• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI RELEVANSI KURIKULUM 1984 SMKTA PROGRAM STUDI LISTRIK INSTALASI DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA : Suatu Studi Naturaiistik Kualitatif Terhadap Instalatur Listrik Di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia Dan Perusahaan Listrik Negara Di Kotamad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI RELEVANSI KURIKULUM 1984 SMKTA PROGRAM STUDI LISTRIK INSTALASI DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA : Suatu Studi Naturaiistik Kualitatif Terhadap Instalatur Listrik Di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia Dan Perusahaan Listrik Negara Di Kotamad"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM

STUDI

LISTRIK INSTALASI

DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA

Suatu Studi Naturaiistik Kualitatif Terhadap Instalatur Listrik

Di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia

Dan Perusahaan Listrik Negara

Di Kotamadya dan Kabupaten Bandung

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian

Magister Pendidikan dalam bidang

Pengembangan Kurikulum

oleh :

HARRY

SUDERADJAT

590/F/XVII -

9

FAKULTAS

PASCA

SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

Prof. S. Nasution, MA. Ph. D

Pembimbing I

Prof. Dr. Rochman Natawidjaja Pembimbing II

Dr. Nana h Sukmadinata

Pembimbing ill

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(3)

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB

I PERMASALAHAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

1.2. Perumusan Masalah

1.3. Paradigma Penelitian

1.4. Pembatasan Masalah . .

1.5. Tujuan Penelitian

1.6. Kegunaan Penelitian

1.7. Kerangka Penelitian

1.8. Kerangka Pembahasan Masalah

II METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Pengambilan Sampel dan Kasus

2.2. Waktu Penelitian

2.3. Peranan dan Hubungan antara Peneliti dan

Informan

2.4. Pemeriksaan Hasil Penelitian

2.5. Instrumen

2.6. Analisis

VII

Halaman

i n

vi

x

xi

1

1

6

8

9

11

11

12

15

16

16

17

18

18

19

(4)

OKUPASIONAL

YANG

BERDASARKAN KOMPETENSI ....

21

3.1. Pendidikan

Menengah

Kejuruan

Sebagai

Pendidikan Okupasional yang Berdasarkan

Kompetensi 21

3.2. Prinsip - prinsip

Pengerobangan

Tujuan

Pendidikan

pada

Pendidikan

Menengah

Kejuruan yang Berdasarkan Kompetensi ... 31

3.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Materi

Pengajaran

pada

Pendidikan

Kejuruan

yang Berdasarkan Kompetensi 39

3.4. Prinsip-prinsip Pengorganisasian Kurikulum

* Pendidikan Kejuruan yang Berdasarkan

Kompetensi 43

3.5. Kaitan dengan Hasil Penelitian Sebelumnya.

48

IV DESKRIPSI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

INSTALATUR LISTRIK DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN

UMUM MILIK NEGARA 50

4.1. Pelaksanaan Penelitian Lapangan 50

4.2. Ruang Lingkup Tugas Pokok dan Fungsi

PLN

Cabang Bandung dan Harapannya Terhadap

Kemampuan yang Harus Dimiliki Instalatur

Listrik 51

4.3. Ruang Lingkup Pekerjaan Instalatur Listrik

menurut Kontraktor Listrik dan AKLI ... 63

4.4. Ruang Lingkup Pekerjaan dan Tugas Instala

tur Listrik di Lingkungan Prusahaan Lis

trik Negara 66

V ANALISIS 97

5.1. Penilaian Kesesuaian Bahan Pengajaran

GBPP Kurikulum 1984 Program Studi Listrik

Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja. . . 101

5.2. Rekapitulasi Kegiatan Pelaksanaan Tugas

Instalatur dan Hasil Penelitian yang Tidak

(5)

Didukung

oleh

Materi

Pengajaran

GBPP

Kurikulum

1984

Program

Studi

Listrik

Instalasi

ISI

5.3. Penilaian

Teoritis

Terhadap

Organisasi

Kurikulum 1984 Program Studi Listrik

Instalasi 163

5.4. Urutan

Kegiatan

Pelaksanaan

Tugas

Instalatur sebagai Acuan Penyusunan Bahan

Pengajaran 167

VI KESIMPULAN DAN SARAN 173

DAFTAR KEPUSTAKAAN 187

RIWAYAT HIDUP 189

(6)

Gambar

Halaman

1. Diagram Pelaksanaan Penelitian dan

Hasil-nya 14

2.

Hierarki

Tujuan

dalam

GBPP

Kurikulum

1984

SMKTA

35

3.

Kaitan

antara

Hierarki

Tujuan

Pengajaran

dengan Uraian Jabatan 36

4. Bagan Susunan Organisasi Perusahaan Umum

Liatrik Negara Jawa Barat Cabang Bandung ...

55

5.

Bagan Organisasi Kurikulum 1984

Program Studi

(7)

Tabel

1

Pencari Kerja Lulusan STM

2 Mata Pelajaran : 1. Bahan-bahan Listrik ....

3

Struktur Program Kurikulum 1984 Sekolah Menengah

Kejuruan Tingkat Atas - Program Studi

Listrik

Instalasi

4

Daftar

Singkatan

Mata

Pelajaran

yang

akan

Dianalisis

5

Hasil-hasil Penelitian Mata Pelajaran : 1. Bahan

bahan Listrik

6

Hasil-hasil Penelitian Mata Pelajaran : 2. Kerja

Bangku Listrik

7

Hasil - hasil

Penelitian

Mata

Pelajaran

3. Instalasi Penerangan ...

8

Hasil - hasil

Penelitian

Mata

Pelajaran

:

4. Teknik Listrik

9

Hasil - hasil

Penelitian

Mata

Pelajaran

:

5. Gambar Listrik

10

Hasil - hasil

Penelitian

Mata

Pelajaran

:

6. Instalasi Rumah

11 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :

7. Instalasi Listrik Komersial

12 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :

8. Instalasi Motor-motor Listrik

13 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :

9. Perencanaan Instalasi Listrik

14 Hasil - hasil Penelitian Mata Pelajaran :

10. Teknik Penerangan Listrik

15

Hasil - hasil

Penelitian

Mata

Pelajaran

:

11. Jaringan Distribusi

16

Persentasi Kesesuaian Bahan

Pengajaran

dengan

XI

Halaman

1

34

99

103

105

106

109

112

115

117

124

130

139

145

(8)

Tuntutan Dunia Kerja

155

17

Jumlah

Jam

Pelajaran

dari

Mata

Pelajaran

Kejuruan (MPK) yang sesuai dengan Tuntutan Dunia

kerja

159

18

Rekapitulasi

Kegiatan

Pelaksanaan

Tugas

Instalatur

yang

Tidak

Didukung

oleh

Bahan

Pengajaran 161

(9)

PERMASALAHAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kesenjangan

antara kemampuan lulusan

sekolah

kejuruan

dengan tuntutan dunia kerja,

merupakan

masalah sejak

tahun

enam

puluhan; yang rasanya belum

dapat

terpecahkan

secara

tuntas hingga kini.

Keluhan dari dunia kerja karena sulitnya mencari tenaga

kerja trampil dengan disiplin kerja yang tinggi sering diung

kap

melalui harian, majalah ataupun media lainnya.

Di

lain

pihak

banyaknya

lulusan sekolah kejuruan yang

antri

dalam

usaha mendapatkan pekerjaan di Depnaker seperti yang diungkap

dalam Tabel 1 merupakan bukti adanya kesenjangan antara

penyediaan dan tuntutan akan tenaga kerja.

TABEL I. PENCARI KERJA LULUSAN STM

I No. ! Pencari Kerja lulusan STM pada :

Akhir Desember 1986 121.862 i 127 1

— - — | i 1

i

Akhir Desember 1937 127.287 i 211

_j i 1

3. ! Akhir Juni 1988 130.247 ! 220 i

. i i 1

Banyak faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan

terse

but, salah satu di antaranya adalah sebagai akibat dari murid

baru yang masuk sekolah kejuruan yang hanya merupakan pilihan

keduanya,

karena SMA masih merupakan pilihan

utama

lulusan

(10)

Banyak

usaha

yang

telah

dilaksanakan

Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan, baik ke luar,

misalnya dengan

melaksanakan "Kampanye Pendidikan Menengah Kejuruan",

maupun

ke

dalam,

melalui

peningkatan

dan

pengembangan

sekolah

kejuruan, yang mencakup semua komponen pendidikan termasuk ke

dalamnya

komponen

kurikulum.

Usaha

peningkatan

kurikulum

telah dimulai sejak tahun 1975.

Kurikulum

pendidikan kejuruan tahun enam

puluhan

ber-orientasi

pada dua hal, yaitu penyiapan lulusan

yang

dapat

memenuhi kebutuhan tanaga kerja, dan dipersiapkan pula

untuk

dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Hal ini dianggap

merupakan

salah

satu sebab terjadinya

ketidakpuasan

dunia

kerja

akan

sekolah

kejuruan.

Oleh

sebab

itu

Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan pada tahun 1975 mengambil

lang-kah

"pembakuan

kurikulum"

pendidikan,

di

mana

kurikulum

tersebut hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan

tenaga

kerja. Kurikulum yang dibakukan ini, kemudian dikenal

dengan

nama Kurikulum 1976.

Adanya

kurikulum

pendidikan

menengah

kejuruan

tahun

1976,

dengan

persentasi jam pelajaran praktek

sebesar

40%

hingga

50% dari keseluruhan waktu yang

tersedia,

merupakan

realisasi dari usaha pencapaian tujuan di atas.

Pelaksanaan

pembakuan Kurikulum baru

tahun

1976

ini,

disertai oleh kegiatan-kegiatan antara lain :

(11)

- Penambahan

biaya operasional pendidikan,

terutama

biaya

pengadaan bahan praktek dan pemeliharaan sarana

pendidikan

melalui anggaran pembangunan, terhadap dana anggaran rutin

yang telah ada.

- Peningkatan

kemampuan

guru-guru,

dengan

mengadakan

penataran-penataran

yang dilaksanakan antara lain

melalui

Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

Sejalan dengan pembaharuan kurikulum melalui

penetapan

Kurikulum

1976, komponen pendidikan lainnya pun selain

yang

disebutkan

di

atas, ditingkatkan

dan

dikembangkan

sesuai

dengan persyaratan kurikulum.

Untuk

mendapatkan

gambaran

tentang

pelaksanaan

pendidikan

dengan

kurikulum sebelum tahun

1976,

Kurikulum

1976 dan Kurikulum 1984, dapat dibandingkan secara kasar dari

kondisi pendidikan dilihat dari komponen-komponennya

sebagai

berikut :

1) Pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan kurikulum sebe

lum Kurikulum 1976.

- Jam pelajaran praktek, berjumlah antara 4-8 jam/minggu

- Baru

sebagian kecil sekolah yang telah

diperbaiki

dan

dibangun melalui ,provek^ Pelita I.

- Baru sebagian /kecil^sekolah roendapat penambahan dan

//

\

perbaikan peralatan pra'kltek.

inya menggunakan anggaran rutin

yang terbatas sekali (klirang memenuhi kebutuhan).

(12)

- Jam pelajaran praktek berjumlah antara 16-20 jam/minggu

- Sarana gedung digambarkan sebagai berikut :

s™

~ dari 186 buah

-

99 buah telah memadai

SMKK/TK

- dari

88 buah

-

11 buah telah memadai

SMEA

- dari 249 buah

-

54 buah telah memadai

SMKIK

- dari

16 buah

-

5 buah telah memadai.

- Biaya penyelenggaraan pelajaran

praktek

bagi

sekolah-sekolah

yang

telah

ditingkatkan

dan

dikembangkan

mendapat tambahan melalui anggaran pembangunan (proyek).

- Guru-guru, khususnya untuk

sekolah-sekolah

yang

telah

ditingkatkan, telah mendapat penataran melalui PPPG-PPPG

yang ada di Jakarta - Bandung - Medan - Malang dan

atau

institusi lainnya.

3) Pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan Kurikulum 1984.

- Jam pelajaran praktek berjumlah 16 - 20 jam/minggu.

- Sarana

gedung

dan

peralatan

terus

ditingkatkan

dan

dikembangkan.

- Biaya

penyelenggaraan praktek di sekolah,

sejak

1985/

1986

hingga sekarang tidak lagi mendapat tambahan

ang

garan

melalui proyek pengembangan, jadi hanya

mendapat

anggaran

rutin

yang

biasa,

demikian

juga

biaya

perawatan

dan

pemeliharaan mesin-mesin

dan

peralatan

praktek lainnya serta gedung sekolah.

(13)

mes-penataran,

tetapi

pelaksanaan

penataran

masih

tetap

berlangsung dalam jumlah yang lebih kecil.

Dari

tiga

periode di atas kondisi

puncak

berada

pada

waktu pelaksanaan Kurikulum 1976, di mana kurikulum mempunyai

tujuan

pendidikan

yang

terarah

pada

pemenuhan

kebutuhan

dunia kerja, tidak dualistis, sarana dan dana diperhitungkan

cukup

namun

hasilnya tetap belum

memuaskan,

seperti

yang

tertulis

dalam

buku Landasan,

Program dan

Pengembangan

Kurikulum 1984 SMKTA.

Periode

1976-1982

merupakan

periode

puncak

bagi

Pendidikan

Menengah

Kejuruan,

karena

semua

komponen

pendidikan,

khususnya

sarana

dan

biaya

pendidikan

dapat

diperhitungkan memadai, namun hasil pendidikan masih memiliki

kesenjangan dengan tuntutan dunia kerja.

Selanjutnya

bagaimanakah

hasil

pendidikan

menengah

kejuruan

setelah

tahun

1984/1985 di

mana

komponen

biaya

operasional pendidikan menurun ?

Bila kurikulum 1976 dan Kurikulum 1984 menetapkan

bahwa

Pendidikan

Menengah

Kejuruan

merupakan

pendidikan

yang

berdasarkan

kompetensi (Competency-based Education),

apakah

kompetensi yang menjadi dasar dan acuan kurikulum tersebut

merupakan

kompetensi

yang dituntut oleh

dunia

kerja

yang

nyata ?

Mengingat

ilmu pengetahuan dan teknologi

terus

ber-kembang, apakah teknologi yang diperkenalkan/diajarkan kepada

(14)

harus

selalu

tumbuh

dan

berkembang

sejalan

dengan

perkerobangan ilmu dan teknologi serta tuntutan dunia kerja.

Perkembangan teknologi listrik yang merupakan salah satu

dari

rekayasa dasar (basic-engineering), khususnya di dalam

teknologi

instalasinya

akan mensyaratkan

adanya

perubahan

dalam pendidikan kejuruan listrik instalasi yang menyiapkan

tenaga-tenaga teknisi menengah dalam bidang tersebut.

Melalui penelitian lapangan, diharapkan segala perubahan

yang

terjadi

di

dunia

kerja

yang

diakibatkan

oleh

perkembangan

teknologi

dapat

diungkap,

sehingga

dapat

disimpulkan

saran-saran

untuk

perbaikan

dan

penyesuaian

Kurikulum

1984

Program

Studi

Listrik

Instalasi

dengan

tuntutan dunia kerja.

1.2. Perumusan Masalah

Pokok

permasalahan

yang

mendorong

penelitian

ini

adalah :

1) Pemerintah

dalam hal ini Direktorat

Pendidikan

Menengah

Kejuruan telah melakukan usaha peningkatan mutu pendidikan

secara

menyeluruh

terhadap semua komponen pendidikan me

lalui

pelaksanaan Kurikulum 1976 hingga tahun 1985, namun

ternyata hasilnya masih belum dapat memenuhi tuntutan

dunia kerja.

(15)

memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tanpa meninjau

bagaimana pelaksanaan Kurikulum 1984 di sekolah-sekolah,

pokok

permasalahan yang ingin diungkap dalam tulisan

ini

adalah,

tingkat kesesuaian tujuan pengajaran dan bahan

pengajaran dalam Kurikulum

1984 SMKTA Program

Studi

Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja.

2) Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi akan memaksa

dunia

pendidikan berubah, denikian juga perkembangan dan

peningkatan

teknologi kelistrikan di dunia industri

akan

mensyaratkan

terjadinya perubahan

pendidikan

teknologi

listrik.

Perkembangan

teknologi

listrik, khususnya dalam

teknik

instalasinya akan mempengaruhi teknik instalasi listrik di

lingkungan

Perusahaan Listrik Negara,

yang

saat

ini

memegang

monopoli

pengadaan dan atau

pengaturan

tenaga

listrik komersil di Indonesia.

Pokok permasalahannya adalah, apakah Kurikulum 1984

SMKTA

Program

Studi

Listrik

Instalasi,

memenuhi

tuntutan

perkembangan teknologi listrik dewasa ini ?

Kedua

pokok permasalahan tersebut pada

dasarnya

dapat

dirumuskan sebagai masalah penelitian, yaitu "Studi

Relevasi

Kurikulum

1984 SMKTA Program Studi Listrik Instalasi

dengan

Tuntutan Dunia Kerja."

Untuk dapat mengungkap tuntutan dunia kerja secara nyata

(16)

penelitian naturaiistik kualitatif.

1-3- Paradigma PeneT iti an

Program

pemerintah dalam hal

listrik roasuk

desa,

menyebabkan bertambahnya tugas Perusahaan Listrik Negara

da

lam memperluas jaringan tenaga listrik, baik tegangan tinggi,

menengah,

maupun rendah, demikian pula beban pekerjaan

para

kontraktor listrik.

Perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan tekno

logi serta pemikiran peningkatan

efektivitas

dan

efisiensi

instalasi dan jaringan distribusi maupun transmisi, akan

men-dorong Perusahaan Listrik Negara

(PLN)

untuk menggunakan

teknologi

baru

di

dalam

perencanaan,

pemasangan,

dan

pengujian serta pengamanan instalasi dan jaringan listrik.

Demikian

pula bertambahnya beban pekerjaan

baik

jenis

maupun

jumlahnya

akan

menuntut

suatu

organisasi

dan

manajemen yang efektif dan efisien pula. Dengan

bertambahnya

konsumen yang harus dilayani baik jenis maupun jumlahnya akan

menuntut suatu prosedur dan tata kerja perizinan, pemasangan,

pemeliharaan dan perawatan instalasi dan jaringan listrik.

Semua

hal

yang

telah

diungkap

di

atas

mendorong

terjadinya

perubahan

tugas

dan tanggung

jawab

kontraktor

listrik dalam memenuhi kewajibannya sebagai mitra PLN.

Demi

kian

pula

tugas dan tanggung jawab instalatur

akan berubah

(17)

petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan PLN.

Ruang

lingkup dan kedalaman tugas

serta

wewenang

instalatur

listrik di lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik

Indonesia dan PLN dewasa ini, menjadi

acuan dari

program

pendidikan

kejuruan

listrik

instalasi.

Melalui

wawancara

dengan

PLN,

AKLI,

para

pimpinan

kontraktor

listrik dan

instalatur serta penelitian lapangan yang naturaiistik,

akan

mengungkap ruang lingkup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

serta wewenang instalatur listrik di lingkungan AKLI dan PLN.

Mengingat bahwa PLN masih memegang monopoli dalam

penga-daan tenaga listrik

komersial serta pengaturan

instalasinya

melalui Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), maka

persya-ratan

kemampuan

minimal

yang

harus

dimiliki

Instalatur

Listrik di Jawa Barat, akan menggambarkan persyaratan

kemam

puan

minimal

bagi Instalatur Listrik di

Indonesia.

Dengan

demikian, dari hasil penelitian lapangan setelah di

analisis

dapat

disimpulkan saran-saran perbaikan Kurikulum 1984 bagi

Program Studi Listrik Instalasi secara nasional pula.

1.4. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dari "Studi Relevansi

Kurikulum

1984

Program

Studi

Listrik

Instalasi

dengan

Tuntutan Dunia Kerja", maka pada tulisan ini akan dibatasi

pada hal-hal sebagai berikut :

1) Kurikulum

1984

Sekolah Menengah

Kejuruan

Tingkat

Atas

(18)

dunia kerja terbatas pada Program Studi Listrik Instalasi.

2) Komponen 1984 SMKTA yang dimaksud adalah Garis-garis Besar

Program Pengajaran

(GBPP) Kurikulum 1984

SMKTA Program

Studi Listrik Instalasi.

3) Komponen Kurikulum 1984 SMKTA Program Studi Listrik Insta

lasi yang akan dinilai relevansinya dengan tuntutan

dunia

kerja

terbatas pada komponen Tujuan dan Bahan

Pengajaran

yang terdapat dalam GBPP Program Studi Listrik Instalasi.

4) Tujuan dan Bahan Pengajaran yang akan dinilai relevansinya

dengan

tuntutan dunia kerja terbatas pada mata

pelajaran

kejuruan yang terdapat dalam keloropok Mata Pelajaran Dasar

Kejuruan (MPDK) dan Mata Pelajaran Kejuruan (MPK).

5) Dunia kerja yang dijadikan sasaran untuk mendapatkan "Des

kripsi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instalatur Listrik di

Lingkungan Perusahaan Umum Listrik Negara," terbatas

pada

Kontraktor Listrik di wilayah Kodya dan Kabupaten Bandung,

yang tergabung dalam Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia

(AKLI), serta diakui kemampuan kerjanya oleh Perusahaan

Listrik Negara (PLN).

6) Dasar yang akan dipakai untuk mengukur

kesesuaian

tujuan,

dan

bahan

pengajaran dari GBPP

Program

Studi

Listrik

Instalasi dengan tuntutan dunia kerja adalah semua

kegiatan Instalatur dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaannya,

serta

kewenangan

dan

kemampuan

yang

(19)

1 •5. Tujuan Penelitian

Untuk

dapat

melaksanakan "Studi

Relevansi

Kurikulum

1984

SMKTA Program Studi Listrik Instalasi

dengan

Tuntutan

Dunia

Kerja",

maka penelitian

di

lapangan

bertujuan

mendapatkan

"Deskripsi

Pelaksanaan

Tugas

dan

Fungsi

Instalatur

Listrik

di Lingkungan

Perusahaan

Umum

Listrik

Negara", yang menguraikan aktivitas instalatur di dunia kerja

yang nyata serta kompetensi dan kewenangannya.

Selanjutnya

deskripsi kegiatan yang menggambarkan

per-formansi dan kompetensi instalatur tadi dapat dijadikan dasar

untuk :

1) menilai kesesuaian tujuan dan bahan pangajaran setiap mata

pelajaran

baik dasar kejuruan maupun

pelajaran

kejuruan

dengan tuntutan dunia kerja.

2) menghitung persentasi kesesuaian tujuan

dan

bahan

peng

ajaran dari Program Pilihan dengan tuntutan dunia kerja.

Selanjutnya

berdasarkan deskripsi hasil penelitian

dan

hasil studi kepustakaan dapat pula dianalisis kesesuaian

organisasi Kurikulum 1984 SMKTA Program Studi Listrik

Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja.

1-6. Kegunaan Penelitian

Deskripsi kemampuan instalatur listrik dalam ruang

lingkup tugasnya di dunia kerja yang nyata, merupakan salah

satu acuan pokok bagi pengembangan kurikulum pendidikan

kejuruan yang bertujuan menyiapkan tenaga kerja.

(20)

kesesuaian kemampuan dan bahan pengajaran yang ada dalam GBPP

Program

Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja,

dapat

dijadikan masukan bagi perbaikan dan penyesuaian

GBPP

Program Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia

kerja,

khususnya dalam hal-hal sebagai berikut :

1) Penyesuaian tujuan, kemampuan dan bahan pengajaran Program

Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia kerja.

2) Penyesuaian

ruang lingkup kemampuan dan bahan

pengajaran

Program Studi Listrik Instalasi dengan tuntutan dunia

kerja, serta

3) Penyesuaian organisasi kurikulum Program Studi Listrik

Instalasi yang dapat meningkatkan efektivitas dan

efisien-si proses belajar di sekolah dalam upaya mencapai tujuan

pendidikan.

