• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIRMANSHIP PADA PILOT MASKAPAI PENERBANGAN DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "AIRMANSHIP PADA PILOT MASKAPAI PENERBANGAN DI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

AIRMANSHIP PADA PILOT MASKAPAI PENERBANGAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Bonavantura Dinar Dwi Putra 099114094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

AIRMANSHIP PADA PILOT MASKAPAI PENERBANGAN DI INDONESIA

Bonavantura Dinar Dwi Putra

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Airmanship pada Pilot. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dan Airmanship pada Pilot. Subjek penelitian ini adalah 52 orang yang berprofesi sebagai seorang pilot di Indonesia yang dipilih dengan metode Convenience sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pengisisan skala kecerdasan emosional dan airmanship. Koefisien reliabilitas skala kecerdasan emosional dengan 47 item sebesar 0,950, sedangkan koefisien reliabilitas pada skala airmanship

dengan 14 item sebesar 0,877. Analisis data menggunakan analisis korelasi Person Product Moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dan airmanship sebesar 0,647 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dan Airmanship pada Pilot.

(6)

vi

THE CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELEGENCE AND AIRMANSHIP AT AIRLINES PILOT IN INDONESIA

Bonavantura Dinar Dwi Putra

ABSTRACT

The study was a correlation quantitative research aimed to determine the relationship between emotional intelligence and airmanship in pilot. The hypotheses was significant positive correlation between emotional intelligence and airmanship in pilot. The subjects were 52 pilots in Indonesia who selected by convenience sampling method. The reliability coefficient of emotional intelligence scale obtained 47 items was 0.950 and the coefficient reliability of airmanship scale obtained 14 items was 0.877. Data analysis used person product moment analysis. Data analyze showed the correlation coefficient between emotional intelligence and airmanship is 0.647 with a significance level 0.000 (p < 0.05). Result showed that hypothesis is accepted. There was a significant positive correlation between emotional intelligence and airmanship in pilot.

(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus atas segala rahmat yangdiberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa psikologi. Penulis memiliki keyakinan yang besar kepada Tuhan dan bertekun untuk menyelesaikan tugas akhir ini meskipun banyak halangan dan kesulitas yang telah penulis alami selama proses penyelesaian tugas akhir ini. Dengan semangat dan keyakinan ini, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan

Airmanship pada Pilot Maskapai Penerbangan di Indonesia”. penulis juga menyedari bahwa selain keyakinan akan Tuhan, ada banyak orang yang telah membantu penulisan skripsi dan dalam kehidupan penulis selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah memberikan warna-warni untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Mereka adalah:

1. Bapak Dr. Trasisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Progran Studi Fakultas Psikologi Unoversitas Sanata Dharma.

3. Ibu Passchedona Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan kesabarannya

(9)

ix

5. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Selaku dosen Psikologi atas waktu dan tenaga untuk tempat berbagi cerita dan pemberi motivasi di saat penulis sedang dalam masalah.

6. Semua dosen dan karyawan (mas Gandung, mas Doni, Pak Gik) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang mendampingi dan membantu selama masa studi.

7. Keluarga penulis Bapak yang sekarang sudah ada di surga, Ibu, kakak atas doa dan semangat yang tidak berhenti sampai kapanpun.

8. Sahabat seperjuangan disaat kuliah ini Boy, Sunu, Rani, Lala, Rea, Ginza, Jablay, Putri, Pakde, Andang, Kibo, Gandring atas suka dan duka, canda tawa selama ini.

9. Sahabat-sahabat ku yang telah mengisi hidup ku dari kecil hingga sekarang Ogeg, Jojo, Tito, Miut, Yoka yang selalu memberikan semangat untuk meraih cita-cita ku.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2009 dan berbagai angkatan atas dinamika yang telah berjalan selama masa studi.

11. Capt. Kuntardi, terimakasih telah membantu peneliti dalam proses penelitian ini, serta teman-teman pilot lainnya yang telah bersedia membantu.

(10)

x

Penulis juga menyadari ketidaksempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini.

Yogyakarta,

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

(12)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Airmanship ... 10

1. Definisi Airmanship ... 10

2. Aspek-aspek airmanship ... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi airmanship ... 14

B. Kecedasan Emosional ... 16

1. Definisi Kecerdasan Emosional ... 16

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 17

3. Dampak dari Kecerdasan Emosional ... 19

C. Dinamika Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Airmanship pada Pilot ... 19

D. Bagan Penelitian... 23

E. Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGIPENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

C. Definisi Operasional ... 25

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 27

F. Validitas dan Reliabilitas ... 30

1. Validitas ... 30

(13)

xiii

3. Reliabilitas ... 32

G. Metode Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pelaksanaan Penelitian ... 34

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 35

C. Deskripsi Data Penelitian ... 36

D. Hasil penelitian... 36

1. Uji Asumsi Penelitian ... 36

a. Uji Normalitas ... 36

b. Uji Linearitas ... 38

2. Uji Hipotesis ... 39

E. Pembahasan ... 40

BAB V PENUTUP ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data kecelakaan transportasi udara tahun 2007-2012

(http://www.dephub.go.id ) ... 3

Tabel 2 : Prosentase perkiraan faktor penyebab kecelakaan transportasi udara tahun 2007-2012 (http://www.dephub.go.id ) ... 3

Tabel 3 : Pemberian Skor Skala Kecrdasan Emosional... 28

Tabel 4 : Blueprint Kecerdasan Emosional Sebelum seleksi item ... 29

Tabel 5 : Blueprintairmanship sebelum seleksi item ... 30

Tabel 6 : Blueprint Kecerdasan Emosional setelah seleksi item ... 31

Tabel 7 : Blueprintairmanship setelah seleksi item ... 32

Tabel 8 : Deskripsi Usia Subjek ... 35

Tabel 9 : Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ... 35

Tabel 10 : Hasil Perbandingan Mean Teoritis dan Mean Empiris ... 36

Tabel 11 : Uji Normalitas Kecerdasan Emosional ... 37

Tabel 12 : Uji Norlmalitas Airmanship ... 38

Tabel 13 : Uji Linearitas ... 39

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Kecerdasan Emosional dan Airmanship sebelum

seleksi item ... 49

Lampiran 2 : Skala Kecerdasan Emosional dan Airmanship setelah seleksi item ... 54

Lampiran 3 : Uji Reliabilitas ... 59

Lampiran 4 : Uji Normalitas ... 65

Lampiran 5 : Hasil Uji Linearitas... 66

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana transportasi merupakan komponen utama dan sangat penting dalam kehidupan manusia (Aminah, 2005). Transportasi merupakan alat vital dalam perkembangan manusia, baik dalam hal pemerataan penduduk (transmigrasi), perekonomian, pertumbuhan industri, kemudahan dan penciptaan sebuah peradaban baru yang lebih modern (Abadi, 2011).

Transportasi secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu transportasi udara (pesawat udara dan helikopter), transportasi darat (bus, kereta api, mobil, sepeda motor, becak) dan transportasi air (kapal feri dan kapal laut) (http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum). Salah satu transportasi di Indonesia yang perkembangannya semakin pesat adalah transportasi udara (Abadi, 2011).

(17)

data tersebut terlihat bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penumpang yang pesat.

Peningkatan yang pesat tersebut, sayangnya tidak didukung oleh kondisi yang ada. Akhir-akhir ini kondisi yang sangat memprihatinkan terjadi dalam dunia penerbangan. Kecelakaan pesawat terbang sering terjadi. Hal tersebut sangat memprihatinkan, karena banyak memakan korban jiwa akibat kecelakaan tersebut. Kondisi tersebut dapat berdampak negatif dalam dunia penerbangan yang membuat kepercayaan masyarakat akan kenyamanan dan keselamatan transportasi udara menurun. Bahar (2009) menyatakan bahwa pada 16 April 2007, FAA (Federal Aviation Administration) menurunkan peringkat Indonesia ke kategori 2 (gagal) karena Indonesia tidak memenuhi standar pengawasan keselamatan penerbangan yang telah di tetapkan ICAO (International Civil Aviation Organitation).

(18)

Tabel 1.

Data kecelakaan transportasi udara tahun 2007-2012

Tahun Jumlah Kecelakaan

Jenis Kecelakaan Korban Jiwa Kecelakaan Kecelakaan hingga tahun 2012 telah tercatat sebanyak 140 kecelakaan pesawat yang memakan korban sebanyak 387 jiwa, dimana korban meninggal sebanyak 303 jiwa dan korban luka-luka sebanyak 84 jiwa.

KNKT juga memberikan data tentang faktor-faktor penyebab kecelakaan transportasi udara tahun 2007-2012.

Tabel 2.

(19)

Berdasarkan hasil prosentase KNKT tersebut, faktor penyebab kecelakaan transportasi udara 60,71% disebabkan oleh faktor manusia, 32,86% disebabkan oleh teknis dan 6,43% disebabkan oleh lingkungan.

FAA dalam Bahar (2009), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan penerbangan ada 3 faktor, yaitu faktor cuaca (13,2%), faktor armada (27,1%), dan faktor manusia (66,7%). Lebih lanjut FAA menyatakan bahwa indikasi kecelakaan yang terjadi di Indonesia diakibatkan kecakapan penerbang (pilot) yang kurang baik (Bahar, 2009). Berdasarkan sumber-sumber tersebut dapat dilihat bahwa faktor terbesar yang menyebabkan kecelakaan pesawat adalah faktor manusia, yaitu kecakapan pilot.

Carig (dalam Alhial, 2007) mengatakan bahwa pilot lah yang menyumbang faktor manusia terbesar dalam kecelakaan pesawat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, http://kbbi.web.id/) pilot adalah orang yang bertugas mengemudikan sebuah pesawat terbang. Pilot memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menjalankan profesinya serta tuntutan untuk dapat menjamin keselamatan para penumpang hingga ke kota tujuan (Bahar, 2009). Tanggung jawab seorang pilot terlihat sangat berat dan dapat berakibat fatal karena pesawat udara merupakan transportasi yang tidak memiliki landasan pijak (Bahar, 2009).

(20)

seperti adanya gangguan fungsi mesin atau gangguan cuaca. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan pilot dalam menanggulangi keadaan tersebut akan berakibat fatal dalam penerbangannya. Salah seorang pilot lain juga menambahkan, bahwa seorang pilot harus memiliki sikap yang tenang dan tidak gegabah (wawancara, 13 Juli 2013).

(21)

Kern (2010) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi airmanship, yaitu: pemahaman tentang keadaan diri sendiri, keadaan pesawat, anggota kelompok, lingkungan sekitar, risiko yang dihadapi dan tugas yang akan dilakukan. Seorang pilot membutuhkan kemampuan untuk memahami keadaan diri sendiri orang lain dan lingkungan. Penelitian Alkov, Borowsky, dan Gaynor (dalam Anjani, 2008) menyatakan bahwa pilot yang tidak dewasa, kurang stabil dan tidak menyadari kekurangan dirinya merupakan pemicu terjadinya kecelakaan pesawat. Sebagai contoh Anjani (2008) menyatakan sewaktu-waktu pesawat dapat mengalami cuaca buruk dan membuat setiap penumpang ketakutan. Dalam keadaan seperti itu, pilot harus mampu bersikap tenang dan memiliki rasa empati untuk memahami keadaan penumpangnya, serta dapat bertindak untuk mengatasi ketakutan penumpangnya. Disisi lain, pilot harus mampu bekerja sama, karena seorang pilot tidak dapat bekerja sendiri dan akan selalu berinteraksi dengan crew lainnya untuk menjalani tugasnnya (Anjani, 2008). Kemampuan untuk memahami diri, berempati dan berinteraksi dengan sosial ini termasuk dalam kecerdasan emosional.

(22)

sendiri dan orang lain, dan mampu menggunakan pikiran-pikiran tersebut untuk mengarahkan tindakan dan pikiran. Goleman (1999) yang mengatakan bahwa ada lima dasar yang membangun kecerdasan emosional, yaitu: kesadaran atau mengelola diri sendiri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial (mampu bekerja sama). Kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan beberapa hal seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Risdiyanto (2007) memberikan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan yang efektif di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Yacub (2013) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan disiplin kerja dimana ketika kecerdasan emosionalnya tinggi maka individu tersebut memeiliki disiplin kerja yang baik.

(23)

dipengaruhi oleh kecerdasan emosional setiap individu. Penelitian yang dilakukan Dhani (2005) dikatakan bahwa kecerdasan intelektual dan keterampilan tidak menjamin seorang pilot dapat menjalankan tugasnya dengan lancar karena kecelakaan pesawat sering terjadi, oleh sebab itu dibutuhkan sebuah pengendalian emosi agar seorang pilot dapat mengatasi sebuah permasalahan dan mengambil keputusan dengan cepat.

Kesuksesan setiap orang dalam bekerja tidak semata-mata dipengaruhi oleh keterampilan dan intelektual yang tinggi, tetapi juga harus didasarkan oleh kecerdasan emosional yang baik pula (Goleman, 2005). Goleman (2005) juga mengatakan bahwa, kecerdasan emosional dapat membantu seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya, selain itu dapat memotivasi para karyawan untuk melakukan perilaku yang positif sehingga dapat membangun relasi sosial dalam lingkungannya. Hal tersebut dapat mendukung seorang pilot dalam menerapkan kemampuannya dalam mengendalikan pesawat guna mencapai keselamatan penerbangan, dimana seorang pilot harus dapat berelasi sosial di dalam lingkungan kerjanya, menjalankan tugasnya dan mengontrol dirinya sendiri (Kern, 2010).

B. Rumusan Masalah

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan airmanship pada pilot maskapai penerbangan di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang psikologi terutama berkaitan dengan kecerdasan emosional dan airmanship pada pilot. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar penelitian lanjutan mengenai kecerdasan emosional ataupun jiwa airmanship pada konteks yang lainnya.

2. Manfaat Praktis

(25)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. AIRMANSHIP

1. Definisi airmanship

Airmanship sangat melekat pada profesionalisme penerbang. Menurut Kern (1997) airmanship adalah kemampuan dalam melakukan pertimbangan dengan baik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki serta disiplin-disiplin dalam penerbangan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai keselamatan penerbangan. Airmanship dapat juga diartikan sebagai kemampuan pilot untuk menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang menurut dirinya untuk dapat mengambil keputusan dalam segala situasi (Ahlial, 2007).

(26)

dibawa dalam melaksanakan tugas penerbangan. Hal tersebut meliputi perhatian terhadap penumpang, kondisi pesawat, kesopanan terhadap sesama pengguna lapangan terbang dan kedisiplin diri dalam mempersiapkan penerbangan secara professional. Spencer and Ebbage (2003) mengatakan bahwa airmanship adalah kemampuan untuk melakukan pertimbangan dengan baik, menunjukkan disiplin penerbangan yang tidak bisa diganggu gugat dan menunjukkan kemahiran dalam menerbangkan pesawat.

Dari beberapa definisi airmanship yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh, peneliti menyimpulkan bahwa airmanship adalah sebuah kemampuan yang dimiliki untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan pengetahuan, ketrampilan serta disiplin diri dalam mengendalikan pesawat guna mencapai keselamatan penerbangan.

2. Aspek-Aspek airmanship

Spencer and Ebbage (2003) mengatakan bahwa airmanship memiliki tiga dasar atau pondasi yang membangunnya. Tiga dasar tersebut adalah:

a. Pengetahuan (knowledge) 1) Pengetahuan akan pesawat

(27)

2) Pengetahuan akan lingkungan

Memahami keadaan dari lingkungan dan pengaruhnya dalam mengendalikan pesawat, memahami peraturan dari lingkungan sekitar, memahami lingkungan organisasi.

3) Pengetahun akan risiko

Memahami sebuah risiko agar membentuk disiplin, keahlian dan ketangkasan, pengetahuan.

b. Keterampilan (skill) 1) Keterampilan fisik

Kemampuan atau keterampilan dalam terbang, navigasi, instrument penerbangan, penanganan dalam keadaan darurat, bertahan hidup.

2) Keterampilan dalam mengelola kokpit

Menghindari segala sesuatu yang membuat menjadi bias dan mampu mengelola segala informasi.

3) Keterampilan dalam berkomunikasi

Selalu waspada dalam mengamati komunikasi, menggunakan komunikasi yang tepat, aktif dalam mendengarkan dan menyelidiki komunikasi hingga selesai.

4) Keterampilan kognitif

(28)

sebuah keputusan, memahami dan mengelola beban kerja dan mampu melakukan penilaian pada diri sendiri.

5) Keterampilan dalam kelompok (tim)

Mampu dalam memantau pekerjaan, memimpin atau berinisiatip, mampu dalam berinteraksi atau berkomunikasi dalam kelompok serta dapat mengkoordinasi dan membuat sebuah keputusan.

c. Sikap (attitudes)

1) Sikap yang berbahaya

Memahami lima sikap berbahaya yang harus dicegah dan dapat berdampak pada airmanship. Lima sikap itu adalah anti atas otoritas, tindakan yang impulsive, invulnerability (kekebalan), terlalu percaya diri dan gampang menyerah.

2) Profesionalisme

Memahami ruang lingkup dan mewujutkan prinsip atau dasar dari airmanship.

3) Kemajuan diri

(29)

4) Disiplin

Disiplin dalam persiapan penerbangan, mentaati disiplin penerbangan (perawatan, cara bekerja dan kebijaksanaan regulasi), pengetahuan dan keterampilan dalam pemeliharaan, evaluasi setelah penerbangan dan disiplin diri (mengelola stress dan mengelola sikap).

Aspek airmanship yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan (knowledge), kemampuan / keterampilan (skill) dan sikap (attitudes) yang dikemukakan oleh Spencer and Ebbage (2003).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi airmanship

Ada lima faktor-faktor yang mempengaruhi airmanship menurut Kern (2010), yaitu:

a. Diri sendiri

Setiap tindakan yang dilakukan individu tidak lepas dari emosi. Maka, seorang pilot harus mengetahui batasan-batasan pada dirinya, bagaimana kemampuan yang dimiliki dan bagaimana sebaiknya memberikan yang terbaik dalam penerbangan. Dengan demikian, seorang pilot akan menjadi lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya.

b. Orang lain

(30)

melakukan interaksi dengan orang-orang yang mendukung proses penerbangan seperti pilot lain (captain or co-pilot), petugas lalu lintas udara, crewcabin dan crew darat.

c. Pesawat

Sebuah pesawat tidak selamanya akan berfungsi dengan baik, ada saatnya pesawat akan mengalami sebuah trouble. Dengan demikian, seorang pilot harus mengetahui pesawat yang dikemudikannya dengan baik, seperti sistem, kinerja dan bagaimana melakukan penanganan dan prosedur darurat pada pesawat tersebut. d. Lingkungan

Pilot harus memahami kondisi lingkungan disekitarnya, seperti lingkungan fisik (cuaca dan udara), peraturan dan lingkungan organisasi. Ada kalanya lingkungan fisik seperti cuaca tidak sesuai harapan (buruk) yang membuat ketidaknyamanan dalam penerbangan. Dengan mengetahui keadaan tersebut seorang pilot dapat mencari solusi-solusi yang terbaik untuk keluar dari sebuah masalah dalam penerbangannya.

e. Tugas dan risiko

(31)

B. KECERDASAN EMOSIONAL 1. Definisi

Teori yang komprehesif tentang kecerdasan emosional diajukan pada tahun 1990 oleh Salovey dan Mayer. Definisi kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 1999) adalah kemampuan dalam memahami perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Beberapa tahun setelah Salovey dan Mayer mengajukan teori tentang kecerdasan emosional, Daniel Goleman juga membahas hal yang serupa. Menurut Goleman (1999) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan perasaan orang lain, dapat memotivasi diri sendiri serta mampu dalam mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain.

Lynn dan Adele (2002) dalam buku the emotional intelligence

activity book mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan

(32)

Definisi kecerdasan emosional dari beberapa tokoh tersebut memiliki persamaan yaitu mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain dalam berelasi di lingkungannya. Penelitian ini mengacu pada teori kecerdasan emosional yang disusun oleh Goleman. Definisi kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan perasaan orang lain, dapat memotivasi diri sendiri serta mampu dalam mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain (Goleman, 1999).

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Goleman (1999) dalam buku menyatakan ada lima dasar atau aspek kecerdasan emosional. Lima aspek itu adalah :

a. Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan dan dapat digunakan dalam memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Disisi lain individu memiliki tolok ukur yang sesungguhnya, mengenai kempampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri

(33)

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran atau tujuan, mampu untuk pulih dari tekanan emosi.

c. Motivasi

Menggunakan keinginan diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu diri untuk mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati

Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyesuaikan diri dengan bermacam-macam orang.

e. Keterampilan sosial

Mengendalikan emosi dengan baik pada saat berhubugan dengan oramg lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan tersebut untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam kelompok.

(34)

3. Dampak dari Kecerdasan Emosional

Hasil penelitian Saptoto (2010) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan kemampuan coping adaptif. Coping adaptif itu sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam proses aktivitas kognitif yang disertai aktivitas perilaku untuk menyesuaikan diri secara cepat pada keadaan yang mendesak atau menekan yang ditimbulkan dari hubungan individu dan lingkungan.

Hasil dari penelitian lain yang dilakukan Luca dan Tarricone (2001) mengatakan bahwa kcerdasan emosional sangat mendukung untuk fokus mengelola konflik, berkolaborasi dan berkomunikasi di dalam tim. Hal tersebut dapat memicu keberhasilan di dalam tim. Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Nurdin (2009) mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat sangat mempengaruhi dalam hal penyesuaian soisal. Penyesuaian sosial merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan disekitarnya. Dari beberapa dampak tersebut dapat terlihat bahwa betapa pentingnya kecerdasan emosional dalam mengelola konflik, berkolaborasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya (interaksi sosial).

C. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN AIRMANSHIP PADA PILOT

(35)

serta mampu dalam mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Luca dan Tarricone (2001) mengatakan bahwa kecerdasan emosional itu sendiri dapat memberikan dampak yang positif dalam mengelola konflik, berkolaborasi dan berkomunikasi di dalam tim, karena hal tersebut dapat memicu keberhasilan di dalam sebuah tim. Untuk dapat mengelola konflik, berkolaborasi dan berkomunikasi, individu harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Nurdin (2009) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat memberikan dampak dalam penyesuaian sosialnya dimana penyesuaian sosial merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitarnya.

(36)

Pilot yang memiliki kesadaran diri dan pengendalian diri yang baik, akan mampu mengetahui dan memahami batasan kemampuan dirinya dan apa yang sedang dia rasakan, sehingga seorang pilot tidak mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Dengan demikian pilot dapat berpikir secara jernih dalam menghadapi tantangan dalam tugasnya dan selalu fokus terhadap pekerjaannya. Pilot yang memiliki kemampuan ini disebut memiliki airmanship, yaitu kemampuan seorang pilot untuk dapat dengan tenang mengendalikan pesawatnya dalam keadaan normal maupun dalam keadaan emergency.

Kemampuan dalam motivasi dapat dilihat ketika seseorang memiliki sikap optimis yang tinggi sehingga memiliki keyakinan diri. Bagi seorang pilot kemampuan memotivasi diri sangat dibutuhkan untuk dapat melalui permasalahan agar tidak frustasi. Pilot yang memiliki kemampuan tersebut dapat senantiasa memiliki keyakinan dalam menjalankan tugasnya dan siap dalam menghadapi segala risiko. Hal ini juga termasuk dalam kemampuan airmanship pada pilot.

(37)
(38)

D. BAGAN PENELITIAN

Hubungan kecerdasan emosional dan airmanship

Bagan 1

Memotivasi Empati Keterampilan sosial keyakinan diri dalam menjalankan tugas

(39)

E. HIPOTESIS

(40)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Jenis penelitian ini berguna untuk melihat apakah suatu variabel memiliki keterkaitan dangan variabel lainnya (Azwar, 2012).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X) : Kecerdasan emosional 2. Variabel Tergantung (Y) : Airmanship

C. DEFINISI OPERASIONAL

(41)

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional adalah kemampuan pilot dalam memahami diri sendiri dan perasaan orang lain, dapat memotivasi diri sendiri serta mampu dalam mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala kecerdasan emosional. Di dalam skala tersebut akan terdapat lima aspek yang dapat menggambarkan kecerdasan emosional. kelima aspek tersebut adalah: Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula Kecerdasan Emosional pilot.

2. Airmanship

Airmanship adalah sebuah kemampuan yang dimiliki untuk

(42)

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah orang yang berprofesi sebagai pilot di maskapai-maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling.

Convenience Sampling merupakan teknik pengumpulan sampel yang

dilakukan secara kebetulan, dimana anggota populasi yang ditemui peneliti diminta untuk menjadi responden dalam penelitian dan dijadikan sebagai sampel (Sangadji dan Sopiah, 2010).

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala kecerdasan emosional dan skala airmanship menggunakan program google docs yang ada di internet.

1. Skala kecerdasan emosional

Skala kecerdasan emosional disajikan dalam bentuk skala Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban dari setiap itemnya, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian yang merupakan fenomena sosial spesifik, seperti sikap, pendapat dan persepsi sosial (Azwar, 1995).

(43)

Goleman (1999) yaitu, Kesadaran diri, Pengaturan diri, Motivasi, Empati dan Keterampilan sosial. Skala ini akan diisi oleh subjek secara individual. Skala kecerdasan emosional ini terdiri dari dua pernyataan, yaitu favorabel dan unfavorable. Farvorable merupakan sebuah pernyataan indikator perilaku yang mendukung atribut yang ingin diukur, sedangkan unfavorable merupakan sebuah pernyataan indikator perilaku yang tidak mendukung atribut yang ingin diukur. Total item dalam sekala ini adalah 50 item yang terdiri dari 25 item farvorable dan 25 item unfavorable.

Berikut tabel pemberian skor skala kecerdasan emosional dan blueprint yang digunakan dalam perancangan skala kecerdasan emosional.

Tabel 3

Pemberian Skor Skala Kecrdasan Emosional Respon Farvorabel Unfavorabel

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

(44)

Tabel 4

Blueprint Kecerdasan Emosional Sebelum seleksi item

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Kesadaran diri 1,11,21,31,41 6,16,26,36,46 10 Pengaturan diri 2,12,22,32,42 7,17,27,37,47 10 Motivasi 3,13,23,33,43 8,18,28,38,48 10 Empati 4,14,24,34,44 9,19,29,39,49 10 Keterampilan

sosial

5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10

Jumlah 50

2. Skala airmanship

(45)

belum banyak sehingga jika item unfavorable dibuat, peneliti takut akan terjadinya kesalah pahaman dengan apa yang ingin diukur.

Berikut tabel blueprint yang digunakan dalam perancangan skala airmanship.

Table 5

Blueprintairmanship sebelum seleksi item Aspek Favorable Jumlah Pengetahuan 1,2,3,4,5 5 Kemampuan 6,7,8,9,10 5 Sikap 11,12,13,14,15 5

Jumlah 15

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas

Validitas adalah suatu ketepatan dan kecermatan sebuah alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi ketika alat tersebut dapat mengukur, memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2004).

(46)

tidak, dapat meminta pendapat dari para ahli (professional judgement) (Kountur, 2003). Profesional judgement dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing dan seorang psikolog dalam dunia penerbangan.

2. Seleksi item

Seleksi item dilihat melalui korelasi item total dengan pengukuran dengan SPSS for windows 16.00. Tujuan dari seleksi item adalah untuk memilih item-item yang valid dan membuang item-item yang tidak valid. Pemilihan item yang sahih menggunakan batasan ≥ 0,30 karena item yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Item yang kurang dari 0,30 dinyatakan gugur (Azwar, 2012).

Berikut ini dapat dilihat tabel blueprint kecerdasan emosional setelah seleksi item.

Table 6

Blueprint kecerdasan emosional setelah seleksi item

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Kesadaran diri 1,11,21,31,41 6,16,26,36,46 8 Pengaturan diri 2,12,22,32,42 7,17,27,37,47 10

Motivasi 3,13,23,33,43 8,18,28,38,48 10 Empati 4,14,24,34,44 9,19,29,39,49 9 Keterampilan sosial 5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10

Jumlah 47

(47)

Berikut ini dapat dilihat tabel blueprint airmanship setelah seleksi item.

Tabel 7

Blueprintairmanship setelah seleksi item Aspek Favorable Jumlah Pengetahuan 1,2,3,4,5 5 Kemampuan 6,7,8,9,10 5 Sikap 11,12,13,14,15 4

Jumlah 14

*Cetak tebal : Item yang digugurkan

3. Reliabilitas

(48)

G. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data merupakan metode untuk mengolah, menganalisis dan menguji hasil kebenaran dari sebuah penelitian. Sebelum melakukan analisis data dilakukan uji normalitas dan uji linieritas dengan menggunakan

SPSS for windows versi 16.00. Uji hipotesis dalam penelitian ini

(49)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala kecerdasan emosional dan skala kecerdasan airmanship. Setelah kedua skala selesai disusun, peneliti mulai melakukan pengambilan data.

Peneliti memperoleh kesulitan dalam proses pengambilan data, karena para subjek sangat sulit untuk ditemui. Kemudian, peneliti berinisiatif untuk membuat skala penelitian tersebut ke dalam salah satu program di internet, yaitu google docs. Setelah selesai disusun, peneliti mulai mensosialisasikan skala penelitian, namun untuk mendapatkan kepastian bahwa seluruh subjek yang mengisi skala adalah orang-orang yang berprofesi sebagai pilot, peneliti meminta bantuan kepada teman yang berprofesi sebagai pilot untuk mensosialisasikan skala tersebut melalui email dan media sosial (facebook) kepada rekan-rekan seprofesinya. Peneliti juga meminta bantuan kepada seorang pengelola sebuah forum ilmuterbang.com yang dimana para anggotanya kebanyakan berprofesi sebagai seorang pilot untuk mensosialisasikan link google docs skala penelitian tersebut kedalam forum.

(50)

Dengan adanya keterbatasan subjek, peneliti melakukan uji coba terpakai, yaitu hasil dari data uji coba digunakan sebagai data penelitian (Hadi, 2005).

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Pengambilan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan, yaitu orang-orang yang berprofesi sebagai seorang pilot. Kelompok subjek dalam penelitian ini memiliki rentang usia 23-59 tahun. Dalam penelitian ini terdapat 52 orang subjek, dimana terdiri dari 50 oarang laki-laki dan 2 orang perempuan. Berikut tabel deskripsi usia dan jenis kelamin subjek dalam penelitian:

Tabel 8

Usia Jumlah

21 - 40 41 - 60

38 14

Jumlah 52

Tabel 9

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki

Perempuan

50 2

(51)

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian digunakan untuk memberikan gambaran skor setiap variabel pada keseluruhan subjek, apakah tinggi atau rendah. Hal tersebut dapat diketahi dengan cara membandingkan Mean Teoritis dan Mean Empiris.

Hasil perbandingan Mean Teoritis dan Mean Empiris : Tabel 10

Variabel N P SD Mean Teoritis Mean Empiris Min Max Mean Min Max Mean Kecerdasan

Emosional

52 0.000 17.06 47 188 117.5 112 186 143.65

Airmanship 52 0.000 4.60 14 56 35 42 56 47.37

Dari tabel tersebut, Kedua variabel memiliki Mean Empiris yang lebih tinggi dari pada Mean Teoritis. Taraf signifikansi dari kedua variabel adalah 0.000 dimana P < 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor Kecerdasan Emosional dan airmanship tergolong tinggi.

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Penelitian a. Uji Normalitas

(52)

Uji Normalitas dilakukan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. teknik yang digunakan adalah uji Kormogorov-Smirov, yang dimana jika p < 0,05 maka, data penelitiannya memiliki sebaran yang tidak normal, jika p > 0,05 maka, data penelitiannya memiliki sebaran yang normal (Santoso, 2010).

Berikut hasil Uji Normalitas pada penelitian ini : Tabel 11

Uji Normalitas Kecerdasan Emosional

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EMO

N 52

Normal Parametersa Mean 143.65

Std. Deviation 17.061

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .092

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .662

Asymp. Sig. (2-tailed) .774

(53)

Tabel 12

Uji Normalitas airmanship

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AIRMANSHIP

N 52

Normal Parametersa Mean 47.37

Std. Deviation 4.606

Most Extreme Differences Absolute .152

Positive .152

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z 1.097

Asymp. Sig. (2-tailed) .180

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel tersebut, kedua variabel memiliki probabilitas p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua variabel adalah normal.

b. Uji Linearitas

(54)

syarat probabilitas p < 0,05 maka, antarvariabel pada penelitian tersebut linear.

Berikut hasil Uji Linearitas pada penelitian ini : Tabel 13

Uji Linearitas

ANOVA Table

F Sig. AIRMANSHIP * EMO Between Group (Combined)

Linearity

Deviation of Linearity

2.829 47.365 1.480

.013 .000 .197

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antarvariabel bersifat Linear yaitu p < 0,05.

2. Uji Hipotesis

(55)

Hasil analisisnya adalah sebagai berikut : Tabel 14

Uji Hipotesis

Correlations

EMO AIRMANSHIP

EMO Pearson Correlation 1 .647**

Sig. (1-tailed) .000

N 52 52

AIRMANSHIP Pearson Correlation .647** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) antara Kecerdasan emosional dan airmanship sebesar 0,647. Koefisien korelasinya tergolong kuat dan bernilai positif (Sarwono, 2012) dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian maka, adanya hubungan positif yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dan airmanship.

E. Pembahasan

(56)

Pilot. Berdasarkan hasil analisis korelasional ditemukan bahwa ada hubungan positif antara Kecerdasan Emosional dan airmanship pada Pilot, hal ini berarti bahwa hipotesis diterima.

Goleman (2005) mengatakan bahwa untuk memperoleh sebuah keesuksesan dalam dunia kerja tidak hanya kecerdasan kognitif saja yang dibutuhkan namun juga kecerdasan emosional. Individu yang memiliki Kecerdasan Emosional yang tinggi cenderung akan memiliki kesadaran diri yang baik, pengedalian diri yang baik, dapat memotivasi diri, berempati dan keterampilan sosial yang baik (Goleman, 1999).

(57)

proses penerbangan. Dari hal-hal tersebut dapat di dukung oleh penelitian dari Luca dan Tarricone (2001) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat memberikan dampak yang positif dalam mengelola konflik, berkolaborasi dan berkomunikasi di dalam tim, karena hal tersebut dapat memicu keberhasilan di dalam sebuah tim, serta penelitian yang dilakukan oleh Yacub (2013) dimana individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan memiliki disiplin kerja yang baik pula.

Carig (dalam Ahlial, 2007) mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pilot harus memiliki airmanship. Airmanship merupakan sikap untuk melakukan pertimbangan dengan baik, menunjukkan disiplin penerbangan yang tidak bisa diganggu gugat dan menunjukkan kemahiran dalam menerbangkan pesawat (Spencer dan Ebbage, 2003).

Dengan demikian pilot-pilot yang memiliki Kecerdasan Emosional yang baik akan mampu melakukan pertimbangan, disiplin dan mampu mengendalikan pesawat dengan baik yang dimana di sebut dengan airmanship. Sehingga ketika Kecerdasan Emosional seoran pilot tinggi, maka airmanship-nyapun tinggi.

(58)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Airmanship sebesar 0,647. Koefisien korelasinya tergolong kuat dan positif dengan taraf signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya hubungan positif yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dan airmanship pada Pilot maskapai penerbangan di Indonesia.

B. Saran

1. Bagi maskapai penerbangan hendaknya memperhitungkan tingkat Kecerdasan Emosional seorang pilot sebelum menerimanya sebagai pilot dalam maskapai yang bersangkutan.

2. Bagi setiap sekolah penerbang dapat lebih memperhatikan tingkat Kecerdasan Emosional kepada seluruh calon siswa agar mendapatkan calon pilot dengan airmanship yang baik.

(59)

kemampuannya sebagai seorang penerbang guna meningkatkan kenyamanan dan keselamatan penerbangan.

(60)

45

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, M.F, Budisantoso. 2011. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Transportasi Udara Komersial Melalui Pendekatan SCP (structure conduct-performance). Surabaya: Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Airmanship. Diakses pada 30 September 2013 dari

http://www.skybrary.aero/index.php/Airmanship.

Alhial, R. 2007. Pengalaman Pilot. Jakarta: Universitas Indonesia.

Aminah, S. 2005. “Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masayarakat Perkotaan”. Surabaya: Universitas Airlangga.

Anjani, L. 2008. Profil Kecerdasan Emosional Pilot PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan Lima Skala Baron Emotional Quatient (BarOn EQ-i).

Jakarta: Unika Atma Jaya.

Auditorium KNKT, Kementrian Perhubungan. 2012. Data Kecelakaan Tranportasi Udara 2007-2012. Diakses pada 28 Agustus, 2013, dari.

Azwar, S, MA. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S, MA. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S, MA.2012. Penyusunan skla psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bahar, A. 2009. Miracle of Flight. Jakarta: Pena Multi Media.

Dhani, W. 2005. Hubungan Antara Kompetensi Emosional dengan Prestasi Akademis pada Pilot TNI Angkatan Udara. Jakarta: Unika Atma Jaya. Goleman, D. 1999. “working with emotional intelligence”: Kecerdasan Emosi

untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. 2005. Kecerdasan emosional: Mengapa EQ lebih penting daripada

IQ?. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. 2005. Aplikasi Ilmu Statistika di Fakultas Psikologi. Anima, Indonesian Psychological Journal, 20 (3), 203-229.

KBBI. Diakses pada tanggal 1 September 2013 dari http://kbbi.web.id/.

(61)

Kern, T. 2010. Foundations of professional airmanship an flight discipline. Colorado: Convergent performance publications.

Kountur, R. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM.

LOKAKARYA PASIS SESKOAU 47. 2010. Diakses pada tanggal 30 September,

2013 dari

http://www.tni.mil.id/view-20545-lokakarya+pasis+seskoau+47.html.

Luca, J, Tarricone, P. 2001. Does emotional intelligence affect successful teamwork?. Australia: School of Communications and Multimedia Edith Cowan University.

Lynn, Adele. B. 2002. The emotional intelligence activity book.USA.

Mustofa, Z. EQ. 2009. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No.1.

Penumpang udara diperkirakan naik 15%. 2012. Diakses pada tanggal 8 Febuari 2013 dari http://hubud.dephub.go.id.

Risdiyanto, D. 2007. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Pengambilan Keputusan yang Efektif di Tempat Kerja: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Sangaji, E. M, Sopiah, MM. 2010. Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis

dalam Penelitian. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Santoso, A. 2010. Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Saptoto, R. 2010. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan coping Adaptif. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Sarwono, J. 2006. Mengenal SPSS STATISTIC 20: Aplikasi untuk Riset Eksperimental. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Spencer, P.D, Ebbage, L. 2003. Airmanship training for modern aircrew. United Kingdom: BAE Systems.

Tranportasi Umum. Diakses pada tanggal 1 September 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum.

(62)

Yacub, R. 2013. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Disiplin Kerja

pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi. Fakultas Psikologi

(63)

48

(64)

LAMPIRAN 1

Skala Kecerdasan Emosional dan Airmanship sebelum seleksi item

PETUNJUK PENGERJAAN

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti. Kemudian pilih jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban pertama lalu berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dikehendaki.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah :

SS : Sangat Setuju apabila pernyataan sangat sesuai dengan keadaan diri Anda S : Setuju apabila pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda

TS : Tidak Setuju apabila pernyataan tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS : Sangat Tidak Setuju apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

Contoh cara menjawab :

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. X

Dalam skala ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu, jawablah secara jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan diri Anda. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai terlewatkan satu pernyataan pun. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap petunjuk yang diberikan dan kesediaannya untuk mengerjakan skala ini.

(65)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. 2 Saya mudah bangkit dari kesedihan. 3 Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang

telah saya mulai.

4 Saya akan turut senang ketika rekan saya senang.

5 Pada saat suasana hati yang kurang baik, saya tetap dapat berelasi dengan orang lain. 6 Saya tidak berani untuk memutuskan

sesuatu.

7 Saya sulit berpikir positif dalam keadaan marah.

8 Kegagalan membuat saya tidak ingin berusaha lagi.

9 Saya sulit memahami pola pikir rekan saya. 10 Saya sulit untuk akrab dengan orang lain. 11 Saya memahami penyebab dari apa yang

saya rasakan.

12 Saya dapat mengendalikan kemarahan saya.

13 Saya tidak menyerah setelah mengalami kegagalan.

14 Saya memahami kesedihan dari rekan saya. 15 Saya mampu menjalin hubungan baik

dengan orang lain.

16 Saya bingung dengan apa yang saya rasakan.

17 Sebuah kritikan dapat mengganggu perasaan hati saya.

18 Saya tidak bersemangat memulai pekerjaan yang menurut saya sulit.

19 Saya tidak bisa menghibur rekan yang sedang bersedih.

20 Saya merasa canggung ketika bertemu dengan orang baru.

21 Saya merasa yakin dalam menjalani sesuatu.

22 Kemarahan saya tidak mengganggu aktivitas saya.

23 Saya tetap bersemangat ketika orang lain telah putus asa.

(66)

25 Saya mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

26 Saya sulit untuk memahami diri saya sendiri.

27 Saya akan panik ketika menghadapi permasalahan.

28 Saya mudah menyerah dalam mengerjakan hal yang sulit.

29 Saya kurang senang ketika mendengarkan cerita dari orang lain.

30 Saya kurang peka dengan keadaan sekitar. 31 Saya tahu apa yang membuat saya senang. 32 Saya tahu bagaimana cara untuk

mengungkapkan perasaan saya. 33 Saya selalu berjuang untuk mencapai

sebuah tujuan.

34 Saya tahu penyebab kecemasan rekan saya. 35 Saya mampu untuk melihat kondisi sekitar. 36 Saya tidak tahu kenapa saya sedih.

37 Saya sering berlebihan dalam mengungkapkan perasaan.

38 Ketika saya gagal, saya akan berhenti. 39 Saya tidak peduli akan keadaan rekan saya. 40 Suasana hati saya mempengaruhi interaksi

saya dengan orang lain.

41 Saya memahami akibat dari apa yang saya rasakan.

42 Saya dapat bersikap tenang ketika dalam keadaan sulit.

43 Saya tekun dalam mengerjakan pekerjaan hingga selesai.

44 Saya mengerti perasaan oranglain yang sedang menderita.

45 Saya senang menjalin hubungan dengan bermacam-macam orang.

46 Saya tidak menyadari hal-hal apa saja yang membuat saya kesal.

47 Saya mudah menyerah ketika gagal. 48 Pada saat mengalami masalah, saya susah

untuk mencari jalan keluarnya.

49 Saya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh rekan saya.

(67)

SKALA AIRMANSHIP PETUNJUK PENGERJAAN

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti. Kemudian pilih jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban pertama lalu berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dikehendaki.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah :

SS : Sangat Sesuai apabila pernyataan sangat sesuai dengan keadaan diri Anda S : Sesuai apabila pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda

TS : Tidak Sesuai apabila pernyataan tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS : Sangat Tidak Sesuai apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

Contoh cara menjawab :

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. X

Dalam skala ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu, jawablah secara jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan diri Anda. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai terlewatkan satu pernyataan pun. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap petunjuk yang diberikan dan kesediaannya untuk mengerjakan skala ini.

(68)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya memahami secara mendalam karakteristik pesawat yang akan saya terbangkan.

2 Saya mengetahui dengan baik kondisi cuaca pada jalur yang akan diterbangi. 3 Saya sadar akan resiko dari pekerjaan

sebagai seorang pilot.

4 Saya paham akan tata tertib penerbangan. 5 Saya paham akan peraturan di organisasi

tempat bekerja.

6 Saya dapat dengan cepat memahami segala informasi yang ditunjukkan oleh sistem-sistem yang ada di kokpit.

7 Saya mampu mengendalikan pesawat dengan baik pada keadaan darurat.

8 Saya mampu mengolah informasi dari ATC maupun rekan cokpit crew dengan baik.

9 Saya dapat memecahkan permasalahan dengan tenang.

10 Saya mampu bekerja sama dan membuat keputusan dengan baik dalam segala kondisi.

11 Saya selalu bersikap yang mengutamakan keselamatan penerbangan.

12 Saya telah melaksanakan segala tugas layaknya sebagai seorang pilot.

13 Saya melatih dan mengembangkan diri untuk hal yang lebih baik.

(69)

LAMPIRAN 2

Skala Kecerdasan Emosional dan Airmanship setelah seleksi item

PETUNJUK PENGERJAAN

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti. Kemudian pilih jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban pertama lalu berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dikehendaki.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah :

SS : Sangat Setuju apabila pernyataan sangat sesuai dengan keadaan diri Anda S : Setuju apabila pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda

TS : Tidak Setuju apabila pernyataan tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS : Sangat Tidak Setuju apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

Contoh cara menjawab :

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. X

Dalam skala ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu, jawablah secara jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan diri Anda. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai terlewatkan satu pernyataan pun. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap petunjuk yang diberikan dan kesediaannya untuk mengerjakan skala ini.

(70)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. 2 Saya mudah bangkit dari kesedihan. 3 Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang

telah saya mulai.

4 Saya akan turut senang ketika rekan saya senang.

5 Pada saat suasana hati yang kurang baik, saya tetap dapat berelasi dengan orang lain. 6 Saya sulit berpikir positif dalam keadaan

marah.

7 Kegagalan membuat saya tidak ingin berusaha lagi.

8 Saya sulit untuk akrab dengan orang lain. 9 Saya memahami penyebab dari apa yang

saya rasakan.

10 Saya dapat mengendalikan kemarahan saya.

11 Saya tidak menyerah setelah mengalami kegagalan.

12 Saya memahami kesedihan dari rekan saya. 13 Saya mampu menjalin hubungan baik

dengan orang lain.

14 Saya bingung dengan apa yang saya rasakan.

15 Sebuah kritikan dapat mengganggu perasaan hati saya.

16 Saya tidak bersemangat memulai pekerjaan yang menurut saya sulit.

17 Saya tidak bisa menghibur rekan yang sedang bersedih.

18 Saya merasa canggung ketika bertemu dengan orang baru.

19 Saya merasa yakin dalam menjalani sesuatu.

20 Kemarahan saya tidak mengganggu aktivitas saya.

21 Saya tetap bersemangat ketika orang lain telah putus asa.

22 Saya dapat merasakan perasaan kesal rekan saya.

23 Saya mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

(71)

sendiri.

25 Saya akan panik ketika menghadapi permasalahan.

26 Saya mudah menyerah dalam mengerjakan hal yang sulit.

27 Saya kurang senang ketika mendengarkan cerita dari orang lain.

28 Saya kurang peka dengan keadaan sekitar. 29 Saya tahu apa yang membuat saya senang. 30 Saya tahu bagaimana cara untuk

mengungkapkan perasaan saya. 31 Saya selalu berjuang untuk mencapai

sebuah tujuan.

32 Saya tahu penyebab kecemasan rekan saya. 33 Saya mampu untuk melihat kondisi sekitar. 34 Saya tidak tahu kenapa saya sedih.

35 Saya sering berlebihan dalam mengungkapkan perasaan.

36 Ketika saya gagal, saya akan berhenti. 37 Saya tidak peduli akan keadaan rekan saya. 38 Suasana hati saya mempengaruhi interaksi

saya dengan orang lain.

39 Saya dapat bersikap tenang ketika dalam keadaan sulit.

40 Saya tekun dalam mengerjakan pekerjaan hingga selesai.

41 Saya mengerti perasaan oranglain yang sedang menderita.

42 Saya senang menjalin hubungan dengan bermacam-macam orang.

43 Saya tidak menyadari hal-hal apa saja yang membuat saya kesal.

44 Saya mudah menyerah ketika gagal. 45 Pada saat mengalami masalah, saya susah

untuk mencari jalan keluarnya.

46 Saya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh rekan saya.

(72)

SKALA AIRMANSHIP PETUNJUK PENGERJAAN

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti. Kemudian pilih jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi tanda sama dengan (=) pada jawaban pertama lalu berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dikehendaki.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah :

SS : Sangat Sesuai apabila pernyataan sangat sesuai dengan keadaan diri Anda S : Sesuai apabila pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda

TS : Tidak Sesuai apabila pernyataan tidak sesuai dengan keadaan diri Anda STS : Sangat Tidak Sesuai apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

Contoh cara menjawab :

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan. X

Dalam skala ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu, jawablah secara jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan diri Anda. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai terlewatkan satu pernyataan pun. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap petunjuk yang diberikan dan kesediaannya untuk mengerjakan skala ini.

(73)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

STS TS S SS

1 Saya memahami secara mendalam karakteristik pesawat yang akan saya terbangkan.

2 Saya mengetahui dengan baik kondisi cuaca pada jalur yang akan diterbangi. 3 Saya sadar akan resiko dari pekerjaan

sebagai seorang pilot.

4 Saya paham akan tata tertib penerbangan. 5 Saya paham akan peraturan di organisasi

tempat bekerja.

6 Saya dapat dengan cepat memahami segala informasi yang ditunjukkan oleh sistem-sistem yang ada di kokpit.

7 Saya mampu mengendalikan pesawat dengan baik pada keadaan darurat.

8 Saya mampu mengolah informasi dari ATC maupun rekan cokpit crew dengan baik.

9 Saya dapat memecahkan permasalahan dengan tenang.

10 Saya mampu bekerja sama dan membuat keputusan dengan baik dalam segala kondisi.

11 Saya selalu bersikap yang mengutamakan keselamatan penerbangan.

12 Saya telah melaksanakan segala tugas layaknya sebagai seorang pilot.

13 Saya melatih dan mengembangkan diri untuk hal yang lebih baik.

(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

LAMPIRAN 4 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EMO

N 52

Normal Parametersa Mean 143.65

Std. Deviation 17.061

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .092

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .662

Asymp. Sig. (2-tailed) .774

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AIRMANSHIP

N 52

Normal Parametersa Mean 47.37

Std. Deviation 4.606

Most Extreme Differences Absolute .152

Positive .152

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z 1.097

Asymp. Sig. (2-tailed) .180

(81)

LAMPIRAN 5 Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

AIRMANSHIP * EMO Between Groups (Combined) 919.558 34 27.046 2.829 .013

Linearity 452.752 1 452.752 47.365 .000

Deviation from Linearity 466.805 33 14.146 1.480 .197

Within Groups 162.500 17 9.559

(82)

LAMPIRAN 6 Uji Hipotesis

Correlations

EMO AIRMANSHIP

EMO Pearson Correlation 1 .647**

Sig. (1-tailed) .000

N 52 52

AIRMANSHIP Pearson Correlation .647** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 52 52

Gambar

Tabel 2. Prosentase perkiraan faktor penyebab kecelakaan transportasi udara tahun
Tabel 3 Pemberian Skor Skala Kecrdasan Emosional
Tabel 4
Table 5 Blueprint airmanship sebelum seleksi item
+7

Referensi

Dokumen terkait

Goleman (2001) merujuk bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan orang lain, memotivasi diri serta

Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu.. mengendalikan emosi dan

Goleman (2005:512) menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain kemampuan memotivasi diri sendiri

Kecerdasan emosional atau emotional intelligence merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

Kecerdasan emosional menunjuk pada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya dan dalam

Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan