PROGRAM
STUDI
LISTRIK INSTALASI
DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA
Suatu Studi Naturaiistik Kualitatif Terhadap Instalatur Listrik
Di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia
Dan Perusahaan Listrik Negara
Di Kotamadya dan Kabupaten Bandung
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister Pendidikan dalam bidang
Pengembangan Kurikulum
oleh :
HARRY
SUDERADJAT
590/F/XVII -
9
FAKULTAS
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Prof. S. Nasution, MA. Ph. D
Pembimbing I
Prof. Dr. Rochman Natawidjaja Pembimbing II
Dr. Nana h Sukmadinata
Pembimbing ill
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB
I PERMASALAHAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Paradigma Penelitian
1.4. Pembatasan Masalah . .
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Kegunaan Penelitian
1.7. Kerangka Penelitian
1.8. Kerangka Pembahasan Masalah
II METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Pengambilan Sampel dan Kasus
2.2. Waktu Penelitian
2.3. Peranan dan Hubungan antara Peneliti dan
Informan
2.4. Pemeriksaan Hasil Penelitian
2.5. Instrumen
2.6. Analisis
VII
Halaman
i n
vi
x
xi
1
1
6
8
9
11
11
12
15
16
16
17
18
18
19
OKUPASIONAL
YANG
BERDASARKAN KOMPETENSI ....
21
3.1. Pendidikan
Menengah
Kejuruan
Sebagai
Pendidikan Okupasional yang Berdasarkan
Kompetensi 21
3.2. Prinsip - prinsip
Pengerobangan
Tujuan
Pendidikan
pada
Pendidikan
Menengah
Kejuruan yang Berdasarkan Kompetensi ... 31
3.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Materi
Pengajaran
pada
Pendidikan
Kejuruan
yang Berdasarkan Kompetensi 39
3.4. Prinsip-prinsip Pengorganisasian Kurikulum
* Pendidikan Kejuruan yang Berdasarkan
Kompetensi 43
3.5. Kaitan dengan Hasil Penelitian Sebelumnya.
48
IV DESKRIPSI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
INSTALATUR LISTRIK DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN
UMUM MILIK NEGARA 50
4.1. Pelaksanaan Penelitian Lapangan 50
4.2. Ruang Lingkup Tugas Pokok dan Fungsi
PLN
Cabang Bandung dan Harapannya Terhadap
Kemampuan yang Harus Dimiliki Instalatur
Listrik 51
4.3. Ruang Lingkup Pekerjaan Instalatur Listrik
menurut Kontraktor Listrik dan AKLI ... 63
4.4. Ruang Lingkup Pekerjaan dan Tugas Instala
tur Listrik di Lingkungan Prusahaan Lis
trik Negara 66
V ANALISIS 97
5.1. Penilaian Kesesuaian Bahan Pengajaran
GBPP Kurikulum 1984 Program Studi Listrik
Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja. . . 101
5.2. Rekapitulasi Kegiatan Pelaksanaan Tugas
Instalatur dan Hasil Penelitian yang Tidak
Didukung
oleh
Materi
Pengajaran
GBPP
Kurikulum
1984
Program
Studi
Listrik
Instalasi
ISI
5.3. Penilaian
Teoritis
Terhadap
Organisasi
Kurikulum 1984 Program Studi Listrik
Instalasi 163
5.4. Urutan
Kegiatan
Pelaksanaan
Tugas
Instalatur sebagai Acuan Penyusunan Bahan
Pengajaran 167
VI KESIMPULAN DAN SARAN 173
DAFTAR KEPUSTAKAAN 187
RIWAYAT HIDUP 189
Gambar
Halaman
1. Diagram Pelaksanaan Penelitian dan
Hasil-nya 14
2.
Hierarki
Tujuan
dalam
GBPP
Kurikulum
1984
SMKTA
35
3.
Kaitan
antara
Hierarki
Tujuan
Pengajaran
dengan Uraian Jabatan 36
4. Bagan Susunan Organisasi Perusahaan Umum
Liatrik Negara Jawa Barat Cabang Bandung ...
55
5.
Bagan Organisasi Kurikulum 1984
Program Studi
Tabel
1
Pencari Kerja Lulusan STM
2 Mata Pelajaran : 1. Bahan-bahan Listrik ....
3
Struktur Program Kurikulum 1984 Sekolah Menengah
Kejuruan Tingkat Atas - Program Studi
Listrik
Instalasi
4
Daftar
Singkatan
Mata
Pelajaran
yang
akan
Dianalisis
5
Hasil-hasil Penelitian Mata Pelajaran : 1. Bahan
bahan Listrik
6
Hasil-hasil Penelitian Mata Pelajaran : 2. Kerja
Bangku Listrik
7
Hasil - hasil
Penelitian
Mata
Pelajaran
3. Instalasi Penerangan ...
8
Hasil - hasil
Penelitian
Mata
Pelajaran
:
4. Teknik Listrik
9
Hasil - hasil
Penelitian
Mata
Pelajaran
:
5. Gambar Listrik
10
Hasil - hasil
Penelitian
Mata
Pelajaran
:
6. Instalasi Rumah
11 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :
7. Instalasi Listrik Komersial
12 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :
8. Instalasi Motor-motor Listrik
13 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :
9. Perencanaan Instalasi Listrik
14 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :
10. Teknik Penerangan Listrik
15
Hasil - hasil
Penelitian
Mata
Pelajaran
:
11. Jaringan Distribusi
16
Persentasi Kesesuaian Bahan
Pengajaran
dengan
XI
Halaman
1
34
99
103
105
106
109
112
115
117
124
130
139
145
Tuntutan Dunia Kerja
155
17
Jumlah
Jam
Pelajaran
dari
Mata
Pelajaran
Kejuruan (MPK) yang sesuai dengan Tuntutan Dunia
kerja
159
18
Rekapitulasi
Kegiatan
Pelaksanaan
Tugas
Instalatur
yang
Tidak
Didukung
oleh
Bahan
Pengajaran 161
PERMASALAHAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kesenjangan
antara kemampuan lulusan
sekolah
kejuruan
dengan tuntutan dunia kerja,
merupakan
masalah sejak
tahun
enam
puluhan; yang rasanya belum
dapat
terpecahkan
secara
tuntas hingga kini.
Keluhan dari dunia kerja karena sulitnya mencari tenaga
kerja trampil dengan disiplin kerja yang tinggi sering diung
kap
melalui harian, majalah ataupun media lainnya.
Di
lain
pihak
banyaknya
lulusan sekolah kejuruan yang
antri
dalam
usaha mendapatkan pekerjaan di Depnaker seperti yang diungkap
dalam Tabel 1 merupakan bukti adanya kesenjangan antara
penyediaan dan tuntutan akan tenaga kerja.
TABEL I. PENCARI KERJA LULUSAN STM
I No. ! Pencari Kerja lulusan STM pada :
Akhir Desember 1986 121.862 i 127 1
— - — | i 1
i
Akhir Desember 1937 127.287 i 211
_j i 1
3. ! Akhir Juni 1988 130.247 ! 220 i
. i i 1
Banyak faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan
terse
but, salah satu di antaranya adalah sebagai akibat dari murid
baru yang masuk sekolah kejuruan yang hanya merupakan pilihan
keduanya,
karena SMA masih merupakan pilihan
utama
lulusan
Banyak
usaha
yang
telah
dilaksanakan
Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, baik ke luar,
misalnya dengan
melaksanakan "Kampanye Pendidikan Menengah Kejuruan",
maupun
ke
dalam,
melalui
peningkatan
dan
pengembangan
sekolah
kejuruan, yang mencakup semua komponen pendidikan termasuk ke
dalamnya
komponen
kurikulum.
Usaha
peningkatan
kurikulum
telah dimulai sejak tahun 1975.
Kurikulum
pendidikan kejuruan tahun enam
puluhan
ber-orientasi
pada dua hal, yaitu penyiapan lulusan
yang
dapat
memenuhi kebutuhan tanaga kerja, dan dipersiapkan pula
untuk
dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Hal ini dianggap
merupakan
salah
satu sebab terjadinya
ketidakpuasan
dunia
kerja
akan
sekolah
kejuruan.
Oleh
sebab
itu
Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan pada tahun 1975 mengambil
lang-kah
"pembakuan
kurikulum"
pendidikan,
di
mana
kurikulum
tersebut hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
tenaga
kerja. Kurikulum yang dibakukan ini, kemudian dikenal
dengan
nama Kurikulum 1976.
Adanya
kurikulum
pendidikan
menengah
kejuruan
tahun
1976,
dengan
persentasi jam pelajaran praktek
sebesar
40%
hingga
50% dari keseluruhan waktu yang
tersedia,
merupakan
realisasi dari usaha pencapaian tujuan di atas.
Pelaksanaan
pembakuan Kurikulum baru
tahun
1976
ini,
disertai oleh kegiatan-kegiatan antara lain :
- Penambahan
biaya operasional pendidikan,
terutama
biaya
pengadaan bahan praktek dan pemeliharaan sarana
pendidikan
melalui anggaran pembangunan, terhadap dana anggaran rutin
yang telah ada.
- Peningkatan
kemampuan
guru-guru,
dengan
mengadakan
penataran-penataran
yang dilaksanakan antara lain
melalui
Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).
Sejalan dengan pembaharuan kurikulum melalui
penetapan
Kurikulum
1976, komponen pendidikan lainnya pun selain
yang
disebutkan
di
atas, ditingkatkan
dan
dikembangkan
sesuai
dengan persyaratan kurikulum.
Untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
pelaksanaan
pendidikan
dengan
kurikulum sebelum tahun
1976,
Kurikulum
1976 dan Kurikulum 1984, dapat dibandingkan secara kasar dari
kondisi pendidikan dilihat dari komponen-komponennya
sebagai
berikut :
1) Pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan kurikulum sebe
lum Kurikulum 1976.
- Jam pelajaran praktek, berjumlah antara 4-8 jam/minggu
- Baru
sebagian kecil sekolah yang telah
diperbaiki
dan
dibangun melalui ,provek^ Pelita I.
- Baru sebagian /kecil^sekolah roendapat penambahan dan
//
\
perbaikan peralatan pra'kltek.
inya menggunakan anggaran rutin
yang terbatas sekali (klirang memenuhi kebutuhan).
- Jam pelajaran praktek berjumlah antara 16-20 jam/minggu
- Sarana gedung digambarkan sebagai berikut :
s™
~ dari 186 buah
-
99 buah telah memadai
SMKK/TK
- dari
88 buah
-
11 buah telah memadai
SMEA
- dari 249 buah
-
54 buah telah memadai
SMKIK
- dari
16 buah
-
5 buah telah memadai.
- Biaya penyelenggaraan pelajaran
praktek
bagi
sekolah-sekolah
yang
telah
ditingkatkan
dan
dikembangkan
mendapat tambahan melalui anggaran pembangunan (proyek).
- Guru-guru, khususnya untuk
sekolah-sekolah
yang
telah
ditingkatkan, telah mendapat penataran melalui PPPG-PPPG
yang ada di Jakarta - Bandung - Medan - Malang dan
atau
institusi lainnya.
3) Pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan Kurikulum 1984.
- Jam pelajaran praktek berjumlah 16 - 20 jam/minggu.
- Sarana
gedung
dan
peralatan
terus
ditingkatkan
dan
dikembangkan.
- Biaya
penyelenggaraan praktek di sekolah,
sejak
1985/
1986
hingga sekarang tidak lagi mendapat tambahan
ang
garan
melalui proyek pengembangan, jadi hanya
mendapat
anggaran
rutin
yang
biasa,
demikian
juga
biaya
perawatan
dan
pemeliharaan mesin-mesin
dan
peralatan
praktek lainnya serta gedung sekolah.
mes-penataran,
tetapi
pelaksanaan
penataran
masih
tetap
berlangsung dalam jumlah yang lebih kecil.
Dari
tiga
periode di atas kondisi
puncak
berada
pada
waktu pelaksanaan Kurikulum 1976, di mana kurikulum mempunyai
tujuan
pendidikan
yang
terarah
pada
pemenuhan
kebutuhan
dunia kerja, tidak dualistis, sarana dan dana diperhitungkan
cukup
namun
hasilnya tetap belum
memuaskan,
seperti
yang
tertulis
dalam
buku Landasan,
Program dan
Pengembangan
Kurikulum 1984 SMKTA.
Periode
1976-1982
merupakan
periode
puncak
bagi
Pendidikan
Menengah
Kejuruan,
karena
semua
komponen
pendidikan,
khususnya
sarana
dan
biaya
pendidikan
dapat
diperhitungkan memadai, namun hasil pendidikan masih memiliki
kesenjangan dengan tuntutan dunia kerja.
Selanjutnya
bagaimanakah
hasil
pendidikan
menengah
kejuruan
setelah
tahun
1984/1985 di
mana
komponen
biaya
operasional pendidikan menurun ?
Bila kurikulum 1976 dan Kurikulum 1984 menetapkan
bahwa
Pendidikan
Menengah
Kejuruan
merupakan
pendidikan
yang
berdasarkan
kompetensi (Competency-based Education),
apakah
kompetensi yang menjadi dasar dan acuan kurikulum tersebut
merupakan
kompetensi
yang dituntut oleh
dunia
kerja
yang
nyata ?
Mengingat
ilmu pengetahuan dan teknologi
terus
ber-kembang, apakah teknologi yang diperkenalkan/diajarkan kepada
harus
selalu
tumbuh
dan
berkembang
sejalan
dengan
perkerobangan ilmu dan teknologi serta tuntutan dunia kerja.
Perkembangan teknologi listrik yang merupakan salah satu
dari
rekayasa dasar (basic-engineering), khususnya di dalam
teknologi
instalasinya
akan mensyaratkan
adanya
perubahan
dalam pendidikan kejuruan listrik instalasi yang menyiapkan
tenaga-tenaga teknisi menengah dalam bidang tersebut.
Melalui penelitian lapangan, diharapkan segala perubahan
yang
terjadi
di
dunia
kerja
yang
diakibatkan
oleh
perkembangan
teknologi
dapat
diungkap,
sehingga
dapat
disimpulkan
saran-saran
untuk
perbaikan
dan
penyesuaian
Kurikulum
1984
Program
Studi
Listrik
Instalasi
dengan
tuntutan dunia kerja.
1.2. Perumusan Masalah
Pokok
permasalahan
yang
mendorong
penelitian
ini
adalah :
1) Pemerintah
dalam hal ini Direktorat
Pendidikan
Menengah
Kejuruan telah melakukan usaha peningkatan mutu pendidikan
secara
menyeluruh
terhadap semua komponen pendidikan me
lalui
pelaksanaan Kurikulum 1976 hingga tahun 1985, namun
ternyata hasilnya masih belum dapat memenuhi tuntutan
dunia kerja.
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tanpa meninjau
bagaimana pelaksanaan Kurikulum 1984 di sekolah-sekolah,
pokok
permasalahan yang ingin diungkap dalam tulisan
ini
adalah,
tingkat kesesuaian tujuan pengajaran dan bahan
pengajaran dalam Kurikulum
1984 SMKTA Program
Studi
Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja.
2) Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan memaksa
dunia
pendidikan berubah, denikian juga perkembangan dan
peningkatan
teknologi kelistrikan di dunia industri
akan
mensyaratkan
terjadinya perubahan
pendidikan
teknologi
listrik.
