• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inikah HIV? Buku pegangan praktis bagi petugas kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inikah HIV? Buku pegangan praktis bagi petugas kesehatan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Diterbitkan oleh

Ikatan Dokter Indonesia – Pokja HIV AIDS PB IDI Jl.G.S.S.Y. Ratulangie No.29 Jakarta 10350

Telp : 021-3150679 - 3900277, Fax: 021-3900473, email : aidspbidi@yahoo.com

(3)

TIM PENYUSUN

PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS C

Da ar Penulis

Prof. DR. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD KAI Perhimpunan Dokter Peduli AIDS (PDPAI)

DR. dr. Rino A. Gani, SpPD KGEH Perhimpunan Peneli Ha Indonesia Indonesia

(PDPAI) Indonesia

(PDPAI) Indonesia

(PPHI)

DR. dr. Evy Yunihastu , SpPD KAI Perhimpunan Dokter Peduli AIDS

dr. Irsan Hasan, SpPD KGEH Perhimpunan Peneli Ha Indonesia (PPHI)

dr. Juferdy Kurniawan, SpPD KGEH Perhimpunan Peneli Ha Indonesia (PPHI)

Pemeriksaan naskah

Prof. DR. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD KAI Perhimpunan Dokter Peduli AIDS

DR. dr. Rino A. Gani, SpPD KGEH Perhimpunan Peneli Ha Indonesia (PPHI)

Kontributor

dr. Indri Oktaria Sukmaputri Subdit AIDS dan IMS Kementerian Kesehatan RI

dr.Nurhalina Afriana,M.Epid Subdit AIDS dan IMS Kementerian Kesehatan RI

dr. Yullita Evarini Y, MARS Subdit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan RI

dr. Dyah Waluyo Ikatan Dokter Indonesia – Pokja HIV AIDS PB IDI

dr. Alia Budi ASHM

dr. Saut H. Nababan, SpPD Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

dr. Florence Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

dr. Stefanus Satrio Ranty Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

dr. Youdiil Ophinni Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

(4)
(5)

merata danins

(HIV) semak menja kesam menye terapi respon denga Sayaa pihak Hepat instan

DR.dr

Ketua Pengu

anyapenget stansiyangt

Seiringdeng denganviru kinbanyakd adisalahsatu maancarape ebabkanting

Saatinioba

danpengob nsterapiyan

PengurusBe anHIV/AIDS

atasnamaPe yangterlib titisini.Hara nsiyangterka

r.RinoA.Ga

Umum urusBesarP

H diIndo Diagnos danme bermak sehubu segipa pengob tahuanmeng terkaitdalam

ganmeningk ushepatitis

dijumpaidi unegaraden enyebaranin gginyaangka

atantivirus batanyang ngoptimalde

esarPerhim PBIDIuntuk engurusBes

atdalamp pankamibu aitdalampe

ani,SpPD,KG

erhimpunan

KATA

HepatitisBda nesiadenga sisdantatal enyeluruhda kna. Meski

ngandengan asiensendiri batan maup genaiHepati mpenangana

katnyainside B(VHB)da dunia.Berd nganpeningk nfeksiHIVde akejadianko

hepatitisda baikdanme enganefeks

punanPene kpenyusuna arPPHIingin rosespenye ukuinidapat nangananka

GEH

PenelitiHat

A

PENGA

anHepatitis anangkapr aksanapasie apatmenek pun begitu ntatalaksana isepertike

un dari seg itisBdanHe ankasusHep

ensHIV,ma nvirushep asarkanlap katanangka enganvirush oinfeksiHIVͲH

anobatant engacupada sampingoba

litiHatiIndo nbukuPetu nmengucap elesaianbuk

tbermanfaa asuskoinfeks

tiIndonesia

NTAR

Cmerupaka evalensidan enHepatitis kanangkam u, banyak

apasienHep patuhanmi gi tenaga k epatitisCbag patitisBdan

kaKoinfeksi patitisC(VH oranglobal

kejadianinf hepatitisB(V Hepatitis.

tivirusHIV aguidelines

tyangminim

onesia(PPH unjukKlinisK

kanterimak kuPetunjuk tbagiseluru siHIVdanVi

nmasalahk nkomplikas BdanHepa morbiditasda hambatan patitisBdan numobatd kesehatan b giparadokte HepatitisCd

Human Imm

C)telahme UNAIDStah eksiHIVtert VHB)danvir

sudahterse yangtelahd mal.

I)menyamb KoinfeksiHIV

kasihdanse KlinisKoin uhdokter,te irusHepatitis

esehatanya iyangcuku atitisCdeng anmortalita

yang dit HepatitisC, danmahaln berupa mas er,tenagam diIndonesia.

munodeficien

enjadimasa hun2013,In tinggidiAsia

rushepatitis

dia.Dengan dibuatdapa

utbaikbeke VdanVirusH lamatkepad feksiHIVd enagamedis sdiIndonesi

ngserius uptinggi. gantepat assecara temukan baikdari yabiaya sih tidak medislain

ncy Virus

lahyang ndonesia .Adanya sC(VHC)

nstrategi tdicapai

erjasama Hepatitis. dasemua anVirus

(6)
(7)

Assalammualaikum. WrWb Salam Sehat Indonesia,

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga Buku Petunjuk Teknis Koinfeksi HIV dan Virus Hepatitis telah terbit.

Indonesia sebagai salah satu. Negara di Asia dengan tingkat penularan HIV/AIDS tertinggi menjadi perhatian beberapa organisasi internasional maupun tingkat nasional untuk terlibat dalam menghambat dan menghentikan penularannya sehingga dapat menurunkan jumlah penderita. Dengan keterlibatan seluruh pihak diharapkan misi tersebut lebih mudah dijalani serta. targetnya diharapkan segera dicapai.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai salah satu organisasi kesehatan yang beranggotakan dokter-dokter di seluruh Indonesia wajib terlibat serta memberikan kontribusi bermakna dalam misi penurunan jumlah kasus HIV/AIDS serta penyakit menular lainnya. IDI sebagai organisasi profesi kedokteran yang diakui berdasarkan Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memiliki peran serta tanggung jawab memberikan panduan bagi seluruh anggotanya dalam menjalankan praktik kedokteran yang terbaik sesuai standar profesi.

Panduan profesi terkait pelayanan kedokteran dibidang penyakit menular khususnya HIV/AIDS dan virus Hepatitis saat ini sangat dibutuhkan oleh dokter terutama di layanan primer sebagai gate keeper. Pelayanan di layanan primer harus dapat menyelesaikan sebagai besar permasalahan kesehatan sehingga tidak membebani pembiayaan di layanan sekunder yang besarannya tentu lebih besar.

Terima kasih atas kerja keras serta. upaya tim penyusun Buku Petunjuk Klinis Koinfeksi HIV dan Virus Hepatitis atas terbitnya buku ini. Terima kasih juga. kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga dengan keberadaan buku ini dapat menjadi acuan bagi dokter-dokter terutama di layanan primer untuk memberikan pelayanan bermutu bagi masyarakat. Mari bersama wujudkan Indonesia yang lebih sehat.

Billahittaufiq wal Hidayah Wassalammualaikum WrWb

SAMBUTAN

KETUA UMUM PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA

(8)
(9)

DAFTAR ISTILAH/ DAFTAR SINGKATAN

ABC Abacavir

ADV adefovir

ALT Alanine aminotransferase/SGPT

ARV/ART obat An Retro Viral

ART An Retroviral Therapy

AST Aspartate aminotransferase/ SGOT

AUC Area Under Curve

AZT Zidovudin

CDC Centers for Disease Control and Preven

CD4 Limfosit T CD4+

Cmax Maximum concentra on

Cmin Minimum concentra n

DPL Darah Perifer Lengkap

ddi Didanosin

d4T Stavudin

EFV Efavirenz

ELISA Enzyme Linked Immunosorbent Assay

ET Elastrogra Transien

ETR Early of Treatment Response / Respon Terapi awal

EVR Early Virological Response

FIs Fusion Inhibitors

Ft4 Free Thyroxine

FTC Emtricitabin

GDP Gula Darah Puasa

GALT Gut Associated Lymphoid Tissue

HIV Human Immunode ciency Virus

IDU Injec ng Drug User /Pengguna Napza Sun k

KHS Karsinoma HepatoSelular

(10)

LPV/r Lopinavir/ritonavir

LSL Laki laki yang berhubungan Seks dengan laki laki

MSM Men who have Sex with Men

MMT Methadone maintenance therapy / Terapi Rumatan Metadon

NRTIs Nucleoside/Nucleo Reverse Transcriptase Inhibitor

NNRTIs Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

Penasun Pengguna Napza k/IDU

PegIFN Pegylated Interferon

PIs Protease Inhibitors

PITC Provider Ini ted Testing and Counseling/KTIP

PT Prothrombin Time

RAL Raltegravir

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RT PCR Real Time Polymerase Chain reac on

RVR Rapid Virological Response

SGOT Serum Glutamic oxaloace transaminase / AST

SGPT Serum Glutamic pyruvate transaminase/ ALT

SSRI Selec ve Serotonin Reuptake Inhibitor

SVR Sustained Virological Response / Respon Virologis Menetap

TDF Tenofovir disoproxil fumarate

TSH Thyroid S mula g Hormone

T3 Triiodothyronine

TMA Transcrip on Mediated Ampli n

UNAIDS Joint United Na on Programmed on HIV AIDS

Viral Load Hitung Jumlah Virus

VHC/HCV Virus Hepa C/Hepa s Virus C

VHB/HBV Virus Hepa B/Hepa s Virus B

VHD/HVD Virus Hepa D/ Hepa s D Virus

WBP Warga Binaan Pemasyarakatan

WPS Wanita Pekerja Seks

WHO World Health Organiza on / Organisasi Kesehatan Dunia

Window Period Masa Jendela

(11)

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS ... i

KATA PENGANTAR DAN SAMBUTAN... ... iii...

... vii

DAFTAR ISI ... ix

PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS C ... xi

BAB I. EPIDEMIOLOGI DAN PERJALANAN ALAMIAH KOINFEKSI VIRUS HEPATITIS C DAN HIV ... I.1. Prevalensi Infeksi... I.1.a. Prevalensi Infeksi Virus Hepa s C pada HIV di Dunia ... I.1.b. Prevalensi Infeksi Virus Hepa C pada HIV di Indonesia ... I.2. Transmisi Infeksi ... I.3. Peran Koinfeksi ... I.3.a. Peran Infeksi HIV terhadap Infeksi Virus Hepa s C... I.3.b. Peran Infeksi Virus Hepa s C terhadap Infeksi HIV ... BAB II. DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA KOINFEKSI VIRUS HEPATITIS C DAN HIV ... II.1. Diagnosis ... II.1.a. Penilaian Risiko HIV dan Diagnosis HIV AIDS pada Pasien dengan VHC ... II.1.b. Penilaian Risiko VHC dan Diagnosis Hepa s C pada Pasien yang Terinfeksi HIV ... ... II.2. Tata laksana Pasien Koinfeksi Hep s C dan HIV... II.2.a. Inisiasi Terapi ... II.2.a.1. Kondisi yang Tidak Membutuhkan Terapi ... II.2.a.2. Kondisi yang Membutuhkan Terapi Hepa s C saja ... II.2.a.3. Kondisi yang Membutuhkan Terapi HIV AIDS saja ... II.2.b. Monitoring Terapi ... II.2.b.1. Respons Virologis ... II.2.b.2. Tolerabilitas ... II.2.b.3. Interaksi Obat ... BAB III. PENCEGAHAN... BAB IV. KONSELING ... DAFTAR PUSTAKA ... PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS B ... 39

41 41 41 41 41 42 42 42 44 44 44

44 BAB I. EPIDEMIOLOGI DAN PERJALANAN ALAMIAH KOINFEKSI VIRUS

HEPATITIS B DAN HIV ...

I.1. Epidemiologi ...

I.1.a. ...

I.1.b. ...

I.2. Transmisi Infeksi ... I.3. Peran Koinfeksi ... I.3.a. Peran HIV pada Perjalanan Alamiah VHB ... I.3.b. Peran VHB pada Perjalanan Alamiah HIV ...

...

45 ... BAB II. DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA KOINFEKSI VIRUS HEPATITIS B DAN HIV

II.1. Diagnosis ... II.1.a. Penilaian Risiko HIV dan Diagnosis HIV AIDS pada Pasien dengan VHB

II.1.b.

Terinfeksi HIV ... II.1.c.

46 ... II.2.

48 ... II.3. Interaksi Obat

50 ... II.4. Kontraindikasi Obat

51 ... II.5. Pemantauan dan Evaluasi pada Pasien Koinfeksi HIV-VHB

(12)
(13)

PETUNJUK KLINIS KOINFEKSI HIV

DAN VIRUS HEPATITIS C

(14)
(15)

I.1. Pre I.1.a. P Inf pasien anƟret setelah alamiah Pengar HIV. Ad koinfek penyeb Ɵngginy dari po menun Centers 25% da pasien lain ya menun virus h prevale evalensi Infe revalensi Inf feksi virus he

dengan inf roviral (ARV h komplikasi h infeksi VH uh HIV pada

danya kesam ksi HIV dan V baran terseb ya angka ko opulasi pasie jukkan tota

s for Disease

ari pasien pe pengidap H ang dilakuka jukkan angk hepaƟƟs C a ensi koinfeks

EPIDEM

KOIN

ksi

feksi Virus H epaƟƟs C (V feksi human

).1VHC kini i terkait AID HC, sementa

a infeksi VHC

maan moda VHC. Transm

but 10 kali infeksi HIV V n dengan in l 7 juta pas

e Control and

engidap HIV IV yang men an oleh Pon ka kejadian k dalah genot si HIV VHC be

Gambar 1.

MIOLOGI D

NFEKSI HIV

HeƉĂƟƟs C pa VHC) telah m

n immunode

menjadi pen DS.1 3 Infeksi ra bukƟ pen C pada akhirn

transmisi a isi VHC yang lebih efekt VHC pada pe

feksi HIV di ien dengan

d PrevenƟŽn

di Amerika nggunakan n nagmi, et a koinfeksi yan tip 1.8 Bebe erkisar antar

1. Angka keja

BAB I

DAN PERJA

V DAN VIR

ada HIV di D enjadi salah

eĮciency vir

nyebab utam i HIV telah ngaruh VHC nya memeng

ntara HIV d paling eĮsie tif dibandin enasun (90%

Amerika Ser koinfeksi H (CDC) pada t

Serikat men narkoba sun

l terhadap ng lebih ren erapa studi d

ra 30 50%.8

dian koinfeks

ALANAN A

RUS HEPAT

Dunia satu ancam

rus (HIV), y ma kemaƟan diketahui m C terhadap i

garuhi kesint

dan VHC me en adalah me gkan transm %).1Data pad

rikat juga te IV dan VHC tahun 2013 ngalami koin

Ɵk mengala 1487 pasie dah, yaitu 3 di Eropa da

i HIV VHC di s

ALAMIAH

TITIS C

man terbesar yang telah pada pasien memiliki and nfeksi HIV m tasan pada p

enyebabkan elalui darah, misi HIV. H da tahun 20 rinfeksi VHC di seluruh menunjukka nfeksi denga mi koinfeksi n dengan H ,02%, denga n Amerika S

seluruh dunia

terhadap ke mendapatka n dengan inf dil dalam pe masih belum pasien denga

ƟŶŐŐinya p dengan kem al ini meny 10 menunju C.1Data terse

dunia.1 Lapo an hal serupa an VHC dan

(16)

I.1.b. Prevalensi Infeksi Virus HeƉĂƟƟs C pada HIV di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara di Asia dengan peningkatan angka kejadian infeksihuman immunodeĮciency virus (HIV) terƟŶggi di Asia, berdasarkan laporan UNAIDS pada tahun 2008. Diperkirakan peningkatan ini akan terus terjadi hingga tahun 2020, dengan moda penyebaran virus ini sebagian besar terjadi melalui hubungan seksual dan penggunaan narkoba dengan jarum sunƟk. Adanya kesamaan moda penyebaran infeksi HIV dengan virus ŚĞƉĂƟƟs C (VHC) menyebabkan ƟŶgginya angka kejadian koinfeksi HIV VHC. Studi yang dilakukan oleh YunihastuƟet al. pada klinik Pokdisus AIDS Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan angka kejadian koinfeksi yang ƟŶŐŐŝ͘Pada studi terhadap 3.613 pasien yang baru terdeteksi HIV, ditemukan anƟVHC yang posiƟf pada 67,9% pasien. Koinfeksi HIV VHC dan virus hepaƟƟs B (VHB) ditemukan pada 6,9% kasus.

I.2. Transmisi Infeksi

Baik HIV maupun VHC memiliki moda transmisi utama yang sama, yaitu parenteral dan veƌƟkal (ibu ke anak). Kejadian transmisi infeksi melalui kontak langsung dengan darah sangat ƟŶggi, baik pada VHC maupun HIV. Hal ini terlihat dariƟŶgginya prevalensi koinfeksi HIV VHC pada pengguna jarum sunƟk, yaitu sekitar 50 90%.9, 10 Frekuensi transmisi infeksi melalui kontak seksual lebih rendah pada VHC dibandingkan dengan HIV.11Frekuensi transmisi monoinfeksi VHC melalui kontak seksual meningkat pada kelompok pasien berisiko, yaitu Laki laki berhubungan Seks dengan Laki laki (LSL) maupun pasien dengan pola seksual promiskuitas.11 Adanya koinfeksi HIV VHC akan meningkatkan risiko transmisi heƉĂƟƟs C dua kali lebih ƟŶŐŐŝ melalui kontak seksual jika dibandingkan infeksi hepaƟƟs C saja.12NaƟonal InsƟtute of Health (NIH) memperkirakan bahwa ƟŶŐŬĂƚpenularanŚĞƉĂƟƟs C pada pasangan seksual penderita infeksi VHC adalah 2 4%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi hepaƟƟs C pada koinfeksi HIV. Studi oleh KurniawaƟ(2008) di Pokdisus RSCM menemukan bahwa prevalensi pasangan seksual penderita koinfeksi HIV VHC mencapai 10,1%. Hal ini menunjukkanƟngginya transmisi seksual VHC pada koinfeksi HIV VHC.13, 14 Di sisi lain, studi di Eropa menunjukkan bahwa transmisi infeksi virus hepaƟƟs C meningkat pada penderita HIV pria LSL (74%).15VHC ditemukan pada 4 8% anak yang lahir dari ibu yang menderita VHC dan adanya koinfeksi HIV VHC dapat meningkatkan kejadian transmisi kedua virus.16

Virus hepaƟƟs C dapat diisolasi dari cairan cervicovaginal/cervicovaginal Ňuid pada wanita koinfeksi HIV VHC, tetapiƟdak ditemukan pada wanita dengan hepaƟƟs C saja.17Studi yang sama pada kelompok laki laki menunjukkan bahwa RNA VHC lebih sering ditemukan pada cairan semen laki laki dengan koinfeksi dibandingkan dengan infeksi hepaƟƟƐ C saja (37,8% vs. 18,4%; p = 0,033).18 Kedua hal ini mungkin dapat menjelaskan ƟŶgginya angka transmisi hepaƟƟs C melalui kontak seksual atau perinatal pada koinfeksi HIV VHC.

I.3. Peran Koinfeksi

I.3.a. Peran Infeksi HIV terhadap Infeksi Virus HeƉĂƟƟs C

(17)

a. Replikasi virus hepa s C lebih nggi.

Meskipun mekanismenya belum jelas, studi-studi menunjukkan bahwa kadar RNA VHC di serum maupun intrahepa k pasien koinfeksi HIV-VHC lebih nggi dibandingkan infeksi VHC saja.19, 20 Tingginya kadar RNA VHC tersebut akan meningkatkan risiko transmisi dan menekan keberhasilan terapi hepa s C.21 Di sisi lain, kadar RNA VHC dalam serum dapat meningkat setelah mendapat pengobatan HIV.22

b. Klirens virus hepa s C lebih rendah.

Studi-studi menunjukkan bahwa adanya koinfeksi HIV-VHC akan menekan sistem imun, sehingga klirens virus hepa s C menjadi lebih rendah dibandingkan pada infeksi hepa s C saja (10 – 20% vs. 30 - 40%).23

c. Progresi penyakit ha lebih cepat

Pasien koinfeksi HIV-VHC lebih cepat berkembang menjadi sirosis dibandingkan infeksi hepa s C saja.24 Studi menunjukkan dalam 10-15 tahun, sekitar 15-25% pasien koinfeksi HIV-VHC sudah berlanjut menjadi sirosis dibandingkan 2-5% pasien dengan infeksi hepa s C saja.25 Pasien dengan koinfeksi HIV-VHC memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk mengalami sirosis ha , dibandingkan dengan monoinfeksi VHC.2, 6, 24 Studi mul senter di Amerika Serikat dan Kanada juga menunjukkan bahwa progresi menjadi karsinoma hepatoselular lebih cepat pada pasien koinfeksi HIV-VHC dan terjadi pada usia yang lebih muda26 dan memiliki angka kesintasan hidup yang lebih buruk.27

I.3.b. Peran Infeksi Virus Hepa s C terhadap Infeksi HIV

Berbeda dengan pengaruh HIV pada infeksi dan replikasi virus hepa s C, maka pengaruh VHC pada perjalanan alamiah HIV belum sepenuhnya dapat dijelaskan.3 Beberapa studi kohort menunjukkan bahwa infeksi hepa s C atau meningkatnya kadar RNA VHC berhubungan dengan progresi HIV menjadi AIDS atau kema an namun studi lain menunjukkan sebaliknya.4, 5 Studi-studi menunjukkan bahwa kadar RNA VHC yang meningkat berkorelasi dengan semakin beratnya derajat imunosupresi atau semakin rendahnya hitung CD4+ pada pasien koinfeksi.28, 29 Akan tetapi, studi-studi juga menunjukkan bahwa dak terdapat perbedaan peningkatan hitung CD4+ antara pasien koinfeksi HIV-VHC dengan HIV saja setelah pemberian retroviral.30

Rangkuman

VHC merupakan penyebab utama kema an pada pasien HIV setelah komplikasi terkait AIDS

Angka koinfeksi HIV-VHC nggi karena adanya kesamaan moda transmisi

Transmisi VHC melalui darah 10 kali lebih efek f dibandingkan transmisi HIV

Hubungan seksual dan penggunaan narkoba dengan jarum sun k menjadi moda penyebaran VHC terbanyak pada pasien HIV

Koinfeksi HIV-VHC meningkatkan risiko transmisi hepa s C 2 kali lebih nggi melalui kontak seksual dibandingkan monoinfeksi VHC

Prevalensi pasangan seksual penderita koinfeksi HIV-VHC sebesar 10,1 % di RSCM pada tahun 2008

(18)

BAB II

DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA KOINFEKSI

HIV DAN HEPATITIS C

II.1. Diagnosis

II.1.a. Penilaian Risiko HIV dan Diagnosis HIV AIDS pada pasien dengan VHC

Semua pasien VHC dengan risiko (LSL, penasun, warga binaan pemasyarakatan (WBP), wanita pekerja seks (WPS) dianjurkan untuk mendapatkan konseling dan pemeriksaan HIV, karena memiliki rute transmisi yang sama.24 Selain itu, seperƟ disebutkan dalam bab sebelumnya, HIV berperan dalam proses perjalanan penyakit VHC. Pasien yang menolak pemeriksaan, penyedia layanan kesehatan harus menjelaskan alasan penƟngnya melakukan pemeriksaan pada pasien dan juga penƟngnya penanganan klinis yang tepat. Pasien tetap mempunyai hak untuk menolak dilakukan pemeriksaan dengan menandatangani surat penolakan.31, 32

Pemeriksaan awal untuk status HIV dilakukan dengan pemeriksaan serologis (ELISA dan/atau

rapid test) untuk ĂŶƟďŽdi HIV. Setelah hasil didapatkan, dilakukan konseling post test untuk mengurangi perilaku yang berisiko, tanpa melihat hasil pemeriksaan HIV yang posiƟf ataupun negaƟf.32 Pemeriksaan klinis selanjutnya pada pasien yang terinfeksi HIV dibutuhkan untuk mengembangkan strategi penatalaksanaan klinis. Hal ini termasuk:

Memeriksa gejala gejala yang ada PemeriksaanĮsik

Pemeriksaan status mental untuk persiapan tata laksana. Pemeriksaan laboratorium ruƟn.

Penghitungan limfosit CD4 untuk menentukan keparahan dari imunodeĮsiensi. Pemeriksaanviral loadjika tersedia

Pemeriksaan kehamilan jika ada indikasi

Pemeriksaan untuk komorbid seperƟTB,ŚĞƉĂƟƟs B, dan kelainan psikiatri. Pemeriksaan lainnya sesuai indikasi32

Pemeriksaan Infeksi HIV

A. TesŶƟďŽĚi HIV

Tes anƟbodi terhadap infeksi HIV pada prinsipnya dilakukan dengan mendeteksi anƟbodi IgG terhadap anƟgen HIV di dalam serum. Uji ini dapat dilakukan melalui metode standar dan metode

rapid tesƟŶg.33

1. Tes standar HIV

(19)

Akurasi tes anƟbodi HIV dapat dikatakan sangat ƟŶggi.Uji serologi ruƟn dengan ELISA dan Western Blot mencapai sensiƟvitas 99,3% dan spesiĮsitas 99,7%. Hasil negaƟf ataupun posiƟf palsu dikaitkan dengan kriteria diagnosƟŬ yang berlainan, gambaran pita yang sulit diinterpretasi pada Western Blot danhuman error.35

Pada pasien dengan infeksi akut HIV, penyebab tersering negaƟve palsu tes serologi HIV adalah akibat adanya window period (periode jendela), yaitu jeda waktu antara transmisi virus masuk ke dalam tubuh dan terjadinya serokonversi. Seiring berkembangnya uji serologi hingga yang digunakan saat ini (generasi keempat),window period pada infeksi akut diperkirakan 3 12 minggu.34, 36

Hasil indeterminat terjadi apabila hasil ELISA posiƟf namun hanya ditemukan satu pita pada uji Western Blot (umumnya p24). Studi pada darah donor di AS didapatkan frekuensi indeterminat HIV sebanyak 1:5.000. Penyebab indeterminat antara lain serokonversi parsial pada infeksi akut HIV, infeksi lanjut dengan penurunanƟter anƟbodi p24, atau infeksi HIV 2. Penelusuran lengkap risiko transmisi pasien penƟng untuk dilakukan apabila hasil tes indeterminat.37

2. Rapid Test HIV

Rapid test kini lebih dipilih untuk skrining HIV pada populasi luas. Pada tahun 2003, CDC mengimplementasikan rapid ƚĞƐƟŶŐ HIV untuk pertama kali dan menyebar kit tes ke seluruh penjuru AS. Keuntunganrapid testdibandingkan tes standar adalah:38, 39

1. Biaya tes lebih murah,

2. Hasil tes dapat keluar dengan cepat (5 40 menit) dan dapat langsung diinterpretasi, dan 3. Konseling HIV atau rujuk ke instalasi pusat dapat segera dilakukan setelah tes.

Pada infeksi akut, rapid test kalah sensiƟf dengan uji serologi standar. Sebanyak 16:14.000 spesimen ditemukan negaƟf padarapid testnamun posiƟf pada ELISA.38

Ada banyak reagen yang tersedia untukrapid testHIV, masing masing dengan spesiĮkasi yang berbeda beda; beberapa yang umum dipakai adalah OraQuick™, Uni Gold Recombigen HIV test dan MulƟspot HIV 1/HIV 2. Spesimen dapat berupa darah, plasma, atau saliva. SensiƟvitas dan spesiĮƐŝtasrapid testjuga sangat baik walaupun hasilrapid testmasih dianggap pemeriksaan awal dan perlu dikonĮrmasi dengan ELISA. Hasil negaƟf padarapid testrelaƟf lebih meyakinkan danƟdak perlu dikonĮrmasi dengan uji lain.39, 40

B. Hitung Sel CD4

Hitung sel CD4 merupakan salah satu pemeriksaan utama dalam penanganan pasien HIV. Tujuan pemeriksaan hitung sel CD4 antara lain:41 43

Prediktor progresi penyakit akibat HIV, serta penentuan derajat penyakit. Waktu dimulainya terapi anƟretroviral (Gambar 2.1).

(20)

Gambar Jum Jumlah n dikarena limfosit, individu, Pad diikuƟ p sedangk WH diberika terapi, n ARV dila tergantu sehingga diulang s Pad EfekƟvit

2.1. Algoritm

mlah sel T C normal sel C akan jumlah

dan persen , dengan ata da infeksi kro penurunan C an sel T CD8 HO merekom n proĮůaksis namun CD4 s akukan bila C ung jumlah

a perlu dibe seƟap 3 6 bu da koinfeksi

as terapi he

a pemberian A

CD4+ lebih b CD4 bervaria

sel T CD4+ tase limfosit upun tanpa onik HIV, terj

CD4 di sirku 8+ naik, sehin mendasikan p s IO dan oba sendiriƟdak CD4 <500 se CD4. Pada erikan prŽĮl ulan.43

HIV dan h epaƟƟƐ C le

ARV berdasar W

banyak diba asi antar ind + bergantun t dengan res

infeksi HIV.4 adi deplesi s ulasi darah ngga rasio CD pemeriksaan at ARV.Jumla k cukup dan

el/ʅL (<350 keadaan CD aksis kotrim

epĂƟƟs C, t ebih kecil pa

rkan penilaian WHO 2013.43

andingkan se ividu, yaitu 5 g pada ƟŐĂ septor CD4.

42, 44

sel T CD4+ di perifer. Jum D4:CD8 menj hitung sel C ah CD4 juga

perlu dipast sel/ʅL sebag D4 <200 sel/ moksazol. Un

terapi hepat ada CD4 leb

n klinis dan hit

el T CD8+ p 500 1400 se

hal: jumlah KeƟga varia

igut associa

mlah sel T C jadi <1. CD4 dilakuka

dapat dipak tikan dengan gai prioritas /ʅL, risiko in ntuk peman

tiƟs C dianj bih rendah,

tung sel CD4 b

pada individ el/ʅL. Variab h total leuko

bel ini bisa b

ted lymphoid

CD4+ akan p

an untuk me kai untuk m n HIV RNA b ) atau stadiu nfeksi oport tauan, juml jurkan pada namun dapa berdasarkan p u imunokom ilitas yang t osit, persent bervariasi pa

dƟssue(GAL perlahan be

enentukan m onitor kebe bila tersedia. um klinis 3 4 tunisƟk lebih ah CD4 disa

a CD4 <350 at diperƟŵb

panduan

mpeten. inggi ini tase sel adaƟap

LT) yang rkurang mulainya rhasilan . Inisiasi 4 tanpa h Ɵnggi arankan

(21)

untuk m VHC pa eradika sebany

C. Tes H Ku dalam menuju menen kedua. diagnos Gamba mengurangi ada koinfeks asi RNA VHC yak 16%.45, 46

Hitung RNA uanƟĮkasi RN

manajemen u AIDS dan

tukan inisias Pada kondi sis HIV lebih

ar 2.2. Algoritm

risiko progre i HIV/VHC d C hingga 50

HIV/Viral Lo NA HIV atau n HIV AIDS. mortalitas y si ARV dan si tertentu (

pasƟdiband

ma pemberian

esi menuju g dengan CD4 0%, mengura oad sering diseb Studi menu yang indepe monitoring (transmisi pe dingkan uji se

n ARV berdasa

gagal haƟse >500 sel/ʅL angi risiko f

butviral load

njukkan Ɵte enden dari j respons ter erinatal, infe erologi.41, 43,

arkan penilaia WHO 2013.4

rta risiko he dapat mene fibrosis seba

dadalah pem er RNA HIV

jumlah CD4 rapi, terutam

eksi akut), R

47

an klinis dan h

43

patotoksisita ekan kadar S anyak 60% d

meriksaan y V merupakan 4. RNA HIV ma untuk pe RNA HIV juga

hitung sel CD4

as akibat AR SGPT ke nila dan risiko m

ang umum d n prediktor

dapat dipak erganƟan AR a dapat men

4 berdasarkan V. Terapi i normal, mortalitas dilakukan progresi kai untuk RV ke lini negakkan

(22)

Pemeriksaan RNA HIV dilaporkan dalamƟter kopi/mL atau konversi logaritmiknya. Titer RNA HIV akan meningkat dengan pesat pada infeksi HIV akut, mencapai >100.000 kopi/mL (>5 log kopi/mL). Secara klinis, perubahan dalam Ɵter RNA HIV dianggap signiĮkan apabila peningkatan sebesarƟga kali lipat atau melebihi 0,5 log kopi. Panduan terbaru WHO menekankan penƟŶgnya akses pemeriksaan RNA HIV yang lebih terjangkau untuk membantu penegakan diagnosis HIV, pemantauan terapi serta penentuan kegagalan terapi secara virologis.48, 49

Titer RNA HIV berkorelasi dengan jumlah sel CD4, namun korelasi ini cenderung lemah. Semakin Ɵnggi CD4 maka semakin kecilƟƚer RNA HIV. Untuk CD4 berapapun,Ɵƚer RNA HIV dapat bervariasi hingga 3 log kopi atau 1000 kali lipat. Misalnya, pasien dengan CD4 200 sel/ʅL dapat menunjukkan RNA HIV sebesar 100 hingga 100.000 kopi/mL. Karena itu, Ɵter RNA HIV bukan dipakai untuk mengganƟkan peran CD4, tapi keduanya digunakan secara komplementer untuk pemantauan terapi. Hitung sel CD4 umumnya lebih prakƟs untuk menentukan inisiasi terapi ARV dan ƉƌŽĮůĂŬƐŝƐIO, dan tentunya lebih terjangkau dibandingkan uji RNA HIV yang harganya dapat mencapai USD 80 240 per kali tes.49 51

D. Darah Perifer Lengkap, SGOT/SGPT, Ureum, Urinalisis, Gula Darah Puasa (GDP), ProĮl Lipid Pemeriksaan darah perifer lengkap pada HIV dapat bertujuan untuk membantu mendeteksi adanya kondisi komorbid atau efek samping dari terapi ARV. Darah perifer lengkap harus diperiksa saatbaselinedan padafollow upseƟap 3 6 bulan sekali (Tabel 2.1). Pemantauan lebih peŶƟŶg pada penggunaan zidovudin yang dapat menyebabkan supresi sumsum tulang dalam 6 bulan pertama terapi. Anemia terkait zidovudin merupakan anemia normosiƟk normokrom dan secara klinis dapat menjadi berat atau gravis.43, 52

Tabel 2.1. Rekomendasi jadwal pemeriksaan laboratorium selama terapi ARV berdasarkan panduan panel Department of Human Health and Services (HHS US,AIDSinfo) tahun 2013.52

Kontrol pertama

Kontrol sebelum inisiasi ARV

Inisiasi ARV Kontrol 2 8 minggu setelah ARV

SeƟĂp 3 6 bulan

SeƟĂp 6 bulan

SeƟap 12 bulan

Ada indikasi

klinis SGOT, SGPT,

bilirubin DPL, hitung jenis

a

ProĮl lipid b c d

Glukosa puasa c d

Ureum, kreaƟnin, urinalisis

e

a : Jika AZT

b : Ulang seƟĂp 4 8 minggu bila ARV mempengaruhi lipid c : Jika abnormal pada cek terakhir

(23)

Fungsi ginjal berdasarkan ureum dan kreaƟnin darah perlu dimonitor pada pasien yang mendapatkan tenofovir untuk mengetahui adanya nefrotoksisitas. Urinalisis juga perlu pada pemberian indinavir karena adanya risiko nefroliƟasis. Pemantauan yang lebih ketat diperlukan pada kondisi kondisi tertentu misalnya pemberian nevirapin; pemeriksaan disarankan pada

baseline, 2 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu, dan kemudian seƟap 3 bulan. Pada pasien dengan sindroma metabolik, prŽĮl lipid dan glukosa darah dimonitor saatbaseline, 3 bulan, 6 bulan dan seterusnya seƟap tahun.43, 52, 53

Pada koinfeksi HIV dan hepaƟƟs C, skrining laboratorium harus mencakup hal hal berikut: RNA VHC, genoƟp VHC, bilirubin, alkalin fosfatase, darah perifer lengkap, PT (Prothrombin Time), albumin, glukosa darah sewaktu, kreaƟŶin, fungsi Ɵroid (Thyroid sƟmulaƟng hormone(TSH), free thyroxine(Ō4),Triiodothyronine(T3)), CD4 absolut dan persen, RNA HIV, dan tes kehamilan (pada wanita). Gejala klinis hepaƟƟs dan kadar aminotransferase harus dimonitor untuk mengetahui risiko perburukan atau hepatotoksisitas akibat nevirapin atau OAT (Obat AnƟ Tuberkulosis). Pada hepaƟƟs C kronik, aminotransferase secara persisten meningkat dengan pola SGPT > SGOT, walaupun kadar aminotransferase normalƟdak menghapuskan kemungkinan adanya penyakit liver. Pola SGOT>SGPT dapat menandakan konsumsi alkohol atau sirosis terutama bila trombosit rendah, PT(Prothrombin Time) memanjang, dan albumin rendah. ProĮůlipid pada baseline penƟng untuk diketahui karena interferon dapat menyebabkan eksaserbasi hipertrigliseridemia. Kadar glukosa puasa juga perlu karena resistensi insulin dikaitkan dengan respons terapi VHC yang lebih rendah. Selain itu, pemeriksaan kadar asam urat juga perlu dilakukan secara berkala karena biasanya terjadi peningkatan kadar asam urat pada pemberian pengobatan.54

E. Koinfeksi lain

SeƟap pasien dengan koinfeksi HIV dan hepaƟƟs C harus diskrining adanya pajanan lama hepaƟƟs B (HBsAg, AnƟHBs) dan hepaƟƟs A (IgG anƟbodi hepaƟƟs A);ĂŶƟHAV total). BilaƟdak ditemukan adanya infeksi lama maka dapat diberikan vaksin terhadap virus hepaƟƟs B (VHB)(jadwal imunisasi) dan virus heƉĂƟƟs A (VHA).52

II.1.b. Penilaian Risiko VHC dan Diagnosis HepaƟƟs C pada Pasien yang Terinfeksi HIV Seluruh pasien dengan HIV AIDS dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anƟVHC.24

Pemeriksaan Infeksi Virus,ĞƉĂƟƟƐC

A. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Status VHC

(24)

Pemeriksaan molekuler merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya RNA virus hepa s C di dalam darah. Pemeriksaan ini dapat bersifat kualita maupun kuan ta f. Pemeriksaan kualita f memiliki sensi as yang lebih namun pemeriksaan kuan ta f menggunakan teknologi Real-Time Polymerase Chain Reac on (RT-PCR) dan transcrip on-mediated ampliĮca n

(TMA), dengan kemampuan mendeteksi virus hingga 10-50 IU/mL, sehingga pemeriksaan kualita f sudah mulai di nggalkan. Jumlah virus dalam pemeriksaan kuan ta f dihitung dengan satuan IU/mL.

Selain pemeriksaan an bodi VHC dan RNA VHC, pemeriksaan geno p virus hepa s C merupakan pemeriksaan yang pen ng untuk menentukan langka tatalaksana pada pasien koinfeksi HIV-VHC. Geno p virus hepa s C terdiri atas 6 geno p mayor, yaitu geno 1-6. Penyebaran geno p pada koinfeksi HIV-VHC dan monoinfeksi VHC dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Geno p VHC pada Koinfeksi HIV-VHC dan Monoinfeksi VHC32

Geno p 1 Geno p 2 3 Geno p 4

Lain

Monoinfeksi (%) 65 12 19 3 1

Koinfeksi (%) 60 5 26 8 1

Infeksi dengan geno p VHC lebih dari satu banyak terlihat pada pasien koinfeksi HIV-VHC, khususnya pada penasun dan pasien hemoĮlia. Geno p VHC diketahui memiliki peran sebagai prediktor respons virologis menetap (Sustained Virological Response/SVR), baik pada pasien dengan monoinfeksi VHC maupun koinfeksi HIV-VHC. Pada sebuah studi yang dilakukan oleh (AIDS Clinical Trial Group) ACTG, SVR pada ge selain ge 1 dan 4 memiliki ngkat SVR yang nggi (73%). Studi lain yang dilakukan Barcelona menunjukkan kat SVR yang rendah untuk geno p 1 dan 4, yaitu 38%.31

Diagnosis Infeksi VHC Akut dan Kronik pada pasien HIV

Pasien dengan infeksi akut VHC pada umumnya membutuhkan waktu 8-12 minggu untuk membentuk an bodi terhadap VHC, sehingga pemeriksaan an odi VHC seringkali memberikan hasil nega . Pemeriksaan RNA VHC dapat dilakukan 2 minggu setelah pajanan. Interpretasi pemeriksaan an odi VHC dan RNA VHC dapat dilihat pada tabel 2.3.24

Tabel 2.3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan di VHC dan RNA VHC

VHC RNA VHC Interpretasi

Posi f Posi f Infeksi akut atau kronik, tergantung gambaran klinis dan riwayat penyakit yang terdokumentasi

Posi f Nega f Resolusi VHC atau dalam kondisi infeksi VHC akut dengan jumlah virus yang sangat sedikit di dalam darah

Nega f Posi f Awal infeksi akut VHC, VHC kronik dalam kondisi imunosupresi, posi f palsu (dari apa)

(25)

Pada pasien dengan hasil pemeriksaan ĂŶƟ VHC yang poƐŝƟĨ dan RNA VHC neŐĂƟĨ͕ pemeriksaan RNA VHC dilakukan 4 6 bulan keŵƵĚŝĂŶ͕ untuk menegakkan status inĨeksi virus hepaƟƟs C.24AnƟVHC juga dapat menunjukkan nilai negaƟĨpada keadaan imunosupresi͕sehingga pemeriksaan RNA VHC juga dilakukan pada abnormalitas pemeriksaan Ĩungsi haƟ atau terdapat kecurigaan terhadap penyakit haƟ.31͕ 32 Persistensi RNA VHC lebih dari 6 bulan setelah inĨeksi menjadi tanda inĨeksi virus hepaƟƟƐC kronis.32͕55

B. Biopsi HaƟ

Biopsi haƟ merupakan pemeriksaan yang sangat peŶƟŶg dalam diagnosis dan tata laksana pasien dengan inĨeksi virus hepaƟƟs C. Biopsi haƟjuga berperanƉĞŶƟŶŐdalam tata laksana inĨeksi virus hepaƟƟƐC pada koinĨeksi HIV VHC. Pada koŝŶĨĞŬƐŝHIV VHC͕biopsi diindikasikan pada pasien genoƟp 1 atau 4 dengan muatan virus VHC yang Ɵnggi (> 8 x 105 IU/mL) dan komorďŝĚ͕ yaitu konsumsi alkohol yang berlebihan͕ koinĨeksi dengan VHB atau virus hepaƟƟs D(VHͿ͕ dan kecurigaan hepatotoksisitas). BiopsiƟdak diperlukan pada genoƟƉ2 dan 3͕genoƟp 1 dan 4 dengan muatan virus VHC rendah ( 8 x 105 IU/mL) maupun tanda klinis adanya sirosis haƟ. Melalui pemeriksaan biopsi͕ derajat nekroinŇamasi yang terjadi pada sel haƟ dan kekakuan haƟ dapat diukur. Terdapat beberapa sistem skoring yang digunakan pada pemeriksaan biopsi haƟ͕antara lain skor METAVIR dan ISHAK (tabel 2.4).24Pemeriksaan biopsi haƟmemiliki tujuan sebagai berikut:

a. memberi inĨormasi mengenai derajat kerusakan sel haƟ b. menentukan waktu dimulainya terapi anƟvirus

c. menentukan derajatĮbrosis atau sirosis sehingga turut berperan dalam menentukan waktu dimulainya surveilans karsinoma hepatoselular (KHS)

Biopsi haƟ menjadi baku emas untuk menentukan derajat Įbrosis haƟ͕ namun ƟŶĚĂŬĂn ini merupakan Ɵndakan invasŝĨ. Selain itu͕ Ɵndakan ini juga memiliki beberapa kelemahan͕ seperƟ kemungkinan adanyasampling errorpada pengambilan jaringan͕dan perbedaan interpretasi antara ahli patologi anatomi satu dengan lainnya dalam satu pemeriksaan jaringan. Pemeriksaan jaringan haƟ menggunakan biopsi haƟ juga sulit digunakan untuk pemantauan keberhasilan terapi. Oleh karena halƚĞƌƐĞďƵƚ͕dikembangkan metode non invasiĨuntuk menilai derajat kekakuan haƟ͕seperƟ elastograĮ ƚƌĂŶƐŝĞŶ͕ acousƟc ƌĂĚŝĂƟŽŶ force impulse (ARFI)͕ skor APRI dan lain lain. Akan tetapi metode ini belum dapat mengganƟkan biopsi haƟsepenuhnya.24

Walaupun demikian͕ elastograĮ transien (ET) banyak digunakan dalam diagnosis dan pemantauan derajatĮbrosis haƟ pada pasien hepaƟƟs B maupun C karena memiliki sensiƟvitas͕ spesiĮƐŝtas͕ maupun Area Under the Curve (AUC) yang cukup baik. Selain itu͕ pemeriksaan ini bersiĨat non invasiĨ dan Ɵdak memerlukan waktu yang lama͕ sehingga lebih mudah digunakan untuk memantau derajatĮďrosis haƟpada pasienŚĞƉĂƟƟs B maupun C yang mendapatkan tata laksana anƟvirus.

(26)

heparmelaluiruanginterkostal.56Pasienberbaringdalamposisiterlentangdenganlengankanan beradadalamabduksimaksimal.56Pemeriksaandilakukansebanyak10kali,kemudiannilaimedian dari10kalipemeriksaanmenggambarkanelastisitashati.56Rasiokeberhasilandihitungberdasarkan perhitunganvalidibagiolehtotalpemeriksaan.Rasiokeberhasilanyangdianggapdapatdipercaya adalahdiatas60%.Hasildiperolehdalamsatuankilopascals(kPa).Nilailainyangdiperhatikan adalahinterquartilerange(IQR),yangmenggambarkanvariabilitasintrinsikdariET,dengannilai <30%medianmenggambarkanpemeriksaanyangsangatbaik.56ETmemilikiareapemeriksaanyang terbatas/regionofinterest(ROI),yaitu25Ͳ65mmdaripermukaan.Jaringanparenkimhatiyang sehatmemilikinilai2,5Ͳ5kPa.

PadahepatitisC,nilaiAUCberkisar0,77Ͳ0,90,dengannilaiambangbatas6,2Ͳ8,7kPauntuk fibrosisyangsignifikan(Fш2)dannilaiAUROCberkisar0,90Ͳ0,97dengannilaiambangbatas9,6Ͳ 14,8kPauntuksirosishati.56PadasuatustudidiKoreaSelatannilaiambangbatasuntukfibrosis yangsignifikanadalah6,2kPadansirosispada11kPa,dimanahasilinilebihakuratdibandingkat parameternoninvasiflainnya,sepertiaminotransferase(AST)ͲtoͲplateletratioindex(APRI).56Dua studiprospektifyangdilakukanolehVergnioletaldanOgawaetalmenunjukkanpasiendengan hepatitisCkronikyangditerapidengankombinasipegylatedinterferondanribavirin.Sustained VirologicalResponse(SVR)yangpositifmemilikinilaiETyanglebihrendahdibandingkanpadaawal terapi.PasiendenganSVRnegatifnamunmengalamiperubahannilailaboratoriumyanglebihbaik padaakhirterapijugamenghasilkannilaiETyanglebihrendah.

(27)

Gamba

ar2.3.Scoring

Nek

F3:f F4

F5:si

gcardpenentu

Kla

krosisparcellar

A0:tida A1:akt

F

fibrosispadaha 4:fibrosispada irosisinkomplit

uanderajatke etio

Tabel2.4.

asifikasiMETAV

Skoraktiv

r Tidakada Minimal Sedang

Berat(3 akadaaktivita ivitasminima

F0:ti F1:fibros F2:Fibrosisp F3:terdapatba

Klasifika

F0:ti F1:fibrosis F2:fibrosisp ampirsemuaa ahampirsemua t(selͲselnekrot

ekakuanhati ologipenyakit

SkorAktivitas

VIR:skoringak

vitas

Tidakad a(0) A0

(1) A1

(2) A2

3) A3

ashistologis l

Skorfibrosis(

idakadafibrosi isstellarportal portaldenganb anyakseptanam

F4:sirosis

siISHAK:skor

idakadafibrosi spadabeberap padahampirsem

reaportalkada aareaportalda tikdengankada F6:sirosis

menggunakan hati58

sdanFibrosis

ktivitasdanfib

Nekrosis

da(0) Sedan

0 A

1 A

2 A

3 A

A2:aktivita A3:aktivita

F)

isportal tanpasepta beberapasepta munbukansiro

ingfibrosis

isportal paareaportal

muaareaporta angͲkadangdise anditandaiden angͲkadangterd

nelastografit

rosis

slobular

ng(1) Berat(

1 A

1 A

2 A

3 A

ssedang sberat

a osis

al

ertaiselyangne nganselͲselnek

dapatbeberapa

ransienpada

(2) A2 A2 A3 A3 ekrotik krotik

anodul)

(28)

diperlukanpulapemeriksaanultrasonografiuntukmelihattandaͲtandaadanyasirosishati,asites, maupunadanyanodulpadahati.

Tabel2.5.SkorChildͲTurcotteͲPugh

KlasifikasiChildͲTurcotteͲPugh

ParameterPoin

1 2 3

Bilirubin 1Ͳ2mg/dL 2Ͳ3mg/dL >3mg/dL

Albumin >3,5g/dl 2,8Ͳ3,5g/dl <2,8g/dl

Ascites Tidakada Sedang Berat

Ensefalopati(derajat) Tidakada Sedang(stageIͲII) Berat(stageIIIͲIV)

Prothrombintime 1Ͳ4detik memanjang

4Ͳ6detik memanjang

>6detik memanjang

AtauINR <1,7 1,7Ͳ2,3 >2,3

Bilirubin(padakasussirosis

bilierprimer) 1Ͳ4mg/dL 4Ͳ10mg/dL >10mg/dL SirosisChildPughA=5–6poin

SirosisChildPughB=7–9poin SirosisChildPughC=10–15poin

Sirosishatiterkompensasi=sirosishatiChildPughAdanB Sirosishatiterdekompensasi=sirosishatiChildPughC

C.EvaluasiKomorbid GangguanPsikiatri

Pasiendengangangguanpsikiatriberupadepresisedanghinggaberatperlumenundatata laksanauntukvirushepatitisC.PenggunaaninterferondanribavirinpadainfeksivirushepatitisC dapatmemicudepresi,dimanaterjadigangguanmood,gangguancemas,maupungangguanfungsi kognitif. Gangguan ini dijumpai lebih tinggi pada pasien yang memiliki gangguan depresi sebelumnya (21Ͳ58%).24 Pada pasien denganpenyakitkejiwaanringan, tata laksana terkait gangguankejiwaandapatdilakukanbersamaandengantatalaksanauntukvirushepatitisC.32

KonsumsiAlkohol

Penilaianterhadapkonsumsialkoholpentinguntukdievaluasi.Konsumsialkohollebihdari50 g/hariberkontribusiterhadapterjadinyafibrosisdihepar.Konsumsiinisebandingdengan5kali ataulebihdarikonsumsiregularperhari.Interaksikonsumsialkoholш80ml/haridaninfeksiHBV danVHCkronikmemperberatderajatkerusakanhati,sehinggakonsumsialkoholdipertimbangkan sebagaikontraindikasirelatifuntukterapiberbasisIFN,terkaitdengankepatuhanberobat.32Secara psikologis,dukungansosialdanmedisharusdilakukanuntukmengurangikonsumsialkohol ч10 g/hariataumenghentikankonsumsialkoholsamasekali.32

II.2.TataLaksanaPasienKoinfeksiHepatitisCdanHIV

(29)

terapiantiHIV.59Padasebuahanalisisyangdilakukanterhadap23.441pasiendenganARVuntuk melihatefeksampingpengobatan,sebanyak50%pasienmeninggalkarenagagalhepar,meskipun telahmendapatkanterapiantiHIVyangadekuat.59

StandarpengobatanuntukhepatitisCkronikadalahpemberianpegylatedinterferondan ribavirin.24Kombinasiinimeningkatkankesintasanselama8tahundanresponsyanglebihbaik secarasignifikandibandingkanterapiinterferonstandar.2Meskipundemikian,pencapaianrespons virologismenetappadapasiendengankoinfeksihepatitisCdanHIVmenurunsebesar10Ͳ20% dibandingkanpasienmonoinfeksivirushepatitisC.2DurasipemberianterapiuntukvirushepatitisC padakoinfeksivirushepatitisCdanHIVadalah48minggu,tidakmelihatjenisgenotipyang menginfeksi.2AdanyaregimenobatbaruuntukterapihepatitisC,yaituVHCNS3/4Aprotease inhibitor(PI)(boceprevirdantelaprevir)meningkatkanpersentasekeberhasilanterapi.Akantetapi, penggunaanobatbaruinipadakoinfeksihepatitisCdanHIVmasihdalampenelitian,danharus mempertimbangkaninteraksinyadenganobatARVyangdigunakan.

Sebanyaklebihdari20obatantiretrovirusyangterbagidalam6kelasdapatmenjadipilihan kombinasi.Enamkelastersebutadalah nucleoside/nucleotidereversetranscriptaseinhibitors

(NRTIs),nonͲnucleosidereversetranscriptaseinhibitors(NNRTIs),proteaseinhibitors(PIs),fusion inhibitors(FIs),CCR5antagonists,danintegrasestrandtransferinhibitors(INSTIs).Secaraumum, kombinasipengobatanterdiriatas2NRTIdengan1NNRTI/PI(didahuluipemberianritonavir)/ INSTI/CCR5antagonis.

IsuutamadalampengobatanpasienkoinfeksiHIVͲVHCadalahinteraksiobatyangdiperkirakan dapatmengurangiefikasipengobatanuntuksalahsatupihakdanefeksampingyangdapat ditimbulkanmelaluiinteraksiobat.Beberapastudiyangdilakukanmenunjukkanpemberianobat antivirusuntukvirushepatitisCtidakmengurangiefikasidariARV,berdasarkantiterjumlahvirus. Pemberianpegylatedinterferondanribavirinpadabeberapastudibahkanterbuktimembantu menurunkanjumlahvirusRNAHIVsebesar1log.2

EfeksampingyangperludiperhatikanpadaterapiuntukkoinfeksiHIVͲVHCadalahpemberian ribavirinmeningkatkanfosforilasididanosin,sehinggakonsentrasiobatmeningkat.2Sebanyak16% pasiendilaporkanmengalamitoksisitasmitokondriadalambentukasidosislaktatataupankreatitis padastudiRIBAVIC.2Selainitu,dekompensasihatijugadilaporkanterjadipadastudiAPRICOT.2 Karenainteraksidiatas,padasaatmemulaiterapiuntukVHC,diperlukanpenggantianterapidari didanosinmenjadiobatantiviruslainnya.Selainituribavirinbersamadenganzidovudindapat menyebabkaneksaserbasianemiayangdipicuolehribavirin,sehinggapenggunaankeduanya bersamaandihindari.24,52Pengawasanketatwajibdilakukanpadapasiendengansirosis.2Adanya sirosisdekompensatamenjaditandauntukmenghentikanterapiVHC.Pasiendengansirosishati dekompensata(ChildPughScoreBatauC)tidakmenjadiindikasiterapipegylatedinterferondan ribavirin,dantransplantasihatidapatdipikirkan.24Selaintandasirosis,pengukuranlaktatberkala jugaperludilakukanterkaitefeksamping.2

(30)

memulai terapi adalah adanya peneli an lain menunjukkan e kasi terapi VHC yang berkurang pada pasien dengan CD4 kurang dari 500 sel/mm3.2 Hal ini diperkirakan karena fungsi imun yang masih baik dan belum dimulainya ARV, sehingga mengurangi insidensi terjadinya hepatotoksisitas.2 Pada kondisi dimana terapi HIV dan VHC dimulai bersama-sama, dianjurkan penggunaan ARV terlebih dahulu, menggunakan regimen yang dak menyebabkan terjadinya hepatotoksik. Terapi VHC dimulai setelah 1-2 bulan setelah dimulainya terapi ARV.

II.2.a. Inisiasi Terapi

Inisiasi terapi didasarkan atas pemeriksaan klinis dan laboratorium. Inisiasi terapi pada pasien koinfeksi HIV-VHC didasarkan pada hitung jumlah CD4 (gambar 2.4). Terapi antar geno p VHC dimulai dengan syarat yang berbeda pada koinfeksi HIV-VHC (gambar 2.5).

Gambar 2.4. Inisiasi terapi VHC pada pasien koinfeksi HIV-VHC

Kondisi stabil dide nisikan sebagai teratasinya infeksi oportunis k, peningkatan nilai CD4, dan teraturnya penggunaan ARV

Gambar 2.5. Inisiasi terapi VHC antar p pada koinfeksi HIV-VHC Hitung Jumlah

CD4

350 sel/mm3

Tata laksana HIV Terlebih Dahulu

> 350 sel/mm3

Antibodi VHC (+), RNA VHC (+)

Terapi hepatitis C diindikasikan apabila pemeriksaan histologi hati menunjukkan derajat fibrosis F2

Antibodi VHC (+), RNA VHC(-)

Monitoring ketat tiap 6 bulan (pemeriksaan klinis dan fungsi hati)

Monitoring histologi hati tiap 3 tahun

p 1 atau 4

RNA VHC rendah: 8 x 105IU/mL

< 5,9 log kopi/mL

Ribavirin 800 mg/hari

Pegylated interferon 2a dengan dosis180 ʅg satu kali seminggu, atau 1,5 ʅg/kgBB per minggu untuk pegylated interferon 2b

RNA VHC gi: > 8 x 105IU/mL

> 5,9 log kopi/mL

Ribavirin 1000 - 1200 mg/hari Ge 2 atau 3

Apabila stabil dan perbaikan

(31)

II.2.a.1.KondisiyangTidakMembutuhkanTerapi

PasienyangtidakmembutuhkanterapiuntukHIVmaupunhepatitisCadalahpasiendengan karakteristiksebagaiberikut:

x HitungCD4>350sel/mm3dantidakmemilikiindikasilainuntukterapiARV x AntibodiVHCpositif,tetapitidakadatandareplikasiRNAVHC

Pasienyangtidakmembutuhkanterapitetapmemerlukanmonitoringyangketatsetiap6bulan (pemeriksaanklinisdanfungsihati)dansetiap3tahununtukmelihathistologilesihati.

II.2.a.2.KondisiyangMembutuhkanTerapiHepatitisCsaja

PasienyangmembutuhkanterapihepatitisCsajapadakoinfeksiHIVͲVHCadalahpasien dengankarakteristiksebagaiberikut:

x HitungCD4>350sel/mm3dantidakmemilikiindikasilainuntukterapiARV x HepatitisCakutataukronik

Terapidapatdimulailebihawalpadapasienkoinfeksiapabiladidapatikondisikondisidimana progresivitaspenyakitheparberjalancepatdibandingkandenganpasiendenganmonoinfeksi hepatitisC,ataupunpasiendenganrisikotinggimengalamihepatotoksisitassetelahinisiasiARV. TerapidapatdimulaitanpamelihatjumlahvirushepatitisCpadagenotip2dan3.Sementaraitu, terapiuntukgenotip1dapatdimulaipadakondisijumlahvirusч8x105IU/mLtanpamelihathasil pemeriksaanhistologiatau>8x105IU/mLdandenganderajatfibrosisF3ͲF4sesuaiklasifikasi Metavir.Padagenotip4,tatalaksanadilakukanpadajumlahvirus>8x105IU/mLdandengan derajatfibrosisF3ͲF4sesuaiklasifikasiMetavir.Pasiendengangenotip2atau3,jumlahvirusч8x 105IU/mL,tidakditemuisirosis,umur<40tahun,nilaiALTlebihdari3kalibatasatasnormal memilikikemungkinanyanglebihbaikuntukmencapaiSustainedVirologicalResponse(SVR). PadainfeksihepatitisCakut,terapidilakukanuntukmencegahinfeksivirusmenjadikronik. Terapidimulaiapabiladalam3bulansetelahawalmunculnyatandadangejalaklinik,RNAVHC tidakdapatdieliminasisecaraspontan.Terapiterpilihuntukkondisiiniadalahpegylatedinterferon selama6bulan.PadainfeksihepatitisC kronik,terapiterpilihadalahkombinasipegylated interferon(ɲ2aatau ɲ2b)danribavirin.Dosisyangdigunakanuntukpegylatedinterferon ɲ2a adalah180ђgsatukaliseminggu,atau1,5ђg/kgBBpermingguuntukpegylatedinterferonɲ2b. DosisribavirinyangdirekomendasikanuntukpasienkoinfeksihepatitisCdanHIVberbedaͲbeda, tergantungkepadajenisgenotip.Untukgenotip1dan4,dosisyangdianjurkanadalah1000Ͳ1200 mg/hari,sementarauntukgenotip2dan3,dosisribavirinyangdigunakanadalah800mg.Durasi terapiuntuksemuagenotipadalah48minggu.Alurterapidapatdilihatpadagambar2.4.Akan tetapi,terapidihentikanapabilapadamingguke12,hasilpemeriksaanRNAVHCkuantitatif menunjukkanpenurunankurangdari2log.KecilnyapenurunanjumlahRNAVHCmerujukpada angkakeberhasilanterapiyangkecil(1Ͳ2%),tidakbergantungkepadagenotip.

II.2.a.3.KondisiyangMembutuhkanTerapiHIVAIDSsaja

(32)

x DijumpaiantibodiVHCnamun tidakadareplikasiRNAVHC,atautatalaksanaVHC dikontraindikasikan.

InisiasiARVpadapasienkoinfeksiHIVͲVHCdilakukanmengikutirekomendasimonoinfeksiHIV yangberlakusaatini,yaituterapidimulaipadasaatjumlahCD4kurangdari200sel/mm3. PemberianARVpadaCD4diatas200sel/mm3dilakukanapabilapasienmenunjukkangejalaklinis ataumuatanvirus>1x105kopi/ml.62PenelitianyangdilakukanolehARTCohortCollaboration

(ARTͲCC)terhadap45.691pasiendari18studikohortmenunjukkanprogresivitasmenujuAIDS dan/atau kematian lebih tinggi ketika pemberian ARV menunggu hingga 251Ͳ350 sel/mm3 dibandingkanARVdiberikanpadajumlahselCD4351Ͳ450sel/mm3.Akantetapiketikahanya kematian,mortalitasdiantarakeduakelompoktidakberbedasecarasignifikan. Olehkarenaitu terapiARVtetapdapatdipikirkanpadajumlahCD4200–350sel/mm3bilaterdapatjumlahvirus lebihdari100.000kopi/ml,penurunandengancepatjumlahCD4,ataumunculnyatandadangejala klinis,meskipunhasilpenelitianmenunjukkanpenurunanangkamortalitasbelumjelas.60,62

TerapiumumdalamtatalaksanaHIVAIDSadalahatas2NRTIdengan1NNRTI/PI(didahului pemberianritonavir)/INSTI/CCR5antagonis.Beberapafaktoryangharusdiperhatikandalam memulaiterapiARVantaralain:

x Kondisikomorbidpasien(penyakitkardiovaskuler,ketergantungan,gangguanfungsiginjal danhati,gangguanpsikiatri,atautuberkulosis)

x Kemungkinanterjadinyaefeksamping x Interaksiobat

x Kehamilan

x Hasilpemeriksaanresistensiobat x MuatanvirusHIVawal

x JeniskelamindannilaiCD4sebelummemulaiterapijikamenggunakannevirapin x Preferensipasiendankenyamananpasien

Kombinasi2NRTIyangdisarankanadalahtenofovirdanemtricitabin.Kombinasilainnya, fumaratdanemtricitabinmenunjukkanefektivitasyanglebihrendahdibandingkankelompok kombinasipertama.Akantetapitenofovirtidakdapatdigunakanpadapasiendengangangguan fungsiginjal.Selainitu,tenofovirjugamemicupenurunandensitastulang.Kombinasievafirenz dengantenofovirdanemtricitabinmerupakankombinasiterbanyakyangditeliti.Regimenini tersediadalamtabletdandapatdikonsumsi1kalisehari.Regimenlainyangdapatdigunakanadalah ritonavirͲboosted atazanavir + tenofovir disoproxil fumarat + emtricitabin, ritonavirͲboosted

darunavir+tenofovirdisoproxilfumarat+emtricitabin,atauraltegravir+tenofovirdisoproxil fumarate+emtricitabin.Regimenlengkapdapatdilihatpadatabel2.6,sementaradosisARVuntuk dewasadanadolesensdapatdilihatpadatabel2.7.

(33)

Tabel 2.6. Pilihan regimen anƟretroviral lini pertama untuk dewasa dan adolesens.43

ARV lini pertama untuk dewasa

(termasuk wanita hamil dan menyusui, dan pasien koinfeksi TB dan HBV)

Regimen yang disarankan TDF + 3TC (atau FTC) + EFV

Regimen alteƌŶĂƟf AZT + 3TC + EFV (atau NVP)

Keadaan khususb Regimen mengandung ABC, d4Ta

dan boosted-PI

ARV, ĂŶƟretroviral; TDF, tenofovir; 3TC, lamivudin; FTC, emtricitabin; EFV, efavirenz; AZT, zidovudin; NVP, nevirapin; ABC, abacavir; d4T, stavudin; PI, protease inhibitor.

a

Penggunaan d4T sebagai alternaƟf lini pertama hendaknya dikurangi atau dipilih hanya apabila ARV lain ƟĚĂk dapat digunakan. Durasi terapi d4T hendaknya dibatasi sesingkat mungkin dan dengan pemantauan yang ketat.

b

Keadaan khusus berarƟ keadaan di mana regimen yang disarankan atau regimen alternaƟf ƟĚĂŬ dapat digunakan karena hal-hal berikut: risiko efek samping signiĮkan, interaksi antar obat, masalah pengambilan atau ketersediaan obat dan alasan lainnya.

Tabel 2.7. Dosis obat ĂŶƟƌetroviral untuk dewasa dan adolesens.

Nama generik Dosis

Nucleoside reverse-transcriptase inhibitor (NRTI)

Emtricitabin (FTC) Lamivudin (3TC) Stavudin (d4T) Zidovudin (AZT)

1 x 200 mg

2 x 150 mg atau 1 x 300 mg 2 x 30 mg

2 x 250-300 mg

NucleoƟde reverse-transcriptase inhibitor (NtRTI)

Tenofovir (TDF) 1 x 300 mg

Non-nucleoside reverse-transcriptase inhibitor (NNRTI)

Efavirenz (EFV) Nevirapin (NVP)

1 x 600 mg

1 x 200 mg selama 14 hari, dilanjutkan 2 x 200 mg

Protease inhibitor (PI)

Lopinavir + ritonavir (LPV/r) 2 x 400 mg + 100 mg

(34)

ApabilapasienbelummemulaiterapiARV,terapiVHCdisesuaikandenganjumlahCD4.Apabila jumlahhitungCD4lebihdari350sel/mm3,terapiVHCdilakukanterlebihdahulu.32,61Apabilahitung CD4 ч350sel/mm3,dimanaterapiARVdiindikasikan,terapiARVdimulaiterlebihdahulu,baru kemudiandilanjutkandenganterapiVHCsetelahkondisistabil.

PadapasienyangmenggunakankombinasiPegͲIFNdanribavirin,pemberianproteaseinhibitor (boceprevirdantelaprevir)harusdiperhatikan,karenadiperkirakanakanmenurunkankemungkinan terjadinya SVR positif pada akhir terapi infeksi virus hepatitis C. Penggunaan boceprevir dikontraindikasikandigunakanbersamaͲsamadenganATV/r,DRV/r,LPV/r,maupunevafirenz, karenamenurunkankonsentrasiATV/r,DRV/r,LPV/r,danevafirenzdidalamplasma,sehingga mengurangiefikasiobat.1,52Pemberiantelaprevirjugatidakdirekomendasikanpadapenggunaan bersamaͲsama dengan DRV/r, FPV/R, maupun LPV/r untuk alasan yang sama. Penggunaan boceprevirtidakdiperlukanapabilapasienmemilikigenotipIL28BccataunilaiRNAVHCyang rendah(kurangdari4x105IU/mL).52Pasiendengankeduafaktortersebutmemilikiprognosis keberhasilan terapi VHC yang baik. Penggunaan boceprevir maupun telaprevir dapat direkomendasikanpadapasiendengansyarat:

a. PasienbelummenggunakanARV

b. Pasienmenggunakanraltegravir(RAL)+2NRTI

c. PasienyangmenggunakanATV/rdan2NRTIhanyadapatmenggunakantelaprevirdengan dosisstandar

d. PasienyangmenggunakanEFVdan2NRTIhanyadapatmenggunakantelaprevirdengan dosisyangditingkatkansebesar1.125mgper7Ͳ9jam.

II.2.b.MonitoringTerapi

MonitoringterapikoinfeksiHIVͲVHCdiperlukanuntukmemantaukeberhasilanterapi,efek sampingdaninteraksiobatyangdapatterjadi.Pemeriksaanyangdilakukanmencakuppemeriksaan darahrutin,CD4,ThyroidStimulatingHormone(TSH),RNAVHCkuantitatifmaupunkualitatif.

II.2.b.1.ResponsVirologis

PemeriksaanuntukmenilairesponsvirologisdilakukanmenggunakanpemeriksaanRNAVHC kuantitatifpadaawalterapidanmingguke12terapi.Pemeriksaanpadamingguke24dan48 setelahmemulaiterapidan24minggusetelahterapiselesaidilakukanmenggunakanpemeriksaaan RNAVHCkualitatif.Beberapaistilahyangperludipahamidalampenilaianresponsvirologisantara lain:

a. RapidVirologicalResponse(RVR)

Responsvirologiscepat(RVR)merupakanhasilpemeriksaanRNAVHCpadaminggukeͲ4 setelahawalterapi.RVRbernilaipositifapabilaRNAVHCtidakterdeteksi.RVRjuga digunakanuntukmemprediksiresponsterapi.

b. EarlyVirologicalResponse(EVR)

(35)

c. End of Treatment Reponse (ETR)

Respons akhir terapi (ETR) merupakan hasil pemeriksaan RNA VHC pada akhir terapi. ETR bernilai posiƟf apabila Ɵdak ditemukan RNA VHC pada pemeriksaan.

d. Sustained Virological Response (SVR)

Respons virologis menetap (SVR) merupakan hasil pemeriksaan RNA VHC pada 24 minggu setelah akhir terapi. SVR bernilai posiƟf apabila Ɵdak ditemukan RNA VHC pada pemeriksaan.

Pemeriksaan RNA VHC pada koinfeksi HIV-VHC dilakukan dengan jadwal sebagai berikut: a. Awal terapi

b. Minggu ke 4 terapi c. Minggu ke 12 terapi

Pada pasien dengan penurunan jumlah virus lebih dari 2 log, tata laksana VHC dilanjutkan hingga minggu ke 48. Akan tetapi, pada penurunan kurang dari 2 log pada minggu ke 12, tata laksana dianjurkan untuk dihenƟkan, karena risiko kegagalan terapi cukup Ɵnggi, dengan angka non-SVR mencapai 99-100%.

d. Minggu ke 24 terapi

Pasien dengan RNA VHC yang tetap ada hingga minggu ke-24 dianjurkan untuk menghenƟkan pengobatan, karena Ɵngginya angka non-SVR mencapai 100%

e. Minggu ke 48 terapi

f. Minggu ke 24 setelah selesai terapi

Pemeriksaan RNA VHC pada minggu ke 24 setelah terapi menentukan kemungkinan terjadinya rekurensi. Pasien dengan RNA VHC negaƟf pada pemeriksaan RNA VHC di minggu ke 24 setelah terapi (SVR posiƟf) memiliki ƟŶŐkat rekurensi yang sangat rendah.

II.2.b.2. Tolerabilitas

Pemeriksaan untuk melihat efek samping terapi dilakukan pada minggu 1, 2, 4 dan selanjutnya seƟĂp bulan selama terapi. Pemeriksaan yang dilakukan melipuƟ pemeriksaan darah lengkap, enzim transaminase dan kadar bilirubin serum. Pemeriksaan CD4 perlu dilakukan seƟap bulan untuk menentukan waktu dimulainya ARV. Mayoritas pasien dengan pegylated interferon dan ribavirin menunjukkan efek samping terhadap pengobatan. Pemantauan yang ketat diperlukan untuk menentukan perlunya pengaturan dosis atau pemberhenƟan terapi untuk menghindarkan efek samping yang lebih berat.

Anemia

(36)

Tabel2.8.Pengaturandosisribavirindanpegylatedinterferon

Parameter

PenurunanDosis

Ribavirinmenjadi 600mg

Penghentian

Ribavirin

Penurunandosis pegylatedinterferon

bertahap

(70%Ͳ50%Ͳ25%)

Penghentian

pegylated

interferon

Penghentian pegylated

interferondan

ribavirin

Hitungneutrofil

absolut <750/mm

3

<500/mm3

Hitungtrombosit 25Ͳ50.000/mm3 <25.000/mm3

Kadarhemoglobin: Ͳtanpapenyakit

kardiovaskuler

8,5Ͳ10g/dL

<8,5g/dL

Ͳpenyakit kardiovaskuler

Penurunan

ш2g/dLdalam 4minggu

<12g/dLdalam4 minggusetelahdosis

diturunkan

Padakondisidimanaabnormalitasnilaitidakdidapatkankembali,dosisribavirinditingkatkan bertahap,yaitu600mg/harimenjadi800mg/hari.Pengembaliandosisribavirinmenjadidosis semulatidakdirekomendasikan.Padapasiendenganintoleransiterhadapribavirin,monoterapi menggunakanpegylatedinterferondapatdilakukan.

FluͲlikeSyndrome

EfeksampinglainyangbanyakdijumpaiadalahgejalafluͲlikedanmual.Pasiendengan gangguan fluͲlike dapat menggunakan paracetamol sebelum injeksi pegylated interferon. Penggunaanasamasetilsalisilat,natriumdiklofenakatauibroprofendikontraindikasikanrelatif pada kondisi trombositopenia. Gangguan mual dapat diatasi dengan pemberian metoklopramid3x10mg.

Depresi

Pasiendenganriwayatdepresiminordapatmemulaiterapiantidepresansebelummemulai terapi.Obatdandosisyangdigunakanadalah:

a. SSRI(SelectiveSerotoninReuptakeInhibitor),dengandosisawal20mg/hari b. Antidepresansepertidoxepindengandosisawal50mg/hari

Pemantauandanpenentuanpengobatandepresimemerlukankerjasamadenganpsikiater. Pada pasiendenganriwayat dirawatakibatdepresimayor, pemberian pegylatedinterferon dikontraindikasikan.

Gangguanfungsitiroid

Gangguanfungsitiroiddijumpaipada7%pasiendenganterapipegylatedinterferon.Akan tetapigangguaninitidakmemerlukanpengaturandosisataupunpenghentianterapipegylated interferon.Apabilaterjadigangguanfungsitiroid,tatalaksanauntukgangguanfungsitiroid dilakukanbersamaandenganpenatalaksanaanVHC.

(37)

II.2.b.3 AR bebera Padab Cdant

=ke

dil T T o le ra n si DPL CD4 TSH E fi ka si Muatan RNAV (Kuanti

RNAV Kualit

3.InteraksiO RVmemiliki

pajenisoba agianini,int terapisubstit

Tenofo Zidovu Stavud Lamivu Emtric Efavire Nevira Lopina Ritona Metad

duaobattida label)

Tabel2.9.Mon

Sebelum terapi L 4 H virus VHC tatif) 9 VHC tatif Obat banyakinte atperlume teraksiobaty

tusiopioid.I

Tabel2.10 NRT ovir udin din udin citabin NN enz apin PI avir avir Opi don

kbolehdiber

nitoringtatal

m 1 2 4

9 9 9

eraksidenga ngalamipen yangakandi nteraksioba

.Interaksiant

Ribav TI RTI ioid N/A

ikanbersama

aksanaVHCp

8 12 16

9 9 9

9 9

9

9

nberbagaij nyesuaiando

ibahasadala atdapatdilih

tarobatpada

irin Bocep A

(adabuktikli

padapasienko

20 24 28 (Minggu)

9 9 9

9 9 9

9

jenisobat.A osisatautid ahinteraksia hatlebihjelas

terapihepati

previr Tel

inisdan/atau

oinfeksiHIVͲV

8 32 34

9 9 9

9 9 9

9

Akibatdaria dakdapatdi antaraARVd

spadatabel

tisCdanHIV

aprevir Pe tertulis VHC

36 48 72

9 9 9

9 9 9

9 9

adanyainter gunakanbe denganobat

2.10.

egͲIFN

(38)

peru

=mun

peru

(sec

=tida

=tida

klini N/A=be Keterang Ribavirin Tenofovi Zidovudi Stavudin Lamivud Emtricita Boceprev Tenofovi Zidovudi Efavirenz Nevirapin Lopinavir

ubahanwaktu ngkinterjadii ubahanwaktu carateoritis,b

akadainteraks kadainteraks s)

lumadadata

ganinteraks n

ir –Tida (Child tenof perti n –Risiko

15%) bulan ketat –Risiko

menc farm in –Ribav

farm abin–Risiko

IFN/R vir

ir –Teno boce kliren aman n –Studi

terap zidov z –EFV

sehin efavi n –Seru dapa terha r –Pem seba 30%

upemberiano nteraksi;perl upemberiano belumadabuk

siklinisyangs siklinisyangs

i:

kadaperub dͲPugh>6)p fovirdanri mbangkanp oanemiad )dibandingk nsetelahrib thasilpemer o overlap t capai 3% p akokinetik.64 virin dapat

akokinetika ogagalhati RBV.Pantau

ofovirakan eprevirmeni nsginjal.Tid n.67

iklinismenu pipegͲIFN/R vudin.68

dapatmene ngga mengu renzmening padengan at meningka

adapCYP3A4 mberianlopin nyak45%,5 dan43%.68,6

obat(adabukt upemantaua obat ktiklinis/tidak

signifikan(ada signifikan(sec

bahanpada padakoinfek bavirin.Mo penurunando

anneutrope kantanpazid bavirindisto

riksaandara toksisitas m pada pembe

4

menekan f tauefeksam dilaporkan munculnyag

meningkatk ngkatkanCm

dakadarek

unjukkanpen RBV.Monito

ekanCmax, urangi efek gkat11%dan

efavirenz,k tpada pem 4.69

navir/ritonav 50%dan57%

69

tiklinisdan/a nketat,penga

ktertulisdilab

abuktiklinis) carateoritis,b

farmakokine ksiHIVͲVHCd nitorketat osisribavirin eniamening dovudin(1% pkarenawa h.64

mitokondria; erian secara

fosforilasi la mpingyangs

lebihtinggi gejalagagal

kanAUCdan

maxsebanya komendasip

nambahanb rketattand

AUCdanCm

terapeutik n20%.67,69

onsentrasib mberianber

virakanme %.AUC,Cma

tautertulisdi aturandosisa

bel)

belumadabuk

etik;namun dengansiros munculnya nbilagejalam

gkatpadap %dan5%).I aktuparuhr

insidens pa bersamaan

amivudine, ignifikan.64 ipadapemb

hatidanane

nCmaxboc ak32%nam perubahand

oceprevirm daanemiap

minbocepre boceprevir.

boceprevird rsamaan, ak

ngurangiAU axdanCmin

label) atau

kti

dilaporkan isdalampen

gejaladeko memburuk.6 pemberianb nteraksidap ribavirinyan

ankreatitis d n. Tidak ad

namun tida

berianbersa emia.64

ceprevirseb muntidakad

osis;koadm

eningkatkan adapember

evirsebesar Di lain ha

dapatmenu kibat efekm

UC,Cmaxda

nlopinavirju

kejadianga ngobatanko ompensasih

3,64

bersamaan( patterjadih gpanjang.M

dan asidosis a perubaha

ak ada per

amaandeng

anyak8%d daperubaha ministrasidila

nrisikoanem rianbocepre

8%,19%d al, Cmax da

rundannev masingͲmasin

anCminboc ugaberkuran

galhati mbinasi hatidan

5%dan hingga2 Monitor

s laktat n pada

rubahan

anpegͲ

dan5%; anpada aporkan

miapada evirdan

an44% an AUC

virapine ng obat

(39)

Ritonavir –Pemberianritonavirsaja(tanpalopinavir)bersamaboceprevirakanmengurangi

CmaxdanAUCboceprevirsebesar27%dan19%.67

Metadon –BoceprevirdapatmengurangiAUCdanCͲmaxmetadonsebesar16%dan10%, namunstudimenyarankantidakperludilakukanpengaturandosismetadonsaat memulaiboceprevir. Waspadaiefeksamping pemanjanganintervalQT akibat metadon.70

Telaprevir

Tenofovir –Lamakerjatenofovirmeningkat30%padapemberianbersamatelaprevir.Monitor ketatfungsiginjal;aturdosisataustoptenofovirbilamunculgangguanginjal.71,72 Zidovudin –EfektelaprevirpadaUDPͲglukoroniltransferasedapatmeningkatkankonsentrasi

plasma zidovudindan meningkatkan risiko anemiaterkaitzidovudin. Monitor hemoglobin.73

Efavirenz –Cmax,AUCdanCminakanberkurang9%,26%dan47%untuktelaprevirdan16%, 7%dan2%untukefavirenz.SCPEropamerekomendasikandosistelaprevirdijadikan 1125mgsetiap8jambiladiberikanbersamaefavirenz.71,75

Nevirapin –Konsentrasitelaprevirdapatberkurangakibatnevirapinenamunbelumadabukti klinis.74

Lopinavir – Cmax, AUC dan Cmin telaprevir berkurang 53%, 54% and 52% sehingga koadministrasitidakdisarankan.Tidakadaperubahansignifikanuntuklopinavir.71,74 Ritonavir –Pemberianritonavirsaja(tanpalopinavir)bersamatelaprevirterbuktimengurangi

CmaxdanCmintelaprevirsebanyak15%dan32%.76

Metadon –Koadministrasidengantelaprevirdapatmengurangilamakerjametadonsebanyak 30Ͳ40%namuntidakadaanjuranpengaturandosis.PemantauanEKGbaselinedan rutinharusdilakukanpadapemberianmetadonkarenatelahdilaporkankejadian pemanjanganintervalQTdantorsadesdepointes.74,77

PegͲInterferon

Tenofovir –TelahdilaporkankejadiangagalhatipadakoinfeksiHIVͲVHCdengansirosisdalam pengobatan kombinasi tenofovirdan pegͲIFN. Monitor gejala gagal hati dan anemia.78

Zidovudin –Terdapatrisikosignifikanterjadinyaanemiasehinggapemberianzidovudinbersama pegͲIFN/RBVtidakdianjurkan.78

Stavudin –Insidenspankreatitisdanasidosislaktatmencapai3%padapemberiansecara bersamaandenganpegͲIFN/RBV.78

Lamivudin –Tidakadainteraksifarmakokinetiknamuntelahdilaporkankejadiangagalhatipada koinfeksiHIVͲVHCdengansirosisdalampengobatankombinasilamivudindanpegͲ IFN.Monitorgejalagagalhatidananemia.78

Emtricitabin–RisikogagalhatidilaporkanlebihtinggipadapemberianbersamaandenganpegͲ IFN/RBV.Pantaumunculnyagejalagagalhatidananemia.78

(40)

Rangkuman

x SemuapasienVHCdengan risiko(LSL,penasun,WPS, WBP)dianjurkan mendapatkan konselingdanpemeriksaanHIV

x SeluruhpasiendenganHIVAIDSdianjurkanuntukmelakukanpemeriksaanantiVHC

x PemeriksaaninfeksiHIVmeliputitesantibodiHIV,hitungselCD4,teshitungRNAHIV,dan pemeriksaandarahperiferlengkap,SGOT/SGPT,Ureum,Urinalisis,GulaDarahPuasa,dan ProfilLipid.

x SetiappasienkoinfeksiHIVͲVHCharusdiskriningadanyapajananlamahepatitisBdan hepatitisA.VaksinasihepatitisAdanBdiberikanapabilatidakditemukanadanyainfeksilama x PemeriksaaninfeksiVHCmeliputipemeriksaanserologidanpemeriksaanmolekuler

x PemeriksaanserologiinfeksiVHC,antiͲVHC,dapatdigunakanuntukpenapisaninfeksivirus hepatitisC

x PemeriksaanmolekulerterdiriataspemeriksaanRNAVHCkuantitatifdankualitatif.

x PenentuaninfeksiVHCakutmaupunkronikdilakukanmelaluipemeriksaanantiVHCdanRNA VHC

x Genotip1merupakangenotipVHCterbanyakpadapasienkoinfeksi HIVͲVHC maupun monoinfeksi

x Pasiendengangenotip1dan4memiilikiangkaSVRyanglebihrendahdibandingkangenotip lainnya

x Pemeriksaanbiopsihatidiindikasikanpadapasiengenotip1atau4denganmuatanvirusVHC yangtinggi(>8x105IU/mL)dankomorbid(konsumsialkoholyangberlebihan,koinfeksi denganVHBatauVHD,dankecurigaanhepatotoksisitas)

x Pemeriksaanbiopsihatimerupakanbakuemasuntukmenentukanderajatfibrosishati x PemeriksaannonͲinvasifyangdapatdigunakanuntukmenentukanderajatfibrosishatiantara

lain ARFI, ET, APRI maupun pemeriksaan ini belum dapat menggantikan biopsi hati sepenuhnya

x Evaluasikomorbidmeliputigangguanpsikiatridankonsumsialkoholharusdilakukansebelum memulaiterapihepatitisC

x InisiasiterapipadapasienkoinfeksiHIVͲVHCdilakukanatasdasarpemeriksaanklinisdan laboratorium

x PasienkoinfeksiHIVͲVHCdengannilaiCD4 ч350sel/mm3perlumendapatkanterapiARV hinggakondisistabilsebelummendapatkanterapiuntukhepatitisC

x Kondisistabil:peningkatannilaiCD4,teratasinyainfeksioportunistik,konsumsiARVyang teratur

x TerapihepatitisCpadapasiendenganHIVͲVHCdapatdimulaiapabilanilaiCD4>350sel/mm3 x RegimenterapihepatitisCpadapasiendenganHIVͲVHCmeliputipegylatedinterferon ɲ2a

atauɲ2bdanribavirinselama12bulan.Dosispegylatedinterferonɲ2aadalah180ђg1kali seminggu,sementaradosis ɲ2badalah1,5 ђg/kgBBperminggu.Dosisribavirintergantung kepadagenotip,dimanagenotip2dan3mendapatkandosis800mg/hari,dangenotip1dan 4tergantungkepadanilaiRNAVHC.Pasiendengangenotip1dan4denganRNAVHCrendah (ч8x105IU/mL)mendapatkandosis800mg/hari,sementarapasiendenganRNAVHCtinggi

9

9 9 9 9 9 9

9 9

9

9

9 9

9

9

9

9 9

9 9

9

9 9 9

9 9 9

(41)

mendapatkandosis1000Ͳ1200mg/hari

x TerapiumumdalamtatalaksanaHIVAIDSadalah2NRTIdengan1NNRTI/PI(didahului pemberianritonavir)/INSTI/CCR5antagonis

x KombinasiARVyangdisarankanadalahtenofovirdanemtricitabin(NRTI)ataulamivudine ditambahdenganefavirens

x Pemberianprotea

Gambar

Tabel 2.1. Rekomendasi jadwal pemeriksaan laboratorium selama terapi ARV berdasarkan panduan panelDepartment of Human Health and Services (HHS US, AIDSinfo) tahun 2013.52
Tabel 2.2. Geno p VHC pada Koinfeksi HIV-VHC dan Monoinfeksi VHC32
Gambar 2.4. Inisiasi terapi VHC pada pasien koinfeksi HIV-VHC  Kondisi stabil dide nisikan sebagai teratasinya infeksi oportunis k, peningkatan nilai CD4, dan teraturnya penggunaan ARV
Tabel 2.6. Pilihan regimen an�retroviral lini pertama untuk dewasa dan adolesens.43
+3

Referensi

Dokumen terkait

• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat

Dengan demikian, berdasarkan tabel tentang kisaran teoritis tersebut dapat diketahui bahwa partisipasi anggaran memiliki kisaran rerata 21,79 masuk dalam

Tujuan dari pembuatan aplikasi sistem komputer ini adalah untuk membantu pihak koperasi dalam penginputan data simpan pinjam dan pencarian data serta kesimpulan data transaksi

toleransi stres dengan kelelahan”.Kondisi ini disebabkan setiap hari perawat selalu dihadapkan pada beban kerja tinggi baik fisik maupun mental.Keadaan demikian yang

 Momen inersia penampang baja equivalen terhadap garis netral komposit Ic = Ioc + Ac.. Untuk diameter paku shear connector tidak boleh

Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah,

BUMN non infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya diluar bidang di atas. Perusahaan bidang konstruksi termasuk dalam perusahaan BUMN non infrastruktur. Dengan

penelitian ini dapat berguna bagi penulis serta para pembaca pada umumnya.. Judul : Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI Materi Ketentuan Thaharah melalui