• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGANAN BENCANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGANAN BENCANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT

SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGANAN

BENCANA DI RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Syaifuddin R.0008074

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Pelaksanaan Tanggap

Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Syaifuddin, NIM : R.0008074, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….

Pembimbing I Pembimbing II

Harninto, dr.,MS., Sp.Ok Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes

NIP. 19540505 198503 2 001

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul :

Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta

Disusun oleh :

Syaifuddin NIM. R0008074

telah diajukan dan disahkan pada tanggal :

Hari : . . . Tanggal : . . . Tahun : . . .

Pembimbing Lapangan Kepala IPSRS

Heru Yulistianto, ST, M.Si Imam T. Prasetyo

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RSUD

Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

Syaifuddin1, Harninto2, Cr. Siti Utari3

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan

tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, termasuk tim penanggulangan serta sarana dan fasilitas penunjangnya.

Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif,

yaitu dengan memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tanggap darurat. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah rumah sakit sebagai suatu instansi yang tidak terlepas dari bencana yang dapat mengakibatkan keadaan darurat seperti kebakaran, bencana alam serta teror bom. Oleh karena itu diperlukan sistem tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana sehingga dapat dilakukan upaya penyelamatan manusia dan harta untuk meminimalisasi kerugian.

Hasil : Dalam melaksanakan kegiatan tanggap darurat sebagai upaya

penanggulangan bencana, RSUD Dr. Moewardi menyediakan prosedur menghadapi keadaan darurat yang dilengkapi sarana dan fasilitas penunjang seperti sarana komunikasi, peralatan pemadam kebakaran, jalur keluar dan tempat evakuasi serta tim penanggulangan keadaan darurat. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dan Kepmenkes RI No. 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 Di Rumah Sakit.

Simpulan : RSUD Dr. Moewardi telah melaksanakan upaya tanggap darurat

sebagai upaya penanggulangan bencana yang terjadi di rumah sakit sehingga telah sesuai dengan perundang-undangan terkait. Saran yang diberikan adalah supaya penempatan APAR disesuaikan standar, disediakan peta evakuasi dan fasilitas petunjuk arah keluar yang jelas, serta dilakukan pelatihan tanggap darurat secara menyeluruh minimal 1 tahun sekali.

Kata Kunci : Tanggap Darurat, Penanggulangan Bencana, Rumah Sakit Kepustakaan : 16, 1993-2010

1,2,3

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang

dan penyusunan laporan magang yang berjudul ” Gambaran Pelaksanaan

Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof., Dr., H. A.A. Subiyanto, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai Mei 2011.

2. Bapak Prof., Dr., Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS.,PKK.,Sp.Ok, selaku ketua Program D. III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai periode Juni 2011.

4. Bapak Sumardiyono,SKM.,M.Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Harninto, dr.,MS., Sp.Ok, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

6. Ibu Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

7. Bapak drg. R. Basoeki Soetardjo. MMR, selaku Direktur RSUD dr. Moewardi

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi.

8. Ibu Anggita selaku Koordinator yang mengurusi masalah Praktek Kerja

Lapangan RSUD dr. Moewardi Surakarta.

9. Bapak Imam T. Prasetyo selaku Kepala Instansi Instalasi Sanitasi RSUD dr.

Moewardi Surakarta.

10. Bapak Heru Yulistianto, ST, M.Si, selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi Surakarta.

11. Semua staff yang ada di IPSRS yang telah memberikan bantuan.

12. Seluruh keluarga besar Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang

telah mendukung saya.

13. Bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilan

(6)

commit to user

vi

14. Teman-teman Angkatan 2008 D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sukses

selalu buat teman-temanku semua.

15. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan

penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit.

Amin.

Surakarta, Juni 2011 Penulis,

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Metode Penelitian ... 21

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 21

(8)

commit to user

viii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Pelaksanaan ... 22

G. Analisa Data ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Hasil Penelitian ... 24

B. Pembahasan ... 47

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap

Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana ... 20

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi ... 31

Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana

RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja ... 39

Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapangan / Magang

Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 3 Susunan P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 4 Protap Penggunaan APAR

Lampiran 5 Protap Pemeliharaan APAR

Lampiran 6 Jenis APAR Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 7 Protap Sistem dan Pengoperasian Alarm Kebakaran

Lampiran 8 Protap Rambu-Rambu atau Tanda Khusus Jalan Keluar Evakuasi

Lampiran 9 Protap Sistem Komunikasi

Lampiran 10 Protap Daftar Nomor Telepon Eksternal Lampiran 11 Protap Sistem Kewaspadaan Bencana

Lampiran 12 Protap Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lampiran 13 Protap Evakuasi Pasien

Lampiran 14 Protap Evakuasi Keluarga Pasien dan Pengunjung Lampiran 15 Protap Evakuasi Karyawan Kantor

Lampiran 16 Denah dan Jaringan Sistem Alarm Kebakaran Lampiran 17 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 1

Lampiran 18 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 2 Lampiran 19 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 3 Lampiran 20 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 4 dan 5 Lampiran 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

(11)

commit to user

xi

Lampiran 22 Permenakertrans No : PER.04/MEN/1980 Lampiran 23 Permenaker Nomor : PER.05/MEN/1996 Lampiran 24 Kepmenaker RI No. : KEP.186/MEN/1999

Lampiran 25 Kepmenkes RI Nomor : 1204 /MENKES/SK/X/2004 Lampiran 26 Kepmenkes RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 Lampiran 27 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan supermarket bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana (Tahir, 2010).

Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam keadaan emergensi) sehari-hari adalah hak asasi manusia atau hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian adalah penanggulangan Medik Penderita Gawat Darurat yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana karena ulah manusia yang pada kenyataannya akan semakin sering terjadi karena Indonesia memiliki banyak daerah rawan bencana (Team Blog Akreditasi, 2010).

(13)

commit to user

2

Rumah sakit biasanya menjadi tempat tujuan utama untuk mencari pertolongan, sehingga rumah sakit segera dipenuhi oleh korban. Padahal, rumah sakit di lokasi bencana merupakan bagian dari korban. Disisi lain, tidak ada alasan untuk memberikan pelayanan yang tidak bermutu kepada korban bencana, bagaimanapun kondisi rumah sakit tersebut. Pada fase-fase awal pasca bencana, rumah sakit biasanya membutuhkan tambahan kapasitas pelayanan. Dengan demikian, penting bagi rumah sakit untuk membuat

Disaster Plan yang implementatif sebagai pedoman bagi seluruh komponen

dalam rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memenuhi standar

mutu maupun kuantitas. Disaster Plan di rumah sakit akan mencegah praktek

pelayanan kesehatan yang tidak aman bagi korban bencana. Perencanaan untuk kesiagaan menghadapi kondisi pasca bencana ini sebaiknya meliputi

tidak hanya di pre-hospital namun juga pada area rumah sakit dan

post-hospitalization (Eka, 2007).

Sebagai Instansi Rumah Sakit yang menangani keadaan darurat, RSUD Dr. Moewardi juga perlu untuk melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran, peledakan, bencana alam maupun teror bom. Resiko kebakaran terjadi terutama pada gudang dan tangki penyimpanan oksigen yang mengandung bahan-bahan kimia mudah terbakar. Oleh karena itu, rumah sakit memerlukan suatu sistem tanggap darurat yang mencakup rencana evakuasi dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan saat keadaan darurat untuk menyelamatkan pasien, pengunjung maupun karyawan di rumah sakit.

(14)

Dengan latar belakang di atas maka penulis ingin membahas lebih

lanjut mengenai “Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai

Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

Dalam pelaksanaannya, penulis hanya membahas pelaksanaan tanggap darurat untuk penanggulangan bencana yang ada di dalam rumah sakit seperti kebakaran, bencana alam dan teror bom.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu

1. Bagaimana sarana dan fasilitas yang disediakan untuk penanggulangan

bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

2. Bagaimana peran tim tanggap darurat dalam penanggulangan bencana di

RSUD Dr. Moewardi?

3. Bagaimana gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya

penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sarana dan fasilitas yang digunakan untuk penanggulangan

bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Mengetahui tim yang berperan dalam pelaksanaan tanggap darurat di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3. Mengetahui gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya

(15)

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Rumah Sakit

a. Diharapkan dapat memperoleh saran mengenai aspek keselamatan

dan kesehatan kerja terutama dalam pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.

b. Diharapkan dapat memperoleh alternatif calon karyawan yang

paham tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

c. Diharapkan dapat meningkatkan citra rumah sakit.

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Sebagai media untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah

mendapatkan bimbingan selama masa perkuliahan jika diaplikasikan ke dunia kerja.

b. Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai pelaksanaan

tanggap darurat di rumah sakit.

c. Dapat meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit dalam bidang

K3.

3. Mahasiswa

a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah di suatu

rumah sakit.

(16)

c. Dapat menambah wawasan mengenai tanggap darurat di suatu rumah sakit.

d. Dapat memberikan kontribusi bagi rumah sakit Tempat Praktek

Kerja Lapangan terutama bagi aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

(17)

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Depkes RI, 2009a).

Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi (Rizka, 2009).

Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Keadaan darurat tingkat I

Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang

berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset),

yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi / pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir.

2) Keadaan darurat tingkat II

Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan

(18)

material yang tersedia di instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak atau gas dan lain-lain, yang mengancam nyawa manusia atau

lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak

bahaya atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.

3) Keadaan darurat tingkat III

Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tingkat II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.

Faktor pemicu terjadinya keadaan darurat di rumah sakit adalah adanya Bencana. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk

menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta

lingkungannya (Depkes RI, 2007a).

Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi :

a. Bencana alam (natural disaster), yang disebabkan kejadian alam

(19)

commit to user

8

b. Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu hasil dari

tindakan secara langsung atau tidak langsung manusia seperti perang, konflik antar penduduk, teroris dan kegagalan teknologi.

2. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan)

Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola pabrik dan pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon gawat darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya di bawah pengarahan dari tim respon gawat darurat

atau Emergency Response Team(Kuhre, 1996).

Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.

Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu

ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap

(20)

Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap

Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan

penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi

kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia

akibat keadaan emergency dapat dicapai (Okleqs, 2008).

Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat menurut Okleqs (2008) :

a. Mitigation (Mitigasi) : Kajian awal yang dilakukan untuk

mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana.

b. Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut

berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan kemampuan personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila

terjadi keadaan emergency.

c. Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi

keadaan krisis / bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat

(termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR (Search And Rescue),

pemadaman kebakaran, dan lain-lain).

d. Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk memulihkan

(21)

commit to user

10

bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal.

3. Tim Respon Gawat Darurat (Emergency Response Team)

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.

Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung.

Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin. Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan, pekerja dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai wawasan serta mampu memimpin timnya.

Menurut Tarwaka (2008), agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik sesuai Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3

(22)

serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja pasal 3, maka susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan pekerja. Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya. Demikian juga dengan perwakilan dari pihak manajemen atau pengurus, diupayakan suatu

perwakilan yang berasal dari jajaran manajer, supervisor, personel

officers atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau

masukan di dalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih,

maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.

b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100 orang,

maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.

c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau

tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja

(23)

commit to user

12

dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.

4. Sarana dan Fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

a. Sistem Komunikasi

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat.

Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus

ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon

intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.

Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke

Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (ambulan). Dimana

penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi

dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan atau pemimpin Tim Tanggap Darurat.

b. Peralatan Pemadam Kebakaran

Menurut Suma’mur (1993), alat-alat pemadam kebakaran meliputi 2 jenis:

(24)

1) Terpasang tetap di tempat

Perlengkapan yang terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan selang-selang untuk aliran air serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipanya

dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering,

karbondioksida atau busa.

2) Dapat bergerak atau dibawa

Sistem pemadam yang dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapat dibawa. Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam yang terpasang di tempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatif cukup besar.

c. Fasilitas Evakuasi

1) Jalur Keluar Evakuasi

Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara bersih,

(25)

commit to user

14

tidak terhalang oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda arah yang jelas (Suma’mur, 1993).

2) Peta Evakuasi

Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup (Kuhre, 1996).

3) Titik Pertemuan di Luar Lokasi (Tempat Evakuasi)

Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat (Kuhre, 1996).

d. Peralatan Perlindungan Personil

Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal

Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi

bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu

keselamatan, appron, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum

digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya (Kuhre, 1996).

(26)

e. Peralatan Gawat Darurat Lain

Selain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi keadaan darurat (Kuhre, 1996).

5. Pelatihan Tanggap Darurat

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Penting bagi manajemen untuk

mendukung pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyelia harus

mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.

Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi keadaan darurat yang berbeda-beda.

(27)

commit to user

16

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996) kegiatan minimal yang harus dilakukan saat keadaan darurat antara lain :

a. Pemberitahuan

Tim Respon Gawat Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat oleh pusat komando penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan pada Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat.

b. Evakuasi

Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat dengan masukan dari individu yang mengerti keadaan yang terjadi. Para pekerja harus diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang ditentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh

panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa

barang-barang pribadi.

c. Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan

Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat harus

(28)

diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area pabrik lagi sampai ada tanda yang diberikan oleh Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat.

d. Penilaian Keadaan Darurat

Tim Respon Gawat Darurat akan mengenakan PPE (Personal

Protective Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua

pekerja sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat tersebut. Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini, misalnya dengan mengidentifikasi penyebab kejadian.

e. Memindahkan Pekerja yang Cidera

Bila ditemukan pekerja yang cidera, maka harus dipindahkan dari lokasi gawat darurat hanya oleh Tim Respon Gawat Darurat

yang memakai PPE (Personal Protective Equipment) lengkap.

Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai ambulan tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan pekerja tersebut.

f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar

Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus dihubungi dari daftar yang ada.

g. Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu

Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk penghentian saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan

(29)

commit to user

18

Tim Respon Gawat Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.

h. Mendirikan Penghalang

Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi yang melarang siapapun kecuali Tim Respon Gawat Darurat untuk masuk.

i. Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja

Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada para pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan harus dicatat oleh pengawas.

j. Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan

Bila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan dengan aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya, maka harus segera dibersihkan.

k. Pekerja Memasuki Gedung Kembali

Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menentukan (dengan bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung / area mana yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area.

(30)

l. Pertemuan Penutup

Tim Respon Gawat Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja untuk mengurangi ketegangan.

7. Prosedur Pemulihan

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi (Kuhre, 1996).

(31)

commit to user

20

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana

Upaya Penyelamatan Manusia dan Harta

Safe

1. Tim Respon Gawat Darurat

2. Sarana dan Fasilitas

3. Pelatihan

4. Prosedur Penanggulangan

5. Rencana Pemulihan

Rumah Sakit

Bencana

Kebakaran Teror Bom

Rencana Penggulangan Bencana Dikendalikan Keadaan Darurat Tidak Dikendalikan Korban Bencana Alam

(32)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subyek yang diteliti (Dharminto, 2007).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kolonel Sutarto No. 132 Surakarta.

C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi yang meliputi prosedur tanggap darurat, tim pelaksana serta sarana dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk keadaan darurat.

D. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.

1. Data Primer

(33)

commit to user

22

observasi lapangan dan wawancara dengan pihak terkait.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui dokumen-dokumen RSUD Dr. Moewardi yang terkait dengan pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung mengenai sarana dan fasilitas untuk menghadapi keadaan darurat yang tersedia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait mengenai masalah tanggap darurat sehingga dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.

3. Studi Kepustakaan

Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada serta dari dokumentasi perusahaan, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat.

F. Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 31 Maret 2011 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

(34)

Sanitasi.

2. Tanggal 15 Maret 2011 Observasi ke unit boiler.

3. Tanggal 16 - 17 Maret 2011 mempelajari sistem tanggap darurat di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

4. Tanggal 18 Maret 2011 Observasi petunjuk arah keluar evakuasi di

seluruh instalasi rumah sakit.

5. Tanggal 19 Maret 2011 Observasi ke unit genset.

6. Tanggal 21 - 23 Maret 2011 Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip

dan dokumen K3 di rumah sakit.

7. Tanggal 26 Maret 2011 melakukan persiapan dan koordinasi petugas

untuk pelatihan pemadaman api.

8. Tanggal 29 Maret 2011 Observasi sarana proteksi kebakaran di seluruh

instalasi rumah sakit.

9. Tanggal 30 Maret 2011 Pelatihan pemadaman api menggunakan APAR

dan karung goni kepada perwakilan setiap instalasi di RSUD Dr. Moewardi.

10. Tanggal 31 Maret 2011 Observasi rambu-rambu K3 di seluruh instalasi

rumah sakit.

G. Analisa Data

Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan sejelas-jelasnya pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar perundang-undangan yang terkait.

(35)

commit to user

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sistem tanggap darurat yang diterapkan di RSUD Dr. Moewardi berupa sistem kewaspadaan bencana. Menurut RSUD Dr. Moewardi, Sistem kewaspadaan bencana adalah tanda-tanda atau sistem yang ada yang dirancang sebagai tanda, peringatan dan fasilitas bila terjadi kebakaran atau bencana. Adapun sistem kewaspadaan bencana yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi meliputi :

1. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat

a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat

1) Sarana Komunikasi

a) Sarana Komunikasi Internal

Sarana komunikasi telepon internal telah

didistribusikan ke setiap bagian di rumah sakit dan

nomor-nomor emergency telah disediakan di setiap unit kerja

untuk memudahkan karyawan jika sewaktu-waktu

menemukan keadaan darurat. Sarana komunikasi internal lain berupa sistem audio sentral yang berfungsi untuk pengeras suara dalam pembacaan informasi-informasi

(36)

penting, serta menginformasikan kejadian keadaan darurat ke seluruh unit kerja untuk mempermudah proses evakuasi.

b) Sarana Komunikasi Eksternal

Sarana komunikasi eksternal menggunakan telepon yang langsung bisa berhubungan dengan telepon lain di luar instansi ataupun telepon seluler. Untuk sarana komunikasi keluar masuk dapat menggunakan radio panggil dengan gelombang yang ada di IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada frekuensi 14477 serta layanan telepon gawat darurat bebas pulsa dipakai 118 di IGD.

2) Sistem Alarm Kebakaran

Sistem alarm kebakaran di RSUD Dr. Moewardi dipasang pada empat titik yaitu di selasar gedung instalasi gizi, ruang IPI (Instalasi Perawatan Intensif), Ruang Mawar 1 dan IGD serta gedung Aster. Pemeriksaan dilakukan setiap satu tahun sekali meliputi pengecekan kerja sistem alarm dan instalasi jaringannya oleh IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit).

3) Fasilitas Pemadam Kebakaran

Fasilitas pemadam kebakaran yang disediakan RSUD Dr. Moewardi antara lain :

(37)

commit to user

26

APAR yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi

adalah jenis powder. APAR ini disediakan di setiap

ruangan. Untuk pemasangannya terlalu tinggi, yaitu sekitar 2 meter dari lantai dan jarak antar APAR kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR rutin dilakukan oleh bagian Rumah Tangga (RT) setiap menjumpai APAR yang meliputi pemeriksaan fisik dan tekanan APAR. Sedangkan

untuk pemeriksaan bagian dalam, seperti sparepart APAR

dan pengisian ulang dibagi dalam dua periode dalam satu tahun pada bulan Maret dan September oleh pihak ketiga yaitu CV. Kencana Tehnik. Hal itu dimaksudkan agar pada

saat pengisian ulang, masih ada APAR yang stand by. Pada

setiap APAR dilengkapi dengan keterangan jenis APAR, tanggal pemeriksaan dan tanggal kadaluarsa, serta petunjuk pemakaian.

b) Hydrant

Hydrant yang digunakan di RSUD Dr. Moewardi

berupa hydrant gedung dan halaman. Penempatan hydrant

gedung disediakan di setiap lantai gedung dan untuk

hydrant halaman ditempatkan di halaman rumah sakit.

Pemeriksaan hydrant dilakukan setiap satu tahun sekali

meliputi pemeriksaan pada rumah, selang dan peralatan perlengkapannya oleh bagian IPSRS.

(38)

c) Smoke Detector

Smoke detector baru dipasang pada gedung baru,

yaitu gedung Aster. Untuk pemeriksaan dilakukan oleh

IPSRS mengenai sistem kerja smoke detector.

d) Sprinkler System

Di RSUD Dr. Moewardi, sistem sprinkler hanya

dipasang pada bagian Instalasi Gizi (dapur) dan digunakan jika terjadi kebakaran pada kompor. Sistem kerjanya adalah

dengan membuka valve pengaman, air akan keluar dan

memadamkan api. Pemeriksaan terhadap sprinkler

dilakukan setiap satu tahun sekali oleh IPSRS yang meliputi

pengecekan bentuk dan tekanan sprinkler.

4) Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi merupakan jalur yang dipakai untuk mengevakuasi orang-orang jika terjadi keadaan darurat. Jalur evakuasi dibuat tidak satu arah saja tetapi beberapa arah, ada yang langsung mengarah ke tempat evakuasi aman dan ada yang mengarah ke tempat evakuasi sementara sebelum ke tempat evakuasi aman. Hal ini dibuat untuk mempermudah dan mempercepat proses evakuasi.

Jalur evakuasi dilengkapi penunjuk arah keluar yang dipasang di seluruh tempat di rumah sakit yang mengarah ke tempat evakuasi jika terjadi keadaan darurat. Penunjuk arah

(39)

commit to user

28

keluar dipasang di tempat-tempat yang mudah terlihat. Untuk tempat yang gelap, dilengkapi penunjuk arah yang bisa menyala atau terlihat dalam gelap.

5) Peta evakuasi

Disediakan juga fasilitas peta evakuasi pada setiap bagian gedung rumah sakit. Akan tetapi karena program pengecatan rutin dinding rumah sakit, maka peta yang seharusnya dipasang, dilepas oleh petugas pengecatan dan tidak dipasang kembali.

6) Lift, Pintu dan Tangga Darurat

Di RSUD Dr. Moewardi, untuk mengevakuasi pasien beroda atau tidak bisa jalan digunakan lift. Lift yang digunakan merupakan lift yang aman, yaitu lift yang berada bukan di tempat kejadian (lift gedung lain). Semua lift di rumah sakit

telah dilengkapi dengan ARD (Automatic Rescue Device) yang

berfungsi untuk mencari pintu keluar terdekat jika terjadi listrik mati. Untuk pintu dan tangga darurat telah dirancang sedemikian rupa dan bebas dari segala rintangan serta dilengkapi penunjuk

arah keluar yang jelas seperti papan bertuliskan exit atau keluar.

Di beberapa titik, terdapat tangga darurat yang dipakai untuk gudang sehingga tidak bisa dipakai. Tersedia juga Ram atau jalan miring di gedung IBS (Instalasi Bedah Sentral) lantai 2

(40)

yang berhubungan dengan ruang perawatan atau bangsal untuk mengevakuasi pasien beroda atau tidak bisa berjalan.

7) Tempat Evakuasi Sementara

Merupakan tempat evakuasi sementara yang bebas dari pengaruh bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang sebelum ke tempat evakuasi aman. Tempat evakuasi sementara di RSUD Dr. Moewardi adalah di halaman depan rumah sakit dan halaman depan gudang.

8) Tempat Evakuasi Aman

Merupakan tempat yang mutlak bebas dari pengaruh bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang yang dievakuasi. Tempat evakuasi aman di RSUD Dr. Moewardi adalah di basemen bawah masjid di belakang rumah sakit dan di tempat tersebut dilengkapi rambu petunjuk yang bertuliskan “Tempat Evakuasi”.

9) Penentuan Area Evakuasi

Bila terjadi kebakaran, tempat berkumpulnya korban (pasien, petugas, karyawan dan pengunjung) ditetapkan di area parkir bawah masjid RSUD Dr. Moewardi. Akan tetapi jika terjadi bencana banjir atau gempa bumi, area evakuasi akan ditetapkan menurut keadaan pada saat kejadian.

(41)

commit to user

30

10) Alat Pelindung Diri (APD)

Di RSUD Dr. Moewardi, alat pelindung diri dan pakaian kerja bagi petugas tanggap darurat tidak disediakan. Sehingga pada saat upaya penanggulangan keadaan darurat, petugas hanya mengenakan pakaian kerja atau seragam tim P2K3.

11) Instalasi Gawat Darurat

Jika terjadi keadaan darurat di RSUD Dr. Moewardi, korban yang timbul dibawa ke IGD untuk mendapat perawatan dan penanganan lebih lanjut.

b. Tim Penanggulangan Keadaan Darurat

Dalam upaya untuk menjaga keamanan, mencegah

kebakaran, persiapan menghadapi bencana serta untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, karyawan dan pengunjung di RSUD Dr. Moewardi maka dibentuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (P2K3). Adapun struktur organisasi P2K3 dibagi menjadi 3 bidang, yaitu :

1) Bidang pengamanan peralatan medik dan non medik

2) Bidang pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat

kerja, dan sanitasi

3) Bidang pengamanan keselamatan bangunan, kewaspadaan

(42)

commit to user

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011

Dalam pelaksanaannya, tim P2K3 dibantu oleh tenaga pendukung (tenaga yang melakanakan fungsi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terdiri dari Pejabat Struktural, Kepala Instalasi, Koordinator, Kepala Ruang, Ketua SMF, Ketua Tim/Komite) serta tim IGD dalam melakukan penanggulangan dan penyelamatan. Bila diperlukan, Tim K3 menghubungi Kantor Pemadam Kebakaran Kota Surakarta, Tim SAR, PMI (Palang Merah Indonesia) dan Kepolisian Polsek Jebres dalam menangani keadaan

DIREKTUR KETUA P2K3RS SEKRETARIS WADIR KEUANGAN WADIR UMUM WADIR PELAYANAN BIDANG PENGAMANAN PERALATAN MEDIK

DAN NON MEDIK KEPALA BIDANG KEPALA BAGIAN KEPALA INSTALASI KEPALA BIDANG KEPALA INSTALASI BIDANG PENGAMANAN KESELAMATAN BANGUNAN, KEWASPADAAN BENCANA DAN EVAKUASI. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN KERJA, PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA, DAN SANITASI

(43)

commit to user

32

c. Pelatihan

Pelatihan yang sudah dilakukan RSUD Dr. Moewardi dalam mengatasi keadaan darurat adalah pelatihan pemadaman kebakaran dan pelatihan evakuasi. Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari seluruh instalasi yang ada di rumah sakit.

1) Pelatihan Pemadaman Kebakaran

Pelatihan ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Dalam prakteknya, digunakan alat pemadam api tradisional (karung goni) dan modern (APAR). Adapun tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk melatih keterampilan dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran serta dapat melakukan tindakan awal untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran.

2) Pelatihan Evakuasi

Pelatihan ini baru dilaksanakan pada tahun 2004, 2008 dan 2009. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah agar karyawan dapat membantu proses evakuasi jika terjadi keadaan darurat.

Pada tahun 2004 dilakukan pelatihan simulasi tanggap darurat secara besar-besaran untuk menghadapi kebakaran, bencana dan teror bom. Pelatihan yang dilakukan meliputi penggunaan

hydrant, alarm system, springkler serta pelatihan evakuasi bagi

(44)

2. Pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Darurat

a. Tujuan :

1) Melaksanakan pemadaman, menyelamatkan jiwa pasien,

karyawan dan pengunjung.

2) Menyelamatkan sarana, prasarana dan alat yang ada di RSUD

Dr. Moewardi.

3) Merencanakan tindak Ianjut untuk pelayanan pasien.

b. Pelaksanaan :

1) Penanggulangan Bencana

a) Aktivasi Tim P2K3, Tim Brigade Siaga Bencana, Tim IGD,

staf dan tenaga pendukungnya di masing-masing unit kerja serta satpam.

b) Penentuan jenis bencana, jumlah korban dan lokasi bencana

bila terjadi bencana.

c) Penentuan status bencana dengan merujuk ketentuan

sebagai berikut :

(1) Siaga I : korban 20-30 orang

(2) Siaga II : korban 31-50 orang

(3) Siaga III : korban 51-75 orang

(4) Siaga IV : korban lebih dari 75 orang.

d) Komunikasi dan koordinasi Tim baik internal maupun

(45)
(46)

(a) Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Surakarta (0271) 655772

(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640

PMI (0271) 642640

(c) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)

(5) Kepala Bidang / lnstalasi / Bagian / Sub Bagian /

Koordinator ruang mengkoordinir dan melaksanakan instruksi bersama sama dengan tim K3, Satpam, staf lain dan tenaga pendukung K3 di ruang yang bersangkutan.

(6) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,

Kepolisian) melaksanakan :

(a) Pemadaman (kebakaran)

(b) Evakuasi dan pertolongan pertama

(c) Mengamankan lokasi dan peralatan

(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut

(e) Laporan

(7) Aktivasi seluruh petugas rumah sakit terutama pada

tenaga pendukung di unit kerja terkait :

(a) Satpam, dibantu petugas unit terkait segera

melakukan pemadaman dengan alat pemadam terdekat atau alat pemadam lain.

(47)

commit to user

36

(b) Petugas sarana / petugas lain segera memadamkan

aliran listrik.

(c) Dinas PMK bila telah tiba segera melakukan

pemadaman sesuai dengan ketentuan.

(d) Perawat dibantu penunggu pasien melakukan

evakuasi, dijauhkan dari lokasi kebakaran ke tempat yang aman dan segera melakukan pertolongan pertama pada korban.

(e) Dokter atau dokter IGD melaksanakan tindak

lanjut pertolongan dibantu dengan perawat.

b) Penanggulangan kebakaran dan bencana di luar jam kerja.

(1) Petugas di tempat kejadian membunyikan alarm

kebakaran dan memberi laporan atau informasi kepada :

(a) Direktur / Wakil Direktur / Ketua tim K3 / Tim K3

(b) Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore, malam

(psw 118)

(c) Staff lain / Satpam / tenaga pendukung.

(2) Direktur / Wadir / Tim K3 memberi instruksi kepada

Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore / malam dan bila perlu datang ke lokasi.

(48)

(3) Dokter jaga IGD atau Supervisi perawat sore / malam

member instruksi lanjutan dan bila perlu

menghubungi :

(a) Kantor Pemadam Kebakaran Kota Surakarta

(0271) 655772

(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640

(c) PMI (0271) 642640

(d) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)

(4) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,

Kepolisian) melaksanakan :

(a) Pemadaman (kebakaran)

(b) Evakuasi dan pertolongan pertama

(c) Mengamankan lokasi dan peralatan

(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut

(e) Laporan

c) Penanggulangan bencana diluar rumah sakit

(1) Koordinasi Tim BSB / IGD dengan Tim

Penanggulangan Bencana Pemda Tk I / II.

(2) Mengirim Tim Khusus (Tim Ambulan 118 / IGD) ke

tempat lokasi untuk membantu pemeriksaan dan pelaksanaan.

(3) Tim Ambulan 118, anggotanya terdiri dari:

(49)

commit to user

38

Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Jantung sesuai dengan susunan Tim yang sudah disahkan Direktur.

(b) Paramedis terampil dalam tugas lapangan.

(c) Sopir yang siap bertugas.

(d) Satpam yang bertugas.

(e) Teknisi atau Tenaga teknis lapangan lainnya.

(4) Bila diperlukan membentuk posko atau rumah sakit

lapangan di sekitar lokasi bencana.

c. Pencatatan dan Pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan meliputi :

1) Waktu kejadian

2) Tempat kejadian

3) Lain-lain :

a) Kronologi penanggulangan kebakaran dan bencana.

b) Tim yang bekerja

c) Jumlah korban

d) Jenis pertolongan

e) Jenis tindakan

(50)

Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja

Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011

DIREKTUR WADIR 1, II, II KETUA K3 TIM P2K3 PSW 555 ATAU 550 DINAS PEMADAM TIM SAR KEPOLISIAN (BILA PERLU) KEPALA BIDANG KEPALA INSTALASI KEPALA RUANG

STAF / SATPAM / OPERATOR TENAGA PENDUKUNG / BSB INFORMASI DARI TKP (TENAGA YANG BERSANGKUTAN) MEMBUNYIKAN ALARM 1. MELAKSANAKAN PEMADAMAN

2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN

PERTAMA

3. PENGAMANAN LOKASI DAN

PERALATAN

4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI 5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)

6. LAPORAN

Keterangan :

: Garis Komando Instruksi : Garis Koordinasi : Garis Laporan : Garis Pelaksanaan

(51)

commit to user

40

Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana RSUD Dr. Moewardi Di Luar Jam Kerja Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011

3. Prosedur Pelaksanaan Evakuasi

a. Tujuan

Untuk mengamankan pasien, keluarga pasien dan pengunjung serta karyawan dari bahaya kebakaran dan bencana serta ancaman bahaya lain.

DIREKTUR WADIR 1, II, II

TIM K3

DOKTER JAGA IGD SUPERVISI PERAWAT PSW 118 DINAS PEMADAM TIM SAR KEPOLISIAN (BILA PERLU) SATPAM / STAF / TENAGA PENDUKUNG INFORMASI TKP ALARM 1. MELAKUKAN PEMADAMAN

2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN PERTAMA

3. PENGAMANAN LOKASI DAN

PERALATAN

4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI 5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)

6. LAPORAN

Keterangan :

: Garis Komando Instruksi : Garis Koordinasi : Garis Laporan : Garis Pelaksanaan

(52)

b. Regu penolong, bertugas melaksanakan evakuasi dan tindakan pengamanan fasilitas rumah sakit.

1) Tim SAR

2) Staf dan tenaga pendukung K3 rumah sakit yang terlatih

3) Petugas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta

c. Ketentuan umum

1) Bila terjadi bencana (gempa bumi) semua evakuasi hanya

dilakukan dengan tangga tidak boleh dengan lift.

2) Bila terjadi kebakaran di salah satu gedung tertentu evakuasi

bisa dilakukan dengan "Lift yang aman" (bukan lift tempat kejadian), dan hanya digunakan untuk turun bagi korban berat atau pasien tidak bisa jalan (beroda) dari lantai 3 saja.

3) Untuk korban berat dan pasien beroda dari lantai 2 evakuasi

dilakukan melalui Mawar 2, terus ke arah barat melalui Ram jalan miring menuju basemen bawah masjid.

4) Bila Kebakaran terjadi di gedung Mawar bagian barat,

evakuasi dilakukan dengan lift yang aman atau dengan tangga.

5) Evakuasi dari lantai 1 dilakukan melalui pintu-pintu keluar

yang terdekat dan berkumpul di basemen bawah masjid.

d. Ketentuan khusus

1) Gedung A (Wijaya Kusuma)

a) Penanggung jawab atau koordinator :

(53)

commit to user

42

(2) Lantai 2 oleh Kepala Ruangan Poli Bedah

(3) Lantai 1 oleh Kepala IGD

b) Tangga A1 (Timur Utara) khusus untuk jalan masuk regu

penolong atau pemadam.

c) Tangga A2 (Timur Selatan), A3 (Barat Selatan), dan A4

(Barat Utara) digunakan untuk jalan keluar evakuasi bagi pasien poliklinik dari lantai 3 dan 2 dibantu karyawan, pengantar dan pengunjung.

d) Setelah semua pasien atau korban terevakuasi selanjutnya

dikumpulkan di halaman parkir dan atau segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.

2) Gedung B (Cendana)

a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau

Kepala shif.

b) Tangga A1 (Timur Utara / Gedung A) khusus untuk jalan

masuk regu penolong atau pemadam.

c) Tangga B1 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien

dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.

d) Tangga B2 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung

dari lantai 3 dan 2.

e) Selanjutnya dikumpulkan di halaman cendana dan segera

(54)

3) Gedung C (Mawar)

a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau

Kepala shif.

b) Tangga A1 (Timur Utara Gedung A) khusus untuk jalan

masuk regu penolong atau pemadam.

c) Tangga C2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien

dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.

d) Tangga C1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung

dari lantai 3 dan 2.

e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan

segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.

4) Gedung D (Melati)

a) Koordinator Kepala Ruangan dan atau kepala shif.

b) Tangga Al dan C2 untuk jalan masuk petugas penolong dan

pemadam.

c) Tangga D2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien

di bantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.

d) Tangga D1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung

dari lantai 3 dan 2.

e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan

(55)

commit to user

44

5) Gedung E (Anggrek)

a) Koordinator Kepala Ruangan pada masing-masing lantai dan

atau kepala shif.

b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga D1

(Melati; Timur)

c) Tangga E2 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi

pasien dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.

d) Tangga E1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung

dari lantai 3 dan 2.

e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan

segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.

6) Gedung F (Radiologi)

a) Koordinator kepala ISRS.

b) Tangga F2 (Selatan) untuk jalan masuk petugas penolong

dan pemadam kebakaran.

c) Tangga F1 (tengah) dan F3 (utara) untuk jalan keluar dari

lantai 2 dan 3 bagi karyawan.

d) Selanjutnya berkumpul di halaman gudang atau radiologi

dan segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.

7) Gedung G (IBS)

(56)

b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga G1 (timur).

c) Pasien dievakuasi lewat Ram atau jalan miring di bantu

perawat atau penunggu pasien.

d) Tangga G2 (selatan) dan G3 (utara) untuk jalan keluar

pengunjung dan penunggu pasien dari lantai 2.

e) Evakuasi dari lantai 1 lewat jalan keluar masing masing

ruangan.

f) Selanjutnya berkumpul di basemen bawah masjid dan segera

mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.

8) Gedung K, H, J. (Radiotherapy, Central Steril Supply

Department, Gudang)

a) Koordinator masing-masing Kepala Ruangan.

b) Evakuasi dilakukan kearah pintu keluar masing-masing

ruangan.

c) Berkumpul di halaman gudang dan petugas yang cidera

segera dibawa ke IGD.

9) Gedung I (Gizi, Farmasi, laundry)

a) Koordinator masing - masing Ka Gizi, Ka Farmasi, Ka

Laundry.

b) Tangga 11 (timur) untuk jalan masuk bagi petugas penolong

(57)

commit to user

46

c) Tangga 12 (tengah) dan 13 (barat) untuk jalan keluar bagi

karyawan Farmasi lantai 2.

d) Evakuasi di ruang Gizi dan laundry melalui jalan keluar

masing-masing pintu ruangan.

e) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat

pertolongan atau dibawa ke IGD.

10) Gedung M, N, R (Kamar Jenazah, IPSRS, Ruang Boiler)

a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.

b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.

c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat

pertolongan atau dibawa ke IGD.

11) Gedung U (Aster)

a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.

b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.

c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat

pertolongan atau dibawa ke IGD.

4. Prosedur Pemulihan

Untuk pemulihan sarana dan prasarana akibat terjadinya keadaan darurat (kebakaran dan bencana) di RSUD Dr. Moewardi diserahkan ke pimpinan unit tempat kejadian. Prosedur yang dilakukan meliputi identifikasi kerusakan atau kerugian, upaya perbaikan dan rekonstruksi sarana yang rusak serta pelaporan kepada Manajemen atau Direktur.

(58)

B. Pembahasan

1. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat

a. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi telah cukup memadai. Sistem komunikasi tersebut terdiri dari komunikasi satu arah seperti sistem audio sentral sedangkan komunikasi dua arah seperti telepon, telepon seluler dan radio panggil. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) Lampiran I poin 3. 2. 1 mengenai komunikasi, yang menyatakan bahwa “Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.

b. Sistem Alarm Kebakaran

Sistem Alarm Kebakaran yang digunakan di RSUD Dr.

Moewardi dilakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali meliputi

pengecekan kerja sistem alarm dan instalasi jaringannya oleh IPSRS. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”.

(59)

commit to user

48

Fasilitas pemadam kebakaran di RSUD Dr. Moewardi berupa

APAR, hydrant, dan sprinkler untuk memadamkan kebakaran. Hal

ini sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2 huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.

Khusus untuk pemasangan APAR, ketinggian dan jarak antar APAR masih belum sesuai dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 4 yang menyatakan bahwa “Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok APAR bersangkutan, sedangkan penempatan antara APAR yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas / ahli keselamatan kerja”.

d. Sarana dan Fasilitas Evakuasi

Sarana dan fasilitas evakuasi di RSUD Dr. Moewardi meliputi petunjuk arah keluar, jalur keluar evakuasi, peta evakuasi, lift, pintu dan tangga darurat, tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi aman. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang

(60)

No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 11 ayat 1 (g) yang menyebutkan : “Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi: petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat”. Dengan adanya fasilitas ini, berarti telah memenuhi Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”. Untuk petunjuk arah keluar dipasang di bagian atas (digantung di atap) dan bentuknya terlalu kecil sehingga kurang efektif. Di masing-masing tempat sebenarnya telah dipasang peta evakuasi, akan tetapi karena proyek pengecatan dinding secara rutin maka peta tersebut dilepas dan tidak dipasang kembali oleh petugas pengecatan.

Pintu dan tangga darurat dirancang sedemikian rupa yakni terbebas dari segala rintangan dan dipasang papan petunjuk yang jelas. Akan tetapi di beberapa titik tertentu, tangga darurat dipakai untuk gudang, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengevakuasi. Hal ini belum sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 4. 4 yang menyatakan bahwa “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis”.

Untuk lift sudah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

(61)

commit to user

50

tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

e. Sarana Alat Pelindung Diri

RSUD Dr. Moewardi belum menyediakan alat pelindung diri bagi petugas penanggulangan keadaan darurat, sehingga belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 (f) yang menyebutkan dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

f. Sarana dan Fasilitas Pertolongan Bagi Korban

Korban yang timbul akibat keadaan darurat segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan penanganan dan perawatan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 9 mengenai prosedur menghadapi insiden, yang menyatakan bahwa “Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik dan proses perawatan lanjutan”.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai  Upaya Penanggulangan Bencana
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi  Sumber : Bagian K3 RSUD Dr
Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana      RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga

Humas dianggap tidak hanya sebagai pihak yang menyampaikan informasi yang berasal dari perusahaan berupa kebijakan- kebijakan yang diterapkan melainkan juga menanggapi

(8) Tujuan dari tahapan persiapan kerja adalah untuk memastikan semua aspek yang terkait dengan kontrak dan setiap aspek K3 lainnya dari kontrak telah

Judul Skripsi : Peningkatan Pemahaman Konsep Perkembangan Teknologi Produksi Komunikasi dan Transportasi Melalui Teams Games Tournament berbasis Flash Cards”

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang beragam, dimana pada Kecamatan Kuranji, didapatkan hasil jentik yang telah mengalami penurunan kerentanan terhadap

〔商法二〇三〕発行差止仮処分違反の新株発行の効力横浜地裁昭和 五〇年三月二五日判決 阪埜, 光男Banno, Mitsuo 商法研究会Shoho kenkyukai

diharapkan dikuasai oleh lulusan Prodi Magister Agribisnis Ps UNG adalah: 1) menguasai secara mendalam landasan filosofis, historis, sosiologis, ekonomis dibidang Magister