Perkembangan
teknologi
listrik, khususnya dalam
teknik
instalasinya akan mempengaruhi teknik instalasi listrik di
lingkungan
Perusahaan Listrik Negara,
yang
saat
ini
memegang
monopoli
pengadaan dan atau
pengaturan
tenaga
listrik komersil di Indonesia.
Pokok permasalahannya adalah, apakah Kurikulum 1984
SMKTA
Program
Studi
Listrik
Instalasi,
memenuhi
tuntutan
perkembangan teknologi listrik dewasa ini ?
Kedua
pokok permasalahan tersebut pada
dasarnya
dapat
dirumuskan sebagai masalah penelitian, yaitu "Studi
Relevasi
Kurikulum
1984 SMKTA Program Studi Listrik Instalasi
dengan
Tuntutan Dunia Kerja."
Untuk dapat mengungkap tuntutan dunia kerja secara nyata
penelitian naturaiistik kualitatif.
1-3- Paradigma PeneT iti an
Program
pemerintah dalam hal
listrik roasuk
desa,
menyebabkan bertambahnya tugas Perusahaan Listrik Negara
da
lam memperluas jaringan tenaga listrik, baik tegangan tinggi,
menengah,
maupun rendah, demikian pula beban pekerjaan
para
kontraktor listrik.
Perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan tekno
logi serta pemikiran peningkatan
efektivitas
dan
efisiensi
instalasi dan jaringan distribusi maupun transmisi, akan
men-dorong Perusahaan Listrik Negara
(PLN)
untuk menggunakan
teknologi
baru
di
dalam
perencanaan,
pemasangan,
dan
pengujian serta pengamanan instalasi dan jaringan listrik.
Demikian
pula bertambahnya beban pekerjaan
baik
jenis
maupun
jumlahnya
akan
menuntut
suatu
organisasi
dan
manajemen yang efektif dan efisien pula. Dengan
bertambahnya
konsumen yang harus dilayani baik jenis maupun jumlahnya akan
menuntut suatu prosedur dan tata kerja perizinan, pemasangan,
pemeliharaan dan perawatan instalasi dan jaringan listrik.
Semua
hal
yang
telah
diungkap
di
atas
mendorong
terjadinya
perubahan
tugas
dan tanggung
jawab
kontraktor
listrik dalam memenuhi kewajibannya sebagai mitra PLN.
Demi
kian
pula
tugas dan tanggung jawab instalatur
akan berubah
petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan PLN.
Ruang
lingkup dan kedalaman tugas
serta
wewenang
instalatur
listrik di lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik
Indonesia dan PLN dewasa ini, menjadi
acuan dari
program
pendidikan
kejuruan
listrik
instalasi.
Melalui
wawancara
dengan
PLN,
AKLI,
para
pimpinan
kontraktor
listrik dan
instalatur serta penelitian lapangan yang naturaiistik,
akan
mengungkap ruang lingkup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
serta wewenang instalatur listrik di lingkungan AKLI dan PLN.
Mengingat bahwa PLN masih memegang monopoli dalam
penga-daan tenaga listrik
komersial serta pengaturan
instalasinya
melalui Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), maka
persya-ratan
kemampuan
minimal
yang
harus
dimiliki
Instalatur
Listrik di Jawa Barat, akan menggambarkan persyaratan
kemam
puan
minimal
bagi Instalatur Listrik di
Indonesia.
Dengan
demikian, dari hasil penelitian lapangan setelah di
analisis
dapat
disimpulkan saran-saran perbaikan Kurikulum 1984 bagi
Program Studi Listrik Instalasi secara nasional pula.
1.4. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dari "Studi Relevansi
Kurikulum
1984
Program
Studi
Listrik
Instalasi
dengan
Tuntutan Dunia Kerja", maka pada tulisan ini akan dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut :
1) Kurikulum
1984
Sekolah Menengah
Kejuruan
Tingkat
Atas
dunia kerja terbatas pada Program Studi Listrik Instalasi.
2) Komponen 1984 SMKTA yang dimaksud adalah Garis-garis Besar
Program Pengajaran
(GBPP) Kurikulum 1984
SMKTA Program
Studi Listrik Instalasi.
3) Komponen Kurikulum 1984 SMKTA Program Studi Listrik Insta
lasi yang akan dinilai relevansinya dengan tuntutan
dunia
kerja
terbatas pada komponen Tujuan dan Bahan
Pengajaran
yang terdapat dalam GBPP Program Studi Listrik Instalasi.
4) Tujuan dan Bahan Pengajaran yang akan dinilai relevansinya
dengan
tuntutan dunia kerja terbatas pada mata
pelajaran
kejuruan yang terdapat dalam keloropok Mata Pelajaran Dasar
Kejuruan (MPDK) dan Mata Pelajaran Kejuruan (MPK).
5) Dunia kerja yang dijadikan sasaran untuk mendapatkan "Des
kripsi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instalatur Listrik di
Lingkungan Perusahaan Umum Listrik Negara," terbatas
pada
Kontraktor Listrik di wilayah Kodya dan Kabupaten Bandung,
yang tergabung dalam Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia
(AKLI), serta diakui kemampuan kerjanya oleh Perusahaan
Listrik Negara (PLN).
6) Dasar yang akan dipakai untuk mengukur
kesesuaian
tujuan,
dan
bahan
pengajaran dari GBPP
Program
Studi
Listrik
Instalasi dengan tuntutan dunia kerja adalah semua
kegiatan Instalatur dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya,
serta
kewenangan
dan
kemampuan
yang
1 •5. Tujuan Penelitian
Untuk
dapat
melaksanakan "Studi
Relevansi
Kurikulum
1984
SMKTA Program Studi Listrik Instalasi
dengan
Tuntutan
Dunia
Kerja",
maka penelitian
di
lapangan
bertujuan
mendapatkan
"Deskripsi
Pelaksanaan
Tugas
dan
Fungsi
Instalatur
Listrik
di Lingkungan
Perusahaan
Umum
Listrik
Negara", yang menguraikan aktivitas instalatur di dunia kerja
yang nyata serta kompetensi dan kewenangannya.
Selanjutnya
deskripsi kegiatan yang menggambarkan
per-formansi dan kompetensi instalatur tadi dapat dijadikan dasar
untuk :
1) menilai kesesuaian tujuan dan bahan pangajaran setiap mata
pelajaran
baik dasar kejuruan maupun
pelajaran
kejuruan
dengan tuntutan dunia kerja.
2) menghitung persentasi kesesuaian tujuan
dan
bahan
peng
ajaran dari Program Pilihan dengan tuntutan dunia kerja.
Selanjutnya
berdasarkan deskripsi hasil penelitian
dan
hasil studi kepustakaan dapat pula dianalisis kesesuaian
organisasi Kurikulum 1984 SMKTA Program Studi Listrik
Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja.
1-6. Kegunaan Penelitian
Deskripsi kemampuan instalatur listrik dalam ruang
lingkup tugasnya di dunia kerja yang nyata, merupakan salah
satu acuan pokok bagi pengembangan kurikulum pendidikan
kejuruan yang bertujuan menyiapkan tenaga kerja.
kesesuaian kemampuan dan bahan pengajaran yang ada dalam GBPP
Program
Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja,
dapat
dijadikan masukan bagi perbaikan dan penyesuaian
GBPP
Program Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia
kerja,
khususnya dalam hal-hal sebagai berikut :
1) Penyesuaian tujuan, kemampuan dan bahan pengajaran Program
Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja.
2) Penyesuaian
ruang lingkup kemampuan dan bahan
pengajaran
Program Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia
kerja, serta
3) Penyesuaian organisasi kurikulum Program Studi Listrik
Instalasi yang dapat meningkatkan efektivitas dan
efisien-si proses belajar di sekolah dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.
1.7. Kerangka Penelitian
Secara garis besar kerangka penelitian dapat dilihat
pada diagram 1, di mana fase-fase penelitian didasarkan atas
pendapat Lincoln dan Guba (1985 : 235).
Langkah-langkah penelitian dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut :
Pertama, adalah fase orientasi, melalui kunjungan ke PLN
dan AKLI mempelajari dokumen, pertemuan awal dengan para
kontraktor listrik, dan calon-calon informan.
Dalam fase ini juga akan dilakukan wawancara dengan para pim
lingkup
tugas
seorang
instalatur
listrik
yang
layak
dipersiapkan
melalui
jenjang pendidikan
menengah
kejuruan
(Sekolah Teknologi Menengah).
Kedua,
adalah
fase eksplorasi
untuk
mendapatkan
des
kripsi dari adegan-adegan pelaksanaan tugas instalatur di
dalam dunia kerja yang nyata.
Ketiga, adalah fase "member check", yaitu konfirmasi hasil
penelitian
oleh informan. Laporan yang berupa "case
report"
akan menggambarkan seluruh kegiatan instalatur listrik dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari dan hasil wawancara baik
dengan informan, pimpinan PLN, AKLI, maupun stafnya.
Fase eksplorasi dan fase "member check" akan dilakukan
secara siklus.
Teori tentang kurikulum pendidikan kejuruan yang berda
sarkan kompetensi akan diungkap dalam hasil studi
kepusta-kaan, yang bersama-sama dengan hasil penelitian lapangan akan
digunakan
untuk tnenguji relevanai organiaaai kurikulum
1984
Program Studi Listrik Instalasi dengan hasil penelitian, se
hingga dapat disimpulkan saran-saran perbaikannya.
Secara diagram, kerangka penelitian dapat digambarkan
R u m u s a n
Suasana Lapangan
yang alamiah
Analisis
kemam-puan yang diper-syaratkan Dunia
Kerja (AKLI-PLN)
H a 5 a 1 ah
k_
Kurikulum 1984
Program Studi
Listrik Ins talasi
Analisis GBPP
Progran Studi
Li stri k Instalasi
«r
Kepustakaan, Teori
Kurikulum Kejuruan
berdasarkan kompeten si , dan Anali si s Teoritis tentang :
"Pendidikan berdasar
kan Kompetensi dan Organisasi
Kurikulum-nya
Analisis Ke
mampuan dari
adegan alamiah Prinsip organisasi
Kurikulum 1984 SMKTA
Profi i Kemampuan
Instalatur Listrik
Tujuan
Kemampuan
Materi
Kesesuaian mate
ri pengajaran de
ngan tuntutan du ni kerja
1L
Kesesuaian Teoritis
tentang organisasi
kuri kulum
Saran-saran Kurikulum '84
Materi
pengajaran
Organi sasi
Kuri kulum
1.8. Kerangka Pembahasan Masalah
Pembahasan masalah yang dikemukakan dalam tesis ini
di-dasarkan pada hasil penelitian lapangan yang dilakukan secara
naturaiistik kualitatif yang garis besarnya dikemukakan dalam
Bab IV.
Di dalam bab ini akan diuraikan semua hasil wawancara
dan
deskripsi tugas instalatur listrik yang
bekerja
secara
nyata di lapangan. Studi terhadap Dokumen Kurikulum 1984
SMKTA
Program
Studi Liatrik Inatalaai sebagai
dasar
teofi
untuk Studi Relevansi Kurikulum 1984 Program Studi Listrik
Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja, akan diuraikan dalam
Bab III.
Bab II, akan menguraikan tentang Metodologi
Penelitian,
antara lain pembahasan tentang sampel, instrumen dan metoda
analisisnya.
Bab V, akan menyajikan analisis hasil penelitian,
kesimpulan dan saran-saran sebagai penutup tesis ini akan
PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI PENDIDIKAN
OKUPASIONAL YANG BERDASARKAN KOMPETENSI
Sejalan
dengan
judul
tesis,
yaitu
Studi
Relevansi
Kurikulum
1984 SMKTA Program Studi Listrik Instalasi
dengan
Tuntutan
Dunia Kerja, maka di dalam bab III ini akan
dicoba
dibahas
tentang
Pendidikan
Menengah
Kejuruan
sebagai
Pendidikan Okupasional yang Berdasarkan Kompetensi.
Pada
sub
bab
pertama
dalam
bab
ini,
akan
dibahas
kesesuaian Pendidikan Menengah Kejuruan melalui Kurikulum
1984-nya,
dengan prinsip-prinsip pendidikan okupasional
dan
pendidikan
yang
berdasarkan
kompetensi
(Competency-based
education).
Prinsip-prinsip pengembangan tujuan pendidikan kejuruan
yang berdasarkan kompetensi diuraikan pada sub bab kedua.
Prinsip-prinsip
pengembangan materi pengajaran dan
prinsip-prinsip
organisasi
kurikulum
pendidikan
kejuruan
yang
berdasarkan kompetensi disajikan dalam sub bab ketiga dan
keempat.
Bab ini akan ditutup dengan mengemukakan hasil
penelitian sebelumnya dalam masalah serupa.
3.1. Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai Pendidikan
Okupasional yang Berdasarkan Kompetensi
Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas
(SMKTA), merupakan kurikulum hasil perbaikan Kurikulum 1976.
Usaha perbaikan
Kurikulum
1976
menjadi
Kurikulum
1984,
didasarkan atas hasil penilaian terhadap Kurikulum 1976, yang
dilakukan
oleh
Pusat
Pengembangan
Kurikulum
dan
Sarana
Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
dan
Kebudayaan
Jakarta,
yaitu bahwa pada Kurikulum
1976
masih
terdapat kesenjangan program pendidikan dengan kebutuhan anak
didik maupun dengan lapangan kerja.
Kurikulum
1984 berorientasi pada lulusan
yang
memiliki
ketrampilan jabatan dan kreativitas untuk berperan dalam
masyarakat.
(Landasan,
Pr*ogram dan
Pengembangan
Kurikulum
1984, Balitbang Dikbud, Jkt, 1984: 2).
Dengan demikian Pendidikan Menengah Kejuruan melalui Kuriku
lum 1984, mengupayakan agar lulusannya memenuhi persyaratan
untuk dapat menduduki suatu jabatan tertentu di dalam dunia
kerja, serta dapat berperan aktif dalam masyarakat, khususnya
masyarakat industri dan dunia usaha serta dunia kerja pada
umumnya.
Selanjutnya di dalam buku Landasan, Program dan
Pengembangan Kurikulum 1984, SMKTA (Balitbang Dikbud, Jkt,
1984: 4) diungkap pula bahwa kurikulum mengacu pada kumpulan
jabatan tingkat menengah yang ada, dan yang diperkirakan akan
diperlukan dalam masyarakat, sehingga program pendidikan pada
SMKTA dapat dikelompokkan dalam :
1. Program pendidikan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang pertanian disebut kelompok
Perta-nian dan Kehutanan;
peker-jaan
yang
berkaitan
dengan
bidang
rekayasa
disebut
kelompok Rekayasa;
3. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada
peker
jaan
yang berkaitan dengan bidang usaha dan
perkantoran
disebut kelompok Usaha dan Perkantoran;
4. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada
peker
jaan
yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan
kemasya-rakatan disebut kelompok Kesehatan dan Kemasyakemasya-rakatan;
5. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada peker
jaan yang berkaitan dengan bidang kerumahtanggaan disebut
kelompok Kerumahtanggaan;
6. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada
pekerjaan di bidang seni budaya disebut kelofmpok Budaya.
Dari setiap kelompok pendidikan ini masih dibagi lagi
dalam sejumlah Rumpun Pendidikan yang masing-masing terdiri
dari sejumlah Program Studi. Program Studi Listrik Instalasi
berada dalam Rumpun Pendidikan Listrik, Kelompok Pendidikan
Rekayasa.
Dengan demikian Pendidikan Menengah Kejuruan dengan Kurikulum
1984-nya merupakan pendidikan yang berorientasi pada jabatan
atau "Occupational Education".
Butler (1972 : 3) mengemukakan bahwa program pendidikan
kejuruan yang berorientasi pada jabatan, para lulusannya
harus dapat mendemonstrasikan performansi dengan
karakteris-tik sebagai berikut :
- The minimum, specific vocational skill and know
ledge needed at the entry level to a distinct
The
minimum,
specific
physical,
emotional,
and
social
skills,
and
knowledge
in
group
and
individual living needed to sustain him in his
entry-level job.
The minimum, specific academic skills and knowledge
that directly meet the reading, writing,
speaking,
listening, and arithmetic needs of his entry level-job.
The maximum, generalizable vocational, social,
and
academic skills and knowledge needed for his future
advancement and growth in his chosen occupation and
as an individual.
Karakteristik perilaku yang disebutkan Butler di atas
dapat
dimungkinkan melalui penggunaan Kurikulum 1984
SMKTA,
karena keterampilan kejuruan yang spesifik akan didapat oleh
lulusan melalui mata pelajaran kejuruan dalam Program
Pilihan. Kemantapan fisik dan emosional serta pengetahuan
dan keterampilan sosial akan didapat lulusan dari mata
pelajaran dasar umum dalam Program Inti.
Pengetahuan dan kemampuan akademik akan didapat lulusan dari
mata pelajaran dasar kejuruan, di mana melalui mata pelajaran
ini pulalah para lulusan dibekali untuk mengembangkan
keterampilan kejuruan serta ketrampilan sosial demi masa
depannya, sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
Lebih jauh Butler (1972 : 4) mengemukakan bahwa :
Everything done in an occupational education
program must be done in the name of, and be directly
related to, specific job training. The staffing, the
curiculum, the training methods and the training
facilities must all point to this end. Ideally, the
training should take place within an environment that
combines the characteristics of a real work situation
Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah kejuruan,
kalau
kita
perhatikan, sangat
bervariasi,
dimulai
dengan
latihan
kejuruan yang mirip dengan tugas
pekerjaan
seorang
tukang di dunia kerja, melakukan eksperimen dalam satu
laboratorium, sampai kepada belajar menulis laporan atau dis
kusi dalam bahasa Inggris, tetapi hal itu semua berorientasi
kepada kebutuhan lapangan kerja. Memang idealnya latihan ke
juruan berlangsung pada suasana lapangan kerja yang
sesung-guhnya, mungkin berdasarkan hal ini pulalah maka, beberapa
Sekolah Teknologi Menengah (STM) para siswanya berpraktek
pada Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) yang fasilitas
prakteknya, serta bangunannya mirip pabrik (industri).
Pendidikan okupasional yang mensyaratkan agar metoda
latihan dan peralatan latihan harus sesuai dengan kebutuhan
pendidikan ke arah penyesuaian kemampuan yang memenuhi
persyaratan jabatan.
Di dalam kenyataannya di sekolah kejuruan dapat kita
jumpai peralatan yang sama dengan peralatan yang ada di
industri, di samping peralatan laboratorium dan peralatan
praktek dasar lainnya.
Dari uraian terdahulu dalam sub bab ini dapat
disim-pulkan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan dengan Kurikulum
1984-nya merupakan pendidikan okupasional
(occupational-education) yang berorientasi pada pemenuhan persyaratan
jabatan di dunia kerja.
lulusan dengan kemampuan yang sesuai dengan persyaratan dunia
kerja,
didukung oleh pendapat Finch dan Crunkilton (1979
:
10) yaitu :
The
vocational
and technical
curriculum
deals
directly with helping the student to develop a broad
range
of knowledges, skills, attitudes,
and
values,
each of which ultimately contributes in some manner
to the graduate's employability.
Pemikiran
tentang
pendidikan yang
berorientasi
ke
dunia
kerja
ini, rupanya telah dimulai sejak awal
abad
XX
dimana Lawrence Stenhouse (1975 : 52)
mengutip pendapat
Bobbit dari bukunya the "Curriculum " (1918) dan "How to Make
a
Curriculum " (1924) bahwa : "Human life . . . consists
in
the performance
of specific
activities.
Education
which
prepares
for
life
is
one that prepares
definitely
and
adequately for these specific activities".
Dengan demikian
Bobbit
berpendapat
bahwa kegiatan
pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan orang dewasa
di dunia
kerja yang nyata merupakan tujuan pendidikan.
Alberty (1965 : 267) juga mengutip pendapat Bobbit yang
menyatakan
bahwa : "education is to
prepare men
and
women
for the activities of every kind which make
up,
or which
ought to make up, well-rounded adult life".
Jadi
tugas
sekolah adalah untuk melatih siswa
agar
mereka
dapat
melakukan
pekerjaan
yang
dilakukan
orang
dewasa.
Alberty (1965 :267) mengungkapkan bahwa : "the activities
of
adult
life are the specific objectives of the
curriculum.
The activities
by which students
learn to perform them are
Pendapat Alberty ini merupakan pengaruh dari Bobbit tentang
prosedur
pembuatan kurikulum secara
"scientific"
yaitu
"analysis of human activity", yang sangat bermanfaat
khusus
nya dalam bidang pendidikan kejuruan.
Sebagai
lembaga pendidikan, Sekolah
Menengah
Kejuruan
Tingkat Atas, di samping mempunyai tujuan untuk mendidik sis
wa
agar
menjadi
manusia
Indonesia
seutuhnya
berdasarkan
Pancasila, juga mempunyai tujuan yang lebih spesifik, yaitu :
"...
untuk
memberikan
bekal kemampuan siap kerja
kepada
siswa,
sebagai tenaga kerja tingkat menengah
sesuai
dengan
persyaratan yang dituntut dunia kerja."
(Landasan, Program dan Pengembangan Kurikulum 1984, Balitbang
Dikbud, Jakarta, 1984 : 3).
Apa
yang
diungkapkan dari buku Landasan,
Program
dan
Pengembangan
di
atas,
sebenarnya sudah
dapat
kita
tarik
kesimpulan
bahwa
Pendidikan Menengah
Kejuruan
di
samping
sebagai pendidikan okupasional juga merupakan pendidikan yang
mendasarkan
atas
penguasaan
kemampuan
atau
kompetensi
(competency-based
education).
Namun
demikian
meskipun
v
Kurikulum
1984
SMKTA mempunyai tujuan yang
spesifik
dalam
menyiapkan tenaga kerja, tetapi tidak berarti bahwa
lulusannya
tidak mempunyai kesempatan untuk
melanjutkan
ke
pendidikan
yang
lebih tinggi, Kurikulum
1984
SMKTA,
juga
bertujuan
memberikan bekal kepada siswa
guna
mengembangkan
dirinya,
sehingga
lulusannya
dapat
memperdalam
dan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,
sesuai dengan
asas pendidikan seumur hidup.
Pendidikan
berdasarkan
kemampuan
dapat
diartikan
sebagai
pendidikan yang
berorientasi
pada
pengembangan
individu
(individualization), agar individu
tersebut dapat
menguasai
pengetahuan
dan ketrampilan
serta
nilai
sikap
tertentu
yang
ditetapkan
dalam
tujuan
pendidikan
(goal
oriented),
atau dengan lain perkataan, agar
mdividu
dapat
menguasai kemampuan atau kompetensi.
Howsam
dan
Houston
(1972 : 3)
mengemukakan
bahwa
:
"Competency ordinarily is defined as adequacy for
task,
or
as, possession of required knowledge, skills, and abilities".
