• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Kalor Briket Campuran Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Kalor Briket Campuran Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juni - Desember 2013 11

Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Kalor Briket Campuran

Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa

Sarjono *)

* )

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin STTR Cepu Jl. Kampus Ronggolawe Blok B No. 1. Mentul Cepu

E-Mail: smk_mh_pangle@yahoo.co.id sarjono508@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu pada bulan Januari 2013. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Fisika Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik dalam pembuatan briket dari kotoran sapi dengan perekat yang dibuat dari tepung tapioka.

Pengujian briket dilakukan dengan berbagai variasi komposisi penggunaan kotoran sapi dengan tapioka. Perlakuan menggunakan perbandingan 98%:2%, 96%:4%, 94%:6%, 92%:8%, dan 90%:10% dengan 3 kali ulangan tiap-tiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket terbaik terdapat pada komposisi kotoran sapi : perekat tapioka adalah 96%:4% dengan nilai kalor 188,9 kal/g, nilai kalor terendah diperoleh pada komposisi kotoran sapi : perekat tapioka adalah 98%:2% yaitu sebesar 133,5 kal/gr

Nilai karakteristik dari tiap-tiap perlakuan komposisi briket menunjukkan bahwa dengan meningkatnya persentase perekat tapioka maka kadar air dalam briket semakin bertambah sehingga nilai kalor semakin rendah. Nilai kalor berpengaruh terhadap laju pembakaran. Semakin tinggi nilai kalor briket, maka laju pembakaran briket semakin tinggi.

Kata Kunci : Briket Campuran, Sekam Padi, Ttempurung Kelapa, Nilai Kalor. 1. Pendahuluan

Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari. Salah satu sumber energi utama yang banyak dikonsumsi oleh manusia adalah sumber daya alam yang berasal dari fosil. Sumber energi ini terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu, sehingga lambat laun akan habis. Masalah pengurangan energi ini mendorong manusia untuk melakukan penghematan dan mencari sumber energi pengganti.

Oleh karena itu, usaha untuk mencari bahan bakar alternatif yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan semakin banyak dilakukan. Usaha manusia dalam mencari pengganti sumber energi harus didasarkan pada bahan bakunya mudah untuk diperoleh dan perbarui. Dan salah satu contoh sumber energi alternatif tersebut adalah briket bioarang.

2. Tinjauan Pustaka 2.1. Kajian pustaka

Bahan bakar adalah istilah populer untuk menyalakan api, bahan bakar dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan (diolah dengan teknologi maju). Bahan bakar alami misalnya kayu bakar, batu bara, dan minyak bumi. Bahan bakar buatan misalnya gas alam cair dan listrik. Sebenarnya listrik tidak dapat disebut sebagai bahan bakar karena langsung menghasilkan panas. Panas itulah yang sebenarnya dibutuhkan manusia dari proses pembakaran, disamping cahaya akibat nyalanya (Ismun, 1993).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Energi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian lain, energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan (Kadir, 1995).

Energi merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia dewasa ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar diwaktu yang akan datang baik dalam rangka penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, kelestarian sumber daya energi, pembangunan nasional serta pembangunan daerah. Untuk itu perlu mengidentifikasi sektor mana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya energi alternatif.

2.2.2. Biomassa

Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan lagi sebagai sumber bahan bakar. Biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian, limbah perkebunan, limbah hutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumber energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan

(2)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

12

juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan

sumber daya hutan dan pertanian (Syafi’i, 2003). Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan beberapa mineral antara lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat dimana dalam beberapa tanaman komposisinya berbeda-beda.

Keuntungan penggunaan biomassa untuk sumber bahan bakar adalah keberlanjutannya, (1) Dapat dimanfaatkan secara terus-menerus karena dapat diperbarui, (2), Relatif tidak mengandung unsur sulfur, sehingga tidak menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar fosil, (3) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian, peternakan, dan perkebunan.

Keterbatasan dari biomassa adalah banyaknya kendala dalam penggunaan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk limbah kelapa sawit, jambu mete, penggilingan padi, kayu, pabrik gula, kakao, dan

limbah industri pertanian lainnya

(http://www.ipard.com). 2.2.3. Bioarang

Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari beraneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun, rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi.

2.2.3.1. Briket Bioarang

Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Briket bioarang merupakan bahan bakar alternatif yang cukup berkualitas. Bahan bakar ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang sederhana, tetapi panas (nyala api) yang dihasilkan cukup besar, lama, dan aman.

2.2.3.2. Keunggulan Briket bioarang

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya sangat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang sangat sederhana dan bahan bakunya juga sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena pada umumnya berasal dari sampah yang sudah tidak berguna lagi.

2.2.4. Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan lapisan keras yang terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan antara 3 mm sampai dengan 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya

kandungan silikat (SiO2) yang terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, 15% sampai 19% diantaranya merupakan berat tempurung.

Selain itu tempurung kelapa juga banyak mengandung lignin. Sedang kandungan methoxyl dalam tempurung hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya nilai kalor yang terkandung dalam tempurung kelapa berkisar antara 18.200 kJ/kg hingga 19.338,05 kJ/kg (Palungkun, 1999).

2.2.5. Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumnya ditemukan di area penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi diperoleh, sekam 20 – 30%, dedak 8 – 12 %, dan beras 50 – 63,5% dari bobot awal gabah. Sekam memiliki kerapatan jenis bulk density 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori.

2.2.6. Proses Pengarangan 2.2.6.1. Pengertian Arang

Arang adalah salah satu sumber energi biomassa yang memiliki sifat lebih baik daripada kayu bakar. Arang sendiri merupakan suatu bahan padat berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung unsur karbon. Sebagian besar pori-porinya masih tertutup senyawa hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang terdiri dari karbon, abu, air, dan sulfur (BPPI, 1983). 2.2.6.2. Proses Pengarangan

Proses pengarangan (pyrolisa) adalah penguraian biomassa (lysis) menjadi panas (pyro) pada suhu lebih dari 150° C. Pada proses pyrolisa terdapat berbagai tingkatan proses yaitu Pyrolisa primer adalah pyrolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pyrolisa sekunder adalah pyrolisa yang terjadi diatas partikel dan gas/uap hasil pyrolisa primer (Abdullah dkk, 1991).

Selama proses pengarangan dengan alur konveksi pirolisa perlu diperhatikan asap yang ditimbulkan selama proses tersebut: (1) Jika terjadi asap tebal dan putih, berarti bahan sedang mengering, (2) Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung, (3) Jika asap semakin menipis dan berwarna biru, berarti pengarangan hampir selesai dan drum dibalik sehingga proses pengarangan selesai (Hartoyo dan Rolandi, 1978).

2.2.7. Jenis Bahan Perekat

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Bahan perekat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: (1) Perekat

(3)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

13

Anorganik, (2) Bahan Perekat Tumbuh-tumbuhan,

(3) Hydrocarbon dengan berat molekul besar. Dengan adanya bahan perekat maka susunan partikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dan arang briket akan semakin baik. Dalam penggunaan bahan perekat harus memperhatikan faktor ekonomis maupun non ekonomis (Silalahi, 2000).

Pada percobaan ini digunakan bahan perekat dengan jenis bahan perekat tepung tapioka (kanji), yang memiliki sifat: (1) Daya serap terhadap air, (2) Mempunyai kekuatan perekatan yang baik, (3) Mudah didapat dan tidak mengganggu kesehatan, dan (4) Mudah dicampur dengan bahan baku lainnya, dalam hal ini tepung arang.

Tabel 1. Analisa Berbagai Tepung Pati-patian (Anomimous, 1989). 1 2 60 60 60 31 Tepung jagung Tepung beras Tepung terigu Tepung tapioka Tepung sagu 10,52 7,58 10,70 9,84 14,10 1,24 0,68 0,86 0,36 0,67 4,89 4,53 2,00 1,50 1,03 4,48 9,89 11,50 2,21 1,12 1,04 0,82 0,64 0,69 0,37 73,80 76,90 74,20 85,20 82,70 2.2.8. Ukuran Briket

Arang yang hendak dicetak harus dihancurkan terlebih dahulu dengan “Hummer mill”. Setelah menjadi serbuk, arang kemudian disaring sampai lolos 50 mesh untuk mendapatkan ukuran partikel arang yang seragam. Setelah mendapatkan ukuran partikel yang seragam, kemudian serbuk dicampur dengan adonan bahan perekat sampai rata.

Hasil adonan dicetak menggunakan alat pencetak manual yang terbuat dari pipa paralon dengan diameter 12,7 mm dan panjang 30 mm. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan menjemur cetakan briket dibawah sinar matahari hingga kering. Setelah benar-benar kering cetakan briket siap untuk digunakan.

Gambar 1. Rencana Konstruksi Briket

2.2.9. Tekanan

Tekanan adalah gaya per satuan luas bidang yang ditekan secara tegak lurus. Satuan

tekanan adalah N/m2 = Pascal (Pa). Tekanan dirumuskan sebagai berikut:

P = F/A keterangan: P : Tekanan (N/m2=Pa). F : Gaya (N) A : Luas Permukaan (m2) 3. Metode Penelitian

3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Arang tempurung kelapa, (2) Arang sekam padi, (

3)

Tepung kanji/tapioka sebagai bahan perekat dalam pembuatan briket, dan (4) Air debagai campuran bahan perekat.

3.1.2. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Tungku pengarangan adalah untuk proses pengarangan tempurung kelapa dan sekam padi, (2) Sekop digunakan untuk memasukkan tempurung kelapa dan sekam padi ke dalam tungku pengarangan, (3) Neraca digital untuk menimbang briket, air, abu, dan bahan lainnya, (4) Cetakan Briket (Paralon Maspion diameter 12,7 mm) untuk mencetak briket dengan tekanan yang digunakan 5 atm, (5) Ayakan (saringan) tipe 20 mesh, digunakan untuk mengayak bioarang yang telah ditumbuk untuk memperoleh ukuran yang seragam, (6) Thermometer , (7) Stopwatch, (8) Korek api (JMF) untuk menyulut briket pada saat penelitian, (9) Kompor Briket (Model KT-105) untuk pembakaran briket, (10) Gelas elemeyer digunakan untuk tempat memanaskan air, (11) Kamera digital Canon Power Shoot A480, (12) Kuas untuk mebersihkan abu dan sisa pembakaran briket, (13) Ember atau baskom sebagai tempat pengadukan adonan bioarang, (14) Lumpang untuk menumbuk arang tempurung kelapa dan sekam padi, (15) Alat Tulis dan Kertas

(4)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

14

Gambar 3. Alat Pencetak briket dan Kompor

3.2. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara mengkombinasikan jenis bahan pembuat briket dengan komposisi tertentu, untuk mengamati pengaruhnya terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Perpaduan komposisi bahan briket diasumsikan dengan komposisi yang sama yaitu 200 gram setiap penelitian. Perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dengan prosentase 20% setiap penelitian.

Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan bahan dan alat.

2. Tempurung kelapa dan sekam padi dibersihkan dari kotoran kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 1 hari.

3. Tempurung kelapa dan sekam padi dimasukkan ke dalam tungku pengarangan secara terpisah dan bertahap. Lalu bahan disulut dengan api. Sesudah bahan menjadi arang, bahan dikeluarkan dari tungku.

4. Bioarang hasil pengaragan kemudian ditumbuk menggunakan lumpang menjadi tepung arang. 5. Tepung arang kemudian di ayak dengan ayakan

lolos 20 mesh untuk mendapatkan material yang seragam.

6. Kemudian disiapkan campuran perekat (kanji/tapioka) sebesar 20% dari bahan baku briket yang dicampur dengan air panas pada suhu lebih dari 70°C sehingga menjadi adonan seperti bubur.

7. Adonan tepung kanji yang telah menjadi perekat, kemudian dicampurkan dengan tepung arang hasil pengayakan sehingga menghasilkan adonan yang lengket, kemudian adonan diaduk selama 2 menit agar semua bahan tercampur rata.

8. Adonan briket kemudian dicetak mengunakan cetakan paralon berdiameter 12,7 mm dengan tekanan 5 atm selama 1 menit.

9. Menimbang briket kemudian dikeringkan dengan panas matahari selama 2 hari. Dan setelah kering, briket ditimbang lagi untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar airnya.

10. Menimbang briket kemudian dibakar di kompor biomassa yang diatasnya telah diletakkan tabung elemeyer berisi air yang sudah diukur berat dan suhunya, setelah 10 menit diukur temperatur untuk mengetahui beda suhu atau ΔT.

11.Selanjutnya briket dibiarkan terbakar sampai habis dan ditimbang abunya.

12.Diulang percobaan yang sama yaitu sampai 3 kali tiap bahan.

3.3. Parameter yang diuji

Adapun paremeter yang diuji adalah sebagai berikut:

3.3.1. Nilai Kalor

Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan. Pengukuran nilai kalor ini dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan melalui media air dengan termometer sebagai pengukur suhunya. Dalam penelitian ini, kalor yang diterima oleh air dapat dihitung dengan:

Q = m.C. ΔT dimana,

Q = kalor bahan bakar (kalori) C = kalor jenis

m = massa bahan bakar (kg)

ΔT = perbedaan suhu (°C)

Sedangkan untuk mencari nilai kalor itu sendiri dapat dihitung dengan rumus berikut:

K= / dimana,

K = Nilai kalor per gram bahan bakar.

= Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur selama 10 menit.

= Massa Bahan Bakar. 3.3.2. Kadar Air

Kadar air ini merupakan kandungan air pada bahan bakar padat. Kadar air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

Kadar air (%) = ( (G0 – G1)/G0) x 100% dimana,

G0 = berat contoh sebelum dikeringkan (gram). G1 = berat contoh setelah dikeringkan (gram). 3.3.3. Kadar Abu

Penetapan kadar abu briket bioarang dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam kandungan briket bioarang tersebut.Untuk mendapatkan nilai kadar abu, maka dapat digunakan persamaan berikut:

(5)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

15

dimana,

A = berat bahan sebelum pengabuan (gram) C = berat residu/abu (gram)

3.3.4. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu, pada bulan Febuari 2012.

3.3.5. Diagram Alir Penelitian

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Nilai Kalor

Dengan menentukan nilai perubahan suhu (ΔT) pada air maka dapat ditentukan besarnya kalor yang dibutuhkan. Dengan diketahuinya nilai kalor yang dibutuhkan maka dapat ditentukan pula besarnya nilai kalor/gram yang ada pada masing-masing bahan bakar briket biomassa.

Berdasarkan data hasil pengujian briket campuran tempurung kelapa 100% dan sekam padi 0% pada tabel 2. maka dapat dihitung kenaikan suhu air setelah 10 menit 18 °C dan massa bahan bakar 15 gram, maka kalor yang dibutuhkan adalah Qair = 300 gr x 1 cal/gram.°C x 18°C

Qair = 5400 cal

K = 5400cal/15 gr = 360 cal/gram

Dengan menggunakan cara yang sama, maka hasil perhitungan nilai kalor briket campuran tempurung kelapa 95% dan sekam padi 5% sampai

dengan briket campuran tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% dapat dilihat pada tabel 3

.

Tabel 2. Hasil Pengujian Bahan Bakar

Tabel 3. Nilai Kalor Bahan Bakar

Gambar 5. Grafik Hubungan Nilai dengan Kompossisi Bahan Bakar Campuran.

(6)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

16

4.2.

Kadar

air

Perhitungan kadar air dilakukan setelah briket campuran tempurung kelapa dan sekam padi melalui proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan cara menjemur briket dibawah sinar matahari di atas seng sampai benar-benar kering. Berdasarkan data hasil pengujian briket campuran tempurung kelapa 100% dan sekam padi 0% pada tabel 2, maka kadar air dapat dihitung dengan persamaan:

Kadar air = ( − )/ x 100% dimana,

Mb = Massa briket basah Mk = Massa briket kering

Besarnya kadar air komposisi Tempurung kelapa 100% adalah :

Ka1 = ( − )/ x 100% = 74−4674 x 100% = 37,8%

Dengan cara yang sama, maka hasil perhitungan kadar air briket campuran tempurung kelapa 95% dan sekam padi 5% sampai dengan briket campuran tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kadar Air

Dari gambar 6. menunjukkan bahwa komposisi tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% memiliki kadar air paling tinggi yaitu 43%. Sedangkan komposisi tempurung kelapa 100% dan sekam padi 0% memiliki kadar air terendah yaitu 33,3%. Hal ini disebabkan oleh tekstur arang tempurung kelapa yang cenderung keras sehingga sedikit menyerap air. Berbeda dengan sekam padi yang halus dan menyerap air lebih banyak.

Gambar 6. Grafik Hubungan kadar Air dengan Komposisi Bahan Bakar campuran. 4.3. Kadar abu

Perhitungan kadar abu briket campuran tempurung kelapa dan sekam padi melalui proses pembakaran briket. Dari tabel 5. kadar abu komposisi tempurung kelapa 100% dapat dihitung dengan persamaan:

Kab = / 100%

= 2,515 100% = 16,6%

Dengan cara yang sama, maka hasil perhitungan kadar abu briket campuran tempurung kelapa 95% dan sekam padi 5% sampai dengan briket campuran tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Kadar Abu

Pada gambar 7. menunjukkan bahwa komposisi tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% memiliki kadar abu yang paling besar yaitu 26,7%. Sedangkan komposisi tempurung kelapa 100% dan sekam padi 0% memiliki kadar abu terendah yaitu 14,6%.

(7)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

17

Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar Abu dengan

Komposisi Bahan Bakar campuran. 4.4. Analisa Suhu Air dan Waktu Sampai

Briket Habis

Dalam penelitian ini akan didapatkan suhu akhir saat briket habis dan waktu yang berbeda pada setiap percobaan. Pada tabel 6. berikut ini menunjukkan suhu air akhir sampai briket campuran tempurung kelapa dan sekam padi habis terbakar.

Tabel 6. Suhu Air Sampai Briket Habis Terbakar

Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu Air dengan Komposisi Bahan Bakar Campuran.

Untuk suhu air tertinggi dihasilkan oleh komposisi tempurung kelapa 100% dan sekam padi 0% yaitu 62°C, sedangkan komposisi tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% menghasilkan suhu paling rendah pada saat briket habis yaitu 53°C. Hal ini dikarenakan briket tempurung kelapa 100% mempunyai nilai kalor yang paling tinggi sehingga dapat menghasilkan suhu akhir (saat briket padam) yang tinggi juga. Sedangkan briket tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% nilai kalornya paling rendah, sehingga suhu akhir yang dihasilkan juga rendah. Tabel 7. Waktu sampai Briket Habis Terbakar

Gambar 9. Grafik Hubungan Waktu dengan Komposisi bahan Bakar Campuran. Dari gambar 9. diatas menunjukkan bahwa komposisi tempurung kelapa 100% menghasilkan waktu yang paling lama dari awal briket menyala sampai briket habis terbakar yaitu 99 menit dan komposisi tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% menghasilkan waktu yang paling sedikit yaitu 71,5 menit.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengujian briket tempurung kelapa dan briket tempurung kelapa dicampur sekam padi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

(8)

SimetriS Nomor : 17, Tahun 11, Juli - Desember 2013

18

1. Briket dengan komposisi tempurung kelapa

100% menghasilkan nilai kalor tertinggi yaitu 360 kal/gram dan mengandung kadar air terendah yaitu 33,3% dengan nyala api paling lama yaitu dengan waktu rata-rata 99 menit. Sedangkan briket dengan komposisi tempurung kelapa 50% dan sekam padi 50% menghasilkan nilai kalor terendah sebesar 200 kal/gram dan mengandung kadar air tertinggi yaitu 43% dengan nyala api rata-rata 71,5 menit.

2. Briket bioarang tempurung kelapa mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan briket bioarang dari tempurung kelapa dicampur sekam padi. 6. Daftar Pustaka

Abdullah, 1980. Energi dan Tingkat Kemajuan Teknologi. Penerbit : Sinar Harapan Adan, I. U., 1998, Teknologi Tepat Guna :

Membuat Briket Bioarang, Yogyakarta : Kanisius.

Amin, S., 2000, Penelitian Berbagai Jenis Kayu Limbah Pengolahan Untuk Pemilihan Bahan Baku Briket Arang, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 2000, www.klipingut.wordpress.com(5 Januari 2012)

Andri, H.U., 2000, Aneka Tungku Sederhana, Penyebar Swadaya. Yogyakarta.

Anonimous, 2008, Processing of Industrial Dispocal Processing of Wood (Pengolahan Industri Pengolahan Limbah Kayu), http:/// rusiman.bpdas pemalijratun.net/index.php?option=com_c onten&view=article&catid=3%&3Aumu m&id=25%3Apengolahan-limbah-industri-pengolahan kayu&Itimed=404 (6 Januari 2012).

Brades, A. C., Febrina S. T., 2008, Pembuatan Briket Arang Dari Enceng Gondok Dengan Sagu Sebagai Pengikat, http:/// brades.multiply.com/journal/item/1/Pemb uatan_Briket_Arang_Dari_Enceng_Gond ok_Eichornia_Crasipess_Solm_Dengan_S agu_Sebagai_Pengikat (5 Januari 2012). Hartoyo dan N. Hudaya, 1990, Membuat Arang

Tempurung Kelapa Sistem Klin Drum, Trubus, Agribisnis.

Hartoyo, J dan Roliandi, H. 1978, Percobaan Pembuatan Briket Arang Dari Lima Jenis Kayu. Indonesia, Laporan Penelitian Lembaga Hasil Hutan. Bogor.

Hasnul Jein, 2010, Uji Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat Briket Biomassa Kulit Durian terhadap Karakteristik Mutu Briket.

Hendra dan Darmawan, 2000, Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang, Bogor :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Ilhamsyah, 1998, Pemanfaatan Hasil Pembakaran Sekam Padi sebagai Bahan Baku Briket Bioarang Untuk Energi Alternatif rumah Tangga.

Ismun. 1993, Menjadikan Dapur Johannes Bioarang 3B Susunan Bata Siap Pakai. Josep, S., dan D, Hislop, 1981, Residu Briquetting

in Development Countries, London : Apliyed Science Publisher.

Kadir, A., 1995, Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi, Cet. 1. Edisi kedua/revisi. Jakarta. Universitas Indonesia (UI.Press). Yogyakarta. Nusyirwan, RY.,dan Nuryetty, 1980, Pembuatan

Briket Arang dan Serabut Gergaji, Banda Aceh: Penelitian Pada Balai Industri. Nodali Ndraha, 2010, Uji Komposisi Bahan

Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan Serbuk Kayu terhadap Mutu yang Dihasilkan.

Palungkun, R., 1999, Aneka Produk Olahan Kelapa, Bogor : Penebar Swadaya. Pari, G., 2000, Teknologi Alternatif Pemanfaatan

Sampah Industri Pengolahan Kayu, Makalah Falsafah Sains (PPs 70 L) Program Sarjana/C3. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ringkuangan, T. Johni dan H. Pajow, 1993, Pengembangan Pembuatan Bahan Briket dari Arang Tempurung, Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Manado. Reksohadiprojo, S., 1988, Ekonomi Energi, Edisi

I. Yogyakarta : PAU Studi Ekonomi – Universitas Gajah Mada.

Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syahmani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, T. Sucipto, 2007, Analisis Perekatan Kayu, Bogor : Institut Pertanain Bogor.

Schuchart, F., Wulfert, K. Darmoko, Darmosarkoro, W. Sutara E, S., 1996, Pedoman Teknis Pembuatan Briket Bioarang, Medan : Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Sumatera Utara.

Silalahi, 2000, Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergajian Kayu, Bogor : Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG. Sudibyo, K., 1980, Konservasi Energi : Mencari

Kemungkinan untuk Konservasi Energi pada Industri Kecil Pedesaan, Hasil-hasil Lokakarya Konservasi Energi 24-25

September 1979, Departemen

Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, Jakarta.

Suhardiyono, L., 1995, Tanaman Kelapa : Budidaya dan Pemanfaatannya, Yogyakarta : Kasinius.

Gambar

Gambar 1. Rencana Konstruksi Briket
Tabel 2. Hasil Pengujian Bahan Bakar
Gambar 6.  Grafik  Hubungan  kadar  Air  dengan  Komposisi Bahan Bakar campuran.  4.3
Gambar 9.  Grafik  Hubungan  Waktu  dengan  Komposisi bahan Bakar Campuran.  Dari  gambar  9

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Sofjan Assauri (2004:7) berpendapat lain dengan mengatakan bahwa “Proses produksi adalah hasil dari kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

Permainan gelas berangka warna warni dikembangkan untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik kasar dan perkembangan kognitif anak, permainan gelas angka warna warni

Dengan total 4 tower apartment, Casa de Parco akan mempunyai pintu masuk entrance di 4 sisi kawasan, fasilitas courtyard yang luas dan hijau, dengan ruang terbuka yang

8 kecamatan lainnya merupakan non basis Partai Demokrat, dari 8 terdapat 2 kecamatan yang perolehan suara partai Demokrat kalah dengan perolehan suara Partai Golkar dan PDIP

Dalam penelitian ini konten yang digunakan untuk temu kenali citra berbasis konten adalah warna, dan query yang dilakukan adalah menggunakan permintaan citra (

Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran TELKOMSolution yang ditagihkan secara bulanan ditetapkan pada tanggal 20 atau akhir bulan - N atau sesuai kesepakatan yang dituangkan

Java yang merupakan open standard yang portable telah memberikan dukungan bagi pengembangan aplikasi yang beragam, dari aplikasi enterprise berbasis web

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas fisik (penurunan berat telur, indeks putih telur, indeks kuning telur, haugh unit, dan pH) telur puyuh yang