ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BERDASARKAN
KARAKTERISTIK PELANGGAN
RENITA SANTI SURYAMAH
ABSTRAK
Kualitas pelayanan telah menjadi fenomena yang tidak terhindarkan dalam dunia usaha. Berdasarkan paradigma pelayanan, dalam sektor jasa kualitas pelayanan merupakan kunci keberhasilan organisasi. Penelitian ini mencoba mengkaji kualitas pelayanan pada industri perbankan dengan sedikit berbeda. Berbagai penelitian sebelumnya mencoba menghubungkan kualitas pelayanan dengan berbagai konstruk lain seperti loyalitas atas kepuasan. Penelitian ini mencoba memahami kualitas pelayanan berdasarkan aspek demografis/biografis konsumen. Kualitas pelayanan dilihat berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan usia konsumen. Konstruk kualitas pelayanan dan pengukurannya memanfaatkan lima dimensi kualitas pelayayan yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Subjek adalah 101 nasabah bank milik negara. Teknik analisis menggunakan Analysis of variance. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan untuk kelima dimensi kualitas pelayanan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan usia. Namun berdasarkan pendidikan, pada dimensi assurance dan empathy nasabah dengan pendidikan kelompok diploma merasakan kualitas pelayanan tertinggi yang diikuti oleh kelompok SLTP/SMU, Sarjana, dan Master/Doktor.
Kata kunci: kualitas pelayanan, analysis of variance, tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, usia.
I. PENDAHULUAN
Eksisitensi lembaga keuangan dalam perekonomian sangatlah penting dan
merupakan jantung bisnis. Semakin maju lembaga keuangan, semakin cepat
perekonomian untuk tumbuh dan berkembang (Adriansah dan Simatupang, 1993).
Kehadiran dunia perbankan di negara Indonesia sebagai salah satu lembaga keuangan
yang berperan sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dituntut untuk menunjukkan kinerja dan
Tuntutan masyarakat yang semakin kritis terhadap berbagai bentuk jasa
pelayanan perbankan menyebabkan meningkatnya persaingan dalam dunia usaha
pelayanan perbankan. Strategi dalam menghadapi persaingan, tidak dilakukan dengan
cara menurunkan tingkat suku bunga di bawah rata-rata pasar. Namun yang paling
penting adalah pelayanan dan sikap kooperatif dari pihak bank. Bunga memang penting
dalam kompetisi, tapi lebih penting dukungan pelayanan kepada nasabah (Surjaudaja,
2002).
Sudah tidak terbantahkan lagi bahwa dalam bisnis jasa seperti perbankan,
layanan menempati tatanan paling tinggi di antara seluruh komponen bisnis. Begitu
krusialnya masalah ini, tak heran jika bank terus melakukan pembenahan yang
tujuannya adalah tiada lain untuk menghasilkan pelayanan yang terbaik kepada nasabah
(Info Bank, 2004). Seperti yang dikemukakan oleh Anggadiredja dan Djajamiharja
(1993) bahwa kunci untuk mempertahankan hubungan pelanggan adalah konsistensi
dalam memberikan pelayanan.
Adanya pemberian pelayanan menunjukkan bahwa bank tersebut selalu
berorientasi pada pelanggan (nasabah) dalam semua aspek kegiatan (Usmara dan
Nugroho, 2000). Pelanggan merupakan faktor utama dalam menunjang kegiatan usaha
suatu perusahaan, tanpa pelanggan perusahaan tidak akan maju dan berkembang.
Studi ini mencoba mengkaji kualitas pelayanan dalam konteks perbankan.
Sebagian besar studi mengenai kualitas pelayanan adalah bersifat korelasional, yaitu
menghubungkan kualitas pelayanan dengan variabel lain seperti kepuasan atau
loyalitas. Studi ini bermaksud menguji persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan
berdasarkan aspek demografis pelanggan yang mencakup jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan dan usia. Adapun kualitas pelayanan yang dikaji menggunakan konsepsi
yang diajukan Parasuraman et al., (Zeithaml et al., 1988) yang membagi kualitas jasa
kedalam lima dimensi yaitu tangibles (bukti fisik), reliability (kehandalan),
responsiveness (daya tanggap), assurance( jaminan) dan empathy (empati).