Dari
pernyataan di atas kelihatan bahwa Howsam
dan
Houston
menekankan arti kompetensi pada "kemampuan untuk mengerjakan"
(ability
to
do)
yang dilatarbelakangi
oleh
penguasaan
pengetahuan (required knowledge).
Dengan demikian kemampuan dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu
aspek perbuatan atau performansi yang
dapat
didemons-trasikan,
serta aspek pengetahuan yang dikuasai serta
nilai
sikap yang dianutnya, yang melandasi dan mewamai performansi
tadi.
Finch
dan Crunkilton (1979 : 220) mengemukakan bahwa
:
"...
competencies
for
vocational and technical education
are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciations
that are deemed critical to succesfull employment".
Dengan
demikian,
bukan berarti bahwa
semua
apa
yang
Kompetensi dapat dikategorikan sebagai
aspek yang kritis
dalam tugas-tugas pekerjaan dalam jabatan.
Selanjutnya
Howsam dan Houston (1972 : 4)
mengemukakan
tentang karakteristik dari pendidikan berdasarkan
kompetensi
yang secara ringkasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama,
pendidikan
berdasarkan
kompetensi
memiliki
tujuan pengajaran dalam bentuk perilaku
(behavioral-objec
tives) yang dapat diobservasi dan diukur.
Kedua,
akuntabilitas, yaitu bahwa siswa mengetahui
dan
menyadari
bahwa ia diharapkan untuk dapat
mendemonstrasikan
kompetensinya sampai pada tingkat yang ditetapkan.
Ketiga,
adalah
personalisasi,
yaitu
pendidikan
yang
diarahkan
kepada pengembangan dan peningkatan individu,
se
hingga
proses
belajar didasarkan
atas
kecepatan
belajar
masing-masing siswa (self-paced learning).
Karakteristik
yang
pertama,
sesuai
dengan
formulas!
tujuan-tujuan
dari
mata pelajaran kejuruan
di
dalam
GBPP
Kurikulum
1984
SMKTA,
khust-isnya
di
dalam
Tujuan
Ins-truksional Umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk kemampuan.
Dalam
Program
Pilihan terlihat
bahwa
mata
pelajaran
kejuruan
tidak memisahkan antara bahan pengajaran teori
dan
bahan pengajaran praktek, namun merupakan satu kesatuan
yang
utuh. Hal ini merupakan salah satu ciri dari pendidikan
yang
berdasarkan kompetensi.
Karakteristik yang kedua terlihat dari cara evaluasi
perbuatan (performance-test).
Karakteristik
yang
ketiga,
sesuai
dengan
pernyataan
dalam buku Landasan, Program dan Pengembangan yang menyatakan
bahwa
pelaksanaan
pengajaran pada Kurikulum
1984
mengarah
kepada
ketuntasan belajar dan disesuaikan
dengan
kecepatan
belajar masing-masing anak, dengan pemilihan kemampuan
dasar
serta
keterpaduan
dan
keserasian
antara
ranah
kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Sebenarnya pengembangan konsep belajar tuntas
merupakan
implikasi
dari
pendidikan berdasarkan
kompetensi.
Belajar
tuntas (mastery learning) artinya penguasaan penuh, dan
tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan
yang
dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh
murid.
(Nasution,
1984 : 36).
Dalam proses belajar mengajar yang kita kenal dewasa
ini,
waktu,
atau
lama
belajar
terjadwal
dengan
pasti,
sehingga perolehan belajar anak bisa berbeda, sedangkan dalam
belajar tuntas, tujuan merupakan sesuatu yang harus dicapai
oleh semua anak, sehingga waktulah yang bervariasi antar anak
didik.
Dari seluruh uraian pada sub bab 3.1. ini dapat kita
simpulkan
bahwa Kurikulum 1984 SMKTA secara konsep merupakan
pendidikan'
okupasional
yang
berdasarkan
kompetensi
(competency-based education), namun konsep-konsep yang
dikemukakan di dalam buku Landasan, Program dan
Pengembangan
pengaturan
waktu
belajar yang sudah terjadwal
tetap
dalam
struktur program pada GBPP.
Pada kenyataannya pelaksanaan proses belajar mengajar di
kelas
berpedoman pada alokasi waktu yang ada
pada
struktur
program
secara
pasti, sehingga hasil belajar
anaklah
yang
berbeda.
Selanjutnya dari sub bab ini pula kita ketahui bahwa
Kurikulum 1984
sebagai perbaikan Kurikulum 1976, dimaksudkan
antara
lain
untuk menghilangkan
kesenjangan
antara
dunia
pendidikan dan dunia kerja, dengan demikian dapat ditafsirkan
bahwa materi pengajaran, dan tujuan pendidikan yang ada dalam
GBPP
Kurikulum
1984
harus relevan
dengan
tuntutan
dunia
kerja.
Untuk itu kesesuaian yang diharapkan tersebut perlu
diteliti
kebenarannya melalui penelitian.
/ 3.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Tujuan Pendidikan pada
Pendidikan
Menengah
Kejuruan
yang
Berdasarkan
Kompetensi
Program pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat
Atas dengan Kurikulum 1984, terdiri atas Program Inti dan
Program Pilihan.
Program Inti adalah program yang wajib diikuti oleh
semua siswa, yang mengacu kepada pencapaian Tujuan Pendidikan
Nasional, perubahan nilai dan tata hidup dalam masyarakat
sehubungan dengan perkembangan yang terus menerus dari ilmu
kejuruan,
dan
sikap yang sesuai.
Kelompok
Mata
Pelajaran
dalam Program Inti yang wajib diikuti oleh semua siswa adalah
Mata
Pelajaran
Dasar Umum (MPDU). Kelompok
mata
pelajaran
dasar lainnya dalam Program Inti adalah Mata Pelajaran
Dasar
Kejuruan (MPDK), yang bertujuan untuk memberikan bekal dasar
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan untuk,
mendasari Program Pilihan. Kelompok mata pelajaran dasar
kejuruan ini wajib diikuti oleh semua siswa SMKTA yang
se-rumpun. Sedangkan Program Pilihan adalah program yang dapat
dipilih sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa.
Program Pilihan ini diadakan di SMKTA berdasarkan kebutuhan
pembangunan daerah, dan ditetapkan berdasarkan hasil studi
kelayakan, yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Depdikbud
Propinsi.
Program Pilihan ini mengacu pada penguasaan kejuruan
dengan kompetansi khusus, dan sikap-sikap profesional yang
dipersyaratkan dunia kerja seperti yang dapat kita lihat
dalam formulas! tujuan mata pelajaran kejuruan atau tujuan
kurikuler pada GBPP Kurikulum 1984 SMKTA.
Di dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA kita lihat adanya
hierarkhi tujuan-tujuan :
Pertama, setiap mata pelajaran mempunyai tujuan yang
disebut dengan Tujuan Kurikuler (TK) atau tujuan mata pela
jaran.
Kedua, setiap tujuan kurikuler diuraikan menjadi
bebe-rapa Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang diformulasikan
Ketiga, setiap TIU didukung oleh beberapa pokok bahasan,
sub pokok bahasan serta uraian bahan pengajaran
yang dapat
dijadikan
dasar
untuk
mengembangkan
Tujuan
Instruksional
Khusus (TIK).
Hierarkhi
tujuan dalam GBPP Kurikulum 1984 ini
sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Hall dan Jones
(1976
:26)
yaitu bahwa :
Goals are the broadest statements one makes about
the
expected
outcomes
of
a
CBE
program.
On
the
opposite
end
of
the
continuum
from
goals
are
objectives. An objective
is the most specific
formal
statement
that
is
made
about
expected
learning
outcomes.
Objectives
are behavioral
description
of
learning
skills.
On
the
continuum
of
goals
to
objectives, competencies lie in the mid range.
Tujuan
mata
pelajaran diformulasikan
dalam
kemampuan
secara
umum yang dapat diidentikkan dengan "learning
goal",
sedangkan
TIU yang merupakan uraian dari tujuan
mata
pela
jaran
dinyatakan
dalam
kemampuan
yang
lebih
spesifik
(kompetensi).
Selanjutnya TIU ini diuraikan lebih
jauh lagi
menjadi TIK yang merupakan target pada setiap pertemuan dalam
proses belajar mengajar (learning objectives).
Format
GBPP
Kurikulum 1984 SMKTA untuk
semua
Program
Tabel 2.
MATA PELAJARAN : 1. BAHAN-BAHAN LISTRIK
TUJUAN KURIKULER (TK) Siswa aengenal dan aetahaai si fat bahan listrik sehingga •aapu aeailih bahan listrik yang tepat sesuai dengan kegunaannya.
TUJUAN ! BAHAN PENGAJARAN i PR06RAH IKESESUAIAN 1
INSTRUKSIONAL . 1 .'DENGAN HASIL 1 Keterangan !
UHUH (TIU) .'POKOK BAHASANi URAIAN IKLISNIJP-iPENELITIAN 1
i i - i i i i i
* " — —— — —— T | -- -- I "T T - T T
1 1 2 1 3 1 41 SI 6 1 7 1
. . _ _ _ i i i i i i i
s :
Siswa aaipu
aenggu-T 1 • "J |
11.1 PengantarIHacaa, si fat dan kegu- ! I! 1
r _ _ — 1 —
! 19! !
lakan (aengaplikasi-! listrik inaan ! ! 19 1 !
kan) aacaa-aacaa ba-I !-Bahan penghantar ben- ! ! !/- I !
tan penghantar lis I ! tuk padat I 1 1 1
trik. ! 1-Bahan penghantar ben- V 1
! ! tuk cair ! !
1 1
f 1
1 1
I !-Bahan penghantar ben- ! 1 1 1
I 1
I ! tuk gas. ! i 1
L __1_ _ _____ __.X__J 1
1 1
1 1
Siswa aaapu
aenggo-r ~ t - - — ~ _ t ~ . j — f — ,
-?->-t-i i i i i i i
• i i i i i i
12.1 Haabatan iHacaa, si fat dan keguna! I! 1IB I 1 longkan (aengklasi-! listrik inaan 1 I !/- ! J fikasikan) berbagai' I-Bahan haabatan aurni i l l I 1 jenis haabatan I-Bahan caapuran ! ! i I i
listrik.
j
I-Bahan seai konduktor I I I ! !
i i i i i i
1 T~ T~ T T~ T T
• 1 J i l l 1
Siswa aaapu
aenggo-t i i i i i
3.1 Bahan pe-INacaa, si fat dan keguna! I! 119 I ! longkan bahan penye nyekat Ian ! ! ! / - ! !
kat listrik bentuk i listrik I-Bahan taabang I 1 ! ! !
padat, cair dan gasi !-Bahan plastik ! I ! I !
I-Bahan sintesa daaar I 2 i I !
•-Bahan yang dipadatkan I i i i i
I-Koapon. S • ! ! !
__, _ _ _ _ _ _ _ _ i _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ i _ _ _ _ _ i _ _ . _ _ _ _ _ _ _ , . . . , . i, . . .
1
f "—f T T T T
1 l l 1 l l
i I I I * l
3.2 Penyekat IHacaa, si fat dan ke- I II 2124 I ! listrik 'gunaan I I !/- ! I
cair dan !-Bahan-bahan bentuk I I I ! !
gas I cair I i i i i
|
!-Bahan-bahan bentuk gas! i 1 I I._____.-_,-•__-_—_.—_-,—_.__.*
Siswa aaapu aeabe- 1
• i i i i i
• i i i i i
4.1 Bahan- IHacaa, si fat dan kegu- I i i i !
dakan si fat dan ke-i bahan inaan ! i ! ! i
gunaan aacaa-aacaa I aagnetis !-Jenis plat/leapeng I i i i ! bahan aagnetis ae- I !-Jenis padat/pegal ' i l l I
lalui percobaan 1 • i i i
• i i i
• i i i
• i i i
1 1
1 1
1 1
Selanjutnya,
diagram dari
hierarkhi
tujuan-tujuan
tadi dapat digambarkan dalam gambar no.2.
-L
Tujuan Instruksional
Jfflum (TIU/Konipetensi)
Fujuan Instruksional
Khusus/TIK (learning-objecti ve)
Tujuan Mata Pelajaran
(learning goal)
Tujuan Instruksional
UiTiuni (TIU/'Kainpetensi)
_£_
Tujuan Instruksional
Khusus/TIK (learning-objective)
Tujuan Instruksional Uiriufi) (TIU/Koffloetensi )
Tujuan Instruksional
Khusus/TIK
(learning-object i ve)
Gambar 2. Hierarkhi Tujuan dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA
Dikaitkan
dengan
pendapat Butler (1972 :
93)
tentang
hierarkhi
dari tujuan belajar,
maka dapat disimpulkan
bahwa
tujuan pelajaran merupakan tujuan terminal di mana :"Terminal
objectives state what the student must do to demonstrate mas
tery of the job and are desired directly from an overall
t a s k " .
Dikaitkan dengan prinsip pengembangan tujuan dalam GBPP
Kurikulum 1984 SMKTA,
maka hubungan antara tujuan
pengajaran
dengan analisis
jabatan dapat digambarkan seperti pada gambar
Tujuan
Program Pilihan
Tujuan
Mata Pelajaran
Tujuan
Instruksional Umum
y/
Tujuan
Instruksional Khusus
r
r
<r
J a b a t a n
_ _ _ _ ,
Pekerjaan
r
V
T u g a s
Kegiatan
i
Gambar 3. Kaitan Antara Hierarkhi Tujuan Pengajaran dengan
Uraian Jabatan
Di dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan
bahwa tujuan pelajaran, khususnya Tujuan Instruksional Khusus
harus
memenuhi
kriteria
antara
lain,
operasional,
ter-observasi,
dan
terukur.
Semua
tujuan
instruksional
yang
berkaitan dengan pengembangan keterampilan psikomotorik memang
dapat memenuhi
kriteria tersebut di atas,
namun
ada
juga
tujuan
instruksional
yang
sulit untuk
diukur,
dan
boleh
dikatakan
tidak terukur, yaitu pengembangan nilai dan
sikap
kerja profesional. Contohnya antara lain yaitu pengembangan
dan
peningkatan
apresiasi siswa terhadap
nilai dan
sikap
kerja di masyarakat, pengembangan kemampuan menggunakan waktu
kerja secara efisien, dan pembentukan sikap kerja yang sesuai
dengan kelompok kerja yang ada.
Dengan
demikian, tujuan pelajaran harus
diformulasikan
terhadap tujuan-tujuan yang terukur dan tidak terukur.
Tujuan
pelajaran
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
tak-sonomi Bloom (1956) yaitu :
- tujuan dalam bentuk pengetahuan (Cognitive objectives)
- tujuan dalam bentuk psikomotor (psychomptoric objectives)
- tujuan dalam bentuk nilai dan sikap (affective objectives).
Klasifikasi lain dari tujuan pelajaran dikemukakan oleh
Harmon (1969) yang dikutip oleh Finch dan Crunkilton (1979
:
163)
yang
sangat bermanfaat dalam menetapkan
tujuan
kerja
yaitu
: "... verbal performance, physical
performance,
and
attitudinal performance".
Dengan
demikian
Harmon (1969) yang dikutip oleh
Finch
dan
Crunkilton (1979 : 165) mengklasifikasikan "performance
1. Verbal Performance Objectives
1.1 Recall a name list a set names; state a simple rule or
fact.
1.2 Explain an ordered set of actions (how to do a task)
1.3 Respond to a series of statements or questions
1.4 Solve a specific symbolic problem
1.5 Solve a general type of symbolic problem
2. Physical Performance Objectives
2.1 Make physical identification (point to things)
2.2 Perform simple physical acts
2.3 Perform complex actions (with instructions or by rote)
2.4 Perform physically skilled actions
2.5 Perform
an appropriate skilled action in
a
problem-solving
situation (determine what is to be
done
and
then do it)
2.6 Determine acceptable quality in physical products
3. Attitudinal Performance Objectives
3.1 State or list probable consequences of a given action
3.2 Evidence memory of correct social responses in
given
social situations
Menurut
Mager
(1967 : 21), karakteristik
dari
tujuan
instruksional harus dapat menjawab tiga hal, yaitu :
Pertama,
apa
yang
harus dapat
dikerjakan
oleh
anak
didik.
Kedua, dalam kondisi yang bagaimana anak didik tersebut
dapat melakukan pekerjaan tersebut.
Ketiga,
bagaimanakah tingkat kebaikan
hasil
kerjanya.
Oleh
karena
itu, maka
karakteristik
tujuan
instruksional
dapat ditinjau dari tiga hal yaitu :
- performansi yang didemonstrasikan
- kondisi tempat performansi dilakukan, dan
- kriteria keberhasilan.
dengan prinsip-prinsip formulasi tujuan pendidikan baik yang
tertulis
dalam buku Landasan,
Program
dan
Pengembangan
Kurikulum
1984 SMKTA, maupun GBPP-nya, namun di
dalam
buku
Petunjuk Pelaksanaan Ditdikmenjur 1984 hanya terdapat petun
juk
bagi
pengembangan pokok bahasan dengan tujuan
ke
arah
kemampuan
yang
dapat didemonstrasikan, dan
belum
terlihat
adanya
pedoman pengembangan persiapan mengajar bagi
tujuan-tujuan yang berorientasi pada afektif dan kognitif.
3.3. Prinsip-prinsip
Pengembangan
Materi
Pengajaran
pada
Pendidikan Kejuruan yang Berdasarkan Kompetensi
Ada
beberapa
faktor
yang perlu dipikirkan
dalam
pe
ngembangan materi pengajaran yaitu :
Pertama,
setting pendidikan, di mana kurikulum akan
diimple-mentasikan, dan berkaitan antara lain dengan falsafah
pendi
dikan
kejuruan
pada waktu itu, serta
dukungan
masyarakat
terhadap pendidikan kejuruan.
Kedua, setting jabatan di dunia kerja.
Ada beberapa pertanyaan tentang keterhubungan atau
keter-kaitan
antara setting jabatan atau pekerjaan
dengan
materi
kurikulum, antara lain yaitu :
- apakah uraian jabatan dan uraian tugas dapat diidentifika
sikan secara jelas ?
- apakah dimungkinkan untuk melakukan survey ke lapangan ?
- sejauh
mana masyarakat industri dan dunia kerja
mendukung
dalam pengumpulan data ?
Finch
dan Crunkilton (1979 : 121)
mendefinisikan
analisis
tugas sebagai : " . . . the process where in task
performed
by
workers
employed in particular job
are
identified
and
verified. The worker's job consists of duties and tasks he or
she actually performs".
Jadi
analisis
tugas merupakan identifikasi
dan
verifikasi
dari tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja di lapangan.
Analisis tugas dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Pertama, mempelajari literatur dan dokumen yang ada,
seperti
Klasifikasi Jabatan di Indonesia (KJI) yang dikeluarkan
oleh
Depnaker.
Kedua, mengelompokkan tugas-tugas berdasarkan klasifikasi
yang dianut oleh Pendidikan Menengah Kejuruan.
Ketiga,
menyesuaikan hasil pertama dan kedua
di atas dengan
sampling dari pekerja.
Keempat,
menganalisis hasil langkah ketiga
untuk
dijadikan
materi pengajaran.
Uraian tugas dari seorang teknisi merupakan sumber un
tuk pengembangan materi pengajaran, tujuan instruksional dan/
evaluasi proses belajar, serta juga memberikan arah untuk
urutan materi pengajaran, seperti yang dikemukakan oleh
Butler (1972: 73) yaitu bahwa :
A thorough and accurate job/task discription is
absolutely essential to the entire structure. Because
it provides the substance for the content of training, task description suggests the sequencing and form of
training, and also serves as a statement of the
is
virtually
the
fundamental
source
of
training
objectives.
Uraian tugas juga dapat dijadikan dasar untuk menetapkan
kriteria evaluasi. Namun demikian bukan berarti bahwa
uraian
tugas
sama
dengan analisis tugas,
analisis
tugas
berbeda
dengan
tujuan
instruksional,
karena
analisis
tugas
menggarobarkan
karakteristik
yang
dilakukan
oleh
seorang
teknisi
yang
sudah
ahli,
sedangkan
tujuan
instruksional
merupakan
"entry
level
of
employment",
seperti
yang
dikemukakan oleh Magger (1976 : 29) sebagai berikut :
Course
objectives
differ from the task
analysis
in
several ways. The task analysis describes the vocation
or job as it is performed by a highly skilled
person,
objectives
describes
the performance
that
will
be
expected at the end of the course.
Uraian
tugas
merupakan suatu
daftar
kegiatan
yang
nyata
dilaksanakan
di dunia kerja.
Analisis
tugas
mengu
raikan karakteristik perbuatan/tingkah laku (behavioral
cha
racteristic)
dari
seorang
teknisi
yang
sudah
ahli
atau
profesional.
Sedangkan
tujuan
instruksional
menggambarkan
performansi yang dihax-apkan dikuasai pada akhir belajar
oleh
seorang anak didik calon teknisi.
Analisis
tugas juga menguraikan perbuatan, atau tingkah laku
(behavioral characteristic) yang merupakan persyaratan kerja.
Dengan
mempelajari persyaratan kerja yang
dibutuhkan
dapat
ditetapkan pengetahuan kerja dan ketrampilan kerja (job know
ledge
dan
job performance), yang
merupakan
sebagian
dari
materi pengajaran.
kejuruan, materi pengajaran dalam bentuk teori ada dua macam,
yaitu
pengetahuan
dasar kejuruan (Kelompok
Mata
Pelajaran
Dasar
Kejuruan/MPDK)
atau
"related
theory",
kemudian
pengetahuan kerja atau teori kejuruan atau "job knowledge".
Di dalam GBPP
Kurikulum 1984 SMKTA tidak
dipisahkan
antara
mata
pelajaran teori dan praktek kejuruan, hal
ini
sejalan
dengan pendapat Butler (1972 : 81) bahwa :"There is no clear
division
between
job
knowledge
requirements
and
job
performance requirements, and, in fact, both kinds of
information may be developed simultaneously".
Kesimpulan dari sub bab ini ialah bahwa pengembangan
materi pengajaran baik berupa pengetahuan dasar, teori
kejuruan, maupun praktek kejuruan dapat dikembangkan dari
uraian tugas. Di dalam sub bab terdahulu telah diuraikan
bahwa pendidikan menengah kejuruan sebagai pendidikan
okupasional yang berdasarkan kompetensi, di mana formulas!
tujuan pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan kejuruan
telah sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan tujuan
pendidikan dalam pendidikan yang berdasarkan kompetensi.
Demikian juga dalam sub bab ini materi pengajaran yang
dikembangkan dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA juga sesuai
dengan prinsip-prinsip pengembangan materi pada pendidikan
yang berdasarkan kompetensi.
Dengan kesimpulan yang diuraikan dalam sub bab ini, maka
timbul pertanyaan penelitian apakah tujuan dan materi
pengajaran telah sesuai dengan tuntutan dunia kex-ja yang akan