• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. : 14) belajar adalah suatu proses dimana manusia mengalami penyesuaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. : 14) belajar adalah suatu proses dimana manusia mengalami penyesuaian"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Kata belajar tidak lepas dari dunia pendidikan. Menurut Rusda dkk (1996 :1) belajar adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya.

Menurut Sagala (2003 : 11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Siswa belajar dengan sungguh – sungguh, dengan demikian pada saat ulangan siswa tersebut dapat mengerjakan dengan benar. Sedangkan menurut Skinerr (dalam Sagala, 2003 : 14) belajar adalah suatu proses dimana manusia mengalami penyesuaian atau adaptasi tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Dalam proses belajar, siswa dapat mengalami kemungkinan perubahan atau dapat terjadi respon dari siswa.

Ada juga pendapat lain , menurut Gagne (dalam Sagala, 2003 : 17) perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Manusia setiap harinya mengalami proses belajar, hanya saja berbeda – beda kemampuannya. Sedangkan menurut Bruner (dalam Sagala, 2003 : 35) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: 1) informasi, dalam tiap

(2)

pelajaran diperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang dimiliki seblumnya, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, dan ada juga informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya; 2) transformasi, informasi yang didapat harus dianalisis terlebih dahulu, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal – hal yang lebih luas lagi, dalam hal ini sangat diperlukan bantuan guru; dan 3) evaluasi, kemudian pengetahauan yang kita peroleh dan transformasi itu dinilai sejauh mana dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala – gejala lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetian belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga manusia mengalami dampak perubahan yang progresif dengan daya kemampuan setiap individu yang berbeda.

B. Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari kegiatan belajar. Pembelajaran yang terjadi di sekolah, merupakan proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa. Menurut Sagala (2003: 61) pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Sedangkan menurut Rusda dkk (1996 : 10) usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Guru dalam proses pembelajaran befungsi sebagai

(3)

fasilitator, dimana menjadi orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan suasana yang kondusif, agar siswa dalam pembelajaran dapat mewujudkan kemampuan belajarnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, dengan guru sebagai mediator belajar, dan siswa memperoleh informasi yang dibutuhkan dari apa yang disampaikan oleh guru.

C. Pembelajaran Generatif 1. Pengertian

Model pembelajaran generatif biasanya menjadi pilihan guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran dimana pengetahuan yang didapat selanjutnya diolah sendiri oleh pemikiran siswa. Menurut Astuti (dalam Lusiana dkk, 2009 : 30) model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang berlandaskan kontruksivisme. Guru betugas sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Hassard (dalam Lusiana dkk, 2009 : 30) model pembelajaran generatif merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pengetahuan itu dikontruksi oleh siswa itu sendiri.

Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa pembelajaran generatif merupakan salah satu alternatif model yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika yang dikontruksi dalam pikiran siswa.

(4)

2. Tahap – Tahap pembelajaran generatif

Terdapat 4 (empat) tahapan pembelajaran menurut Osborne dan Cosgrove (dalam Wena, 2009 : 177), yaitu sebagai berikut :

a. Tahap – I : Eksplorasi

Tahap pertama dalam pembelajaran generatif yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga dengan tahap pendahuluan.Pada tahap pendahulan guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari – hari atau diperoleh dari pembelajaran tingkat kelas seblumnya. Guru menuliskan topik yang akan dibahas dan melibatkan siswa dalam diskusi yang agar siswa lebih menggali pemahaman tentang topik tersebut. Siswa diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman nya dalam kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan topik. Siswa satu sama lain saling mengomentari pendapat teman sekelasnya dan membandingkan dengan pendapatnya sendiri.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menarik perhatian siswa terhadap pokok yang sedang dibahas, membuat pemahaman mereka lebih terperinci, dan memahami akan perbedaan pendapat diantara teman sendiri. Untuk membuat suasana menjadi kondusif, guru diharapkan tidak menilai mana pendapat yang „‟salah‟‟ dan mana yang “benar”. Guru seharusnya membuat siswa berani mengemukakan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Pertanyaan sebaiknya bersifat terbuka.

(5)

Pada proses pembelajaran ini,guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat/ide/hipotesis. Pendapat/ ide/hipotesis sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat diatas berdasarkan asaspembelajaran kuantum yang disebut dengan alami sebelum memberinama, yang artinya biarkan siswa melakukan proseseksperimen/penelusuran terlebih dahulu, kemudian baru menyimpulkan.

Contoh : Guru meminta siswa untuk menyebutkan benda – benda yang menyerupai kubus dan balok yang ada di sekeliling. “Anak – anak, coba sebutkan nama – nama benda yang menyeruapai kubus dan balok yang kalian ketahui”.

b. Tahap II : Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau intervensi. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan kegiatan diskusi dan guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, member bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat melakukan proses sains.

Tugas – tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas – tugas pembelajaran disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah – langkah kerja, tetapi tugas – tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktifitas sesuai

(6)

caranya sendiri atau dengan cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas – tugas dilakukan secara kelompok terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuwan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar menukar pengalaman (sharing ide), dan keberanian bertanya.

Dalam kegiatan praktikum siswa dapat berlatih lebih banyak tentang ketrampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati (observasi), mengukur, mengendalikan variabel, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan.

Contoh : Guru meminta siswa menggambar sebuah kubus dan balokpada kertas karton yang sudah disiapkan dan kemudian di potong dengan bagian yang sama untuk mendapatkan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok tersebut.

c. Tahap – III : Tantangan

Tahap ketiga yaitu tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep.Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas sehingga terjadi proses tukar pengalaman diantara siswa.

Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan menghargai

(7)

adanya perbedaan diantara pendapat teman.Pada saat diskusi, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah.Diharapkan pada akhir diskusi, siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi.terjadi proses asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris.

Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal.Latihan soal yang dimaksud agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut. Menurut Sutarman dan Swasono (dalam Wena, 2009 : 180) pemberian soal dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju yang sukar. Dengan soal – soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian besar siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian besar siswa tidak akan mampu menyelesaikan dengan benar maka akan menurunkan motivasi belajar siswa.

Contoh : Guru membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan dan latihan soal pada LKS yang terkait dengan kubus dan balok untuk diselesaikan secara kelompok.

(8)

d. Tahap – IV : Penerapan

Tahap keempat adalah tahapan penerapan.Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru berkaitan dengan hal – hal praktis dalam kehidupan sehari –hari. Menurut Sutarman dan Swasono (dalam Wena, 2009 : 180)pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan. Pada tahap ini guru mengajak siswanya untuk menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah didapatkan dengan memberikan latihan – latihan soal dan juga tugas rumah.

Contoh : Guru memberikan soal – soal latihan dan juga tugas – tugas dalam bentuk pengaplikasian yang terkait dengan kubus dan balok untuk diselesaikan.

D. Pemahaman Konsep

1. Pengertian pemahaman

Menurut Sardiman (2011 : 42) pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu berarti harus mengerti secara makna, maksud dan implikasinya serta aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi.

Adapun pendapat menurut Flavell (dalam Sagala, 2003 : 72) menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep – konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu :

(9)

a. Atribut

Dari setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, ada konsep yang mempunyai atribut yang relevan, dan juga tidak relevan.

Contohnya : Kubus harus mempunyai 12 rusuk dan sisi berbentuk persegi sebanyak 6 sisi.

b. Struktur

Ada tiga macam struktur yang dikenal.Pertama konsep konjungtif adalah konsep – konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat – sifat, sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep.Kedua, konsep disjungtif adalah konsep – konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat – sifat harus ada.Ketiga, konsep relasional menyatakan hubungan tertentu atribut – atribut konsep. c. Keabstrakan

Keabstrakan yaitu konsep-konsep yang tidak berbentuk atau berwujud.

d. Keinklusifan

Keinklusifan dapat ditunjukan pada jumlah contoh – contoh yang terlibat dalam konsep.

e. Generalitas

Generalitas sering disebut keumuman yaitu bila diklasifikasikan, konsep – konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya.

(10)

f. Ketetapan

Ketetapan yaitu suatu konsep yang menyangkut apakah ada sekumpulan aturan – aturan untuk membedakan contoh – contoh dari non contoh – non contoh suatu konsep.

g. Kekuatan (Power)

Kekuatan atau power yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

Sedangkan menurut Sudijono (1995 : 50) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahamai sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata – katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakan bagian – bagian belajar sesuai dengan proporsinya.Selain itu, pemahaman tidak sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami.

(11)

2. Konsep

Menurut Sagala (2003 : 71) konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hokum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan.Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan.

Sedangkan menurut Wardani (dalam Tim MGMP : 9) konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokan atau menggolongkan sesuatu objek. Beberapa konsep merupakan pengertian dasar yang dapat ditangkap secara alami (tanpa pendefinisian).Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan hasil dari pemikiran seseorang atau sekelompok untuk mengelompokan atau menggolongkan objek.

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep siswa dinilai dari sejauh mana siswa mampu dan memahami konsep dasar matematika. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (dalam Tim PPPG , 2009: 13) bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah:

(12)

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertent (sesuai dengan konsepnya).

c. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan penguasaansesuatu dengan pikiran dari suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut.

E. Alat Peraga Kayu Pelangi 1. Pengertian Alat Peraga

Dalam proses pembelajaran, biasanya guru menggunakan model pembelajaran dan media pendukung pembelajaran berupa alat peraga yang membantu agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. Menurut Sudjana ( 2003 : 98) alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dengan alat peraga, siswa akan lebih menarik perhatian siswa, dapat dengan mudah dipahami siswa dan membekas lebih lama dalam memori siswa. Alat peraga sering

(13)

disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga.

Menurut Rohani ( 1997 : 97) media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan dapat didengar.

2. Fungsi Alat Peraga

Menurut Sudjana ( 2008 : 99) ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah :

Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar buksn merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.

Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pengajaran.

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

(14)

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

3. Kayu Pelangi

Kayu pelangi adalah salah satu alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang antara lain yaitu kubus dan balok. Alat peraga kayu pelangi terbuat dari kayu yang diberi berbagai warna sehingga bisa membuat siswa lebih tertarik dan berkesan.Kayu pelangi terdiri dari kerangka kubus dengan panjang rusuk 1 dm, kerangka balok dengan panjang 2 dm, lebar 1 dm dan tinggi 1 dm serta kubus terbuat dari kayu yang sudah diberi warna dengan panjang rusuk 1 dm.

Banyak siswa yang kesulitan dalam memahami materi kubus dan balok, karena siswa hanya dituntut menghafalkan rumus tanpa adanya alat peraga yang mendukung siswa untuk mengerti luas permukaan dan volum sebuah kubus dan balok.Pada dasarnya sebuah bangun ruang terbentuk dari bangun datar atau bila kita jabarkan sering kita sebut jaring-jaring, begitu juga bangun ruang yang berbentuk kubus dan balok.

(15)

4. Materi Pokok

Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat – sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian – bagiannya serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar Indikator

5.1 Mengidentifikasi sifat – sifat kubus, balok serta bagian – bagiannya.

5.2 Membuat jaring – jaring kubus dan balok

5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.

 Menyebutkan unsur – unsur kubus dan balok : rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

 Membuat jaring – jaring kubus dan balok.

 Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok.  Menghitung luas permukaan

kubus dan balok.

 Menetukan rumus volume kubus dan balok.

 Menghitung volume kubus dan balok.

F. Kerangka Berpikir

Matematika cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa.Hal ini disebabkan siswa enggan atau kurang berminat dalam mempelajari matematika.Proses pembelajaran yang sering dilakukan guru adalah lebih banyak menyuruh siswa duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa tidak diminta untuk melakukan suatu aktivitas yang sebenarnya dapat mendorong mereka untuk belajar dari aktifitas yang mereka lakukan tersebut.sehingga dalam pelaksanaannya, siswa kurang memahami maksud maupun konsep dari materi yang telah mereka dengar dan mereka catat.

(16)

Pembelajaran generatif diharapkan dapat meningkatkan setiap indikator pemahaman konsep dengan bantuan alat peraga kayu pelangi. Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang dimaksudkan agar siswa belajar dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh siswa pada tingkat kelas sebelumnya untuk mempelajari pelajaran yang akan dipelajari berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Pembelajaran generatif dilaksanakan melalui 4 tahap yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka.

Tahap pertama tahap pendahuluan guru melibatkan siswa dalam diskusimenjelaskan kembali pengetahuan atau ide yang telah didapat sebelumnya dengan guru sebagai pembimbing.Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menetapkan konteks permasalahan sesuai dengan ide yang dikemukakan siswa untuk mengeksplorasi konsep dan guru juga menguji siswa sehubungan dengan konsep tersebut dalam kelompok untuk memahami dan menetapkan konteks permasalahan yang ada untuk diselesaikan secara berkelompok.

Tahap tantangan ini siswa berlatih untuk berdiskusi, mengeluarkan ide atau pendapat, debat, mengahargai pendapat teman, dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan pemantapan konsep yang benar sehingga pada tahap ini diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep dengan baik.Tahap penerapan diharapkan siswa dapat aktif dalam mengerjakan soal menggunakan konsep yang telah dipahami siswa.

(17)

Pada tahap ini guru mengajak siswanya dalam menilai kembali konsep yang telah didapatkan siswa dengan memberikan latihan-latihan soal dan juga tugas rumah atau PR. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke dalam memori jangka panjang, ini berarti tingkat pemahaman siswa semakin baik.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “ Dengan diterapkannya Pembelajaran Generatifmaka pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan”.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi

Dari keseluruhan responden yakni sebanyak 18 (delapan belas) orang, seluruhnya menyatakan bahwa Notaris tidak perlu diberikan kewenangan melakukan pengesahan foto

Fenomena iklim komunikasi ini terjadi saat kepempinan laki-laki di PT.CKB Logistics ketika di bawah kepemimpinan laki-laki cenderung melihat kedekatan atasan dan bawahaan

Tujuan dilaksanakannya pelatihan di lingkungan wilayah kerja Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo dengan pertimba ngan, bahwa Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo memiliki

Sedangkan Gambar 2 (A2) menggambarkan laju korosi baja AISI 304 dalam lingkungan HCl yang telah diberikan inhibitor kalium kromat 0,1%. Laju korosi baja AISI 304 menurun

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan perkembangan mental yang mengukur suatu proses tentang pengambilan

Akan tetapi bila kerugian yang diderita oleh pengguna jalan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh operator, dapat menyebabkan lokasi parkir