• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II MI TAMRINUL ULUM JETIS GENTAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II MI TAMRINUL ULUM JETIS GENTAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

MI TAMRINUL ULUM JETIS GENTAN SUSUKAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

HERI SULISTIOWATI (115-12-033)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

MI TAMRINUL ULUM JETIS GENTAN SUSUKAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

HERI SULISTIOWATI (115-12-033)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

MI TAMRINUL ULUM JETIS GENTAN SUSUKAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

HERI SULISTIOWATI (115-12-033)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan

beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran” (Q.S Al’ Ashr ayat 2-3)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua yang sangat saya cintai (Bapak Jumri dan Ibu Surati) yang selalu

menghadiahkan doa serta harapan yang indah untuk anaknya.

Adik- adiknya mbak (wawan dan doko) dan mbah yang saya sayangi serta sanak keluarga yang selalu memberi semangat dan doa.

Dosen dan guru yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi saya dalam menempuh pendidikan ini.

Sahabat-sahabat mahasiswa pejuang skripsi serta seluruh keluarga besar PGMI angkatan 2012 yang tak henti-hentinya memotivasi saya untuk menyelesaikan tugas ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan

cahaya Islam. Suatu kebanggaan tersendiri, jika skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam

proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa

pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

(10)

4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memotivasi serta membimbing peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian

ini.

5. Bapak dan ibu dosen seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

ilmu, arahan, dan bimbingannya.

6. Bapak Sidik S.PdI. selaku kepala MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.

7. Ibu Sri Wahyuni, S.PdI. selaku wali kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan

Susukan kabupaten Semarang yang berkenan menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah berkenan untuk menjadi subjek penelitian. 8. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi serta teman-

teman PGMI angkatan 2012 yang senantiasa berjuang bersama-sama dan saling memberi dukungan.

10.Tidak lupa seluruh Siswa-siswi kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan

Susukan Kabupaten Semarang yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

Atas jasa yang telah diberikan, penulis hanya dapat memohon doa semoga amalnya mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis juga dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang

(11)
(12)

ABSTRAK

Sulistiowati, Heri. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016-2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar dan Metode Jarimatika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode Jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016-2017. Subyek penelitian ini guru mata pelajaran Matematika dan siswa kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang terdiri dari 17 siswa yaitu 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai April sampai Agustus 2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan membandingkan pencapaian nilai tiap siklus dengan ditandai peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8

1. Hipotesis Tindakan... 8

2. Indikator Keberhasilan ... 8

(14)

1. Manfaat Teoritik... 9

2. Manfaat Praktik ... 9

F. Definisi Operasional... 10

1. Hasil Belajar ... 10

2. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan ... 11

3. Metode Jarimatika ... 12

G. Metode Penelitian ... 15

1. Rancangan Penelitian ... 15

2. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian ... 17

3. Langkah-langkah Penelitian ... 18

4. Instrumen Penelitian... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Analisis Data ... 29

H. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 32

A. Peningkatan Hasil Belajar ... 32

1. Pengertian Hasil Belajar ... 32

2. Prinsip-prinsip Belajar dalam Pembelajaran ... 40

3. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 53

B. Pembelajaran Matematika ... 56

1. Pengertian Matematika... 56

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Siswa SD/MI ... 57

(15)

SD/MI ... 59

4. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan dalam Pembelajaran Matematika SD/MI ... 60

C. Metode Jarimatika ... 64

1. Pengertian Metode Jarimatika ... 64

2. Langkah–langkah Metode Jarimatika ... 65

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jarimatika ... 75

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 76

A. Deskripsi Kondisi ... 76

1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Matematika ... 76

2. Data Keadaan Siswa ... 77

3. Pelaksanaan Penelitian ... 78

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 79

1. Perencanaan Tindakan ... 79

2. Pelaksanaan Tindakan ... 79

3. Pengamatan / Observasi ... 81

4. Refleksi ... 84

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 85

1. Perencanaan Tindakan ... 85

2. Pelaksanaan Tindakan ... 86

3. Pengamatan / Observasi ... 88

(16)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 93

1. Deskripsi Pra Siklus ... 93

2. Deskripsi Data Siklus I ... 95

3. Deskripsi Data Siklus II ... 96

B. Pembahasan ... 97

1. Siklus I ... 99

2. Siklus II ... 105

3. Rekapitulasi Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II ... 111

BAB V PENUTUP ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Keadaan Siswa... 18

Tabel 1.2 Lembar Observasi Guru ... 26

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 59

Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian ... 76

Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa... 77

Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 81

Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I... 84

Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 88

Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus II ... 90

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 94

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I ... 95

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II ... 96

Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 98

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 100

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 106

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian ... 16 Gambar 4.1 Persentase Nilai Evaluasi Siklus I ... 99

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 118

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 135

Lampiran 3 Dokumentasi ... 154

Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus I ... 158

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II ... 161

Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I ... 164

Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus II ... 165

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 166

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 169

Lampiran 10 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 172

Lampiran 11 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 173

Lampiran 12 Profil MI Tamrinul Ulum ... 174

Lampiran 13 Surat Pengantar Lembaga ... 180

Lampiran 14 Surat Keterangan Peneliti ... 181

Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi ... 182

Lampiran 16 Nilai SKK ... 183

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika, menurut Russefendi, (dalam Heruman, 2010: 1)

adalah simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,

mulai dari unsur yang tidak terdefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Dalam Ensiklopedia Matematika (Ismunamto,dkk,2011: 13), Matematika (dari bahasa yunani : M matiká) adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para

Matematikawan mencari beberapa pola, merumuskan dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan

definisi-definisi yang bersesuaian.

Matematika merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan telaah terhadap bentuk atau struktur yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan

semacam konsep. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila kita belajar Matematika, kita belajar tentang konsep dan struktur yang terdapat

dalam bahasan yang dipelajari. Di samping itu kita juga mencari kaitan antara konsep dengan struktur yang ada.

Dalam dunia pendidikan, Matematika sangatlah diperlukan. Di

(21)

bahkan dalam dunia pendidikan prasekolah, misalnya taman kanak-kanak, keberadaan Matematika selalu diperlukan. Kehadiran Matematika dalam

dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari tentu sangat bermanfaat, karena dapat digunakan untuk berhitung, mengolah data,

berdagang, dan dapat membantu bidang studi lainnya seperti bidang akuntansi, perpajakan, geografi, farmasi, fisika, dan kimia (Ismunamto,dkk, 2011: 19).

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli Matematika SD/MI dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru

hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan Matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta

tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran Matematika.

Konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD/MI dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) penanaman konsep dasar (penanaman konsep) merupakan pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.(2)

pemahaman konsep,yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep. (3) pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman

konsep dan pemahaman konsep. Memang tujuan akhir pembelajaran Matematika SD/MI ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,

(22)

benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa (Heruman, 2010: 2-3).

Berdasarkan tujuan akhir pembelajaran Matematika SD/MI tersebut maka pembelajaran Matematika tidak hanya sebagai pembelajaran

yang menekankan pada pengetahuan dan konsep saja, tetapi juga sebagai pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa agar pembelajaran Matematika dapat digunakan dan bermanfaat

dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasi pembelajaran Matematika pada umumnya anak

tidak suka pelajaran berhitung dalam Matematika. Salah satu penyebabnya adalah cara guru mengajar berhitung dalam Matematika kurang kreatif, cenderung monoton, dan tidak menyesuaikan dengan gaya belajar anak.

Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Apabila anak belajar sesuai dengan gaya belajarnya, maka ia merasa senang dan gembira

sehingga akan betah belajar. Peran guru maupun orang tua sangat besar dalam rangka menuju kesuksesan anak dalam belajar. Guru maupun orang tua perlu memahami gaya belajar anak sehingga gaya mengajar guru

sesuai dengan gaya belajar anak. Apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar anak, maka anak akan bersemangat dalam belajar,

anak akan senang dan gembira dalam belajar, dan anak akan merasa butuh belajar sehingga prestasi akan optimal (Auliya, 2014).

Setelah dilakukan survey di MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan

(23)

yaitu ibu Sri Wahyuni maka ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran Matematika dilihat dari segi siswa, diantaranya kurangnya

pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga perwujudan tujuan pembelajaran belum tercapai, keterampilan dalam

menyelesaikan operasi hitung Matematika masih rendah ditambah dengan kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran. Ada beberapa masalah yang dilihat dari segi guru antara lain: lemahnya pelaksanaan proses

pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah, guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif serta guru masih

menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal tersebut dibuktikan dengan data nilai ulangan yang kurang memuaskan pada mata pelajaran Matematika

menunjukkan dari 17 siswa kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang dengan nilai standart KKM 67 hanya 29%

(5 siswa) yang memenuhi standar KKM, sedangkan yang 71% (12 siswa) mendapat nilai di bawah KKM pada ulangan harian.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

guru kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang yaitu ibu Sri Wahyuni ditemukan beberapa faktor yang

(24)

mengobrol dengan teman, dan ada pula siswa lari-larian kesana-kemari tanpa memperdulikan guru menjelaskan pelajaran Matematika.

Selain faktor tersebut faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapat nilai dibawah standar KKM yaitu kurangnya kreatifitas guru

dalam mengajar yang menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran Matematika. Metode yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi hanya ceramah, tanya jawab dan penugasan sehingga siswa kurang aktif untuk tertarik mengikuti semua proses

pembelajaran. Seorang guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu menciptakan pembelajaran yang menarik,berkesan dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru kelas

mengenai metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang diperlukan adalah metode

yang menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Melalui diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan guru, maka peneliti menawarkan untuk

menggunakan metode Jarimatika sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang ada di kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran

(25)

Penerapan metode Jarimatika mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran Matematika khususnya bagi guru. Guru sebagai fasilitator

dalam pembelajaran harus mampu membimbing, mengarahkan serta melayani siswa dengan sebaik-baiknya. Dengan menggunakan metode

Jarimatika guru dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat mengantar siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Metode Jarimatika adalah metode

yang memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung: kali-bagi-tambah-dan kurang atau disingkat dengan KaBa

TaKu. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya. Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu. Dengan

begitu, mereka akan melakukannya dengan gembira. Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan. Metode Jarimatika

merupakan metode yang menggunakan alat yang tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa di mana menyimpannya (Wulandari, 2011: 17).

Terlebih metode berhitung dengan jari atau Jarimatika dapat mengembangkan beberapa gaya belajar antara lain gaya visual, gaya

auditori dan gaya kinestetik dimana anak belajar berhitung seraya bernyanyi dan memainkan jari-jemari tangan (Auliya, 2014).

Berdasarkan paparan diatas, perlu adanya penyelesaian masalah

(26)

Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016-2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “ Apakah penerapan Metode Jarimatika dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika materi Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan pada siswa kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016-2017?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan melalui Metode Jarimatika pada siswa Kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang Tahun

(27)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Menurut Igak Wardhani & Kuswaya Wihardit (2010: 2.10) hipotesis adalah dugaan tentang cara terbaik untuk menyelesaikan

masalah.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil hipotesis yaitu “ Penerapan Metode Jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas IIMI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang

Tahun Pelajaran 2016-2017”. 2. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode Jarimatika ini dikatakan berhasil apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Ada peningkatan hasil belajar Matematika siswa melalui penerapan metode Jarimatika secara berkelanjutan dari siklus pertama dan kedua.

b. Nilai siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal(KKM) dalam pembelajaran Matematika secara individual sebesar 67serta

(28)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik sebagai berikut:

1. Manfaat secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi

kepada pembaca tentang penerapan metode Jarimatika dalam mata pelajaran Matematika dan sebagai bahan kajian mengenai metode pembelajaran Matematika.

2. Manfaat secara Praktis

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan

dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses kegiatan belajar mengajar siswa.

a. Bagi Siswa

1) Siswa lebih menyukai pelajaran Matematika,

2) Siswa lebih aktif dalam belajar Matematika, 3) Hasil belajar siswa meningkat.

b. Bagi Guru

1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Jarimatika sebagai metode pembelajaran dalam pembelajaran

Matematika,

2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses

(29)

3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga penyampaian

materi pelajaran lebih menarik. c. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai masukkan atau informasi bagi kepala sekolah dalam rangkamengambil suatu kebijakan untuk mengarahkan guru-guru agar mencobamenerapkan model pembelajaran baru untuk

membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman antara yang dimaksud peneliti dengan persepsi yang ditangkap oleh pembaca, maka peneliti memberikan

definisi operasional sebagai berikut: 1. Hasil Belajar

Hasil menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga (Poerwadarminta, 2006:408) adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah,

ladang,hutan, dan sebagainya).

Belajar menurut pengertian psikologis merupakan suatu proses

(30)

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap.

Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya, terampil dalam mengerjakan tugas, dan memiliki apresiasi

yang baik terhadap pelajaran (Arifin, 2011: 303).

Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan

sebuah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran dengan ditandai nilai mencapai KKM ( kriteria

ketuntasan minimal). KKM yang telah ditetapkan dalam pembelajaran Matematika di MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten

Semarang adalah sebesar 67.

2. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,

2006:497-498) menyatakan bahwa “ penjumlahan adalah perihal atau perbuatan menjumlahkan”. Jumlah yang artinya bilangan yang terjadi

dari beberapa bilangan yang dikumpulkan menjadi satu . Contoh:

1. 27 + 31 = 58

(31)

Sedangkan pengurangan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2006:637-638) pengurangan adalah

perbuatan (hal, usaha, dsb) mengurangi atau mengurangkan. Mengurangi ialah mengambil (memotong, mencengkelong) sebagian.

Contoh : 1. 23-20 = 3 2. 50-35 = 15

3. Metode Jarimatika

Metode adalah cara yang ditempuh oleh guru untuk

menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Kastolani,2014:7).

Metode Jarimatika juga disebut jari hitung cepat memiliki arti menggunakan jari untuk menghitung dan berhitung cepat untuk

menghitung KALIBATAKU (kali, bagi, tambah, kurang) dengan cepat (Widiastuti,2009).

Jarimatika adalah cara untuk membuat proses berhitung mudah

dikerjakan. Nilai lebih metode ini antara lain adalah alatnya tidak perlu beli (sudah dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa), tidak

memberatkan memori otak dengan bayangan, serta alat hitungnya tidak akan pernah ketinggalan ataupun disita saat sedang ulangan atau tes. Kalau dulu berhitung dengan jari tangan hanya bisa sampai 10,

(32)

berhitung dengan menggunakan jari, karena akan mengalami kesulitan apabila telah masuk dalam hitungan 10 ke atas. Dengan Jarimatika,

jari-jari tangan kita bisa digunakan untuk operasi tambah kurang lebih dari 10. Bahkan sampai ratusan pun kita masih tetap bisa

menggunakan kesepuluh jari kita (Wulandari, 2011).

Dengan metode Jarimatika, anak dapat dilatih konsentrasi, salah satu caranya adalah anak memejamkan mata ketika menggerakkan jari,

baik ketika belajar formasi jari maupun ketika melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan jari. Kunci utama keberhasilan

belajar metode Jarimatika adalah terus berlatih dan berlatih ( Auliya, 2014).

Sebelum melakukan pembelajaran Matematika menggunakan

metode Jarimatika hendaklah perlu mempelajari langkah- langkah menggunakan metode Jarimatika antara lain (Wulandari, 2011):

a. Perkenalan

Mari berkenalan dengan lambang-lambang yang digunakan di dalam Jarimatika.

(33)

Lalu tangan kiri yang menunjukkan puluhan 10 – 90

b. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan

Mulai kenali bentuk-bentuk operasi penjumlahan dan

pengurangan serta formasi tangannya. Contoh:

1) 1 + 2 = ....

(34)

Dibaca: Tambah satu BUKA, tambah dua BUKA, oke Hasilnya adalah : 3

2) 3 – 1 =...

Formasi Jarimatikanya:

Dibaca: tambah tiga BUKA, kurang satu TUTUP, oke Hasil seperti ditunjukkan oleh tangan yang terakhir yaitu 2

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas artinyapenelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi

diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat (Uno et al, 2011: 41).

(35)

penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan penerapan metode Jarimatika. Penilaian tindakan kelas yang digunakan adalah jenis

kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini

bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami sehingga data yang diperoleh valid.

Rancangan yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas,

pada tahap ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahap-tahap

penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : (Arikunto,dkk, 2008: 16)

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

(36)

2. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian a.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Tamrinul Ulum MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang tahun

pelajaran 2016-2017. Madrasah ini dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan dalam hal metode pembelajaran yang akan meningkatkan kinerja guru maupun hasil

belajar siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai optimal.

b.Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan April – Agustus 2016 di MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan

Kabupaten Semarang. c.Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru Matematika dan siswa kelas II MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016-2017

dengan jumlah siswa 17 yaitu 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini khususnya pada mata pelajaran

(37)

Tabel 1.1 Data Keadaan Siswa

5. Sri Alimatul Haajarullah P

6. Melani Dwi Anggraini P

7. Farissa Zahra Waranggani P

8. Ahmad Mudaffa’ L

9. Muhammad Wahyu Adi Saputra L

10. Endah Kusumaningrum P

11. Nafa Aurelia P

3. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, meliputi perencanaan, tindakan, pelaksanaan, pengamatan (observasi) dari

(38)

tahapan dalam proses penelitian ini disebut siklus. Penelitian ini dikatakan selesai apabila telah mendapatkan hasil yang diharapkan.

Sehingga penelitian ini bisa berlangsung dalam beberapa siklus sesuai dengan hasil yang diharapkan peneliti.

a. Perencanaan

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Jarimatika.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan metode Jarimatika.

3) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Jarimatika.

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan metode

Jarimatika.

5) Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes.

6) Melakukan Evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode Jarimatika.

b. Tindakan atau Pelaksanaan

Dalam hal ini guru menyusun tindakan terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari.

(39)

1) Guru mengadakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode yang sesuai dan menarik perhatian siswa.

2) Guru menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dengan metode jarimatika.

3) Di dalam tindakan ini peneliti melakukan simulasi pelaksanaan, menyiapkan alat pendukung/ sarana lain yang diperlukan, memberikan tugas dan lain sebagainya.

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan, guru menggambarkan obyek yang

diamati. Adapun cara pengamatannya yaitu:

1) Mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah diterapkan dengan metode Jarimatika.

2) Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dan untuk menghasilkan perubahan yang

diharapkan. d. Analisis atau Refleksi

Tahap refleksi, merupakan bagian terpenting sebagai

perenungan mengenai keberhasilan dan atau kegagalan yang ada, baik dengan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi dan cara

analisisnya. Tahap ini untuk mengetahui apakah tindakannya yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak dan juga sebagai bahan untuk merancang perencanaan selanjutnyayang

(40)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Butir soal mata pelajaran Matematika materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Butir Soal Siklus I

A. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar!

1. 12 + 24 = .... a. 36 b. 43

c. 38 2. 36 + 23 = ....

a. 54 b. 59 c. 60

3. 45 + 24 = ... a. 90

b. 88 c. 69 4. 23 + 46 = ....

(41)

b. 69 c. 67

5. 28 + 71 = .... a. 99

b. 98 c. 97 6. 144 + 234 = ...

a. 370 b. 378

c. 380 7. 320 – 10 = ...

a. 300

b. 310 c. 330

8. 276 – 62 = ... a. 270 b. 220

c. 214 9. 286 – 258 =...

(42)

10.388 – 168 = ... a. 230

b. 220 c. 210

B. Jawablah pertanyaan dibawah ini! 1.132 + 148 = ....

2.220 – 19 = ....

3.50 - ... = 48 4.40 + 15 – 50 = ...

5.30 – 20 + 27 = ....

Butir Soal Siklus II

A. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar!

1. 435 + 114 =.... a. 549 b. 548

c. 550

2. 217 + 145 = ....

a. 360 b. 336 c. 362

(43)

a. 443 b. 453

c. 463

4. 138 – 116 = ....

a. 22 b. 32 c. 42

5. 435 – 114 = .... a. 331

b. 301 c. 321

6. Seorang penggembala memiliki 121 itik.

Temannya memiliki 249 itik. Berapakah jumlah itik mereka ?

a. 128 b. 370 c. 470

7. Seorang pedagang buah memiliki 305 jeruk. Ia menambah lagi 114 jeruk.

Berapa jumlah buah jeruk pedagang sekarang? a. 419

b. 429

(44)

8. Andi mempunyai 23 buku tulis.

Ia memberikan buku kepada temannya sebanyak 10 buku

tulis.

Berapa buku yang dimiliki andi sekarang?

a. 9 b. 13 c. 15

9. Pak Robert berdagang 316 buah jeruk. Pagi tadi, laku 53 buah jeruk.

Berapa jumlah buah jeruk pak Robert sekarang? a. 276

b. 283

c. 263

10.Susi mempunyai 45 permen lolipop.

Ia membeli lagi 34 permen lolipop.

Berapa permen lolipop yang dimiliki Susi? a. 79

(45)

B. Jawablah pertanyaan dibawah ini!

1. Bu Rita memiliki 314 manik-manik. Manik- manik itu

dironce 52 manik-manik. Berapa jumlah manik-manik yang belum dironce?

2. Gudang A mampu menampung 317 sak gula. Gudang B mampu menampung 85 sak gula. Berapa sak gula dapat ditampung di kedua gudang itu?

3. Ibu memerlukan 250 telur untuk hidangan tamu. Ibu sudah memiliki persediaan 90 telur. Berapa jumlah telur yamg

masih diperlukan Ibu?

4. Bu Aldi memiliki 232 rambutan. Ia membeli lagi 128 rambutan. Berapa jumlah buah rambutan sekarang?

5. Dika menyimpan 193 kelereng di rumah. Ia membawa 46 kelereng untuk bermain. Berapa jumlah kelereng Dika

yang masih di rumah?

b. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan metode Jarimatika.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek yang diamati diantaranya (Rusman,2011: 99-100): Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi

No Aspek yang diamati

Kemampuan guru membuka pelajaran 1. Memeriksa kesiapan siswa

(46)

3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran

5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran

6. Kejelasan artikulasi suara

7. Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa 8. Antusiasme dalam penampilan

9. Mobilitas posisi mengajar Penguasaan bahan belajar

10. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP

11. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar

12. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan ajar

Kegiatan belajar mengajar

13. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan

14. Memiliki keterampilan dalam merespon dan menanggapi pertanyaan siswa

15. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu

Pemanfaatan sumber belajar / Media pembelajaran 16. Menggunakan media secara efektif dan efisien

17. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Evaluasi Pembelajaran

18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan 19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP

Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran 20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan

(47)

22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak lanjut / follow up

23. Memberikan tugas kepada siswa

24. Menginformasikan materi. Bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya

25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar c. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang

berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi peristiwa yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa

bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan

sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Aspek-aspek yang didokumentasikan adalah aktivitas siswa dan guru dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan metode Jarimatika.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan

dalam pengumpulan data adalah: a. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data

dengan terjun langsung dan melihat langsung ke lapangan(laboratorium),terhadap obyek yang diteliti (populasi).

(48)

b. Tes Tertulis

Penulis mengadakan tes dalam setiap siklus yang harus

dikerjakan oleh para siswa. Hal ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

c. Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini

dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran Matematika dengan

metode Jarimatika akan terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto tersebut merupakan sumber data

yang dapat memperjelas data yang lain. 6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 67 (sesuai KKM yang berlaku di MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Susukan

Kabupaten Semarang). Oleh karena itu, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM jika nilai perolehan siswa ≥ 67.

Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa ˂ 67. Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolak

(49)

belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85 % siswa telah tuntas

belajarnya (Depdikbud dalam Daryanto, 2011: 191-192).

Persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus (Daryanto,2011:192):

Pengolahan hasil pada masing-masing siklus pada

penelitian ini menggunakan perhitungan rata-rata untuk mengetahui perubahan rata-rata dari pra siklus, siklus I sampai siklus II.

Perhitungan rata-rata dihitung menggunakan rumus (Djamarah, 2005:302):

Keterangan:

M = Mean (nilai rata-rata)

∑X=Jumlah nilai total yang diperoleh dari

hasil penjumlahan setiap individu. N= Banyaknya individu

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah membaca dalam mengikuti uraian penyajian

data penelitian ini, maka akan penulis paparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul

(50)

tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab 1 Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, dan metode penelitian dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian,

lokasi,waktu dan subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi uraian tentang peningkatan hasil belajar, pembelajaran Matematika, metode Jarimatika.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan pra siklus

meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang deskripsi persiklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi

keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan. Bab V Penutup

(51)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga (Poerwadarminta, 2006:408) adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,

dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang,hutan, dan sebagainya).

Sedangkan belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun. Belajar tidak hanya terjadi di

bangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung.

Belajar bukan hanya seperti ketika seseorang belajar sepeda, belajar menjahit atau belajar mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi dalam semua aspek kehidupan. Belajar sudah terjadi sejak anak lahir

bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan pendidikan pranatal, dan akan terus berlanjut hingga ajal tiba (Sriyanti,2011:16).

(52)

individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan aktivitas belajar.

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu

bukan sekadar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif

dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi & Supriyono, 2004: 127).

Sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan kegiatan penilaian hasil belajar. Dari sisi peserta didik,

hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sebagian hasil belajar merupakan dampak tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada bagian lain, hasil belajar merupakan

peningkatan kemampuan mental peserta didik. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi (a) dampak pembelajaran (prestasi), dan (b)

dampak pengiring (hasil). Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pembelajaran (pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti tertuang dalam angka rapor dan angka dalam

(53)

di bidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning) (Arifin, 2009:298).

Petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, 2006: 105-106):

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional

khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (dalam Arifin, 2009: 21-23) hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa

jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang

sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:

a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam

jenjang kemampuan yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang

menurut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat

(54)

mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan

kembali, memilih, menyatakan.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan

hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, mengekstrapolasi. Kata kerja

operasional yang dapat digunakan, diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh,

melukiskan kata- kata sendiri, meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan.

3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru

dan konkret. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,

(55)

4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan

tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mengurai, membuat diagram,

memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, memerinci.

5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh

dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya

menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, mengkontruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan ,

menceritakan.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi

(56)

mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,

diantaranya menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran,

menyokong, menafsirkan, menduga.

b. Domain afektif (affective domain), internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta

didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dalam dirinya dalam

membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:

1) Kemampuan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan

yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali

dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya menanyakan, memilih, menggambarkan,

mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.

2) Kemampuan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka terhadap suatu fenomena, tetapi juga bereaksi

(57)

peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,

diantaranya menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikan, mengemukakan,

membaca, melaporkan, menuliskan, memberi tahu, mendiskusikan.

3) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang

digunakan, di antaranya melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.

4) Organisasi (organizatioan), yaitu jenjang kemmapuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang

berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,

mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.

c. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan

peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu

(58)

digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu:

1) Muscular or motor skill, meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan , menampilkan.

2) Manipulations of materials or objects, meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

3) Neuromuscular coordination, meliputi: mengamati,

menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,

memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.

Kesimpulan dari keterangan di atas dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut:

a. Hasil belajar adalah suatu proses yang diadakan oleh usaha untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang dapat diukur dalam

setiap pembelajaran seperti tertuang dalam nilai ulangan, angka raport dan angka dalam ijazah. Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran,

biasanya guru menetapkan sebuah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Peningkatan hasil belajar adalah adanya suatu perubahan perkembangan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak ada menjadi ada yang dapat diukur dalam setiap

(59)

2. Prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh

para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa

prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan

mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,

pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati & Mudjiono, 2002: 42-66).

a. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa

apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa

perlu dibangkitkan perhatiannya.

Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang

(60)

dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar.

Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi

merupakan salah satu faktor penting seperti halnya inteligensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan.

Implikasi bagi siswa adalah siswa dituntut untuk memberikan

perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus

membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih

indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang

ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan

mengembangkan

Implikasinya bagi guru adalah guru harus dapat mengarahkan perhatian dan membangkitkan motivasi peserta didik

(61)

dicapai secara optimal seperti guru menggunakan metode secara variasi, guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan

materi yang diajarkan, guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton, serta guru memilih bahan ajar sesuai minat siswa.

Sedangkan implikasi motivasi bagi guru antara lain: memilih bahan ajar sesuai minat siswa, menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa, mengkoreksi sesegera mungkin pekerjaan

siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa.

b. Keaktifan

Pada dasarnya peserta didik adalah manusia aktif yang mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai

kemauandan aspirasinya sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa

yang sangat aktif, jiwa yang mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik

yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, dan

sebagainya. Kegiatan psikis, seperti menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain,

(62)

Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran

maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif

memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif,

pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi bagi siswa adalah siswa aktif dalam perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,

menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis

lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa

selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Implikasi bagi guru dalam hal ini ialah guru perlu

melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan keaktifan peserta didik melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran, termasuk evaluasi pembelajaran, memberikan tugas secara

individual dan kelompok, mengadakan tanya jawab dan diskusi dll. c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

(63)

langsung”. Peserta didik tidak sekedar mengamati secara langsung, tetapi harus menghayat, terlibat langsung dalam perbuatan dan

bertanggung jawab terhadap hasilnya. Begitu juga John Dewey dalam “learning by doing”-nya mengemukakan, “belajar sebaiknya

dialami melalui perbuatan langsung”. Keterlibatan dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, tetapi lebih dari itu, yaitu keterlibatan mental, emosional, dan intelektual.

Implikasi bagi siswa adalah siswa dituntut agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada

mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi

prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi

kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya.

Implikasinya adalah guru harus membimbing peserta didik

untuk terlibat langsung atau mengalami langsung dalam proses belajar, seperti praktik dilaboratorium dan praktik lapangan. Untuk

itu, bobot materi pelajaran harus seimbang dan proposional antar teori dengan praktik. Perilaku yang menggambarkan adanya keterlibatan langsung bagi guru antara lain: merancang kegiatan

(64)

kelompk kecil, mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi, dll.

d. Pengulangan

Menurut teori psikologi, daya belajar adalah melatih

daya-daya yang ada pada jiwa manusia, seperti daya-daya mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, dan berpikir. Melalui pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.

Dalam psikologi conditioning disebutkan bahwa belajar adalah pembentukan respons yang timbul bukan saja oleh stimulus tetapi

juga oleh stimulus yang dikondisikan. Walaupun tidak semua orang dapat digunakan untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar

pembelajaran. Bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan adalah metode drill dan stereotyping.

Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk bersedia untuk satu macam permasalahan. Dengan

kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilakunya seperti

menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan dll.

Implikasinya prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu

(65)

membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan

pembelajaran yang harus dihafalkan secara tepat tanpa ada kesalahan sedikitpun. Adapun perilakunya ialah guru harus banyak

memberikan latihan-latihan atau tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, baik disekolah maupun diluar sekolah sehingga berbagai daya yang ada pada peserta dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik. e. Tantangan

Field Theory dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa

peserta didik dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam proses belajar, peserta didik

menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan, yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif

untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan

tujuan baru, demikian seterusnya. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat peserta didik bergairah untuk

(66)

Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan

untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap

segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk perilakunya seperti melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

Implikasinya adalah guru harus membantu peserta didik untuk mengatasi tantangan dalam belajar. Tantangan atau

hambatan tersebut ada yang muncul dari dalam maupun dari luar individu, ada yang berat, tetapi ada juga yang ringan. Adapun perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan adalah:

merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan secara individual atau

kelompok kecil, membimbing siswa untuk menentukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri serta guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan

masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi. f. Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar ini lebih banyak diilhami teori belajar operant- conditioning dari B.F. Skiner. Kunci dari teori ini adalah “

law of effect”-nya Thorndike. Peserta didik akan belajar ebih

(67)

Untuk itu, guru harus melakukan penilaian hasil belajar. Hasil belajar yang baik akan merupakan balikan (feedback) yang

menyenangkan dan berpengaruh baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan

yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Dengan kata lain, penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian siswa akan selalu memiliki

pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan

penguatan (reinforcement) (Davies dalam Dimyati & Mudjiono, 2002:64). Implikasi bagi siswa adalah siswa perlu melakukan

perilaku-perilaku untuk memperoleh balikan penguatan seperti dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang benar, menerima kenyataan terhadap skor/ nilai yang dicapai, atau

menerima teguran dari guru/ orang tua karena hasil belajar yang jelek.

Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual maupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan

(68)

Implikasinya adalah guru harus melakukan penilaian secara berkelanjutan terhadap serangkaian proses dan hasil belajar peserta

didik. Hasil penilaian dapat dijadikan balikan bagi peserta didik untuk meningkatkan kegiatan belajar selanjutnya, memberikan

hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. g. Perbedaan Individual

Setiap peserta didik memiliki perbedaan satu dengan yang

lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini dapat berpengaruh pada

cara dan hasil belajar peserta didik. Sistem pembelajaran klasikal yang dilakukan disekolah, kurang memperhatikan prinsip ini. Guru melaksanakan pembelajaran dikelas hanya melihat peserta didik

sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

Beberapa upaya untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan menggunakan multimetode, multimedia, memberikan pembelajaran tambahan atau pengayaan bagi peserta didik yang

pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi peserta didik yang kurang pandai.

Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar dan sebagainya. Setiap siswa memiliki karakteristik

(69)

inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)-nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar

(Davies dalam Dimyati & Mudjiono, 2002: 65). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa

menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat

pada tiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan

merupakan satu kesatuan yang memiliki karakteristik yang sama. Implikasinya adalah guru harus memberikan pelayanan dan bimbingan kepada peserta didik secara individual sehingga peserta

didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal seperti menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan

dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya, memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.

Di samping guru harus memegang teguh prinsip-prinsip belajar, guru juga harus mengikuti tahap-tahap pembelajaran yang sistematis,

yaitu (Arifin, 2009: 297).: a. Tahap orientasi

Yaitu suatu tahap dimana guru melakukan orientasi terhadap

Gambar

Gambar 1.1 Siklus Penelitian
Tabel 1.1 Data Keadaan Siswa
Tabel 1.2 Aspek-aspek yang diamati dalam observasi
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

strategies in teaching grammar, statements of the problems, the objectives of the study,.. the significances of the study, the scope of the study, method of the study

Dimana VOC ini merupakan aplikasi yang memungkinkan pelanggan untuk memilih puas atau tidak terhadap layanan pada bengkel Toyota Auto 2000 cabang Gatot Subroto Medan.. Dan

“Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pengguna Jasa Lapangan Futsal (Studi Kasus Pada IFI Futsal Bandung)”. Bandung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul “Karakteristik Penderita

Namun pada perkembangannya saat ini, tidak hanya berkomunikasi dengan sebuah program yang telah dirancang dapat memberikan hiburan pada seseorang. Akan tetapi dapat digunakan

Bencana alam dan bencana sosial telah tampak di depan mata kita itu semua terjadi dikarenakan ulah manusia sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan.Lingkungan adalah segala

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi Paket Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Peningkatan Jalan Lawang Agung Menuju Jembatan Multifungsi Sugiwaras Kec Tebing

The data reveals that the Fields Medal recipients produce between 0.9 and 1.4 fewer papers per year in the postmedal period (or roughly a 20 percent decline in productivity)