• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4 - Test Repository"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB

AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

YUNI KURNIASIH

111 13 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

iii

KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB

AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

YUNI KURNIASIH

111 13 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَﺃَﻭ ْﻢُﻜِﺑْﻮُﻠُﻗ ﻰَﻟِﺇ ُﺮُﻂْﻨَﻳ ْﻢُﻜِﻟﺍَﻮْﻣَﺃَﻭ ْﻢُﻛِﺭَﻮُﺻﻰَﻟِﺇ ُﺮُﻆْﻨَﻳﺎَﻟ َﷲَّﻥِﺇ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah kalian, juga tidak

kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR.

Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, no. 2564 (33))

Cantik itu, bukan ia yang memiliki mata yang indah, melainkan ia yang selalu menjaga pandangan matanya

Cantik itu, bukan ia yang memiliki senyum yang menawan, melainkan ia yang selalu tersenyum karena ibadah

Cantik itu, bukan ia yang memiliki bibir terindah, melainkan ia yang memiliki bibir untuk selalu berdzikir

Cantik itu, bukan karena ia menggunakan make up yang mahal di wajahnya, melainkan ia yang selalu membasuh wajahnya dengan air wudhu

Cantik itu, bukan ia yang memiliki tubuh indah, melainkan ia yang selalu menghijabi tubuhnya dengan pakaian-pakaian santun

Cantik iru, bukan ia yang selalu menolong, melainkan ketulusan hatinya saat menolong

Cantik itu., ada pada hati yang tercantik karena kecantikan hati akan memancarkan cahaya di wajah. Maka jadilah hatimu lebih cantik dari wajahmu

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT,

skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Orang tua ku tersayang Bapak Kaerun dan Ibu Mubiati yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat yang

tiada henti, serta menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah Swt.

2. Kakak-kakakku tercinta, Nut Syafa’atun dan M. Fatkurrahman yang selalu mendukung dan mendoakanku.

3. Segenap anggota keluargaku yang selalu memotivasi, mendukungku dan

selalu memberi semangat kepadaku.

4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Sahabatku (Ummu, Sulis, Yuli, Fajar, Dewi, Ulya, Atik, Khoir, Sitkom, Anggun, Ayu, Ratna) yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam

mengerjakan skripsi.

6. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.

7. Sahabat-sahabtku yang selalu membantu dan memberikan dukungan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرلا ِن ْحْْ رلا ِالله ِمْسِب

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Konsep Kecantikan

Wanita dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang senantiasa mengharapkan syafaatnya di akhirat nanti.

Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd, selaku dan dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

(10)

x

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material dalam

penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT

senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 11 September 2017

(11)

xi

ABSTRAK

Yuni Kurniasih. 2017. Konsep Kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci: Konsep Kecantikan, QS. Al-Ahzab: 52, QS. Al-Munafiqun: 4 Kecantikan tidak bisa diukur dengan nilai. Kecantikan mempunyai makna yang luas. Kecantikan tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang, tetapi dari banyak sudut pandang untuk mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya. Melihat hal tersebut penulis menganalisi tentang konsep kecantikan dalam qs.al-Ahzab ayat 52 dan qs.al-Munafiqun ayat 4, dan implementasi qs.al-qs.al-Ahzab ayat 52 dan qs. al-Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak.

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian naskah tafsir dengan menggunakan penafsiran maudhui’i atau tematik yaitu menafsirkan kitab suci dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode analsis isi, deskripsi untuk memberikan penafsiran, dan dilanjutkan dengan metode tahlili yaitu menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an dari sekian banyak seginya, menjelaskan asbabun nuzul dan munasabah serta kandungan ayatnya.

(12)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian... 8

(13)

xiii

BAB II ASBABUN NUZUL QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS.

AL-MUNAFIQUN AYAT 4 ... 12

A. Redaksi Ayat dan Terjemahannya ... 12

B. Isi Kandungan ... 13

C. Asbabun Nuzul ... 24

BAB III MUNASABAH QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4 ... 29

A. Pengertian Munasabah ... 29

B. Munasabah Ayat... 30

BAB IV PEMBAHASAN ... 40

A. Konsep Kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 ... 40

B. Implementasi QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak ... 44

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis ... 54

Lampiran 2. Lembar Penunjukan Pembimbing ... 55

Lampiran 3. Lembar Konsultasi ... 56

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam sebagai suatu konsep kehidupan yang mempunyai landasan yang khas dan spesifik dibandingkan dengan agama lainnya. Karena komponen utama agama Islam yaitu akidah, syari’ah dan akhlak yang

kemudian dikembangkan oleh manusia dengan akal pikiran mereka yang didorong dengan ilmu pengetahuan.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman umat Islam

dalam melaksanakan ajaran agama Islam. Di dalam Al-Qur’an terdapat isi ajaran yang menyeru pada tauhid atau keimanan sejak diutusnya Nabi Adam

as sampai Nabi Muhammad saw. Agama Islam hanyalah agama yang mendapat ridha Allah SWT, maka manusia berkewajiban mengucapkan

kalimat syahadat sebagai bentuk keimanan kita kepada Allah SWT.

Islam adalah agama yang diridhai Allah Swt. Orang yang benar-benar menganut agama Allah Swt. adalah manusia yang mengerahkan segala sikap

dan perilakunya hanya kepada Allah Swt. Menjaga kecantikan dan keindahan termasuk ibadah, karena pada hakikatnya Allah swt. mencintai keindahan.

(Nia Ridwan, 2012: 101).

Kecantikan tidak bisa diukur dengan nilai. Kecantikan mempunyai makna yang luas. Kecantikan tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang, tetapi

(16)

2

fitrah manusia. Dengan kecantikan dan keanggunan yang dimilikinya, manusia selalu ingin menjadi pusat perhatian sekitarnya. (Aqila Smart, 2012:

5). Setiap manusia pasti tak lepas dari keinginan untuk selalu terlihat cantik. Terutama wanita.

Menjadi seorang wanita selalu ingin tampil cantik kapan pun dan dimana pun. Mereka mempercantik dirinya dengan berbagai cara, ada yang menggunakan alat-alat kosmetik dan ada juga yang melakukan operasi plastik.

Dia selalu melihat segala sesuatu pada setiap kesempatan untuk membangkitkan jiwanya dan dia rela menghamburkan banyak harta dan waktu

demi tercapai tujuannya. (Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musannid, 2004: 109).

Berhias, kata yang sangat identik dengan wanita. Banyak wanita

bercermin yang diperhatikan adalah kecantikan fisiknya. Tanpa mengetahuai konsep kecantikan yang sesungguhnya dalam Al-Qur’an atau sesuai dengan syari’at Islam. Wanita merupakan makhluk yang sangat menarik untuk

dibicarakan dan menarik untuk diperhatikan. Wanita memiliki pesona dan keindahan. Tidak hanya pada seluruh tubuhnya, namun juga pada setiap

langkah dan gerek-geriknya. (Solichul Hadi, 2006: 13).

Banyak manusia yang menganggap kecantikan hanyalah dari fisik atau

lahiriah saja. Sering kali dianggap bahwa wanita yang cantik adalah wanita yang cantik luarnya saja. Sementara itu hatinya tidaklah sesuai dengan kecantikan fisiknya. Konsep itulah yang mendominasi persepsi orang

(17)

3

sesungguhnya. (Nia Ridwan, 2012: 101). Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 bahwa tidak diperboehkan hanya tertarik pada kecantikan

secara fisik saja, yaitu:

ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ

َو

ﺎَّﻟِﺍ َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ

ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan tidak

boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun

kecantikan mereka menarik hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya)

yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”

(Departemen Agama RI, 2004: 425)

Bahkan kecantiakan secara fisik juga dapat menipu. Seperti dalam firman Allah Swt. dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 bahwasanya kecantikan yang memikat dan tutur kata yang manis tidak lebih baik jika kosong

imannya.

ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

َﻥْﻮُﻜَﻓْﺆُﻳ ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ

“Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka membuatmu

kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan mereka. Mereka

seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan

yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang

(18)

4

membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari

kebenaran?”.(Departemen Agama RI, 2004: 554)

“Kecantikan yang sebenarnya adalah ketulusan hati”. Kecantikan hati

adalah cerdas, ramah, murah senyum, punya banyak teman dan rendah hati

serta lain sebagainya. Dunia dapat berubah dan kecantikan dapat menipu. Namun, ketulusan hati seorang wanita dapat membuatnya dikatakan cantik. Pancaran kecantikan ini sering disebut inner beauty, yang mencerminkan

sikap dan perilakunya. Wanita yang mampu menampilkan kepribadian dan akhlak yang baik menjadikan mereka lebih berharga, karena kepribadian

adalah hal yang akan membuat seseorang lebih menarik dan cantik. (Nia Ridwan, 2012: 9-10).

Dalam Islam, kecantikan tidaklah hanya kecantikan fisik semata,

namun juga kecantikan hati. Seorang yang tampil sederhana namun hatinya cantik, tentu akan terlihat cantik. Namun seorang yang fisiknya cantik namun

hatinya tidak cantik, tentulah tidak akan terlihat secantik apabila hatinya yang cantik. Mereka kadang melupakan bahwa cantik tidaklah dari fisiknya saja, melainkan juga dari hatinya. Terkadang belum tentu yang cantik secara fisik

cantik pula hatinya. Seperti orang yang terlihat cantik di depan kadang juga belum terlihat cantik dibelakang. Seperti orang munafik. Kecantikan fisik dan

(19)

5

Manusia harus mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya, karena dengan mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya akan

menghantarkan pada kebaikan, kebahagiaan, ketentraman, dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berniat menggali kecantikan dalam Islam, yang mengkaji konsep kecantikan dalam pandangan Islam. Sehubungan dengan hal diatas, penulis mengangkat judul “KONSEP

KECANTIKAN DALAM QS. AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4”. Penulis akan berusaha mengulas konsep kecantikan

dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi bagi masyarakat umum terutama wanita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

pokok pokok masalah ini yaitu:

1. Bagaimana konsep kecantikan dalam QS. Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4?

(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui konsep kecantikan wanita dalam QS. Al-Ahzab ayat 52

dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

2. Untuk mengetahui implementasi QS. Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai konsep kecantikan wanita dalam Al-Qur’an.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat:

a. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

(21)

7 E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman dalam

mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka dijelaskan sebagai berikut:

1. Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret.

Gambaran dari obyek, proses ataupun apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep adalah

suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan mempunyai makna, suatu pengertian tentang suatu objek, yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian seseorang terhadap objek-objek atau benda-benda

melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek atau benda). (Akbar. 2013: 9)

Menuurut Umar, konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai cirri-ciri yang

sama. (Umar Husein, 2004: 51).

Jadi konsep adalah pengertian, ide ataupun serangkaian pernyataan

(22)

8 2. Kecantikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kecantikan berarti

keelokan (tentang wajah, muka), dan kemolekan. Sedangkan menurut ensiklopedia kata-kata Al-Qur’an Al-Karim yang dikeluarkan oleh dewan

bahasa Arab, kecantikan dimaknai dengan keanggunan, kehalusan, dan keelokan. Ada juga yang mengartikan kecantikan dalam kasad mata yaitu hal yang indah dan dapat membuat seseorang menjadi suka dan mencintai.

(Fauziya, 2015: 1)

Sehingga dapat diartikan kecantikan merupakan keelokan atau

keindahan. Tergantung bagaimana kecantikan itu dimaknai. Kecantikan dapat berarti kecantikan fisik, namun ada juga yang mengatakan bahwa kecantikan tidak hanya fisik saja, jika seorang yang hatinya cantik juga

dapat dikatakan sebagai kecantikan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan pendekatan

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian naskah tafsir yang

kaitannya antara teks dengan konteks, penafsiran ini menggunakan tafsir

maudhu’i yaitu membahasa satu judul tertentu secara mendalam dan

(23)

9

Tafsir maudhu'i, disebut juga dengan tafsir tematik, adalah cara menafsirkan kitab suci dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dari

berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian naskah tafsir

maudhu’i atau tafsir tematik adalah menafsirkan kitab suci atau ayat-ayat

Al-Qur’an dari berbagai surat untuk menyelesaikan permasalahan suatu

topik yang ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka penulis mengambil

sumber dari Al-Qur’an dan buku yang relevansi dengan problematika yang penulis bahas mengenai konsep kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sisitematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, tafsir, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Kedua sumber data penelitian skripsi ini adalah sebagai

(24)

10

a. Sumber Primer, adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Sumadi Suryabrata, 2009: 39), yaitu: QS.

Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung

untuk memperjelas data primer, yaitu ayat-ayat lain dan hadits-hadist yang mendukung penelitian serta buku-buku yang relevan terhadap penelitian yang berlangsung.

4. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul, terseleksi dan telah tersusun kemudian

dianalisis. Analisi yang digunakan adalah analisis isi yaitu suatu teknik penelitian yang membuat referensi yang dapat ditiru kebenarannya serta dengan memperhatikan konteksnya. Kemudian dilakukan deskripsi yaitu

memberikan memberikan penafsiran dan uraian tentang data yang telah terkumpul. (Sri Mularsih, 2014: 24)

Setelah data yang terkumpul dianalisi menggunakan metode tahili. Menurut Harahap (2000: 17) metode tahili dapat diartikan sebagai cara menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an dari sekian banyak

seginya, dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutan-urutannya di dalam mushhaf, penjelasan asbab al-nuzul (sebab-sebab turunya suatu

(25)

11 G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika

penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar

tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Asbabun Nuzul QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

Bab III : Munasabah QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 Bab IV : Pembahasan

(26)

12 BAB II

ASBABUN NUZUL QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

A. Redaksi Ayat dan Terjemahannya

Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi ayat QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yang menjadi obyek kajian penulis.

Adapun redaksi ayat QS. Al-Munafiqun ayat 4 dan QS. Al-Ahzab ayat 52 beserta terjemahannya disajikan dalam uraian berikut ini:

1. QS. Al-Ahzab ayat 52

ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ

َو

َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ

ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ ﺎَّﻟِﺍ

Artinya:

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan

tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain),

meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425)

2. QS. Al-Munafiqun ayat 4

ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

(27)

13 Artinya:

“Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan

mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira

bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka

itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka,

semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai

dipalingkan dari kebenaran?”.(Departemen Agama RI, 2004: 554)

B. Isi Kandungan

1. Seputar QS. Al-Ahzab dan Al-Munafiqun a. QS. Al-Ahzab

Surat Al-Ahzab terdiri atas 73 ayat. Dan termasuk golongan surat Maddaniyyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di

Madinah. Surat Al-Munafiqun adalah surat ke-33 dalam Al-Qur’an dan diturunkan sesudah surat Ali-Imran. Dinamai Al-Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surat ini terdapat

beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al-Ahzab yaitu peperangan yang dilancarkan oleh

orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan kaum munafik serta orang-orang-orang-orang musyrik terhadap orang-orang mukmun yang berada di Madinah.

Pokok isi ajaran dalam QS. Al-Ahzab diantaranya ialah tentang

(28)

14

orang kafir di akhirat karena mereka mengingkari Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta sifat-sifat orang munafik.

b. QS. Al-Munafiqun

Surat Al- Munafiqun terdiri atas 11 ayat. Dan termasuk

golongan surat Maddaniyyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surat Al-Munafiqun adalah surat ke-63 berdasarkan susunan mushaf dan surat ke-104 sesuai urutan

pewahyuan Al-Qur’an. Dinamakan Al-Munafiqun karena di dalamnya menceritakan gambaran mengenai sifat-sifat orang yang munafik,

keadaan dan perbuatannya. Al-Munafiqun itu sendiri berarti orang-orang munafik. Dengan menggambarkan wajah asli orang-orang-orang-orang yang munafik dan mengisahkan tentang jauhnya mereka dari rahmat Allah

Swt.

Pokok isi ajaran dalam QS. Al-Munafiqun yaitu diantaranya

tentang orang-orang munafik dan sifat-sifat yang buruk salah satunya ialah pendusta, suka bersumpah palsu, sombong, kikir, dan tidak menepati janji, serta hanya mengandalkan kecantikan dari luarnya.

2. Isi Kandungan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari

(29)

15

Arti dari QS. Al-Ahzab ayat 52 yaitu:

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan

tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain),

meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.”

Dijelaskan dalam ayat ini bahwa Nabi Muhammad tidak

diperbolehkan menikah sesudah mempunyai istri sebanyak yang telah ada dan tidak diperbolehkan mengganti istrinya yang telah ada itu dengan menikahi wanita lain. (Departemen Agama RI, 2004: 426)

1) Tafsir Ibnu Katsir

َﻚَﺒَﺠْﻋَأ ْﻮَﻟ َو ٍﺝﺍ َو ْﺯَأ ْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗ ْﻥَأ لَ َو ُﺪْﻌَﺑ ْﻦِﻣ ُءﺎَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞ ِﺤَﻳ َلَ

ﺎًﺒﻴِﻗ َﺭ ٍءْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُ َّللَّﺍ َﻥﺎَﻛ َو َﻚُﻨﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ لَِإ َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ

“Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan

sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan

istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu, kecuali

perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan

adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (Departemen

(30)

16

Dalam ayat ini, banyak ulama seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Zaid, Ibnu Jarir serta yang lainnya

menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan balasan Allah dan rida-Nya kepada istri-istri Nabi Saw. karena sikap

mereka yang baik yaitu lebih memilih Allah dan Rasul-Nya serta pahala akhirat saat mereka disuruh memilih oleh Rasulullah Saw., sebagaimana yang kisahnya telah disebutkan dalam ayat sebelum

ini.

Setelah mereka memilih Rasulullah Saw., maka sebagai

imbalan dari Allah ialah Dia membatasi Rasulullah Saw. hanya dengan mereka, dan mengharamkan baginya menikah lagi dengan wanita lain, atau menggantikan mereka dengan istri yang lain

selain mereka, sekalipun kecantikan wanita lain itu mempesona hati beliau Saw. Terkecuali hamba sahaya perempuan dan para

tawanan wanita, maka diperbolehkan baginya menikahi mereka. Kemudian Allah Swt. menghapuskan dosa bagi Nabi Saw. dalam hal ini (kawin lagi dengan wanita lain) dan merevisi hukum

ayat ini, serta membolehkannya kawin lagi. Tetapi Nabi Saw. tidak kawin lagi sesudahnya, agar hal ini dianggap sebagai karunia

(31)

17

َﻝﺎَﻗ

،َﺔَﺸِئ

ﺎَﻋ

ِﻦَﻋ ،ٍءﺎَطَﻋ ْﻦَﻋ ،و ٍرْﻤَﻋ ْﻦَﻋ ،ُﻥﺎَﻴْفُس ﺎَﻨَثَّﺪَﺣ :ُﺪَﻤْﺣَأ ُمﺎَﻣِ ْلْﺍ

َّﻠَس َو ِهْﻴَﻠَﻋ ُ َّللَّﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِ َّللَّﺍ ُﻝﻮُسَﺭ َتﺎَﻣ ﺎَﻣ : ْﺖَﻟﺎَﻗ ،ﺎَﻬْﻨَﻋ ُ َّللَّﺍ َﻲ ِضَﺭ

َﻢ

َءﺎَﺴِّﻨﻟﺍ ُهَﻟ ُ َّللَّﺍ َّﻞ ِﺣَأ ﻰﺘﺣ

“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada

kami Sufyan, dari Amr, dari Ata, dari Aisyah r.a. yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. belum diwafatkan sebelum Allah

menghalalkan baginya kawin lagi dengan wanita lain.” (Anonim:

2013: 33)

Jadi artinya bahwa tidak diperbolehkannya menikahi ataupun mengganti wanita lain karena kecantikannya yang menarik hati.

2) M. Quraisy Syihab

Menurut M. Quraisy Syihab tidak dihalalkan wanita selain

istrimu. Dan tidak diperbolehkan menceraikan istri dan mengganti mereka dengan menikahi wanita lain karena tertarik oleh kecantikannya.

Jadi menurut M. Quraisy Syihab tidak dipoerbolehkan menikah lagi karena tertarik dengan wanita yang lebih cantik dan

kemudian meninggalkan istrinya. 3) Tafsir Jalalain

Dalam tafsir jalalain tidak halal menikahi wanita-wanita

(32)

18

istri yang lain karena kecantikannya menarik hati kecuali wanita hamba sahaya yang dimiliki. (Anonim: 2013: 1)

Jadi dalam tafsir jalalain tidak dihalalkan menikahi wanita-wanita atau menggantinya dengan wanita-wanita yang lain karena tertarik

dengan kecantikannya.

Misalnya sudah mempunyai istri yang ketentuan jumlahnya sudah diatur dalam al-Qur’an kemudian menalak salah satu istri

karena tertarik dengan wanita lain karena wanita itu kecantikannya menarik hati, maka tidak diperbolehkan. Mengganti istri atau

menikah dengan wanita lain tidak diperbolehkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi kandungan dalam ayat ini yaitu bahwa pelarangan terhadap orang-orang yang sudah

mempunyai istri tetapi ingin menikah lagi dengan wanita yang kecantikannya menarik hatinya. Tidak diperbolehkan menikahi wanita

lain karena terpikat oleh kecantikan fisiknya, karena kecantikan dari luar tidak menentukan kecantikan hatinya. Dan jelas Allah Swt. sudah melarangnya melalui ayat ini dan ayat-ayat yang relevan dengan ayat

ini.

b. QS. Al-Munafiqun ayat 4

ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ

(33)

19

Arti dari QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

“Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu

mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.

Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan

kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?”.

(Departemen Agama RI, 2004: 554)

Dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 terdapat isi kandungan yaitu bahwa tubuh dan ucapan membuat kagum, tetapi dibalik itu tidak ada akhlak yang utama. Seperti perumpamaan kayu yang tersandar ialah

perumpamaan untuk menyatakan sifat mereka yang jelek meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi

sebenarnya otak mereka kosong, tidak dapat memahami kebenaran. (Departemen Agama RI, 2004: 555)

1) Tafsir Ibnu Katsir

Dalam tafsir Ibnu Katsir dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 bahwa firman Allah Swt. yaitu:

ْﻢِﻬِﻟ ْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﻥِإ َو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَأ َﻚُﺒ ِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬَﺘْﻳَأ َﺭ ﺍَﺫِإ َو

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka

menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu

(34)

20

memiliki penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih. Apabila perkataan mereka didengar, maka

pendengarnya akan terpesona oleh perkataan mereka yang berparamasastra. Padahal kenyataannya hati mereka sangat lemah,

rapuh, mudah sok, penakut, dan pengecut. Dan disebutkan dalam firman berikutnya:

ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻ َّﻞُﻛ َﻥﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ

“Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras

ditujukan kepada mereka.” (Al-Munafiqun: 4) Yakni manakala terjadi suatu peristiwa atau suatu kejadian atau hal yang

menakutkan, maka mereka berkeyakinan bahwa hal itu akan menimpa diri mereka, hal ini disebabkan hati mereka yang pengecut lagi penakut.

Mereka adalah orang-orang yang berpenampilan saja, tetapi dalamnya kosong sama sekali. Karena itulah maka disebutkan

dalam firman berikutnya:

ُﻫ ْﺭَﺬْﺣﺎَﻓ ُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ

َﻥﻮُﻜَﻓ ْﺆُﻳ ﻰَّﻧَأ ُ َّللَّﺍ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢ

“Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan

mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari

(35)

21

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Yazid, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah Al-Jumahi, dari Ishaq ibnu Bukair ibnu Abul Furat, dari Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a.,

bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu mempunyai ciri-ciri khas yang dapat diketahui, yaitu

salam penghormatan mereka berupa laknat, makanan mereka

adalah hasil rampokan, dan ganimah mereka adalah hasil

penggelapan (korupsi). Mereka tidak mendekati masjid-masjid

melainkan menjauhinya, dan mereka tidak mendatangi salat

kecuali paling belakang. Mereka bersikap sombong, tidak bersikap

rukun dan tidak pula bersikap simpatik. Mereka di malam hari

bagaikan kayu (yang tersandar) dan di siang hari gaduh.”

(36)

22

Jadi dalam tafsir ibnu katsir ayat ini menjelaskan bahwa penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih

tetapi kenyataannya hatinya sangat lemah, rapuh, mudah sok, penakut, dan pengecut.

2) M. Quraisy Syihab

Menurut M. Quraisy Syihab jika mereka dipandang akan terpesona oleh keindahan tubuh mereka. Jika berbicara akan

didengarkan karena manisnya. Namun kalbu mereka kosong dari iman, tidak ada kehidupan dalam diri mereka. Mereka mengira

bahwa setiap musibah ditunjukkan kepada mereka. Mereka terusir dari rahmat Allah Swt. Mereka dipalingkan dari kebenaran kepada kemunafikan.

Jadi menurut M. Quraisy Syihab kandungan dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 bahwa indahnya kecantikan secara lahiriah tidak

ada apa-apanya jika hatinya kosong akan iman. Dan orang yang seperti itu dipalingkan dari kebenaran yang jauh dari rahmat Allah Swt.

3) Tafsir Jalalain

Dalam tafsir jalalain menyatakan bahwa (dan apabila kamu

melihat mereka tubuh-tubuh mereka membuatmu kagum) karena keindahan dan kecantikannya. (Dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan mereka) karena kefasihan tutur katanya.

(37)

23

tetapi pikirannya kosong tidak dapat memahami (kayu yang tersandar) artinya bagaikan kayu yang tersandar di tembok.

(Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan keras) teriakan sebagaimana seruan di dalam kemiliteran atau seruan orang yang

mencari barang yang hilang (ditujukan kepada mereka) demikian itu karena hati mereka sudah memendam rasa kecut dan takut terhadap hal-hal yang akan menimpa mereka. itulah musuh yang

nyata. Yang berpaling dari iman. (Anonim, 2013: 1)

Jadi kandungan QS. Al-Munafiqun ayat 4 dalam tafsir

jalalain yaitu bahwa kecantikan dan keindahan yang membuat kagum serta kata-katanya yang manis dan enak didengar jika dengan hati yang kecut tidak berarti apa-apa kecantikannya itu.

Dengan demikian isi kandungan dalam QS. Ali-Munafiqun ayat 4 yaitu bahwa gambaran tentang orang munafik. Jika memandang

mereka akan terpesona dengan penampilan keindahan dan kecantikannya. Jika berbicara akan mendengarkan manis mulutnya. Lebih mementingkan aspek lahiriah yang membuat orang terpikat.

Namun hati mereka kosong dari iman. Sehingga dalam ayat ini sangat mementingkan kecantikan lahiriahnya tanpa melihat kecantikan

(38)

24 C. Asbabun Nuzul

1. Pengertian Asbabun Nuzul

Secara bahasa kata asbab berasal dari bahasa arab yaitu ٌﺐَﺒَس yang berarti sebab, karena (Yunus, 2010:161). Sedangkan nuzul adalah berasal

dari kata ًلَ ْوُزُﻧ - ُﻝ ِزْﻨَﻳ - َﻝ َزَﻧ yang berarti turun (Yunus, 2010:448). Secara istilah asbabun nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan Al-Qur’an

tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Budihardjo, 2012:21).

Asababun Nuzul itu tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), melainkan berdasarkan riwayat yang sahih dan didengar langsung oleh orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang

-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan

pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya. Jadi asbabun nuzul adalah sebab turunnya ayat Al-Qur’an, dimana ayat tersebut menjelaskan peristiwa atau kejadian yang melatarbelakangi

turunnya ayat tersebut. Dan apabila Rasulullah ditanya tentang suatu hal , amak turunlah ayat AL-Qur’an yang menjelaskan ataupun menerangkan

(39)

25 2. Asbabun Nuzul QS. Al-Ahzab ayat 52

QS. Al-Ahzab ayat 52 yaitu:

ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ

meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425)

Nabi Muhammad tidak diperbolehkan menikah sesudah

mempunyai istri-istri sebanyak yang telah ada dan tidak diperbolehkan mengganti istrinya yang telah ada itu dengan menikahi wanita lain. (Departemen Agama RI, 2004: 426)

Imam Turmuzi telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. dilarang mengawini berbagai macam

wanita, kecuali wanita-wanita yang mukmin lagi ikut berhijrah, melalui

firman Allah Swt.: “Tidak halal bagimu mengawini

perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan

istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali

perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki.” (Al-Ahzab:

(40)

26

Swt. berfirman: Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya. (Al-Maidah:

5), hingga akhir ayat. (Faisal, 2013: 33)

Diriwayatkan dari Ibnu Sa’d yang bersumber dari Ikrimah bahwa

setelah Rasulullah Saw. menyuruh istrinya antara dunia dan isinya dan segala kemewahannya dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya. Maka turunlah ayat ini. (Faisal, 2013: 33)

Asbabun nuzul dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 adalah sebagai larangan terhadap Rasulullah untuk menikah lagi karena tertarik dengan

kecantikan wanita lain.

3. Asbabun Nuzul QS. Al-Munafiqun 4 QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

ْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴ

َﻥْﻮُﻜَﻓْﺆُﻳ ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ

“Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan

mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira

bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka

itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka,

semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai

dipalingkan dari kebenaran?”.(Departemen Agama RI, 2004: 554)

(41)

27

Arqam mendengar Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya:

“Kalian janganlah memberi nafkah kepada orang-orang yang dekat dengan

Rasulullah Saw. sebelum mereka meninggalkan agamanya. Kelak apabila kita pulang ke madinah, pasti orang yang mulia akan akan mengusir oarng yang hina dari kota itu.” Kejadian itu diterangkan Zaid kepada pamannya,

kemudian pamannya disampaikan kepada Rasulullah Saw. Rasulullah memanggil Zaid bin Arqam. Zaid menerangkan kejadian itu kepada beliau.

Kemudian Rasulullah memanggil Abdullah bin Ubay dan teman-temannya. Akan tetapi mereka bersumpah dihadapan Rasulullah bahwa

mereka tidak pernah berkata demikian. Kemudian Allah menurunkan surat Al-Munafiqun. (Anonim. 2013: 1)

Dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 diibaratkan bahwa perumpamaan

kayu yang tersandar ialah perumpamaan untuk menyatakan sifat mereka yang jelek meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai

berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka kosong, tidak dapat memahami kebenaran. (Departemen Agama RI, 2004: 555)

Dari riwayat diatas dan dengan lanjutan QS. Al-Munafiqun ayat 4

menceritakan tentang orang munafik. Yaitu orang yang di depan orang lain terlihat kecantikannya, namun jika di belakang orang lain

membicarakannya atau bahkan menjelakkannya. Karena kosongnya hati mereka akan iman.

Jadi asbabun nuzul dari surat al-Munafiqun ayat 4 yaitu berawal dari

(42)

28

Rasulullah Saw., tetapi saat ditanyai oleh Rasulullah Saw. didepan Rasulullah tidak membicarakannya. Sehingga dia dimata Rasulullah kelihatan baik karena

(43)

29 BAB III

MUNASABAH QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

A. Pengertian Munasabah

Kata munasabah berasal dari

ٌۃَﺒَس ﺎَﻨُﻣ

-

ُﺐِس ﺎَﻨُﻳ

-

ٌﺐَس ﺎَﻧ

yang berarti

hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munasabah berarti muqarabah

atau kedekatanan kemiripan. Sedangkan secara istilah munasabah adalah adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat, ataupun dengan yang lainnya. Munasabah adalah

kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Qur’an baik pada surat maupun pada ayat-ayat yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012:39).

Jadi munasabah yaitu kedekatan atau kemiripan hubungan sesuatu dengan hubungan yang lainnya. Seperti kemiripan antara ayat yang satu

dengan ayat yang lainnya, antara ayat yang satu dengan hadist yang lainnya dan sebainya.

Pengetahuan tentang munasabah sangat bermanfaat dalam memahami keserasian antara makna, kejelasan, keterangan, keteraturan susunan kalimatnya dan keindahan gaya bahasa. Adapun faedah mempelajari ilmu

(44)

30

1. Menunjukkan salah satu sisi I’jazul Qur’an dalam susunan kata, kalimat

dan makna.

2. Membantu memahami makna dan maksud dari nash Al-Qur’an, dengan menelaah Al-Qur’an kita bisa mengetahui dalamnya makna Al-Qur’an

serta rahasia kemukjizatannya.

3. Merasakan betapa indahnya susunan kata-kata dalam Al-Qur’an, apalagi turun sesuai dengan kejadian yang sarat akan hikmah.

4. Menjawab dan meluruskan anggapan bahwa ayat Al-Qur’an tumpang tindih dan kacau balau

5. Memperkuat keakuratan penafsiran Al-Qur’an.

6. Membantu seseorang (mufassir) dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. (Usman, 2009: 173)

B. Munasabah Ayat

1. Munasabah dalam Al-Qur’an

Para ulama yang menekuni ilmu munasabah al-Qur’an mengemukakan hubungan antaraayat yang lainnya untuk mengetahui dan

membuktikan keserasian yang dimaksud. Diantaranya: a. Hubungan ayat satu dengan ayat lainnya

(45)

31

Seperti firman Allah Swt. QS. Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

QS. Al-Ahzab ayat 52 yaitu:

ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ

َو

َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ

ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ ﺎَّﻟِﺍ َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan

tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain),

meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425)

Maksudnya bahwa Allah Swt. melarang Rasulullah Saw. menikah lagi dengan wanita yang membuat menarik hatinya karena kecantikannya. Sehingga kecantikan fisik bukanlah yang utama dalam

kehidupan.

QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu

mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.

(46)

32

kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?”.

(Departemen Agama RI, 2004: 554)

Maksudnya yaitu bahwa kecantikan yang terlihat kadang dapat menipu. Karena kecantikan yang menjadikannya kagum dan tutur kata yang manis belum tentu didalamnya mengagumkan dan manis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecantikan lahiriah atau kecantikan fisik bukanlah segalanya karena tidak menentukan siapa

dirinya. Apalagi kecantikan itu tanpa didasari oleh iman ataupun hati yang menggerakkan kinerja otak. Bahkan Allah Swt. melarang Rasulullah yang hendak menikah dengan wanita yang menarik hatinya

karena kecantikan yang dimilikinya.

Di dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

dijelaskan bahwa kecantikan secara fisik bukanlah hal yang utama. Dan di dalam QS. Ar-Rahman ayat 70 dijelaskan bahwa ada ada bidadari di surga yang cantik-cantik dan baik-baik. Artinya bahwa

kecantikan yang sesungguhnya bukanlah kecantikan secara fisik saja, tetapi kecantikan antara keduanya. Maksudnya bahwa kecantikan

secara fisik bukanlah yang utama, tetapi dengan kecantikan hatinya atau akhlaknya dapat menjadikan seperti bidadari di surga.

Dalam QS. Ar-Rahman ayat 70 yaitu:

( ٌﻥﺎَﺴِﺣٌتُرْﻴَﺧَّﻦِﻬْﻴِﻓ

٠٧

(47)

33

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang

baik-baik lagi cantik-cantik.” (Departemen Agama RI, 2004: 534)

Maksudnya bahwa tidak hanya kecantikan saja yang menjadikan seperti bidadari di surga, tetapi juga harus dengan

kebaikan. Karena Allah Swt. menyebutkan bahwa bidadari surga itu adalah yang cantik-cantik dan baik-baik. Sehingga membentuk pribadi yang baik juga sangat diperlukan.

Yang diperjelaskan dalam sebuah hadist bahwa Allah Swt, tidak melihat kepada wajahnya tetapi kepada hati dan amal yang

dilakukan. Rasulullah Saw. bersabda:

ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَأَو ْﻢُﻜِﺑْﻮُﻠُﻗ ﻰَﻟِإ ُرُﻂْﻨَﻳ ْﻢُﻜِﻟﺍَﻮْﻣَأَو ْﻢُﻛِﺭَﻮُﺻﻰَﻟِإ ُرُﻆْﻨَﻳﺎَﻟ َﷲَّﻥِإ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah

kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada

hati dan amal kalian.” (HR. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah

Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, no. 2564 (33))

Sehingga konsep kecantikan yang sesungguhnya ialah bukan

hanya terfokus pada kecantikan secara fisik saja, tetapi lebih mengutamakan kepada kecantikan hati, hati yang mngontrol semua badan sehingga bertindak sesuai keinginannya. Oleh karena itu jika

(48)

34

b. Hubungan ayat sesudah dan sebelumnya

Ada hubungan antara dalam QS. Al-Ahzab ayat 51 dengan 52.

yaitu tentang istri Rasulullah Saw. istri yang kecantikannya baik tidak diperbolehkan ditinggalkan oleh Rasulullah seperti dalam ayat 52

Rasulullah ingin menikah lagi dengan wanita yang kecantikannya menarik hatinya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdul Malik ibnu Syaibah, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu

Abu Bakar, telah menceritakan kepadaku Al-Mugirah ibnu Abdur Rahman Al-Khuza'i, dari Abun Nadr maula Umar ibnu Abdullah, dari Abdullah ibnu Wahb ibnu Zam'ah, dari Ummu Salamah;

Sesungguhnya Ummu Salamah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. belum diwafatkan sebelum Allah meghalalkan baginya kawin

dengan wanita yang disukainya, selain wanita yang ada hubungan mahram dengannya. Demikian itu disebutkan oleh firman Allah Swt.:

Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di

antara mereka”. (Al-Ahzab: 51), hingga akhir ayat. (Faisal, 2013: 33)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebelum keinginan

(49)

35 c. Hubungan ayat dengan hadist

Didalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

dijelaskan bahwa Allah Swt. tidak mengutamakan tentang kecantikan yang kasat mata ataupun kecantikan secara fisik. Seperti ayat berikut:

QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ

َو

َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ

ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ ﺎَّﻟِﺍ

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan

tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain),

meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425)

َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu

mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.

Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan

kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?”.

(50)

36

Kemudian Rasulullah Saw. memperjelas dalam sebuah hadist tentang kecantikan yang dipandang oleh Allah Swt. yaitu:

ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَأَو ْﻢُﻜِﺑْﻮُﻠُﻗ ﻰَﻟِإ ُرُﻂْﻨَﻳ ْﻢُﻜِﻟﺍَﻮْﻣَأَو ْﻢُﻛِﺭَﻮُﺻﻰَﻟِإ ُرُﻆْﻨَﻳﺎَﻟ َﷲَّﻥِإ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah

kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada

hati dan amal kalian.” (HR. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah

Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, no. 2564 (33))

Maksud dari hadits itu adalah bahwasanya Allah Swt. tidaklah mengutamakan tentang kecantikannya saja, dalam artinya kecantikan

secara fisik ataupun kecantikan lahiriah, akan tetapi Allah Swt. lebih memandang terhadap kecantikan hati dan amal yang dilakukan. Yang menuju kepada perbuatan akhlak yang dilakukan. Sehingga lebih

uatama kecantikan hati dan amal dari pada kecantikan secara lahiriah saja. Oleh kerena itu sangat diperlukan kecantikan hati karena Allah

Swt. lebih melihat kepada kecantikan hati dan amalnya. Terbentuknya hati yang baik secara naluri akan tercipta akhlak dan amal yang baik

yang kemudian akan membentuk kecantikan itu sendiri.

Dalam hadist lain Rasulullah Saw. mengatakan bahwa sebaik-baik wanita adalah wanita yang sholehah, ibarat seperti perhiasan yang

(51)

37

Telah bercerita kepada kami, Muhammad bin Abdillah bin Yazid berkata: Telah bercerita kepada kami haiwa yang menutur sanad

hingga akhir, dan bercerita kepada kami Syarohbil bin Syarik, sesungguhnya beliau mendengar Abu Abdirrahman Al Hubla berkata dari Abdullah bin Amr bin Il’a. Sesungguhnya Rasulullah Saw.

bersabda: “Sesungguhnya seluruh dunia adalah perhiasan dan sebaik -baik perhiasan adalah wanita salehah. (HR. Muslim)

Artinya, bahwa kecantikan secara fisik tidak sebanding dengan

kecantikan hati, kecantikan sifat, dan kecantikan akhlak wanita. Wanita salehah adalah perhiasan dunia, yaitu wanita yang saleh

terhadap agamanya. Bahwasanya wanita yang cantik secara lahiriah tidak dapat menjadi perhiasan dunia jika tidak bisa menjadi wanita

yang salehah. Oleh karena itu kecantikan hati, dan akhlak dapat membimbing menuju wanita yang solehah.

Di dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

dijelaskan bahwa kecantikan secara fisik bukanlah hal yang utama. Dan di dalam QS. Ar-Rahman ayat 70 dijelaskan bahwa ada ada

(52)

38

kecantikan yang sesungguhnya bukanlah kecantikan secara fisik saja, tetapi kecantikan antara keduanya. Maksudnya bahwa kecantikan

secara fisik bukanlah yang utama, tetapi dengan kecantikan hatinya atau akhlaknya dapat menjadikan seperti bidadari di surga.

Dalam QS. Ar-Rahman ayat 70 yaitu:

( ٌﻥﺎَﺴِﺣٌتُرْﻴَﺧَّﻦِﻬْﻴِﻓ

٠٧

)

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang

baik-baik lagi cantik-cantik.” (Departemen Agama RI, 2004: 534)

Maksudnya bahwa tidak hanya kecantikan saja yang menjadikan seperti bidadari di surga, tetapi juga harus dengan

kebaikan. Karena Allah Swt. menyebutkan bahwa bidadari surga itu adalah yang cantik-cantik dan baik-baik. Sehingga membentuk pribadi yang baik juga sangat diperlukan.

Yang diperjelaskan dalam sebuah hadist bahwa Allah Swt, tidak melihat kepada wajahnya tetapi kepada hati dan amal yang

dilakukan. Rasulullah Saw. bersabda:

ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَأَو ْﻢُﻜِﺑْﻮُﻠُﻗ ﻰَﻟِإ ُرُﻂْﻨَﻳ ْﻢُﻜِﻟﺍَﻮْﻣَأَو ْﻢُﻛِﺭَﻮُﺻﻰَﻟِإ ُرُﻆْﻨَﻳﺎَﻟ َﷲَّﻥِإ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah

kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada

hati dan amal kalian.” (HR. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah

(53)

39

Sehingga konsep kecantikan yang sesungguhnya ialah bukan hanya terfokus pada kecantikan secara fisik saja, tetapi lebih mengutamakan

kepada kecantikan hati, hati yang mngontrol semua badan sehingga bertindak sesuai keinginannya. Oleh karena itu jika hatinya baik akan pula

(54)

40 BAB IV PEMBAHASAN

A. Konsep Kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat

4

Kecantikan tidak bisa diukur dengan nilai. Kecantikan mempunyai makna yang sangat luas tergantung bagaimana persepsi masing-masing orang

tentang kecantikan. Kecantikan tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang, tetapi dari banyak sudut pandang. Karena penilaian atau konsep orang

mengenai kecantikan itu berbeda-beda. Tidak dapat kecantikan dijadikan mendai satu konsep yang sama. Karena cantik itu relatif.

Ada banyak pendapat mengenai konsep kecantikan karena kecantikan

tidak dapat diukur dari satu nilai yang sama.ada yang mengatakn cantik itu dari fisiknya dan ada juga cantik itu dari hatinya jika ingin dikatakan cantik.

Pendapat yang pertama mengatakan bahwa kecantikan seseorang itu pertama kali dilihat dari kecantikan fisiknya, yaitu berkulit putih, berhidung mancung, bertubuh langsing, berambut lurus dan berwajah cerah tanpa noda.

(Aqila Smart, 2012: 11). Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa seseorang memiliki pesona dan keindahan tidak hanya pada seluruh tubuhnya,

(55)

41

kalimat yang sering menggambarkan kekaguman orang terhadap wanita cantik. Wanita cantik adalah wanita yang:

1. Halus tutur katanya dan baik budi bahasanya. 2. Rambutnya terurai.

3. Bertakwa kepada Allah Swt.

4. Berbakti kepada orang tua dan masyarakat. 5. Kulitnya halus seperti sutra.

6. Bibirnya seperti delima merekah.

Namun menurut Nia Ridwan, (2012: 11-12) konsep kecantikan

sebenarnya telah diwariskan oleh nenek moyang, jauh sebelum produk kecantikan tersebut tersebar dalam kehidupan para wanita. Adapun konsep kecantikan tersebut antara lain:

a. Untuk mendapatkan bibir yang menawan, poleslah dengan kata-kata yang penuh dengan kebaikan.

b. Untuk mendapatkan wajah yang cerah, hiasilah dengan senyum yang tulus. c. Untuk mendapatkan tubuh yang ideal, sebaiknya berbagilah setiap

makanan yang dimakan dengan orang lain.

d. Untuk mendapatkan mata yang indah, menataplah pada keindahan hati dan kebaikan orang lain.

e. Untuk mendapatkan perhatian, berjalanlah dengan ilmu dan pengetahuan. f. Untuk mendapatkan kesempurnaan, berusahalah menerima diri seutuhnya

(56)

42

Banyak faktor mengenai konsep kecantikan dari berbagai pendapat, yang menjadikan kecantikan itu sulit dimaknai kalau hanya dari satu sudut

pandang saja. Tentunya dalam Al-Qur’an juga membahas tentang kecantikan. Bagaimana kecantikan yitu yang sesungguhnya.

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan analisis konsep kecantikan sesuai pada ayat-ayat yang dikaji yaitu, pada QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu kecantikan tidak hanya bertumpu pada

kecantikan lahiriah saja, tetapi lebih dari itu, yaitu kecantikan hati. a. QS. Al-Ahzab ayat 52

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa pelarangan dari Allah Swt. bagi Rasulullah Saw. untuk menikah lagi atau mengganti istri yang lainnya dengan wanita yang kecantikannya menarik hatinya. Dikisahnya pada ayat

itu dan ayat sebelumnya bahwa saat istri Rasulullah Saw. ditanyai untuk memilih keindahan dunia yang begitu mewah yang menarik hati atau

hidup dengan Rasulullah Saw. tetapi semua memilih untuk hidup dengan Rasulullah Saw. Sehingga jelas bahwa istri-istri Rasulullah Saw. sangat setia kepada beliau karena hatinya yang baik. Rasulullah Saw, juga

bersabda bahwa:

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah kalian, juga

tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal

kalian.” (HR. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab

(57)

43

Sehingga konsep kecantikan dalam ayat ini meenjelaskan bahwa kecantikan itu tidaklah dari kecantikan fisik walaupun kecantikan itu

sangat menarik hati, tetapi konsep kecantikan yang sesungguhnya bertumpu pada kecantikan hati. Hati yang mengontrol segala perbuatan

dan akhlaknya.

b. QS. Al-Munafiqun ayat 4

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa tubuh-tubuh yang membuat

kagum dan kata-kata yang manis apabila berbicara tidak berguna apabila hatinya kosong akan iman. Artinya kecantikan lahiriah saja dapat menipu

jika tidak mengetahui kecantikan yang sesungguhnya. Kecantikan yang nampak diluar tidak dapat menentukan kecantikan yang ada di dalam. Tetapi kecantikan yang ada di dalam, tentu akan memunculkan kecantikan

yang ada di luar itu dengan sendirinya.

Sehingga konsep kecantikan dalam ayat ini bahwa kecantikan fisik

bukanlah hal yang utama. Karena jika mempunyai kecantikan fisik tanpa hati yang baik dan didasari dengan iman, maka akan percuma saja. Karena Allah Swt. lebih melihat kepada hati dan amal yang baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS, Al-Munafiqun ayat 4 bahwa kecantikan yang sesungghnya

bukanlah kecantikan yang terletak pada kecantikan fisik, tetapi kecantikan hati. Hati yang mudah berubah-ubah tentunya akan sulit untuk mempertahankan kecantikan yang sesungguhnya itu, namun dengan didasari

(58)

44

B. Implementasi QS. Al-Munafiqun ayat 4 dan QS. Al-Ahzab ayat 52 terhadap pendidikan akhlak

Mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya dalam Islam sangatlah penting. Yang pastinya akan menuju pada kecantikan yang

sesungguhnya yaitu kecantikan yang berdasarkan pada hati. Namun hati yang sering berubah juga tentulah juga harus didasari pada iman dan amal yang dilakukan. Oleh karena implementasi ayat tersebut terhadap pendidikan akhlak

sangatlah penting, karena akhlak sangat erat kaitannya dengan kecantikan yang sesungguhnya tersebut.

Setelah penulis membahas tentang konsep kecantikan yang terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4, maka penulis akan menyajikan implementasi pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam.

1. Mewujudkan akhlak yang baik. Allah menjelaskan bahwa seorang yang baik akhlaknya lebih baik dari pada seorang yang cantik fisiknya.

Sehingga Allah melarang Rasulullah Saw. menikah lagi dengan wanita yang yang kecantikannya menarik hatinya. Seperti yang dijelaskan dalam QS. AL-Ahzab ayat 52.

“Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan

tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain),

(59)

45

(hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala

sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425)

Meskipun kecantikan secara fisik juga penting dalam artian menjaga dan merawat apa yang telah diberikan kepada Allah Swt. namun

dengan akhlak yang baik juga sangat penting, karena kecantikan akhlak dan hati akan dengan sendirinya membuat kecantikannya terpancar. Karena dalam hadist juga dijelaskan bahwa Allah lebih melihat hati dan

amal yang dilakukan. Misalnya dengan berbuat baik kepada siapa saja. 2. Penanaman konsep kecantikan yang sesungguhnya akan menanamkan hati

seorang tidak kosong akan iman. Artinya tidak mengandalkan kecantikan fisiknya saja. Dalam QS. AL-Munafiqun ayat 4 yaitu, pendidikan akhlaknya bahwa pentingnya hati akan iman. Hati tidak boleh kosong akan

iman.

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan

mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira

bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka

itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka,

semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran pemasaran dan margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.. Teknik untuk

Deskripsi Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukkan contoh dan memberikan tugas, sesuai dengan perkembangan afeksi (sosial dan emosional) peserta didik usia

Dalam mengembangkan produk Remote Presentasi dilakukan 10 tahap perancangan, yaitu perencanaan produk, identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep,

[r]

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim tuntutan agar Putusan ini dapat dijalankan terlebih dulu meskipun ada upaya hukum verzet, banding maupun upaya hukum lainnya atau

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat keragaman genetik yang luas pada empat populasi F 2 tomat dan terdapat karakter kuantitatif pada tanaman tomat yang memiliki

Ruang lingkup dan hasil kegiatan perencanaan pengendalian jalan sekitar Jembatan Kuncir Nganjuk meliputi evaluasi kondisi jalan di sekitar persimpangan saat ini

D ا اذﺈﻓ ﺪﺠﺴﳌا ﱃإ نﺎﻀﻣر ﰲ بﺎﻄﳋا ﻦﺑ ﺮﻤﻋ ﻊﻣ ﺖﺟﺮﺧ لﺎﻗ ﻪﻧأ يرﺎﻘﻟا ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﻦﲪﺮﻟا ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﲑﺑﺰﻟا ﻦﺑ ةوﺮﻋ ﻦﻋ بﺎﻬﺷ ﻦﺑا ﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ ﲏﺛﺪﺣ عازوأ سﺎﻨﻟ ﻲﻠﺼﻳو ﻪﺴﻔﻨﻟ ﻞﺟﺮﻟا ﻲﻠﺼﻳ نﻮﻗﺮﻔﺘﻣ