• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 162008021 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 162008021 Full text"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

Guru merupakan tenaga pengajar yang harus memiliki kemampuan standar kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, profesional dan sosial. Guru yang profesional adalah guru yang dapat memenuhi keempat kompetensi tersebut. Guru professional dibuktikan dengan sertifikat guru professional yang sering disebut dengan sertifikasi guru. Guru bersertifikasi adalah guru yang professional dan memenuhi kompetensi dasar guru. Guru bersertifikasi mendapatkan penghargaan berupa tunjangan profesi guru yang ditujukan untuk memperkuat kualitas guru yang bersertifikasi.

Gagasan sertifikasi guru dicetuskan dengan harapan dapat melahirkan guru-guru yang professional sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat, namun pada saat ini kualitas guru bersertifikasi diragukan. Pada surat kabar Kompas rabu 15 Agustus 2012 mengungkapkan tentang sertifikasi belum memuaskan Harus kita akui

dengan jujur bahwa guru mengikuti sertifikasi karena motivasi untuk meningkatkan pendapatan. Sementara esensi peningkatan kualitas cenderung diabaikan. Sertifikasi guru merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya meningkatkan pendapatan saja. Guru bersertifikasi harus mampu menjadi jembatan bagi siswa untuk menguasai materi pelajaran dan kedepannya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Peran penting seorang Guru

seperti ujung tombak

(2)

memperhatikan. Ada pula guru yang meninggalkan kelas dengan meminta sekertaris kelas mencatat materi dipapan tulis. Kedisiplinan dan cara mengajar guru bersertifikasi di SMK Pelita masih jauh dari kesadaran guru itu sendiri yang sudah mendapat sertifikasi. Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti menemukan identifikasi masalah didalam SMK Pelita salatiga yaitu guru sertifikasi kurang meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dalam mengajar. Hal tersebut dapat dijadikan rumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana Dampak Sertifikasi Guru Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dikalangan guru SMK Pelita Salatiga.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Mengetahui Dampak Sertifikasi Guru dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dikalangan guru SMK Pelita Salatiga.

2. KAJIAN TEORI 2.1 Sertifikasi Guru

Sertifikasi diberikan kepada guru yang telah lulus uji kompetensi

guru. Guru yang lolos uji kompetensi dibuktikan dengan sertifikat pendidik dan diberi penghargaan berupa tunjangan. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.

(3)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan sertifikasi dalam penelitian ini adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah lulus dan memenuhi uji kompetensi guru. Penguasaan dan pemahaman standar kompetensi guru menjadi landasan awal pemberian sertifikasi terhadap guru.

2.2 Tujuan Sertifikasi Guru

Memaknai tujuan sertifikasi guru diharapkan ada peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran para guru bersertifikasi. Kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dapat meningkat.

Lembaga Penelitian Semeru, (2010:1) menjelaskan bahwa Pelaksanaan program tersebut dibarengi dengan pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok untuk meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan daya tarik profesi guru, serta memberikan dorongan yang kuat bagi guru untuk berpartisipasi

dalam proses sertifikasi. Pelaksanaan sertifikasi guru di harapakan dapat meningkatkan kualitas guru yang selanjutnya akan meningkatkan mutu pembelajaran, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan dan berkelanjutan.

(4)

2.3 Standar Kompetensi Guru Guru profesional harus memahami standar kompetensi guru yang menjadi dasar sertifikasi guru. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.

Kompetensi guru dapat dipahami dari penjelasan sebagai berikut :

Mulyasa (2007:26) mnejelaskan kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Standar kompetensi dalam sertifikasi meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial.

2.4Kompetensi Professional

Seorang guru harus menguasai materi pembelajaran karena materi tersebut akan diajarkan kepada peserta didik. Materi yang tidak dikuasai tidak mungkin dapat diserap oleh peserta didik.

Menurut Mulyasa, (2007 :137) berdasarkan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

Kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tugas utamanya yaitu transfer of knowledge. Guru harus menguasai materi yang diajarkan sebelum menyalurkan kepada peserta didiknya.

(5)

fenomena-fenomena yang ada pada objek penelitian, sehingga akan didapatkan gambaran mengenai bagaimana dampak sertifikasi guru dalam peningkatan kompetensi profesional dikalangan guru SMK Pelita Salatiga.

Penelitian ini dilakukan di SMK Pelita Salatiga, Jl. Hasanudin Gg. Mangga RT. 02 RW. 06 Ngawen, Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Pada bulan Agustus 2012 sampai dengan selesai. Tekik pengumpulan data pada penelitian ini adalah Trianggulasi yang menggabungkan metode pengamatan/observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fokus pengamatan pada penelitian ini mengamati beragam peristiwa yang dibutuhkan informasinya untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan menggunakan teknik Trianggulasi atau gabungan.

Djam’an Satori & Aan Komariah, (2011:171) menjelaskan pengertian trianggulasi teknik adalah penggunaan beragam atau gabungan teknik pengungkapan data yang di lakukan kepada sumber data, menguji kredibilitas data dengan

dengan Trianggulasi yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrument penelitian kualitatif adalah alat pemgumpul data, seperti tes pada penelitian kuantitatif, Lexy J. Moeleong, 2011.

Tekhik analisis data yang digunakan adalah deskriptif naratif. Teknis ini menurut miles dan gubermen diterapkan melalui tiga alur yaitu : Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan mulai dengan pengumpulan data pada saat berada di lapangan sampai seluruh data yang diperoleh jenuh dan dapat menjawab pertanyaan penelitian.

4. HASIL PENELITIAN 4.1Pemahaman Standar

Kompetensi Guru

(6)

terhadap guru sertifikasi di SMK Pelita Salatiga, yang di tinjau dari guru sertifikasi, kepala sekolah dan guru di SMK Pelita salatiga. hal ini dilakuakan dengan cara pengisian kuisioner yang berkaitan dengan pemngamatan terhadap guru sertifikasi yang memahami standar kompetensi guru menurut guru sertifikasi, kepala sekolah dan guru SMK Pelita Salatiga yang menunjukan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pemahaman guru sertifikasi

terhadap standar kompetensi guru, menurut guru sertifikasi,

kepala sekolah dan guru SMK Pelita Salatiga

Tabel 4.1 diatas menunjukan pemahaman guru sertifikasi terhadap standar kompetensi guru menurut guru sertifikasi, kepala sekolah, dan

guru di SMK Pelita Salatiga, menjelaskan bahwa masih adanya guru sertifikasi yang kurang memahami. Hal tersebut dilihat dari perbandingan antara ketiga objek yang menjelaskan kebanyakan guru sertifikasi kurang memahami standar kompetensi guru. Tinjauan selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru sertifikasi, kepala sekolah, dan guru untuk melihat bagaimana penguasaan dan pelaksanaan peningkatan kompetensi profesional.

4.2Kompetensi Profesional

Berdasarkan hasil penelitian awal menunjukan bahwa guru sertifikasi masih kurang memahami kompetensi profesional. Untuk mengetehui hasil yang lebih dalam yang berkaitan dengan kompetensi profesional, peneliti melakukan wawancara terhadap ketiga nara sumber yaitu guru sertifikasi, kepala sekolah dan guru SMK Pelita Salatiga Hasil wawancara dengan 10 guru sertifikasi mengemukakan bahwa kebanyakan guru sertifikasi di SMK Pelita mampu menguasai dan No Standar

Kompetensi Guru

Guru Sertifikasi

Kepala Sekolah

Guru

1. Kompetensi Pedagogik

Memahami Memahami Kurang Memahami 2. Kompetensi

Kepribadian

Memahami Memahami Memahami

3. Kompetensi Profesional

Memahami Kurang Memahami

Kurang Memahami 4. Kompetensi

Sosial

Memahami Kurang Memahami

[image:6.595.67.318.518.656.2]
(7)

melaksanakan peningkatan kompetensi profesional, sebagai sempel data yang telah direduksi atau dipilih-pilih sebagai yang memwakili hasil wawancara yang menjelaskan bahwa : Hasil wawancara dengan salah satu guru sertifikasi yaitu dengan Ibu Rina Widhi S, S.Pd menjelaskan bahwa : “Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu dengan cara saya memperoleh materi yang inin diajarkan dari buku dan mendownload materi dari internet untuk menambah materi yang ingin diajarkan. Berkaitan dengan struktur dan konsep dalam penguasaan materi menyesuikan dengan dasar materi dan silabus serta dijadikan kompetensi dasar. Standar kompetensi dasar mata pelajaran saya mampu mengembangkan berdasarkan perkembangan yang ada seperti contoh disajikan dalam pembelajaran dengan power point dan peragaan sehingga siswa tidak jenuh saat diajar dengan metode ceramah terus.

Penguasaan materi dan metode pembelajaran yang tidak monoton membuat siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagai seorang guru sertifikasi sudah seharunya mampu dan mengembangkan hal tersebut. Tujuan sertifikasi juga sudah jelas untuk meninggkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Hasil wawancara dengan Ibu Rita Permana K,SH menjelaskan bahwa : “Setelah adanya sertifikasi guru ini saya merasa sudah meningkatkan kemampuan kompetensi profesional, seperti penguasaan materi dan metode pembelajaran sudah saya kuasai dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa yang saya ajar mengerti dan situasi kelas juga saya kendalakian dalam artian siswa tidak bosan atau tidak mainan sendiri saat saya mengajar.”

(8)

pembelajaran adalah bagaimana guru itu bisa benar-benar menguasai meteri dan mampu menyampaiakan kepada peserta didik dengan tujuan peserta didik mampu memahami apa yang diajarkan guru. Kebanyakan guru sertifikasi menjelaskan bahwa mampu melaksanakan dan memahami indikator didalam kompetensi profesional yang mencangkup pengusaan materi ,struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata palajaran yang diampu. Guru sertifikasi juga mengemukakan memahami pelaksanaan kompetensi dasar mata pelajaran, serta pengembangan materi pembelajaran yang kreatif.

Tinjauan selanjutnya menurut kepala sekolah terhadap pemahaman dan pelaksanaan guru sertifikasi tentang peningkatan kompetensi profesional. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kepala sokalah SMK Pelita Salatiga yaitu Bapak Drs. Sutikno.MPd : “Saya melihat guru sertifikasi pada dasarnya memahami materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan, namun penerapan

dalam sekolah atau saat mengajar masih terdapat beberapa guru sertifikasi yang kurang memahami materi. Contohnya masih banyak guru bahakan semua guru masih menyuruh siswa mencatat materi dipapan tulis, hal tersebut memang tidak efektif dan kurang efisien jika dilihat guru tersebut sudah menjadi guru sertifikasi, karena guru sertifikasi dituntut profesional. Cara guru sertifikasi mengajar juga masih monoton dan masih sama seperti sebelum menjadi guru sertifikasi.

Pandangan seorang kepala sekolah berbeda jauh dengan penjelasan guru sertifikasi dalam pemahaman dan pelaksanaan terhadap kompetensi profesional di SMK Pelita Salatiga, menjelaskan bahwa masih banyak guru sertifikasi yang kurang sadar bahwa telah menjadi guru sertifikasi yang seharusnya ditunut menjadi guru yang profesional, tetapi kenyataan guru sertifikasi masih sama seperti guru yang belum sertifikasi.

(9)

yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi profesional. Untuk mewakili data yang telah dipilih-pilih atau direduksi, hasil wawancara menunjukan masih banyak guru sertifikasi yang kurang optimal dalam kaitannya peningkatan kompetensi profesional. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Petrus Ismanto Guru SMK Pelita salatiga : “Menurut saya guru sertifikasi masih belum optimal terhadap penyampaian materi dalam pembelajaran yang disampaikan, hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran bahkan ada juga guru sertifikasi hanya meninggalkan tugas buat siswa untuk mencatat di papan tulis. Berhubungan dengan metode pemebelajaran yang disampaikan kebanyakan guru masih menggunakan metode ceramah.”

Metode pembelajaran yang tidak bervariasi akan membuat siswa jenuh dan cenderung tidak memperhatikan guru yang menyampaikan materi.

Hasil wawancara dengan Bapak Saryono, S.E menjelaskan

terhadap penyampaian materi oleh guru sertifikasi masih adanya guru sertifikasi yang menyuruh siswanya mencatat materi di papan tulis sebagai berikut : “Saya melihat guru sertifikasi masih banyak guru yang menyampaikan materi hanya dengan mencatat materi di papan tulis, baru nanti dijelaskan, memang hal tersebut tidak efektif untuk menyampaiakan materi, memang kenyataannya seperti itu. Perbedaan guru sertifikasi dengan guru yang belum sertifikasi ya masih banyaknya guru sertifikasi yang

kurang meningkatkan

pembelajarannya, tetapi ada juga guru sertifikasi yang benar-benar meningkatkan pembelajaran setelah menjadi guru sertifikasi.”

(10)

menyuruh guru lain untuk menyelesaikan pekerjaan guru sertifikasi.”

Selain itu guru profesional harus mampu mengoprasikan teknologi khusunya computer untuk membantu meringankan pekerjaan seorang guru, jika guru kurang memahami pengoprasian computer apalagi guru itu adalah guru sertifikasi maka pekerjaan akan kurang maksimal dan banyak tertuda waktu.

Hasil wawancara yang mewakili data yang dipilih dari pengumpulan data oleh guru SMK Pelita Salatiga terhadap guru sertifikasi tentang peningkatan kompetensi profesional masih kurang mengembangkan dan meningkatkan kompetensi profesioanal pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kenyatannya menurut kepala sekolah dan guru di SMK Pelita Salatiga berbeda jauh dengan penjelasan guru sertifikasi terhadap pengusaan dan pelaksanaan guru sertifikasi tentang peningkatan kompetensi profesional. Sebagai guru juga harus menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu sebagai seorang guru sertifikasi tetapi nyatanya guru sertifikasi belum mampu menjalakan hal tersebut. Kurang mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara

kereatif karena cara

pembelajaraannya masih monoton. Pengembangan keprofesionalan secara berkelanjuatan dengan melakuakan tindakan reflektif juga kurang dilakukan guru sertifikasi. Guru sertifikasi juga masih kurang memahami tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri dalam kaitanya sebagai guru, karena masih adanya guru sertifikasi yang kurang menguasai teknologi khususnya komputer. Pada dasarnya guru sertifikasi masih sama seperti guru yang belum menjadi guru sertifikasi. Hal tersebut tidak mencerminkan adanya peningkatan kompetensi profesional di kalangan guru di SMK Pelita Salatiga.

(11)

monoton dalam mengajar, mampu memanfaatkan teknologi inforamasi, dan metode pembelajaran yang menyenangkan, dibandikan dengan guru yang belum sertifikasi. Secara umum guru sertifikasi di SMK Pelita Salatiga masih belum ada upaya peningkatan kompetensi profesional.

Penguasaan dan pelaksanaan kompetensi profesional bisa jadi sebagai tolak ukur dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di sekolah.

Menurut pandangan Zamroni ( 2007:2) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut mampu meningkatkan penguasaan yang berkaitan dengan faktor-faktor peningkatan pembelajaran di sekolah. Penguasaan kompetensi

profesional juga termasuk factor yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas guru sudah selayaknya ditingkatkan oleh guru sertifikasi seperti tujuan adanya sertifikasi guru “Pelaksanaan sertifikasi guru diharapakan dapat meningkatkan kualitas guru yang selanjutnya akan meningkatkan mutu pembelajaran, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan dan berkelanjutan (Lembaga Penelitian Semeru, 2010:1). Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di SMK Pelita Salatiga, dikarenakan guru sertifikasi kurang menguasai dalam pelaksanaan kompetensi profesional, padahal kompetensi profesional bisa sebagai tolak ukur bagi kinerja seorang guru dalam mengajar. Secara tidak langsung guru sertifikasi belum ada upaya peningkatan kompetensi profesional, seperti peningkatan pembelajaran, metode mengajar, dan pemanfaatan teknologi.

(12)

sangat menyejahterakan guru yang mendapat tunjangan sertifikasi. Tujuan sertifikasi juga sangat jelas untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi dalam kenyataanya pembelajaraan yang diberikan oleh guru sertifikasi masih sama seperti sebelum menjadi guru sertifikasi, sehingga mutu pembelajaran dan peningkatan kompetensi profesional kurang meningkat.

Kualitas dan penguasaan standar kompetensi guru sebagai landasan utama sebagai guru juga harus diperhatikan sebagai guru bersertifikasi bukan hanya pendapatan yang meningkat demi kesejahteraan guru semata. seperti yang terungkap pada harian kompas Rabu 15 Agustus 2012, bahwa : Harus kita akui dengan jujur bahwa guru mengikuti sertifikasi karena motivasi untuk meningkatkan pendapatan. Sementara esensi peningkatan kualitas cenderung diabaikan.

Adapun hasil demikan diharapkan guru sertifikasi lebih meningkatkan pengusaan standar

kompetensi guru khususnya kompetensi profesional serta kualitas pendidikan, dengan adanya peningkatan tunjangan yang diterima oleh guru sertifikasi.

5. KESIMPULAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

A Chaedar Alwasilah, 2011,

Pokoknya Kualitatif, Pustaka Jaya Jakarta

Dadang suhardan, 2010, supervisi profesional, Alfabeta,

Bandung

Data Administrasi SMK Pelita Salatiga

Djam’an Satosi & Aan Komariah, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung http://akhmadsudrajat.wordpress.co

m/2008/02/05/peningkatan- mutu-pembelajaran-di-sekolah/ 27 Agustus 2012

http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/0

2/peningkatan-mutu-pembelajaran-di.html/30 september 2012

http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/kompe

tensi-profesional-guru.html

//15 mei 2013

Lembaga Penelitian Semeru, 2010,

Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan 2007: Studi Kasus di Provinsi Jambi, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat, Jakarta

Lexy J. Moeleong, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung

Marselus Payong, 2011, Sertifikasi Profesi Guru, Indeks, Jakarta Mulyasa, 2007, Standar Kompetensi

dan Sertifikasi Guru, Rosdakarya, Bandung

Suara Merdeka,Guru Tolak Uji Kompetensi, Kamis 12 Januari 2012

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung

www.kompas.com, Sertifikasi Belum

Memuaskan, Rabu 15

Agustus 2012

Gambar

Tabel 4.1 diatas menunjukan

Referensi

Dokumen terkait

Dampak psikologis yang dialaminya antara lain : mengalami peristiwa traumatis (dengan melihat dan menjadi korban dari peristiwa traumatik); munculnya respon-respon

penelitian Aulung daya larvasida Daun Sirih ( Piper betle L ) Terhadap Mortalitas larva Ae- des aegypti yang dilakukan mendapatkan hasil rata-raa presentase mortalitas

layanan yang dapat di-align sedekat mungkin dengan strategi dan aktivitas bisnis dalam hal ini adalah aktivitas belajar mengajar, dimana siswa layaknya

• Completing the social protection spectrum – health, education, income supports – still in the perspective of unified data & integrated programs. • Financial inclusion in

4 sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah (Hasbullah, 1999 : 21). Banyak ibu yang cenderung beranggapan bahwa prestasi anaknya

Demikian juga pengembangan ilmu pada wilayah tradisi dan budaya ilmiah dalam bentuknya sebagai madzhab keilmuan, bukan hanya dapat mengakomodir sisi sosiologis, historis, dan

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.. Bandung:

anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intel-