KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN BENTOS DI SUNGAI BATANG KUANTAN KABUPATEN SIJUNJUNG
Reren Maria Junita,Nurhadi, Nursyahra
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera barat
ABSTRACT
Influence of benthos have be affected environment in water factor, biological factor although physics and chemistry water. Benthos compositions make be indicator in thr water quality. Study to know compositions and diversity benthos in Batang Kuantan River. Research until Maret 2013 with Survey Descriptive method. It was do effect in gold mining waste. Total of 13 genus of the benthos the belonging 3 classis, 6 ordo, and 12 famili. The highest of density showedin the station I (1437,77 individu/m2), and the lowest density showed in the station II (177,34 individu/m2). The highest frequency showed in the stasion I (8,00) and the lowest frequency showed in the station II (1,66). Indeks Diversity the benthos turn of 0,5625-2,0358, thus Batang Kuantan River heavily polluted category. Physics and chemistry factor of the Batang Kuantan River still suitable for life the benthos.
Key words: Benthos, Composition and Indeks Diversity
PENDAHULUAN
Sungai merupakan suatu ekosistem
yang sangat komplit dan dinamis,
keberadaannya ditentukan oleh faktor biotik dan abiotik. Terganggunya kualitas air disebabkan perubahan ekosistem dalam perairan seperti terjadinya pencemaran.
Suatu lingkungan hidup dikatakan
tercemar apabila terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu,akibat masuknya dan dimasukannya suatu zat atau benda asing kedalam tatanan lingkungan tersebut.
Menurut Suin (2002) bahwa
perubahan kondisi perairan yang terjadi
karena limbah pabrik dan lainnya
menyebabkan kematian terhadap
organisme air karena kehidupan air sangat tergantung pada faktor fisika kimia air. Menurut Sachlan (1974) bila terjadi perubahan terhadap salah satu komponen dalam perairan, maka pengaruhnya akan terlihat pada keanekaragaman flora dan fauna yang hidup didalamnya. Adanya penambangan emas di Sungai Btang
Kuantan Kabupaten Sijunjung akan
mempengaruhi keanekaragaman serta
kepadatan organisme perairan tersebut salah satunya adalah bentos.
Bentos adalah adalah organisme yang hidup didasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Bentos memegang beberapa
peranan penting dalm peraira seperti dekomposisi dan mineralisis meterial organik yang memesuki perairan dan menduduki beberapa tingkat trofik dalam rantai makan (Odum, 1993).
Sastrawijaya (2009) mengatakan bahwa bentos juga dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam pencemaran air sungai. Sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk kehabitatnya. Kelompok sewan tersebut
dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor lingkungan dari waktu kewaktu.
Sehubungan dengan hal itu maka
telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui komposisi dan
keanekaragaman bentos, faktor fisika
kimia air Sungai Batang Kuantan
Kabupaten Sijunjung.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 7 Maret2013 di Sungai Batang Kuantan Kabupaten Sijunjung. Identifikasi sampel bentos dilakukan pada 16-30 Maret 2013 di Laboratorium Zoologi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Sumbar. Analisis fisika kimia air dilakukan di lapangan (suhu,DO, kecepatan arus), pengukuran TSS, pH dilakukan di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, pengukuran Hg dilakukan
di Laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Padang. Penelitian ini dilakukan dengan metode metode
Survey Deskriptif dan pengambilan
sampel secara Purposive Sampling dengan menetapkan 3 stasiun penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing stasiun yang telah ditetapkan diambil menggunakan Echman Drage dengan cara memasukkan alat tersebut kedasar sungai kemudian jatuhkan pemberat dari atas supaya Echman Drage tertutup dan sampel masuk kedalam Echman Drage kemudian disaring. Hasil saringan yang ditampung dalam plastik diberi formalin 40% sebanyak 1ml untuk pengawetan ditutup dengan isolasi dan diberi label. Setelah pengukuran faktor fisika kimia air, kemudian sampel bentos dibawa kelaboratorium untuk diidentifikasi
.
Adapun langkah-langkah dalam mengidentifikasi adalah: sampel yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah di beri formalin 40% dibawa ke laboratorium. Sampel dipisahkan dari lumpur dan pasir dengan menggunakan saringan biasa dan dimasuk kedalam botol flim yang berisi Alkohol 70% diberi label, sampel tersebut lansung diidentifikasi dan dihitung dengan menggunakan mikroskop Stereo. Bentos yang telah ditemukan
dikelompokkan sampai tingkat genus dengan cara sebagai berikut: bentuk umun dari cangkang, arah putar cangkang, bentuk operculum, kemudian dihitung jumlah individunya. Analisis data yang
dihitung adalah Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Uji Korelasi Jenjang Spearman, dan Indek Diversitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan tentang komposisi dan
keanekaragaman bentos di Sungai Batang
Kuantan Kabupaten Sijunjung didapat hasil penelitian seperti pada tabel berikut.
Tabel 1. Klasifikasi bentos di Sungai Batang Kuntan Kabupaten Sijunjung
Kelas Ordo Famili Genus
1.Gastropoda Mesogastropoda Thiaridae
Hydrobiidae Pleuroceridae Ampullariidae Viviparidae 1.Melanoides 2.Thiara 3.Pachydrobiella 4.Pleurocera 5.Pomace 6.Viviparus 2.Insekta Coleoptera Diptera Odonata Lamperidae Chironomidae Tendipedidae Corduliidae Ghampidae 7.Lampyrus 8.Cironomus 9.Tendipes 10.Macromia 11.Progompus 3.Pelecypoda Unionodae Veneroide Anodontoides Corbiculidae 12.Anodonta 13.Corbicula
Bentos yang ditemukan di Batang Kuantan Kabupaten Sijunjung terdiri dari 3 kelas yaitu Gastropoda, Insekta,
Pelecypoda. Kelas Gastropoda yang
ditemukan terdiri dari 6 genus yaitu Melanoides, Pachydrobiella, Pleurocera, Pomacea, Thiara, Viviparus. Kelas Insekta terdiri dari 5 genus yaitu Lampyrus,
Chironomus, Tendipes, Macromia,
Progompus. Kelas Pelecypoda yang ditemukan hanya terdiri dari 2 genus yaitu Anodonta dan Corbicula.
Genus yang paling banyak
ditemukan adalah dari kelas Gastropoda. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang cocok bagi kehidupan Gastropoda
yang merupakan substrat pasir berlumpur dan suhu berkisar antara 26-28°C dimana suhu ini merupakan suhu yang cocok untuk pertumbuhan Gastropoda, hal ini sesuai dengan pendapat Edward (1988)
dalam Munarto (2010), bahwa Gastropoda dapat melakukan proses metabolisme secara optimal pada kisaran suhu antara
25-32°C. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Hutchinson (1993) dalam
Yeanny (2007), bahwa Gastropoda
merupakan hewan yang dapat hidup dan berkembang dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki kesediaan
makanan dan kehidupannya selalu
dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia perairan seperti suhu, pH, maupun oksigen terlarut.
Pada kelas Insekta ditemukan 5 genus, hal ini disebabkan oleh substrat dasar perairan Sungai Batang Kuantan dominan barpasir berlumpur. Menurut Muhajono (2001) Insekta hidup didalam sedimen atau substrat dasar sungai dengan pola migrasi terbatas dan cenderung menetap. Sedangkan genus yang paling sedikit dutemukan dari kelas Pelecypoda, karena pada Sungai Batang Kuantan ini sudah tercemar oleh limbah penambangan
emas.Menurut Pennak (1978) kelas
Pelecypoda ini makanannya adalah
Zooplankton dan Fitoplankton. Kastoro (1988) dalam Syafikri (2008) menyatakan
Pelecypoda pada umumnya hidup
membenamkan diri dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-benda keras. Odum (1994) menyatakan suhu
merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan distribusi bentos seperti Pelecypoda.Suhu yang terdapat di Sungai Batang Kuantan Kabupaten Sijunjung berkisar antara 260-280C. Sutisna dalam
Supriadi (2011) menyatakan suhu perairan yang cocok untuk kehidupan organisme di laut termasuk Pelecypoda berkisar antara 250-350C.
Dari ketiga stasiun penelitian
didapatkan jumlah total individu
bervariasi. Pada stasiun I ditemukan 32,35 ind/m2, stasiun II ditemukan 3,99 ind/m2, sedangkan pada stasiun III ditemukan 12,33 ind/m2. Genus yang paling banyak ditemukan adalah dari kelas Gastropoda sebanyak 6 genus, dengan total kepadatan 13,00 ind/m2.Sedangkan genus yang paling sedikit ditemukan pada kelas Pelecypoda hanya 2 genus, dengan total kepadatan 0,56 ind/m2. Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata genus seluruh kelas adalah 6,33 dengan rata-rata individu sebanyak 16,22 ind/m2.
Kepadatan relatif tertinggi bentos yang terdapat pada stasiun I ditemukan pada genus Thiara 29,89%. Hal ini disebabkan oleh subsrat stasiun ini pasir berlumpur. Menurut Hutchinson dalam
melimpah pada perairan yang dasar substratnya pasir berlumpur.Kemudian suhu pada stasiun penelitian ini 280C, menurut Michael (1994) bahwa suhu merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan dan penyebaran suatu
spesies. Kepadatan relatif terendah ditemukan pada genus Macromia1,02%. Bahwa kondisi perairan pada stasiun ini tidak dapat mendukung kehidupan hewan bentos ini. Menurut Stone (2011) Insekta (Odonata) dari genus Macromia lebih suka mendiami daerah yang mengalir dimana serangga tersebut dapat bertahan pada arus yang berskala kecil dan sedang.
Pada stasiun II kepadatan relatif tertinggiditemukan pada genus Viviparus 83,46 %. Kepadatan relatif terendah
ditemukan pada genus Thiara dan
Progompus 8,27%. Hal ini disebabkan
karena kondisi yang kurang cocok bagi hehidupan hewan bebtos ini seperti substrat dasar perairan berlumpur.
Menurut Hutchinson dalam Tarigan
(2009) Thiara melimpah pada perairan dengan substrat dasar berpasir. Sedikitnya
genus yang menepati stasiun ini
disebabkan oleh di stasiun II adanya proses penambangan emas.
Pada stasiun III kepadatan relatif tertinggi didapatkan dari genus Thiara 64,88%, kehadiran genus ini mendominasi ketiga stasiun karena substrat dasar Sungai Batang Kuantan pasir berlumpur sehingga cocok untuk pertumbuhan genus Thiara dari kelas Gastropoda. Thiara biasa hidup pada Substrat pasir berlumpur (Pennak
1978). Kepadatan relatif terendah
ditemukan pada genus Progompus 2,68%
Tabel 2. Faktor fisika kimia air di Sungai Batang Kuantan Kabupaten Sijunjung
No Parameter Stasiun I II III 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Suhu (0C) pH DO Kecepatanarus TSS (mg/l) Hg Substrat 28 6,3 7,95 0,13 18 - Berpasir berbatu 26 6,02 8,26 0,10 20 0.00064 Berlumpur 27 6,2 9,82 0,12 21 - Berlumpur berpasir
Dari Tabel 2 di atas faktor Fisika Kimia Sungai Batang Kuantan Kabupaten
Sijunjung pengukuran suhu pada tiap–tiap stasiun tidak menunjukkan perubahan
yang besar. Suhu yang terukur pada tiga stasiun pengamatan berkisar antara 26–
28°C. Menurut Hawkes (1979) dalam
Ginting (2006) suhu perairan yang tidak lebih dari 30°C tidak akan berpengaruh
drastis terhadap kehidupan bentos
sedangkan suhu kritis akan terjadi pada kisaran 30-40°C pada kisaran tersebut bentos dapat mengalami kematian. Derajat keasaman di Sungai Batang Kuantan selama pengamatan bekisar antara 6,02-6,30. Menurut Prescod (1973) dalam
Srinivasan (2000), pH yang berkisar antara 6,5 – 8,5 masih cukup wajar bagi kehidupan biota atau organisme yang ada didalamnya, Hasil pengukuran oksigen terlarut di tiga stasiun di Sungai batang kuntan diperoleh nilai yang berkisar antara 7,95–9,82 mg/1 kisaran oksigen tidak ideal dibutuhkan oleh makhluk hidup di perairan. Menurut Kordi (1996) larutan oksigen ideal untuk kehidupan organisme perairan adalah 5- 7 mg/l. Kecepatan arus pada setiap stasiun pengamatan bervariasi . Kisaran kecepatan arus di Sungai Batang Kuantan yaitu 0,10-0,13m/dt. Kandungan TSS di Sungai Batang Kuantan berkisar antara 18- 21 mg/l. Fardias (1992) mengatakan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar atau cahaya
matahari kedalam air, sehingga
mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis. Sedangkan pengukuran Air
Raksa (Hg) air Sungai Batang Kuantan yaitu 0,00064 mg/l.
Ujikorelasi jenjang spearman dari ketiga stasiun berkorelasi tidak nyata dengan rhitung < rtabel pada taraf α 5%.korelasi jenjang Spearman paling tinggi pada stasiun I dan III yaitu 0,57. Korelasi jenjang Spearman terendah pada stasiun II dan III yaitu -0,27. Sedangkan pada stasiun I dan II (0,12). Hal ini menunjukkan bahwa urutan komposisi bentos pada setiap stasiun tidak sama
(relatif berbeda) . Nilai Indeks
keanekaragaman (H’) yang didapat pada stasiun penelitian berkisar antara 0,5625 -2,0358. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 2,0358. Indeks Diversitas (H’) terendah terdapat pada stasiun II yakni sebesar 0,5625.
Berdasarkan kisaran Indeks
keanekaragaman (H’) yang didapat maka
perairan Sungai Batang Kuantan
Kabupaten Sijunjung termasuk pada
kategori tercemar berat sesuai dengan teori Sastrawijaya (2009) Bila didapat Indeks keanekaragaman H’ < 1,0 maka kondisi perairan dinyatakan tercemar berat
KESIMPULAN
Kompisisi bentos yang
ditemukan yaitu 13 genus yang terdiri dari 3 kelas, yaitu Gastropoda, Insekta dan Pelecypoda. Kalifikasi derajat pencemaran
komunitas bentos adalah tercemar berat faktor fisika kimia air pada Sungai Batang Kuantan berada pada kisaran normal untuk kehidupan hewan bentos.
DAFTAR PUSTAKA
Fardias , S. 1992. Populasi Air dan Udara.Kanisius.Yogyakarta. Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk
Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Odum, 1994.Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Palar H. 1994.Pencemaran dan Logam Semi. Rineka Cipta, Jakarta.
Pennak, RW. 1978. Fresh-Water
Invertebrate Of The United States. Jhon Wiley And Sons, Inc. New York.
Sastrawijaya. AT. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta
Tarigan, L. C. 2009. Studi
Keanekaragaman Makrozoobentos di Danau Lau Kawar Desa Kuta
Gugung Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Karo. Skripsi.
FMIPA Universiras Sumatera
Utara. Medan (diakses tanggal 11 April 2013)
Yeanny, M , S. 2007. Keanekaragaman Makrozoobentos di Muara Sungai
Belawan. Fakultas MIPA
Universitas Sumatera Utara.
Medan (diakses tanggal 27