1.7. Kerangka Penelitian

Secara garis besar kerangka penelitian dapat dilihat

pada diagram 1, di mana fase-fase penelitian didasarkan atas

pendapat Lincoln dan Guba (1985 : 235).

Langkah-langkah penelitian dilaksanakan melalui tahapan

sebagai berikut :

Pertama, adalah fase orientasi, melalui kunjungan ke PLN

dan AKLI mempelajari dokumen, pertemuan awal dengan para

kontraktor listrik, dan calon-calon informan.

Dalam fase ini juga akan dilakukan wawancara dengan para pim

(21)

lingkup

tugas

seorang

instalatur

listrik

yang

layak

dipersiapkan

melalui

jenjang pendidikan

menengah

kejuruan

(Sekolah Teknologi Menengah).

Kedua,

adalah

fase eksplorasi

untuk

mendapatkan

des

kripsi dari adegan-adegan pelaksanaan tugas instalatur di

dalam dunia kerja yang nyata.

Ketiga, adalah fase "member check", yaitu konfirmasi hasil

penelitian

oleh informan. Laporan yang berupa "case

report"

akan menggambarkan seluruh kegiatan instalatur listrik dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari dan hasil wawancara baik

dengan informan, pimpinan PLN, AKLI, maupun stafnya.

Fase eksplorasi dan fase "member check" akan dilakukan

secara siklus.

Teori tentang kurikulum pendidikan kejuruan yang berda

sarkan kompetensi akan diungkap dalam hasil studi

kepusta-kaan, yang bersama-sama dengan hasil penelitian lapangan akan

digunakan

untuk tnenguji relevanai organiaaai kurikulum

1984

Program Studi Listrik Instalasi dengan hasil penelitian, se

hingga dapat disimpulkan saran-saran perbaikannya.

Secara diagram, kerangka penelitian dapat digambarkan

(22)

R u m u s a n

Suasana Lapangan

yang alamiah

Analisis

kemam-puan yang diper-syaratkan Dunia

Kerja (AKLI-PLN)

H a 5 a 1 ah

k_

Kurikulum 1984

Program Studi

Listrik Ins talasi

Analisis GBPP

Progran Studi

Li stri k Instalasi

«r

Kepustakaan, Teori

Kurikulum Kejuruan

berdasarkan kompeten si , dan Anali si s Teoritis tentang :

"Pendidikan berdasar

kan Kompetensi dan Organisasi

Kurikulum-nya

Analisis Ke

mampuan dari

adegan alamiah Prinsip organisasi

Kurikulum 1984 SMKTA

Profi i Kemampuan

Instalatur Listrik

Tujuan

Kemampuan

Materi

Kesesuaian mate

ri pengajaran de

ngan tuntutan du ni kerja

1L

Kesesuaian Teoritis

tentang organisasi

kuri kulum

Saran-saran Kurikulum '84

Materi

pengajaran

Organi sasi

Kuri kulum

(23)

1.8. Kerangka Pembahasan Masalah

Pembahasan masalah yang dikemukakan dalam tesis ini

di-dasarkan pada hasil penelitian lapangan yang dilakukan secara

naturaiistik kualitatif yang garis besarnya dikemukakan dalam

Bab IV.

Di dalam bab ini akan diuraikan semua hasil wawancara

dan

deskripsi tugas instalatur listrik yang

bekerja

secara

nyata di lapangan. Studi terhadap Dokumen Kurikulum 1984

SMKTA

Program

Studi Liatrik Inatalaai sebagai

dasar

teofi

untuk Studi Relevansi Kurikulum 1984 Program Studi Listrik

Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja, akan diuraikan dalam

Bab III.

Bab II, akan menguraikan tentang Metodologi

Penelitian,

antara lain pembahasan tentang sampel, instrumen dan metoda

analisisnya.

Bab V, akan menyajikan analisis hasil penelitian,

kesimpulan dan saran-saran sebagai penutup tesis ini akan

(24)
(25)

PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI PENDIDIKAN

OKUPASIONAL YANG BERDASARKAN KOMPETENSI

Sejalan

dengan

judul

tesis,

yaitu

Studi

Relevansi

Kurikulum

1984 SMKTA Program Studi Listrik Instalasi

dengan

Tuntutan

Dunia Kerja, maka di dalam bab III ini akan

dicoba

dibahas

tentang

Pendidikan

Menengah

Kejuruan

sebagai

Pendidikan Okupasional yang Berdasarkan Kompetensi.

Pada

sub

bab

pertama

dalam

bab

ini,

akan

dibahas

kesesuaian Pendidikan Menengah Kejuruan melalui Kurikulum

1984-nya,

dengan prinsip-prinsip pendidikan okupasional

dan

pendidikan

yang

berdasarkan

kompetensi

(Competency-based

education).

Prinsip-prinsip pengembangan tujuan pendidikan kejuruan

yang berdasarkan kompetensi diuraikan pada sub bab kedua.

Prinsip-prinsip

pengembangan materi pengajaran dan

prinsip-prinsip

organisasi

kurikulum

pendidikan

kejuruan

yang

berdasarkan kompetensi disajikan dalam sub bab ketiga dan

keempat.

Bab ini akan ditutup dengan mengemukakan hasil

penelitian sebelumnya dalam masalah serupa.

3.1. Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai Pendidikan

Okupasional yang Berdasarkan Kompetensi

Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas

(SMKTA), merupakan kurikulum hasil perbaikan Kurikulum 1976.

(26)

Usaha perbaikan

Kurikulum

1976

menjadi

Kurikulum

1984,

didasarkan atas hasil penilaian terhadap Kurikulum 1976, yang

dilakukan

oleh

Pusat

Pengembangan

Kurikulum

dan

Sarana

Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

dan

Kebudayaan

Jakarta,

yaitu bahwa pada Kurikulum

1976

masih

terdapat kesenjangan program pendidikan dengan kebutuhan anak

didik maupun dengan lapangan kerja.

Kurikulum

1984 berorientasi pada lulusan

yang

memiliki

ketrampilan jabatan dan kreativitas untuk berperan dalam

masyarakat.

(Landasan,

Pr*ogram dan

Pengembangan

Kurikulum

1984, Balitbang Dikbud, Jkt, 1984: 2).

Dengan demikian Pendidikan Menengah Kejuruan melalui Kuriku

lum 1984, mengupayakan agar lulusannya memenuhi persyaratan

untuk dapat menduduki suatu jabatan tertentu di dalam dunia

kerja, serta dapat berperan aktif dalam masyarakat, khususnya

masyarakat industri dan dunia usaha serta dunia kerja pada

umumnya.

Selanjutnya di dalam buku Landasan, Program dan

Pengembangan Kurikulum 1984, SMKTA (Balitbang Dikbud, Jkt,

1984: 4) diungkap pula bahwa kurikulum mengacu pada kumpulan

jabatan tingkat menengah yang ada, dan yang diperkirakan akan

diperlukan dalam masyarakat, sehingga program pendidikan pada

SMKTA dapat dikelompokkan dalam :

1. Program pendidikan yang berorientasi pada pekerjaan yang

berkaitan dengan bidang pertanian disebut kelompok

Perta-nian dan Kehutanan;

(27)

peker-jaan

yang

berkaitan

dengan

bidang

rekayasa

disebut

kelompok Rekayasa;

3. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada

peker

jaan

yang berkaitan dengan bidang usaha dan

perkantoran

disebut kelompok Usaha dan Perkantoran;

4. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada

peker

jaan

yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan

kemasya-rakatan disebut kelompok Kesehatan dan Kemasyakemasya-rakatan;

5. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada peker

jaan yang berkaitan dengan bidang kerumahtanggaan disebut

kelompok Kerumahtanggaan;

6. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada

pekerjaan di bidang seni budaya disebut kelofmpok Budaya.

Dari setiap kelompok pendidikan ini masih dibagi lagi

dalam sejumlah Rumpun Pendidikan yang masing-masing terdiri

dari sejumlah Program Studi. Program Studi Listrik Instalasi

berada dalam Rumpun Pendidikan Listrik, Kelompok Pendidikan

Rekayasa.

Dengan demikian Pendidikan Menengah Kejuruan dengan Kurikulum

1984-nya merupakan pendidikan yang berorientasi pada jabatan

atau "Occupational Education".

Butler (1972 : 3) mengemukakan bahwa program pendidikan

kejuruan yang berorientasi pada jabatan, para lulusannya

harus dapat mendemonstrasikan performansi dengan

karakteris-tik sebagai berikut :

- The minimum, specific vocational skill and know

ledge needed at the entry level to a distinct

(28)

The

minimum,

specific

physical,

emotional,

and

social

skills,

and

knowledge

in

group

and

individual living needed to sustain him in his

entry-level job.

The minimum, specific academic skills and knowledge

that directly meet the reading, writing,

speaking,

listening, and arithmetic needs of his entry level-job.

The maximum, generalizable vocational, social,

and

academic skills and knowledge needed for his future

advancement and growth in his chosen occupation and

as an individual.

Karakteristik perilaku yang disebutkan Butler di atas

dapat

dimungkinkan melalui penggunaan Kurikulum 1984

SMKTA,

karena keterampilan kejuruan yang spesifik akan didapat oleh

lulusan melalui mata pelajaran kejuruan dalam Program

Pilihan. Kemantapan fisik dan emosional serta pengetahuan

dan keterampilan sosial akan didapat lulusan dari mata

pelajaran dasar umum dalam Program Inti.

Pengetahuan dan kemampuan akademik akan didapat lulusan dari

mata pelajaran dasar kejuruan, di mana melalui mata pelajaran

ini pulalah para lulusan dibekali untuk mengembangkan

keterampilan kejuruan serta ketrampilan sosial demi masa

depannya, sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

Lebih jauh Butler (1972 : 4) mengemukakan bahwa :

Everything done in an occupational education

program must be done in the name of, and be directly

related to, specific job training. The staffing, the

curiculum, the training methods and the training

facilities must all point to this end. Ideally, the

training should take place within an environment that

combines the characteristics of a real work situation

(29)

Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah kejuruan,

kalau

kita

perhatikan, sangat

bervariasi,

dimulai

dengan

latihan

kejuruan yang mirip dengan tugas

pekerjaan

seorang

tukang di dunia kerja, melakukan eksperimen dalam satu

laboratorium, sampai kepada belajar menulis laporan atau dis

kusi dalam bahasa Inggris, tetapi hal itu semua berorientasi

kepada kebutuhan lapangan kerja. Memang idealnya latihan ke

juruan berlangsung pada suasana lapangan kerja yang

sesung-guhnya, mungkin berdasarkan hal ini pulalah maka, beberapa

Sekolah Teknologi Menengah (STM) para siswanya berpraktek

pada Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) yang fasilitas

prakteknya, serta bangunannya mirip pabrik (industri).

Pendidikan okupasional yang mensyaratkan agar metoda

latihan dan peralatan latihan harus sesuai dengan kebutuhan

pendidikan ke arah penyesuaian kemampuan yang memenuhi

persyaratan jabatan.

Di dalam kenyataannya di sekolah kejuruan dapat kita

jumpai peralatan yang sama dengan peralatan yang ada di

industri, di samping peralatan laboratorium dan peralatan

praktek dasar lainnya.

Dari uraian terdahulu dalam sub bab ini dapat

disim-pulkan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan dengan Kurikulum

1984-nya merupakan pendidikan okupasional

(occupational-education) yang berorientasi pada pemenuhan persyaratan

jabatan di dunia kerja.

(30)

lulusan dengan kemampuan yang sesuai dengan persyaratan dunia

kerja,

didukung oleh pendapat Finch dan Crunkilton (1979

:

10) yaitu :

The

vocational

and technical

curriculum

deals

directly with helping the student to develop a broad

range

of knowledges, skills, attitudes,

and

values,

each of which ultimately contributes in some manner

to the graduate's employability.

Pemikiran

tentang

pendidikan yang

berorientasi

ke

dunia

kerja

ini, rupanya telah dimulai sejak awal

abad

XX

dimana Lawrence Stenhouse (1975 : 52)

mengutip pendapat

Bobbit dari bukunya the "Curriculum " (1918) dan "How to Make

a

Curriculum " (1924) bahwa : "Human life . . . consists

in

the performance

of specific

activities.

Education

which

prepares

for

life

is

one that prepares

definitely

and

adequately for these specific activities".

Dengan demikian

Bobbit

berpendapat

bahwa kegiatan

pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan orang dewasa

di dunia

kerja yang nyata merupakan tujuan pendidikan.

Alberty (1965 : 267) juga mengutip pendapat Bobbit yang

menyatakan

bahwa : "education is to

prepare men

and

women

for the activities of every kind which make

up,

or which

ought to make up, well-rounded adult life".

Jadi

tugas

sekolah adalah untuk melatih siswa

agar

mereka

dapat

melakukan

pekerjaan

yang

dilakukan

orang

dewasa.

Alberty (1965 :267) mengungkapkan bahwa : "the activities

of

adult

life are the specific objectives of the

curriculum.

The activities

by which students

learn to perform them are

(31)

Pendapat Alberty ini merupakan pengaruh dari Bobbit tentang

prosedur

pembuatan kurikulum secara

"scientific"

yaitu

"analysis of human activity", yang sangat bermanfaat

khusus

nya dalam bidang pendidikan kejuruan.

Sebagai

lembaga pendidikan, Sekolah

Menengah

Kejuruan

Tingkat Atas, di samping mempunyai tujuan untuk mendidik sis

wa

agar

menjadi

manusia

Indonesia

seutuhnya

berdasarkan

Pancasila, juga mempunyai tujuan yang lebih spesifik, yaitu :

"...

untuk

memberikan

bekal kemampuan siap kerja

kepada

siswa,

sebagai tenaga kerja tingkat menengah

sesuai

dengan

persyaratan yang dituntut dunia kerja."

(Landasan, Program dan Pengembangan Kurikulum 1984, Balitbang

Dikbud, Jakarta, 1984 : 3).

Apa

yang

diungkapkan dari buku Landasan,

Program

dan

Pengembangan

di

atas,

sebenarnya sudah

dapat

kita

tarik

kesimpulan

bahwa

Pendidikan Menengah

Kejuruan

di

samping

sebagai pendidikan okupasional juga merupakan pendidikan yang

mendasarkan

atas

penguasaan

kemampuan

atau

kompetensi

(competency-based

education).

Namun

demikian

meskipun

v

Kurikulum

1984

SMKTA mempunyai tujuan yang

spesifik

dalam

menyiapkan tenaga kerja, tetapi tidak berarti bahwa

lulusannya

tidak mempunyai kesempatan untuk

melanjutkan

ke

pendidikan

yang

lebih tinggi, Kurikulum

1984

SMKTA,

juga

bertujuan

memberikan bekal kepada siswa

guna

mengembangkan

dirinya,

sehingga

lulusannya

dapat

memperdalam

dan

(32)

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,

sesuai dengan

asas pendidikan seumur hidup.

Pendidikan

berdasarkan

kemampuan

dapat

diartikan

sebagai

pendidikan yang

berorientasi

pada

pengembangan

individu

(individualization), agar individu

tersebut dapat

menguasai

pengetahuan

dan ketrampilan

serta

nilai

sikap

tertentu

yang

ditetapkan

dalam

tujuan

pendidikan

(goal

oriented),

atau dengan lain perkataan, agar

mdividu

dapat

menguasai kemampuan atau kompetensi.

Howsam

dan

Houston

(1972 : 3)

mengemukakan

bahwa

:

"Competency ordinarily is defined as adequacy for

task,

or

as, possession of required knowledge, skills, and abilities".

Dari

pernyataan di atas kelihatan bahwa Howsam

dan

Houston

menekankan arti kompetensi pada "kemampuan untuk mengerjakan"

(ability

to

do)

yang dilatarbelakangi

oleh

penguasaan

pengetahuan (required knowledge).

Dengan demikian kemampuan dapat ditinjau dari dua aspek,

yaitu

aspek perbuatan atau performansi yang

dapat

didemons-trasikan,

serta aspek pengetahuan yang dikuasai serta

nilai

sikap yang dianutnya, yang melandasi dan mewamai performansi

tadi.

Finch

dan Crunkilton (1979 : 220) mengemukakan bahwa

:

"...

competencies

for

vocational and technical education

are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciations

that are deemed critical to succesfull employment".

Dengan

demikian,

bukan berarti bahwa

semua

apa

yang

(33)

Kompetensi dapat dikategorikan sebagai

aspek yang kritis

dalam tugas-tugas pekerjaan dalam jabatan.

Selanjutnya

Howsam dan Houston (1972 : 4)

mengemukakan

tentang karakteristik dari pendidikan berdasarkan

kompetensi

yang secara ringkasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama,

pendidikan

berdasarkan

kompetensi

memiliki

tujuan pengajaran dalam bentuk perilaku

(behavioral-objec

tives) yang dapat diobservasi dan diukur.

Kedua,

akuntabilitas, yaitu bahwa siswa mengetahui

dan

menyadari

bahwa ia diharapkan untuk dapat

mendemonstrasikan

kompetensinya sampai pada tingkat yang ditetapkan.

Ketiga,

adalah

personalisasi,

yaitu

pendidikan

yang

diarahkan

kepada pengembangan dan peningkatan individu,

se

hingga

proses

belajar didasarkan

atas

kecepatan

belajar

masing-masing siswa (self-paced learning).

Karakteristik

yang

pertama,

sesuai

dengan

formulas!

tujuan-tujuan

dari

mata pelajaran kejuruan

di

dalam

GBPP

Kurikulum

1984

SMKTA,

khust-isnya

di

dalam

Tujuan

Ins-truksional Umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk kemampuan.

Dalam

Program

Pilihan terlihat

bahwa

mata

pelajaran

kejuruan

tidak memisahkan antara bahan pengajaran teori

dan

bahan pengajaran praktek, namun merupakan satu kesatuan

yang

utuh. Hal ini merupakan salah satu ciri dari pendidikan

yang

berdasarkan kompetensi.

Karakteristik yang kedua terlihat dari cara evaluasi

(34)

perbuatan (performance-test).

Karakteristik

yang

ketiga,

sesuai

dengan

pernyataan

dalam buku Landasan, Program dan Pengembangan yang menyatakan

bahwa

pelaksanaan

pengajaran pada Kurikulum

1984

mengarah

kepada

ketuntasan belajar dan disesuaikan

dengan

kecepatan

belajar masing-masing anak, dengan pemilihan kemampuan

dasar

serta

keterpaduan

dan

keserasian

antara

ranah

kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Sebenarnya pengembangan konsep belajar tuntas

merupakan

implikasi

dari

pendidikan berdasarkan

kompetensi.

Belajar

tuntas (mastery learning) artinya penguasaan penuh, dan

tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan

yang

dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh

murid.

(Nasution,

1984 : 36).

Dalam proses belajar mengajar yang kita kenal dewasa

ini,

waktu,

atau

lama

belajar

terjadwal

dengan

pasti,

sehingga perolehan belajar anak bisa berbeda, sedangkan dalam

belajar tuntas, tujuan merupakan sesuatu yang harus dicapai

oleh semua anak, sehingga waktulah yang bervariasi antar anak

didik.

Dari seluruh uraian pada sub bab 3.1. ini dapat kita

simpulkan

bahwa Kurikulum 1984 SMKTA secara konsep merupakan

pendidikan'

okupasional

yang

berdasarkan

kompetensi

(competency-based education), namun konsep-konsep yang

dikemukakan di dalam buku Landasan, Program dan

Pengembangan

(35)

pengaturan

waktu

belajar yang sudah terjadwal

tetap

dalam

struktur program pada GBPP.

Pada kenyataannya pelaksanaan proses belajar mengajar di

kelas

berpedoman pada alokasi waktu yang ada

pada

struktur

program

secara

pasti, sehingga hasil belajar

anaklah

yang

berbeda.

Selanjutnya dari sub bab ini pula kita ketahui bahwa

Kurikulum 1984

sebagai perbaikan Kurikulum 1976, dimaksudkan

antara

lain

untuk menghilangkan

kesenjangan

antara

dunia

pendidikan dan dunia kerja, dengan demikian dapat ditafsirkan

bahwa materi pengajaran, dan tujuan pendidikan yang ada dalam

GBPP

Kurikulum

1984

harus relevan

dengan

tuntutan

dunia

kerja.

Untuk itu kesesuaian yang diharapkan tersebut perlu

diteliti

kebenarannya melalui penelitian.

/ 3.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Tujuan Pendidikan pada

Pendidikan

Menengah

Kejuruan

yang

Berdasarkan

Kompetensi

Program pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat

Atas dengan Kurikulum 1984, terdiri atas Program Inti dan

Program Pilihan.

Program Inti adalah program yang wajib diikuti oleh

semua siswa, yang mengacu kepada pencapaian Tujuan Pendidikan

Nasional, perubahan nilai dan tata hidup dalam masyarakat

sehubungan dengan perkembangan yang terus menerus dari ilmu

(36)

kejuruan,

dan

sikap yang sesuai.

Kelompok

Mata

Pelajaran

dalam Program Inti yang wajib diikuti oleh semua siswa adalah

Mata

Pelajaran

Dasar Umum (MPDU). Kelompok

mata

pelajaran

dasar lainnya dalam Program Inti adalah Mata Pelajaran

Dasar

Kejuruan (MPDK), yang bertujuan untuk memberikan bekal dasar

pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan untuk,

mendasari Program Pilihan. Kelompok mata pelajaran dasar

kejuruan ini wajib diikuti oleh semua siswa SMKTA yang

se-rumpun. Sedangkan Program Pilihan adalah program yang dapat

dipilih sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa.

Program Pilihan ini diadakan di SMKTA berdasarkan kebutuhan

pembangunan daerah, dan ditetapkan berdasarkan hasil studi

kelayakan, yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Depdikbud

Propinsi.

Program Pilihan ini mengacu pada penguasaan kejuruan

dengan kompetansi khusus, dan sikap-sikap profesional yang

dipersyaratkan dunia kerja seperti yang dapat kita lihat

dalam formulas! tujuan mata pelajaran kejuruan atau tujuan

kurikuler pada GBPP Kurikulum 1984 SMKTA.

Di dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA kita lihat adanya

hierarkhi tujuan-tujuan :

Pertama, setiap mata pelajaran mempunyai tujuan yang

disebut dengan Tujuan Kurikuler (TK) atau tujuan mata pela

jaran.

Kedua, setiap tujuan kurikuler diuraikan menjadi

bebe-rapa Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang diformulasikan

(37)

Ketiga, setiap TIU didukung oleh beberapa pokok bahasan,

sub pokok bahasan serta uraian bahan pengajaran

yang dapat

dijadikan

dasar

untuk

mengembangkan

Tujuan

Instruksional

Khusus (TIK).

Hierarkhi

tujuan dalam GBPP Kurikulum 1984 ini

sejalan

dengan apa yang dikemukakan oleh Hall dan Jones

(1976

:26)

yaitu bahwa :

Goals are the broadest statements one makes about

the

expected

outcomes

of

a

CBE

program.

On

the

opposite

end

of

the

continuum

from

goals

are

objectives. An objective

is the most specific

formal

statement

that

is

made

about

expected

learning

outcomes.

Objectives

are behavioral

description

of

learning

skills.

On

the

continuum

of

goals

to

objectives, competencies lie in the mid range.

Tujuan

mata

pelajaran diformulasikan

dalam

kemampuan

secara

umum yang dapat diidentikkan dengan "learning

goal",

sedangkan

TIU yang merupakan uraian dari tujuan

mata

pela

jaran

dinyatakan

dalam

kemampuan

yang

lebih

spesifik

(kompetensi).

Selanjutnya TIU ini diuraikan lebih

jauh lagi

menjadi TIK yang merupakan target pada setiap pertemuan dalam

proses belajar mengajar (learning objectives).

Format

GBPP

Kurikulum 1984 SMKTA untuk

semua

Program

(38)

Tabel 2.

MATA PELAJARAN : 1. BAHAN-BAHAN LISTRIK

TUJUAN KURIKULER (TK) Siswa aengenal dan aetahaai si fat bahan listrik sehingga •aapu aeailih bahan listrik yang tepat sesuai dengan kegunaannya.

TUJUAN ! BAHAN PENGAJARAN i PR06RAH IKESESUAIAN 1

INSTRUKSIONAL . 1 .'DENGAN HASIL 1 Keterangan !

UHUH (TIU) .'POKOK BAHASANi URAIAN IKLISNIJP-iPENELITIAN 1

i i - i i i i i

* " — —— — —— T | -- -- I "T T - T T

1 1 2 1 3 1 41 SI 6 1 7 1

. . _ _ _ i i i i i i i

s :

Siswa aaipu

aenggu-T 1 "J |

11.1 PengantarIHacaa, si fat dan kegu- ! I! 1

r _ _ 1 —

! 19! !

lakan (aengaplikasi-! listrik inaan ! ! 19 1 !

kan) aacaa-aacaa ba-I !-Bahan penghantar ben- ! ! !/- I !

tan penghantar lis I ! tuk padat I 1 1 1

trik. ! 1-Bahan penghantar ben- V 1

! ! tuk cair ! !

1 1

f 1

1 1

I !-Bahan penghantar ben- ! 1 1 1

I 1

I ! tuk gas. ! i 1

L __1_ _ _____ __.X__J 1

1 1

1 1

Siswa aaapu

aenggo-r ~ t - - ~ _ t ~ . j — f — ,

-?->-t-i i i i i i i

i i i i i i

12.1 Haabatan iHacaa, si fat dan keguna! I! 1IB I 1 longkan (aengklasi-! listrik inaan 1 I !/- ! J fikasikan) berbagai' I-Bahan haabatan aurni i l l I 1 jenis haabatan I-Bahan caapuran ! ! i I i

listrik.

j

I-Bahan seai konduktor I I I ! !

i i i i i i

1 T~ T~ T T~ T T

1 J i l l 1

Siswa aaapu

aenggo-t i i i i i

3.1 Bahan pe-INacaa, si fat dan keguna! I! 119 I ! longkan bahan penye nyekat Ian ! ! ! / - ! !

kat listrik bentuk i listrik I-Bahan taabang I 1 ! ! !

padat, cair dan gasi !-Bahan plastik ! I ! I !

I-Bahan sintesa daaar I 2 i I !

•-Bahan yang dipadatkan I i i i i

I-Koapon. S • ! ! !

__, _ _ _ _ _ _ _ _ i _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ i _ _ _ _ _ i _ _ . _ _ _ _ _ _ _ , . . . , . i, . . .

1

f "—f T T T T

1 l l 1 l l

i I I I * l

3.2 Penyekat IHacaa, si fat dan ke- I II 2124 I ! listrik 'gunaan I I !/- ! I

cair dan !-Bahan-bahan bentuk I I I ! !

gas I cair I i i i i

|

!-Bahan-bahan bentuk gas! i 1 I I

._____.-_,-•__-_—_.—_-,—_.__.*

Siswa aaapu aeabe- 1

i i i i i

i i i i i

4.1 Bahan- IHacaa, si fat dan kegu- I i i i !

dakan si fat dan ke-i bahan inaan ! i ! ! i

gunaan aacaa-aacaa I aagnetis !-Jenis plat/leapeng I i i i ! bahan aagnetis ae- I !-Jenis padat/pegal ' i l l I

lalui percobaan 1 i i i

i i i

i i i

i i i

1 1

1 1

1 1

(39)

Selanjutnya,

diagram dari

hierarkhi

tujuan-tujuan

tadi dapat digambarkan dalam gambar no.2.

-L

Tujuan Instruksional

Jfflum (TIU/Konipetensi)

Fujuan Instruksional

Khusus/TIK (learning-objecti ve)

Tujuan Mata Pelajaran

(learning goal)

Tujuan Instruksional

UiTiuni (TIU/'Kainpetensi)

_£_

Tujuan Instruksional

Khusus/TIK (learning-objective)

Tujuan Instruksional Uiriufi) (TIU/Koffloetensi )

Tujuan Instruksional

Khusus/TIK

(learning-object i ve)

Gambar 2. Hierarkhi Tujuan dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA

Dikaitkan

dengan

pendapat Butler (1972 :

93)

tentang

hierarkhi

dari tujuan belajar,

maka dapat disimpulkan

bahwa

tujuan pelajaran merupakan tujuan terminal di mana :"Terminal

objectives state what the student must do to demonstrate mas

tery of the job and are desired directly from an overall

t a s k " .

Dikaitkan dengan prinsip pengembangan tujuan dalam GBPP

Kurikulum 1984 SMKTA,

maka hubungan antara tujuan

pengajaran

dengan analisis

jabatan dapat digambarkan seperti pada gambar

(40)

Tujuan

Program Pilihan

Tujuan

Mata Pelajaran

Tujuan

Instruksional Umum

y/

Tujuan

Instruksional Khusus

r

r

<r

J a b a t a n

_ _ _ _ ,

Pekerjaan

r

V

T u g a s

Kegiatan

i

Gambar 3. Kaitan Antara Hierarkhi Tujuan Pengajaran dengan

Uraian Jabatan

Di dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan

(41)

bahwa tujuan pelajaran, khususnya Tujuan Instruksional Khusus

harus

memenuhi

kriteria

antara

lain,

operasional,

ter-observasi,

dan

terukur.

Semua

tujuan

instruksional

yang

berkaitan dengan pengembangan keterampilan psikomotorik memang

dapat memenuhi

kriteria tersebut di atas,

namun

ada

juga

tujuan

instruksional

yang

sulit untuk

diukur,

dan

boleh

dikatakan

tidak terukur, yaitu pengembangan nilai dan

sikap

kerja profesional. Contohnya antara lain yaitu pengembangan

dan

peningkatan

apresiasi siswa terhadap

nilai dan

sikap

kerja di masyarakat, pengembangan kemampuan menggunakan waktu

kerja secara efisien, dan pembentukan sikap kerja yang sesuai

dengan kelompok kerja yang ada.

Dengan

demikian, tujuan pelajaran harus

diformulasikan

terhadap tujuan-tujuan yang terukur dan tidak terukur.

Tujuan

pelajaran

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

tak-sonomi Bloom (1956) yaitu :

- tujuan dalam bentuk pengetahuan (Cognitive objectives)

- tujuan dalam bentuk psikomotor (psychomptoric objectives)

- tujuan dalam bentuk nilai dan sikap (affective objectives).

Klasifikasi lain dari tujuan pelajaran dikemukakan oleh

Harmon (1969) yang dikutip oleh Finch dan Crunkilton (1979

:

163)

yang

sangat bermanfaat dalam menetapkan

tujuan

kerja

yaitu

: "... verbal performance, physical

performance,

and

attitudinal performance".

Dengan

demikian

Harmon (1969) yang dikutip oleh

Finch

dan

Crunkilton (1979 : 165) mengklasifikasikan "performance

(42)

1. Verbal Performance Objectives

1.1 Recall a name list a set names; state a simple rule or

fact.

1.2 Explain an ordered set of actions (how to do a task)

1.3 Respond to a series of statements or questions

1.4 Solve a specific symbolic problem

1.5 Solve a general type of symbolic problem

2. Physical Performance Objectives

2.1 Make physical identification (point to things)

2.2 Perform simple physical acts

2.3 Perform complex actions (with instructions or by rote)

2.4 Perform physically skilled actions

2.5 Perform

an appropriate skilled action in

a

problem-solving

situation (determine what is to be

done

and

then do it)

2.6 Determine acceptable quality in physical products

3. Attitudinal Performance Objectives

3.1 State or list probable consequences of a given action

3.2 Evidence memory of correct social responses in

given

social situations

Menurut

Mager

(1967 : 21), karakteristik

dari

tujuan

instruksional harus dapat menjawab tiga hal, yaitu :

Pertama,

apa

yang

harus dapat

dikerjakan

oleh

anak

didik.

Kedua, dalam kondisi yang bagaimana anak didik tersebut

dapat melakukan pekerjaan tersebut.

Ketiga,

bagaimanakah tingkat kebaikan

hasil

kerjanya.

Oleh

karena

itu, maka

karakteristik

tujuan

instruksional

dapat ditinjau dari tiga hal yaitu :

- performansi yang didemonstrasikan

- kondisi tempat performansi dilakukan, dan

- kriteria keberhasilan.

(43)

dengan prinsip-prinsip formulasi tujuan pendidikan baik yang

tertulis

dalam buku Landasan,

Program

dan

Pengembangan

Kurikulum

1984 SMKTA, maupun GBPP-nya, namun di

dalam

buku

Petunjuk Pelaksanaan Ditdikmenjur 1984 hanya terdapat petun

juk

bagi

pengembangan pokok bahasan dengan tujuan

ke

arah

kemampuan

yang

dapat didemonstrasikan, dan

belum

terlihat

adanya

pedoman pengembangan persiapan mengajar bagi

tujuan-tujuan yang berorientasi pada afektif dan kognitif.

3.3. Prinsip-prinsip

Pengembangan

Materi

Pengajaran

pada

Pendidikan Kejuruan yang Berdasarkan Kompetensi

Ada

beberapa

faktor

yang perlu dipikirkan

dalam

pe

ngembangan materi pengajaran yaitu :

Pertama,

setting pendidikan, di mana kurikulum akan

diimple-mentasikan, dan berkaitan antara lain dengan falsafah

pendi

dikan

kejuruan

pada waktu itu, serta

dukungan

masyarakat

terhadap pendidikan kejuruan.

Kedua, setting jabatan di dunia kerja.

Ada beberapa pertanyaan tentang keterhubungan atau

keter-kaitan

antara setting jabatan atau pekerjaan

dengan

materi

kurikulum, antara lain yaitu :

- apakah uraian jabatan dan uraian tugas dapat diidentifika

sikan secara jelas ?

- apakah dimungkinkan untuk melakukan survey ke lapangan ?

- sejauh

mana masyarakat industri dan dunia kerja

mendukung

dalam pengumpulan data ?

(44)

Finch

dan Crunkilton (1979 : 121)

mendefinisikan

analisis

tugas sebagai : " . . . the process where in task

performed

by

workers

employed in particular job

are

identified

and

verified. The worker's job consists of duties and tasks he or

she actually performs".

Jadi

analisis

tugas merupakan identifikasi

dan

verifikasi

dari tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja di lapangan.

Analisis tugas dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

Pertama, mempelajari literatur dan dokumen yang ada,

seperti

Klasifikasi Jabatan di Indonesia (KJI) yang dikeluarkan

oleh

Depnaker.

Kedua, mengelompokkan tugas-tugas berdasarkan klasifikasi

yang dianut oleh Pendidikan Menengah Kejuruan.

Ketiga,

menyesuaikan hasil pertama dan kedua

di atas dengan

sampling dari pekerja.

Keempat,

menganalisis hasil langkah ketiga

untuk

dijadikan

materi pengajaran.

Uraian tugas dari seorang teknisi merupakan sumber un

tuk pengembangan materi pengajaran, tujuan instruksional dan/

evaluasi proses belajar, serta juga memberikan arah untuk

urutan materi pengajaran, seperti yang dikemukakan oleh

Butler (1972: 73) yaitu bahwa :

A thorough and accurate job/task discription is

absolutely essential to the entire structure. Because

it provides the substance for the content of training, task description suggests the sequencing and form of

training, and also serves as a statement of the

(45)

is

virtually

the

fundamental

source

of

training

objectives.

Uraian tugas juga dapat dijadikan dasar untuk menetapkan

kriteria evaluasi. Namun demikian bukan berarti bahwa

uraian

tugas

sama

dengan analisis tugas,

analisis

tugas

berbeda

dengan

tujuan

instruksional,

karena

analisis

tugas

menggarobarkan

karakteristik

yang

dilakukan

oleh

seorang

teknisi

yang

sudah

ahli,

sedangkan

tujuan

instruksional

merupakan

"entry

level

of

employment",

seperti

yang

dikemukakan oleh Magger (1976 : 29) sebagai berikut :

Course

objectives

differ from the task

analysis

in

several ways. The task analysis describes the vocation

or job as it is performed by a highly skilled

person,

objectives

describes

the performance

that

will

be

expected at the end of the course.

Uraian

tugas

merupakan suatu

daftar

kegiatan

yang

nyata

dilaksanakan

di dunia kerja.

Analisis

tugas

mengu

raikan karakteristik perbuatan/tingkah laku (behavioral

cha

racteristic)

dari

seorang

teknisi

yang

sudah

ahli

atau

profesional.

Sedangkan

tujuan

instruksional

menggambarkan

performansi yang dihax-apkan dikuasai pada akhir belajar

oleh

seorang anak didik calon teknisi.

Analisis

tugas juga menguraikan perbuatan, atau tingkah laku

(behavioral characteristic) yang merupakan persyaratan kerja.

Dengan

mempelajari persyaratan kerja yang

dibutuhkan

dapat

ditetapkan pengetahuan kerja dan ketrampilan kerja (job know

ledge

dan

job performance), yang

merupakan

sebagian

dari

materi pengajaran.

(46)

kejuruan, materi pengajaran dalam bentuk teori ada dua macam,

yaitu

pengetahuan

dasar kejuruan (Kelompok

Mata

Pelajaran

Dasar

Kejuruan/MPDK)

atau

"related

theory",

kemudian

pengetahuan kerja atau teori kejuruan atau "job knowledge".

Di dalam GBPP

Kurikulum 1984 SMKTA tidak

dipisahkan

antara

mata

pelajaran teori dan praktek kejuruan, hal

ini

sejalan

dengan pendapat Butler (1972 : 81) bahwa :"There is no clear

division

between

job

knowledge

requirements

and

job

performance requirements, and, in fact, both kinds of

information may be developed simultaneously".

Kesimpulan dari sub bab ini ialah bahwa pengembangan

materi pengajaran baik berupa pengetahuan dasar, teori

kejuruan, maupun praktek kejuruan dapat dikembangkan dari

uraian tugas. Di dalam sub bab terdahulu telah diuraikan

bahwa pendidikan menengah kejuruan sebagai pendidikan

okupasional yang berdasarkan kompetensi, di mana formulas!

tujuan pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan kejuruan

telah sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan tujuan

pendidikan dalam pendidikan yang berdasarkan kompetensi.

Demikian juga dalam sub bab ini materi pengajaran yang

dikembangkan dalam GBPP Kurikulum 1984 SMKTA juga sesuai

dengan prinsip-prinsip pengembangan materi pada pendidikan

yang berdasarkan kompetensi.

Dengan kesimpulan yang diuraikan dalam sub bab ini, maka

timbul pertanyaan penelitian apakah tujuan dan materi

pengajaran telah sesuai dengan tuntutan dunia kex-ja yang akan

(47)

3.4. Prinsip-prin

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Pengelolaan ATK (Alat-alat Tulis Kantor) di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta pada saat ini masih dilaksanakan secara manual, dengan demikian masih sering terjadinya

Gedong Sawah Ruko No.7B, Bogor (samping SLTP Negri 2 Bogor).. 37 Bogor-SHOLEH

When we halved the deterrent rates of existing measures except for FAMS and IPSBs, then the mean additional risk reduction by adding IPSBs more than doubled to 2 percent and the

Walaupun lingkungan selalu berubah dari waktu ke waktu, sebuah keberadaan desain seharusnya mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut sehingga sebuah

Adapun hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib qada serta membayar kafarat adalah berhubungan suami istri yang sah. Kafaratnya adalah memerdekakan budak atau mungkin

Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam bahwa yang mendukung dalam keterampilan mahasiswa PGSD dalam keterampilan bertannya salah satunya minat, mahasiswa. 10 Mahasiswa

 Jangan bicara tentang diri sendiri tetapi Jangan bicara tentang diri sendiri tetapi selalu tertarik dengan orang lain. selalu tertarik dengan

KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen). Fakultas Hukum Universitas