No. Daftar FPIPS :1723/UN.40.2.5.1/PL/2013
PENGEMBANGAN POTENSI ATRAKSI WISATA BUDAYA DALAM UPAYA MENARIK MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG DI MUSEUM
SRI BADUGA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
Program Studi Management Resort & Leisure
Oleh :
Jogi Morrison
0906291
PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR HAK CIPTA
PENGEMBANGAN POTENSI ATRAKSI WISATA BUDAYA DALAM UPAYA MENARIK MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG DI MUSEUM SRI
BADUGA BANDUNG
Oleh
Jogi Morrison
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Jogi Morrison 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN POTENSI ATRAKSI WISATA BUDAYA DALAM UPAYA MENARIK MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG DI MUSEUM SRI
BADUGA Jogi Morrison
0906291
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing 1
Dr. Elly Malihah, M.Si
NIP. 197810192006042001
Pembimbing II
Rosita, SS.,MA.
NIP. 196604251994021001
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Manajemen Reosrt dan Leisure
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN POTENSI ATRAKSI WISATA BUDAYA DALAM UPAYA MENARIK MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG DI MUSEUM
SRI BADUGA
Oleh : Jogi Morrison
0906291
ABSTRAK
Museum Sri Baduga berada di Jalan BKR No.185 Kota Bandung, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Museum Sri Baduga mempunyai potensi atraksi wisata
budaya seperti Pameran Khusus (pameran alat musik tradisional dan pameran kain
tradisional), Pertunjukan Seni (seni wayang dan seni musik), dan juga Beda Koleksi
Pilihan. Namun potensi tersebut belum dikembangkan secara maksimal untuk
menjadi daya tarik bagi wisatawan. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan
terhadap potensi atraksi wisata budaya tersebut, yaitu dengan melakukan
pengembangan Pameran Khusus dan Pertunjukan Seni sebagai daya tarik wisata.
Dalam penelitian ini menggunkan metode analisis deskriptif, dimana peneliti
menjabarkan secara detail tanpa ada pelebihan dan pengurangan kata-kata. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi apa saja yang dapat mendukung
pengembangan atraksi wisata budaya dalam upaya menarik minat wisatawan di
Museum Sri Baduga, selanjutnya yang akan dianalisis mengunakan analisis SWOT.
Sehingga menghasilkan strategi-strategi yang dapat mendukung pengembangan
atraksi wisata budaya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa wisatawan menginginkan
adanya penambahan tema-tema pameran, mengemas benda koleksi lebih menarik,
menciptakan museum dengan nuansa baru yang lebih modern, serta melakukan
promosi yang efektif melalui berbagi media. Setelah melakukan penelitian maka
mengahsilkan stratregi-strategi yang dapat digunakan oleh pihak pengelola Museum
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DEVELOPMENT POTENTIAL CULTURAL TOURISM ATTRACTIONS IN EFFORTS TO ATTRACT TOURISTS VISITING INTERESTS IN MUSEUM
SRI BADUGA
By : Jogi Morrison
0906291
ABSTRACT
Sri Baduga Museum is located at BKR street No.185 Bandung, West Java
Province, Indonesia. Sri Baduga Museum have potential culture tourists attractions
such as the Special Exhibition (exhibition of traditional instruments and traditional
fabrics exhibition), Performing Art (art puppets and art music), and also Different
Preference Collection. However, this potential has not been developed to the
maximum to be an attraction for tourists. It is necessary for development of the
potential of the culture tourist attraction, namely by developing Special Exhibition
and Performing Arts as a tourist attraction.
In this study use the descriptive analysis method, in which the researchers
describe in detail without the overhead and reduction in the words. This study aims to
identify the potential of what can support the development of cultural tourism
attractions in an effort to attract tourists in Sri Baduga Museum, which will be further
analyzed using SWOT analysis. Until generating strategies that.
Based on the result of the study showed that tourists want to the addition of
the themes of the exhibition, a collection of objects to package more attractive,
creating a museum with a fresh new look that in more modern, and effective
promotion through media sharing. After doing some research it produces a rich
strategi-strategies that can be used by the manager oh the Sri Baduga Museum to
attract tourists to visit.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Hakekat Museum ... 7
B. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia ... 7
C. Peraturan dan Undang-Undang Tentang Benda Cagar Budaya ... 10
D. Pengertian Benda Pusaka ... 12
E. Pengertian Potensi Wisata ... 12
F. Pengertian Atraksi Wisata ... 14
G. Pengertian Wisata Budaya ... 15
H. Pengertian Pengembangan ... 16
I. Pengertian Minat ... 17
J. Pengertian Wisatawan ... 20
K. Kerangka Pemikiran ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Lokasi Penelitian ... 24
vii
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tehnik Pengumpulan Data ... 26
D. Populasi dan Sampel ... 27
E. Tehnik Pengolahan Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Gambaran Umun ... 38
B. Potensi Atraksi Wisata Budaya di Museum Sri Baduga ... 43
C. Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisa tawan Berkunjung di Museum Sri Baduga ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Rekomendasi ... 86
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan
mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan
memamerkannya kepada masyarakat. itu telah dilakukan oleh GE Rumphius di
Ambon pada tahun 1662 dengan nama DE Amboinsch Rariteitenkaimer. Sayangnya
museum itu telah lenyap ditelan oleh waktu. Dan kemudian pembangunan museum di
Indonesia telah mendapat perhatian yang signifikan dari pemerintah, karena dianggap
museum menjadi urusan yang perlu ditangani pembinaan, pengarahan, dan
pengembangannya oleh pemerintah sebagai sarana pelaksanaan kebijakan politik
dibidang kebudayaan. Tujuan didirikannya museum adalah untuk kepentingan
pelestarian warisan budaya dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan
bangsa, dan sebagai sarana pendidikan nonformal. Disamping itu museum diharapkan
dapat menyajikan suatu gambaran yang komprehensif mengenai warisan budaya,
aspek-aspek kesejarahan maupun sejarah alam, juga penyajian wawasan nusantara
dalam suatu tata pameran khusus sebagai pencerminan kesatuan bangsa. Dalam buku
yang berjudul (Museum Sumatera, NTT dan NTB, 2009), kebijakannya Direktorat
Permuseuman telah menetapkan 4 (empat) pilar utama yang dijadikan kebijakan
permuseuman di Indonesia yaitu :
1. Mencerdaskan Bangsa
2. Kepribadian Bangsa
3. Ketahanan Nasional dan
4. Wawasan Nusantara.
Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah membangun museum di setiap
propinsi melalui program pembangunan yang dirancang secara nasional. Sejak
2
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diantaranya adalah museum propinsi Jawa Barat. Dalam perjalanan sejarah dan
lingkup geografi budaya, wilayah Jawa Barat secara umum berada pada lingkungan
sunda dan sebagai kebudayaan yang menunjang pembangunan kebudayaan nasional.
Peninggalan budaya yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi banyak tersebar di
kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang
hingga kini. Perkembangan budaya Jawa Barat berlangsung sepanjang masa sesuai
dengan pasang surut pola kehidupan. Dalam garis perkembangannya tidak sedikit
pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat
berada pada posisi yang strategis dan mempunyai jumlah penduduk yang cukup
tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli
Jawa Barat. Banyak kekhawatiran yang muncul akibat dari masuknya berbagai
budaya asing ke daerah Indonesia sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk
mendirikan museum di daerah Jawa Barat yang salah satunya adalah museum Sri
Baduga yang terletak di daerah Bandung Jawa Barat.
Pembangunan museum Sri Baduga dirintis sejak tahun 1974 dengan
mengambil model bangunan tradisional Jawa Barat, bangunan museum itu sendiri
berbentuk suhunan panjang dan rumah panggung yang dipadukan dengan gaya
arsitektur modern. Museum ini dibangun di atas tanah yang dahulunya merupakan
area kantor kewedanaan Tegallega seluas 8.415,5 m. Bangunan bekas kantor
kewedanaan tetap di petahankan sebagai salah satu ruang perkantoran. Gedung
museum ini terletak di Jalan BKR nomor 185 (sebelumnya bernama Jln. Otto
Iskandardinata no. 638). Pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1980 dan
diresmikan pata tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr.
Daoed Yoesoef. Sepuluh tahun kemudian terdapat perubahan nama menjadi Museun
Negeri Propinsi Jawa Barat yaitu “ Sri Baduga”. Nama tersebut diambil dari gelar seorang raja Pajajaran yang memerintah pada tahun 1482-1521 Masehi. Dengan
demikian nama lengkap museum waktu itu adalah Museum Negeri Propinsi Jawa
3
Apresiasi masyarakat terhadap museum masih dirasakan kurang, karena
tingkat pemahaman mereka tentang pemuseuman masih sempit serta benda koleksi
yang terdapat di museum ini kurang menarik baik dalam segi tampilan ataupun dalam
segi penyajian. Tidak jarang mereka memandang bahwa museum adalah sebuah
bangunan yang di dalamnya tersimpan benda kuno yang tidak bermanfaat. Namun
bila ditelaah lebih dalam, museum cukup signifikan dalam pengembangan wawasan
dan pengetahuan, khusunya di bidang kebudayaan. Maka dari itu, kita selaku generasi
muda harus dapat memberikan ide-ide yang baru agar masyarakat lebih tertarik akan
wisata budaya khususnya terhadap museum Sri Baduga.
Banyak potensi yang ada di Museum Sri Baduga yang dapat dijadikan sebagai
obyek daya tarik wisata seperti acara festival yang didalamnya betemakan
kebudayaan sunda. Di acara festival yang betemakan budaya sunda ini masyarakat
dan para budayawan dapat berpartisipasi menunjukkan atraksi budaya sunda yang
dimiliki. Selain itu ada juga pameran benda-benda koleksi dan. Potensi-potensi
tersebut belum secara sepenuhnya diketahui oleh masyarakat dan belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh pengelola Museum Sri Baduga. Potensi-potensi
tersebut seharusnya dapat menarik minat kunjungan wisatawan. Namun dilihat dari
tingkat kunjungan wisatawan ke destinasi wisata yang menjadikan budaya sebagai
atraksi utamanya seperti wisata budaya d Museum Sri Baduga tiap tahunnya
mengalami penurunan. Lebih jelasnya, jumlah kunjungan wisatawan di Museum Sri
Baduga dapat dilihat pada table 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data Jumlah Kunjungan di Museum Sri Baduga 2010-2012
Tahun Total Kunjungan
2010 160.775
2011 149.021
2012 107.525
4
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari table 1.1 dapat kita amati bahwa jumlah pengunjung di Museum Sri
Baduga mengalami penurunun setiap tahunnya. Menurut Drs. Dindin Hasanudin
(sebagai pengelola Museum Sri Baduga), penurunan jumlah kunjungan Museum Sri
Baduga disebabkan karena kurangnya minat wisatawan, dan atraksi yang kurang
menarik. Sebagai suatu obyek wisata tentu kunjungan wisatawan menjadi salah satu
indikator keberhasilan pengelola dalam mengelola Museum Sri Baduga sebagai
obyek wisata. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan serta malihat kondisi
Museum Sri Baduga, maka perlu diadakan penelitian kedalam suatu karya ilmiah.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul: PENGEMBANGAN
POTENSI ATRAKSI WISATA BUDAYA DALAM UPAYA MENARIK MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG DI MUSEUM SRI BADUGA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka penulis
mencoba mengidentifikasi masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Potensi atraksi wisata budaya apa saja yang dimilki Museum Sri Baduga yang
dapat menarik minat wisatawan?
2. Bagaimana pengembangan potensi tersebut untuk menarik minat wisatawan
berkunjung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data
maupun informasi yang relavan yang sesuai dengan masalah yang diidentifikasikan
serta untuk menetapkan tujuan secara pasti dan jelas. Berdasarkan ruang lingkup
permasalahan sebagaimana dirimuskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari:
1. Mengidentifikasi potensi atraksi wisata budaya yang ada di Museum Sri
5
2. Mengindentifikasi pengembangan potensi atrkasi wisata budaya dalam upaya
menarik minat wisatawan berkunjung ke Museum Sri Baduga.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis, diharapkan dapat menjadi sarana dan hasil nyata pengaplikasian
ilmu yang telah diperoleh selam perkuliahan. Khususnya untuk menambah
pengetahuan, pemahaman mengenai pengembangan potensi atraksi wisata
budaya dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung di Museum Sri
Baduga.
2. Bagi Akademik, menjadi bahan kajian dalam penelitian selanjutnya bagi para
mahasiswa yang mengambil topik tentang pengembangan potensi atraksi
wisata budaya dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung di Museum
Sri Baduga.
3. Bagi Museum Sri Baduga, dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dimasa yang akan datang dalam mengembangkan potensi
atraksi wisata budaya agar dapat menarik minat wisatawan berkunjung.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang akan disusun:
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.
2. BAB II KAJIAN TEORI
Berisi kajian pustaka dan kerangka pemikiran tang bersangkutan dengan
penelitian kali ini yaitu mengenai pengembangan potensi atrksi wisata budaya
dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung.
6
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berisikan lokasi peneitian yang akan diteliti, populasi dan sample yang akan
digunakan, variable penelitian dan penjabaran tentang tehnik pengumpulan
data.
4. BAB IV ANALISIS
Berisi tentang analisis dari data yang diperoleh dari penelitian.
5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi tentang penjabaran kesimpulan yang direkomendasikan berdasarkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi Museum Sri Baduga yang dijadikan tempat penelitian, yaitu terletak di
Jalan BKR Nomor 185 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Museum Sri Baduga
merupakan Museum Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang berdomisili di Ibukota
Bandung. Dari sisi geografis kota ini terletak diantara 1070 36’ Bujur Timur dan 600 55’ Lintang selatan. Yang memiliki posisi geografis yang sangat strategis baik dari sisi komunikasi, perekonomian, dan trasportasi. Dapat dilihat pada gambar 3.1,
sebagai berikut :
25
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber: Google.com
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu dengan menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu dapat mendeskripsikan, memperoleh
gambaran dan memaparkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat hubungan antara fenomena yang ada di lokasi penelitian.
Menurut Winarno Surakhmad (1992: 139), mengatakan bahwa penelitian
dengan deskrptif bertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan data, akan
tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data itu. Juga menetapkan hubungan
dan kedudukan untuk unsur-unsur lainnya.
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan oleh Furchan (2004: 113), yaitu :
1. Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, menggunakan
obyektivitas, dan dilakukan secara cermat.
2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
3. Tidak adanya uji hipotesis.
Menurut Nazir (2003: 73) langkah-langkah yang penulis lakukan dalam
melaksanakan penelitian deskriptif, yaitu :
1. Memilih dan merumuskan masalah.
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan.
3. Memberi batasan dari area penelitian.
4. Merumuskan kerangka teori atau kerangka berpikir.
5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan.
6. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data.
7. Memberikan interpretasi analisis statistik.
8. Memberikan rekomendasi-rekomendasi yang di dapat dari penelitian.
26
C. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendukung penelitian yang dilakukan, maka perlu tehnik
pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data agar data yang didapat
sesuai dengan yang diinginkan. Adapaun tehnik-tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan
Tehnik observasi lapangan atau yang disebut pula dengan pengamatan,
meliputi kegiatan pemutusan terhadap suatu obyek dengan menggunkan seluruh
indra. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi kawasan dan
lingkungannya, dan potensi-potensi apa saja yang dapat dikembangkan. Serta
hal-hal yang berpengaruh dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung di
Museum Sri Baduga.
2. Wawancara
Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Tehnik wawancara adalah
tehnik pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung data yang
dibutuhkan kepada seseorang yang berwenang. Dalam penelitian kali ini yang
menjadi responden wawancara adalah pegawai Unit Pengelola Museum Sri
Baduga.
3. Studi Dokumentasi
Tehnik studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan
melihat, membaca, mempelajari, kemudian mencatat data yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian. Dokumen yang digunakan dapat berbentuk gambar, dan
karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2009). Yang menjadi data dokumentasi
dalam penelitian ini adalah membaca dan mempelajari dokumen yang terkait
27
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Angket/kuesioner
Angket atau kueseioner adalah tehnik pnegumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pernyataan untuk diisi sendiri oleh responden.
Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respons) atas menjawab
pernyataan-pernyataan yang diajukan. Dalam penelitian kali ini yang menjadi
responden adalah wisatawan yang datang berkunjung ke Museum Sri Baduga.
Penyebaran angket atau kuesioner delakukan dengan cara memberikan angket
kepada setiap wisatawan yang ditemui sampai memenuhi jumlah responden yang
telah ditentukan sebelumnya.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 49) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian kali ini yang akan diambil adalah
wisatawan yang berkunjung ke Museum Sri Baduga.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah himpunan atau bagian dari populasi yang akan diteliti dan
yang dapat menggambarkan populasinya. Untuk menentukan berapa besar jumlah
sampel sebagi wakil populasi, peneliti menggunakan Rumus Slovin. Slovin
menentukan ukuran sampel sebagi berikut :
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
28
berdasarkan rumus diatas dengan populasi sebanyak 107.525 orang, dengan
nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan 0.15 maka jumlah sampel yang
diperoleh sebagi berikut :
orang
Sehingga dari perhitungan diatas, menghasilkan sebanyak 45 orang responden
yang berkunjung ke Museum Sri Baduga untuk dijadikan sampel dalm penelitian kali
ini.
3. Tehnik pengambilan Sampel
a. Probability Sampling
Menurut Sugiyono (2006: 91) Probability sampling merupakan tehnik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjdi anggota sampel. Probability sampling
adalah pengambilan sampel berdasarkan peluang. Cara pengambilannya
dilakukan menggunakan simple random sampling atau secara acak.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan Probability sampling, yaitu
pemilihan sampel untuk menjadi responden adalah setiap orang (wisatawan)
yang berhasil dijumpai di Museum Sri Baduga, dan sampel tersebut
dipandang cocok sebagai sumber data. Dengan usia 17 tahun ke atas, karena
29
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tehnik Pengolahan Data
1. Analisis Kuesioner
Tehnik pengolahan data kuesioner wisatawan yaitu dengan pengklasifikasian
pertanyaan dalam kuesioner, penghitungan data yang didapat melalui kuesioner
yang telah diisi, menganalisis hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. Isi
dari kuesioner tersebut antara lain mengenai profil dari wisatawan, keinginan dan
minat dari wisatawan, serta media promosi yang sering digunakan oleh
wisatawan. Ini dimaksud agar peneliti dapat mengetahui bagaimana respon yang
diberikan oleh wisatawan yang selanjutnya akan diambil langkah-langkah untuk
menyikapinya.
Apabila form kuesioner telah tersebar, terkumpul, dan terisi, selanjutnya
dianalisis dengan menyajikan data dalm bentuk table (tabulasi data) dengan
menggunakan rumus persentase. Yang merupakan tehnik statistik sederhana yang
digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban yang
responden.
Adapun rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = jumlah Sampel
100% = Konstanta
Setelah dilakukan perhitungan-perhitungan, maka menurut Santoso (2001: 57)
hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan kategori sebagai berikut:
P F
30
Table 3.1 Kategori Persentase
Persentase Kategori
0 % Tidak seorangpun
1 % - 24 % Sebagian kecil
25 % - 49 % Hamper setengahnya
50 % Setengahnya
51 % - 74 % Sebagian besar
75 % - 99 % Hamper seluruhnya
100 % Seluruhnya
Sumber : Santoso, 2001
Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono
(2009:132) skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur pendapat
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap item akan diberikan
5 pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan. Pilihan terhadap masing-masing jawaban
untuk tanggapan responden diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skala Likert
Skala Nilai Jawaban
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
Sumber: Sugiyono, 2004
Dengan teknik pengumpulan data kuesioner/angket, maka instrumen tersebut
akan diberikan secara acak. Setelah mendapatkan jumlah skor ideal (kriterium) untuk
31
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STS TS RG S SS
Gambar 3.2 Garis Kontinum
Sumber: Sugiyono (2009)
Berdasarkan garis kontinum tersebut, maka rata-rata tanggapan responden berada
di level 84% yang artinya terletak pada daerah setuju. Alasan penelitian
menggunakan skala Likert 1-5 yaitu untuk memberikan jawaban yang lebih variatif,
sehingga responden dapat lebih mudah menentukan jawabannya sesuai dengan apa yg
responden rasakan.
2. Analisis SWOT
Analisis pengolahan data dilakukan dengan metode analisis SWOT, analisis
SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor
masukan, yang kemudian dikelompokan menrurut kontribusinya masing-masing.
Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktoe
internal yaitu Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses) dan faktor eksternal
yaitu Peluang (Opportunities), Ancaman (Threats). Sehingga strategi kebijakan dapat
dirimuskan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
dan peluang, namun secara bersamaan dapat memaksimalkan kelemahan dan
ancaman.
a. Kekuatan (Strengths), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki oleh obyek
tempat penelitian.
32
b. Kelemahan (Weaknesses), yaitu segala faktor yang kurang baik untuk
dijadikan tumpuan pengembangan di obyek penelitian.
c. Peluang (Oppurtunities), yaitu semua peluang yang ada sebagai kebijakan
pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional
atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh
berkembang di masa yang akan datang.
d. Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi
perusahaan.
A. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks IFE digunakan unutk mengetahui faktor – faktor internal perusahaan
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan
informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional
perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem
informasi, dan produksi/operasi.
Tahap Kerja :
1. Buatlah daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak peting bagi
aspek internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan.
2. Tentukan bobot dari faktor-faktor yang telah ditentukan dengan skala yang
lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus 1,0 nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Menentukan rating dari critical success factor antara 1 sampai 4 yang
masing-masing memiliki nilai :
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
33
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Kalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skornya.
5. Jumlah skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan
lemah, sedangkan apabila nilainya diatas 2,5 menunjukan posisi internal
yang kuat. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot
karena ia selalu berjumlah 1,0. Contoh tabel matriks IFE dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Matriks IFE
Key Internal Factor Bobot Rating Skor
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Total 1,00
Sumber, Rangkuti 2006
B. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyanngkut
persoalan ekonomi, siosial budaya, demografi, lingkungan dan politik, pemerintah,
hukum, teknologi, persaingan pasar industri dimana perusahaan berada, serta data
eksternal relavan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara
34
Tahap Kerja :
1. Membuat daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak peting bagi
kesukesan dan kegagalan untuk faktor eksternal yang mencakup peluang
dan ancaman.
2. Tentukan bobot dari faktor-faktor yang telah ditentukan dengan skala yang
lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus 1,0 nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Menentukan rating dari critical success factor antara 1 sampai 4 yang
masing-masing memiliki nilai :
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus.
4. Mengalikan bobot dengan ratingnya untuk mendapat skor semua
faktor-faktor tadi.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan
yang dinilai. Skor total 4,0 mengidentifikasikan bahwa perusahaan
merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada
dan , dan menghindari ancaman-ancaman yang ada di pasar industrinya.
Skot total sebesar 1,0 menunjukan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman
35
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4 Matriks EFE
Key External Factor Bobot rating Skor
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Total 1,00
Sumber, Rangkuti 2006
C. Matriks SWOT / TOWS
Matriks SWOT / TWOS adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategi
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan
kelemahan internal yang dimiliki organisasi, dapat disesuaikan dengan peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi organisasi tersebut. Matriks ini memiliki 4 (empat)
buah strategi :
1. Strategi S – O (Strengths – Oppurtunities)
Strategi S – O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan
pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan internal
untuk dapat menarik keuntungan dari peluang eksternal. Jika sebuah
perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang
untuk mengatasinya dengan dan mengubahnya menjadi kekuatan.
Kemudian sebuah perusahaan dihadapkan pada ancaman yang besar, maka
perusahaan akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada
36
2. Strategi W – O (Weaknesses – Opportunitues)
Strategi W – O adalah bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang ekternal.
Terkadang, perluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki
kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
3. Startegi S – T (Strengths – Threats)
Strategi S – T adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal
sebagai sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal. Hal ini bukan bahwa perusahaan yang kuat harus
selalu menghadapi ancaman.
4. Strategi W – T (Weaknesses – Threat)
Strategi W – T adalah berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman. Strategi ini meruoakan taktik untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta mengindari ancaman
eksternal. Suatu perusahaan yang dihadapkan pada sejunlah kelemahan
internal dan ancaman eksternal sesungguhnya berada pada dalam posisi
yang berbahaya.
Untuk lebih jelas, berikut ini adalah 8 (depalan) tahap bagaimana penentuan
strategi dibangun melalui matriks TOWS / SWOT. Tahap yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Membuat daftar kekuatan internal perusahaan.
2. Membuat daftar kelemahan internal perusahaan.
3. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan.
4. Membuat daftar ancaman ekternal perusahaan.
5. Mencocokan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dalam sel Strategi S – O
6. Mencocokan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang
37
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Mencocokan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman ekternal
dan catat hasilnya dalam sel Strategi S – T
8. Mencocokan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
ekstrenal dan catat hasilnya dalam sel Strategi W – T. Bisa dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.5 Matrik Analisis SWOT
IFE
Kosong
(Leave Blank)
EFE
Kekuatan
(Strengths)
Kelemahan
(Weaknesses)
Peluang
(Oppurtunities)
Strategi S – O Strategi W – O
Ancaman
(Threats)
Startegi S - T Strategi W – T
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Museum Sri Baduga dengan potensi yang dimilikinya seperti pameran
dengan tema khusus, pertunjukan seni musik, dan pertunjukan wayang
merupakan suatu daya tarik wisata yang menarik dan berpeluang untuk
dikembangkan dalam menarik minat wisatawan berkunjung.
2. Berdasarkan hasil akhir analisis skala likert dan garis kontinum, maka didapat
potensi yang berpengaruh dalam pengembangan potensi wisata budaya yaitu
daya tarik pameran dengan mengusung tema khusus yang menjadi daya tarik
utama. Lalu pertunjukan yang menghidupkan museum sri baduga sebagai
museum budaya. Dari hasil pengolahan data SWOT, didapat 9 (sembilan)
strategi dalam mengembangkan atraksi wisata budaya di Museum Sri Baduga.
Strategi itu seperti pemberdayaan masyarakat, melakukan kerjasama dengan
para pelaku seni dan budayawan, dan pemanfaatan potensi daya tarik dan
aktivitas wisata.
B. Rekomendasi
Setelah menjelaskan potensi atraksi wisata budaya yang ada dalam upaya
menarik minat wisatawan berkunjung, penulis membuat saran atau masukan bagi
pihak pengelola Museum Sri Baduga yang dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan potensi atraksi wisata budaya, yang diantaranya adalah :
1. Meningkatkan inovasi sistem peragaan koleksi museum yang ditata secara
86
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komputer, persentasi audiovisual, serta pajangan video secara interaktif untuk
lebih menarik dan lebih mendidik.
2. Mengoptimalkna aktivitas promosi museum yang menarik, lebih mendidik
sekaligus menghibur, yang dapat menggugah emosi atau imajinasi
pengunjung untuk lebih tertarik, mengetahui, Museum Sri Baduga. Misalnya
melalui tampilan website yang lebih menarik, dan mengandakan even yang
bertemakan budaya yang dilakukan secara rutin seperti, psetunjukan seni dan
budaya.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang atraksi wisata budaya,
diharapkan dapat lebih menambah inovasi-inovasi dan variasi-variasi atraksi
wisata. Agar Museum Sri Baduga dapat menjadi salah satu destinasi wisata
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Furchan, 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Anonim 1995. Laporan Akhir Studi Pengembangan Wisata Minat Khusus.
Yogyakarta : Dinas Pariwisata DI Yogyakarta dan Pusat Pendidikan dan
Pengembangan Pariwisata (PUSPAR) UGM : Yogyakarta. Dapat di unduh di
website :
http://furaktimor.wordpress.com/2012/05/29/upaya-peningkatan-
minat-wisatawan-dari-aspek-budaya-dan-karakter-masyarakat-local-pada-objek-wisata-bee-manas-waikana/
Bambang Soemadio (ed). (1984). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : PN Baka
Pustaka .
Crow, L. & Crow, A. 1989. Psychologi Pendidikan. Yogyakarta : Nur Cahaya.
Damanik J dan Weber HF. (2006). Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta.
Drajat, Hari Untoro. 2005. Exploitative Management Of The Archeologigical
Heritage Management in Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Fakultas
Kehutanan Univertisa Gajah Mada.
Fandeli.(1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty.
Kesrul, M. (2003). enyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata. Jakarta : PT.
Grasindo.
Nazir. Moh. PH. D. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Pendit, N.S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta:
PT.Pradyna Paramita.
Pintrich, R. P dan Schunk. D. H. 1996. Motivation in Education, Theory Research
88
Jogi Morrison, 2013
Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prayogi, Putu Agus. (2011). “Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran”. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata. 1, (1), 64-79.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia
Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Alex Media
Komputindo. Jakarta.
Soejono, R.P. (Editor Jilid), 1984. Sejarah Nasional Indonesia I : Jaman Prasejarah
di Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualutatif, R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta :
Bandung.
Sukardi, Nyoman. 1998. Pengantar Pariwisata. STP Nusa Dua Bali.
Undang-undang No.5 Tahun 1992. Benda Cagar Budaya. Jakarta : Departemen
Periwisata Budaya Republik Indonesia
Warpani. P. Suwardjoko. & Warpani. P. Indra. (2007). Pariwisata dalam Tata Ruang
Wilayah. Bandung : Penerbit ITB, 2007.
Weaver, David dan Martin Opperman. 2002. Pariwisata Management. Australia,
Brisbane.
Winarmo Surahkmad. 1992. Pengantar Penelitian Dasar, Metode, dan Tehnik.
Bandung : Tarsito.