II. KUALITAS PELAYANAN
Salah satu faktorya menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas peruasahaan
Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang bermutu kepada para
pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan profit
perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh pendekatan yag digunakan (Zeithaml et al.
1996)
Konsekuensi atas pendekatan kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi
penting bagi strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan
dalam menghadapi persaingan.
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam
riset pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh
Parasuraman et al. (1988). SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor
utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yangnyata mereka terima (perceived
service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service).
Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan
bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan
dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan, maka layanan
disebut memuaskan. Dengan demikian, kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai:
Seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang
mereka terima (Parasuraman, et al., 1998).
Pada awalnya, kualitas pelayanan tersusun atas 10 dimensi. Namun dalam
perkembangannya Parasuraman, et al. (1998) berhasil mengelompokkannya ke dalam 5
dimensi kualitas pelayanan berikut.
1.
Tangibles (bukti fisik): penampilan fisik peralatan, personil dan materi komunikasi.2.
Reliability (kehandalan): kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikandengan terpercaya dan akurat.
3.
Responsiveness (daya tanggap): kemauan untuk membantu pelanggan danmemberikan jasa dengan cepat.
4.
Assurance (jaminan): Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuanmereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
5.
Empathy (empati): kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagiIII. METODE DAN TEKNIK ANALISIS
Instrumen pengukuran memanfaatkan SEVQUAL (Parasuraman et al., 1988).
Dalam perspektif SERVQUAL, kuesioner terbagi dua yaitu sisi harapan (expectation)
dan sisi pengalaman (experience/performance) yang masing-masing tersusun atas 22
item atau total 44 item. Skor SERVQUAL tidak lain merupakan harapan dikurangi
pengalaman.
Penggunaan kedua sisi menjadi perdebatan sejak Cronin dan Taylor (1992)
membuktikan kelemahan sisi harapan. Menurut Cronin dan Taylor (1992) aspek service
performance memberikan pengukuran yang lebih baik daripada selisih antara
performance dan expectation. Konsekuensinya, studi ini memanfaatkan SERVQUAL
dengan menggunakan sisi performance. Atas dasar kajiannya terhadap 5 industri
berbeda, Cronin dan Taylor (1992) melaporkan koefisien konsistensi internal yang
sangat baik untuk sisi performance (berkisar antara 0.89 – 0.964). Pada studi ini,
pengujian validitas instrumen pengukuran berkisar antara 0,71 – 0.87, sedangkan
koefisien reliabilitas internal berkisar antara 0,72 – 0,85.
Analisis data menggunakan teknik Analisys of Variance (ANOVA).
Tahapan-tahapan kerja uji-t dan Anova mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan
(Ghozali, 2002). Pada tahap pertama adalah pengujian homogienitas variance untuk
memenuhi asumsi adanya kesamaan varians. Kriteria yang digunakan adalah:
a. Jika probabilitas p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi kualitas
pelayanan berdasarkan aspek demografis memiliki varians yang tidak sama.
b. Jika probabilitas p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi kualitas
pelayanan berdasarkan aspek demografis memiliki varians yang sama
Tahap berikunya adalah menguji apakah aspek demografis memiliki rata-rata
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Uji terakhir adalah
dengan melihat homogenous subset untuk mencari subset mana saja yang memiliki
space, pada bagian temuan-temuan hanya ditampilkan homogenous subset sebagai
akhir dari analisis statistik.
IV. TEMUAN-TEMUAN 1. Profil Responden
Subjek adalah 101 responden dengan komposisi berikut:
Tabel 1. Profil Responden
Frekuensi Persen (%)
sebanyak 50 orang (49.50%) dan responden perempuan sebanyak 51 orang (50.50%).
