• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan IPTEK serta informasi berkembang sangat pesat. Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan IPTEK serta informasi berkembang sangat pesat. Remaja"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan IPTEK serta informasi berkembang sangat pesat. Remaja adalah masa transisi menuju dewasa, sekaligus usia yang rentan permasalahan, salah satu masalah yang sampai saat ini belum dapat dipecahkan adalah penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adikatif lainnya atau dikenal dengan NAPZA, penggunanya kian hari semakin bertambah dan lebih parahnya lagi telah digunakan juga oleh siswa-siswa, khususnya usia-usia tingkat SLTP dan SLTA, hal ini tentunya menumbuhkan kekhawatiran dari pihak keluarga, sekolah maupun lingkungan sosial remaja.

Semakin maraknya peredaran narkoba yang mengkait dalam berbagai segi kehidupan yang bearakibat negatif, penyalahgunaan narkotika,psikotropika dan zat-zat adiktif (napza) merupakan masalah yang kompleks. Baik bagi pengguna maupun bagi keluarganya, lingkungan sosialnya maupun lingkungan masyarakatnya. Sehingga dapat membahayakan masa depan khususnya remaja.

Dewasa ini, penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Data baru sampai juni 2009 saja, menunjukkan kasus meningkat tajam. (Mabes Polri, juni 2009). Badan Narkotika Negara mencatat kasus penyalahgunaan narkoba untuk tahun 2004 sampai 2009 (juni) seprti pada table dibawah ini.

(2)

Tabel 1.1

Kasus Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2004-2009 (juni) Jenis kasus 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jenis kasus 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Narkotika 3869 4000 1.137.853 2.100.000 2.600.000 2.921.000 Psikotropika 3884 3098 53.147 1.082.000 780.000 654.000 Bhn Adiktif 648 330 9000 18.000 20.000 25.000 Jumlah 8401 7408 1.200.000 3.200.000 3.400.000 3.600.000 Sumber BNN. Juni 2009

Penggunaan narkoba semakin merebak dan penyelundupannya semakin meningkat dalam segala bentuknya. Menurut BNN 2009 data terakhir pecandu narkoba adalah 3,6 juta orang (BNN 2009). Bila diasumsikan rata-rata setiap pecandu membelanjakan Rp 100 ribu setiap hari untuk narkoba, setiap hari dibelanjakan Rp 360 miliar untuk “anggaran” merusak generasi muda bangsa melalui narkoba. Sungguh memprihatinkan. Apakah peredaran narkoba sudah sangat merusak kehidupan remaja kita?

BNN 2009 memaparkan pula hasil penelitian tentang kota-kota besar (ibu kota provinsi) yang penggunaan narkobanya melebihi angka rata-rata nasional yaitu 3,9 persen. Lima besar kota tersebut adalah Medan (6,4 persen), Surabaya (6,3 persen), Ternate (5,9 persen), Padang (5,5 persen), Bandung (5,1 persen), tentu saja di luar wilayah jabotabek yang angkanya masih

(3)

terbilang cukup besar dengan ditemukan dan di berangusnya pabrik-pabrik kakap pembuat narkoba, tidak kunjung meredakan angka peredaran zat haram tersebut.

Bila diasumsikan rata-rata setiap pecandu Narkoba dan napza, merupakan istilah untuk sekelompok bahan yang umumnya menyebabkan efek ketergantungan negatif bagi penggunanya. Dalam dunia medis, kelompok zat ini bermanfaat dalam terapi pembiusan (anestesia) pada berbagai tindakan operasi dan penghilang rasa nyeri (analgetika) pada berbagai jenis penyakit saraf atau penyakit keganasan (kanker). Saat disalahgunakan untuk individu sehat, terjadilah efek adiksi (ketergantungan) yang sangat menyiksa pemakainya dan sulit dihentikan.

