• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYUSUPAN AIR ASIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP POTENSI SUNGAI SAMBONG UNTUK IRIGASI AREAL PERSAWAHAN DI MUARA SUNGAI SAMBONG KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENYUSUPAN AIR ASIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP POTENSI SUNGAI SAMBONG UNTUK IRIGASI AREAL PERSAWAHAN DI MUARA SUNGAI SAMBONG KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYUSUPAN AIR ASIN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP POTENSI SUNGAI SAMBONG UNTUK IRIGASI

AREAL PERSAWAHAN DI MUARA SUNGAI SAMBONG

KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG

JAWA TENGAH

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1

Program Studi Geografi

Disusun Oleh :

IRFAN GUNAWAN TRIADI

NIM : E. 100 050 038

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia adalah air. Sebagai

salah satu sumber daya alam, air merupakan faktor yang sangat penting dan mutlak

untuk sumber kehidupan. Air bergerak mengikuti daur hidrologi dan terbagi secara

tidak merata menurut geografi maupun musim, sehingga air yang tersedia terutama

yang terdapat di atas bumi dari waktu ke waktu besarnya tidak tetap. Kebutuhan air

menyangkut dua hal yaitu : Pertama air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati,

misalnya air digunakan dalam pertanian sebagai sarana irigasi, air untuk keperluan

industri, air sebagai tenaga pembangkit listrik ( PLTA), dan lain-lain. Kedua

air untuk kehidupan kita sebagai makhluk yang berbudaya, misalnya air digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu : untuk kebutuhan rumah tangga, mandi, mencuci

pakaian, dan lain-lain.

Irigasi merupakan salah satu alternatif diantara pemanfaatan sumber daya air.

Menurut Endang pipin Tachyan (1992), Irigasi adalah upaya pemberian air dengan

membuat saluran-saluran untuk mengalirkan air dalam bentuk lengas tanah sebanyak

keperluan untuk tumbuh dan berkembang tanaman. Irigasi merupakan hal yang

penting mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim,

yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Perbedaan musim menyebabkan

persediaan air berbeda. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kekurangan air

irigasi pada musim kemarau adalah dengan jalan memanfaatkan dan mengelola

sumber-sumber air untuk irigasi. Sumber air untuk irigasi dapat berasal dari waduk,

sungai, air tanah maupun air hujan. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk tanaman

padi dan besarnya air untuk irigasi di suatu daerah pengairan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain evaporasi, perkolasi, kehilangan air di dalam sistem

pembawa, dan sebagainya.

Perhitungan banyaknya air yang dibutuhkan untuk irigasi dapat dilakukan

dengan mengadakan penelitian-penelitian serta pengukuran langsung di lapangan dan

dapat pula dilakukan dengan cara kombinasi yaitu pengukuran langsung di lapangan

dan perhitungan dengan menggunakan data iklim secara bersamaan (Sadeli

(3)

Di Kabupaten Batang Jawa Tengah terdapat beberapa sungai yang bermuara di

laut Jawa, diantaranya adalah Sungai Sambong yang bermuara langsung dengan laut

lepas. Seperti sungai-sungai lainnya yang bermuara langsung dengan laut lepas,

Sungai Sambong mengalami permasalahan dengan adanya intrusi air asin pada muara

sungai. Sungai Sambong dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan difasilitasi dengan

dibangunnya Bendungan Kedungdowo Kramat beserta fasilitas-fasilitas lainnya

seperti saluran pembagi, bangunan irigasi, dan lain-lain. Bendungan Kedungdowo

Kramat dibangun pada tahun 1986 mengairi areal persawahan sekitar 1688,73 ha,

saluran irigasinya dibuat saluran pembagi untuk mengairi sekitar 738,47 ha di sebelah

kiri bendung dan sekitar 950,26 ha di sebelah kanan bendung.

Areal persawahan yang terletak pada muara Sungai Sambong seluas sekitar

1688,73 ha, mencakup 6 desa antara lain : desa Sambong sekitar 389,76 ha, desa

Klidang wetan sekitar 290,76 ha, desa Klidang Lor sekitar 345,58 ha, desa Denasri

Kulon sekitar 159,86 ha, desa Denasri Wetan sekitar 221,32 ha, dan desa Karang

Asem sekitar 281,45 ha. Pada musim penghujan debit air Sungai Sambong besar

sehingga ketersediaan air untuk irigasi melimpah dan daerah pertanian yang diairi

tidak kesulitan untuk mendapatkan air irigasi, tetapi pada musim kemarau debit air

sungai kecil dan tidak mampu mencukupi daerah irigasi keseluruhan terutama pada

areal persawahan di muara Sungai Sambong. Fenomena tersebut menunjukkan adanya

ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air untuk irigasi. Para

petani padi di Kecamatan Batang pada musim kemarau kesulitan mendapatkan air

untuk irigasi, untuk mengatasi kesulitan mendapatkan air irigasi, sebagian dari petani

berinisiatif mengambil air dari anak cabang Sungai Sambong. Mereka menyewa

diesel untuk menyedot air sungai kemudian mengalirkannya ke sawah-sawah, padahal

mereka tidak mengetahui unsur-unsur air yang terkandung dalam air sungai,

akibatnya pada sekitar 100ha sawah mengalami kekerdilan pada tanaman padi dan

daunnya berwarna suram dan kekuning-kuningan setelah diairi dengan mengambil air

dari cabang Sungai Sambong. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pada musim

kemarau kualitas air Sungai Sambong tidak baik apabila digunakan untuk irigasi.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk meneliti kualitas air

Sungai Sambong untuk keperluan irigasi dengan variabel daya hantar listrik di muara

Sungai Sambong untuk mengetahui adanya penyusupan air asin dan mengevaluasi

potensi Sungai Sambong untuk memenuhi kebutuhan irigasi dengan memperhatikan

(4)

Dalam penelitian ini penulis memberi judul : ANALISIS PENYUSUPAN AIR

ASIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP POTENSI SUNGAI SAMBONG

UNTUK IRIGASI AREAL PERSAWAHAN DI MUARA SUNGAI SAMBONG

KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH.

1.2. Perumusan Masalah

Daerah penelitian meliputi 6 desa yaitu : Desa Sambong, Klidang Wetan,

Klidang Lor, Denasri Wetan, Denasri Kulon dan Karang Asem dengan luas areal

persawahan sekitar 1688,73 ha.

