• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pepper vein yellow virus (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING (YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pepper vein yellow virus (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING (YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI BALI."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEPPER VEIN YELLOW VIRUS

(PeVYV) PENYEBAB

PENYAKIT KUNING (

YELLOWING

) PADA TANAMAN

MENTIMUN DI DAERAH BALI

M. TINNY LESTARININGSIH. T

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

PEPPER VEIN YELLOW VIRUS

(PeVYV) PENYEBAB

PENYAKIT KUNING (

YELLOWING

) PADA TANAMAN

MENTIMUN DI DAERAH BALI

M. TINNY LESTARININGSIH. T NIM : 1390861006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

PEPPER VEIN YELLOW VIRUS

(PeVYV)

PENYEBAB PENYAKIT KUNING (

YELLOWING

)

PADA TANAMAN MENTIMUN DI BALI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Bioteknologi Pertanian,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

M. TINNY LESTARININGSIH. T NIM: 1390861006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA

TANGGAL 14 JANUARI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si. Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc. NIP. 19540220 198503 1 001 NIP. 19620607 198703 1 003

Mengetahui

Ketua

Program Studi Bioteknologi Pertanian Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P. NIP. 19621009 198803 1 002

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

(5)

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 14 Januari 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No. 4372/UN14.4/HK/2015, Tanggal 23 Desember 2015

Ketua : Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si. Anggota :

1. Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc.

(6)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Tinny Lestariningsih. T

NIM : 1390861006

Program Studi : Bioteknologi Pertanian

Judul Tesis : Pepper Vein Yellow Virus (PeVYV) Penyebab Penyakit Kuning (YELLOWING) Pada Tanaman Mentimun di Bali

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 14 Januari 2016 Yang membuat pernyataan

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Bioteknologi Pertanian pada Program Pascasarjana Bioteknologi Pertanian Universitas Udayana, dengan judul “Pepper Vein Yellow Virus (PeVYV) Penyebab Penyakit Kuning (Yellowing) pada Tanaman Mentimun di Daerah Bali”.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si dan Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku Pembimbing yang senantiasa memberikan semangat, dorongan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis serta kepada para Penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., Dr. I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, S.P., M. Agr., dan I Putu Sudiarta, S.P., M.Si., Ph.D., yang telah memberikan saran, arahan, dan banyak masukan yang bermanfaat sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD., KEMD, Ibu Direktur Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta seluruh staf dosen dan staf administrasi Bioteknologi Pertanian, Ni Md Intan M, Citra yang telah banyak membantu penulis

selama menempuh pendidikan. Penulis pada kesempatan ini juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu staf Laboratorium Virologi

(8)

vii

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua Drs. I Ketut Teneng, SP., M.Si. dan Drh. Luh Ayu Aryani, M.P., serta kepada mendiang Ibunda tercinta. Terimakasih penulis sampaikan juga kepada suami tercinta Made Yudi Aditya, S.E., serta kakak L.P. Tetty Lestariasih.T., S.P., adik K. Trianny Putri Mahadewi Lestariningrum. T., dan K. Teguh Wibawa Lesmana Putra. T., bapak ibu mertua I Wayan Rena dan Desak Putu Kartika, Popyana, Sekarini dan seluruh keluarga besar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan, semangat, do’a yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini.

Akhir ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada teman-teman Bioteknologi Pertanian angkatan 2013 N. Putri Adnyani, Kade Kusuma D, Putra Wiratama, Dwi M, Shinta D, Nisa S, Febri S, Irsan N, Diyah N, Agung D, Dita M, Rahde, Kayan, atas semangat dan motivasinya selama kuliah. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman Karantina Pertanian Denpasar serta

teman-teman Ekonomi Bappeda Provinsi Bali yang memberikan semangat serta seluruh pihak dan teman-teman yang membantu dalam penulisan tesis ini, mohon maaf jika

ada beberapa pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Januari 2016

(9)

viii

ABSTRAK

Pepper vein yellow virus (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING

(YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI BALI

Pepper vein yellow virus (PeVYV) merupakan salah satu anggota kelompok

Polerovirus yang mempunyai inang sangat terbatas yaitu hanya dapat menginfeksi jenis tanaman cabai (Capsicum spp.). Namun demikian, pada survei yang telah dilakukan pada penelitian ini menemukan sejumlah tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) di Bali memperlihatkan gejala yang hampir sama dengan yang terjadi pada tanaman cabai yang terinfeksi PeVYV. Gejalanya khas yaitu mulai muncul pada daun-daun bawah lambat laun berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Lamina daun menjadi kuning akibat klorosis demikian juga tulang daunnya, tetapi jaringan disekitar tulang daun tetap hijau (vein banding). Bentuk dan ukuran daun tetap normal. Berdasarkan simptomatologi ini, diagnose langsung dilakukan dengan

reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan sepasang primer spesifik PeVYV, untuk memastikan penyebab penyakit kuning pada tamanan mentimun. RNA total diekstraksi dari daun tanaman mentimun sakit menggunakan

RNA extraction kit (Promega, USA) kemudian digunakan sebagai template untuk sintesis cDNA dalam RT menggunakan primer oligo-dT (Promega, USA). PCR dilakukan berdasarkan Dream Taq Green Master Mix (Thermo Scientific, US) dan sepasang primer PeVYV-CP-F-BamH1 (5’-AATTAAGGATCCAATACGGGAGG GGTTAGGAGAAAT-3’) dan PeVYV-CP-R-Pst1 (5’-AATTAACTGCAGTTTCGG GTTGTGCAATTGCACA GTA-3’) yang dapat mengamplifikasi seluruh gen protein mantel PeVYV. Reaksi RT-PCR menghasilkan satu band DNA berukuran 650 pasang basa (bp) yang sesuai dengan predeksi. Produk PCR berhasil disekuen dan berdasarkan hasil Blast memastikan bahwa virus yang berasosiasi dengan penyakit kuning pada tanaman mentimun di Bali adalah PeYVY. Analisis pohon pilogeni memperlihatkan bahwa PeVYV isolat mentimun asal Bali sangat dekat hubungan kekerabatannya dengan PeVYV isolat cabai asal Bali. Kumungkinan besar virus yang ada pada tanaman cabai menginfeksi tanaman mentimun melalui serangga vektornya yaitu kutu daun. Ini merupakan laporan pertama bahwa PeVYV menginfeksi tanaman mentimun, selain cabai.

(10)

ix

ABSTRACT

Pepper vein yellow virus (PeVYV) CAUSING YELLOWING DISEASE ON

CUCUMBER PLANTS IN BALI

Pepper vein yellow virus (PeVYV) is one of the members of Polerovirus having very restricted plant host that it is infected only chili pepper (Capsicum spp.). But, in the surveys conducted in Bali, it was found that many cucumber (Cucumis sativus L.) plants exhibited mostly the same symptoms with those occurred on PeVYV-infected chili pepper plants. The symptoms occurred first on the lower leaves and gradually to upper leaves, and characterized by yellowing on the lamina, but the tissue around the vein was still normal green (vein banding). Leaf shape and size was not distorted. Based on this symptomatology, reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) using primer pairs specific to PeVYV was done to elucidate virus associated with the disease on cucumber. Total RNA was extracted from diseased cucumber plant leaves using RNA extraction kit (Promega, USA) and then used as template during cDNA syntheses using oligo-dT primer (Promega, USA). PCR was done according to Dream Taq Green Master Mix (Thermo Scientific, US) and a pair of primers PeVYV-CP-F-BamH1 (5’-AATTAAGGATCCAATACGGGAGGGGTTA GGAGAAAT-3’) dan PeVYV-CP-R-Pst1 (5’-AATTAACTGCAGTTTCGGGTTGT GCAATTGCACA GTA-3’) that can amplified full length of the coat protein gene of PeVYV. RT-PCR reaction resulted one DNA band with size of 650 bp, accordance with the expected size. PCR products were successfully sequenced and based on Blast analyses it was confirmed that the virus associsted with yellowing disease on cucumber plants in Bali was PeVYV. Pylogenetic three analyses found that cucumber isolate of PeVYV from Bali has very close relationship with that of chili pepper isolate from Bali. It is postulated that the virus from chili pepper infected cucumber plants through its vector insect of Aphids. This is the first report concerning PeVYV can infect cucumber plant, other than chili pepper.

(11)

x

RINGKASAN

Mentimum (Cucumis sativus L.) adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara dan sangat disukai oleh semua lapisan masyarakat. Di Indonesia, salah satu tanaman sayuran seperti mentimun, merupakan komoditas tanaman sayuran yang banyak diusahakan oleh petani, karena mempunyai nilai

ekonomi yang cukup tinggi. Proses budidaya tanaman mentimun sering kali mengalami banyak gangguan, salah satunya adalah dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terdiri dari hama dan patogen tanaman. Salah satu patogen tanaman adalah virus yang dapat menyebabkan tanaman mengalami kehilangan hasil dan penurunan kualitas yang sangat tinggi. Tanaman yang terinfeksi virus dapat menunjukkan gejala yang berbeda-beda, tetapi biasanya daun menguning, klorosis (daun mengalami belang-belang), perubahan bentuk daun (keriting), dan pertumbuhan menyimpang lainnya (kerdil, bentuk bunga atau buah tidak normal). Selain itu, tanaman mengalami gangguan pertumbuhan (penurunan hasil dan gagal panen), penurunan kualitas dan nilai jual buah (daya tarik, ukuran, bentuk, warna, rasa, dan tekstur). Gejala yang ditimbulkan oleh virus kuning berbeda-beda,tergantung pada genus dan spesies tanaman yang terinfeksi. Pada sentra penanaman mentimun di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, menemukan banyak daun mentimun yang memperlihatkan gejala kuning maupun mosaik. Gejalanya khas yaitu mulai muncul pada daun-daun bawah lambat laun berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Lamina daun menjadi kuning akibat klorosis demikian juga tulang

daunnya, tetapi jaringan disekitar tulang daun tetap hijau (vein banding). Bentuk dan ukuran daun tetap normal. Virus-virus yang terlibat dalam menginduksi penyakit

(12)

xi

isolat-isolat virus sejenis yang telah dilaporkan di daerah/negara lain agar kedepannya pengelolaan tanaman mentimun dapat dilakukan dengan baik.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode reverse transcription

-polymerase chain reaction (RT-PCR). Elektroforesis digunakan untuk visualisasi hasil RT-PCR dilakukan dengan elektroforesis gel Agarosa. Hasil RT-PCR yang telah terdeteksi positif pada sampel tanaman mentimun sakit dilakukan analisis sekuen nukleotida yang kemudian hasilnya digunakan untuk analisis kesejajaran dengan sekuen nukleotida Polerovirus yang telah dipublikasikan di GenBank dengan program BLAST. Pohon filogenetik dapat dibangun dengan menggunakan data sekuen untuk memvisualisasikan hubungan evolusi kesejajaran suatu spesies dengan menggunakan program Molecular Evolutionary Genetics Analysis (MEGA 5.05) dan

TreeTop-Phylogenetic Prediction Tree dalam situs Genebee-Molecular Biology Services (http://www.genebee.msu.su).

Amplifikasi menggunakan sepasang primer spesifik PeVYV-CP-F-BamH1/ PeVYV-CP-R-Pst1 berhasil didapatkan fragmen DNA dari sampel tanaman bergejala

pada ukuran ± 650 pb. Isolat Lahan 1 pada sampel no. 7 dengan intensitas fragmen DNA yang kuat kemudian terpilih untuk dilakukan analisis sekuen nukleotida. Hasil dari Analisis sekuen nukleotida pada sampel no. 7 mempunyai homologi tertinggi dengan PeVYV asal Bali, Rembang, dan Jepang yang menginfeksi tanaman cabai dengan nilai lebih dari 95%. Hal ini mengindikasikan bahwa isolat PeVYV Bali dari tanaman mentimun merupakan spesies yang sama dengan PeVYV yang menginfeksi tanaman cabai di Bali, Rembang, dan Jepang. Analisis sekuen nukleotida menggunakan pohon filogeni juga menunjukkan bahwa isolat PeVYV Bali yang menginfeksi tanaman mentimun tergabung menjadi satu kelompok dengan isolat PeVYV Bali yang menginfeksi tanaman cabai.

(13)

xii

(14)

xiii

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS ... 12

(15)

xiv

3.2 Konsep Penelitian... 14

3.3 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Pengamatan Penyakit Kuning (Yellowing) pada Tanaman Mentimun di Lapangan ... 17

4.2 Deteksi Virus pada Jaringan Tanaman Mentimun Bergejala Kuning (Yelowwing) Melalui Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) ... 17

4.3 Penentuan Spesies Virus yang Berasosiasi dengan Penyakit Kuning (Yellowing) Melalui Sekuen Nukleotida... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1. Gejala Penyakit di Lapangan ... 22

5.2 Deteksi PeVYV Menggunakan RT-PCR ... 24

5.3 Identifikasi dan Analisis PeVYV pada Tanaman Mentimun ... 24

5.4 Pembahasan Umum ... 26

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian ... 14

3.2 Skema Konsep Penelitian ... 15

5.1 Gejala khas penyakit kuning (daun berwarna kuning, jaringan sekitar tulang daun tetap hijau, ukuran dan bentuk daun tidak mengalami perubahan) pada tanaman mentimun di Bali ... 23

5.2 Hasil amplifikasi gen CP dengan metode reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR). ... 24

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan

pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, tanaman sayuran

seperti cabai, tomat, dan mentimun, merupakan komoditas tanaman sayuran yang

banyak diusahakan oleh petani, karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup

tinggi.

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang

termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan), yang sangat

disukai oleh semua lapisan masyarakat. Buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk

segar, pencuci mulut atau pelepas dahaga, bahan kosmetika dan dapat dijadikan

bahan obat-obatan. Selain itu buah mentimun dapat digunakan sebagai bahan baku

industri minuman, permen dan parfum (Rukmana,1994). Dari sudut pandang

ekonomi, mentimun memiliki prospek yang cukup baik, karena diminati di banyak

negara.

Berdasarkan Data Bali Membangun Pemerintah Provinsi Bali tentang

hasil survei program peningkatan ketahanan pangan di Bali untuk hasil produksi

sayur-sayuran menurut jenisnya, produksi mentimun di Bali mengalami

penurunan. Pada tahun 2012 produksi mentimun di Bali adalah 9,194 ton dan

pada tahun 2013 produksi mentimun mengalami penurunan menjadi 9,102 ton.

(19)

salah satunya adalah dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terdiri dari

hama dan patogen tanaman. Salah satu patogen tanaman adalah virus yang dapat

menyebabkan tanaman mengalami kehilangan hasil dan penurunan kualitas yang

sangat tinggi. Selain itu, tanaman mengalami gangguan pertumbuhan (penurunan

hasil dan gagal panen), penurunan kualitas dan nilai jual buah (daya tarik, ukuran,

bentuk, warna, rasa, dan tekstur) (Hull, 2002). Survei lapangan yang telah

dilakukan pada bulan Pebruari 2015, di sentra penanaman mentimun di Banjar

Titigalar, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, menemukan

banyak daun mentimun yang memperlihatkan gejala kuning. Kejadian penyakit ini

sangat tinggi, berdasarkan pengamatan peneliti lebih dari 80% tanaman

memperlihatkan gejalanya yang khas yaitu mulai muncul pada daun-daun bawah

lambat laun berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Lamina daun menjadi

kuning akibat klorosis demikian juga tulang daunnya, tetapi jaringan disekitar

tulang daun tetap hijau (vein banding). Bentuk dan ukuran daun tetap normal.

Penyakit virus kuning selain menyerang tanaman cabai juga menyerang

tanaman mentimun. Virus ini dapat ditularkan oleh kutu daun (aphid) secara non

persisten dan kutukebul (whitefly) secara persisten. Bila dalam suatu lahan

pertanaman mentimun sudah terdapat penyakit kuning maka hampir seluruh

tanaman dalam lahan tersebut memperlihatkan gejala (insiden mendekati 100%).

Melihat pola sebaran penyakit ini di lapangan mengindikasikan bahwa virus

penyebabnya ditularkan oleh serangga vektor dengan aktivitas yang cukup tinggi

(20)

ke tanaman lain dalam waktu yang sangat singkat (beberapa menit) dan sudah

cukup untuk menularkan virus yang dibawanya.

Hasil survei di lapangan juga menunjukkan pada bagian daun mentimun

ditemukan serangga kutudaun yang menginfestasi tanaman mentimun pada

tingkat populasi yang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan

tanaman yang signifikan serta virus-virus yang ditularkan dapat menyebabkan

penurunan hasil dan kerusakan ekonomi yang jauh lebih besar akibat dari aktivitas

makan kutukebul.

Virus yang ditularkan oleh kutudaun umumnya menyebabkan gejala

menguning pada daun. Gejala pada Capsicum annuum var. Jatilaba berupa

klorosis pada anak tulang daun dan ukuran daun mengecil (Nurhayati, 2012; Neni

et al., 2008). Virus-virus yang terlibat dalam menginduksi penyakit kuning pada

tanaman mentimun di daerah Bali belum ada yang melaporkan sehingga informasi

mengenai virus penyakit kuning yang terjadi pada tanaman mentimun di Bali

masih terbatas. Pengetahuan yang tepat mengenai virus-virus yang terlibat akan

memudahkan dalam menyusun strategi pengendaliannya.

Dalam rangka pengendalian penyakit, kegiatan identifikasi virus yang

berasosiasi dengan penyakit kuning pada tanaman mentimun di daerah Bali

merupakan prioritas yang harus dilakukan sebelum kegiatan yang lainnya. Oleh

karena itu, penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengidentifikasi virus kuning

yang menginvestasi tanaman mentimun sakit untuk mencegah terjadinya epidemi

penyakit kuning agar kedepannya pengelolaan tanaman mentimun dapat

(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam latar belakang yang telah

dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

(1) Spesies virus apakah yang berasosiasi dengan penyakit kuning

(yellowing) pada pertanaman mentimun di daerah Bali?

(2) Bagaimanakah hubungan kekerabatan isolat virus ini dengan

isolat-isolat virus sejenis yang telah dilaporkan di daerah/negara lain?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

(1) Mengidentifikasi virus yang berasosiasi dengan penyakit kuning pada

tanaman mentimun yang terjadi di daerah Bali.

(2) Mengetahui hubungan kekerabatan isolat virus ini dengan isolat-isolat

virus sejenis yang telah dilaporkan di daerah/negara lain.

1.4 Manfaat Penelitian

Bila permasalahan yang telah dirumuskan dapat terjawab dan tujuan yang

telah ditentukan dapat tercapai dalam penelitian ini, maka beberapa manfaat akan

dapat dipetik:

(1) Identitas dari virus yang terlibat dalam induksi gejala kuning pada

tanaman mentimun (yang diekplorasi dalam penelitian ini) sangat

diperlukan dalam rangka penyusunan strategi pengendalian yang

lebih tepat untuk mencegah terjadi epidemi penyakit di kemudian

(22)

(2) Hasil penelitian ini (yang dipublikasikan secara oral maupun dalam

bentuk manuscript baik pada tingkat nasional ataupun internasional)

(23)

6

2.1 Mentimun (Cucumis sativus Linn.)

Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir

setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya

mentimum sudah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropis atau subtropis. Di

Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali),

hantimun (Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana, 1994).

Klasifikasi botani tanaman mentimun adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativus L.

Mentimun merupakan tanaman setahun yang tumbuh merambat, dengan

sistem perakaran dangkal. Batang tanaman mentimun memiliki panjang 1-3 m

dengan sulur yang tidak bercabang. Daun bulat segitiga, agak berbentuk jantung,

lebar 7-25 cm dan permukaan kasar karena adanya rambut-rambut di permukaan

daun, panjang tangkai daun 5-15 cm. Bunga berwarna kuning berbentuk lonceng

(24)

Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau bahan makanan yang

diawetkan seperti acar. Buah mentimum dimanfaatkan untuk perawatan

kecantikan dan untuk pengobatan tradisional untuk memperlancar buang air kecil

dan menurunkan tekanan darah tinggi (Warintek, 2007). Mentimun mengandung

mineral-mineral yang penting bagi tubuh seperti kalsium, fosfor, kalium dan besi,

selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C. Mentimun banyak disukai oleh

semua lapisan masyarakat, buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk segar,

pencuci mulut atau pelepas dahaga, bahan kosmetika, dan dapat dijadikan bahan

obat-obatan. Dari sudut pandang ekonomi, mentimun memiliki prospek yang

cukup baik, karena diminati di banyak negara. Selain itu buah mentimun dapat

digunakan sebagai bahan baku industri minuman, permen dan parfum (Rukmana,

1994).

Proses budidaya tanaman mentimun seringkali mengalami banyak

gangguan, salah satunya adalah dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

OPT tersebut terdiri dari hama dan patogen tanaman. Patogen tanaman yang

menyerang mentimun adalah dari golongan bakteri, cendawan, virus, nematoda,

fitoplasma, dan viroid (Rubatzky & Yamaguchi, 1997). Di antara patogen tersebut,

virus merupakan patogen yang sulit untuk dikendalikan dan sangat merusak. Virus

dapat menyebabkan tanaman mengalami kehilangan hasil dan penurunan kualitas

yang sangat tinggi. Tanaman yang terinfeksi virus dapat menunjukkan gejala yang

berbeda-beda, tetapi biasanya daun menguning, klorosis (daun mengalami

belang-belang), perubahan bentuk daun (keriting), dan pertumbuhan menyimpang lainnya

(25)

gangguan pertumbuhan (penurunan hasil dan gagal panen), penurunan kualitas dan

nilai jual buah (daya tarik, ukuran, bentuk, warna, rasa, dan tekstur) (Hull, 2002).

2.2 Virus yang Menginfeksi Tanaman Mentimun

Sekitar 32 virus berbeda telah dilaporkan sebagai virus yang dianggap

penting secara ekonomi yang menginfeksi tanaman mentimun di dunia. Virus-virus

utama yang menginfeksi antara lain Cucumber mosaic virus (CMV), Papaya

ringspot virus (PRSV), Squash mosaic virus (SqMV), Watermelon mosaic virus

(WMV), Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV) (Jossey & Babadoost 2008), dan

Tobacco ringspot virus (TRSV) (Babadoost, 1999; Jossey dan Babadoost, 2008).

Virus dengan gejala mosaik pada Cucurbitaceae menyebabkan gejala

belang pada daun. Karakter mosaik adalah akibat adanya warna yang bercampur

antara warna hijau normal dan hijau muda atau kekuningan pada tanaman yang

terinfeksi virus. Gejala mosaik dapat berkisar dari ringan ke berat dan dapat dilihat

pada daun dan buah. Tanaman yang lebih muda saat terinfeksi menunjukkan gejala

yang lebih berat. Pada beberapa kejadian, tanaman yang terinfeksi pada masa

persemaian dapat rebah dan mati. Tanaman yang terinfeksi virus pada masa

pembungaan dapat tidak menghasilkan buah atau buah muda dapat gugur. Bila

tanaman lebih tua saat terinfeksi, tanaman tersebut tidak menunjukkan gejala yang

berat dan dapat menghasilkan buah. Gejala pada buah dapat berkisar dari warna

yang tidak kentara sampai perubahan bentuk yang hebat. Tanaman biasa terinfeksi

oleh dua atau lebih virus dan menyebabkan gejala yang lebih berat daripada

(26)

Gejala yang ditimbulkan oleh virus kuning berbeda-beda,tergantung pada

genus dan spesies tanaman yang terinfeksi. Gejala kuning pertama kali muncul

pada daun muda/pucuk berupa bercak kuning di sekitar tulang daun, kemudian

berkembang menjadi urat daun berwarna kuning (vein clearing), cekung dan

mengkerut dengan warna mosaik ringan atau kuning. Gejala berlanjut hingga

hampir seluruh daun muda atau pucuk berwarna kuning cerah, dan ada pula yang

berwarna kuning bercampur dengan hijau, daun cekung dan mengkerut berukuran

lebih kecil dan lebih tebal. (Nurhayati, 2012)

2.3 Penyakit Kuning Pepper Vein Yellow Virus (PeVYV)

Beberapa anggota famili Luteovirus telah dilaporkan menyebabkan gejala

daun menguning pada tanaman cabai di beberapa belahan lain dunia. Pepper vein

yellows virus (PeVYV), menyebabkan gejala menguning dan daun menggulung

pada tanaman paprika, dilaporkan sejak 1981 di Okinawa, Jepang (Yonaha et al.,

1995). Pepper yellow vein virus (PYVA) yang menginduksi gejala tulang daun

kuning (yellow vein) pada cabai telah dilaporkan dari Inggris. Kedua virus tersebut

yaitu PeVYV dan PYVA, memiliki sifat yang berbeda dalam hal penularan

dengan serangga vektor (Fletcher et al., 1987). Dua Luteovirus yang lain, Beet

western yellows virus (BWYV) (Timmerman et al., 1985) dan Capsicum yellow

virus (CYV) (Gunn & Pares, 1990) telah diisolasi dari tanaman cabai

masing-masing di Amerika dan Australia, dan keduanya memperlihatkan reaksi serologi

yang berbeda dengan PeVYV. Baru-baru ini tanaman cabai di Israel dilaporkan

menunjukkan gejala klorosis antar tulang daun (inter veinal chlorosis) dan

(27)

anggota Polerovirus, yaitu Pepper yellow leaf curl virus (PYLCV) (Dombrovsky

et al., 2010).

Virus yang ditularkan oleh kutu daun umumnya menyebabkan gejala

menguning, daun keriting dan beberapa gejala mosaik. Gejala pada Capsicum

annuum var. Jatilaba berupa klorosis pada anak tulang daun dan ukuran daun

mengecil. (Nurhayati, 2012; Neni et al., 2008). Kutudaun mempunyai kisaran

inang yang sangat luas, yaitu lebih dari 500 spesies tumbuhan (Greathead, 1986)

dari 63 famili (Mound & Halsey, 1978) seperti : tomat, cabai, mentimun, kacang

buncis, terong, semangka, kubis, kentang, kacang tanah, kedelai, kapas, dan

berbagai tanaman hias dari genus hibiscus dan chrysanthemum.

2.4 Deteksi Virus

Epidemi penyakit yang disebabkan oleh virus semakin lama semakin

meluas dan berpotensi menghambat produksi tanaman mentimun maka perlu

adanya prosedur untuk mendeteksi virus di dalam tanaman diantaranya dengan

metode serologi dan PCR Polymerase chain reaction (PCR). Deteksi dan

identifikasi virus dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, metode

deteksi yang menjadikan komponen protein (terutama coat protein) virus sebagai

target dari deteksi. Uji serologi menggunakan antiserum virus tertentu termasuk

dalam kelompok metode ini. Di antara uji serologi, ELISA merupakan metode

yang paling umum digunakan karena hasil pengujiannya konsisten, relatif mudah

dilakukan, dan semua bahan sudah tersedia secara komersial. Kedua, metode

(28)

target deteksi. Metode yang termasuk dalam kelompok ini adalah polymerase

chain reaction (PCR) bagi virus bergenom DNA dan reverse transcription

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dari penelitian yang dilakukan terhadap lagu Oemar Bakri karya Iwan Fals, khususnya pada aspek leksikal yaitu terdapat repetisi atau pengulangan jenis

Siemens (2005) menyatakan kecenderungan dalam belajar zaman sekarang ini, yaitu: 1) Banyak pebelajar yang mempelajari berbagai hal yang berbeda, yang bahkan mungkin bidang yang

bahwa berdasarkan Pasal 2, Pasal 3,Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari sebagaimana telah

Hasil analisis senyawa 4-hidroksi-5- dimetilaminometil-3-metoksibenzil alkohol dari reaksi Mannich antara senyawa hasil reduksi vanilin dengan formaldehida dan dimetilamina

Proses identifikasi potensi kawasan untuk tujuan wisata melalui SIG dapat dilakukan dengan cara menumpangsusunkan (overlay) peta- peta tematik yang memuat karakteristik biofisik,

Kesimpulannya adalah bahwa dari 21 variabel yang telah diuji dapat. menghasilkan 8 faktor yang dapat mewakili dari ke 21

Hama-hama yang ditemukan menyerang pertanaman kedelai edamame pada fase vegetatif umur 24 sampai 31 HST ada empat jenis, yaitu A.. Pada umur 38 HST (fase generatif awal)

Seperti yang dikatakan oleh pelatih club taekwondo kabupaten Lumajang “selama melatih di club belum pernah ada mahasiswa, guru atau pakar olahraga yang