Sampai saat ini, penggunaan dan penyelundupan narkoba sudah sampai taraf memperihatinkan. Kepentingan bisnis yang menggiurkan sudah menggelapkan mata hati pelakunya sehingga tidak berpikir sehat tentang harga mahal yang harus dibayar, yaitu hilangnya akal sehat sebagian generasi penerus bangsa. Pada gilirannya, bukan mustahil kita akan kehilangan satu generasi penting dari bangsa ini. Menurut data UNODC hampir seluruh penduduk dunia secara merata di semua benua dapat dengan mudah mendapat narkoba.

Upaya pemberantasan narkoba pun sering dilakukan, tetapi merupakan pekerjaan berat untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa. Bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus. Awal petaka ini terjadi pada di masa awal remaja (peralihan dunia anak ke dunia dewasa). Pada saat pencarian identitas diri ini, remaja cenderung mengaktualisasikan jati dirinya dengan mencoba hal baru yang dipandang hebat oleh komunitasnya. Berani memakai narkoba dan minuman keras adalah salah satu contoh.

Yang tidak kalah memprihatinkannya adalah cara pengedar yang sudah “kelewatan” dalam mencari “mangsa”. Salah satu modus operandi yang pernah terungkap adalah mengemas narkoba dalam bentuk permen/cokelat yang menarik dan di edarkan disekolah dasar terutama di

(4)

kota besar. Target mereka, episode lanjutannya adalah “memelihara” anak-anak ini untuk terus menjadi bagian dari mata rantai bisnis peredaran narkoba tersebut.

Salah satu penelitian mendapatkan fenomena tersebut banyaknya anak di rentang usia 10-13 tahun yang menjadi pecandu narkoba (Yayasan Cinta Anak Bangsa,2008). Hasil survei lainnya menunjukkan, 7 persen anak kelompok usia 12-19 tahun pernah coba-coba menggunakan narkoba.

Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Universitas Indonesia juga telah melakukan penelitian. Data ilmiah ini mendapatkan hasil, anak usia 7 tahun ada yang mengonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup), pada usia 8 tahun ada yang sudah mengenal ganja. Kelompok usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dengan jenis yang lebih beragam lagi, seperti inhalan, ganja, heroin. Jadi terdapat kecendrungan ekskalasi (peningkatan) kualitas maupun kuantitas zat adiktif yang digunakan dengan meningkatnya usia anak menjelang dewasa.

Menurut Karsono (Yuningsih, 2007:2) kerugian pada bidang pendidikan memiliki persentase yang cukup tinggi, 96% prestasi sekolah merosot bagi mereka yang menggunakan narkoba, dan tidak sedikit para siswa yang menyalahgunakan narkoba sering mengajak atau mempengaruhi siswa lainnya untuk menggunakan narkoba, disamping itu mereka juga dijadikan sebagai pengedar narkoba di lingkungan sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diungkapkan bahwa mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba paling banyak adalah kelompok usia sekolah khususnya pada usia remaja antara 15-24 tahun.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga November 2007 jumlah pemakai narkoba di Indonesia diperkirakan ada 3,2 juta pemakai dengan angka kematian 18.000 orang

(5)

pertahun. Dan menurut Kapolri angka itu bisa lebih besar lagi karena Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) menghitung dalam angka taksiran terendah. Sedangkan jumlah pemakai narkoba dengan alat suntik jarum yang belum terjangkau diperkirakan masih banyak.

Istilah Napza mengacu kepada Narkotika dan psikotropika, yang undang-undangnya sudah berlaku yaitu Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Hafid (Amelia 2007:4) menemukan bahwa penyalahgunaan narkoba diakibatkan karena ingin mendapatkan kenikmatan, menghilangkan kecemasan dan rendah diri bila bergaul dengan teman, dan lain sebagainya. Dari ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa penyalahgunaan narkoba ini tidak hanya begitu saja timbul, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan remaja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu khususnya remaja diantaranya rasa ingin tahu, keadaan diri yang mudah putus asa atau kecewa, ataupun dari luar diri seperti keadaan keluarga yang kurang atau tidak harmonis, ajakan maupun tuntunan dari teman sebayanya, dan tentunya keberadaan narkoba itu sendiri yang pada saat ini dapat dibilang mudah untuk mendapatkannya.

Penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja dapat dikategorikan sebagai bentuk gangguan pribadi remaja. Pribadi remaja dapat diartikan prilaku sosial remaja yang tampak secara dinamis dalam penyesuaian diri dilingkungan. Keadaan pribadi remaja tidak terlepas dari karakteristik perkembangan masa remaja yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, mental, dan sosial. Terjadinya gangguan pribadi remaja ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap dampak prilaku terhadap orang lain. Selain dari pada itu remaja tidak mampu untuk mengekspresikan dan berprilaku secara wajar dirumah, sekolah dan di lingkungan masyarakat.

(6)

Gangguan pribadi remaja diakibatkan remaja tidak mampu mengubah pribadi yang sesuai dengan yang diinginkan dan dengan norma yang seharusnya.

Gangguan pribadi dialami remaja merupakan prilaku yang dapat merugikan remaja. Remaja yang tidak dapat mengatasinya mencari pemecahannya dengan memilih terlibat penyalahgunaan NAPZA. Namun remaja yang dapat mengatasinya akan menjadi remaja yang memiliki pribadi yang utuh sesuai dengan keinginan remaja. Hal ini dapat mencegah remaja untuk tidak terlibat penyalahgunaan NAPZA.

Pembentukkan pribadi remaja tidak terlepas dari peranan keluarga. Keluarga bagi remaja merupakan tempat pertama dalam membentuk pribadi sehingga diperlukannya kondisi keluarga yang harmonis.

Kondisi keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orang tua dan hubungan interpersonal antara keluarga. Hubungan interpersonal antara keluarga merupakan hubungan sesama anggota keluarga yaitu hubungan antara ayah, ibu dan anak. Hubungan sesama anggota keluarga terjalin dengan baik maka dapat terciptanya kondisi keluarga yang baik. Kondisi keluarga yang baik merupakan perwujudan kondisi kualitas hubungan antarpribadi baik intern maupun antar keluarga.

Terciptanya kondisi keluarga yang baik diharapkan remaja dapat mencurahkan perasaan yang dirasakannya, dan dapat memecahkan serta menyelesaikan masalahnya. Dimana bahwa remaja merupakan masa usia bermasalah yang tidak mampu mengatasi masalah. Sebagaimana diungkapkan Hurlock (1997:208) bahwa:

“Masalah masa remaja sering menjadi masalah sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan ..karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya

(7)

menurut cara mereka yakni, banyak remaja ahirnya menemukan penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.”

Hasil penelitian tersebut ternyata menunjukkan bahwa prilaku sosial remaja sangat berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Sehingga diperlukan peranan orang tua agar dapat terhindarnya penyalahgunaan narkoba pada remaja. Bila hubungan orang tua dan remaja tidak baik, maka remaja akan terlepas ikatan psikologisnya dengan orang tua. Hal ini remaja akan mudah terlibat penyalahgunaan NAPZA.

Selain itu sangat diperlukan adanya upaya penyembuhan atau pemulihan bagi para pecandu narkoba yang sangat kuat terhadap narkoba. Pecandu adalah orang-orang yang menggunakan zat pengubah pikiran dan suasana hati, yang dapat menyebabkan masalah disetiap segi kehidupan. Sedangkan kecanduan adalah suatu penyakit yang melibatkan lebih dari sekedar penggunaan narkoba itu sendiri. Salah satu aspek dari kecanduan adalah ketidakmampuan pecandu untuk menghadapi kehidupan sebagaimana mestinya. Perilaku obsesif merupakan faktor yang paling umum didalam diri orang-orang yang kecanduan. Sebagian pola kecanduan adalah bahwa pecandu tidak merasa berkecukupan.

Salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam pemulihan kecanduan adalah tempat rehabilitasi. Dengan adanya program pemulihan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Remaja Inabah ini, diharapkan dapat merubah prilaku sosial remaja korban penyalahgunaan narkoba ke arah yang lebih baik. Sehingga korban penyalahgunaan narkoba ini dapat menemukan hal-hal yang baru. Pola hidup yang baru dan teratur tanpa narkoba.

Proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Suryalaya Inabah ini juga meliputi penyembuhan atau proses dalam menangani masalah sosial yang ada melalui pendekatan medis, psikologis, sosial dan spritualnya. Aspek inilah yang dilakukan agar korban penyalahgunaan narkoba dapat

(8)

kembali menatap kehidupan yang lebih baik, sehingga dapat diterima kembali di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dadang Hawari (2007:132) mengungkapkan tentang pengertian rehabilitasi atau proses pemulihan penyalahgunaan narkoba yaitu upaya memulihkan dan mengendalikan kondisi para mantan penyalahgunaan narkoba kembali sehat dalam arti fisik, psikologis, sosial dan agama.Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya baik dirumah, disekolah, ditempat-tempat kerja dan lingkungan sosialnya

Karena panti rehabilitasi di Pondok Remaja Inabah ini berbentuk pesantren maka didalam resosialisai remaja korban penyalahgunaan narkoba di ponpes ini lebih ditekankan dalam hal keagamaan. Seperti metode pendekatan secara spiritual dan religi. Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap para korban penyalahgunaan narkoba ini ternyata memegang peranan penting. Baik dari segi pencegahan (prevensi), terapi maupun rehabilitasi.Unsur keagamaan dalam terapi proses pemulihan korban penyalahgunaan narkoba dalam upaya mengubah prilaku sosial remaja ini sangat mempunyai arti penting dalam mencapai penyembuhan. Karena dalam hal ini unsur agama, apalagi dalam ajaran agama Islam unsur pemulihan melalui unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya diri, tentang harapan dan keimanan.

Adapun program dan metode yang dapat mempercepat dalam proses penyembuhan dari para mantan pecandu narkoba adalah melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) yang meliputi:

1. Bersuci dan hadats: Mandi dan Wudhu 2. Talqin Dzikir, jahar dan Khofi

(9)

3. Ibadah dan doa: Sholat dan puasa

4. Disiplin waktu yang tercermin dalam jadwal kegiatan perawatan Anak Bina/resident selama 24 jam penuh.

5. Qiyamul-lail atau bangun dimalam hari dan shalat malam 6. Bertaubat dan berusaha untuk sembuh

Berdasarkan jenis metode yang tercantum di atas, salah satunya adalah melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) yang sangat penting diterapkan dalam resosialisasi remaja korban narkoba. Di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya metode terapi keagamaan (psikoreligius) adalah salah satu metode paling ampuh dalam mendekatkan diri kepada Allah. Karena melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) ini, semua setan dan iblis akan menyingkir dari hadapan manusia. Adapun ayat yang tercantum dalam surat:

(Q.S Ar-Ra’du ayat: 28)

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram”.

Melalui pembinaan ini diharapkan terjadi perubahan dalam diri korban penyalahgunaan narkoba kearah yang lebih baik serta mengubah prilaku sosial remaja ke nilai-nilai kemajuan yang terarah pada norma-norma yang berlaku di masyarakat.

(10)

Resosialisasi TQN Pondok Pesantren Suryalaya mempunya tujuan yang sama dengan tujuan Islam itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha Allah, sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Sebagaimana yang selalu dibaca para pengamalnya sebagai mu-qaddimah yang mesti dibaca sebelum melakukan Dzikrullah. Adapun empat macam tujuan resosialisasi TQN adalah:

1. Taqarrub kepada AllahSWT; yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan dzikirullah.

2. Menuju jalan Mardhotillah, yaitu menuju jalan yang diridai Allah SWT, baik dalam ‘ubudiyyah maupun di luar ubudiyyah dan mengharapkan keridhaan-nya dalam setiap kehidupan kita.

3. Kema’rifatan (al-ma’rifah); melihat tuhan dengan mata hati, sehingga gamblang, tidak ragu-ragu atau bimbang terhadap Allah, baik terhadap zat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya.

4. Kemahabbahan (kecintaan) terhadap Allah “Dzat Laisa kamislihi Syaiun” yang mana dalam mahabbah iyu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati.

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai :

Resosialisasi Remaja Korban Narkoba Dengan Metode Terapi Keagamaan (Psikoreligius) Di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya Kabupaten Tasikmalaya.

(11)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, agar penelitian ini dapat mengungkap secara mendalam berbagai masalah yang akan diteliti, untuk itu dibuat fokus penelitian. Adapun fokus penelitian ini adalah “Apakah resosialisasi melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) dapat mengubah prilaku sosial remaja di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba?”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana resosialisasi remaja korban penyalahgunaan narkoba melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) di Pondok Pesantren Remaja Inabah VII Putra Suryalaya Kabupaten Tasikmalaya?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat penerapan metode terapi keagamaan (psikoreligius) di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya dalam upaya resosialisasi remaja korban penyalahgunaan narkoba?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan permasalahan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana prilaku sosial yang ditunjukkan dalam upaya pemulihan korban penyalahgunaan narkoba melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius)di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya Kabupaten Tasikmalaya.

(12)

b. Untuk mencari faktor yang menjadi penghambat penerapan dari metode terapi keagamaan (psokoreligius) yang diterapkan Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya.

2. Manfaat Penelitian

1) Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk:

1) Memberikan informasi dan masukan tentang bagaimana perilaku sosial yang ditunjukkan korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Remaja Inabah Suryalaya.

2) Memberikan gambaran bagaimana faktor yang menjadi penghambat resosialisasi remaja korban penyalahgunaan narkoba melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius) yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Remaja Inabah Putra Suralaya dalam upaya mengubah prilaku sosial remaja.

b. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan penulis baik secara teoritis maupun secara praktis khususnya tentang proses pemulihan korban penyalahgunaan narkoba melalui pendekatan melalui metode terapi keagamaan (psikoreligius).

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan data hasil temuan secara lengkap, sehingga dapat memperluas pengalaman dan pemahaman mengenai proses pemulihan penyalahgunaan narkoba dalam upaya mengubah prilaku sosial remaja.

3) Sebagai basis pencegahan dan penambah wawasan untuk lebih memahami tentang bahayanya penyalahgunaan narkoba, agar dapat terciptanya kondisi religiositas

(13)

yang baik, sehingga dapat terbentengi diri baik secara mental dan prilaku dari hal-hal negatif dalam pergaulan.

4) Untuk memahami dan mengerti bahwa penyalahgunaan narkoba sangat berbahaya bagi kesehatan khususnya pada generasi muda yang menjadi penerus bangsa serta sebagai bimbingan ahlak yang baik dari penelitian ini khususnya pada penulis sehingga lebih paham dan mengerti bahaya-nya penggunaan narkoba .

Referensi

Dokumen terkait

Seorang admin memiliki hak akses penuh ke semua tabel untuk mengelola data pada aplikasi dan memantau user selama proses pemesanan, apakah ada pesanan masuk

• Jika dukungan/bantuan hanya diberikan kepada sejumlah penerima bantuan yang ada sekarang dengan anggota keluarga Lansia dan Difabel, program tidak dapat secara maksimal

- Contoh Surat Pemberitahuan Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) adalah

3. Keterbatasan SDM yang handal baik dari segi jumlah maupun kualifikasi serta kualitas masih jauh dari ideal untuk mengelola arsip secara modern dan profesional

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan melalui penerapan teknik pembelajaran taboo di kelas IV Sekolah

Selain itu pada bagian ini akan membahas mengenai metodologi pengembangan sistem dan kakas pemodelan yang akan digunakan dalam membangun E-learning Dengan

c) haluskan permukaan dengan ampelas dan bersihkan dari debu; d) ulaskan satu lapisan meni dan biarkan kering. 5.1.1.2 Kayu yang pernah dicat atau dipernis Persiapan yang

(Sumber: RPJMN 2015-2019) Revolusi Mental menjadi upaya mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan