• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Dan Prospek Kelompok Sebagai Wadah Pemberdayaan Peternak Sapi Perah ( Kasus Di Kabupaten Bandung) Potencies And Prospect Of Group As Empowement Dairy Farmers Organization: Case At Bandung District.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Dan Prospek Kelompok Sebagai Wadah Pemberdayaan Peternak Sapi Perah ( Kasus Di Kabupaten Bandung) Potencies And Prospect Of Group As Empowement Dairy Farmers Organization: Case At Bandung District."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DAN PROSPEK KELOMPOK SEBAGAI WADAH PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH

( Kasus di Kabupaten Bandung)

Potencies and Prospect of Group as Empowement Dairy Farmers Organization: Case at Bandung District

Unang Yunasaf1), Basita Ginting2), Margono Slamet3), Prabowo Tjitropranoto4)

ABSTRACT

The majority of the dairy farmers at Indonesia has not reflected as truly farmers yet and it has made tendencies to be empowering less. The existence of dynamic farmers group can be expected in empowering dairy farmers. In externally for dynamic farmer group need the cooperation economic enterprise (CEE) that operation its functions and extension agent play the role of change agent. The research studies: group potentials especially in term dynamic physically and empowering group; the influence of the function of CEE and the role of extension agent on supporting development of group potentials; and strategies to build prospect to the dairy farmers in developing themselves. Sample population consists of all CEE of dairy cattle in Bandung district, while target population consists of all dairy farmers who are members of the CEE. Sample was taken by using multistage sampling. The number of sample: CEE is 4 units, group is 8 units and a farmer is 120 units. The result showed that dynamic group farmer and empowering group farmers are low. The dynamic group farmer affected as positively significant by the function of the CEE and the role of the extension agent. The empowering of group dairy farmers affected as positively significant by the dynamic group farmers. The empowering of dairy farmers is low that caused by the function of the CEE, the role of extension agent and the empowering of group dairy farmers were low. Farmers group may have prospect as organization of empowering dairy farmers that is by applying pushing strategy in order to get a dynamic farmers group.

Key words: potencies and prospect of group, empowerment dairy farmers

PENDAHULUAN

Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih belum mencerminkan sebagai sejatinya peternak (farmers), tetapi masih dicirikan sebagai peternak yang tradisional bukan peternak modern, sehingga cenderung masih belum berdaya atau berkualitas. Ciri-ciri secara umum dari peternak sapi perah ini yang menonjol diantaranya adalah: kepemilikan sapi produktifnya rendah hanya berkisar 1-2 ekor, pengetahuan dan penguasaan teknik beternak yang rendah, pandangan ekonomi dalam usaha peternak sangat sedikit, produktivitas usaha yang rendah yaitu 9-10 liter/ekor/hari, produknya berupa susu tidak kompetitif ketika berhadapan dengan susu impor, dan kurang memiliki independensi ketika berhadapan dengan pihak koperasi maupun dengan industri pengolahan susu (Sjahir, 2003; Tri, 2003).

(2)

peternak dalam negeri hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan nasional, sedangkan sisanya 70% diimpor (Sularso 2001; Tri 2003)

Dalam memacu daya saing peternak sapi perah, peternak harus didorong agar dapat berusaha sapi perah bukan sebagai usaha sambilan. Idealnya peternak dapat memiliki skala usaha 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi (Sjahir 2003; Tri 2003). Di samping itu yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana memberdayakannya, yaitu dengan mengembangkan dan mendinamiskan beragam potensi yang ada pada peternak melalui bentuk fasilitasi atau penguatan yang memadai sehingga peternak sapi perah akan memiliki keberdayaan (Ginanjar 1996).

Dalam pemberdayaan peternak sapi perah ini, selain harus ada pemihakan atau terarah dan partisipatif, yang amat strategis adalah penggunaan pendekatan melalui kelompok (Ginanjar 1996). Pendayagunaan kelompok tani diakui telah dapat menjadi dasar untuk keberhasilan pembangunan dalam terminologi tercapainya produktivitas, keadilan dan partisipasi sosial (Chu 1976). Di Indonesiapun, peran strategis dari kelompok tani ini pernah tercatat pada sejarah keberhasilan swasembada beras( Adjid 1981). Penggalian potensi kelompok sebagai wadah pemberdayaan peternak sapi perah dapat merupakan suatu alternatif di dalam mempercepat terjadinya penguatan yang sesungguhnya pada para peternak yang menjadi anggota suatu koperasi. Karena selama ini dikonstantir hampir sebagian besar koperasi persusuan khususnya di Jawa Barat belum sepenuhnya untuk berpihak pada para peternak (PR 2005).

Kelompok dipandang pula sebagai unsur yang esensial dalam usaha peningkatan kualitas sumberdaya peternak melalui kegiatan pendidikan non formal (penyuluhan). Dengan kelompok memungkinkan peternak sapi perah untuk berubah perilakunya, karena peternak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan berinteraksi di dalam rangka meningkatkan keberdayaannya.. Dalam jangka panjang menurut Cartwright dan Zander (1968) keberadaan kelompok ini yang diharapkan dinamis amat dipentingkan untuk berlangsungnya masyarakat yang lebih demokratis.

Kalau kelompok dianggap dapat menjadi media atau wadah peningkatan kualitas peternak sapi perah, sehingga peternak menjadi berdaya maka yang menjadi pertanyaannya adalah sebenarnya seberapa besar potensi yang dimiliki kelompok untuk itu, khususnya dilihat dari tingkat dinamika dan keberdayaannya. Demikian pula layak dipertanyakan bagaimana prospeknya ke depan.

Untuk berkembangnya kelompok menjadi wadah pemberdayaan peternak sapi perah tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor, secara eksternal diantaranya adalah koperasi di dalam menjalankan fungsi-fungsinya dan berperannya para penyuluh sebagai agen pembaharu khususnya yang berasal dari lembaga pemerintah (Soedijanto 1981; Chamala dan Shingi 1997; Aida 2000).

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mempelajari potensi kelompok khususnya dilihat dari keragaan dinamika kelompok dan keberdayaan kelompok di dalam mendukung berdayanya peternak sapi perah.

(3)

3. Mencari strategi agar kelompok memiliki prospek di dalam memberdayakan peternak sapi perah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang sebagai bentuk penelitian yang mendekati bentuk penelitian penjelasan (explanatory research).

Populasi sampling adalah koperasi peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Bandung dan terdaftar pada GKSI Komda Jawa Barat sebanyak 8 buah. Populasi sasaran adalah seluruh peternak sapi perah anggota dari koperasi peternak sapi perah tersebut.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui teknik pengambilan sampel gugus bertahap (multistage sampling). Sebagai responden adalah peternak anggota koperasi yang terpilih. Langkah-langkah yang dilakukan sehingga dapat memilih sampel responden adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan koperasi sebagai sampel pertama terpilih 4 koperasi dari 8 koperasi yang ada, terdiri atas 2 koperasi yang keanggotaanya lebih 2000 anggota (Strata 1) dan 2 koperasi yang keangggotaannya kurang dari 2000 anggota (Starta 2).

2. Pemilihan TPK (Tempat pelayanan koperasi) atau desa sebagai sampel kedua terpilih 2 TPK dan 2 Desa dari sampel pertama.

3. Pemilihan kelompok peternak sebagai sampel ketiga, terpilih sebanyak 8 kelompok dari sampel kedua.

4. Pemilihan peternak sebagai responden sebanyak 120 peternak dari sampel ketiga. Variabel yang ditelaah meliputi fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh, dinamika dan keberdayaan kelompok dan keberdayaan peternak. Secara ringkas operasionalisasi dan keterkaitan variabel penelitian ditampilkan pada Gambar 1.

Cara pengukuran semua variabel dilakukan dengan skala ordinal dalam bentuk indeks. Untuk mengetahui tingkat keragaan dari Fungsi-fungsi Koperasi, Peranan Penyuluh, Dinamika Kelompok, Keberdayaan Kelompok, dan Keberdayaan Peternak, didasarkan pada kriteria atau kelas kategori, yang didasarkan atas perhitungan selisih antara skor harapan tertinggi dengan skor harapan terendah, yang dibagi menjadi lima dengan skala yang sama, sehingga diperoleh kelas kategori dari sangat rendah sampai sangat tinggi.

Untuk menguji perbedaan dari tingkat keragaan variabel-variabel yang diukur tersebut dilakukan analisis uji Mann-Whitney yang dilakukan dengan program SPSS versi 13.0, sedangkan untuk pengujian pengaruh variabel penjelas terhadap variabel terikat dilakukan dengan analisis model persamaan stuktural (Stuctural Equation Modeling atau disingkat SEM) dengan menggunakan program Linear Structural Relationship (LISREL) versi 8.3.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Koperasi Contoh

(4)

Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan dan Koperasi Unit Desa (KUD) Mitra Usaha Ciparay yang berada di wilayah Selatan, dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang dan Koperasi Unit Desa (KUD) Sinarjaya Ujungberung yang berada di wilayah Utara.

Deskripsi Koperasi Contoh ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Koperasi Contoh

Strata 1 Strata 2

Wil.Selatan Wil.Utara Wil.Selatan Wil.Utara

No. Uraian

KPBS KPSBU KUD Mitra

Usaha

KUD Sinarjaya

1. Alamat Jalan Raya

Pangalengan

Komplek Pasar Baru Lembang

Jalan Raya Pacet Ciparay

Jalan AH. Nasution Ujungberung 2. Letak wilayah (ketinggian

dari permukaan laut)

1000-1420 m 1200 m 700-800 600-800 m

3. Tahun Berdiri 1969 1971 1979 1974

4. Jumlah anggota sampai tahun 2005

7.156 orang 6.092 orang 541 orang 1.191 orang

5. Jumlah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) atau Desa

30 TPK 23 TPK 3 desa 3 desa

6. Jumlah Kelompok 140 buah 100 buah 17 buah 7 buah 7. Populasi Sapi sampai akhir

2005

15.196 ekor 15.947 ekor 936 ekor 2255 ekor

8. Produksi susu per hari per selama 2005

100 ton 102 ton 5,4 ton 13 ton

Keadaan Umum Kelompok Contoh

Sesuai dengan fokus penelitian pada kelompok peternak, maka keadaan umum kelompok peternak sapi perah contoh disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Keadaan Umum Kelompok Peternak Sapi Perah Contoh

Uraian Alamat Lama Berdiri

(Thn)

Jumlah Anggota

(Orang)

Jumlah Sapi (Ekor)

Starta 1

No.

KPBS:

1. Kel. Babakan Kiara 07 Desa Pulosari 30 22 75

2. Kel. Babakan Kiara 09 Desa Margamekar 19 29 99

KPSBU:

3. Karamat 30 Desa Cikahuripan 27 33 142

4. Karamat 31 Desa Cikahuripan 20 40 170

Rataan 24 31 121,5

Strata 2

KUD Mitra Usaha:

5. Kel. Cidulang Desa Pingggirsari 10 45 118

6. Kel. Mekarsari Desa Pinggirsari 3 31 65

KUD Sinarjaya:

7. Kel. Pasir Angin Desa Cilengkrang 24 48 238

8. Kel. Cipulus Desa Cilengkrang 24 38 181

(5)

Karakteristik Responden

Ciri-ciri responden dilihat dari jumlah pemilikan ternak tidak menunjukkan adanya perbedaan antara strata. Sebaliknya, dilihat dari lama keanggotaan di kelompok dan koperasi serta tingkat produksi susu per ekor menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar strata.

Responden dari strata 1 relatif lebih lama menjadi anggota di koperasi dan kelompoknya. Rata-rata lama keanggotaan responden di koperasi pada strata 1 adalah 14 tahunan, dan di strata 2 adalah 8 tahunan, sedang rata-rata keanggotaan di kelompok pada strata 1 adalah 13 tahunan dan pada strata 2 adalah 8 tahunan. Rata-rata keseluruhan keanggotaan responden di koperasi adalah 11,09 tahun, dan di kelompok 10,52 tahun.

Pengalaman beternak responden pada strata 1 lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2. Pada strata 1 rata-ratanya adalah 16,48 tahun dan pada strata 2 adalah 10,65 tahun. Rata-rata keseluruhan pengalaman beternak responden adalah 13,71 tahun.

Dalam kurun waktu rata-rata 13,71 tahun beternak sapi perah, responden hanya mampu menambah ternaknya rata 2 ekoran saja, dari awal beternak rata-rata sebanyak 1,49 (1-2 ekor) menjadi rata-rata-rata-rata sebanyak 3,71 (3-4) ekor. Jumlah pemilikan sapi produktifnya, lebih rendah lagi rata-rata saat ini hanya sebanyak 2 ekoran.

Tingkat produksi susu dari sapi yang dipelihara responden pada strata 1 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2. Rata-rata tingkat produksi susu pada strata 1 mencapai 13,27 liter/ekor/hari sedang pada strata 2 mencapai 10,40 liter/ekor/hari. Tingkat produksi susu rata-rata keseluruhan mencapai 11,84 liter.

Fungsi-fungsi Koperasi

Hasil penelitian pada Tabel 3 mengungkapkan bahwa rata-rata fungsi-fungsi koperasi tergolong rendah (50,29 persen). Terdapat perbedaan nyata antara strata, yaitu fungsi-fungsi koperasi pada strata 1 relatif lebih baik dibanding dengan pada strata 2. Pada strata 1, fungsi-fungsi koperasinya relatif lebih berjalan, terutama di dalam fungsi pengembangan pelayanan dan fungsi pengembangan kerjasama.

Tabel 3. Keragaan Fungsi-fungsi Koperasi

Strata 1 Strata 2 Total

No. Uraian

Skor rataan 1) Skor rataan 1) Skor rataan 1)

1. Fungsi Pengembangan keanggotaan*

51,11 44,00 46,17

2. Fungsi Pengembangan kelompok

43,50 37,50 40,00

3. Fungsi Pengembangan Pelayanan *

68,33 60,00 65,00

4. Fungsi Pengembangan Kerjasama *

73,33 46,67 56,67

5. Fungsi Pengembangan Partisipasi *

53,33 40,00 46,67

6. Fungsi-fungsi koperasi * 55,71 44,57 50,29

(6)

Strata 1 : Koperasi yang jumlah anggotanya > 2000 orang Strata 2 : Koperasi yang jumlah anggotanya < 2000 orang

1)Skor rataan: skor rata-rata posisi (dalam prosentase dari skor harapan maksimum)

* Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, nyata pada α=0,05

Pada umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal ini terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1) fungsi pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3) fungsi pengembangan partisipasi.

Peranan Penyuluh

Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa peranan penyuluh dalam fungsinya sebagai agen pembaharu rata-rata masih tergolong rendah (36,06 persen). Hal ini terlihat dari masih rendahnya peran penyuluh baik dalam perannya sebagai fasilitator, motivator maupun sebagai katalisator.

Terdapat perbedaan yang nyata dari tingkat peranan penyuluh ini, yaitu pada strata 1 relatif lebih berfungsi dibandingkan dengan penyuluh pada strata 2.

Tabel 4. Keragaan Peranan Penyuluh

Strata 1 Strata 2 Total

No. Uraian

Skor rataan 1) Skor rataan 1) Skor rataan 1)

1. Peran penyuluh sebagai Fasilitator*

40,00 34,17 38,33

2. Peran penyuluh sebagai Motivator*

40,00 34,00 38,00

3. Peran penyuluh sebagai Katalisator *

39,09 34,55 36,36

4. Tingkat Peranan Penyuluh * 36,97 34,55 36,36

Keterangan: seperti pada Tabel 3

Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah

Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dinamika kelompok peternak sapi perah, rata-rata tergolong rendah (41,81 persen).

Tabel 5. Keragaan Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah

Strata 1 Strata 2 Total

No. Uraian

Skor rataan 1) Skor rataan 1) Skor rataan 1)

1. Kepemimpinan 39,62 38,46 39,23

2. Tujuan Kelompok 39,17 36,67 38,33

3. Struktur Kelompok* 40,00 36,35 37,50

4. Fungsi Tugas Kelompok* 45,46 38,18 41,82

5. Pembinaan dan

Pemeliharaan Kelompok*

44,29 41,43 42,86

6. Kekompakan Kelompok 40,00 37,50 38,75

7. Suasana Kelompok* 47,50 37,50 42,50

8 Dinamika Kelompok* 42,89 39,28 41,81

(7)

Tingkat dinamika kelompok pada strata 1 relatif lebih baik dibandingkan pada strata 2. Pada kelompok di strata 1 unsur-unsur dinamika kelompoknya relatif lebih dinamis dibandingkan pada kelompok strata 2, terutama dalam struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, serta suasana kelompok.

Dinamika kelompok peternak sapi perah yang rata-rata tergolong rendah, terlihat dari masih rendahnya faktor-faktor atau kekuatan yang mampu menggerakkan perilaku kelompok dan anggota-anggota untuk mencapai tujuannya secara efektif.

Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah

Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keberdayaan kelompok peternak sapi perah rata-rata tergolong rendah (41,35 persen). Hal ini terlihat dari belum berfungsinya kelompok peternak sebagai: pengembang kepemimpinan setempat, pengembang organisator, pengembang daya kritis, pengembang kegiatan belajar, dan pengembang kerjasama usaha.

Ada perbedaan nyata dari kedua strata koperasi, yaitu keberdayaan kelompok peternak di strata 1 relatif lebih baik dibanding dengan di strata 2. Hal ini, khususnya terlihat dari relatif lebih berjalannya kelompok peternak pada strata 1 dalam perannya sebagai pengembang daya kritis dan kegiatan belajar.

Tabel 6. Keragaan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah

Strata 1 Strata 2 Total

No. Uraian

Skor rataan 1) Skor rataan 1) Skor rataan 1)

1. Pengembang kepemimpinan 44,00 40,00 42,00

2. Pengembang Organisator 43,33 38,33 41,67

3. Pengembang Daya Kritis* 47,50 40,00 45,00

4. Pengembang Kegiatan Belajar*

42,00 37,00 40,00

5. Pengembang Kerjasama Usaha*

42,50 37,50 40,00

6. Keberdayaan Kelompok* 43,78 37,57 41,35

Keterangan: seperti pada Tabel 3

Keberdayaan Peternak Sapi Perah

Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa keberdayaan peternak sapi perah, rata-rata tergolong rendah (50,67 persen). Para peternak umumnya belum dapat menunjukkan keberdayaannya, terutama dalam perannya sebagai manajer dan sebagai individu yang otonom, sedangkan keberdayaannya sebagai pemelihara ternak sudah tergolong cukup.

(8)

Tabel 7. Tingkat Keragaan Keberdayaan Peternak Sapi Perah

Strata 1 Strata 2 Total

No. Uraian

Skor rataan 1) Skor rataan 1) Skor rataan 1)

1. Keberdayaan sebagai Manajer

44,62 40,00 41,54

2. Keberdayaan sebagai Pemelihara Ternak*

64,42 52,73 57,88

3. Keberdayaan sebagai Individu Otonom*

52,86 42,14 44,29

4. Keberdayaan Peternak* 57,00 47,00 50,67

Keterangan: seperti pada Tabel 2

Pengaruh Fungsi-Fungsi Koperasi dan Peranan Penyuluh Terhadap Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah

Hasil analisis model persamaan struktural pada Tabel 8 menunjukkan bahwa dinamika kelompok dipengaruhi secara nyata oleh fungsi-fungsi koperasi dan peranan penyuluh. Hal ini berarti rendahnya dinamika kelompok peternak disebabkan oleh rendahnya fungsi-fungsi koperasi dan peranan penyuluh.

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi dan Peranan Penyuluh terhadap Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah Persamaan struktural Peubah Terikat Peubah Bebas Koefisien Jalur (Standarized) Standar Error Nilai t Hitung Hasil Uji

(α=0,05) R2

Fungsi-fungsi koperasi

0,44 0,11 4,30 *

Dinamika kelompok

Peranan penyuluh

0,27 0,10 2,04 *

0,40

Keterangan:

* Nyata pada α=0,05

Pengaruh Dinamika Kelompok Peternak terhadap Keberdayaan Kelompok Peternak

Berdasarkan hasil analisis model persamaan struktural pada Tabel 9 menunjukkan bahwa dinamika kelompok memiliki pengaruh yang nyata terhadap keberdayaan kelompok peternak

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah terhadap Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah Persamaan Struktural Peubah Terikat Peubah bebas Koefisien Jalur (Standarized) Standar Error Nilai t Hitung Hasil Uji

(α=0,05) R2

Keberdayaan kelompok

Dinamika kelompok

0,92 0,22 4,06 * 0,85

Keterangan:

(9)

Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi, Peranan Penyuluh dan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah

terhadap Keberdayaan Peternak Sapi Perah

Hasil analisis pada Tabel 10 menunjukkan bahwa keberdayaan peternak sapi perah dipengaruhi secara nyata oleh fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh, dan keberdayaan kelompok peternak. Hal ini berarti rendahnya keberdayaan peternak tidak dapat dilepaskan dari rendahnya fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh, dan keberdayaan kelompok. Fungsi-fungsi koperasi rata-rata masih rendah, demikian pula peranan penyuluh dan keberdayaan kelompok peternak masih rendah, sehingga menyebabkan keberdayaan peternak sapi perah menjadi rendah pula.

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi, Peranan Penyuluh dan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah terhadap Keberdayaan Peternak Sapi Perah

Pengaruh Tidak langsung Peubah lepas

Langsung

Melalui Dinamika Kelompok

Total

Fungsi-fungsi Koperasi 0,56* 0,12 0,65

Peranan Penyuluh 0,17* 0,08 0,25

Keberdayaan Kelompok 0,27* - 0,27

* Nyata pada α=0,05

Strategi Pendayagunaan Kelompok sebagai Wadah Pemberdayaan Peternak Sapi Perah

Strategi yang digunakan di dalam mendayagunakan kelompok agar menjadi media pemberdayaan peternak sapi perah adalah dengan mendorong agar kelompok peternak menjadi dinamis. Dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam strategi tersebut adalah dengan meningkatkan berjalannya fungsi-fungsi koperasi dan berperannya penyuluh sebagai agen pembaharu.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

(1) Potensi kelompok peternak sapi perah, khususnya dilihat dari keragaan dinamika dan keberdayaannya relatif masih belum berkembang di dalam mendukung berdayanya peternak. Hal ini terbuktikan dari dinamika kelompok peternak dan keberdayaan kelompok peternak yang masih tergolong rendah.

(2) Dinamika kelompok dipengaruhi secara positif dan nyata oleh fungsi-fungsi koperasi dan peranan penyuluh.

(3) Keberdayaan kelompok peternak sapi perah dipengaruhi secara positif dan nyata oleh dinamika kelompok peternak sapi perah.

(10)

selanjutnya yang kedua terbesar adalah keberdayaan kelompok peternak sapi perah dan yang ketiga adalah peranan penyuluh.

(5) Strategi yang digunakan agar kelompok peternak dapat memiliki prospek sebagai wadah pemberdayaan peternak sapi perah adalah dengan penerapan strategi mendorong kelompok peternak menjadi dinamis sehingga kelompok memiliki keberdayaan.

Saran

(1) Harus ada reposisi kelompok dan peternak lebih sebagai bagian dari sistem swaorganisasi dari koperasi. Untuk itu perlu didorong agar koperasi dapat merubah logika pengembangan organisasi yang berpusat pada produksi (eksploitasi dan manipulasi sumberdaya) menjadi pengembangan organisasi yang berpusat pada ekologi manusia (pemanfaatan sumberdaya informasi dan prakarsa kreatif). Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan fungsi koperasi khususnya di dalam pengembangan kelompok, keanggotaan dan partisipasi. (2) Untuk di tingkat lapangan agar penyuluh lebih fokus pada tugasnya, sebaiknya

penyuluh tidak dibebani berbagai pekerjaan yang bukan tugas pokoknya. Penyuluh yang ditempatkan di wilayah pengembangan sapi perah, harus didorong agar mampu bekerjasama dengan pihak koperasi dan kelompok, dan sebaiknya memiliki latarbelakang di bidang peternakan.

(3) Untuk mendukung tercapainya kelompok yang dinamis, sehingga dapat menjadi wadah pemberdayaan peternak sapi perah anggotanya, maka perlu pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang berorientasi pemberdayaan, yaitu melalui proses pembelajaran partisipatif.

DAFTAR PUSTAKA

Aida Vitalaya S. Hubeis. 2000. Suatu Pikiran Tentang Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Deptanhut, Jakarta.

Cartwright, D., dan A. Zander. 1968. Group Dynamics: Research and Theory. New York: Herper and Row Publisher.

Chamala, S., dan P.M. Shingi. 1977. Establishing and Strengthening farmer Organizations. Dalam: Improving agricultural Extension A reference manual. Editor B.E. Swanson, R.P. Benz., dan A.J. Sofranko. Rome:FAO.

Chu, GD. 1976. Group and Development. Dalam: Communication for Group Transformation in Development. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L. Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.

Ginanjar, K. 1966. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Institut Teknologi Bandung.

Sjahir, A. 2003. Bisakan Usaha Sapi Perah Menjadi Usaha Pokok. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Sularso. 2001. Komoditi Pertanian dan Perdagangan Bebas. Dalam: Lacto Media Vol. 1 No.6 Agustus-September 2001. GKSI Pusat.

(11)

Gambar

Tabel 3.  Keragaan Fungsi-fungsi Koperasi Strata 1
Tabel 5. Keragaan Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
Tabel 6.  Keragaan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah terhadap Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah Persamaan Struktural Koefisien Standar Nilai t Hasil Uji

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Kadar Air Media Hidroton Hasil pengujian kadar air media hidroton dapat dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan kadar air

PAI)A II{DUSTRI KOPI BTJBUK AANGXTANC KAUM DI D4TII€ANGKAR... .!NALTS$ XtrUNTIJNCAX DAN TITIX TMPAS PADA

Powered by

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa implementasi LARASITA di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan baik dilihat dari standard an

Data dasar kajian ini bermanfaat sebagai rujukan kepada pihak berkuasa di Semenanjung Malaysia khususnya pihak Lembaga Perlesenan Tenaga Atom Malaysia (LPTA) dan

The students will enjoy using Monopoly Game in learning and mastering the material for example Conditional Sentence. Because they will play this game and they also learn the

Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa berdasarkan variasi kadar aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5% dan 6% maka KAO (kadar aspal optimum) yang digunakan adalah 5%

dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari