commit to user
LAPORAN KHUSUS
GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT
SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGANAN
BENCANA DI RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
Syaifuddin R.0008074
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
commit to user
ii
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Pelaksanaan Tanggap
Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Syaifuddin, NIM : R.0008074, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
Pembimbing I Pembimbing II
Harninto, dr.,MS., Sp.Ok Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes
NIP. 19540505 198503 2 001
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Tugas Akhir dengan judul :
Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Disusun oleh :
Syaifuddin NIM. R0008074
telah diajukan dan disahkan pada tanggal :
Hari : . . . Tanggal : . . . Tahun : . . .
Pembimbing Lapangan Kepala IPSRS
Heru Yulistianto, ST, M.Si Imam T. Prasetyo
commit to user
iv
ABSTRAK
GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
Syaifuddin1, Harninto2, Cr. Siti Utari3
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, termasuk tim penanggulangan serta sarana dan fasilitas penunjangnya.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif,
yaitu dengan memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tanggap darurat. Kerangka pemikiran penelitian ini adalah rumah sakit sebagai suatu instansi yang tidak terlepas dari bencana yang dapat mengakibatkan keadaan darurat seperti kebakaran, bencana alam serta teror bom. Oleh karena itu diperlukan sistem tanggap darurat sebagai upaya penanggulangan bencana sehingga dapat dilakukan upaya penyelamatan manusia dan harta untuk meminimalisasi kerugian.
Hasil : Dalam melaksanakan kegiatan tanggap darurat sebagai upaya
penanggulangan bencana, RSUD Dr. Moewardi menyediakan prosedur menghadapi keadaan darurat yang dilengkapi sarana dan fasilitas penunjang seperti sarana komunikasi, peralatan pemadam kebakaran, jalur keluar dan tempat evakuasi serta tim penanggulangan keadaan darurat. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dan Kepmenkes RI No. 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 Di Rumah Sakit.
Simpulan : RSUD Dr. Moewardi telah melaksanakan upaya tanggap darurat
sebagai upaya penanggulangan bencana yang terjadi di rumah sakit sehingga telah sesuai dengan perundang-undangan terkait. Saran yang diberikan adalah supaya penempatan APAR disesuaikan standar, disediakan peta evakuasi dan fasilitas petunjuk arah keluar yang jelas, serta dilakukan pelatihan tanggap darurat secara menyeluruh minimal 1 tahun sekali.
Kata Kunci : Tanggap Darurat, Penanggulangan Bencana, Rumah Sakit Kepustakaan : 16, 1993-2010
1,2,3
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang
dan penyusunan laporan magang yang berjudul ” Gambaran Pelaksanaan
Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof., Dr., H. A.A. Subiyanto, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai Mei 2011.
2. Bapak Prof., Dr., Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,MS.,PKK.,Sp.Ok, selaku ketua Program D. III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai periode Juni 2011.
4. Bapak Sumardiyono,SKM.,M.Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Harninto, dr.,MS., Sp.Ok, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
6. Ibu Cr. Siti Utari, Dra, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Bapak drg. R. Basoeki Soetardjo. MMR, selaku Direktur RSUD dr. Moewardi
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi.
8. Ibu Anggita selaku Koordinator yang mengurusi masalah Praktek Kerja
Lapangan RSUD dr. Moewardi Surakarta.
9. Bapak Imam T. Prasetyo selaku Kepala Instansi Instalasi Sanitasi RSUD dr.
Moewardi Surakarta.
10. Bapak Heru Yulistianto, ST, M.Si, selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan magang di RSUD dr. Moewardi Surakarta.
11. Semua staff yang ada di IPSRS yang telah memberikan bantuan.
12. Seluruh keluarga besar Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang
telah mendukung saya.
13. Bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan berdoa untuk keberhasilan
commit to user
vi
14. Teman-teman Angkatan 2008 D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sukses
selalu buat teman-temanku semua.
15. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan
penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit.
Amin.
Surakarta, Juni 2011 Penulis,
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN ... 21
A. Metode Penelitian ... 21
B. Lokasi Penelitian ... 21
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 21
commit to user
viii
E. Teknik Pengumpulan Data ... 22
F. Pelaksanaan ... 22
G. Analisa Data ... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Hasil Penelitian ... 24
B. Pembahasan ... 47
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Simpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap
Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana ... 20
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi ... 31
Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja ... 39
Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapangan / Magang
Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 3 Susunan P2K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 4 Protap Penggunaan APAR
Lampiran 5 Protap Pemeliharaan APAR
Lampiran 6 Jenis APAR Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 7 Protap Sistem dan Pengoperasian Alarm Kebakaran
Lampiran 8 Protap Rambu-Rambu atau Tanda Khusus Jalan Keluar Evakuasi
Lampiran 9 Protap Sistem Komunikasi
Lampiran 10 Protap Daftar Nomor Telepon Eksternal Lampiran 11 Protap Sistem Kewaspadaan Bencana
Lampiran 12 Protap Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lampiran 13 Protap Evakuasi Pasien
Lampiran 14 Protap Evakuasi Keluarga Pasien dan Pengunjung Lampiran 15 Protap Evakuasi Karyawan Kantor
Lampiran 16 Denah dan Jaringan Sistem Alarm Kebakaran Lampiran 17 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 1
Lampiran 18 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 2 Lampiran 19 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 3 Lampiran 20 Denah Jalan Keluar Evakuasi Lantai 4 dan 5 Lampiran 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
commit to user
xi
Lampiran 22 Permenakertrans No : PER.04/MEN/1980 Lampiran 23 Permenaker Nomor : PER.05/MEN/1996 Lampiran 24 Kepmenaker RI No. : KEP.186/MEN/1999
Lampiran 25 Kepmenkes RI Nomor : 1204 /MENKES/SK/X/2004 Lampiran 26 Kepmenkes RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 Lampiran 27 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan supermarket bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana (Tahir, 2010).
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam keadaan emergensi) sehari-hari adalah hak asasi manusia atau hak setiap orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian adalah penanggulangan Medik Penderita Gawat Darurat yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana karena ulah manusia yang pada kenyataannya akan semakin sering terjadi karena Indonesia memiliki banyak daerah rawan bencana (Team Blog Akreditasi, 2010).
commit to user
2
Rumah sakit biasanya menjadi tempat tujuan utama untuk mencari pertolongan, sehingga rumah sakit segera dipenuhi oleh korban. Padahal, rumah sakit di lokasi bencana merupakan bagian dari korban. Disisi lain, tidak ada alasan untuk memberikan pelayanan yang tidak bermutu kepada korban bencana, bagaimanapun kondisi rumah sakit tersebut. Pada fase-fase awal pasca bencana, rumah sakit biasanya membutuhkan tambahan kapasitas pelayanan. Dengan demikian, penting bagi rumah sakit untuk membuat
Disaster Plan yang implementatif sebagai pedoman bagi seluruh komponen
dalam rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memenuhi standar
mutu maupun kuantitas. Disaster Plan di rumah sakit akan mencegah praktek
pelayanan kesehatan yang tidak aman bagi korban bencana. Perencanaan untuk kesiagaan menghadapi kondisi pasca bencana ini sebaiknya meliputi
tidak hanya di pre-hospital namun juga pada area rumah sakit dan
post-hospitalization (Eka, 2007).
Sebagai Instansi Rumah Sakit yang menangani keadaan darurat, RSUD Dr. Moewardi juga perlu untuk melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran, peledakan, bencana alam maupun teror bom. Resiko kebakaran terjadi terutama pada gudang dan tangki penyimpanan oksigen yang mengandung bahan-bahan kimia mudah terbakar. Oleh karena itu, rumah sakit memerlukan suatu sistem tanggap darurat yang mencakup rencana evakuasi dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan saat keadaan darurat untuk menyelamatkan pasien, pengunjung maupun karyawan di rumah sakit.
Dengan latar belakang di atas maka penulis ingin membahas lebih
lanjut mengenai “Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai
Upaya Penanggulangan Bencana Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
Dalam pelaksanaannya, penulis hanya membahas pelaksanaan tanggap darurat untuk penanggulangan bencana yang ada di dalam rumah sakit seperti kebakaran, bencana alam dan teror bom.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu
1. Bagaimana sarana dan fasilitas yang disediakan untuk penanggulangan
bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
2. Bagaimana peran tim tanggap darurat dalam penanggulangan bencana di
RSUD Dr. Moewardi?
3. Bagaimana gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya
penanggulangan bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sarana dan fasilitas yang digunakan untuk penanggulangan
bencana di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Mengetahui tim yang berperan dalam pelaksanaan tanggap darurat di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
3. Mengetahui gambaran pelaksanaan tanggap darurat sebagai upaya
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Rumah Sakit
a. Diharapkan dapat memperoleh saran mengenai aspek keselamatan
dan kesehatan kerja terutama dalam pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
b. Diharapkan dapat memperoleh alternatif calon karyawan yang
paham tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
c. Diharapkan dapat meningkatkan citra rumah sakit.
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Sebagai media untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah
mendapatkan bimbingan selama masa perkuliahan jika diaplikasikan ke dunia kerja.
b. Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai pelaksanaan
tanggap darurat di rumah sakit.
c. Dapat meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit dalam bidang
K3.
3. Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah di suatu
rumah sakit.
c. Dapat menambah wawasan mengenai tanggap darurat di suatu rumah sakit.
d. Dapat memberikan kontribusi bagi rumah sakit Tempat Praktek
Kerja Lapangan terutama bagi aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Depkes RI, 2009a).
Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu segera ditanggulangi (Rizka, 2009).
Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Keadaan darurat tingkat I
Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang
berpotensi mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset),
yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi / pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyalir.
2) Keadaan darurat tingkat II
Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan
material yang tersedia di instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak atau gas dan lain-lain, yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak
bahaya atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
3) Keadaan darurat tingkat III
Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa malapetaka atau bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tingkat II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.
Faktor pemicu terjadinya keadaan darurat di rumah sakit adalah adanya Bencana. Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta
lingkungannya (Depkes RI, 2007a).
Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi :
a. Bencana alam (natural disaster), yang disebabkan kejadian alam
commit to user
8
b. Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu hasil dari
tindakan secara langsung atau tidak langsung manusia seperti perang, konflik antar penduduk, teroris dan kegagalan teknologi.
2. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan)
Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola pabrik dan pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon gawat darurat dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam beberapa jam pertama pada kondisi krisis. Sebagai contoh, evakuasi segera korban dan penanggulangan keadaan darurat adalah komponen yang umum dalam suatu keadaan gawat darurat. Pelaksanaan dari rencana biasanya di bawah pengarahan dari tim respon gawat darurat
atau Emergency Response Team(Kuhre, 1996).
Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.
Apabila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu
ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan maka perlu dibentuk Tim Tanggap
Darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek. Kinerja Tim Tanggap
Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan
penanggulangan keadaan emergency dan tujuan untuk mengurangi
kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia
akibat keadaan emergency dapat dicapai (Okleqs, 2008).
Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat menurut Okleqs (2008) :
a. Mitigation (Mitigasi) : Kajian awal yang dilakukan untuk
mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana.
b. Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut
berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan kemampuan personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila
terjadi keadaan emergency.
c. Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi
keadaan krisis / bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat
(termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR (Search And Rescue),
pemadaman kebakaran, dan lain-lain).
d. Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk memulihkan
commit to user
10
bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal.
3. Tim Respon Gawat Darurat (Emergency Response Team)
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung.
Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin. Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan, pekerja dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai wawasan serta mampu memimpin timnya.
Menurut Tarwaka (2008), agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik sesuai Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja pasal 3, maka susunan anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan pekerja. Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya. Demikian juga dengan perwakilan dari pihak manajemen atau pengurus, diupayakan suatu
perwakilan yang berasal dari jajaran manajer, supervisor, personel
officers atau profesional K3 yang dapat memberikan informasi atau
masukan di dalam membuat kebijakan perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-hal teknis perusahaan lainnya. Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih,
maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100 orang,
maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau
tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja
commit to user
12
dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.
4. Sarana dan Fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Sistem Komunikasi
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat.
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon
intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (ambulan). Dimana
penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi
dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan atau pemimpin Tim Tanggap Darurat.
b. Peralatan Pemadam Kebakaran
Menurut Suma’mur (1993), alat-alat pemadam kebakaran meliputi 2 jenis:
1) Terpasang tetap di tempat
Perlengkapan yang terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa air, pipa-pipa dan selang-selang untuk aliran air serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipanya
dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering,
karbondioksida atau busa.
2) Dapat bergerak atau dibawa
Sistem pemadam yang dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapat dibawa. Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam yang terpasang di tempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatif cukup besar.
c. Fasilitas Evakuasi
1) Jalur Keluar Evakuasi
Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamatan demikian harus dipelihara bersih,
commit to user
14
tidak terhalang oleh barang-barang, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda arah yang jelas (Suma’mur, 1993).
2) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup (Kuhre, 1996).
3) Titik Pertemuan di Luar Lokasi (Tempat Evakuasi)
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat (Kuhre, 1996).
d. Peralatan Perlindungan Personil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal
Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu
keselamatan, appron, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum
digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya (Kuhre, 1996).
e. Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan komunikasi, pemadam kebakaran dan peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi keadaan darurat (Kuhre, 1996).
5. Pelatihan Tanggap Darurat
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Penting bagi manajemen untuk
mendukung pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyelia harus
mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi keadaan darurat yang berbeda-beda.
commit to user
16
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996) kegiatan minimal yang harus dilakukan saat keadaan darurat antara lain :
a. Pemberitahuan
Tim Respon Gawat Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat oleh pusat komando penanganan atau sumber lain, kemudian berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman. Pemberitahuan pada Tim Respon Gawat Darurat dapat dilakukan melalui radio panggil, radio komunikasi, atau sistem pemberitahuan masyarakat.
b. Evakuasi
Tim Respon Gawat Darurat membunyikan tanda bahaya dan mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap keselamatan jiwa. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja harus dilakukan oleh Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat dengan masukan dari individu yang mengerti keadaan yang terjadi. Para pekerja harus diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang ditentukan dalam peta evakuasi. Para pekerja tidak boleh
panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa
barang-barang pribadi.
c. Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat harus
diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus diberitahu untuk tidak masuk ke dalam area pabrik lagi sampai ada tanda yang diberikan oleh Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat.
d. Penilaian Keadaan Darurat
Tim Respon Gawat Darurat akan mengenakan PPE (Personal
Protective Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua
pekerja sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat tersebut. Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini, misalnya dengan mengidentifikasi penyebab kejadian.
e. Memindahkan Pekerja yang Cidera
Bila ditemukan pekerja yang cidera, maka harus dipindahkan dari lokasi gawat darurat hanya oleh Tim Respon Gawat Darurat
yang memakai PPE (Personal Protective Equipment) lengkap.
Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai ambulan tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan pekerja tersebut.
f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar
Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera, Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menginstruksikan siapa yang harus dihubungi dari daftar yang ada.
g. Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu
Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk penghentian saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan
commit to user
18
Tim Respon Gawat Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.
h. Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi yang melarang siapapun kecuali Tim Respon Gawat Darurat untuk masuk.
i. Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja
Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada para pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan harus dicatat oleh pengawas.
j. Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan
Bila keadaan sudah memungkinkan artinya dapat dilakukan dengan aman, untuk pembersihan sisa-sisa bahan kimia berbahaya, maka harus segera dibersihkan.
k. Pekerja Memasuki Gedung Kembali
Pimpinan Tim Respon Gawat Darurat akan menentukan (dengan bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung / area mana yang cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh mengizinkan orang-orang kembali ke area.
l. Pertemuan Penutup
Tim Respon Gawat Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta badan-badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja untuk mengurangi ketegangan.
7. Prosedur Pemulihan
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan bencana dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi (Kuhre, 1996).
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambaran Pelaksanaan Tanggap Darurat Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana
Upaya Penyelamatan Manusia dan Harta
Safe
1. Tim Respon Gawat Darurat
2. Sarana dan Fasilitas
3. Pelatihan
4. Prosedur Penanggulangan
5. Rencana Pemulihan
Rumah Sakit
Bencana
Kebakaran Teror Bom
Rencana Penggulangan Bencana Dikendalikan Keadaan Darurat Tidak Dikendalikan Korban Bencana Alam
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subyek yang diteliti (Dharminto, 2007).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kolonel Sutarto No. 132 Surakarta.
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi yang meliputi prosedur tanggap darurat, tim pelaksana serta sarana dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk keadaan darurat.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
1. Data Primer
commit to user
22
observasi lapangan dan wawancara dengan pihak terkait.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui dokumen-dokumen RSUD Dr. Moewardi yang terkait dengan pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung mengenai sarana dan fasilitas untuk menghadapi keadaan darurat yang tersedia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait mengenai masalah tanggap darurat sehingga dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
3. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada serta dari dokumentasi perusahaan, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat.
F. Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 31 Maret 2011 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Sanitasi.
2. Tanggal 15 Maret 2011 Observasi ke unit boiler.
3. Tanggal 16 - 17 Maret 2011 mempelajari sistem tanggap darurat di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
4. Tanggal 18 Maret 2011 Observasi petunjuk arah keluar evakuasi di
seluruh instalasi rumah sakit.
5. Tanggal 19 Maret 2011 Observasi ke unit genset.
6. Tanggal 21 - 23 Maret 2011 Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip
dan dokumen K3 di rumah sakit.
7. Tanggal 26 Maret 2011 melakukan persiapan dan koordinasi petugas
untuk pelatihan pemadaman api.
8. Tanggal 29 Maret 2011 Observasi sarana proteksi kebakaran di seluruh
instalasi rumah sakit.
9. Tanggal 30 Maret 2011 Pelatihan pemadaman api menggunakan APAR
dan karung goni kepada perwakilan setiap instalasi di RSUD Dr. Moewardi.
10. Tanggal 31 Maret 2011 Observasi rambu-rambu K3 di seluruh instalasi
rumah sakit.
G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan sejelas-jelasnya pelaksanaan tanggap darurat di RSUD Dr. Moewardi yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar perundang-undangan yang terkait.
commit to user
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sistem tanggap darurat yang diterapkan di RSUD Dr. Moewardi berupa sistem kewaspadaan bencana. Menurut RSUD Dr. Moewardi, Sistem kewaspadaan bencana adalah tanda-tanda atau sistem yang ada yang dirancang sebagai tanda, peringatan dan fasilitas bila terjadi kebakaran atau bencana. Adapun sistem kewaspadaan bencana yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi meliputi :
1. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat
a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
1) Sarana Komunikasi
a) Sarana Komunikasi Internal
Sarana komunikasi telepon internal telah
didistribusikan ke setiap bagian di rumah sakit dan
nomor-nomor emergency telah disediakan di setiap unit kerja
untuk memudahkan karyawan jika sewaktu-waktu
menemukan keadaan darurat. Sarana komunikasi internal lain berupa sistem audio sentral yang berfungsi untuk pengeras suara dalam pembacaan informasi-informasi
penting, serta menginformasikan kejadian keadaan darurat ke seluruh unit kerja untuk mempermudah proses evakuasi.
b) Sarana Komunikasi Eksternal
Sarana komunikasi eksternal menggunakan telepon yang langsung bisa berhubungan dengan telepon lain di luar instansi ataupun telepon seluler. Untuk sarana komunikasi keluar masuk dapat menggunakan radio panggil dengan gelombang yang ada di IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada frekuensi 14477 serta layanan telepon gawat darurat bebas pulsa dipakai 118 di IGD.
2) Sistem Alarm Kebakaran
Sistem alarm kebakaran di RSUD Dr. Moewardi dipasang pada empat titik yaitu di selasar gedung instalasi gizi, ruang IPI (Instalasi Perawatan Intensif), Ruang Mawar 1 dan IGD serta gedung Aster. Pemeriksaan dilakukan setiap satu tahun sekali meliputi pengecekan kerja sistem alarm dan instalasi jaringannya oleh IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit).
3) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Fasilitas pemadam kebakaran yang disediakan RSUD Dr. Moewardi antara lain :
commit to user
26
APAR yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi
adalah jenis powder. APAR ini disediakan di setiap
ruangan. Untuk pemasangannya terlalu tinggi, yaitu sekitar 2 meter dari lantai dan jarak antar APAR kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR rutin dilakukan oleh bagian Rumah Tangga (RT) setiap menjumpai APAR yang meliputi pemeriksaan fisik dan tekanan APAR. Sedangkan
untuk pemeriksaan bagian dalam, seperti sparepart APAR
dan pengisian ulang dibagi dalam dua periode dalam satu tahun pada bulan Maret dan September oleh pihak ketiga yaitu CV. Kencana Tehnik. Hal itu dimaksudkan agar pada
saat pengisian ulang, masih ada APAR yang stand by. Pada
setiap APAR dilengkapi dengan keterangan jenis APAR, tanggal pemeriksaan dan tanggal kadaluarsa, serta petunjuk pemakaian.
b) Hydrant
Hydrant yang digunakan di RSUD Dr. Moewardi
berupa hydrant gedung dan halaman. Penempatan hydrant
gedung disediakan di setiap lantai gedung dan untuk
hydrant halaman ditempatkan di halaman rumah sakit.
Pemeriksaan hydrant dilakukan setiap satu tahun sekali
meliputi pemeriksaan pada rumah, selang dan peralatan perlengkapannya oleh bagian IPSRS.
c) Smoke Detector
Smoke detector baru dipasang pada gedung baru,
yaitu gedung Aster. Untuk pemeriksaan dilakukan oleh
IPSRS mengenai sistem kerja smoke detector.
d) Sprinkler System
Di RSUD Dr. Moewardi, sistem sprinkler hanya
dipasang pada bagian Instalasi Gizi (dapur) dan digunakan jika terjadi kebakaran pada kompor. Sistem kerjanya adalah
dengan membuka valve pengaman, air akan keluar dan
memadamkan api. Pemeriksaan terhadap sprinkler
dilakukan setiap satu tahun sekali oleh IPSRS yang meliputi
pengecekan bentuk dan tekanan sprinkler.
4) Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan jalur yang dipakai untuk mengevakuasi orang-orang jika terjadi keadaan darurat. Jalur evakuasi dibuat tidak satu arah saja tetapi beberapa arah, ada yang langsung mengarah ke tempat evakuasi aman dan ada yang mengarah ke tempat evakuasi sementara sebelum ke tempat evakuasi aman. Hal ini dibuat untuk mempermudah dan mempercepat proses evakuasi.
Jalur evakuasi dilengkapi penunjuk arah keluar yang dipasang di seluruh tempat di rumah sakit yang mengarah ke tempat evakuasi jika terjadi keadaan darurat. Penunjuk arah
commit to user
28
keluar dipasang di tempat-tempat yang mudah terlihat. Untuk tempat yang gelap, dilengkapi penunjuk arah yang bisa menyala atau terlihat dalam gelap.
5) Peta evakuasi
Disediakan juga fasilitas peta evakuasi pada setiap bagian gedung rumah sakit. Akan tetapi karena program pengecatan rutin dinding rumah sakit, maka peta yang seharusnya dipasang, dilepas oleh petugas pengecatan dan tidak dipasang kembali.
6) Lift, Pintu dan Tangga Darurat
Di RSUD Dr. Moewardi, untuk mengevakuasi pasien beroda atau tidak bisa jalan digunakan lift. Lift yang digunakan merupakan lift yang aman, yaitu lift yang berada bukan di tempat kejadian (lift gedung lain). Semua lift di rumah sakit
telah dilengkapi dengan ARD (Automatic Rescue Device) yang
berfungsi untuk mencari pintu keluar terdekat jika terjadi listrik mati. Untuk pintu dan tangga darurat telah dirancang sedemikian rupa dan bebas dari segala rintangan serta dilengkapi penunjuk
arah keluar yang jelas seperti papan bertuliskan exit atau keluar.
Di beberapa titik, terdapat tangga darurat yang dipakai untuk gudang sehingga tidak bisa dipakai. Tersedia juga Ram atau jalan miring di gedung IBS (Instalasi Bedah Sentral) lantai 2
yang berhubungan dengan ruang perawatan atau bangsal untuk mengevakuasi pasien beroda atau tidak bisa berjalan.
7) Tempat Evakuasi Sementara
Merupakan tempat evakuasi sementara yang bebas dari pengaruh bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang sebelum ke tempat evakuasi aman. Tempat evakuasi sementara di RSUD Dr. Moewardi adalah di halaman depan rumah sakit dan halaman depan gudang.
8) Tempat Evakuasi Aman
Merupakan tempat yang mutlak bebas dari pengaruh bencana sebagai tempat berkumpul bagi orang-orang yang dievakuasi. Tempat evakuasi aman di RSUD Dr. Moewardi adalah di basemen bawah masjid di belakang rumah sakit dan di tempat tersebut dilengkapi rambu petunjuk yang bertuliskan “Tempat Evakuasi”.
9) Penentuan Area Evakuasi
Bila terjadi kebakaran, tempat berkumpulnya korban (pasien, petugas, karyawan dan pengunjung) ditetapkan di area parkir bawah masjid RSUD Dr. Moewardi. Akan tetapi jika terjadi bencana banjir atau gempa bumi, area evakuasi akan ditetapkan menurut keadaan pada saat kejadian.
commit to user
30
10) Alat Pelindung Diri (APD)
Di RSUD Dr. Moewardi, alat pelindung diri dan pakaian kerja bagi petugas tanggap darurat tidak disediakan. Sehingga pada saat upaya penanggulangan keadaan darurat, petugas hanya mengenakan pakaian kerja atau seragam tim P2K3.
11) Instalasi Gawat Darurat
Jika terjadi keadaan darurat di RSUD Dr. Moewardi, korban yang timbul dibawa ke IGD untuk mendapat perawatan dan penanganan lebih lanjut.
b. Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Dalam upaya untuk menjaga keamanan, mencegah
kebakaran, persiapan menghadapi bencana serta untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, karyawan dan pengunjung di RSUD Dr. Moewardi maka dibentuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (P2K3). Adapun struktur organisasi P2K3 dibagi menjadi 3 bidang, yaitu :
1) Bidang pengamanan peralatan medik dan non medik
2) Bidang pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja, dan sanitasi
3) Bidang pengamanan keselamatan bangunan, kewaspadaan
commit to user
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi P2K3 RSUD Dr. Moewardi Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
Dalam pelaksanaannya, tim P2K3 dibantu oleh tenaga pendukung (tenaga yang melakanakan fungsi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terdiri dari Pejabat Struktural, Kepala Instalasi, Koordinator, Kepala Ruang, Ketua SMF, Ketua Tim/Komite) serta tim IGD dalam melakukan penanggulangan dan penyelamatan. Bila diperlukan, Tim K3 menghubungi Kantor Pemadam Kebakaran Kota Surakarta, Tim SAR, PMI (Palang Merah Indonesia) dan Kepolisian Polsek Jebres dalam menangani keadaan
DIREKTUR KETUA P2K3RS SEKRETARIS WADIR KEUANGAN WADIR UMUM WADIR PELAYANAN BIDANG PENGAMANAN PERALATAN MEDIK
DAN NON MEDIK KEPALA BIDANG KEPALA BAGIAN KEPALA INSTALASI KEPALA BIDANG KEPALA INSTALASI BIDANG PENGAMANAN KESELAMATAN BANGUNAN, KEWASPADAAN BENCANA DAN EVAKUASI. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN KERJA, PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA, DAN SANITASI
commit to user
32
c. Pelatihan
Pelatihan yang sudah dilakukan RSUD Dr. Moewardi dalam mengatasi keadaan darurat adalah pelatihan pemadaman kebakaran dan pelatihan evakuasi. Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari seluruh instalasi yang ada di rumah sakit.
1) Pelatihan Pemadaman Kebakaran
Pelatihan ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Dalam prakteknya, digunakan alat pemadam api tradisional (karung goni) dan modern (APAR). Adapun tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk melatih keterampilan dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran serta dapat melakukan tindakan awal untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran.
2) Pelatihan Evakuasi
Pelatihan ini baru dilaksanakan pada tahun 2004, 2008 dan 2009. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah agar karyawan dapat membantu proses evakuasi jika terjadi keadaan darurat.
Pada tahun 2004 dilakukan pelatihan simulasi tanggap darurat secara besar-besaran untuk menghadapi kebakaran, bencana dan teror bom. Pelatihan yang dilakukan meliputi penggunaan
hydrant, alarm system, springkler serta pelatihan evakuasi bagi
2. Pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Tujuan :
1) Melaksanakan pemadaman, menyelamatkan jiwa pasien,
karyawan dan pengunjung.
2) Menyelamatkan sarana, prasarana dan alat yang ada di RSUD
Dr. Moewardi.
3) Merencanakan tindak Ianjut untuk pelayanan pasien.
b. Pelaksanaan :
1) Penanggulangan Bencana
a) Aktivasi Tim P2K3, Tim Brigade Siaga Bencana, Tim IGD,
staf dan tenaga pendukungnya di masing-masing unit kerja serta satpam.
b) Penentuan jenis bencana, jumlah korban dan lokasi bencana
bila terjadi bencana.
c) Penentuan status bencana dengan merujuk ketentuan
sebagai berikut :
(1) Siaga I : korban 20-30 orang
(2) Siaga II : korban 31-50 orang
(3) Siaga III : korban 51-75 orang
(4) Siaga IV : korban lebih dari 75 orang.
d) Komunikasi dan koordinasi Tim baik internal maupun
(a) Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Surakarta (0271) 655772
(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640
PMI (0271) 642640
(c) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)
(5) Kepala Bidang / lnstalasi / Bagian / Sub Bagian /
Koordinator ruang mengkoordinir dan melaksanakan instruksi bersama sama dengan tim K3, Satpam, staf lain dan tenaga pendukung K3 di ruang yang bersangkutan.
(6) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,
Kepolisian) melaksanakan :
(a) Pemadaman (kebakaran)
(b) Evakuasi dan pertolongan pertama
(c) Mengamankan lokasi dan peralatan
(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut
(e) Laporan
(7) Aktivasi seluruh petugas rumah sakit terutama pada
tenaga pendukung di unit kerja terkait :
(a) Satpam, dibantu petugas unit terkait segera
melakukan pemadaman dengan alat pemadam terdekat atau alat pemadam lain.
commit to user
36
(b) Petugas sarana / petugas lain segera memadamkan
aliran listrik.
(c) Dinas PMK bila telah tiba segera melakukan
pemadaman sesuai dengan ketentuan.
(d) Perawat dibantu penunggu pasien melakukan
evakuasi, dijauhkan dari lokasi kebakaran ke tempat yang aman dan segera melakukan pertolongan pertama pada korban.
(e) Dokter atau dokter IGD melaksanakan tindak
lanjut pertolongan dibantu dengan perawat.
b) Penanggulangan kebakaran dan bencana di luar jam kerja.
(1) Petugas di tempat kejadian membunyikan alarm
kebakaran dan memberi laporan atau informasi kepada :
(a) Direktur / Wakil Direktur / Ketua tim K3 / Tim K3
(b) Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore, malam
(psw 118)
(c) Staff lain / Satpam / tenaga pendukung.
(2) Direktur / Wadir / Tim K3 memberi instruksi kepada
Dokter jaga IGD / Supervisi perawat sore / malam dan bila perlu datang ke lokasi.
(3) Dokter jaga IGD atau Supervisi perawat sore / malam
member instruksi lanjutan dan bila perlu
menghubungi :
(a) Kantor Pemadam Kebakaran Kota Surakarta
(0271) 655772
(b) Tim SAR UNS (0271) 660880 dan (0271) 642640
(c) PMI (0271) 642640
(d) Kepolisian (Polsek Jebres 0271 644506)
(4) Staf, satpam, tenaga pendukung (Tim PMK, SAR,
Kepolisian) melaksanakan :
(a) Pemadaman (kebakaran)
(b) Evakuasi dan pertolongan pertama
(c) Mengamankan lokasi dan peralatan
(d) Melaksanakan instruksi dan penanganan tindak lanjut
(e) Laporan
c) Penanggulangan bencana diluar rumah sakit
(1) Koordinasi Tim BSB / IGD dengan Tim
Penanggulangan Bencana Pemda Tk I / II.
(2) Mengirim Tim Khusus (Tim Ambulan 118 / IGD) ke
tempat lokasi untuk membantu pemeriksaan dan pelaksanaan.
(3) Tim Ambulan 118, anggotanya terdiri dari:
commit to user
38
Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Jantung sesuai dengan susunan Tim yang sudah disahkan Direktur.
(b) Paramedis terampil dalam tugas lapangan.
(c) Sopir yang siap bertugas.
(d) Satpam yang bertugas.
(e) Teknisi atau Tenaga teknis lapangan lainnya.
(4) Bila diperlukan membentuk posko atau rumah sakit
lapangan di sekitar lokasi bencana.
c. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan meliputi :
1) Waktu kejadian
2) Tempat kejadian
3) Lain-lain :
a) Kronologi penanggulangan kebakaran dan bencana.
b) Tim yang bekerja
c) Jumlah korban
d) Jenis pertolongan
e) Jenis tindakan
Gambar 3. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana RSUD Dr. Moewardi Pada Jam Kerja
Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
DIREKTUR WADIR 1, II, II KETUA K3 TIM P2K3 PSW 555 ATAU 550 DINAS PEMADAM TIM SAR KEPOLISIAN (BILA PERLU) KEPALA BIDANG KEPALA INSTALASI KEPALA RUANG
STAF / SATPAM / OPERATOR TENAGA PENDUKUNG / BSB INFORMASI DARI TKP (TENAGA YANG BERSANGKUTAN) MEMBUNYIKAN ALARM 1. MELAKSANAKAN PEMADAMAN
2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN
PERTAMA
3. PENGAMANAN LOKASI DAN
PERALATAN
4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI 5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)
6. LAPORAN
Keterangan :
: Garis Komando Instruksi : Garis Koordinasi : Garis Laporan : Garis Pelaksanaan
commit to user
40
Gambar 4. Alur Penanggulangan Kebakaran dan Bencana RSUD Dr. Moewardi Di Luar Jam Kerja Sumber : Bagian K3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011
3. Prosedur Pelaksanaan Evakuasi
a. Tujuan
Untuk mengamankan pasien, keluarga pasien dan pengunjung serta karyawan dari bahaya kebakaran dan bencana serta ancaman bahaya lain.
DIREKTUR WADIR 1, II, II
TIM K3
DOKTER JAGA IGD SUPERVISI PERAWAT PSW 118 DINAS PEMADAM TIM SAR KEPOLISIAN (BILA PERLU) SATPAM / STAF / TENAGA PENDUKUNG INFORMASI TKP ALARM 1. MELAKUKAN PEMADAMAN
2. EVAKUASI DAN PERTOLONGAN PERTAMA
3. PENGAMANAN LOKASI DAN
PERALATAN
4. MELAKSANAKAN INSTRUKSI 5. TINDAKAN TINDAK LANJUT (IGD)
6. LAPORAN
Keterangan :
: Garis Komando Instruksi : Garis Koordinasi : Garis Laporan : Garis Pelaksanaan
b. Regu penolong, bertugas melaksanakan evakuasi dan tindakan pengamanan fasilitas rumah sakit.
1) Tim SAR
2) Staf dan tenaga pendukung K3 rumah sakit yang terlatih
3) Petugas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta
c. Ketentuan umum
1) Bila terjadi bencana (gempa bumi) semua evakuasi hanya
dilakukan dengan tangga tidak boleh dengan lift.
2) Bila terjadi kebakaran di salah satu gedung tertentu evakuasi
bisa dilakukan dengan "Lift yang aman" (bukan lift tempat kejadian), dan hanya digunakan untuk turun bagi korban berat atau pasien tidak bisa jalan (beroda) dari lantai 3 saja.
3) Untuk korban berat dan pasien beroda dari lantai 2 evakuasi
dilakukan melalui Mawar 2, terus ke arah barat melalui Ram jalan miring menuju basemen bawah masjid.
4) Bila Kebakaran terjadi di gedung Mawar bagian barat,
evakuasi dilakukan dengan lift yang aman atau dengan tangga.
5) Evakuasi dari lantai 1 dilakukan melalui pintu-pintu keluar
yang terdekat dan berkumpul di basemen bawah masjid.
d. Ketentuan khusus
1) Gedung A (Wijaya Kusuma)
a) Penanggung jawab atau koordinator :
commit to user
42
(2) Lantai 2 oleh Kepala Ruangan Poli Bedah
(3) Lantai 1 oleh Kepala IGD
b) Tangga A1 (Timur Utara) khusus untuk jalan masuk regu
penolong atau pemadam.
c) Tangga A2 (Timur Selatan), A3 (Barat Selatan), dan A4
(Barat Utara) digunakan untuk jalan keluar evakuasi bagi pasien poliklinik dari lantai 3 dan 2 dibantu karyawan, pengantar dan pengunjung.
d) Setelah semua pasien atau korban terevakuasi selanjutnya
dikumpulkan di halaman parkir dan atau segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
2) Gedung B (Cendana)
a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau
Kepala shif.
b) Tangga A1 (Timur Utara / Gedung A) khusus untuk jalan
masuk regu penolong atau pemadam.
c) Tangga B1 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.
d) Tangga B2 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di halaman cendana dan segera
3) Gedung C (Mawar)
a) Koordinator Kepala Ruangan masing-masing lantai dan atau
Kepala shif.
b) Tangga A1 (Timur Utara Gedung A) khusus untuk jalan
masuk regu penolong atau pemadam.
c) Tangga C2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.
d) Tangga C1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
4) Gedung D (Melati)
a) Koordinator Kepala Ruangan dan atau kepala shif.
b) Tangga Al dan C2 untuk jalan masuk petugas penolong dan
pemadam.
c) Tangga D2 (Barat) digunakan untuk jalan keluar bagi pasien
di bantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.
d) Tangga D1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
commit to user
44
5) Gedung E (Anggrek)
a) Koordinator Kepala Ruangan pada masing-masing lantai dan
atau kepala shif.
b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga D1
(Melati; Timur)
c) Tangga E2 (tengah) digunakan untuk jalan keluar bagi
pasien dibantu oleh perawat dan atau penunggu pasien di lantai 3 dan 2.
d) Tangga E1 (timur) untuk penunggu pasien dan pengunjung
dari lantai 3 dan 2.
e) Selanjutnya dikumpulkan di basemen bawah masjid dan
segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
6) Gedung F (Radiologi)
a) Koordinator kepala ISRS.
b) Tangga F2 (Selatan) untuk jalan masuk petugas penolong
dan pemadam kebakaran.
c) Tangga F1 (tengah) dan F3 (utara) untuk jalan keluar dari
lantai 2 dan 3 bagi karyawan.
d) Selanjutnya berkumpul di halaman gudang atau radiologi
dan segera mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
7) Gedung G (IBS)
b) Petugas penolong dan pemadam masuk lewat tangga G1 (timur).
c) Pasien dievakuasi lewat Ram atau jalan miring di bantu
perawat atau penunggu pasien.
d) Tangga G2 (selatan) dan G3 (utara) untuk jalan keluar
pengunjung dan penunggu pasien dari lantai 2.
e) Evakuasi dari lantai 1 lewat jalan keluar masing masing
ruangan.
f) Selanjutnya berkumpul di basemen bawah masjid dan segera
mendapat pertolongan atau dibawa ke IGD.
8) Gedung K, H, J. (Radiotherapy, Central Steril Supply
Department, Gudang)
a) Koordinator masing-masing Kepala Ruangan.
b) Evakuasi dilakukan kearah pintu keluar masing-masing
ruangan.
c) Berkumpul di halaman gudang dan petugas yang cidera
segera dibawa ke IGD.
9) Gedung I (Gizi, Farmasi, laundry)
a) Koordinator masing - masing Ka Gizi, Ka Farmasi, Ka
Laundry.
b) Tangga 11 (timur) untuk jalan masuk bagi petugas penolong
commit to user
46
c) Tangga 12 (tengah) dan 13 (barat) untuk jalan keluar bagi
karyawan Farmasi lantai 2.
d) Evakuasi di ruang Gizi dan laundry melalui jalan keluar
masing-masing pintu ruangan.
e) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
10) Gedung M, N, R (Kamar Jenazah, IPSRS, Ruang Boiler)
a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.
b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.
c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
11) Gedung U (Aster)
a) Koordinator masing-masing Kepala Instalasi atau ruangan.
b) Evakuasi dilakukan melalui pintu-pintu arah keluar.
c) Berkumpul di basemen bawah masjid dan segera mendapat
pertolongan atau dibawa ke IGD.
4. Prosedur Pemulihan
Untuk pemulihan sarana dan prasarana akibat terjadinya keadaan darurat (kebakaran dan bencana) di RSUD Dr. Moewardi diserahkan ke pimpinan unit tempat kejadian. Prosedur yang dilakukan meliputi identifikasi kerusakan atau kerugian, upaya perbaikan dan rekonstruksi sarana yang rusak serta pelaporan kepada Manajemen atau Direktur.
B. Pembahasan
1. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
a. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang disediakan di RSUD Dr. Moewardi telah cukup memadai. Sistem komunikasi tersebut terdiri dari komunikasi satu arah seperti sistem audio sentral sedangkan komunikasi dua arah seperti telepon, telepon seluler dan radio panggil. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) Lampiran I poin 3. 2. 1 mengenai komunikasi, yang menyatakan bahwa “Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.
b. Sistem Alarm Kebakaran
Sistem Alarm Kebakaran yang digunakan di RSUD Dr.
Moewardi dilakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali meliputi
pengecekan kerja sistem alarm dan instalasi jaringannya oleh IPSRS. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”.
commit to user
48
Fasilitas pemadam kebakaran di RSUD Dr. Moewardi berupa
APAR, hydrant, dan sprinkler untuk memadamkan kebakaran. Hal
ini sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2 huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
Khusus untuk pemasangan APAR, ketinggian dan jarak antar APAR masih belum sesuai dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 4 yang menyatakan bahwa “Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok APAR bersangkutan, sedangkan penempatan antara APAR yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas / ahli keselamatan kerja”.
d. Sarana dan Fasilitas Evakuasi
Sarana dan fasilitas evakuasi di RSUD Dr. Moewardi meliputi petunjuk arah keluar, jalur keluar evakuasi, peta evakuasi, lift, pintu dan tangga darurat, tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi aman. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 11 ayat 1 (g) yang menyebutkan : “Prasarana Rumah Sakit dapat meliputi: petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat”. Dengan adanya fasilitas ini, berarti telah memenuhi Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”. Untuk petunjuk arah keluar dipasang di bagian atas (digantung di atap) dan bentuknya terlalu kecil sehingga kurang efektif. Di masing-masing tempat sebenarnya telah dipasang peta evakuasi, akan tetapi karena proyek pengecatan dinding secara rutin maka peta tersebut dilepas dan tidak dipasang kembali oleh petugas pengecatan.
Pintu dan tangga darurat dirancang sedemikian rupa yakni terbebas dari segala rintangan dan dipasang papan petunjuk yang jelas. Akan tetapi di beberapa titik tertentu, tangga darurat dipakai untuk gudang, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengevakuasi. Hal ini belum sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 4. 4 yang menyatakan bahwa “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis”.
Untuk lift sudah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
commit to user
50
tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
e. Sarana Alat Pelindung Diri
RSUD Dr. Moewardi belum menyediakan alat pelindung diri bagi petugas penanggulangan keadaan darurat, sehingga belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 (f) yang menyebutkan dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
f. Sarana dan Fasilitas Pertolongan Bagi Korban
Korban yang timbul akibat keadaan darurat segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan penanganan dan perawatan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 9 mengenai prosedur menghadapi insiden, yang menyatakan bahwa “Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik dan proses perawatan lanjutan”.