• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Insekta atau serangga disebut juga Hexapoda merupakan kelas yang terbesar didalam Arthropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies yang tersebar disemua penjuru dunia, Invertebrata ini hidup ditempat yang kering dan dapat terbang. Selain itu serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati dengan potensi manfaat yang besar yang harus dijaga kelestarian dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Serangga memiliki nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya, estetika, dan ekonomi.

Penyebaran serangga dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok sehingga terjadi perbedaan keragaman jenis serangga. Perbedaan ini disebabkan perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanan, (Borror, 1998).

Kupu-kupu yang ditemukan di Indonesia sekitar 2.000-2.500 spesies dari 17.500 spesies yang dikenal diseluruh dunia (Leo at al, 2016), beberapa diantaranya termasuk dalam daftar merah (redlist) International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai jenis yang dilindungi (Fox at al, 2018). Keanekaragaman kupu-kupu pada suatu habitat sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan vegetasi. Kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai tipe habitat seperti hutan, semak belukar, kebun/ladang, sepanjang aliran sungai, bahkan sampai pada kawasan pemukiman. Berdasarkan ketinggian kupu-kupu tersebar mulai dari dataran rendah

(2)

hingga ketinggian 750 m di atas permukaan laut (dpl) (Salmah et al., 2002; Otsuka, 2001; Corbert dan Pendlebury, 1992).

Kupu-kupu merupakan bagian dari jenis keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.Keberadaan kupu-kupu dialam sangat penting yaitu sebagai bioindikator terhadap perubahan kualitas lingkungan. Menurut Rizal (2007) secara ekologis kupu- kupu dapat turut andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati dialam. Kupu-kupu juga berperan sebagai Polinator (penyerbuk bunga) yang membantu terjadinya polinasi pada bunga sehingga reproduksi tumbuhan dapat berlangsung dengan baik.

Familia Pieridae meliputi kupu-kupu berukuran kecil hingga sedang (25-100 mm), memiliki tiga pasang kaki, sayap tidak berekor, dan biasanya berwarna putih atau kuning dengan sel sayap belakang yang tertutup. Famili ini dapat terbang jauh (beberapa spesies mempunyai sifat migrasi) dan sering ditemukan dalam jumlah banyak disekeliling air. Familia Pieridae merupakan salah satu kelompok kupu-kupu yang umum ditemukan. Habitat kupu-kupu ini tersebar mulai dari kawasan padang rumput, semak belukar, hutan sekunder bahkan hutan primer (Corbert and Pendlebury, 1992). Tanaman inang dari kupu-kupu Pieridae ini sangat bervariasi.

Larva dari kupu-kupu ini bisa memakan rumput-rumputan, tumbuhan herba, semak bahkan sampai kelompok pohon di hutan (Otsuka 2001).

Keberagaman jenis kupu-kupu di pulau Sumatera terus mengalami penurunan.

Hal ini disebabkan banyaknya ahli fungsi hutan, sehingga mempengaruhi ketersediaan sumber makanan maupun habitat bagi kupu-kupu (Bibaset al., 2016).

(3)

3

Menurut Rahayuet al. (2012) di pulau Sumatera terdapat sekitar 1.000 jenis kupu- kupu, yang tersebar diseluruh pulau itu, walaupun data mengenai data kelimpahan kupu-kupu di pulau Sumatera belum lengkap. Keberadaan kupu-kupu sangat tergantung kepada daya dukung habitatnya, yaitu habitat yang memiliki komponen hotsplant dan foodplant. Hotsplant adalah tanaman inang yang menjadi makanan larva dimana mulanya kupu-kupu meletakkan telur-telurnya, dan Foodplant adalah tumbuhan yang menjadi makanan kupu-kupu dewasa. Apabila salah satu atau bahkan kedua komponen tersebut tidak ada, maka kupu-kupu jelas tidak bisa melangsungkan kehidupannya (Amalia, 2013). Keanekaragaman hayati harus dijaga dari kerusakan habitat dan kepunahan maupun penurunan keanekaan jenis hayatinya. Seperti satwa lainnya, kupu-kupu juga mengalami ancaman kelangkaan jika tidak dilakukan perlindungan, pelestarian serta pembinaan habitat agar tetap lestari.

Penelitian kupu-kupu di Provinsi Sumatera Utara masih belum banyak dilakukan. Khususnya pada kawasan Taman Cadika atau Cabang Pendidikan Karakter Pramuka di Kabupaten Deli serdang merupakan bumi perkemahan untuk pramuka cabang kota Medan. Selain itu, taman ini merupakan salah satu taman yang menjadi lokasi rekreasi dan wisata pendidikan di kota Medan. Taman yang dibangun pada tahun 2012 dan dengan luas 5000 m2 ini berlokasi di bagian selatan kota Medan, tepatnya dijalan, Medan Johor. Taman ini memiliki suasana yang sangat asri dan hijau, terdapat berbagai jenis tanaman bunga serta pepohonanr indang seperti mahoni, jambu, ceri, waru, kelapa, ketapang, rukam,dan terdapat jenis-jenis tanaman bunga yang menghiasi taman. Dan di taman ini terdapat danau buatan, serta rerumputan yang hijau.

(4)

Berbagai serangga hidup di kawasan Taman Cadika, karena didukung oleh habitat hidupnya yang terdiri dari berbagai jenis-jenis tumbuhanan yang ada di daerah itu. Berdasarkan pengamatan, banyak jenis kupu-kupu dari ordo Lepidoptera berterbangan mencari makanannya dan pasangan hidupnya di wilayah itu.Sehingga perlu dilakukan penelitian. Peneliti berencana untuk melakukan penelitian tentang

“Keanekaragaman famili Lepidoptera yang terdapat di kawasan Taman Cadika Medan Johor untuk pengembangan bahan ajar berupa buku Monograf”. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman Lepidoptera yang terdapat di kawasan ekosistem tersebut. Hasil penelitians elanjutnya dikemas dalam bentuk bahan ajar berupa buku monograf. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan juga kawasan Taman Cadika dapat menjadi pusat informasi kupu-kupu dan menjadi wadah pendidikan dan penelitian kupu-kupu di Provinsi Sumatera Utara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah keanekaragaman spesies famili Pieridae banyak di temukan di Taman Cadika? Apakah famili Pieridae dapat di kembangkan berdasarkan referensi yang terkait untuk menjadi bahan ajar buku monograf?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar permasalahan tidak terlalu luas maka permasalahan dibatasi pada:

(5)

5

1. Lokasi penelitian dilakukan di Taman Cadika, Jalan Karya Jaya, Medan Johor, Sumatera Utara, guna melihat tingkat keanekaragamannya.

2. Serangga yang ditelitihanya dari famili Pieridae yang diperoleh di Taman Cadika.

3. Pengambilan sampel hewan mengunakan Insect Net dan Hand sorting .

4. Faktor lingkungan abiotik yang diukur meliputi suhu udara, kelembapan, intensitas cahaya, dan kecepatan angin.

5. Hasil akhir dari penelitian akan di kembangkan menjadi bahan ajar berupa buku Monograf.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah keanekaragaman kupu-kupu (Pieridae) di Taman Cadika?

2. Bagaimanakah faktor lingkungan di Taman Cadika cukup optimum untuk perkembangan spesies famili Pieridae?

3. Spesies famili Pieridae apa saja yang ada di Taman Cadika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keanekaragaman kupu-kupu (Pieridae) di Taman Cadika.

(6)

2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi spesies famili Pieridae apa saja yang ada di Taman Cadika.

3. Untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku monograf keanekaragaman famili Pieridae di Taman Cadika.

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat diperoleh beberapa informasi yang berguna bagi peneliti.Manfaat yang diberikan bagi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya

2. Bagimasyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat sebagai informasi atau pengetahuan mengenai spesies famili Pieridae dan keanekaragaman kupu-kupu yang terdapat di Taman Cadika

3. Bagi bidang pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Perguruan tinggi di Indonesia. Khususnya bagi Universitas Islam Sumatera Utara, serta dapat mendorong mahasiswa melakukan penelitian yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi kita semua.