Pada daerah penelitian menunjukkan bahwa pada musim kemarau debit air

Sungai Sambong mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan

intrusi asin karena debit air sungai tidak cukup kuat menahan laju pasang surut air

asin. Sungai Sambong yang terindikasi terkena intrusi air asin apabila digunakan

untuk irigasi maka sangat berbahaya untuk tanaman, maka perlu dikaji mengenai

kualitas air Sungai Sambong untuk irigasi dengan menggunakan variabel daya hantar

listrik di muara Sungai Sambong, kecilnya debit air Sungai Sambong juga

mengakibatkan tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk air irigasi. Oleh sebab itu

perlu diadakan penelitian mengenai potensi Sungai Sambong apabila digunakan untuk

irigasi dalam hal ini kajian yang diteliti mengenai perbandingan antara ketersediaan

air untuk irigasi dan kebutuhan air irigasi (water balance), selain itu kecilnya debit air

Sungai Sambong Adapun perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas air Sungai Sambong untuk keperluan irigasi ?

2. Bagaimana imbangan air Sungai Sambong untuk irigasi pada daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kadar unsur-unsur DHL, Cl , SO ,HCO3 , CO , Na ,

2. Menghitung imbangan air (water balance) Sungai Sambong untuk irigasi

pada daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

instansi-instansi pemerintah daerah yang terkait dengan masalah kualitas air dan potensi

Sungai Sambong untuk keperluan irigasi pada khususnya dan memberikan wacana

pemikiran bagi para pembaca pada umumnya, serta bagi penulis untuk memperdalam

(5)

dan sebagai salah satu syarat untuk menyalesaikan program studi S1 di fakultas

Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1 Telaah Pustaka

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai : penggunaan air pada tanah untuk

keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Meskipun

demikian, suatu definisi yang lebih umum dan termasuk sebagai irigasi adalah

penggunaan air pada tanah untuk keperluan sebagai berikut:

1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan

untuk pertumbuhan tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan

lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Mencuci dan mengurangi garam dalam tanah.

6. Mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Melunakkan pembajakaan tanah dan gumpalan tanah.

8. Memperlambat pembekuan tunas dengan pendinginan karena penguapan.

(Endang Pipin Tacchyan, 1992)

Dalam irigasi analisis fisik menyangkut ketersediaan air merupakan hal penting.

Ketersediaan air dari bendung merupakan rangkaian nilai yang bersifat probabilistik.

Akibat data aliran yang terbatas maka diperlukan analisis probabilistik aliran secara

tidak langsung yaitu berdasarkan data hujan (Sudjarwadi, 1987).

Perhitungan kebutuhan air irigasi menurut Arsyad (1989), menetapkan

berdasarkan keseimbangan air pada petak sawah. Langkah pertama adalah penetapan

besarnya evapotranpirasi (pemakain air konsumtif) dari jenis tanaman, kemudian

ditetapkan curah hujan efektif dari curah hujan daerah setempat. Untuk menentukan

besarnya air irigasi yang dimasukkan ke petak sawah harus ditentukan dalamnya

penggenangan yang akan diberikan dan besarnya perkolasi. Sedangkan pada saat

pengolahan sawah harus dihitung besarnya air yang diperlukan untuk

penjenuhan/pelumpuran tanah. Konsultan dari MEDECO menyarankan, kebutuhan air

untuk pengolahan tanah adalah 200 mm/h, sedangkan kebutuhan air untuk

pertumbuhan apabila dipandang dari segi efisiensi penggunan air maka penggenangan

(6)

berbeda-beda maka untuk menghindari adanya keadaan kekeringan karena adanya

giliran pemberian air akibat penurunan, maka penggenangan 5 cm dan 7,5 cm lebih

banyak disarankan untuk pengairan (Prosida, 1976 dalam Sumbul S. Depari, 1978).

Pada hakekatnya penggunaan air yang berlebihan pada suatu areal irigasi akan

mengakibatkan kekurangan air di areal yang lain pada satu daerah irigasi pada saat

yang sama. Luas areal yang dapat dilayani tergantung pada faktor efisiensi irigasi.

Efisiensi akan berkurang dengan adanya kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat

berupa penguapan air di saluran, rembesan bahkan diambil orang untuk kepeluan

rumah tangga. Apabila kehilangan air cukup besar, nilai efisiensi menjadi rendah. Hal

lainnya adalah terjadi kesalahan operasi. Ini berarti pembagian air tidak merata

sehingga luas areal yang nyata terlayani tidak sesuai dengan rencana\hitungan

(Sudjarwadi, 1990).

Pada daerah irigasi yang tanaman padi merupakan tanaman pertanian utama,

pada umumnya pemberian air terus-menerus dari suatu debit air, misalnya 1,5 liter per

detik per ha antar tanggal-tanggal tertentu. Pergiliran adalah usaha langsung untuk

mendistribusikan air secara merata untuk seluruh areal disepanjang suatu saluran.

Karena air yang tersedia dalam suatu daerah irigasi bendungan jarang mencukupi

untuk mengairi seluruh areal irigasi, maka tiap tahun ditetapkan prioritas dalam

penggunaan air (Pasandaran, 1984)

Abdul Sobur ( 1984) Dalam tulisannya yang berjudul “Beberapa Masalah

Hidrologi di Daerah Pesisir” yang disampaikan pada seminar hidrologi Fakultas

Geografi Universitas Gadjah Mada mengungkapkan tentang problema umum yang

dihadapi dalam masalah hidrologi di daerah pesisir Indonesia salah satu masalah

tersebut berupa penyusupan air laut. Penyusupan air laut ini pada daerah pesisir

dengan daerah aliran sungai yang luas akan membentuk taji (salt wedge) pada dasar

sungai. Hal ini terjadi karena debit sungai cukup kuat mengimbangi arus pasang surut

dimuara sungai.

Dalam kajian kualitas air, tidak dapat dilepaskan pembicaraan tentang

karakteristik air yang meliputi :

1). Sifat fisik air.

Karakteristik air dikenal dalam tiga fase yaitu : fase gas, fase cair, fase padat. Dari

sifat fisik air tersebut dapat dikemukakan seperti: suhu, rasa dan bau, warna,

kekeruhan, solid, konduktifitas.

(7)

Sifat kimia yang penting untuk menentukan kualitas air irigasi adalah :

a). keseluruhan jumlah kadar garam larut.

b). perbandingan sodium dengan unsur lainnya.

c). kadar ion beracun khusus seperti borax, dan dalam kondsi yang sama,

konsentrasi bikarbonat dalam hubungannya dengan konsentrasi kalsium plus

magnesium (U.N Mahida,1986).

Cara air asin dapat bercampur dengan air permukaan di daerah pantai menurut

Soemarto (1987), yaitu :

1. Rembesan air tanah payau ke daerah rendah.

Di daerah delta pembentukan tanah dasarnya ditandai oleh lapisan tiris yang

terdiri atas pasir dan kerikil, sebagian besar termasuk plistocene. Lapisan tersebut

ditutupi dengan formasi semi impervios yang terdiri atas lempung, loam atau gambut.

Lapisan tirisnya berada di atas dasar impervious yang terdiri atas batuan dasar atau

lempung padat. Kadang-kadang dalam akuifer ditemukan interkalasi lapisan semi

impervious.

Adanya perbedaan tinggi muka air menyebabkan aliran muka air tanah. Karena

air tanah tersebut payau atau bahkan asin, maka terdapat sejumlah garam yang

terbawa ke permukaan tanah. Air tanah payau tersebut berasal dari periode waktu

trasgresinya laut ke daratan selama terjadinya endapan plistocene.

2.Difusi garam pada tanah asin (saline soil)

Jika air tawar dengan konsentrasi

c

, berada diatas tanah asin yang

mengandung air pori berkonsentrasi , maka ion-ionnya akan bergerak ke atas

karena pengaruh gradient konsentrasi.

o

c

1

3. Kadar garam dalam air sungai.

Beberapa sungai mengalirkan garam jumlah yang cukup besar yang disebabkan

oleh :

(1). Salinitas alami komponen air tanah dari aliran sungai.

(2). Aliran balik dari daerah irigasi di sebelah hulu.

(3). Pembuangan sisa rumah tangga.

(4). Pembuangan sisa air industri.

Menurut U.N Mahida (1986), kecocokan air untuk irigasi tergantung pada kadar

endapan dan unsur-unsur garam didalamnya. Sifat fisik endapan serta kadar kimia

(8)

menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini tergantung pada ciri khas tanah yang

akan diberi air irigasi, misalnya pada tanah yang mengandung pasir dengan kapasitas

menahan air yang rendah dan kadar penyuburan yang rendah akan mengalami

penimbunan yang lambat, begitu pula sebaliknya pada tanah yang mempunyai

kapasitas menahan air yang tinggi akan mengalami penimbunan endapan yang tinggi.

Hal ini akan membahayakan karena penimbunan dapat mengurangi daya serap tanah

terhadap air.

Proses standar untuk menilai kadar garam dalam air irigasi digunakan metode

penggunaan daya hantar listrik dari sampel air yang diambil, karena penilaian tentang

akibat dari salinitas berdasarkan ukuran daya hantar listrik memberikan perkiraan

yang lebih baik mengenai tekanan osmotik yang dihasilkan oleh kadar garam yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman akibat berkurangnya jumlah air yang

diserap oleh akar tanaman, sebagaimana seperti tabel 1 berikut :

Tabel 1.1. Kecocokan air irigasi sehubungan daya hantar listrik

Kelas Daya konduksi Kecocokan untuk irigasi

1 Di bawah 250 Seluruhnya aman.

2

250 – 750 μmho

(bergaram sedang)

Secara praktis aman di bawah

semua kondisi.

3

750 – 2250 μmho

(salinitas medium sampai

tinggi)

Aman dengan tanah yang

dapat menyerap air dan

pelepasan garam saecara

yang mempunyai daya serap

air yang baik dengan

pelepasan secara khusus untuk

tanaman yang toleran

terhadap garam.

5

4000 – 6000 μmho

( salinitas cukup tinggi)

Di pergunakan hanya pada

tanah yang berdaya serap air

tinggi sekali dengan pelepasan

garam yang sering untuk

(9)

terhadap garam.

6

Di atas 6000 μmho

(salinitas berlebihan)

Airnya tidak cocok sama

sekali untuk irigasi.

(sumber : U.N Mahida, 1986)

Dari tabel I dapat disimpulkan bahwa air dengan daya konduksi dibawah 250 μ

mho/cm merupakan air yang sangat baik untuk irigasi. Air dalam batas antara 250

sampai 750 μ mho/cm baik untuk pertumbuhan tanaman pada semua jenis tanah. Air

dalam batas antara 750 sampai 2250 μ mho/cm apabila digunakan pada tanah dengan

penyerapan yang baik dan pelepasan garam secara moderat dapat memberikan

pertumbuhan tanaman yang memuaskan, hampir semua air irigasi yang digunakan

mempunyai daya konduksi dibawah 2250 μ mho/cm. Air dalam batas antara 2250

sampai 4000 μ mho/cm merupakan air dengan salinitas tinggi, air ini dapat digunakan

pada tanah dengan daya srap air yang baik dengan pelepasan garam secara khusus dan

tanaman yang tahan terhadap garam. Air dalam batas 4000 sampai 6000 μmho/cm

merupakan air dengan salinitas sangat tinggi, dipergunakan pada tanah yang

mempunyai daya serap air yang sangat tinggi dengan pelepasan garam sesering

mungkin dan pada tanaman yang sangat tahan terhadap garam. Air diatas 6000

μmho/cm tidak cocok apabila digunakan untuk irigasi( U.N Mahida, 1986).

1.5.2 Penelitian Sebelumnya

Sunarto, (1995) dalam Aditya, (1997) mengadakan penelitian di daerah aliran

Sungai Cokroyasan, Kabupaten Purworejo yang mempunyai masalah utama intrusi air

asin di daerah muaranya. Hal ini mempengaruhi kondisi kualitas air sungai maupun

kualitas air tanah di sekitar sungai.

Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi jauhnya penyusupan air laut ke arah hulu serta mengetahui pengaruh

intrusi air asin terhadap kualitas air tanah untuk penggunaan sebagai air minum.

Untuk penelitian ini digunakan metode penelitian pengukuran secara langsung

di lapangan yang meliputi data daya hantar listrik air sungai dan temperatur air. Untuk

analisa menggunakan analisis grafis, sedangkan untuk mengetahui karakteristik kimia

air sungai digunakan analisis diagram Collin.

Dari penelitian ini diketahui bahwa daya hantar listrik dimuara antara

30.000-45.000 mikromhos/cm. semakin ke arah hulu nilai daya hantar listriknya semakin

(10)

Dari analisa grafis didapat hubungan positif antara jarak intrusi dengan tinggi pasang

surut.

Freddy Buntaran (1987), dalam Bayu Aditya, (1997 ) mengadakan penelitian

didaerah aliran sungai Bengawan Solo yang mempunyai permasalahan intusi air asin

di daerah muara, dengan adanya intrusi air asin ini, maka air sungai yang mempunyai

kadar garam tinggi akan berbahaya apabila digunakan untuk air minum dan irigasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi intrusi air asin yang terjadi

dimuara, faktor- faktor yang mempengaruhi intrusi air asin dan akibatnya terhadap air

sungai untuk penggunaan air minum dan irigasi.

Metode yang digunakan adalah pengukuran daya hantar listrik dilapangan dan

analisa laboratorium untuk kualitas airnya. Analisa datanya menggunakan cara

matematis dan grafis.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai DHL yang semakin besar

apabila semakin ke muara yaitu berkisar 2000-5000 μmhos/cm dan sebaliknya ke

arah hulu semakin kecil yaitu berkisar 300-400 μmhos/cm. Sedangkan dari analisa

grafik didapat bahwa jarak intrusi dengan pasang surut menunjukkan adanya korelasi

posistif tapi debit sungai sangat berpengaruh terhadap jauhnya intusi ke arah hulu.

Untuk analisa ion cl⎯ didapat hasil bahwa untuk air minum dan irigasi pada jarak 22

km dari muara sungai, air tidak dapat dipergunakan lagi.

Adyana, (1995) Dalam penelitiannya yang berjudul “ Studi imbangan air irigasi

di daerah seksi pengairan Brantas Blitar di Kabupaten Dati II Blitar Bagian Utara”

dengan tujuan menghitung ketersediaan air permukaan untuk irigasi dan menghitung

imbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air irigasi.

Metode yang digunakan untuk menghitung kehilangan air di saluran dengan

menggunakan inflow-outflow, evaporasi dengan cara Penman. Kebutuhan irigasi

dengan metode Abdurrachim dalam Sudibyakto (1981) yakni dengan menghitung

CWR, FWR dan PWR. Hasil imbangan antara debit aliran rata-rata selama 10 tahun

(1982-1992). Dengan kebutuhan irigasi pada masing-masing daerah irigasi periode 10

hari menunjukkan daerah lahan kekurangan air sebesar 6938,5 lt/dt. Pada bulan

febuari kedua dan kekurangan air terkecil pada bulan agustus kedua sebesar 131,5

lt/dt. Daerah irigasi Krawang kekurangan air terkecil pada bulan Agustus pertama

(11)

Sudibyakto (1980) Dalam skripsinya yang berjudul “Imbangan Air Irigasi

Daerah Pengairan Ciberas Hilir Kabupaten Cirebon Jawa Barat” bertujuan untuk

mengevaluasi imbangan air antara air yang tersedia dengan besarnya air yang

digunakan untuk irigasi. Dalam mengevaluasi imbangan air di daerah ini digunakan

analisa meteorologis dengan data hujan dan data debit bendung sebagai variabel input.

Untuk penggunaan air termasuk besarnya perkolasi dan kehilangan air di saluran

pembawa dimasukkan dalam variabel output. Data – data yang dibutuhkan : data

hujan, data debit bendung, suhu udara, pergiliran tanaman dan jadwal tanam serta

data–data lain. Untuk menghitung kebutuhan air rumus yang digunakan adalah rumus

Abdurrachim yang meliputi kebutuhan air konsumtif (CWR), kebutuhan air di suatu

unit areal tanaman (FWR), dan kebutuhan bagi seluruh daerah pengairan. Besar CWR

dihitung dari nilai evaporasi dan dengan mengetahui faktor pertumbuhan tanaman

(TC), sedangkan nilai FWR diketahui dari nilai CWR ditambah perkolasi,

penjenuhan, dan penggenangan. Untuk menghitung PWR diperlukan efisiensi saluran

pembawa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian terjadi kekurangan air

pada bulan Juli sampai November, sedangkan pada saluran induk Cigaruguk

kekurangan air terjadi pada bulan Januari, April, Mei dan Juni. Kekurangan air

terbesar pada bulan November pada saat pengolahan tanah untuk tanaman padi.

Penelitian - penelitian tersebut di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu kesamaan dalam tujuan sehingga metode yang digunakan

dapat dijadikan acuan dalam perhitungan pada panelitian yang akan penulis lakukan.

Tabel 1.2. Penelitian sebelumnya

Penulis Topik Tujuan Metode

(12)

Adyana

1.6. Kerangka Penelitian

Irigasi pada hakekatnya adalah upaya pemberian air dengan membuat

saluran-saluran untuk mengalirkan air pada tanaman dalam bentuk lengas tanah sebanyak

keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Faktor yang mempengaruhi irigasi adalah

(13)

Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan pada suatu wilayah ditambah

dengan kehilangan air. Dalam menghitung kebutuhan air irigasi dilalui beberapa

tahapan yaitu : perhitungan evaporasi, perhitungan air konsumtif bagi tanaman

(CWR), perhitungan air dipetak sawah (FWR), dan kebutuhan air irigasi keseluruhan

(PWR). Sedangkan ketersediaan air didapat dengan menghitung debit sungai. Dari

hitungan ketersediaan air dan kebutuhan air untuk irigasi didapatkan imbangan air

untuk irigasi dan dapat diketahui potensi Sungai Sambong Untuk keprluan irigasi.

Indonesia memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Perbedaan musim tersebut mengakibatkan perubahan debit air dari waktu ke waktu.

Pada musim kemarau debit air kecil sehingga menjadi masalah untuk irigasi yang

mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan

air untuk irigasi di daerah penelitian. Kecilnya debit sungai pada musim kemarau

dapat pula menyebabkan adanya intrusi air asin karena kecilnya debit air sungai tidak

cukup kuat menahan arus pasang air laut di muara sungai.

Mekanisme intrusi air asin antara lain disebabkan oleh debit air sungai yang

kecil pada musim kemarau dan tidak cukup kuat untuk menahan arus pasang air laut

di muara sungai, sehingga berakibat terjadinya penyusupan air laut ke dalam air

sungai. Adanya penyusupan air laut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

kadar garam dalam air, sehingga berpengaruh pada kualitas air sungai. Faktor lain

yang berpengaruh diantaranya adalah kedalaman sungai di muara dan pasang surut.

Dimana semakin dalam sungai, maka penyusupan air laut yang mempunyai berat jenis

yang lebih besar, mudah menyusup ke arah hulu melalui dasar sungai. Untuk faktor

pasang surut, pasang surut yang lebih besar daripada kecepatan aliran sungai pada

musim kemarau akan mendesak air sungai ke arah hulu. Kalau faktor kedalaman

sungai dan pasang surut dianggap tetap, maka penyusupan air laut akan dipengaruhi

oleh debit sungai. Semakin kecil debit sungai, maka semakin jauh pengaruh

penyusupan ke arah hulu.

Intrusi air asin akan mempengaruhi kualitas air irigasi pada daerah irigasi di

muara sungai karena kecocokan air irigasi tergantung pada kadar endapan dan unsur –

unsur garam didalamnya. Untuk mengetahui unsur –unsur garam dalam air irigasi

diambil sampel air yang berhubungan dengan air laut yaitu : konsentrasi kalsium,

magnesium, sodium, ion dasar yang utama dan sulfat, klorida, bikarbonat dan

karbonat yang kadar masing-masing tersebut mungkin berlebihan atau terlalu besar.

(14)

sodium yang larut dalam air irigasi. Proses standar untuk menilai kadar air irigasi

adalah dengan menggunakan daya hantar listrik. Daya hantar listrik adalah

kemampuan suatu zat untuk untuk menghantarkan arus listrik, kandungan DHL yang

baik digunakan untuk irigasi dan akan memberikan hasil pertanian yang memuaskan

mempunyai daya konduksi dibawah 2250 μmho/cm. Air dengan daya konduksi diatas

2250 μmho/cm apabila digunakan untuk irigasi akan memberikan hasil pertanian

yang kurang memuaskan, kecuali pada tanah yang sangat khusus dan pengolahan

yang baik.

1.7. Hipotesa

1. Dengan mengetahui kadar unsur-unsur DHL, Cl−, SO4 −2 ,HCO3 −,

CO3 2

, Na+, K+2

, Ca+2, dan Mg+2 dalam air Sungai Sambong dan

menganalisa dilaboratorium maka dapat diketahui kualitas air Sungai

Sambong untuk irigasi dan jauhnya intrusi air asin yang terjadi.

2. Dengan mengevaluasi antara persediaan dan kebutuhan air untuk irigasi

didaerah penelitian maka akan didapatkan imbangan air untuk irigasi dan

dapat diketahui potensi Sungai Sambong untuk irigasi didaerah penelitian.

1.8. Data dan Metode Penelitian 1.8.1 Data penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran langsung dilapangan,

sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi pemerintah yang

terkait dengan penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara

lain:

a. Data primer yang meliputi:

1. Data Kualitas Air Sungai.

2. Perkolasi

3. Air yang hilang disaluran (Efesiensi saluran)

b. Data sekunder yang meliputi:

1. Data pasang surut air laut,

(15)

3. Data meterologi, meliputi : temperatur udara, kelembapan udara relatif,

lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin.

4. Data topografi,

5. Data penggunaan lahan.

6. Peta sistem jaringan irigasi.

Data sekunder tersebut diperoleh dari instansi – instansi yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

1.8.2 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei melalui

pengamatan dan pengukuran dilapangan daerah penelitian guna menentukan

lokasi pengukuran dan pencatatan di lapangan untuk memperoleh data primer

dan mengumpulkan data sekunder.

Untuk mempermudah melakukan penelitian, maka akan dilakukan

beberapa tahap penelitian, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a.Studi kepustakaan yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b.Mempelajari peta yang terdiri dari:

a) Peta Topografi lembar Batang sheet no.4921.III Series T.725 skala

1:50.000 tahun 1960, untuk menentukan letak astronomi dan

topografi daerah penelitian.

b) Peta Geologi skala 1:100.000 tahun 2002, untuk mengetahui jenis,

umur dan struktur batuan di daerah penelitian.

c) Peta Tanah 1:50.000 tahun 2002, untuk mengetahui penyebaran dan

jenis tanah di daerah penelitian

d) Peta Penggunaan Lahan 1:50.000 tahun 2002, untuk mengetahui

bentuk dan luas penggunaan bahan di daerah penelitian.

c.Orientasi lapangan

Dalam hal ini dilakukan pengamatan lapangan sebelum

mengadakan penelitian untuk menentukan lokasi dan pengecekan data

sekunder yang didapat dari instansi-insatnasi yang bersangkutan dengan

obyek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam hal ini dilaksanakan pengumpulan data primer dan dilakukan

(16)

imbangan air daerah penelitian dan potensi sungai Sambong untuk keperluan

irigasi.

2.1. Pengumpulan data primer.

Data Primer didapat dari pengukuran langsung dilapangan berupa :

1. Data kualitas Air.

2. Perkolasi.

3. Air yang hilang disaluran (Efesiensi saluran).

1. Data Kualitas Air Sungai

Analisa kualitas air sungai diperlukan untuk membantu interpretasi

pengaruh pengaruh penyusupan air asin di daerah penelitian dan untuk

mengetahui klasifikasi keperluan air sungai untuk irigasi.analisa Untuk

menilai kualitas air sungai digunakan parameter kadar garam larut dalam air

irigasi dan parameter daya hantar listrik (DHL). Sampel air sungai ini hanya

diambil untuk unsur-unsur yang berhubungan dengan air laut. Unsur- unsur

tersebut adalah :

Anion : Cl , SO− 4 −2 ,HCO3 −, dan CO3 −2 (ppm).

Kation : Na , K+ +2, Ca+2, dan Mg+2 (ppm).

Unsur-unsur tersebut didapatkan saat pengambilan sampel air

kemudian dianalisa laboratorium. Kadar dari masing-masing unsur tersebut

kemudian dikorelasikan dengan jarak sungai dari muara (laut) untuk

mengetahui sampai sejauh mana penyusupan air asin di daerah penelitian.

Penganalisisan kadar unsur yang berhubungan dengan air laut dengan

menggunakan program SPSS versi 14,00.

Pengukuran daya hantar listrik dilakukan secara langsung dilapangan,

digunakan untuk menerangkan adanya kejadian penyusupan air asin.

Metode sampling yang digunakan adalah metode random serial sampling

yaitu pengukuran dilakukan dengan menentukan tempat pengambilan

sampel terlebih dulu dengan mengambil interval ruang yang sama (Ir. oyce

Martha W dan Ir.Wanny Adidarma dalam Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi

).

Pengukuran dilakukan dengan membuat enam titik tempat pengukuran

daya hantar listrik pada muara Sungai Sambong. Tiap titik pengukuran

(17)

terjadi perubahan nilai daya hantar listrik. Alat yang digunakan untuk

mengukur adalah “EC” meter yang dilengkapi dengan pengukur temperatur.

Dari tiap titik pengukuran diambil satu sampel air kemudian dianalisa

dilaboratorium untuk mengetahui unsur-unsur DHL dalam air sungai.

2.Perkolasi

Penentuan lokasi pengukuran berdasarkan peta tanah Kecamatan

Batang skala 1:50.000, peta penggunaan tanah Kecamatan Batang.

Pengambilan sampel didasarkan pada jenis tanah yang ada di daerah

penelitian. Banyaknya sampel yang diambil untuk setiap macam tanah

didasarkan pada prosentase luas tanahnya terhadap luas tanah seluruhnya

dengan memperhatikan luas daerah pengairan dari setiap saluran yang ada

di daerah peneltian.

Besarnya perkolasi didaerah penelitian diperoleh dengan mengadakan

pengukuran langsung dilapangan yang lokasinya disawah-sawah dengan

menggunakan alat cangkul, stopwacth dan penggaris. Metode pengukuran

adalah dengan membuat lubang yang berpenampang bujur sangkar dengan

ukuran panjang serta lebar 30 cm, kedalaman lubang dibuat ± 60 cm

(disesuaikan kedalaman efektif tanahnya). Pada salah satu tebing diberi

penggaris untuk mengetahui besarnya penurunan muka air dimulai setelah

keadaan benar-benar jenuh dengan interval waktu pencatatan tertentu.

Adapun untuk menentukan sampel lokasi pengukuran perkolasi yaitu

dengan menggunakan metode stratified random sampling.Apabila luas jenis

tanah luas maka sampel yang diambil banyak dan apabila luas jenis tanah

sempit maka sampel yang diambil sedikit. Dimana strata yang digunakan

dalam penelitian ini adalah luas jenis tanah, dapat dilihat pada table 1.3

dibawah ini :

Tabel 1.3. Jenis Tanah Daerah Peneletian

Jenis Tanah Luas(km2)

Asosiasi grumusol coklat kekelabuan dan kelabu kekuningan 3,08

Grumusol kelabu tua 3,68

Mediteran coklat 32,47

(18)

Luas jenis tanah daerah penelitian berdasarkan tabel 1.3. dibagi

menjadi dua kelas yang telah ditentukan. Cara menentukan kelas luas jenis

tanah daerah penelitian dengan rumus “Sturgess” yaitu :

K Xr Xt Ki = −

Keterangan : Ki : Kelas interval

Xt : Data tertinggi

Dengan kelas interval 9,79 maka dapat diklasifikasikan luas jenis tanah

daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.4.

Adapun cara untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil

sebagai berikut :

Jumlah sampel yang akan diambil = DF x Total jumlah luas jenis tanah

Keterangan :

DF = Degree of freedom/ Derajat kebebasan

a) Jumlah sampel di wilayah sempit

100 10

x 3,08 = 0,308

b) Jumlah sampel di wilayah luas

100 10

x 32,47 = 3,247

Dari perhitungan diatas maka didapat perhitungan jumlah sampel 3,08< 12,87 : wilayah sempit jumlah sampel 1

2,87- 22,79 : wilayah sedang tidak diambil sampel 22,79<32,58 : wilayah luas jumlah sampel 3

Tabel 1.4. Jumlah sampel Perkolasi Daerah Penelitian

Jenis tanah Klasifikasi Jumlah sampel

Asosiasi grumusol coklat kekelabuan dan kelabu

kekuningan

Luas 1

(19)

Mediteran coklat sempit 3

Sumber : hasil perhitungan.

3. Air yang hilang disaluran ( Efisiensi saluran )

Besarnya air yang hilang di saluran diperlukan untuk mengetahui

besarnya efisiensi penyaluran yang nantinya akan digunakan untuk

menghitung kebutuhan air irigasi di seluruh daerah irigasi (project water

requirenment).

Besar kehilangan air di saluran dapat diketahui dengan mengadakan

pengukuran langsung di lapangan yang lokasi pengukuranya ditentukan

berdasarkan sistem irigasi yang ada.

Adapun metode yang digunakan adalah velocity area methode dengan

menggunakan alat current meter. Pengukuran dilakukan pada semua saluran

irigasi, dipilih ruas saluran yang terletak diantara bangunan bagi, atau

dengan panjang tertentu yang dapat mewakili kondisi sepanjang saluran

induk/sekunder, kemudian diukur debitnya dibagian hulu dengan bagian

hilirnya.

Rumus yang digunakan adalah :

Q = A. V ………(1)

Dengan V = aN + b

Dimana :

Q : debit saluran (m3/dt)

A : Luas penampang basah (m2)

V : kecepatan aliran (m/dt)

N : jumlah putaran per waktu

(20)

2.2. Perhitungan Imbangan air untuk irigasi

Dalam melakukan perhitungan air untuk irigasi untuk mengetahui

potensi Sungai Sambong untuk keperluan irigasi dilaksanakan dengan cara

membandingkan antara ketersediaan air irigasi dengan kebutuhan air irigasi.

Dalam Perhitungan Imbangan air untuk irigasi melalui beberapa tahapan, yaitu

:

1. Perhitungan kebutuhan air konsumtif bagi tanaman ( CWR ).

2. Perhitungan kebutuhan air di petak sawah ( FWR ).

3. Perhitungan kebutuhan air irigasi secara keseluruhan ( PWR ).

1. Perhitungan air konsumtif bagi tanaman (CWR).

Kebutuhan air konsumtif bagi tanaman (CWR) adalah : jumlah air

dalam satu areal yang digunakan oleh tanaman untuk membangun jaringan

tubuhnya, sisanya keluar melalui daun-daun.Untuk mengetahui besarnya air

konsumtif diperlukan parameter evaporasi (Eo) dan faktor tanaman (f) setiap

jenis tanaman dan tahap pertumbuhannya.

Rumus :

CWR = Eo x f ………(2)

Keterangan :

CWR : kebutuhan air konsumtif tanaman.

Eo : evaporasi.

f : faktor tanaman.

Besarnya faktor tanaman dalam setiap fase pertumbuhan disesuaikan

sesuai ketentuan seperti tabel dibawah ini:

Tabel 1.5. Besarnya Faktor Tanaman

Tanaman Masa pertumbuhan Faktor

tanaman

Kebutuhan air (mm) Padi a. garapan untuk bibit

(21)

Besarnya evaporasi dihitung dengan cara Penman. Metode ini

berdasarkan atas unsur-unsur meteorologi yang telah diperhitungkan dalam

bentuk tabel.

IVxVxVI VII VIII a xIIxIII

……….(3)

Keterangan :

I : Kemiringan garis hubungan antara suhu dan tekanan uap

jenuh pada suhu T (mm/hari).

II : 0.02 + 0.48 n/N

n adalah lama penyinaran matahari penuh dalam 1 hari (jam).

N adalah penyinaran matahari maksimum.

III : Htop yaitu radiasi ekstraterasterial yang tiba (cm2.hari-1) merupakan

fungsi garis lintang.

IV : 118 x 10-9(2273+T2)4merupakan fungsi dari suhu.

T2 adalah temperatur udara pada ketinggian 2 meter diatas tanah (0C).

V : 0,47- 0,077 √e2 merupakan fungsi tekanan uap aktual pada ketinggian

2m.

C2 adalah tekanan uap air pada ketinggian 2 meter.

VI : 0,2 + 0,8 n/N merupakan fungsi n/N.

VII : 0.458 + 0.35 (0.5 . 0.54 v).

V 2: adalah kecepatan angin pada ketingian 2 meter.

VIII : nilai dari e, merupakan fungsi dari temperatur udara.

e = tekanan uap jenuh

e2 = tekanan uap aktual pada ketinggian 2m

2. Perhitungan kebutuhan air di petak sawah (FWR).

Kebutuhan air di petak sawah adalah kebutuhan air bagi suatu unit

pertanaman.

rumus :

FWR = CWR + P.Pg + Pj ………(4)

Keterangan :

FWR : kebutuhan air di petak sawah.

(22)

P : perkolasi.

Pg : penggenangan (mm/hari).

Pj : penjenuhan (mm/hari).

Besarnya penggenangan dan penjenuhan ditentukan dengan

pendekatan secara agrohidrologis, dengan ketentuan penjenuhan tanah sebesar

1.2 mm/hari dan penggenangan sebesar 0.8 mm/hari(Achmadi Partowiyoto,

1975).

3. Perhitungan air secara keseluruhan (PWR).

Dalam menghitung kebutuhan air irigasi secara keseluruhan diperlukan

data curah hujan efektif, efisiensi saluran dan hasil perhitungan FWR.

Rumus :

PWR : kebutuhan air irigasi keseluruhan (mm/hari).

FWR : kebutuhan air di petak sawah (mm/hari).

Re : curah hujan efektif.

Esal : efisiensi saluran (%).

Yang dimaksud dengan curah hujan efektif ialah besarnya curah hujan

selama masa tumbuh yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air

konsumtif (Abdurrachim, 1974). Besarnya hujan efektif tiap-tiap daerah tidak

sama, faktor yang mempengaruhi adalah jenis tanah dan jenis vegetasinya.

Sebelum menghitung curah hujan efektif, terlebih dahulu dihitung

rata-rata di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah Poligon Theisen.

Cara ini memperhitungkan luas daerah, yang diwakili oleh stasiun yang

bersangkutan, untuk menghitung hujan rata-rata Poligon didapat dengan

menarik sumbu terhadap garis hubung antar masing-masing stasiun ( Sri

(23)

Berdasarkan dengan ketentuan yang diberikan Prosida maka

perhitungan curah hujan efektif dihitung dengan ketentuan bahwa 80% dari

hujan yang jatuh merupakan hujan efektif.

Untuk mengetahui total debit yang dibutuhkan pada suatu areal irigasi,

maka PWR dikalikan dengan luas seluruh areal irigasi. Efisiensi saluran

adalah perhitungan antara jumlah air yang sampai ke areal irigasi dengan

jumlah air yang diambil dari bangunan sadap. Efisiensi saluran dipengaruhi

oleh macam dan keadaan saluran pembawa seperti satuan pelapis, tingkat

pemadatan tanah dan panjang saluran.

Rumus :

Esal =

Wf Wr

x 100 % ……….(7)

Keterangan :

Esal : efisiensi saluran.

Wr : jumlah air yang sampai ke areal irigasi.

Wf : jumlah air yang diambil dari bangunan sadap.

1.9. Tahap Pengolahan dan Analisa Data

Data yang didapat dari pengambilan sampel kualitas air kemudian dianalisa

laboratorium. Untuk menilai kadar garam larut dalam air irigasi digunakan metode

penggunaan daya hantar listrik (DHL), karena penilaian tentang akibat dari salinitas

berdasarkan ukuran daya hantar listrik berbanding lurus dengan garam-garam/mineral

yang ada didalam air, semakin tinggi kadar garamnya maka semakin tinggi DHL

dalam air. Kandungan nilai DHL didapatkan saat pengambilam sampel air pada

tempat-tempat yang telah ditentukan. Dari kandungan DHL dapat diketahui jauhnya

intrusi yang telah terjadi. Hasil analisa yang akan dicapai adalah penentuan sampai

sejauhmana penyusupan air asin terjadi di muara Sungai Sambong, dan mengetahui

layak atau tidaknya kualitas air Sungai Sambong untuk irigasi.

Sebelum melakukan analisa lanjutan akan ditentukan lebih dahulu batas

penyusupan air asin yaitu dengan membuat grafik hubungan antara daya hantar listrik

(DHL) dengan jarak dari muara sungai. Apabila nilai DHL di bagian hulu konstan

(24)

Hasil perhitungan kebutuhan air untuk irigasi kemudian dibandingkan dengan

potensi saluran induk yang tersedia pada daerah penelitian sehingga didapat imbangan

antara ketersediaan dan kebutuhan Selanjutnya dari imbangan tersebut dievaluasi

untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan suplai air untuk irigasi

apakah terjadi kekurangan atau terjadi kelebihan dalam kebutuhan air untuk irigasi di

daerah penelitian. Data tersebut tersajikan berupa : tulisan, tabel dan grafik.

Dari hasil analisa data dapat diketahui jauh penyusupan air asin dan imbangan

air untuk irgasi sehingga dapat merekomendasikan layak atau tidaknya kualitas air

Sungai Sambong untuk keperluan irgasi pada areal persawahan di mura Sungai

Sambong pada saat musim kemarau tiba atau pada saat suplai air irigasi dari saluran

(25)

1.9. Diagram alir penelitian

PETA TOPOGRAFI PETA PENGGUNAAN LAHAN

Imbangan Air Irigasi

Penentuan Jalur Pengukuran DHL & Temperatur

Pengambilan Sampel Air Data -Suhu -Curah hujan -Kelembapan

Relatif

-Kecepetan Angin -Lama Penyinaran

Matahari

Data -Debit Sungai

Pengukuran DHL & Temperatur

Analisa Lab 1.Ca 5.Cl 2.Mg 6.SO 3.Na 7.CO 4.K 8.HCO

Evaporasi

CWR

FWR

PWR

Kebutuhan Air Irigasi

Ketersediaan Air Irigasi

Evaluasi Imbangan Air Irigasi

Hasil Kualitas Air Irigasi

Hasil

REKOMENDASI

Peta jaringan system irigasi

Korelasi linear sederhana

Jauhnya intrusi

(26)

Air payau (brackish water) adalah campuran antara air tawar dan air asin, terdapat

di muara-muara sungai sampai jarak 15 km dari pantai (Mulyono

tjokrodikaryo, 1983 dalam Aditya, 1997).

Air permukaan adalah air yang tersimpan atau mengalir di permukaan tanah (

Purbo hadiwidjojo, 1987 dalam Sari, 2002).

Air tawar (fresh water) adalah air yang rasanya tidak asin dan tidak pahit, dari

segi kimia umumnya cocok untuk pemakaian manusia ( Purbo hadiwidjoyo,

1987 dalam Aditya, 1997).

Baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang disiapkan oleh suatu negara atau

daerah yang bersangkutan (Fakultas Geografi UGM, 1990).

Berat jenis (specific density) adalah angka yang menunjukkan perbandingan

kepadatan suatu zat terhadapzat lainnya yang dipakai sebagai standar

(Marbun, 1982 dalam Aditya, 1997).

Daerah aliran sungai (drainage area) adalah Daerah yang dialiri sebuah sungai

atau sistem sungai yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga

semua aliran yang berasal dari daerah tersebut keluar melalui saluran

tunggal (Linsley, 1949 dalam Aditya, 1997).

Daya hantar listrik adalah kemampuan suatu zat untuk menghantarkan arus listrik

(Purbo hadiwidjojo, 1987 dalam Sari, 2002).

Debit adalah volume air yang mengalir persatuan waktu melewati suatu

penampang melintang sungai, pipa, pelimpah, akuifer, dan sebagainya

(Partowijoyo, 1975).

Evapotranspirasi adalah pengertian dari dua istilah, yaitu evaporasi dan

transpirasi. Evaporasi adalah air yang menguap dari tanah yang berdekatan,

permukaan air atau permukaan daun – daun tanaman. Transpirasi adalah air

yang memasuki daerah akar tanam – tanaman dan dipergunakan untuk

membentuk jaringan tanam – tanaman ke atmosfer (Sri Harto, 1993).

Hilir sungai (downstream) adalah searah dengan arus sungai (Purbo Hadiwidjoyo,

1987 dalam Aditya, 1997).

Hulu sungai (upstream) adalah arah yang bertentangan dengan arus sungai (Purbo

Hadiwidjoyo, 1987 dalam Aditya, 1997).

Kebutuhan air konsumtif (CWR) adalah air yang secara potensial digunakan

untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi suatu areal agar dapat tumbuh

(27)

Kebutuhan air di petak sawah (FWR) adalah kebutuhan air bagi suatu unit areal

pertanian ditambah dengan jumlah kehilangan air pada tanah pertanian

berupa pengaliran permukaan, perkolasi dan evaporasi (Partowijoyo, 1975).

Kebutuhan air seluruh areal irigasi (PWR) adalah kebutuhan secara keseluruhan

untuk suatu areal irigasi (Partowijoyo, 1975).

Kualitas air adalah karakteristik yang dicerminkan oleh parameter kimia organic,

kimia anorganik, fisika, biologi, dan radioaktif dalam hubungannya dengan

kualitas hidup (Fakultas Geografi UGM).

Muara sungai adalah titik peluahan sungai kedalam laut (Purbo Hadiwidjojo, 1987

dalam Aditya, 1997).

Perkolasi adalah peresapan air ke dalam lapisan tanah yang berpori (kamus

Geografi hal : 108).

Sungai : tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari

mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang

pengalirannya oleh garis luar pengamannya (Peraturan Pemerintah no 35

tahun 1991).

Water Balance adalah keseimbangan antara jumlah air yang menguap dengan

Gambar

Tabel 1.1. Kecocokan air irigasi sehubungan daya hantar listrik
Tabel 1.3. Jenis Tanah Daerah Peneletian
Tabel 1.5. Besarnya Faktor Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang telah disusun oleh Kementerian Pertanian mempergunakan prinsip : (1) Kemandirian pangan rumah tangga pada

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Gambaran Asupan Tiamin pada Siswa

Penelitian ini akan menguji pengaruh bilangan Reynolds aliran air di saluran bercelah sempit dan pengaruh tanpa pertukaran kalor dan dengan pertukaran kalor terhadap

Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan pH pada tiap lokasi pengambilan sampel, tetapi secara keseluruhan nilai rata-rata pH di perairan zona pemanfaatan

Laju produksi kritis merupakan salah satu parameter penting dalam mengevaluasi water coning.Hasil perhitungan laju produksi kritis menggunakan metode chierici pada

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, persitiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pengertian persepsi dalam

Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh sentra tas dan jaket sebesar 332,34 kg/hari yang dapat didaur ulang sampah dengan hasil yang didapatkan sebesar Rp 36.036.750

Alih fungsi lahan hutan atau yang lazimnya disebut konvensi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang