Intruductory Mechanics Courses”. Journal of Physics Education Research. 66, 1-2.
J.J. Hasibuan dan Mujiono. (1993). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
M. Sopiyudin Dahlan .(2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian. Jakarta: Salemba Medika.
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia, Alfabeta.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rahardjo, R. (1991). Media Pembelajaran. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rusman (2010), Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2001). Teknologi Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Common Teks Books). Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung Tarsito.
Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum & Pembelajaran. Kurikulum Pembelajaran UPI.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia: Departemen Pendidikan Nasional.
Wenning, Carl j. (2010). Levels of inquiry: Using Inquiry spectrum learning sequences to teach science. Departement of Physics, Illinois State University, Normal. Illinois, USA. (05/04/2011).
Yus Agusyana dan Islandscript, (2011), Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.