(7)

7 BAB II

KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kajian Teoritis 1. Keanekaragaman

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat di kelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses- proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati sering kali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam- macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur atau pun jumlah. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Dalam satu spesies tumbuhan atau hewan bisa terdapat variasi genetik, sehingga menimbulkan perbedaan yang jelas.

Pembentukan genetik suatu individu tidak statis, selalu berubah akibat faktor internal dan eksternal.

(8)

Keragaman materi genetik memungkinkan terjadi seleksi alam.

Umumnya, kian besar populasi suatu spesies kian besar keanekaragaman genetiknya, sehingga makin kecil kemungkinannya punah . Kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah serangga dan mikroorganisme. Mikroorganisme, termasuk alga, bakteri, jamur, protozoa dan virus, vital perannya bagi kehidupan di bumi. Contohnya, takakan ada terumbu karang jika tak ada alga. Terganggunya keseimbangan mikroorganisme tanah, dapat menyebabkan kualitas kehidupan ditanah merosot, hingga mengakibatkan perubahan besar pada ekosistem.

Suatu wilayah yang memiliki banyak spesies satwa dan tumbuhan, keragaman spesiesnya lebih besar, dibandingkan wilayah yang hanya memiliki sedikit spesies yang menonjol .Pulau dengan 2 spesies burung dan 1 spesies kadal, lebih besar keragamannya daripada pulau dengan 3 spesies burung tanpa kadal. Indonesia sangat kaya spesies. Walau luasnya hanya 1,3% luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar 17% jumlah spesies didunia. Paling tidak negara kita memiliki 11% spesies tumbuhan berbunga, 12% spesies mamalia, 15% spesies amphibi dan reptilia, 17% spesies burung, dan 37% spesies ikan.

Kekayaan dunia serangga kita terwakil oleh 666 spesies capung dan 122 spesies kupu-kupu.

Kisah hewan dalam Al-Qur’an merupakan salah satu tanda keagungan Allah SWT yang memiliki peran penting dalam sejarah. Al-Qur’an menyebutkan beberapa jenis hewan, salah satunya adalah serangga.

(9)

9

Kepentingan serangga dalam kehidupan berperan dalam ekosisitem untuk mewujudkan kesejahteraan hidup secara keseluruhan.

Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Q.S An-Nur [24]:45 yang artinya,

ى لٰ َ

ع ْ ي ِ ش ْم َّي ْن َّم ْم ُه ْ ن ِم َ

ف ٍۚ

ٍء ۤ

ا َّم ْن ِّم ٍة َّبۤا َد َّلُك َقَل َخ ُ هللّٰا َو

ٍۚ ِ ْ ْ ي َ ل ْجِر ى

لٰ َ

ع ْ ي ِ ش ْم َّي ْن َّم ْم ُه ْ

ن ِم َو ٍۚ هِن ْطَب ر ْي ِد َ

ق ٍء ْ ي ش ِّل َ ُ ك ى

لٰ ع َ للّٰا َ ه َّ

ن ِا ء ٍُۗ ۤ ا َ

ش ي ا َم َ للّٰا ُ ه ق ُ ُ ل ْ

خ َي ٍۗ

ع َ ب ْرَا ىى لٰ َ

ع ْ ي ِ ش ْم َّي ْن َّم ْم ُه ْ ن ِم َو

Artinya :

“Dan Allah menciptakansemuajenishewandari air, makasebagianada yang berjalan di atasperutnyadansebagianberjalandengandua kaki, sedangsebagian (yang lain) berjalandenganempat kaki. Allah menciptakanapa yang Diakehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasaatassegalasesuatu”. An-Nur [24];45.

2. Ordo Lepidoptera (Kupu-kupu)

Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera, artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu (Scoble, 1995). Kupu-kupu Lepidoptera merupakan kelompok serangga holometabola sejati yaitu mengalami empat fase diantaranya fase telur, fase larva, fase pupa, dan fase imago/dewasa.

Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami perubahan bentuk atau metamorfosis. Metamorfosis pada kupu-kupu dikenal sebagai metamorfosis sempurna. Siklus hidup kupu-kupu meliputi dewasa-telur-ulat-kepompong.

Setelah kawin, kupu-kupu betina akan meletakkan telur-telurnya pada daun

(10)

tumbuhan pakan yang cocok untuk perkembangan larva. Kupu-kupu Lepidoptera tergolong organisme Poikiloterm yaitu organisme yang tidak bisa mengatur suhu tubuh sendiri. Untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan kupu-kupu melakukan basking yiatu dengan cara berjemur.

Kupu-kupu termasuk kedalam kingdom: Animalia, filum: Arthropoda, kelas: Insekta, ordo: Lepidoptera, subordo: Rhopalocera. Lepidoptera dibagi menjadi tiga subordo yaitu Rhopalocera (kupu-kupu), Grypocera (skipper) dan Heterocera (ngengat). Seiring dengan berkembangnya taksonomi Lepidoptera, Grypocera, dimasukkan dalam subordo, sehingga Lepidoptera hanya terbagi menjadi dua subordo, yaitu Heterocera (ngengat) dan Rhopalocera (kupu-kupu dan skipper) (Suwarno, 2007).

Famili Pieridae adalah jenis kupu-kupu berukuran kecil sampai sedang, tidak ada perpanjangan sayap yang menyerupai ekor. Banyak jenis menyerupai ekor dan menunjukkan variasi sesuai musim. Beberapa jenis mempunyai kebiasaan bermigrasi dan beberapa jenis menunjukkan banyak variasi.

Umumnya kupu-kupu betina lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dari yang jantan. Anggota famili ini terdapat sekitar 1.100 spesies kupu-kupu yang tergolong kedalam empat anak suku, yaitu Pierinae (lebih dari 700 spesies), Coliadinae (sekitar 250 spesies), Dismorphiinae (sekitar 100 spesies, terutama di Amerika Selatan, hanya sedikit di Eropa) dan Pseudopontiinae (1 spesies di Afrika). Indonesia sendiri dikenal lebih dari 250 spesies. Tumbuhan pakan, Capparidaceae dan Loranthaceae untuk ulat Delias (yang tergolong kedalam anak suku Pierinae) serta Fabaceae (Leguminosae) untuk ulat

(11)

11

Catopsilia dan Eurema (yang tergolong kedalam anak suku Coliadinae) (Kramadibrata, 1996).

a. Morfologi Kupu-kupu (Lepidoptera)

Kupu-kupu Lepidoptera memiliki bagian tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (thoraks), dan perut (abdomen).Tubuh kupu- kupu dilengkapi dengan dua pasang sayap, dilapisi dengan bulu-bulu kecil yang berfungsi sebagai alat sensor dan sayap juga terdapat sisik-sisik yang berfungsi sebagai hormon selama proses perkawinan. Morfologi bagian tubuh kupu-kupu terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1.1 Morfologi Kupu-kupu Secara Umum Sumber Nanopdf.com

Famili Pieridae meliputi kupu-kupu berukuran kecil hingga sedang (25- 100 mm), dapat terbang jauh (beberapa spesies mempunyai sifat migrasi) dan sering ditemukan dalam jumlah banyak di sekeliling air. Panjang sayap depan family Pieridae adalah 22-35 mm. Kupu-kupu famili Pieridae pada sayapnya

(12)

tidak memiliki ekor dan dari beberapa spesies dapat menyerap cahaya ultraviolet yang membantu kupu-kupu untuk mengenal lawan jenis di waktu kawin. Biasanya sayap kupu-kupu jantan lebih indah dibandingkan dengan sayap kupu-kupu betina Pieridae merupakan kupu-kupu yang umumnya berwarna putih, kuning atau oranye kekuningan, sisi luar sayap belakangnya berwarna cerah. Famili ini memiliki tungkai-tungkai depan yang berkembang bagus dan kuku-kuku tarsus terbelah dua atau menggarpu (Borror et al. 1992).

Pieridae biasanya menarik perhatikan karena terbang dalam kelompok dan berjumlah banyak. Contoh, Catopsosilia crocale. Kupu-kupu Pieridae biasanya sering mencari bunga-bunga yang memiliki ukuran tabung bunga yang relatif pendek untuk mendapatkan nektar. Selain menghisap nektar atau cairan bunga, kupu-kupu juga menghisap sari buah, getah pohon, kotoran hewan, dan garam mineral dari pasir, genangan air atau tanah basah. Pada familia Pieridae cenderung terbangnya berkelompok. Perilaku terbang kupu dewasa sangat bervariasi, genus Eurema, Elodina dan Leptosia memiliki kecepatan terbang yang relatif lambat, lemah, berpindah-pindah dan dekat dengan permukaan tanah, sedangkan genus Captopsilia dan Cepora memiliki kecepatan terbang yang sangat cepat, kuat, dan terarah.

Famili Pieridae bersifat kosmopolitan dan tersedianya berbagai macam jenis tumbuhan menjadi sumber makanannya. Sifat kosmopolitan inilah yang menjadikan individu dan spesies dari famili Pieridae banyak ditemukan. Hal ini dikarenakan kupu-kupu dari famili Pieridae mempunyai kemampuan

(13)

13

toleransi terhadap kondisi lingkungan yang tinggi sehingga spesies-spesies dari famili ini mampu tetap survive.

1. Kepala (Caput)

Kupu-kupu memiliki bagian kepala (caput) secara umum terdiri dari mulut dan sepasang alat sensor berupa anthena. Mulut kupu-kupu berbentuk tabung yang menggulung seperti mirip belalai gajah, yang berfungsi untuk mengambil sari-sari makanan, bagian kepala (caput) juga merupakan pusat informasi. Kepala merupakan bagian antena yang berfungsi penerimaan rangsangan seperti bau, rasa, raba, panas, dan juga pengatur keseimbangan (Purwowidodo, 2015). Bagian kepala (caput) kupu-kupu memiliki sepasang antena yang panjang dan diujungnya terdapat benjolan, yang berfungsi sebagai alat peraba dan perasa.

2. Dada (Thorax)

Dada (thorax) merupakan tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh selaput tipis yang berupa leher sehingga kepala dapat digerakkan.

Kupu-kupu terdiri dari tiga ruas pada toraksyaitu protoraks atau ruas dada pertama, mesotoraks atau ruas dada tengah, dan metatoraks atau ruas dada terakhir. Bagian thorax terdiri dari dua pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap depan, sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu (sisik) (Peggie, 2014).

Dada merupakan kotak urat terdapat tiga segmen. Pada bagian bawah thorax terdapat tiga pasang kaki, pada segmen kedua dan ketiga terdapat

(14)

otot terbang yaitu pada akar kedua pasang sayap yang menempel, sedangkan sayap tetap kupu-kupu merupakan bagian yang penting untuk mudah mengidentifikasi karena terdapat ukuran, bentuk, dan warna pada bagian dada kupu-kupu.

3. Perut (Abdomen)

Perut (abdomen) pada kupu-kupu terdiri dari 10 segmen, masing-masing terdiri dari lapis punggung (tergum) dan lapis bawah perut (sternum) yang bergabung di area lateral membran rongga dada, di daerah rongga dada segmen ketujuh terdapat spirakel. Penebalan sternum tidak pada segmen pertama, segmen kedua dan ketiga termodifikasi dapat membentuk alat kelamin. Pada jantan segmen kesembilan dan kesepuluh dari abdomen dapat membentuk alat kelamin. Sedangkan betina memiliki dua lubang kelamin, satu lubang terletak diujung posterior perut yang digunakan untuk bertelur dan satu yang lainnya terletak pada permukaan tengah ventral antara sterna ketujuh dan kedelapan yang digunakan untuk kawin (Braby, 2016).

Abdomen atau perut kupu-kupu mengandung bagian terbesar dari sistem pencernaan dan sistem pengeluaran atau ekskresi. Di ujung dari abdomen, terdapat genitalia (alat seksual), Karakteristik internaldari genitaliasangat membantu dalam identifikasi kupu-kupu.

(15)

15

b. FaktorLingkungan yang MempengaruhiKehidupanKupu-kupu

Kelangsungan hidup kupu-kupu mulai dari fase telur hingga imago, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor hayati (biotik) maupun faktor fisik (abiotik). Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Tumbuhan inang dan penghasil nektar (pakan)

Tumbuhan inang merupakan tumbuhan yamg digunakan sebagai pakan larva kupu-kupu. Distribusi dan kelimpahan sumber pakan larva merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva kupu-kupu (Amir, 2003).

2. Suhu

Makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu tertentu (Kramadibrata 1996). Kupu-kupu memerlukan suhu yang hangat untuk dapat terbang. Aktivitas serangga akan lebih cepat dan efisien pada suhu tinggi, tapi akan mengurangi lama hidup serangga. Suhu tinggi akan menghambat metabolisme atau mengakibatkan kematian pada beberapa serangga, tetapi serangga yang hidup di gurun dapat menurunkan laju metabolisme sehingga dapat bertahan di daerah dengan jumlah makanan dan air terbatas (Landman 2001).

3. Kelembaban

Menurut Efendi (2009), curah hujan dan frekuensi hujan yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bahkan dapat

(16)

menyebabkan kematian pada kupu-kupu yang tidak tahan kelembaban tinggi. Jenis kupu-kupu yang tahan akan terus berkembang biak, sehingga kemungkinan akan menjadi jenis dominan. Umumnya kupu-kupu menyukai habitat dengan kelembaban sekitar 64-94%, seperti daerah pinggir sungai yang jernih, di bawah tegakan pohon, atau di sekitar gua yang lembab (Amir, 2003).

4. Intensitas Cahaya

Aktivitas beberapa serangga dipengaruhi oleh respon terhadap cahaya,sehingga ada serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari (Jumar 2000). Saat cuaca dingin kupu-kupu meningkatkan frekuensi berjemur dan pembukaan sayapnya untuk mengumpulkan energi panas dari cahaya matahari untuk meningkatkan temperatur tubuh. Bila suhu tubuh meningkat maka kupu-kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing, 2002).

5. Kerusakan Alami

Kerusakan alami yang menghancurkan habitat kupu-kupu menyebabkan kupu-kupu bermigrasi untuk mencari habitat yang lebih bagus (Peggie, 2014).

6. Kerusakan Oleh Manusia

Kerusakan habitat oleh manusia merupakan faktor penting dan mungkin menjadi penyebab yang paling besar pengaruhnya terhadap penurunan populasi atau bahkan punahnya suatu jenis kupu-kupu (Peggie, 2014).

(17)

17 7. Kebersihan Lingkungan Pada Habitat Kupu-kupu

Kebersihan lingkungan adalah faktor yang turut mempengaruhi kehadiran kupu-kupu di suatu tempat. Membuang sampah sembarangan akan mengundang serangga lain datang ke tempat tersebut, dan secara tidak langsung akan mengundang predator maupun parasitoid untuk ikut datang (Sihombing 2002).

c. Habitat Kupu-kupu

Santosa (2006) mengatakan bahwa habitat adalah totalitas dari lingkungan (abiotik seperti ruang, tipe substrat atau medium, cuaca/iklim, serta vegetasinya). Habitat merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memerlukan tempat untuk hidup yang dapat menyedia makanan, air, tempat berlindung, beristirahat dan berkembang biak, sehingga mereka akan menempati suatu habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya (Deepika, 2014).

Habitat adalah hasil interaksi antara komponen biotik dan abiotik, dimana dalam suatu habitat komponen-komponen tersebut akan saling berinteraksi membentuk hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Jika habitat mengalami kerusakan baik karena kegiatan manusia seperti konversi habitat alami menjadi lahan pertanian, perkebunan atau pemukiman maupun karena faktor alam, maka satwa seperti kupu-kupu akan kehilangan habitatnya, bahkan keberadaanya di alam menjadi terancam. Habitat kupu-kupu ditandai dengan

(18)

tersedianya tumbuhan inang untuk pakan larva, serta tumbuhan penghasil nektar bagi imagonya (Putra, 1994).

Apabila kedua tumbuhan ini tersedia disuatu habitat, maka memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan hidupnya dari generasi ke generasi dihabitat tersebut. Bila hanya salah satunya saja yang tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Apalagi jika kedua tumbuhan inangnya tidak ada. Habitat kupu-kupu adalah tempat lembab yang memiliki banyak vegetasi bunga, badan-badan perairan dan banyak mendapat sinar matahari. Sebagian besar jenis hidup di lahan yang menggugur, kebun buah, areal pertanian, hutan primer dan sekunder (Sihombing 2002).

Lepidoptera tersebar dari dataran rendah sampai ketinggian 750 mdlp, bahkan ada yang dapat hidup sampai pada ketinggian 2.000 mdpl (Sihombing 2002).

Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, maka kupu-kupu merupakan salah satu spesies dari kelompok serangga yang dipergunakan sebagai indiktor terhadap perubahan ekologis. Semakin beragam jenis kupu-kupu di suatu tempat menandakan kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum 1993).

David (2004) mengatakan bahwa komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah faktor cahaya yang cukup, udara yang bersih atau tidak terpolusi dan air sebagai materi yang dibutuhkan untuk kelembaban lingkungan dimana kupu-kupu tersebut hidup.

(19)

19

3. Buku Monograf

1. Pengertian Buku Monograf

Buku monograf merupakan hasil karya tulis yang ditulis oleh seorang ahli atau spesialisasi dibidangnya. Buku monograf merupakan tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis. Adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaharuan, metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap, jelas, serta simpulan dan daftar pustaka.

Pembuatan monograf ini juga ada tujuannya. Berdasarkan penggunaan monograf dipergunakan untuk pegangan materi pembelajaran. Jadi, buku jenis monograf juga dapat digunakan sebagai buku pegangan mahasiswa. Selanjutnya dengan pengkayaan dari hasil-hasil penelitian buku monograf juga dapat dinaikkan statusnyamenjadi buku referensi. Buku tersebut akan menjadi sumber literatur bagi penelitian lainnya, dan bahan atau materi ajar bagi dosen dan mahasiswa.(https://lppm.unri.ac.id/wp-content/uploads/2021/10/Panduan-

Ringkas-Buku- Monograf-2021-Upload.pdf).

2. Monograf Yang Ideal

Berikut ini adalah karakteristik dari buku monograf

1. Sumber bahan tulisan: Monograf berasal dari hasil penelitian atau riset dan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

2. Target pengguna: Monograf dapat digunakan oleh dosen untuk memperkaya bahan ajar, dan dapat pula digunakan oleh mahasiswa yang tertarik mempelajari materi monograf atau untuk memperkaya materi Tugas Akhir.

(20)

3. Monograf wajib memiliki ISBN, diterbitkan oleh penerbit profesional.

4. Subtansi: Monograf berfokus pada sub cabang ilmu saja atau satu topik saja.

5. Ruang lingkup penggunaan: monograf dapat digunakan untuk penelitian dan pengajaran.

6. Citation atau sitasi monograf: isinya dapat rujuk dan digunakan serta dapat diletakkan dalam daftar pustaka.

3. Materi Monograf

Materi Monograf dapat berasal dari tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian lainnya.

a. Jika sumber tulisan merupakan hasil penelitian bersama dan akan dituliskan menjadi monograf maka harus mendapat persetujuan (tertulis di atas materai) dari tim peneliti lainnya.

b. Jika sumber tulisan merupakan bagian dari penelitian dosen yang melibatkan mahasiswa, maka dosen bisa memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan Monograf. Jika penelitian mahasiswa dalam bentuk Tugas Akhir, Skripsi, Thesis, atau Disertasi tersebut bukan merupakan bagian dari penelitian dosen atau tidak didanai oleh dosen maka hasil penelitian mahasiswa tersebut perlu dituliskan sesuai dengan kaidah dan etika penulisan rujukan yang benar.

(21)

21

4. Format Penulisan Monograf

Panduan umum penyusunan monograf sebagai berikut : 1. Ukuran kertas B5 (15 x 23 cm).

2. Jumlah halaman minimal 80 halaman, tidak termasuk Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran, Prakata, Kata Pengantar, Daftar Istilah, Daftar Pustaka dan Lampiran.

3. Buku ditulis dalam 1 kolom.

4. Margin kiri, kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm.

5. Jenis huruf Times New Roman.

6. Ukuran huruf pada teks utama 12 points, judul bab 14 points (menyesuaikan).

7. Jarak spasi antar baris 1,15.

8. Memiliki ISBN (International Standar Book Number).

9. Mencantumkan Daftar Pustaka, Indeks Subyek serta Daftar Istilah (bila perlu).

10. Diterbitkan oleh penerbit profesional anggota IKAPI.

11. Substansi sesuai dengan kompetensi dan Road Map Penelitian ketua penulis dan tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pada dasarnya tidak ada ketentuan berapa jumlah bab dalam suatu monograf. Namun setidaknya setidaknya harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

(22)

1. Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan 2. Hasil-hasil penelitian yang ditunjang oleh sumber pustaka mutakhir

3. Ringkasan 4. Daftar pustaka.

(http://lemlit.trisakti.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/pedoman-penulisan- monograf.pdf).

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan rangkaian pengertian yang digunakan dalam mengarah jalan pemikiran agar diperoleh letak masalah yang tepat. Untuk menghindari adanya perbedaan persepsi terhadap istilah yang di gunakan dalam penelitian ini, dengan berpedoman pada kerangka teoritis yang telah dikemukakan maka penulis membuat batasan istilahnya sebagai berikut :

1. Keanekaragaman adalah jumlah jenis spesies yang terdapat dalam suatu area (Michael, 1994).

2. Kupu-kupu (Lepidoptera) merupakan kelompok serangga holometabola sejati dengan siklus hidup melalui stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa) (Peggie& Amir, 2019).

3. Taman Cadika merupakan salah satu taman yang ada di kota Medan, taman yang tempatnya dipenuhi berbagai macam tumbuhan seperti pepohonan, rerumputan dan berbagai tanman bunga dimana tanaman bunga secara umum merupakan sumber makanan dan tempat hidup bagi ordo Lepidoptera.

(23)

23

4. Buku monograf merupakan hasil karya tulis yang ditulis oleh seorang ahli atau spesialisasi dibidangnya. Buku monograf merupakan tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis.

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1). Terdapat pengaruh penggunaan multimedia interaktif

Pendanaan, Leverage dan Ukuran Perusahaan ( Size ) terhadap Return Saham perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45.

Didalam proses produksinya CV cahaya logam memiliki beberapa masalah antara lain, pengontrolan stok bahan baku yang tidak teratur, sehingga sering terjadi kekurangan/kelebihan

Untuk hal tersebut, PMI Pusat memandang perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Posko Penanggulangan Bencana (PB) PMI yang selanjutnya diharapkan mampu menjadikan

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

ersama ini kami sampaikan laporan mingguan realisasi penggunaan dana dan kema-uan &isik  'ehabilitasi 'uang Kelas 'usak erat SD "ahun 2012 %ang telah

Pada surat al-Ghasyiyah ayat 17-20 diatas Allah memerintahkan manusia yang berakal untuk memperhatikan, memikirkan dan memahami semua ciptaan-Nya. Dalam mengerjakan