• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN DI TAMAN KANAK-KANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2015 KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN DI TAMAN KANAK-KANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu ini memaparkan tentang latar belakang ditelitinya permasalahan keterlibatan orang tua, identifikasi permasalahan, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian ini dilakukan. Bab ini juga menguraikan struktur organisasi dari tesis ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pondasi pendidikan hendaknya mampu memberikan kualitas pendidikan terbaik sehingga mampu menjadi landasan yang kuat bagi terbentuknya generasi yang berkualitas (Singowijoyo, 2013). Salah satu kriteria PAUD yang berkualitas adalah memberikan pelayanan berdasarkan program yang berkualitas pula, sebagaimana yang diungkapkan oleh Wortham (2013, hlm.47) bahwa PAUD yang berkualitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Berprinsip pada perkembangan anak. 2) Memiliki kurikulum yang seimbang. 3) Memperhatikan hubungan orang tua, guru dan anak. 4) Memberikan penilaian dan pertanggungjawaban. 5) Menghargai perbedaan anak dan keluarga. 6) Memperhatikan etika dan hubungan antar guru. Penilaian terhadap kualitas sekolah di Indonesia ditempuh melalui proses akreditasi sekolah, dimana salah satu kriteria penilaiannya adalah peran serta masyarakat yang termasuk orang tua di dalamnya (KEPMENDIKNAS No. 087/U/2002, Tentang Akreditasi Sekolah).

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa PAUD yang berkualitas akan memiliki yang hubungan baik antara orang tua, anak dan guru atau dengan kata lain memasukkan keterlibatan orang tua ke dalam program sekolah. Hal tersebut dilakukan karena mengingat bahwa anak usia dini (AUD) pada dasarnya tidak dapat terlepas dari pengasuhan dan pengawasan orang tua, baik dalam lingkungan rumah maupun dalam lembaga pendidikan atau sekolah, dimana Mansur (2005, hlm.339) menyatakan bahwa “Orang tua memiliki tanggung jawab sejak akal pikiran anak belum sempurna sampai anak mampu menemukan dirinya atas tindakannya sendiri”.

(2)

Disamping itu secara ontologis anak sebagai makhluk individu yang mempunyai beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan yakni: 1) Aspek biologis yang ditunjukkan dengan adanya perkembangan fisik yang berubah dari waktu ke waktu yang membutuhkan makanan, gizi, dan lain-lain; 2) Aspek psikologis ditandai dengan adanya perasaan-perasaan tertentu yang terbentuk karena situasi, seperti: senang, sedih, marah, kecewa, dihargai, dan sebagainya; 3) Aspek sosiologis, dimana anak tidak dapat terlepas dari lingkungan dimana anak tersebut berada saat membangun pengetahuannya dan 4) Aspek antropologis yang berarti bahwa anak hidup dalam suatu budaya dari mana dia berasal (Sujiono, 2011 ).

Pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan telah disampaikan oleh banyak tokoh, diantaranya adalah Plowden yang memunculkan asumsi bahwa sikap baik orang tua akan dihasilkan apabila sekolah mampu mengkomunikasikan dengan baik kegiatan yang mereka lakukan di sekolah (Edward & Redfern, 1988). Lewin seorang tokoh yang pemikirannya disadur oleh Bronfenbrenner menambahkan bahwa hubungan yang baik antara setiap personil sekolah termasuk orang tua dan guru akan menjadi salah satu aspek yang dapat menarik perhatian anak (Bronfenbrenner,1979, hlm. 25). Dengan kata lain, jika ingin mendapatkan perhatian anak maka harus memperhatikan hubungan orang-orang yang ada pada lingkungan anak, diantaranya adalah hubungan guru dan orang tua.

Pendapat lain tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak juga disampaikan oleh Coople & Bredekamp (2009) bahwa interaksi yang dilakukan oleh guru dengan anak dan orang tua merupakan salahsatu tanda guru yang baik. Lebih lanjut mereka juga menyampaikan bahwa dalam pembuatan program sekolah terdapat lima hal yang saling berkaitan, yakni: pengajaran, kurikulum, penilaian, keluarga dan komunitas belajar, yang masing-masing saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan berguna bagi belajar dan perkembangan anak serta memungkinkan guru untuk mencapai tujuan penting lainnya. Redding (t.t) menyebutkan bahwa anak akan melakukan yang terbaik ketika orang tua dan guru saling memahami harapan yang satu dengan yang lain dan tetap berhubungan satu

(3)

dengan yang lain terkait hal yang berhubungan dengan anak seperti sikap di sekolah, interaksi sosial dan pencapaian akademis.

Penelitian yang dilakukan Park, Byun & Kim (2011) juga menunjukkan tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Park dkk. Melakukan penelitian terhadap orang tua murid SMP pada Korea Education Longitudinal Study (KELS) yang mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua di sana terdiri dari empat bentuk keterlibatan yaitu berkomunikasi dengan anak tentang perkembangan pendidikan mereka, mengawasi kegiatan anak, kontak dengan sekolah dan menyediakan les privat untuk anak. Penelitian tersebut difokuskan pada penyediaan les privat bagi anak sebagai bentuk keterlibatan orang tua. Les privat memiliki kontribusi terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan anak baik dalam aspek kognitif maupun aspek perkembangan lainnya, meskipun memerlukan kemampuan ekonomi yang memadai untuk pengadaannya. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Park dkk. terlihat bahwa dengan adanya les privat yang diberikan oleh orang tua di sana sebagai bentuk keterlibatan mereka secara eksplisit dalam pendidikan anak, maka kemampuan akademik anak meningkat secara signifikan terutama dalam pelajaran matematika dan bahasa Inggris. Hal tersebut terjadi karena dengan adanya les privat memberikan kesempatan anak untuk mengulang dan mendapatkan penjelasan yang lebih jauh tentang pelajaran yang didapat di sekolah lebih banyak, sehingga pemahaman anak menjadi lebih baik.

Pengakuan terhadap pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak saat ini sudah direspon oleh beberapa negara salah satunya adalah Amerika dengan menerbitkan Undang-Undang No Child Left Behind (NLCB) yang berisi aturan penegakan hubungan orang tua dan sekolah. Negara Inggris juga merespon pentingnya keterlibatan orang tua dengan mengusung “Children’s Plan” yang menetapkan peran utama orang tua dalam pendidikan anak. Negara lainnya yaitu Selandia Baru yang menetapkan “Schooling Strategy” yang mengutamakan perbaikan keterlibatan orang tua dan keluarga dalam pendidikan anak (Gordon & Browne, 2011).

(4)

Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan dan undang-undang tentang hak dan kewajiban orang tua dan anak yang dijadikan rujukan operasional dalam pelaksanaan PAUD, termasuk program keterlibatan orang tua. Peraturan tersebut termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (UURI No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak). Pasal 6 dari UU tersebut berbunyi bahwa setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua. Sementara pasal 26 ayat 1.a berbunyi bahwa orang tua berkewajiban bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak juga tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 7, Ayat 1 yang berbunyi bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya. Selain itu, pedoman penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga pada tahun 2012 oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Ditjen PAUD-NI Kementerian Pendidikan Nasional RI juga menekankan tentang peningkatan mutu pelaksanaan PAUD berbasis keluarga karena keluarga dianggap penting untuk dilibatkan secara langsung dalam kegiatan PAUD. Bahkan keterlibatan orang tua dimasukkan sebagai salah satu komponen dalam rencana induk pengembangan TK (PERMENDIKBUD RI, No. 84 Tahun 2014, Pasal 4. Tentang Pendirian Satuan PAUD).

Mengingat pentingnya keterlibatan orang tua bagi pendidikan anak sebagaimana dipaparkan di atas, maka sudah semestinya orang tua memiliki keterlibatan pada lembaga pendidikan di setiap jenjang yang diikuti anak. Terlebih lagi pada pendidikan di TK sebagai salah satu lembaga PAUD yang tujuan utamanya adalah mengembangkan kemampuan sosial-emosi, sikap moral dan agama anak yang memerlukan pembiasaan yang berkesinambungan dari sekolah ke rumah atau sebaliknya.

(5)

Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua pada lembaga pendidikan saat ini belum dapat terlaksana secara maksimal. Permasalahan terkait dengan keterlibatan orang tua dinyatakan oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Bapak Anis Baswedan dalam acara Mata Najwa di salah satu televisi swasta. Beliau mengungkapkan bahwa “Pendidikan tidak dapat terlepas dari keterlibatan orang tua yang saat ini justru terlupakan”.

Fakta lain tentang masalah keterlibatan orang tua ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Risti (2014) terhadap 10 PAUD di Yogyakarta. Risti memulai penelitiannya dengan rasa ingin tahu tentang tingkat keterlibatan orang tua di sekolah dan tingkat kesiapan orang tua dan sekolah terhadap keterlibatan orang tua dalam PAUD. Penelitiannya tersebut menunjukkan hasil bahwa keterlibatan orang tua dalam PAUD di Yogyakarta berada pada tingkatan yang paling rendah, dimana orang tua hanya terlibat dalam kegiatan mengantar-jemput anak, membayar uang SPP, rapat tahunan, sebagai pendamping pada setiap kegiatan anak, dan kegiatan lain yang kurang menunjukkan kaitan langsung dengan proses pembelajaran di sekolah. Lebih lanjut, Risti mengungkapkan bahwa masalah tersebut dipicu oleh kesiapan guru dan orang tua yang rendah bagi keterlibatan orang tua di sekolah.

Penelitian lain yang mengungkap masalah keterlibatan orang tua adalah penelitian yang dilakukan oleh Amini (2014) terhadap 300 orang tua pada 10 Taman Kanak-Kanak (TK) di Tangerang Selatan dengan metode penelitian survei. Penelitian tersebut menunjukan bahwa partisipasi orang tua yang terbesar adalah dalam bentuk komunikasi dan partisipasi terkecil adalah dalam mengikuti program parenting. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas keterlibatan orang tua terbentuk dalam menghadiri kegiatan pertunjukan di sekolah, namun hal tersebut berbanding terbalik dengan keterlibatan orang tua dalam bentuk volunteer yang masih minim.

Penelitian yang dilakukan oleh Mendez (2010) juga menggambarkan tentang kurangnya keterlibatan orang tua pada keluarga etnis minoritas dalam program Head Start di Amerika Serikat. Mendez mengindentifikasi bahwa kurangnya keterlibatan

(6)

orang tua tersebut ditandai dengan rendahnya partisipasi orang tua dalam kegiatan di sekolah dan upaya intervensi kesiapan anak memasuki jenjang sekolah. Faktor penghambat yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu pengaruh faktor pribadi orang tua, kesempatan berpartisipasi yang minim, gangguan interaksi sosial dan latar belakang ekonomi yang rendah.

Semua penelitian di atas menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua pada lembaga PAUD khususnya TK masih berada pada tingkatan terendah yang menurut Morrison (1988, hlm. 326) berupa keterlibatan orang tua hanya sebagai penyedia layanan yang kurang berdampak bagi perkembangan anak, sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memfokuskan kajian pada keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di TK.

B. Identifikasi Masalah

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah diyakini mampu mengoptimalkan hasil dari program pembelajaran yang telah direncanakan sekolah, sehingga sudah selayaknya setiap lembaga pendidikan terutama PAUD memiliki program keterlibatan orang tua.

Pada dasarnya program keterlibatan orang tua dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan latar belakang, kondisi dan kebutuhan orang tua, karena Morrison (1988, hlm. 325) menyatakan bahwa tidak mungkin seluruh orang tua akan terlibat dalam setiap kegiatan yang dirancang sekolah. Adapun salah satu tipe keterlibatan orang tua yang dapat digunakan adalah tipe keterlibatan orang tua yang digagas oleh Epstein dkk. (2002, hlm. 14) mulai dari kegiatan parenting, komunikasi, volunteer, pembelajaran di rumah, membuat keputusan dan bekerjasama dalam komunitas.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, diperoleh juga keterangan dari ketua Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak (IGTKI) dan data dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan (UPTD Pendidikan) pada lokasi penelitian bahwa TK di

(7)

sana memiliki anak didik sebanyak 838 anak dengan jumlah guru 74 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat potensial untuk menghasilkan generasi yang berkualitas apabila didukung oleh program pendidikan yang berkualitas, termasuk adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Beliau mengutarakan bahwa dari 17 TK yang ada disana hanya empat TK atau sebanyak 24% yang memiliki program keterlibatan orang tua dan sisanya sebanyak 13 TK atau sebanyak 76% tidak memiliki program keterlibatan orang tua atau hanya melibatkan orang tua secara insidental.

Selain itu, berdasarkan wawancara awal terhadap beberapa kepala TK di lokasi penelitian diketahui bahwa sebagian besar orang tua hanya menjemput dan mengantar anak, membayar SPP, dan lain-lain. Bahkan berdasarkan keterangan kepala TK yang telah memiliki program keterlibatan orang tua pun hanya 50-60% orang tua yang mengikuti program kegiatan parenting. Komunikasi yang dilakukan pun pada umumnya hanya dalam bentuk komunikasi lisan dengan intensitas yang sangat rendah. Hal tersebut berlainan dengan pernyataan Morrison (1988, hlm. 326) bahwa keterlibatan orang tua hendaknya mampu mencapai tingkat keterlibatan yang paling tinggi seperti ikut serta dalam menetapkan peraturan sekolah dan memperbaiki program pendidikan anak.

Adapun kendala yang dikemukakan oleh kepala TK terakreditasi yang telah memiliki program keterlibatan orang tua adalah sulitnya meningkatkan kehadiran orang tua pada kegiatan parenting yang dikarenakan alasan pekerjaan dan urusan lain yang dimiliki orang tua yang dianggap lebih penting. Berdasarkan wawancara terhadap kepala TK yang belum memiliki program keterlibatan orang tua, terlihat juga bahwa kendala keterlibatan orang tua juga muncul dari pihak sekolah sendiri khususnya kepala sekolah yang kurang memahami pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka. Berdasarkan studi pendahuluan di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pemahaman terhadap pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di TK.

(8)

2. Bentuk keterlibatan yang dilakukan orang tua dalam pendidikan anak di lokasi penelitian.

3. Faktor yang mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan di TK. 4. Sulitnya meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di TK

khususnya program parenting education.

5. Upaya sekolah untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di TK.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut tentang keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di TK terkait dengan bentuk dan tingkat keterlibatan yang telah ada, faktor-faktor yang mempengaruhi dan juga upaya yang telah dilakukan sekolah dalam memfasilitasi keterlibatan orang tua tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka permasalahan tersebut dibatasi kepada beberapa hal yang memungkinkan untuk diteliti dengan kondisi waktu maupun biaya penelitian yang ada. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kondisi keterlibatan orang tua dalam pendidikan TK di Kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian?”. Adapun uraian dari rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa profil keterlibatan orang tua yang ada dalam pendidikan TK di lokasi penelitian ?

a. Menurut orang tua. b. Menurut guru.

2. Bagaimana faktor-faktor yang ada mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan TK di lokasi penelitian?

a. Menurut orang tua. b. Menurut guru.

3. Berapa besar upaya yang telah dilakukan sekolah untuk memfasilitasi keterlibatan orang tua dalam pendidikan TK di lokasi penelitian?

(9)

a. Menurut orang tua. b. Menurut guru.

4. Seperti apa perbandingan tingkat keterlibatan orang tua dalam pendidikan antara TK yang telah terakreditasi dan yang belum terakreditasi di lokasi penelitian?

a. Menurut orang tua. b. Menurut guru.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang keterlibatan orang tua di Kecamatan Sumedang Selatan ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis profil keterlibatan orang tua yang ada pada pendidikan TK di lokasi penelitian berdasarkan pendapat orang tua dan guru. 2. Mengetahui dan menganalisis faktor yang mempengaruhi keterlibatan orang

tua pada TK di lokasi penelitian berdasarkan pendapat orang tua dan guru. 3. Mengetahui dan menganalisis upaya yang telah dilakukan sekolah untuk

memfasilitasi keterlibatan orang tua dalam pendidikan TK di lokasi penelitian berdasarkan pendapat orang tua dan guru.

4. Mengetahui dan menganalisis perbandingan tingkat keterlibatan orang tua pada TK yang telah terakreditasi dan TK yang belum terakreditasi berdasarkan pendapat orang tua dan guru di lokasi penelitian.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keberhasilan penyelenggaraan lembaga PAUD dan juga bagi orang tua. Adapun uraian manfaatnya baik secara teoritis dan secara praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil temuan bentuk keterlibatan orang tua yang dilakukan oleh orang tua dan guru serta faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan orang tua di lokasi

(10)

penelitian akan memberikan dasar pengetahuan dan pertimbangan bagi rancangan program keterlibatan orang tua yang efektif.

2. Manfaat Praktis

Disamping manfaat teoritis di atas, paparan dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan dan manfaat praktis bagi orang tua dan guru sebagai berikut:

a. Bagi orang tua: penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, sehingga meningkatkan keterlibatan mereka dalam pendidikan anak.

b. Bagi guru serta penyelenggara pendidikan:

1) Memberikan gambaran pengaruh faktor yang ada, sehingga dapat menentukan upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan.

2) Memberikan landasan dalam merancang program keterlibatan orang tua yang sesuai dengan situasi dan kondisi orang tua yang ada di sekolah mereka.

c. Bagi pemerintah: paparan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi untuk lebih tegas mengatur program keterlibatan orang tua di lembaga PAUD dan melakukan sosialisasi program keterlibatan orang tua.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terbagi menjadi lima bab, dimana masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II, berisi teori-teori tentang pengertian keterlibatan orang tua dalam PAUD, pengertian keterlibatan orang tua dalam PAUD, manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan, peran orang tua dalam pendidikan anak, bentuk-bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi

(11)

keterlibatan orang tua, prinsip-prinsip keterlibatan orang tua dan upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam memfasilitasi keterlibatan orang tua dalam PAUD. Bab ini juga memuat tentang penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

BAB III, memaparkan tentang metodologi penelitian, yang meliputi metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan deskripsi hasil kuesioner tentang keterlibatan orang tua yang diperoleh dari guru maupun orang tua sendiri disertai dengan analisis dan pembahasannya berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun pemaparan yang disampaikan dalam bab empat ini adalah pemaparan tematik, dimana pembahasan dilakukan setelah pemaparan tiap-tiap hasil penelitian.

BAB V, mencakup kesimpulan penelitian dan rekomendasi hasil penelitian. Implikasi hasil penelitian keterlibatan orang tua ini juga dimasukkan pada bab ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa dengan penambahan kalsium hidroksida dan lama perendaman dari semua sampel tidak terdapat perbedaan nyata dengan sampel kontrol tepung

Wawancara pengetahuan mengenai tikus dan Kondisi lingkungan biotik pada lokasi penyakit yang ditularkannya dilakukan pada penelitian menggambarkan tentang binatang

Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

Dalam merancang bangunan tahan gempa, sebaiknya perlu diketahui periode natural dari tanah setempat untuk menghindari adanya fenomena resonansi yang dapat

Analisis Rasio Laporan Keuangan Pada PT Gudang

Secara keseluruhan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa semua jenis tanaman obat tersebut memiliki INP jenis jauh di bawah 300 (nilai INP jenis tertinggi). Hal ini mengindikasikan

Karena itu, sangat tepat fatwa yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga fatwa di dunia Islam, seperti fatwa MUI yang mengharamkan rokok, begitu juga Dewan Fatwa Arab Saudi yang

Perda dan Perdes merupakan subsistem peraturtuil perundang- undangan, karena itu harus menjadi bagian dalam susunan dan tata urutan peraturan perundang-undangan