• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Kerja pada Buruh Pabrik Kerupuk Palembang X di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Kerja pada Buruh Pabrik Kerupuk Palembang X di Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepuasan kerja pada buruh pabrik kerupuk Palembang X di Bandung. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh buruh pabrik kerupuk Palembang yang berjumlah 49 orang.

Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur yang dibuat oleh peneliti yang merujuk kepada teori kepuasan kerja Ivancevich & Matteson (2002). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha’s Cronbach yang diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0, maka diperoleh yaitu terdapay 28 item yang valid dengan validitas yang berkisar antara 0.322 – 0.838 dan reliabilitas alat ukur sebesar 0.827.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebanyak 89.8% orang buruh pabrik kerupuk Palembang X di Bandung menghayati ketidakpuasan terhadap pekerjaannya dan sebanyak 10.2% orang buruh pabrik kerupuk Palembang X di Bandung menghayati kepuasan terhadap pekerjaannya. Tiga aspek teratas dari kepusan kerja yang dihayati paling tidak puas oleh buruh pabrik kerupuk Palembang X di Bandung adalah aspek supervision, coworkers dan pay.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii

ABSTRAK ……… iii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR BAGAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….... 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….. 10

1.3.1 Maksud Penelitian ………. 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ………... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 10

1.4.1 Kegunaan Teoretis ………... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ………... 11

1.5 Kerangka Pemikiran ………... 11

1.6 Asumsi ………... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan ……….. 20

(3)

2.1.2 Teori-teori Kebutuhan ……….... 21

2.2 Kepuasan Kerja ……….. 22

2.2.1 Definisi Kepuasan Kerja ……… 22

2.2.2 Teori-teori Kepuasan Kerja ………... 23

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ………… 25

2.3 Dampak Dari Kepuasan dan Ketidakpuasan ………. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……… 31

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ………. 31

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………... 32

3.3.1 Variabel Penelitian ……… 32

3.3.2 Definisi Operasional ……….. 32

3.4 Alat Ukur ………... 33

3.4.1 Jenis Alat Ukur ……….. 33

3.4.2 Data Primer dan Data Penunjang ……….. 35

3.4.2.1 Data Primer ………... 35

3.4.2.2 Data Penunjang ………. 35

3.4.3 Pengujian Alat Ukur ……….. 35

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ……….... 35

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ……….... 37

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ……….... 38

3.5.1 Populasi Sasaran ……….... 38

(4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Reponden ……….. 39

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 39

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……….. 39

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ………... 40

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ………... 40

4.2 Hasil Penelitian ……….. 41

4.2.1 Kepuasan Kerja ………. 41

4.2.2 Kepuasan Kerja Per Aspek ………... 41

4.2.3 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Pay …… 42

4.2.4 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Work It Self ……… 43

4.2.5 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Supervision ………... 43

4.2.6 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Coworkers ………. 44

4.2.7 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Working Condition ………... 45

4.2.8 Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Job Security ………. 45

4.3 Pembahasan ……… 46

(5)

5.2 Saran ……… 56

5.2.1 Saran Teoritis ………. 56

5.2.2 Saran Praktis ……….. 57

DAFTAR PUSTAKA ……….... xii

DAFTAR RUJUKAN ………... xiii

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ………. 34

Tabel 3.2 Skor Item ……….. 35

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian ………. 35

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 40

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 41

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ……….. 41

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ……….. 41

Tabel 4.5 Kepuasan Kerja ……… 42

Tabel 4.6 Kepuasan Kerja Per Aspek ……….. 42

Tabel 4.7 Tabel Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Pay 42 Tabel 4.8 Tabel Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Work It Self ………..……… 43

Tabel 4.9 Tabel Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Supervision ……… 43

Tabel 4.10 Tabel Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Coworkers ………. 44

Tabel 4.11 Tabel Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Aspek Working Condition ……….. 45

(7)

DAFTAR BAGAN

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ………..……….. 18

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Kuesioner Kepuasan Kerja

Lampiran B : B1. Hasil Validitas Kuesioner Kepuasan Kerja

B2. Hasil Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Kerja

Lampiran C : Skor Total Kuesioner Kepuasan Kerja

Lampiran D : Hasil Skor Total Aspek-aspek Kepuasan Kerja

Lampiran E : Hasil Tabulasi Silang Antara Kepuasan Kerja Dengan Jenis

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini problem pengangguran terbuka di Indonesia masih belum bisa

diatasi oleh pemerintah. Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)

LIPI, Latif Adam, angka pengangguran di Indonesia diperkirakan akan naik

sebesar 9 persen di tahun 2011 dibandingkan tahun lalu yang berkisar 8.5 persen.

Memasuki 2011 pengangguran terbuka ada pada angka 9,25 juta. Jumlah

pengangguran yang tak kunjung surut akan berdampak pada perekonomian

masyarakat. Padahal, setiap manusia pasti memiliki kebutuhan dan kebutuhan

tersebut dapat dipenuhi bila memiliki penghasilan yang diperolehnya dari

pekerjaan. Bila orang tersebut memiliki kebutuhan seperti makan, bermain dan

lain-lain namun tidak memiliki pekerjaan, maka salah satu hal yang mungkin akan

dilakukannya adalah perbuatan kriminal seperti mencuri ataupun merampok.

Solusi yang mudah tapi masih jarang diterapkan untuk mengatasi angka kriminal

akibat pengangguran ini adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan.

(http://lowonganterbaru.uni.cc).

Perusahaan negeri maupun perusahaan swasta yang banyak berkembang

saat ini turut membantu mengurangi angka pengangguran, meskipun tidak

signifikan. Salah satu jenis perusahaan swasta yang dapat mengurangi jumlah

pengangguran adalah home industry. Secara harfiah, “home” berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman, sedangkan “industry”, dalam Kamus

(10)

ataupun perusahaan. Singkatnya, home industry adalah rumah usaha produk barang atau perusahaan kecil.

Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini

dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No.

9 Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan

kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.

Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah: milik WNI, berdiri sendiri,

berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan

berbentuk badan usaha perorangan, berbadan hukum maupun tidak. Pada

umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di rumah ini adalah keluarga

itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang berdomisili di tempat

tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang di sekitarnya sebagai

karyawannya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, namun kegiatan

ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak

saudara ataupun tetangga di kampung halamannya. Dengan begitu, usaha kecil ini

otomatis dapat membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi angka

pengangguran.

Sistem upah dalam industri rumah tangga tidak tentu, tergantung dari

kebijakan pemilik industry tersebut. Industri rumah tangga juga tidak terdapat

struktur organisasi formal karena lebih bersifat fleksibel. Bagian produksi,

terkadang mengerjakan juga pengiriman produk ke pemesan. (Meneropong

(11)

Perdagangan Indonesia KBRI Kairo. Makalah Pelatihan Perdagangan yang

diadakan Forum Studi Syari’ah wal Qanun, 30 Juli 2007 di Griya Jawa Tengah)

Salah satu jenis home industry adalah pabrik kerupuk Palembang X di Bandung. Seperti yang tertera pada label dari kemasannya, pabrik ini

menghasilkan jenis kerupuk yang terbuat dari ikan. Pabrik ini berdiri pada tahun

1992 sebagai industri rumah tangga yang hanya memiliki lima orang buruh bagian

produksi. Pabriknya sendiri masih menyatu dengan rumah pemilik. Pemasaran

kerupuknya masih menggunakan sepeda atau gerobak keliling ke warung-warung

ataupun pasar-pasar yang ada di sekitar pabrik tersebut. Ternyata kerupuk yang

dihasilkan oleh pabrik itu banyak diminati oleh masyarakat sehingga

permintaannya pun menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Bahkan

pesanan juga datang dari luar kota seperti Jakarta dan Bogor bahkan sampai ke

Garut dan Tasikmalaya. Meningkatnya pemesanan produk mengharuskan pihak

perusahaan untuk menjaga kualitas produknya. Seiring dengan itu pada tahun

1998 pemilik pabrik membangun pabrik yang terpisah dari rumah berikut

menambah jumlah buruhnya.

Saat ini pabrik kerupuk Palembang X dipimpin langsung oleh pemiliknya

dan memiliki 49 buruh. Seluruh buruh yang dimilikinya tergolong ke dalam

bagian produksi namun tugas mereka berbeda-beda. Strategi pemasaran langsung

ditangani oleh pemilik dan pemilik pabrik itu sendiri yang membuat laporan

pembukuan mengenai pemasukan dan pengeluaran pabrik. Sistem pembagian

tugas pun diatur oleh pemilik pabrik. Pembagian tugas buruh tersebut adalah satu

(12)

keriting, satu orang yang bertugas mengukus kerupuk yang sudah dibentuk, empat

orang bertugas menjemur kerupuk yang sudah dikukus, delapan orang bertugas

menggoreng dan mengikat kerupuk, tujuh orang bertugas mengantar pesanan

kerupuk ke luar kota serta dua orang buruh bertugas jaga malam di pabrik

tersebut.

Buruh yang bekerja pada pabrik kerupuk tersebut sebagian besar adalah

lulusan SMP dan sisanya adalah lulusan SD. Setengah dari karyawan pabrik

tersebut berasal dari luar kota Bandung yaitu Tangerang, Garut, Semarang, dan

Blora, sebagian lagi berasal dari Bandung. Buruh bagian produksi merupakan aset

penting yang dimiliki oleh pabrik kerupuk Palembang X karena tanpa adanya

buruh tersebut maka proses produksi pun tidak akan berjalan dan otomatis tidak

ada pemasukan yang diperoleh. Buruh pabrik kerupuk Palembang X dapat

dikatakan sebagai tulang punggung pabrik tersebut.

Pabrik kerupuk ini memberlakukan jam kerja mulai dari pukul 5.30 pagi

sampai pukul 18.00 untuk menghasilkan ± 10 karung kerupuk mentah @ 50kg

dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 – 12.30. Upah yang diberikan kepada

buruhnya berkisar Rp 30.000 – Rp 55.000 per hari. Sistem pemberian upah

tersebut bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan lama bekerja. Buruh yang

berjenis kelamin laki-laki akan memperoleh upah yang lebih tinggi dibandingkan

dengan buruh perempuan. Pemilik beralasan buruh laki-laki harus menafkahi istri

dan anaknya sehingga upahnya harus lebih tinggi. Untuk buruh laki-laki yang

baru masuk akan diberikan upah Rp 35.000 per hari dan untuk buruh perempuan

(13)

hari. Buruh yang masa kerjanya lama memperoleh upah paling tinggi Rp 55.000.

Pemberian upah terhadap buruh diberikan tiap 10 hari dan upah yang diberikan

tergantung dari jumlah hari buruh tersebut bekerja dalam 10 hari tersebut.

Terkadang dalam 10 hari tersebut terdapat libur 1-3 hari sehingga buruh

mengalami penurunan penghasilan karena tidak bekerja. Hari liburnya pun tidak

pasti, tergantung dari kemauan pemilik pabrik tersebut. Maksudnya adalah pabrik

ini tidak memiliki hari libur pasti karena tergantung dari kebijakan pemilik pabrik

Selain itu, pemilik pabrik kerupuk tersebut hanya akan memberikan bonus kepada

buruhnya saat lebaran saja dan pemberian uang kontrakan pun diberikan per tahun

kepada buruhnya. Tidak ada pemberian jaminan kesehatan ataupun tunjangan

rumah dan makan. Pabrik kerupuk tersebut juga tidak menyediakan fasilitas

peralatan untuk menjaga keamanan selama bekerja. Para buruh harus

menyediakan peralatan keamanan sendiri seperti masker dan sarung tangan saat

menggoreng.

Di pabrik kerupuk tersebut semuanya adalah karyawan bagian produksi,

maka tidak disediakan promosi jabatan. Namun, jika karyawan tersebut terlihat

rajin dan cepat dalam bekerja, maka biasanya pemilik pabrik akan memberikan

tambahan gaji sebesar 12,5% dari gaji pokok karyawan yang bersangkutan per

hari. Sebaliknya, jika ada karyawan yang membangkang dan lambat dalam

bekerja, maka pemilik pabrik tidak segan-segan untuk langsung memecat

karyawan tersebut.

Untuk buruh yang baru masuk, biasanya akan diberikan 3 hari masa

(14)

langsung pemilik pabrik. Jika kinerja buruh baru tersebut menunjukkan

peningkatan dalam tiga hari masa percobaan itu, maka pemilik akan

mengizinkannya bekerja di pabrik. Namun, jika kinerja buruh tersebut tidak

menunjukkan peningkatan, maka pemilik akan langsung memberhentikannya dan

memberikan upah untuk tiga hari kerjanya.

Sejak berdiri sampai tahun 2007, penghasilan pabrik kerupuk ini

menunjukkan peningkatan. Namun pada tahun 2008, omset pabrik kerupuk

tersebut menunjukkan penurunan sekitar 15%. Berdasarkan informasi yang

diperoleh dari pemilik pabrik, omset pabrik menurun akibat penurunan kinerja

dari buruh pabrik. Menurut pemilik pabrik, terdapat sekitar 60% buruh pabrik

yang bekerja secara asal-asalan khususnya jika tidak diperhatikan langsung oleh

pemilik saat bekerja. Bahkan beberapa buruh itu ada yang merokok saat bekerja,

padahal peraturan utama pabrik tersebut adalah melarang buruh merokok saat

bekerja karena akan berdampak pada kebersihan kerupuk yang diproduksi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis selama beberapa hari di pabrik

tersebut, ada buruh yang menunda-nunda mengerjakan tugasnya yaitu membuat

kerupuk duduk sambil merokok atau berbincang-bincang dengan rekan kerja di

saat jam kerja. Akibatnya produksi kerupuk tidak mencapai target. Padahal jika

produksi kerupuk tidak mencapai target akan menyebabkan banyak pesanan yang

tertunda pengirimannya karena stok kerupuk yang tidak tersisa.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang buruh pabrik, maka

diperoleh data yaitu sebanyak 6 buruh menghayati ketidakpuasan dengan upah

(15)

waktu istirahat yang hanya 30 menit. Yang membuat mereka bertahan di pabrik

ini adalah mereka merasa pabrik ini tidak akan bangkrut dalam jangka waktu

beberapa puluh tahun ke depan sehingga menjanjikan mereka pekerjaan yang

tetap.

Selain itu, sebanyak 5 buruh merasa cukup puas dengan pekerjaan yang

mereka lakukan. Mereka menghayati bahwa pekerjaan rutin yang dilakukannya

setiap hari menyenangkan karena tidak harus mempelajari

keterampilan-keterampilan baru, cukup menggunakan keterampilan-keterampilan yang mereka punya saat ini

dengan lebih cepat dan cekatan. Sisanya merasa tidak puas dengan pekerjaan yang

mereka lakukan karena merasa bosan untuk mengerjakan pekerjaan yang sama

setiap harinya. Mereka menghayati bahwa hidupnya terasa datar karena hanya

mengerjakan pekerjaan yang sama terus-menerus. Namun yang membuat mereka

bertahan adalah karena mereka merasa sulit untuk menemukan pekerjaan di

tempat lain, apalagi dengan pendidikan mereka yang hanya lulusan SD dan SMP.

Selanjutnya, sebanyak 8 buruh merasa kurang puas dengan pemilik

pabriknya karena menurut mereka pemilik pabrik sering mengubah perintahnya

secara mendadak sehingga mengacaukan kinerja yang mereka lakukan. Selain itu,

pemilik pabrik juga sering marah kepada buruh pabriknya sebagai pelampiasan

dari perasaan yang pemilik pabrik rasakan saat itu. pemilik pabrik juga susah

untuk memberikan izin kepada buruhnya meski izin tersebut penting seperti izin

untuk menjenguk ayahnya yang sakit keras. Bahkan buruh yang sakit pun tetap

disuruh masuk kerja. Namun, yang membuat buruh ini bertahan kerja di pabrik

(16)

Lalu, sebanyak 7 buruh merasa kurang puas dengan rekan kerjanya.

Mereka menghayati rekan kerjanya sulit untuk diajak kerja sama seperti pada saat

mengangkat kerupuk atau pada saat menjemur kerupuk. Buruh ini juga merasa

kurang nyaman dengan rekan kerja yang berada di dekatnya karena susah untuk

diajak bercanda dan kurang nyambung saat berbicara. Para buruh juga menghayati

bahwa rekan kerjanya lebih bersifat individual. Komunikasi yang terjalin di antara

mereka juga kurang lancer. Namun, yang membuat mereka bertahan adalah

pekerjaan mereka yang monoton tiap hari menurut mereka menyenangkan.

Selanjutnya, sebanyak 5 buruh merasa kurang puas dengan kondisi

lingkungan kerjanya. Mereka menghayati jam kerja mereka sangat lama bila

dibandingkan dengan pabrik kerupuk Palembang yang lain. Selain itu, peralatan

kerja mereka kurang aman sehingga buruh pabrik yang harus menyediakan sendiri

peralatan yang aman saat bekerja. Yang membuat mereka bertahan adalah upah

yang mereka peroleh dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-sehari dan bonus

THR yang mereka peroleh lebih besar dibandingkan pabrik kerupuk Palembang

yang lainnya.

Yang terakhir, sebanyak 8 buruh merasa puas dengan pekerjaan mereka.

Mereka menghayati bahwa pabrik tersebut akan bertahan lama yang berarti

mereka tetap memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama pula. Selain itu, terdapat

aturan yang jelas mengenai system PHK dalam pabrik tersebut sehingga para

buruh dapat mengetahui peraturan apa yang dapat menyebabkan mereka dipecat

(17)

Uraian di atas mengenai kepuasan dan ketidakpuasan terhadap gaji,

lingkungan kerja, rasa aman, pekerjaan itu sendiri, atasan/pemilik pabrik dan

rekan kerja merupakan aspek-aspek yang dapat dibahas dengan menggunakan

teori kepuasan kerja Ivancevich dan Matteson, 2002. Menurut Ivancevich dan

Matteson, kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya. Adapun

aspek-aspek dari kepuasan kerja tersebut adalah gaji (pay) lingkungan kerja

(working condition), kesempatan promosi (promotion opportunity), pekerjaan itu

sendiri (work it self), atasan/ pemilik pabrik (supervision), rasa aman (job

security), dan rekan kerja (co-workers).

Kepuasan kerja telah menjadi isu penting dan sangat menarik, tidak hanya

bagi peneliti melainkan bagi industry pula (Ivancevich dan Matteson 2002 : 121).

Kepuasan kerja merujuk pada sikap seorang karyawan terhadap pekerjaannya.

Dan pengembangan sumber daya manusia yang optimal akan menunjang

tercapainya tujuan dari perusahaan (Koetler, SDM II, PT. Prenhalindo, 2001).

Karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan

berusaha untuk memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh perusahaan dan

akan semakin meningkatkan kinerja. Sebaliknya, karyawan yang merasa kurang

atau tidak puas, akan cenderung melihat pekerjaannya itu membosankan sehingga

ia akan bekerja secara asal-asalan dan terpaksa untuk mengerjakannya.

Mengingat pentingnya kepuasan kerja pada buruh pabrik kerupuk

Palembang X dapat mempengaruhi pencapaian target yang telah ditentukan setiap

hari, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran

(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui gambaran mengenai kepuasan kerja pada buruh pabrik

kerupuk Palembang X di kota Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui kepuasan kerja pada buruh

pabrik kerupuk Palembang X di kota Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang lebih rinci

mengenai kepuasan kerja dikaitkan dengan upah (pay), pekerjaan itu sendiri (work

it self), rekan kerja (co-workers), kondisi pekerjaan (working condition), pengawasan (supervision), rasa aman dalam bekerja (job security)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan sumbangan dalam pengembangan bidang ilmu psikologi

industri dan organisasi sehubungan dengan kepuasan kerja pada buruh

pabrik kerupuk Palembang

2. Memberikan informasi tambahan pada peneliti lain yang akan

melakukan penelitian mengenai kepuasan kerja agar peneliti lain dapat

memperoleh gambaran mengenai kepuasan kerja pada buruh pabrik

(19)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pabrik mengenai kepuasan kerja pada

buruhnya dan aspek-aspek apa saja yang berkaitan dengan kepuasan

kerja pada buruh agar pabrik tersebut dapat memberikan perlakuan

agar aspek kepuasan buruhnya terpenuhi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Di dalam dunia kerja, karyawan merupakan pemegang peranan penting

terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Mereka merespon dan mempersepsi

setiap stimulus yang ada di lingkungannya dengan apa yang ada dalam dirinya.

Hal itu juga dipengaruhi oleh pemahaman mengenai dirinya dan keadaan

lingkungan individu tersebut berada. Pada dasarnya, setiap individu memiliki

kebutuhan tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan itu berkaitan dengan

kepentingan individu. Kebutuhan itu muncul karena individu merasa kekurangan

atau adanya ketidak-seimbangan yang dirasakan oleh individu tersebut. Pada

dasarnya, setiap individu itu adalah unik sehingga masing-masing dari individu itu

pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan yang berbeda-beda

inilah yang juga mendasari perilaku kerja dan kepuasan kerja karyawan (Robbins,

1986 : 185).

Setiap individu memiliki cara tersendiri dalam memenuhi kebutuhannya

itu. Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan

cara bekerja. Seseorang yang bekerja pada perusahaan tertentu atau biasa disebut

dengan karyawan atau buruh, akan berusaha dengan maksimal agar pekerjaannya

(20)

menuntut imbalan yang setimpal dengan apa yang telah ia berikan terhadap

perusahaan sehingga antara perusahaan dan karyawan terjadi hubungan timbal

balik.

Pada pabrik kerupuk Palembang, buruh bagian produksi memilik peran

yang sangat penting. Buruh produksi yang membuat pabrik tersebut tetap berjalan.

Dari membuat adonan sampai penjualan hasil pabrik pun dilakukan oleh buruh

bagian produksi. buruh bagian produksi tersebut harus membuat kerupuk untuk

mencapai target yaitu sebanyak 10 karung @ 50kg dalam waktu 12 jam setiap

harinya. Sehingga kinerja buruh bagian produksi sangat penting untuk

diperhatikan oleh pemilik pabrik. Salah satu hal yang mendasari kinerja karyawan

tersebut adalah kepuasan kerja. Menurut Ivancevich dan Matteson (2002),

kepuasan kerja dan kinerja karyawan memiliki hubungan yang timbal balik.

Karyawan memiliki kinerja yang baik akan mendapatkan bonus dan semakin

diperhatikan oleh pemilik pabrik sehingga karyawan tersebut merasa puas. Dan

karyawan akan memiliki kinerja yang baik apabila karyawan tersebut merasa puas

dengan pekerjaannya.

Pada saat bekerja, buruh pabrik kerupuk Palembang X itu akan membawa

seperangkat keinginan, kebutuhan dan hasrat yang kemudian membentuk harapan,

yaitu agar kebutuhannya tercapai ketika memasuki suatu lingkungan perusahaan.

Seorang buruh akan memiliki harapan yang berbeda dengan buruh yang lain.

Semakin banyak faktor dalam pekerjaan yang sesuai dengan harapan buruh, maka

buruh tersebut akan cenderung merasa puas. Hal ini menunjukkan bahwa pada

(21)

akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai dengan kebutuhan

yang ada dalam dirinya.

Menurut Ivancevich dan Matteson, 2002, kepuasan kerja karyawan

merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja tersebut

berbeda-beda antara karyawan yang satu dengan yang lain, tergantung dari

persepsi masing-masing karyawan terhadap aspek-aspek dari kepuasan kerja itu

sendiri. bersangkutan. Aspek-aspek yang menentukan kepuasan kerja menurut

Ivancevich & Matteson adalah aspek gaji atau upah (pay), pekerjaan itu sendiri

(work itself), kesempatan mendapatkan promosi (promotion opportunities),

pengawasan (supervision), rekan kerja (co-workers), kondisi kerja (working

conditions) serta rasa aman dalam bekerja (job security). Namun, yang akan digunakan dalam pabrik kerupuk Palembang X hanya 6 aspek kecuali aspek

kesempatan mendapatkan promosi (promotion opportunity).

Aspek yang pertama adalah upah (pay). Buruh pabrik kerupuk Palembang

akan merasa puas dengan gajinya apabila buruh tersebut menghayati gaji yang

diperolehnya sesuai dengan beban yang kerja yang mereka lakukan setiap hari

selama 12 jam. Keseuaian antara harapan buruh dengan upah yang seharusnya

diterima dengan apa yang diterimanya akan mempengaruhi kepuasan buruh

tersebut. Apalagi jika ditambah dengan bonus seperti tunjangan kesehatan, uang

kontrakan dan liburan akan sangat mendukung kepuasan dalam aspek pay.

Aspek yang kedua adalah pekerjaan itu sendiri (work it self). Buruh akan

merasa puas dengan aspek ini apabila buruh itu menghayati bahwa pekerjaannya

(22)

pekerjaannya. Buruh pabrik melaksanakan tugasnya tanpa perasaan terpaksa dan

juga buruh diberikan kebebasan dalam melakukan pekerjaannya namun tetap

bertanggung jawab sehingga buruh itu dapat merasakan bahwa dirinya memiliki

peranan penting dalam proses produksi pabrik tersebut.

Aspek ketiga adalah kondisi kerja (working condition). Buruh pabrik akan

merasa puas dengan kondisi kerjanya jika buruh tersebut menghayati kondisi

lingkungan kerjanya nyaman dan dapat mendukung produktivitas dalam bekerja.

Dalam hal ini, peralatan yang digunakan dala bekerja dan lingkungan kerja yang

bersih serta memiliki sirkulasi udara serta penerangan yang baik akan

memberikan kepuasan buruh terhadap lingkungan kerja dan dapat meningkatkan

kinerja mereka dalam membuat kerupuk. Dengan didukung oleh toilet dan tempat

ibadah juga akan menambah kepuasan kepada buruh tersebut mengenai

lingkungan tempat kerjanya.

Aspek keempat adalah pengawasan (supervision). Buruh pabrik akan

merasa puas jika mereka menghayati atasan dapat memberikan pengakuan atau

penghargaan terhadap buruh dan mampu memimpin bawahannya secara

interpersonal. Atasan dari buruh pabrik ini adalah pemilik pabriknya langsung.

Relasi antara pemilik pabrik dengan buruh pabrik juga hendaknya dipererat agar

dapat menimbulkan kesan positif dari buruh terhadap pemilik pabrik tersebut.

Selain itu, pemilik pabrik juga harus memberikan pujian kepada buruhnya di

depan umum jika kinerja buruhnya lebih baik dibandingkan karyawan lain.

(23)

apa yang diharapkan oleh pemilik terhadap buruh nya. Semua hal tersebut dapat

menimbulkan kepuasan tersendiri bagi buruh pabrik.

Aspek yang kelima adalah rekan kerja (co-workers). Buruh pabrik kerupuk

Palembang akan merasa puas jika menghayati rekan-rekan kerjanya menunjukkan

sikap bersahabat dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Selain

relasi dengan atasan, relasi dengan sesama rekan kerja juga harus diperhatikan

karena dapat menjadi aspek kepuasan kerja buruh. Jika ada salah satu orang buruh

yang pekerjaan yang belum selesai, maka rekan kerjanya yang lain hendaknya

membantu pekerjaan buruh yang belum selesai agar pekerjannya itu segera

terselesaikan.

Aspek yang keenam adalah rasa aman (job security). Buruh akan merasa

puas jika buruh menghayati bahwa tempat kerjanya aman. Dalam hal ini tidak

adanya pemutusan kerja yang tiba-tiba oleh pemilik pabrik.

Selain itu terdapat pula factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan. Menurut Lily M. Berry (1998), ada beberapa factor yang

mempengaruhi kebutuhan karyawan yang juga berkaitan dengan kepuasan kerja

yang dirasakan oleh karyawan. Factor-faktor tersebut adalah umur, jenis kelamin,

lama bekerja.

Terdapat hubungan positif antara usia dan kepuasan kerja. Pekerja yang

lebih tua lebih puas daripada pekerja muda. Hal ini disebabkan oleh seseorang

yang merasa diri mereka memiliki alternatif pekerjaan yang lebih sedikit akan

lebih puas dengan pekerjaannya. Selain itu, nilai-nilai pekerja yang lebih tua telah

(24)

pekerjaan lain tidak berpengaruh sekuat seperti pada pekerja muda. Kemudian

pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi pada tingkat organisasi yang tinggi

berkaitan dengan kepuasan yang lebih besar, dan ini lebih mungkin untuk datang

kepada karyawan yang lebih senior.

Pada faktor jenis kelamin, terdapat perbedaan antara karyawan pria dan

wanita yaitu wanita memperoleh gaji atau upah yang lebih sedikit daripada pria

dan juga wanita lebih sedikit mendapatkan kesempatan promosi. Perbedaan inilah

yang menyebabkan kesempatan bekerja pada wanita lebih terbatas daripada pria.

Inilah alasan mengapa wanita akan merasa kurang puas terhadap pekerjaannya.

Selain itu, perbedaan nilai yang dianut oleh karyawan pria dan wanita juga turut

mempengaruhi kepuasan kerja. Nilai yang dianut oleh karyawan pria adalah

self-direction atau kemandirian dalam bekerja dan extrinsic rewards (seperti gaji dan

promosi), sedangkan nilai yang dianut oleh karyawan wanita adalah pekerjaan

yang menarik dan social rewards (seperti rekan kerja yang baik dan hubungan

yang baik dengan supervisor).

Selanjutnya pada faktor lama bekerja, terdapat perbedaan kepuasan antara

karyawan yang telah lama bekerja dengan yang belum lama bekerja. Karyawan

yang telah lama bekerja biasanya akan lebih merasa puas dengan pekerjaannya

disebabkan upah yang diterimanya lebih besar dibandingkan dengan karyawan

yang belum lama bekerja. Selain itu, karyawan yang telah lama bekerja sudah

lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan pabrik dan sudah lebih mengenal

(25)

Selain itu terdapat pula faktor yang dapat dikaitkan dengan kepuasan kerja

yang dihayati oleh karyawan yaitu status marital. Kepuasan kerja yang dihayati

oleh karyawan yang telah menikah berbeda dengan karyawan yang belum

menikah. Biasanya karyawan yang belum menikah merasa lebih puas dengan

pekerjaannya dibandingkan karyawan yang belum menikah. Hal ini disebabkan

karyawan yang belum menikah memiliki kebutuhan yang lebih sedikit

dibandingkan karyawan yang sudah menikah sehingga upah yang diperoleh dari

pekerjaannya itu biasanya akan lebih terasa banyak pada karyawan yang belum

menikah dibandingkan karyawan yang sudah menikah.

Ketujuh aspek dari kepuasan kerja tersebut akan dihayati secara

berbeda-beda oleh karyawan pabrik kerupuk Palembang X di Bandung karena mendapat

pengaruh dari factor-faktor yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan

(26)

Bagan 1.1 bagan Kerangka Pemikiran KEBUTUHAN

PUAS

Aspek kepuasan kerja (Ivancevich & Matteson) :

1. Upah (pay)

2. Pekerjaan itu sendiri (work it self) 3. Pengawasan (supervision)

4. Rekan kerja (co-workers)

5. Kondisi kerja (working condition) 6. Kemanan kerja (job security) Karyawan pabrik

kerupuk Palembang X di kota Bandung

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja :

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Lama bekerja 4. Status marital

TIDAK PUAS KEPUASAN

KERJA Pekerjannya :

Memproduksi kerupuk ikan

Palembang sebanyak 10

karung @ 50kg setiap hari

(27)

1.6 Asumsi

1. Setiap buruh pabrik kerupuk Palembang X di kota Bandung memiliki

kepuasan kerja yang berbeda-beda.

2. Setiap karyawan pabrik kerupuk Palembang X di kota Bandung memiliki

usia, jenis kelamin, lama bekerja dan status marital yang berbeda-beda.

3. Aspek-aspek kepuasan kerja yaitu upah, pekerjaan itu sendiri, kondisi

kerja, pengawasan, rekan kerja, dan rasa aman dalam bekerja akan

dihayati secara berbeda-beda oleh buruh pabrik kerupuk Palembang X di

kota Bandung.

4. Buruh akan merasa puas jika menghayati aspek-aspek kepuasan kerja

secara positif dan karyawan akan merasa tidak puas jika menghayati

aspek-aspek kepuasan kerja secara negatif.

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang

kepuasan kerja pada buruh pabrik kerupuk Palembang X, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar buruh pabrik kerupuk Palembang X menghayati

ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Yaitu sebanyak 44 (89.8%) buruh

pabrik kerupuk Palembang X merasa tidak puas terhadap pekerjaannya.

2. Aspek kepuasan kerja yang dihayati paling puas oleh buruh pabrik

kerupuk Palembang X adalah aspek job security yaitu sebanyak 57.1%.

3. Aspek kepuasan kerja yang dihayati paling tidak puas oleh buruh pabrik

kerupuk Palembang X adalah aspek supervision dan co-workers yaitu masing-masing sebanyak 87.8%.

4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja seperti usia, jenis

kelamin, lamanya bekerja dan status marital, ternyata tidak memiliki

pengaruh terhadap kepuasan kerja yang dihayati oleh buruh pabrik

(29)

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja,

diharapkan memperhatikan kembali mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kepuasan kerja

2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja,

diharapkan memperbanyak item-item dari tiap aspek agar dapat menjaring

data dari tiap aspek kepuasan kerja dan menyesuaikan item-item tersebut

dengan karakteristik populasi atau sampel yang akan diteliti agar tidak ada

item yang bias.

3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja pada buruh

pabrik kerupuk Palembang X, diharapkan lebih menggali data penunjang

seperti berapa jumlah anak yang dimiliki oleh buruh pabrik tersebut, agar

data lebih bervariasi dan data mengenai status marital dapat lebih

tergambar.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada pemilik pabrik agar lebih memperhatikan relasi yang

terjalin dengan buruhnya dan mengatur posisi bekerja buruhnya dengan

cara memasangkan buruh yang dapat saling bekerja sama agar mereka

lebih merasa nyaman saat bekerja.

2. Disarankan pula kepada pemilik pabrik agar lebih memperhatikan sistem

kepemimpinan yang dijalankan pada pabrik tersebut. Pemilik pabrik

(30)

agar tercipta hubungan yang harmonis dan buruh pabrik juga merasa

nyaman bekerja di bawah naungan pemilik pabrik itu.

3. Disarankan kepada pemilik pabrik kerupuk Palembang X agar lebih

memperhatikan upah dari buruhnya. Dalam hal ini, pemilik pabrik

setidaknya lebih transparan dalam pemberian upah. Pemilik pabrik

menjelaskan mengenai indikator upah yang tiap buruh terima agar buruh

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Berry, Lilly M. 1998. Psychology at Work: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology. Second Edition. Singapore: McGraw Hill Ivancevich and Matteson. 2002. Organizational Behaviour and Management.

New York: McGraw

Nazir, Moh., Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia

(32)

DAFTAR RUJUKAN

Fakultas Psikologi. 2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Problematika Pengangguran di Indonesia. 2011. www.lowonganterbaru.uni.cc

Harda Wahana, Atase Perdagangan Indonesia KBRI Kairo. 2007. Meneropong Perdaganan Internasional; Prosedur dan Implementasi. Makalah Pelatihan Perdagangan. Griya Jawa Tengah : Forum Studi Syari’ah wal Qanun Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang peneliti proleh melalui teknik observasi terhadap motivasi ABK pada faktor internal psikologis. Adanya motivasi yang dimiliki ABK, hal ini

Tujuan Pusat Peternakan dan Pengolahan Hasil Ternak dengan pendekatan arsitektur hijau diharapkan mampu menghasilkan desain yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan,

If you share this work, you must identify the creators named in this work and on the Living Archive of Aboriginal Languages website and abide with all other attribution

Berdasarkan latar belakang yang berkaitan dengan penerapan sistem Manajemen Kas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian Tugas Akhir dengan judul “Implementasi

telah dilakukan mulai bulan Maret 1992, sejalan dengan selesainya jadwal pembangunan pabrik pada tanggal 1 November 1995. GOLDSTAR ASTRA sempat berganti nama menjadi PT. LG ASTRA

Dengan adanya Tuhorma.com ini maka konsumen bisa langsung melakukan pemesanan produk furniture melalui media ini ataupun hanya sekedar browsing untuk mencari produk furniture yang

Nakon što se predmet pronađe robot se pomakne u drugu točku snimanja te se ponovno traži 3DL vizijskim procesom. Zadnji korak je prilaz i

Melibatkan anak dalam pembelajaran dengan cara anak melakukan ekspe- rimen melalui metode Active Learning.