Jenis pekerjaan di Dominasi oleh Pelajar/Mahasiswa dengan jumlah total 69 orang
(68.32%) sementara Jenis pekerjaan wiraswasta hanya 6 orang (5.94%).
Tingkat pendidikan dibagi dalam empat kategori mulai dari tingkat SMP/SMA
dengan jumlah sebesar 54 orang (53.47%), sementara responden yang dengan
pendidikan master/Doktor sebanyak 5 orang (4.95%).
Usia responden dibagi dalam empat kategori yaitu: kurang dari 20 tahun, 20-30
tahun, 30-40 tahun dan lebih dari 40 tahun, responden dengan usia 20-30 tahun yang
terbesar yaitu sebanyak 70 (69.31%), sementara usia lebih dari 40 tahun sebanyak 5
(4.95%).
2. Analisis Data
Pada bagian ini dibahas statistik deskriptives beberapa karakteristik responden
yaitu jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan usia dalam hubungannya dengan
vriabel-variabel yang diteliti. Teknis statistik analisys of variance (Anova) dan uji-t
(t-test) digunakan untuk menguji apakah terjadi perbedaan rata-rata dari variabel yang
dianalisis berdasarkan beberapa profil responden.
a. Jenis Kelamin
Tabel 2. Rata-rata Skor Menurut
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N Mean
T 1
2
50 51
5.6050 5.7206
R 1
2
50 51
5.6160 5.7020
RS 1
2
50 51
5.2950 5.3284
A 1
2
50 51
5.7000 5.6716
E 1
2
50 51
5.2750 5.3382
Tabel 2 menyajikan skor rata-rata untuk setiap variabel yang diteliti berdasarkan
jenis kelamin. Dari tabel tersebut terlihat bahwa skor rata-rata setiap variabel yang
diteliti untuk nasabah laki-laki adalah lebih rendah daripada perempuan, namun dengan
perbedaan rata-rata yang tidak terlalu besar, kecuali untuk assurance, nasabah laki-laki
lebih tinggi dibanding nasabah perempuan. Untuk menegaskan apakah nasabah
laki-laki merasakan kualitas tangibles, reliability, responsiveness dan emphaty lebih rendah,
perempuan, dan untuk assurance nasabah laki-laki lebih tinggi dibanding nasabah
perempuan, maka selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t.
pada uji ini hipotesis yang diajukan adalah:
Tabel 3.
Uji-t berdasarkan Jenis Kelamin
levene’s test for equality of Varianve
t-test for equality of means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
T 1.104 0.296 -0.582 99 0.562
R 0.227 0.635 -0.452 99 0.652
RS 1.102 0.296 -0.133 99 0.894
A 0.512 0.476 -0.143 99 0.887
E 1.958 0.,165 -0.280 99 0.780
Levene’s test pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung untuk setiap
variabel adalah signifikan pada probabilitas jauh lebih besar dari pada 0.05 sehingga
hipotesis nol bahwa varians populasi adalah sama ditolak. Karena varians adalah secara
statistik sama, maka selanjutnya dilakukan uji-t dengan menggunakan dasar equal
variance.
Bagian kedua Tabel 3 t-test Equality of Means menunjukkan bahwa t-hitung
adalah signifikan pada probabilitas lebih besar daripada 0.05. Oleh karena itu, uji-t
tidak menolak hipotesis nol bahwa rata-rata adalah sama. Dengan demikian, secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal tangibles,
reliability, responsiveness, assurance, empathy, untuk nasabah laki-laki maupun
b. Pekerjaan
Tabel 4.Rata-rata Menurut Pekerjaan
JenisKelamin N Mean
Tabel 4 menyajikan skor rata-rata untuk setiap variabel yang diteliti berdasarkan
pekerjaan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan skor rata-rata, pegawai
swasta memberikan penilaian paling tinggi terhadap tangibles, dan PNS/TNI/POLISI
memberikan penilaian paling rendah terhadap tangibles. Untuk reliability pegawai
swasta memberikan penilaian yang paling tinggi sedangkan penilaian yang paling
rendah diberikan oleh PNS/TNI/POLISI. Untuk responsiveness dan assurance
wiraswata memberikan penilaian yang paling tinggi sedangkan penilaian yang paling
rendah diberikan oleh PNS/TNI/POLISI. untuk emphaty penilaian yang paling tinggi
diberikan oleh wiraswata sedangkan penilaian yang paling rendah diberikan oleh
Tabel 5.Test of homigienity of variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
T
Tabel 5 Test of homigienity of variances menunjukan bahwa perbedaan varians
adalah signifikan untuk tiap variabel yan diteliti dengan probabilitas lebih besar dari
pada 0.05 dengan demikian, asumsi Anova telah terpenuhi sehingga dapat dilanjutkan
analisis selanjutnya.
Tabel 6. Resume
Anova
F Sig
sehingga tidak dapat menolak hipotesis nol bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata.
Uji terakhir adalah dengan melihat homogienous subset untuk mencari subset mana saja
yang memiliki perbedaan rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan. Subset yang
berbeda menandakan adanya perbedaan yang signifikan.
Tabel 7 Resume homogeneous subset mengindikasikan bahwa keempat kategori
jabatan berada pada subset yang sama dengan nilai koefisien 0.05.
Tabel 7. Homogienous Subset
R
Berdasarkan pengujian yang dilakukan tersebut diatas secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dari Varians populasi tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty, diberbagai kategori pekerjaan.
c. Pendidikan
Tabel 8. Rata-Rata Berdasarkan Pendidikan
N Mean
pendidikan . Dari tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan skor rata-rata, pendidikan
pada tingkat diploma memberikan penilaian paling tinggi terhadap tangibles, dan
pendidikan pada tingkat sarjana memberikan penilaian paling rendah terhadap
yang paling tinggi sedangkan penilaian yang paling rendah diberikan oleh pendidikan
tingkat magister/master. Untuk responsiveness pendidikan pada tingkat diploma
memberikan penilaian yang paling tinggi sedangkan penilaian yang paling rendah
diberikan oleh pendidikan tingkat SMP/SMA dan assurance memberikan penilaian
yang paling tinggi pendidikan tingkat diploma sedangkan penilaian yang paling rendah
diberikan oleh pendidikan tingkat magister/master. Untuk emphaty penilaian yang
paling tinggi diberikan oleh nasabah yang berpendidikan diploma sedangkan penilaian
yang paling rendah diberikan oleh nasabah yang berpendidikan Magister/Master.
Nasabah yang berpendidikan sarjana memiliki kecenderungan untuk melakukan
pembelian ulang dibandingkn dengan SMP/SMA.
Uji Anova berikutnya akan menegaskan secara statistik apakah perbedaan
tersebut adalah nyata atau tidak.
Tabel 9. Test of Homegenety of Variance
Levene’s statistic df1 df2 Sig
T
Tabel 9 Test of Homegenety of variance pada statistik levene menunjukan bahwa
probabilitas perbedaan varians pada keempat kategori pendidikan untuk tiap variabel
yang diteliti adalah berada diatas kriteria sebesar 0.05 hal ini berarti asumsi ANOVA
dapat dipenuhi.
Tabel 10 Anova menunjukan bahwa rata-rata untuk variabel tangibel, reliability,
assurance, dan emphaty signifikan. Sedangkan responsiveness tidak signifikan.
Tabel 10. Resume ANOVA
Tabel 11 homogeneus subsets menunjukkan tidak adanya pengelompokan untuk
variabel tangibles dan reliability. Meskipun sifatnya marjinal, penolakan terhadap
hipotesis nol bahwa rata-rata adalah sama ditunjukkan oleh tabel 11 sampai tabel 14
yang mengindikasikan bahwa adanya pengelompokkan ke dalam subset responsiveness,
assurance, dan empathy. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan berdasarkan usia untuk dimensi-dimensi responsiveness,
assurance, dan empathy.
Untuk dimensi responsiveness, kelompok pendidikan Diploma merasakan
kualitas pelayanan tertinggi yang berturut-turut diikuti oleh kelompok Master/Doktor,
Sarjana dan terakhir SLTP/SMU. Pada dimensi assurance, kelompok diploma juga
merasakan kualitas pelayanan tertinggi yang diikuti oleh kelompok SLTP/SMU,
Sarjana, dan Master/Doktor. Adapun untuk dimensi empathy, kelompok diploma
kembali merasakan kualitas pelayanan tertinggi yang diikuti oleh kelompok
SLTP/SMU, Sarjana, dan Master/Doktor.
Tabel 11. Homogeneus Subsets Responsiveness
PND N Subset for alpha =0.05
4
Tabel 12. Homogeneus Subsets Assurance
PND N Subset for alpha = 0.05
4
Tabel 13.Homogeneus Subsets Empathy
PND N Subset for alpha =0.05
2 Sig
24 5.6979
0.135 0.682
d. Usia
Pada bagian ini usia dibagi menjadi empat kategori, yaitu, (1) kurang dari 20
tahun, (2) 20-30 tahun, (3) 30-40 tahun dan (4) 40 tahun lebih. Tidak ada kriteria
khusus mengenai pembetukan kategori.
Tabel 4.14. Rata-rata Berdasarkan Usia
N Mean
nasabah yang berumur 30-40 tahun memberikan penilaian yang paling tinggi terhadap
tangibles, responsiveness, dan assurance. Pada tangibles, responsiveness dan
assurance penilaian paling tinggi diberikan oleh nasabah yang berusia 30-40 tahun, dan
penilaian yang paling rendah diberikan oleh nasabah yang berusia lebih dari 40 tahun.
kurang dari 20 tahun, dan penilaian yang paling rendah diberikan oleh nasabah yang
berusia lebih dari 40 tahun. Untuk intensi pembelian ulang penilaian paling tinggi
diberikan oleh nasabah yang berusia 30-40 tahun sedangkan penilaian yang paliang
rendah diberikan oleh nasabah yang berusia kurang dari 20 tahun. Untuk menegaskan
apakah perbedaan tersebut adalah nyata atau tidak, maka selanjutnya dilakukan
pengujian secara statistik.
Tabel 15 Test of Homogeneity of Variance pada statistik levene menunjukkan
bahwa probabilitas perbedaan varians pada ke empat kategori usia tiap variabel yang
diteliti diatas kriteria 0.05. Hal ini berarti bahwa asumsi Anova dapat terpenuhi.
Tabel 15. Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig
T
Tabel 16. Resume Anova
F Sig
signifikan pada probabilitas > 0.05 sehingga tidak dapat menolak hipotesis nol bahwa
tidak terdapat perbedaan rata-rata. Pada tabel 17 homogeneus Subsets tidak
menunjukkan adanya pemisahan.
Tabel 16. Homogeneus Subsets
Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan tersebut diatas, secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dalam tangibles, reliability,
responsivenes, assurance, dan empathy.
V. PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap dimensi
tangibles, reliability, responsivenes dan empathy adalah sama. Perbedaan hanya terletak
pada dimensi assurance dan empathy berdasarkan kelompok pendidikan dimana
kelompok diploma merasakan kualitas pelayanan tertinggi yang diikuti oleh kelompok
SLTP/SMU, Sarjana, dan Master/Doktor.
Penelitian ini bersifat preliminary dan deskriptif, tanpa dukungan teoritis yang
kuat, dan hanya memberikan gambaran awal mengenai kelima dimensi kualitas
pelayanan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan usia. Tentunya,
penelitian lebih jauh sangat diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih
komprehensif.
REFERENSI
Cronin, J. Joseph., Jr., and Steven A Taylor. 1992. Measuring Service Quality: A Reexamination and Extension. Journal of Marketing, Vol. 56 No. 3, pp. 55-68.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Universitas Dipenogoro., 2001.